6
IX. Analisis dan pembahasan Percobaan Pertama Bahan uji adalah rimpang temulawak yang di diiris-iris tipis dan dikeringkan tanpa terkena cahaya matahari. Setelah itu dihaluskan sehingga diperoleh serbuk kering yang berwarna jingga pekat. Serbuk rimpang temulawak ditimbang ± 5 gram dan dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah dengan 30 mL metanol 60-80% menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan, lalu dipanaskan dengan penangas air untuk mempercepat proses ekstraksi. Kemudian disaring dengan menggunakan corong. Diperoleh filtrat yang berwarna kuning kecoklatan dan residu yang berwarna kuning kecoklatan. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara dimasukkan kedalam penangas air untuk menghasilkan ekstrak rimpang temulawak kental. Ekstrak inilah yang digunakan sebagai sampel yang kemudian diuji fitokimia. Percobaan Kedua Langkah pertama sampel sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 mL kloroform dan 1 mL ammonia menghasilkan larutan atas berwarna jingga lapisan bawah berwarna merah kecoklatan, setelah itu dipanaskan dalam penangas air. penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan putusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Larutan selanjutnya ini disaring dan Filtrat yang diperoleh dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes asam sulfat 2 N

analisis temulawak bagianku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

temulawak

Citation preview

IX. Analisis dan pembahasan

Percobaan Pertama

Bahan uji adalah rimpang temulawak yang di diiris-iris tipis dan dikeringkan tanpa terkena cahaya matahari. Setelah itu dihaluskan sehingga diperoleh serbuk kering yang berwarna jingga pekat. Serbuk rimpang temulawak ditimbang 5 gram dan dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah dengan 30 mL metanol 60-80% menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan, lalu dipanaskan dengan penangas air untuk mempercepat proses ekstraksi. Kemudian disaring dengan menggunakan corong. Diperoleh filtrat yang berwarna kuning kecoklatan dan residu yang berwarna kuning kecoklatan. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara dimasukkan kedalam penangas air untuk menghasilkan ekstrak rimpang temulawak kental. Ekstrak inilah yang digunakan sebagai sampel yang kemudian diuji fitokimia. Percobaan Kedua

Langkah pertama sampel sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 mL kloroform dan 1 mL ammonia menghasilkan larutan atas berwarna jingga lapisan bawah berwarna merah kecoklatan, setelah itu dipanaskan dalam penangas air. penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan putusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Larutan selanjutnya ini disaring dan Filtrat yang diperoleh dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes asam sulfat 2 N dikocok kuat-kuat setelah itu didiamkan hingga terpisah. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N mengakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relative kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan yang terpisah diambil lapisan atas untuk diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner dan Dragendorf. Pada tabung pertama diuji dengan peraksi Meyer larutan menghasilkan warna jingga yang menandakan bahwa sampel positif mengandung alkaloid. Karena pereaksi Meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan pereaksi Meyer adalah :

+ (+

Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya. Pada pengujian dengan reagen Wagner diperoleh larutan berwarna kuning jernih dan endapan berwarna coklat yang menandakan bahwa sampel positif megandung alkaloid.

+ KI + I2(+ I3-Sedangkan pada pengujian dengan reagen Dragendorf larutan berwarna kuning jernih yang menandakan bahwa sampel negatif alkoloid. Karena sampel dinyatakan poditif jika diuji dengan reagen Dragendorf menghasilkan endapan berwarna putih.Dragendorf

+ K[BiI4](+ K[BiI4]-Sehingga pada uji alkaloid yang kami lakukan hanya positif saat diuji dengan reagen mayer dan wagner karena sampel dikatakan positif mengandung alkaloid jika menunjukkan hasil positif saat uji meyer, wegner, dragendorff.Percobaan Ketiga

1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dicampur dengan 3 mL etanol 70% kemudian dikocok dan dipanaskan diatas penangas air setelah itu disaring untuk memisahkan filtrat dan residunya. Filtrat berwarna jingga, dan residu berwarna kuning. Filtrat ditambah logam Mg 0,1 gr dan ditambah 2 tetes HCl pekat menghasilkan endapan kuning. Penambahan logam Mg dan HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi dengan Mg, setelah penambahan asam klorida pekat terjadi perubahan warna jingga sebab flavanoid mengalami perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl. Warna jingga pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid pada sampel. Percobaan Keempat

1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL air dan di panaskan didalam penangas air. Kemudian dikocok sampai menghasilkan busa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya saponin. Karena saponin memiliki sifat sejenis glikosid yang mempunyai ciri-ciri berbuih apabila larutan dikocok-kocokkan. Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium cair. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut dengan busa.Percobaan Kelima

1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 3 mL etanol 70 % kemudian ditambahkan dengan 2 mL H2SO4 pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat lalu dikocok, larutan berwarna jingga kecoklatan. Fungsi asam asetat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid. Sedangkan fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi asetil. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya steroid, tetapi pada percobaan yang kami lakukan terbentuk warna jingga kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan kelima negatif adanya steroid.Percobaan Keenam

1 ml sampel dimasukkan tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 2 mL kloroform menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan kemudian ditambah 3 mL H2SO4 pekat larutan berubah menjadi larutan berwarna merah kecoklatan. Fungsi penambahan kloroform adalah untuk untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam pelarut organik. Fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi tripenoid. Warna merah kecoklatan saat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan bahwa positif adanya triterpenoid.Percobaan Ketujuh

1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan 20 mL air larutan berwarna kuning kemudian dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih. Kemudian campuran disaring dan menghasilkan filtrat berwarna kuning dan residu berwarna kuning. Kemudian filtrat ditambahkan larutan FeCl3 fungsi penambahan FeCl3 adalah untuk mengetahui adanya gugus fenol. Campuran tersebut menghasilkan warna coklat kehijauan yang menandakan adanya tannin. Karena tannin akan membentuk senyawa kompleks dengan FeCl3 .

X. Kesimpulan

Dari percobaan Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak dapat disimpulkan bahwa:

1. Temulawak negatif mengandung alkaloid yang karena ketika uji Meyer terdapat endapan jingga, tapi tidak terbentuk endapan coklat pada uji Wagner dan endapan putih pada uji Grangendrof.2. Temulawak positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan terbentuknya warna jingga.3. Temulawak positif mengandung saponin yang ditandai dengan terbentuknya busa.4. Temulawak negatif mengandung steroid yang ditandai dengan larutan berwarna jingga kecoklatan .5. Temulawak positif mengandung triterpenoid yang ditandai dengan terbentuknya warna merah kecoklatan.6. Temulawak positif mengandung tanin yang ditandai adanya warna merah kecoklatan._1491678250.unknown

_1491678252.unknown

_1491678254.unknown

_1491678256.unknown

_1491678257.unknown

_1491678255.unknown

_1491678253.unknown

_1491678251.unknown

_1491678248.unknown

_1491678249.unknown

_1491678247.unknown