Upload
ngoque
View
235
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MTs BADRUSSALAM NW SEKARBELA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh
Asbiallah NIM. 151.144.089
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2018
ii
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MTs BADRUSSALAM NW SEKARBELA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN TAHUN AJARAN 2017/2018
Skripsi diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Asbiallah NIM. 151.144.089
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2018
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Asbiallah, NIM. 151.144.089, dengan judul “Analisis Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Tahun Ajaran 2017/2018” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diujikan.
Disetujui pada tanggal: Juli 2018
Pembimbing I, Pembimbing II,
H. Irzani, M.Si. NIP.197607182005011002
Dr. Nurhilaliati, M.Ag. NIP. 197302082000032001
iv
Nota Dinas Pembimbing
Mataram, juli 2018
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Rektor UIN Mataram
di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Asbiallah
NIM : 151.144.089
Program Studi : Tadris Matematika
Judul : “Analisis Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas VII MTs Badrussalam NW
Sekarbela Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Tahun Ajaran 2017/2018”
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Pembimbing I, Pembimbing II,
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Asbiallah
NIM : 151.144.089
Program Studi : Tadris Matematika
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
menyatakan bahwa skripsi dengan judul, “Analisis Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Pecahan Tahun Ajaran 2017/2018” ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Jika saya terbukti melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, saya siap menerima
sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.
Mataram, Juli 2018
Saya yang Menyatakan,
Asbiallah
vi
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Asbiallah, NIM: 151.144.089, dengan judul: Analisis Tingkat
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Tahun Ajaran 2017/2018, telah
dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Tadris Matematika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram pada tanggal _______________________
Dewan Penguji
H. Irzani, MSi. (Ketua Sidang/ Pembimbing I)
_________________
Dr. Nurhilaliati, M.Ag. (Sekretaris Sidang/ Pembimbing II)
________________
Samsul Irpan, M.Pd. (Penguji I)
_________________
Syawahid, M.Pd. (Penguji II)
_________________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Hj. Lubna, M.Pd NIP.196812311993032008
vii
MOTTO
Artinya, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam”. (Al An’am [6]: 162) 1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Solo: Tiga Serangkai, 2012), hlm. 151.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt, karya kecilku ini dengan penuh cinta dan ketulusan untuk:
“Ibu dan bapakku, terima kasih tak terhingga atas segala yang telah di berikan, do’a, perhatian dan kasih sayang”.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur tak terhingga ku panjatkan kepada Allah SWT,
pemberi nikmat tanpa batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S.1 pada
Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Mataram.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW guru
semua ummat yang terbaik disetiap waktu, Nabi Muhammad SAW sang pembawa
kebenaran, perombak kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
sehingga penulis bisa mengeluarkan ide dan pikiran untuk menyusun karya ilmiah ini
dengan cahaya pendidikan islami.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan
penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Bapak H. Irzani, M.Si. selaku pembimbing I beserta Ibu Dr. Nurhilaliati, M.Ag
Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi
mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam
menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Bapak Dr. Alkusairi, M.Pd selaku ketua program studi Tadris Matematika
fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Mataram.
x
3. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram.
4. Bapak Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan
bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah
selesai.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Tadris Matematika atas bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan tanpa mengenal lelah.
6. Bapak H. Tahkim, M.Pdi selaku kepala Madrasah MTs Badrussalam NW
Sekarbela, dan ibu Istikharah selaku guru mata pelajaran Matematika kelas VII
MTs. Badrussalam NW Sekarbela, beserta semua staf tenaga kependidikan MTs
Badrussalam NW Sekarbela yang telah memberikan bantuan informasi dan data
selama penulis melakukan penelitian.
7. Ayah dan Ibu Tercinta, Sarbini dan Asni terimakasih atas bantuan berupa materi,
doa, motivasi, dan semangat yang telah diberikan untuk menyelesaikan skripsi
ini, semoga Allah SWT membalasnya.
8. Untuk kakak, dan adik- adikku yang tercinta Aminah S.Pd, Muh. Syarifuddin
S.Sos, Muhajir, Suhadah, Abu Bakar, Mansur, Ridwan S.Pd, Siti Hawa ST,
terimakasih atas kasih sayang dan dukungannya serta perhatiannya selama ini.
9. Bibi dan paman ku tercinta Ibu Siti Asmah S.Ag, Siti Hajar, Musti S.Ag, Abdul
Samad S.Pd, Masran, Bordin, Siti Hawari, yang memberikan sumbangan materi
dan semangatnya.
xi
10. Kakek dan nenekku tersayang H. Idris, Muhammad, dan Mahani (Semoga Allah
Merahmatinya).
11. Teman-teman yang telah membantu memberi semangat menyelesaikan skripsi ini
baik langsung maupaun tak langsung (Nining Haryati, Hidayatullah, Nurfatiah,
Rusmania dan singkatnya teman-teman ku semua alumni MAN Dompu yang ada
di mataram) dan tak lupa khususnya kelas C Anggkatan 2014 Tadris Matematika.
12. Sahabat- sahabat ku yang selalu menemani langkahku dalam senang maupun
susah (Nurfatiah, Rusmania, Husnul Khatimah, Nining Haryati, Ayu Fatimah)
Hidup Laskar Pelangi.
13. Almamaterku tercinta UIN MATARAM.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Mataram, Juli 2018
Penulis
Asbiallah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan ......................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 5
1. Tujuan....................................................................................... 5
2. Manfaat..................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ........................................... 6
1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6
2. Setting Penelitian...................................................................... 7
E. Telaah Pustaka................................................................................ 8
F. Kerangka Teori ............................................................................... 13
1. Kemampuan Pemecahan Masalah ............................................ 13
2. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita ................................. 17
xiii
3. Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita .................................. 22
G. Metode Penelitian ........................................................................... 24
1. Pendekatan Penelitian .............................................................. 24
2. Kehadiran Peneliti .................................................................... 24
3. Lokasi Penelitian ...................................................................... 25
4. Sumber Data ............................................................................. 26
5. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 26
6. Tehnik Analisis Data ................................................................ 29
7. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 31
H. Sistematika Pembahasan ................................................................ 31
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 33
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 33
1. Sejarah Berdirinya MTs Badrussalam NW Sekarbela ............ 33
2. Letak Geografis MTs Badrussalam NW Sekarbela ................ 33
3. Visi dan Misi MTs Badrussalam NW Sekarbela .................... 34
4. Keadaan Siswa ........................................................................ 35
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian...................................................... 36
1. Deskripsi Data Subjek Penelitian ............................................. 36
2. Deskripsi Hasil Tes .................................................................. 37
C. Kemampuan Pemecahan Masalah yang Dimiliki Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan .................................... 41
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 45
A. Analisis Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan .............................................. 45
B. Analisis Faktor-Faktor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa .. 81
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 85
A. Kesimpulan..................................................................................... 85
B. Saran ............................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Waktu pelaksanaan penelitian, 36.
Tabel 2.2 Gambaran umum subjek penelitian, 37.
Tabel 2.3 Data hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan, 38.
Tabel 2.4 Distrubusi frekuensi dan presentase hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan, 39.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah
Lampiran 2 Soal tes kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
Lampiran 3 Lembar validasi instrument soal tes tertulis
Lampiran 4 Pedoman penskoran menyelesaikan soal cerita pecahan
Lampiran 5 Rubrik pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan
masalah
Lampiran 6 Hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
Lampiran 7 Profil MTs Badrussalam NW Sekarbela
Lampiran 8 Foto kegiatan penelitian
xvi
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MTs BADRUSSALAM NW SEKARBELA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh Asbiallah
NIM. 151.144.089
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya siswa-siswi yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela yang berjumlah 32 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara. Seluruh siswa-siswi kelas VII yang berjumlah 32 orang akan mengikuti tes tertulis menyelesaikan soal cerita. Dan 6 orang dari siswa-siswi tersebut akan dipilih untuk diwawancarai berdasarkan tingkat kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori tinggi adalah siswa mampu dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, namun dalam memeriksa kembali penyelesaiannya masih kurang diperhatikan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori sedang adalah siswa mampu menyusun rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, tapi kemampuan dalam memahami masalah yaitu apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dan kemampuan melihat kembali penyelesaiannya masih sangat kurang diperhatikan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori rendah adalah siswa belum mampu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian dan melihat kembali hasil penyelesaiannya dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
Kata Kunci: Pemecahan masalah dan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran matematika yaitu; memahami konsep matematik,
menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.
Salah satu dari kemampuan matematika adalah memecahkan masalah
matematika. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dan penyelesaian soal,
siswa akan mendapatkan pengalaman menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam pemecahan masalah
sehingga siswa akan lebih analitik dalam pengambilan keputusan.2 Pemecahan
masalah adalah dasar dari semua aktivitas matematika. Pemecahan masalah
bukan saja merupakan suatu sasaran belajar matematika tetapi sekaligus
merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika.
Wahyudin mengatakan bahwa pemecahan masalah bukan sekedar
keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga
merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian
2 Herlambang, “ Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-
SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bagun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele”, (Bengkulu: Thesis, Universitas Bengkulu, 2013), hlm. 1.
1
2
siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan. Menurut Sri Harmini
menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses menerima
tantangan dan kerja keras dalam menyelesaikan permasalahan matematika.3
Hudiono berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu aktivitas
kognitif yang kompleks melibatkan sejumlah proses dan strategi. Kegiatan-
kegiatan yang diklasifikasikan sebagai pemecahan masalah dalam matematika
diantaranya menyelesaikan soal cerita dalam buku teks, menyelesaikan soal-soal
tidak rutin atau memecahkan masalah teka-teki, penerapan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan nyata, menciptakan dan menguji konjektor.4
Soal cerita merupakan salah satu yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika. Dalam
penyelesaian soal cerita terlebih dahulu siswa harus dapat memahami isi soal
cerita tersebut, setelah itu menarik kesimpulan obyek-obyek yang harus
diselesaikan dan memisalkannya dengan simbol-simbol matematika, sampai pada
tahap akhir yaitu penyelesaian. Hingga saat ini, menyelesaikan soal cerita
matematika masih cukup rendah. Kesulitan yang paling banyak dialami siswa
dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan dalam memahami soal.5
3 Reza Aji Nugroho, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya”, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017), hlm. 2.
4 Novi Wulandari, “ Kemampuan Pemecahan Masalah dalam menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP”, (Program Studi Pendidikan Matematika: FKIP UNTAN), 2014, hlm. 2.
5 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
3
Kesulitan siswa yang lain dalam memecahkan soal matematika bentuk
cerita yaitu kemampuan dalam menghitung. Siswa seringkali salah dalam
menghitung suatu bentuk perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Ketika anak tahu bagaimana menyelesaikan soal cerita tersebut, namun dalam
perhitungan anak masih banyak yang salah. Mereka hanya mengalikan atau
membagi angka-angka dalam soal, tanpa tahu mengapa bisa dikalikan ataupun
dibagi. Hal ini terjadi karena kemampuan bernalar mereka kurang diperhatikan.
Mereka hanya mendengar, mencatat, mengerjakan tugas yang diberikan, tanpa
tahu bagaimana penyelesaian yang benar.6
Hal di atas juga dialami oleh siswa-siswi di MTs Badrussalam NW
Sekarbela. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah
dilakukan dengan salah satu guru matematika disekolah tersebut pada Tanggal 26
Februari 2018, mengatakan bahwa salah satu yang membuat siswa kesulitan
dalam mengerjakan soal cerita adalah ketidakmampuan mereka dalam
menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika. Sehingga
memungkinkan mereka sulit mengetahui bagaimana cara mengoperasikan atau
menghitung soal cerita matematika tersebut. Hal ini terbukti dengan kurangnya
dari 50% siswa yang bisa menyelesaikan soal cerita matematika pada tahun
ajaran 2016/2017 di sekolah tersebut. Berbeda dengan memberikan soal yang
sudah ditentukan model matematikanya atau soal yang tinggal dihitung langsung
6 Dian Kristiana dan Wardan Suyanto, “Implementasi Heuristic Problem Solving Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Sikap Matematik”, Jurnal Prima Edukasia, Volume I - Nomor 1, 2013, hlm. 19.
4
oleh siswa-siswi MTs Badrussalam NW Sekarbela tanpa dibaca dan dipahami
maksud dari soal-soal tersebut, yang dimana hampir 75% siswa-siswi tersebut
bisa mengerjakan soal matematika yang diberikan.7
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa temuan yang beragam dalam
penelitian soal kemampuan pemecahan masalah matematika. Salah satunya
penelitian yang dilakukan oleh Tina Sri Sumartini dengan hasil penelitian
menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvesional.8
Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh Novi Wulandari dengan hasil
penelitian menjelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel oleh siswa yang
berada pada tingkat kemampuan kelompok atas termasuk dalam kategori rendah.
Kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita sistem
persamaan linear dua variabel oleh siswa yang berada pada tingkat kemampuan
kemampuan kelompok menengah termasuk kedalam kategori sangat rendah.
kelompok kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita
7 Istikharah, wawancara, Mataram, 26 Februari 2018. 8 Tina Sri Sumartini, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis maslah”, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut, vol. 5. No. 2 (Mei) 2016, hlm. 157.
5
sistem persamaan linear dua variabel oleh siswa yang berada pada tingkat
kemampuan kelompok bawah termasuk dalam kategori sangat rendah.9
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diuraian di atas menunjukkan
keberagaman hasil tentang kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang “Analisis tingkat kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan Tahun Ajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa MTs
Badrussalam NW Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Tahun
Ajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa MTs
Badrussalam NW Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan tahun
ajaran 2017/2018.
9 Novi Wulandari, “ Kemampuan Pemecahan Masalah dalam menyelesaikan Soal Cerita
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP”, (Program Studi Pendidikan Matematika: FKIP UNTAN), 2014, hlm. 9.
6
2. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan.
b. Dapat mengetahui apa saja kendala yang membuat siswa sulit
menyelesaikan soal cerita.
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika di kelas.
d. Sebagai informasi bagi guru-guru matematika khususnya guru-guru
matematika di MTs Badrussalam NW sekarbela mengenai tingkat
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
Untuk mempermudah dalam penelitian ini serta untuk menghasilkan
data yang akurat dan dapat peneliti pertanggung jawabkan kebenarannya,
maka peneliti melakukan pembatasan masalah yang meliputi objek penelitian
dan subyek penelitian.
a. Objek penelitian
Mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh berbagai siswa-
siswi disekolah seperti yang termuat dalam latar belakang dan
berdasarkan judul proposal diatas. Adapun cakupan fokus penelitian atau
faktor yang perlu diselidiki dalam penelitian ini yaitu:
7
1) Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, yaitu dengan memberikan tes tertulis yang terdiri dari tiga soal
cerita pecahan kepada siswa kelas VII MTs Badrussalam NW
Sekarbela.
2) Melihat dan mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa
dari soal yang telah dikerjakan oleh mereka, dengan mengoreksi satu-
persatu jawaban siswa-siswi kelas VII MTs Badrussalam NW sekarbela
tersebut.
b. Subjek penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Badrussalam
NW Sekarbela tahun ajaran 2017/2018. Jumlah keseluruhan siswa di
kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela adalah 32 orang, siswa laki –
laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan berjumlah 17 orang.
2. Setting penelitin
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian di MTs
Badrussalam NW Sekarbela Kota Mataram Nusa Tenggara Barat dan peneliti
memilih kelas VII sebagai sasaran penelitian.
8
E. Telaah Pustaka
Adapun judul-judul skripsi terdahulu tentang masing-masing variabel
dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal Pecahan Kelas VII
SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2015/2016. Oleh Widyastuti
Nurmalasari, Tahun 2016.10
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:
a. Siswa yang memiliki kemampuan tingkat berfikir tinggi dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan lebih memilih menggunakan
strategi pemecahan masalah polya. Meskipun ada beberapa langkah dari
strategi polya yang tidak mereka gunakan, mereka tetap mampu
menyelesaiakan permasalahan dengan tepat. Tingkat berfikir secara
analitis dan realistis pada siswa tinggat tinggi jauh lebih baik dari pada
siswa yang lain. Siswa yang tidak menuliskan rencana penyelesaian
masalah bukan berarti dia tidak bisa mengerjakannya, dia hanya tidak
ingin menuliskan cara pengerjaannya 2 kali.
b. Siswa yang memiliki kemampuan matematik sedang dalam
menyelesaikan masalah berfokus pada jawaban yang akan dia dapatkan.
Tingkat berfikir realities dan analitis siswa dengan kemampuan ini sudah
lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan rendah. Tingkat
10 Widyastuti Nurmalasari, “Analisis Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal
Pecahan Kelas VII Smp Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2015/2016, (Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2016).
9
kemampuan operasi hitung siswa sudah sangat baik. Meskipun siswa tidak
menuliskan langkah penyelesaianya dengan sempurna, ia mampu
memahami apa yang terdapat dalam permasalahan dengan baik.
c. Siswa yang memiliki kemapuan tingkat berfikir rendah dalam
menyelesaiakan permasalahan lebih memilih menggunakan strategi polya.
Mereka tidak menggunakan langkah-langkah polya secara keseluruhan,
banyak dari siswa yang tidak menuliskan rencana penyelesian karena
mereka belum memahami permasalahan yang diberikan. Siswa yang
belum memahami permaslahan dan belum mampu mengubah suatu
masalah kedalam bentuk matematika lebih cenderung mengoperasikan
semua angka yang telah ada dalam permasalahan tanpa memperdulikan
bagian-bagiannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti
Nurmalasari yang sudah dipaparkan di atas, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti Nurmalasari terletak
pada fokus penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti
Nurmalasari memfokuskan pada pemecahan masalah dalam penyelesaian
soal pecahan. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada analisis
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan.
10
2. Profil Penalaran Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Bangun
Datar Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Gender. Oleh Suci Septia
Rahmawati. Tahun 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan hal–hal bahwa:
11
a. Penalaran kreatif siswa SMP laki-laki dan perempuan yang
berkemampuan tinggi dan sedang dalam menyelesaikan masalah bangun
datar adalah cukup.
b. Penalaran kreatif antara siswa SMP laki-laki dan perempuan yang
berkemampuan matematika rendah dalam neyelesaikan masalah bangun
datar kuang, tidak terdapat perbedaan penalaran kreatif antara siswa yang
berkemampuan matematika tinggi dan sedang.
c. Terdapat perbedaan penalaran kreatif dengan siswa yang berkemampuan
matematika rendah.
d. Tidak terdapat perbedaan penalaran kratif dalam menyelesaikan masalah
bangun datar ditinjau dari gender.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci Septia
Rahmawati yang sudah dipaparkan di atas, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suci Septia Rahmawati terletak pada fokus
penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Suci Septia Rahmawati
memfokuskan pada kemapuan penalaran kreatif siswa dalam menyelesaiakan
11 Suci Septia Rahmawati, Profil Penalaran Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan
Masalah Bangun Datar Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Gender, (UIN Sunn Ampel Surabaya : 2015 ).
11
masalah sedangkan penelitian ini memfokuskan pada tingkat kemampua
pemecahan masalah siswa.
3. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi
Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya. Oleh Reza Aji Nugroho,
Tahun 2017.12 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa.
Kesalahan siswa menyelesaikan soal cerita pada materi pecahan dilihat
dari aspek-aspek pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a. Aspek memahami masalah, yaitu : siswa mengalami kesalahan dalam
memaknai bahasa soal cerita dan kesalahan membuat model
matematikanya. Penyebabnya adalah reasoning (penalaran) siswa yang
tidak lengkap atau salah dan kemampuan matematika siswa yang rendah.
b. Aspek merencanakan pemecahan masalah yaitu: siswa mempunyai
kesalahan dalam menghubungkan antara data untuk mencari data yang
dicari dan kesalahan dalam menghubungkan antara konsep satu dengan
konsep yang lain. Penyebab kesalahan pada aspek ini adalah pemikiran
humanistik siswa.
c. Aspek melakasanakan rencana pemecahan masalah, yaitu kesalhan dalam
mengimplementasikan rumus yang tidak tepat dan penggunaan angka
ataupun satuan yang tidak tepat dalam model matetmatika. Kesalahan pada
12 Reza Aji Nugroho, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya”, (Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017).
12
aspek ini disebabkan oleh reasoning (penalaran) tidak lengkap atau salah
dan pemikiran humanistik siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reza Aji Nugroho
yang sudah dipaparkan di atas, perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada
variabelnya yang dimana dalam penelitian Reza Aji Nugroho yaitu analisis
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi pecahan.
Sedangkan dalam penelitian ini yaitu analisis tingkat kemampuan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
Berdasarkan penelitian–penelitian sebelumnya yang sudah dipaparkan di
atas, sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti saat ini berkaitan dengan menganalisis tingkat kemampuan pemecahan
masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
F. Kerangka Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Suatu pertanyaan dikatakan masalah jika pertanyaan tersebut
mendorong seseorang untuk menyelesaikan pertanyaan itu, akan tetapi tidak
tahu secara langsung apa yang akan dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Dengan kata lain, jika sebuah pertanyaan diberikan kepada seorang siswa,
namun pertanyaan itu dapat langsung dengan mudah dijawab oleh siswa
tersebut maka pertanyaan itu bukanlah masalah. Oleh karena itu dibutuhkan
proses berpikir dalam memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
13
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang
lain.
Solso mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau
jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.13 Selain itu Siswono juga
menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya
individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu
jawaban atau metode jawaban tampak belum jelas.14 Sedangakan menurut
Dahar pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang
menerapkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang diperoleh sebelumnya
untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah.15
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah adalah penelaahan atau
menguraiakan upaya atau proses individu untuk merespon dan menerapkan
konsep-konsep yang diperolehnya untuk menemukan solusi dari sebuah
permaslahan.
Dalam menyelesaikan masalah matematika diperlukan strategi
pemecahan masalah dalam menyelesaikannya. Terdapat beberapa strategi
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satu dari
13 Suci Septia R (2015) dalam Robet Solso, dkk. Psikologi Kognitif, (Jakarta: Erlangga,
2007), hlm .434. 14 Suci Septia R (2015) dalam Muhajir Almubarok, Tesis:” Penalaran Matematis Mahasiswa
Calon Guru Dalam Memecahkan Masalah Geometri Ditinjau dari Gayan Kognitif Field DependentField Independent”,(Surabaya:UNESA,2013), hlm.35.
15 Suci Septia R (2015) dalam Fury Styo Siskawati, Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kepribadian Extrovert, (Surabaya: UNESA, 2014), hlm. 21.
14
beberapa strategi tersebut adalah strategi pemecahan masalah Polya. Menurut
Polya pemecahan masalah matematika terdiri dari 4 langkah, yaitu:
a. Memahami masalah
1) Menemukan dengan tepat apa yang ditanyakan dan apa yang
diketahui,
2) Menemukan syarat-syarat apa yang sudah dipenuhi dan syarat –syarat
apa yang masih diperlukan,
3) Menuliskan soal dengan kalimatnya sendiri, dan
4) Menemukan sub-sub masalah.
b. Merencanakan penyelesaian
1) Menuliskan atau menyebutkan konsep, sifat-sifat, prinsip-prinsip
matematika yang terkait dengan soal yang dihadapi,
2) Mengaitkan konsep-konsep, sifat-sifat, prinsip-prinsip matemmatika
dengan masalah atau soal yang dihadapi,
3) Merumuskan beberapa strategi penyelesaian yang dapat digunakan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c. Melakukan rencana penyelesaian
1) Memilih strategi yang tepat, dan
2) Mengiplementasikan strategi tersebut.
d. Melihat kembali penyelesaian
1) Apakah jawaban sudah sesuai dengan pertanyaan?
2) Apakah jawaban sudah masuk akal ?
15
3) Apakan jawaba sesuai dengan kaidah matematika ?16
Selain stategi pemecahan masalah yang diungkapkan oleh Polya,
dalam metode pemecahan masalah ada beberapa langkah-langkah yakni
sebagai berikut:
a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti
demonstrasi, tugas, diskusi dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.17
16 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin, Disertasi:”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa
Calon Guru Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Gender”, (Surabaya :UNESA :2014), hlm. 77.
16
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan di atas, maka pada
penelitian ini strategi yang akan peneliti gunakan untuk menganalisis
kemamapuan pemecahan masalah siswa adalah strategi pemecahan masalah
polya, yang meliputi beberapa tahap yakni, memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian, dan melihat
kembali penyelesaian.
2. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Menurut Polya, strategi umum dalam penyelesaian soal adalah strategi
heuristic yang bertingkat-tingkat yaitu memahami soal, merencanakan
penyelesaian soal, melaksanakan rencana tersebut, melihat kembali
kebenaran penyelesaian soal yang telah dibuat.
Kemampuan menyelesaikan soal merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang meliputi:
kemampuan menuliskan aspek yang diketahui, kemampuan menuliskan
aspek yang ditanyakan, kemampuan membuat model matematika,
kemampuan menyelesaikan model matematika, dan kemampuan menjawab
pertanyaan soal.18
Syamsuddin mendefinisikan soal cerita adalah soal matematika yang
disajikan dalam bentuk verbal atau rangkaian kata-kata dan berkaitan dengan
17Bahtiar dalam Depdiknas. 2008 . Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional).
18 Wahyuddin dan Muhammad Ihsan, “Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Se-Kota Makassar”, Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 2 No. 2 2016, hlm. 112.
17
keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.19 Selain itu Abidin
mendeskripsikan soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dalam
bentuk cerita atau rangkaian kata-kata (kalimat) dan berkaitan dengan
keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari mengandung
masalah yang menuntut pemecahan.20
Soal cerita matematika mempunyai karakteristik yakni, berbentuk
suatu uraian yang memuat satu atau beberapa konsep matematika sehingga
siswa ditugaskan untuk merinci konsep-konsep yang terkandung dalam soal
tersebut. Umumnya uraian soal merupakan aplikasi konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari atau keadaan nyata, sehingga siswa seakan-akan
menghadapi keadaan sebenarnya, selain itu soal cerita matematika menuntut
siswa menguasai materi tes dan bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan
dengan baik dan benar, dan juga dalam soal cerita terdapat hubungan antara
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang sedang
dipikirkannya.21
Untuk menyelesaikan soal cerita diperlukan kemampuan membuat
model matematika atau kalimat matematika. Kalimat matematika dapat
diartikan sebagai suatu kalimat yang diformulasikan dengan menggunakan
19 Syamsuddin, Kesulitan Siswa Kelas V SD menggunakan Langkah-langkah Penyelesaian
Soal Cerita, (Surabaya: Tesis Unesa,2001), hlm.25. 20 Sridiyah, (2015) dalam Abidin, Zamal, Studi Tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri
di Kodya Banda Aceh dalam Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita. (Tesis. Malang : PPs IKIP Malang, 1989 ).
21 Nurul Istiqomah, Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama (Smp) Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung, (universitas Negeri Surabaya : 2014).
18
istilah-istilah serta simbol-simbol dalam matematika. Soedjadi
mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal matematika ditempuh
melalui langkah-langkah sebagai berikut:22
a. Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna dari tiap kalimat.
b. Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa
yang diminta atau ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang
diperlukan.
c. Membuat model matematika dari soal.
d. Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika, sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut.
Karso dkk, menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah soal-
soal matematika berbentuk kalimat cerita siswa dituntut untuk memiliki
pemahaman konsep dan keterampilan matematika, memahami masalah soal
tersebut serta membuat rencana menetapkan apa yang diminta dari data yang
diketahui. Menurut Raharjo dan Astuti mengatakan bahwa soal cerita yang
terdapat dalam matematika merupakan persoalan-persoalan yang terkait
dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dicari penyelesaian dengan menggunakan kalimat matematika. Kalimat
22 Kharisma Eka Maulana, Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita di SMU
kelas X , (Surabaya: Skripsi Unesa, 2008), hlm. 38.
19
matematika yang dimaksud dalam pernyataan tersebut adalah kalimat
matematika yang memuat operasi-operasi hitung bilangan.23
Soal cerita pecahan merupakan soal matematika yang akan digunakan
dalam penelitian. Adapun kisi-kisi atau contoh soal cerita pecahan beserta
solusinya dalam penelitian ini yaitu:
a. Panjang pita Dina adalah meter, panjang pita Ana adalah meter, dan
panjang pita Ina adalah meter. Jika panjang ketiga pita tersebut
disambung lurus, maka berapa meter panjang pita keseluruhan?
Pembahasan:
Diketahui: panjang pitan Dina =
panjang pita Ana =
panjang pita Ina =
Ditanaya: panjang pita keseluruhan ?
jadi, panjang pita keseluruhan . b. Ayu memiliki 2 potong pita merah. setiap pita panjangnya meter dan
juga mempunyai 3 potong pita putih, setiap pita panjangnya meter.
panjang pita ayu sekarang adalah.
23 Yogi Irawan. “Profil Penyelesaian Soal Cerita Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan pada Siswa Kelas VII SMP, Jurnal Pendidikan Matematika (FKIP: Universitas Tanjungpura, 2011). hlm. 2.
20
Pembahasan:
Pita Merah = Pita Putih = pita merah + pita putih =
=
Jadi, panjang pita adalah meter.
c. Ani membaca sebuah buku cerita. Dua hari yang lalu, Ani membaca
dari isi buku itu. Hari ini Ani melanjutkan membaca dari isi buku cerita
itu. Berapa bagian dari isi buku cerita yang telah dibaca oleh Ani ?
Pembahasan:
Misal: x = Ani membaca buku dua hari yang lalu
y = Ani melanjutkan membaca buku
z = Berapa isi buku dibaca Ani ?
Diketahui: Ditanya: z = …?
Jadi, Ani telah membaca bagian isi dari buku cerita tersebut.
Tiga contoh soal cerita pecahan diatas menginformasikan bahwa
kegiatan penyelesaian soal cerita terlebih dahulu kita harus memahami isi dari
21
soal cerita tersebut. Kemudian, setelah kita paham apa maksud dan tujuan dari
isi soal cerita tersebut kita dapat menuliskan dalam model matematika, baik
itu yang dipermisalkan, diketahui, ditanyakan, sampai dengan cara
mengoperasikannya. Penyelesaian soal cerita tidak hanya memperhatikan
jawaban akhir perhitungan, tetapi proses penyelesaiannya harus diperhatikan.
Siswa diharapkan menyelesaikan soal cerita melalui suatu proses tahap demi
tahap sehingga terlihat alur berpikirnya.
Berdasarkan paparan di atas terkait kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang akan digunakan dalam penelitian ini, soal cerita matematika yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal matematika salah
satunya tentang materi pecahan yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat
bentuk cerita yang diambil dari pengalaman sehari-hari yang perlu
diterjemahkan menjadi kalimat matematika atau dengan konsep-konsep
matematika, sehingga dalam menyelesaikan soal cerita memerlukan daya
nalar yang tinggi dan membutuhkan suatu prosedur atau langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu penyelesaian. Melalui soal
cerita kita dapat melatih siswa berpikir verbal, melatih kemampuan
memahami masalah serta kemampuan mengambil rencana untuk mencari
solusi dari permasalahan tersebut.
22
3. Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita
Menurut Suherman kemampuan pemecahan masalah matematis
merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai siswa karena melalui
kegiatan pemecahan masalah, aspek-aspek kemampuan matematika yang
penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola
dan lain-lain.24 Sedangkan soal cerita merupakan salah satu soal yang
menuntut untuk diselesaikan sesuai langkah-langkah penyelesaian yang tepat
dan benar.
Soal cerita matematika merupakan soal-soal matematika yang
menggunakan bahasa verbal dan berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.
Kenyataanya untuk dapat menyelesaikan soal cerita matematika tidak
semudah menyelesaikan soal matematika yang sudah berbentuk bilangan
matematika. Isnaini mengemukakan bahwa soal cerita dalam pembelajaran
matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.25 Oleh karena itu,
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika sangat
dibutuhkan.
24 Desi Patimah Rohmawati, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017, (Skripsi: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo), 2017.
25 Widyastuti Nurmalasari, Analisis Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal Pecahan Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2015/2016”, (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta), 2016.
23
Berdasarkan pengertian di atas, ada keterkaitan antara kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan menyelesaikan soal cerita. Dimana
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika merupakan salah satu
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan untuk memecahkan
masalah yang terjadi tersebut sangat diperlukan kemampuannya dalam
pemacahan masalah matematika yaitu kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan yang terjadi pada saat
penelitian berlangsung. Untuk mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa
yang terjadi tersebut digunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari responden atau perilaku yang dapat diamati.26
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian berperan sebagai instrument kunci
dalam mengumpulkan data dan menginterpretasinya, karena ia menjadi
segalanya dalam keseluruhan penelitian di lapangan, dimungkinkan juga
26 Lexy J Moelong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), hlm. 4.
24
menggunakan instrumen lain, tetapi tidak dapat menggantikan peneliti sebagai
instrument pokok untuk memahami realitas berdasarkan pemahamannya
sendiri di dalam setting dimana penelitian dilaksanakan.
Kehadiran peneliti pada penelitian ini mengandung maksud agar
peneliti dapat menganalisa masalah-masalah yang ada di lokasi penelitian
dengan seksama agar dapat memperoleh data yang lengkap, dalam hal ini
peneliti yang akan memilih informan sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data menganalisis data menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan.
3. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di MTs
Badrussalam NW Sekarbela yang terletak di jalan Sultan Kaharuddin, Gang
Al -Musthofa Sekarbela, Desa Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dalam menentukan lokasi penelitian, ada
beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan peneliti, yakni kemudahan
dalam mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan. Peneliti memilih MTs
Badrussalam NW Sekarbela sebagai lokasi penelitian karena tempatnya yang
mudah dijangkau selain itu juga siswa-siswi yang berada di MTs Badrussalam
NW Sekarbela tergolong siswa yang patuh dan mudah diarahkan pada saat
melaksanakan peneltian nanti.
4. Sumber Data
25
Sumber data yang utama dalam penelitian ini adalah siswa (peserta
didik) dan yang kedua yaitu guru.
a. Siswa
Data siswa dalam penelitian dapat diperoleh secara tertulis yaitu
mereka mengerjakan soal tes yang terdiri dari tiga soal terkait dengan soal
cerita pecahan, maupun secara lisan yaitu hasil wawancara antara peneliti
dengan siswa.
b. Guru
Data dari guru dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan
wawancara yaitu wawancara antara peneliti dengan guru mengenai siswa
yang memiliki kemampuan masih cukup rendah dalam mengerjakan soal
cerita.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara.27 Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu melalui Tes tertulis, interview (wawancara) dan Observasi
(pengamatan).
27 Sugiyono, ”Memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Afabeta, 2016), hlm. 62.
26
a. Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan suatu unsur penting dalam
penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah
sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa
mengetahui kondisi, realitas lapangan penelitian. Tehnik pengamatan juga
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.28
Jenis observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif pasif karena pada saat melakukan observasi, peneliti
secara langsung datang ke lokasi penelitian,tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan atau proses pembelajaran.29 Metode ini digunakan untuk
mengetahui gambaran umum sekolah, meliputi letak geografis, sarana dan
prasarana yang ada dalam sekolah serta informasi lain yang berhubungan
dengan sekolah baik fisik maupun non fisik.
b. Tes Tertulis
Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, inteleginsi, kemampuan atau bakat yang
28 Lexy J Moelong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), hlm. 174. 29 Sugiyono, “memahami penelitian kualitatif”, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 66.
27
dimiliki oleh individu atau kelompok.30 Dalam penelitian ini tes yang
digunakan adalah tes tertulis berbentuk soal cerita. Tes tertulis berbentuk
soal cerita ini dipilih agar setiap langkah penyelesaian yang ditulis siswa
dapat menggambarkan cara berpikir verbal siswa tersebut terkait dengan
kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita yang dimilikinya.
Soal cerita yang disajikan dalam tes tertulis berkaitan dengan materi
pecahan yang terdiri dari 3 butir soal. Soal yang akan digunakan peneliti
adalah soal yang dalam kategori tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.
Tes tertulis tersebut dikerjakan secara individu selama 80 menit dengan
sifat ujian tertutup dalam artian siswa dilarang membuka buku catatan
maupun buku lain yang berkaitan dengan materi yang diujikan.
c. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau
responden.31 Wawancara adalah suatu cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, bertatap muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Dalam penelitian ini tujuan wawancara adalah
mengkonfirmasi ulang pengerjaan tes tertulis dari subyek penelitian untuk
mengetahui lebih lanjut terkait cara atau pola berpikir verbal siswa
30 Yatim Riyanto, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, (Surabaya: Penerbit SIC, 2012), hlm.
84. 31 Ibid., hlm. 67.
28
terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan yang telah
diberikan. Wawancara akan dilakukan setelah dilakukan pengelompokan
kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan tiap siswa.
6. Tehnik Analisis Data
Setelah memperoleh data lapangan dari pelaksanaan penelitian, maka
penelitian akan menganalisis data tersebut dengan berbagai tehnik. Adapun
tehnik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah tehnik analisis yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman.
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
sehingga data yang diperoleh memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan. Tahap-tahap reduksi dalam penelitian ini
adalah.
1) Mengoreksi hasil pekerjaan siswa, kemudian peneliti memilih dan
membuang yang sekiranya tidak relevan untuk penelitian. Tujuan dari
mengoreksi hasil pekerjaan siswa yaitu untuk menentukan siswa yang
akan dijadikan subjek penelitian. Selain itu peneliti juga
mengelompokkan data hasil tes tertulis siswa dan memberikan kode
pada masing-masing hasil tes yang sudah dikelompokkan.
29
2) Hasil pekerjaan siswa yang menjadi subjek penelitian merupakan data
mentah yang harus ditransformasikan pada catatan sebagai bahan
untuk wawancara.
3) Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik
dan rapi, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Dalam tahap ini data yang berupa hasil pekerjaan siswa disusun
menurut urutan objek penelitian.
Tahap penyajian data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menyajikan hasil pekerjaan siswa pada tes tertulis soal cerita yang
sudah dikelompokkan oleh peneliti pada tahap reduksi data.
2) Menyajikan hasil wawancara yang telah disederhanakan dengan
susunan bahasa yang baik dan rapi.
c. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan, maka tahap selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan. Peneliti membandingkan data hasil tes tertulis dengan data
hasil wawancara siswa yang menjadi subjek penelitian. Sehingga dapat
30
diketahui tingkat kemampuan verbal siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan.
Langkah-langkah Analisis ditunjukkan pada gambar berikut:32
7. Pengecekan keabsahan data
Dalam bukunya, Suginono mengelompokkan beberapa cara pengecekan
keabsahan data, yakni perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,
triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan
mengadakan member check. 33
Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara
sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
32 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung: ALFABETA, 2016), hlm. 92. 33 Ibid, h. 368.
Data display
Data Collection
Data Reduction Conclusions
drawing / verification
31
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.34 Triangulasi
adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu.35
1) Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
2) Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
3) Triangulasi waktu, dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda.
b. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.36
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pemaparan dalam skripsi ini dibagi kedalam empat bagian.
Masing-masing bagian berisi pemaran yang berbeda tetapi merupakan kelanjutan
dari pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.
34 Lexy J Moelong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), hlm. 330. 35 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2013) 125. 36 Ibid, h. 128.
32
Pemaparan dari masing-masing bagian diuraikan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang
lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori berisikan kajian
terhadap beberapa teori dan referensi yang menjadi landasan dalam
mendukung penelitian ini, diantaranya adalah teori mengenai kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika, dan hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan menyelesaikan soal cerita.
2. Paparan Data dan Temuan
Bab ini berisikan uraian tentang gambaran lokasi penelitian berupa sejarah
berdirinya Madrasah Tsanawiyah Badrussalam NW Sekarbela, letak
geografis, visi dan misi, siswa dalam 3 tahun terakhir, dan hasil dari
penelitian.
3. pembahasan
Bab ini berisikan pembahasan yang dipaparkan untuk jawaban dari rumusan
masalah penelitian.
4. Penutup
Bab ini berisis berupa temuan penelitian kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan dan saran rekomendasi dari hasil kesimpulan tersebut.
33
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Badrussalam NW Sekarbela
MTs Badrussalam NW sekarbela diresmikan pada tanggal 10 oktober
1984, dimana madrasah tersebut terletak di Jl. Sultan Kaharudin, kelurahan
karang pule kecamatan sekarbela kota mataram, yang bernaung di bawah
yayasan Nahdlatul Wathan (NW).
Salah satu latar belakang berdirinya MTs Badrussalam NW Sekarbela
ini yaitu untuk mencetak generasi yang cerdas, yang berpendidikan, yang
nantinya akan mengoutput atau menghasilkan generasi-generasi yang islami.
Siswa-siswi yang sekolah di MTs ini bukan hanya saja yang berada dari
kelurahan Karang Pule saja akan tetapi dari beragam desa dan kelurahan yang
ada di kecamatan Sekarbela kota Mataram. Pada awal berdirinya MTs ini
yaitu dengan gedungnya yang sederhana serta sarana dan prasarana yang
masih serba kekurangan dan jauh berbeda dari yang sekarang ini.
2. Letak Geografis MTs Badrussalam NW Sekarbela
Sekolah MTs Badrussalam NW Sekarbela Mataram dikelilingi oleh jalan
utama sekolah dan rumah penduduk. Dari jalan raya utama untuk menuju ke
sekolah tersebut harus berjalan masuk ke dalam gang sekitar 100 m. Adapun
33
34
luas tanah tempat bangunan MTs Badrussalam NW sekarbela dengan batasan-
batasan sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Rumah Masyarakat
b. Sebelah selatan : MTs dan MA al Raisiyah
c. Sebelah barat : Rumah Masyarakat
d. Sebelah timur : Rumah Masyarakat.37
3. Visi dan Misi MTs Badrussalam NW Sekarbela
a. Visi
Prestasi Unggul Berbasis Iman dan Taqwa
b. Misi
1) Membentuk generasi yang unggul dalam prestasi;
2) Melaksanakan pendidikan terpadu dan berkelanjutan;
3) Memperdalam pemahaman terhadap al-Qur’an;
4) Mengembangkan ilmu Nahwu dan Sharf sebagai alat bantu;
5) Membina akhlakul karimah melalui ta’lim dan imtaq;
6) Mengoptimalkan kemampuan pesertadidik melalui berbagai kegiatan,
seperti kesenian, lomba mencari bakat, dan lain-lain.38
4. Keadaan Siswa
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama di sekolah ini,
kami melihat bahawa pada umumnya Siswa-siswi MTs Badrussalam NW
37 Observasi, Tanggal 26 Februari 2018 38 Sumber: Dokumentasi MTs Badrussalam NW Sekarbela, Tanggal 13 April 2018
35
Sekarbela cukup pandai dan memiliki keterampilan dan bakat, meskipun ada
beberapa siswa yang membutuhkan perhatian khusus dalam belajar. Namun
dalam sistem belajar masih minim, hal ini terlihat ketika proses belajar
mengajar siswa masih perlu asahan mental dan keberanian, karena dalam
proses pembelajaran sekarang menggunakan kurikulum 2013 yang menuntut
siswa harus lebih aktif dan guru hanya memberikan arahan dalam belajar.
Sesuai dengan data yang diperoleh jumlah murid pada MTs
Badrussalam NW Sekarbela dari kelas VII sampai dengan kelas IX adalah
sebagai berikut:
a. Kelas VII : 32 orang
b. Kelas VIII : 29 orang
c. Kelas IX : 38 orang
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan di uraikan tentang hasil yang dapat diperoleh dari
penelitian yang dilaksnakan di MTs Badrussalam NW Sekarbela, yaitu mengenai
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, pertama yaitu
pelaksanaan tes atau ujian tertulis kepada peserta didik dan kedua yaitu
wawancara yang diadakan setelah pelaksanaan tes dilakukan.
36
Tabel 2.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tahap Subjek Hari, tanggal Jam pelajaran
ke-
Tempat
Tes
Kelas VII
Sabtu, 28 April 2018
1, 2
MTs Badrussalam NW Sekarbela
Wawancara
Kelas VII
Senin, 30 April 2018
5, 6
MTs Badrussalam NW Sekarbela
Dalam mendeskripkan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa
MTs Badrussalam NW Sekarbela, khususnya dalam menyelesaikan soal cerita
dengan materi pecahan, maka diolah sesuai dengan tehnik analisis data pada Bab
I berdasarkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan yang
telah ditemukan. Hal-hal yang akan diuraikan dalam temuan data ini yaitu hasil
penelitian dalam bentuk hasil tes berupa tabel hasil tes dan deskripsi.
1. Deskripsi Data Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan 32 peserta didik dari kelas VII
MTs Badrussalam NW Sekarbela. Peneliti mengambil semua peserta didik
dari kelas VII MTs Badrussalam NW Sekarbela untuk mengikuti tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan supaya dapat diketahui
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut. Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap pengumpulan data yaitu tes dan wawancara. Pada
tahap tes diikuti oleh 32 orang peserta didik selama 2 jam pelajaran. setelah
tes dilakukan dan kemudian tes dianalisis, dipilih 6 orang peserta didik untuk
37
diwawancarai dengan 2 peserta didik yang nilai tesnya dalam kategori
rendah, 2 peserta didik yang nilia tesnya dalam kategori sedang, dan 2 orang
peserta didik yang nilai tesnya dalam kategori tinggi.
Tabel 2.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Tahap Subjek Jumlah subjek Tes Kelas VII 32
Wawancara Kelas VII 6
2. Deskripsi Hasil Tes
Tes soal cerita pecahan yang diberikan bertujuan untuk menganalisis
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. tes soal cerita pecahan yang
diberikan kepada siswa terdiri dari 3 soal essay. Soal tes yang dirancang
peneliti untuk menganalisis tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa
menggunakan indikator: (1) Kemampuan membaca konsep matematika.
Kemampuan membaca digunakan untuk menerjemahkan masalah
matematika seperti masalah dalam menyelesaikan soal cerita. (2)
Kemampuan memahami yaitu untuk mengetahui maksud permasalahan yang
diberikan atau yang termuat dalam soal cerita matematika tersebut. (3)
kemampuan menulis diperlukan untuk menulis suatu simbol-simbol
matematika atas dasar pemahaman setelah kita membaca atau
menterjemahkan masalah yang diketahui dalam soal tersebut dan perlu
diselesaikan.
38
Masing-masing tiap penyelesaian dalam satu soal memiliki skor
tersendiri yang dimana skor paling rendah yaitu 2 dan skor tertinggi adalah
25. Setiap butir soal yang dikerjakan oleh siswa-siswi MTs Badrussalam
NW Sekarbela memiliki skor yang beragam. Dimana, skor terendah dari
hasil tes yang telah dilaksanakan adalah 6 yang terdiri dari dua orang siswa,
sedangkan skor tertinggi yaitu 58 dan tertinggi kedua adalah dengan skor 56.
Tiga soal cerita pecahan dalam bentuk essay ini menggambarkan tingkat
kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut. Hasil tes kemampuan
menyelesaiakan soal cerita pecahan pada 32 orang siswa kelas VII MTs
Bandrussalam NW Sekarbela disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Data Hasil Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan
No. Nama Peserta Didik Nomor soal dan skor tiap soal
Total Skor
1 2 3 1 Baiq Atun Nafia 10 0 0 10 2 M. Haditia 2 2 2 6 3 Roby Ul Fadli 10 0 0 10 4 Inaya Rizkillah 8 20 0 28 5 Ana Zulfa 23 16 2 41 6 Irgi Ahmad Fahrezi 12 20 0 22 7 Putri Alifia Hulyan 0 12 11 23 8 Ulul Azmi 0 11 10 21 9 Rizki Amin 17 7 0 24 10 Mayesa 15 20 9 35 11 Rizki Parin 22 6 13 41 12 Ahmad Bukhari 10 9 3 22 13 M. Muslim 12 11 10 33 14 Hilyatin Nisa 12 12 11 35 15 Yuhana 10 12 9 31
39
16 Sari Rizkiyana 10 10 10 30 17 Dian ulpa 6 20 9 35 18 Khuratul ain 19 17 8 44 19 Dian maulani 20 12 8 40 20 Izzatul Islamiah 22 17 8 47 21 Rika Rahmawati 15 20 11 46 22 Nurlaela 20 17 10 47 23 M. Sohri 18 10 21 49 24 L. Fathra Al-gifari 12 9 21 42 25 Sahrul Gunawan 23 13 20 58 26 Milhiyati 22 20 18 56 27 Mardiana 12 10 13 35 28 M. Dodik Algani 11 2 3 16 29 Sinta Febriana 12 12 20 44 30 Zaenul Muttaqen 2 3 10 15 31 Syarif Alpian 6 2 10 18 32 Faenurrahman 4 2 0 6
Keterangan: Siswa dalam kategori Tinggi
Siswa dalam kategori sedang
Siswa dalam kategori rendah
Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Tes Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan39
No. Kategori Standar nilai Jumlah siswa Presentase
1 Tinggi X ≥ 53 2 6, 25 %
2 Sedang 29 ≤ X < 53 17 53, 125 %
3 Rendah X ≤ 29 13 40, 625 %
Data pada Tabel di atas maka penelusuran dan analisis lebih mendalam
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana data-data yang diperoleh benar-benar
39 Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Jakarta,
2006), hlm. 51.
40
mewakili atau menggambarkan maksud dan sudut pandang yang sebenarnya oleh
subjek penelitian. Penelusuran dan analisis dilakukan terhadap hasil tes dan
wawancara yang berpedoman pada pertanyaan yang dijawab oleh subjek
penelitian pada saat mengerjakan tes kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan.
Bab I telah diuraikan bahwa, setelah mendapatkan skor nilai kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika 6 orang peserta didik dengan 2 siswi yang
memiliki skor nilai rendah, sedang, dan tinggi dipilih untuk diwawancarai,
dilanjutkan dengan analisis berupa deskripsi tingkat kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki oleh peserta didik dari penyelesaian soal cerita pecahan,
untuk kemudian ditarik kesimpulan.
Data yang disajikan disini adalah hasil tes kemampuan menyelesaikan soal
cerita pecahan, beberapa jawaban dari subjek penelitian yang salah menjawab
dan mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita pecahan dan hasil
wawancara yang telah direduksi. Reduksi dilakukan dengan alasan subjek
penelitian memberi jawaban-jawaban yang hampir sama atau jawaban alasan
yang diberikan melenceng dari pertanyaan. Berikut ini akan disajikan hasil tes
dan wawancara pada masing-masing soal kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan.
41
1. Kemampuan siswa dalam kategori tinggi
a. Hasil Penyelesaian Soal Cerita Pecahan
Subjek I
Subjek II
42
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan ketiga soal
cerita pecahan tersebut, subjek penelitian pertama terlihat kemampuan
dalam membaca masalah pada soal nomor 1 yaitu dimana lama waktu
pemakain beras adalah jumlah beras dibagi dengan pemakaian beras
perhari, subjek pertama berhasil menyelesaikannya dengan langkah-
langkah penyelesaian yang benar sehingga memperoleh hasil 50. Akan
tetapi, dalam menuliskan satuannya pada soal nomor 1 tersebut masih
keliru yang dituliskan satuan ukuran berat bukan satuan ukuran waktu.
Kedua kemampuan memahami yaitu siswa mengetahui dan menuliskan
apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal nomor 1 tersebut. Soal
nomor 2 sama juga dengan soal nomor 1 yaitu subjek pertama mampu
membaca masalah dan memahami masalah dari soal tersebut sehingga
penyelesaian yang dilakukan dalam soal sudah benar dengan langkah-
langkah yang dikerjakannya runtut dan sistematis. Sedangkan pada soal
nomor 3 siswa memahami masalah dan mengetahui maksud dari soal
tetapi langka-langkah penyelesaiannya masih kurang. Subjek ke-II
terlihat kemampuan pemecahan maasalah sama dengan subjek I dimana
pada soal nomor 1 dan 2 subjek kedua kemampuan memahami dan
membaca masalah sudah terlihat dengan kemampuannya menyelesaikan
soal nomor 1 dan 2 dengan baik dan benar walaupun masih ada sedikit
yang keliru contohnya dalam menuliskan satuannya dan menuliskan
kesimpulan dari jawaban akhirnya dalam soal tersebut. Begitupun
43
dengan soal nomor 3 kemampuan memahami dan mengetahui maksud
dari soal sudah terlihat walaupun langkah-langkah dalam
penyelesaiannya masih kurang.
b. Petikan Wawancara
Subjek I
Peneliti : Sahrul, jawabannya nomor 1 dan 2 sudah benar tapi
kesimpulan hasil dari jawabannya jangan lupa ditulis ya biar
jelas apa yang ditanyakan dalam soal tersebut.
Subjek : iya bu maaf.
Peneliti : coba perhatikan soal nomor tiga, apa yang ditanyakan ?
Subjek : Panjang seluruh pita bu.
Peneliti : iya betul, perhatikan baik-baik penyelesaiannya ada yang salah
tidak?
Subjek : iya ibu ini yang salah . Seharusnya kita kalikan juga
dengan pembilangnya bu.
Peneliti : iya tepat sekali, coba tulis ulang jawabannya yang benar bagaimana?
Subjek : ini ibu jawabannya yang benar .
Subjek II
Peneliti : Milyati, jawabnya sudah benar, kesimpulannya harus ditulis ya
supaya jelas apa yang ditanyakan.
Subjek : iya bu, saya lupa tulis kesimpulannya.
44
Peneliti : kalau nomor 2 apa yang ditanyakan ?
Subjek : berapa liter isi minyak setiap botol bu.
Peneliti : iya benar, coba lihat penyelesaian akhirnya betul tidak itu.
Subjek : iya bu, maaf tadi salah saya keliru angkanya ibu 2 × 6 bukan 2
× 4 bu.
Peneliti : coba perhatikan baik-baik soal nomor tiga apa yang salah
Subjek : oh iya ibu ini salah penyelesaiannya seharusnya kalau kita
samakan semua penyebutnya kita juga akan mengalikan
dengan pembilangnya diatas.
Peneliti : Betul sekali, lain kali perhatikan baik-baik dulu ya
pekerjaannya jangan terburu-buru.
Subjek : Iya bu.
c. Analisis Dan Temuan
Hasil tes dan petikan wawancara di atas, disimpulkan bahwa subjek
pertama dan subjek kedua dalam penelitian ini tergolong memiliki
kemampuan pemecahan masalah dalam kategori tinggi, hal tersebut
dikarenakan kemampuannya dalam membaca masalah dan memahami
masalah dalam soal, menuliskan jawabannya dengan langkah-langkah
penyelesaian sesuai dengan perintah dalam soal, dan bisa
mengkomunikasikan dengan baik dan benar setelah dilakukan
wawancara atas jawabannya pada soal tes tertulis yang diberikan kepada
mereka tersebut. Walaupun masih ada yang keliru dalam menyelesaikan
45
soal cerita pecahan tapi kemampuan mereka sudah lumayan dan
dikategorikan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi
pada penelitian ini, dibandingkan dengan peserta didik yang lain
berdasarkan hasil penyelesaian tes tertulis yang telah dilaksanakan dan
hasil wawancara yang telah dilakukan antara peneliti dan subjek
penelitian.
2. Kemampuan siswa dalam kategori sedang
a. Hasil Penyelesaian Soal Cerita Pecahan
Subjek I
Subjek II
46
Kemampuan pemecahan masalah siswa subjek I dalam kategori sedang.
Pada soal nomor 1 Subjek penelitian memahami dan menuliskan apa
yang diketahui dan ditanyakan dalam soal cerita pecahan tersebut. Dan
mengetahui bagaimana maksud dan langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal itu, hal ini menandakan kemampuannya dalam
membaca masalah yang ada pada soal cerita. Sedangkan pada soal nomor
2 subjek penelitian ini tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, hal ini menunjukkan kemampuan dalam
memahami masalah dan menuliskan jawabannya pada lembar jawaban
masih kurang. Dan terakhir soal nomor 3 yaitu siswa menuliskan apa
yang diketahui pada soal tetapi tidak menuliskan apa yang ditanyakan.
Hal ini menggambarkan masalah kemampuan dalam memahami dan
menulis jawaban yang terjadi pada soal nomor 2 terulang kembali pada
soal nomor 3. Sedangkan subjek II, pada soal nomor 1, 2, dan 3
kemampuan memahami masalah tidak terlihat sama sekali pada subjek
ini, yang dimana subjek tersebut tidak dapat menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam ketiga soal cerita pecahan tersebut. Akan
tetapi, kemampuan dalam membaca masalah sudah terlihat jelas dalam
subjek ke-II ini yaitu dia mengetahui bagaimana maksud dari soal cerita
pecahan tersebut dan bisa mengerjakannya dengan langkah-langkah yang
benar dan tepat.
47
b. Petikan Wawancara
Subjek I
Peneliti : perhatikan soal nomor satu apa yang ditanyakan ?
Subjek : beras habis digunakan bu.
Peneliti : coba dibaca dan pahami ulang jawabannya. Apa yang
ditanyakan dalam soal nomor satu itu.
Subjek : oh iya bu, yang ditanyakan seharusnya beras akan habis dalam
waktu ?
Peneliti : iya, yang ditanyakan berapa harikah beras tersebut akan habis
digunakan ?. Berarti disini ditanyakan lama waktu atau hari
pemakain beras tersebut…!!!
Subjek : iya bu.
Peneliti : coba perhatikan soal nomor dua apa yang diketahui ataupun
ditanya pada soal nomor 2 ini ?
Subjek : diketahui banyak minyak goreng ani dan minyak goreng di
masukkan kedalam botol plastik, dan ditanya berapa liter isi
setiap botol bu.
Peneliti : iya, memang betul sekali jawabannya ini, tapi kenapa tidak
menuliskan pada lembar jawabannya biar orang lain yang
membacanya lebih paham yang dimaksud dalam soal ini.
Subjek : iya ibu maaf.
48
Peneliti : lain kali tolong dituliskan ya, karena orang yang membaca ini
nanti akan bertanya-tanya kok bisa dia mengerjakan soal ini
dan memperoleh hasilnya yang benar sedangkan yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal tidak terlihat di lembar
jawabannya.
Subjek : iya ibu.
Subjek II
Peneliti : Sari, dari ketiga soal tersebut coba sebutkan apa saja yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal nomor 1, 2, atau nomor
3?
Subjek : nomor 1 diketahui banyak beras sama pemakaian beras setiap
hari ibu. Sedangkan ditanyakan lama waktu beras habis
digunakan.
Peneliti : iya benar sekali apa yang disebutkannya, tapi kenapa tidak
menulis disini yang diketahui maupun yang ditanyakan dalam
soal itu.
Subjek : malas ibu yang penting sudah paham maksudnya.
Peneliti : justru itu karena sudah paham tersebut harus ditransformasikan
kedalam tulisan biar jelas yang diketahui dan ditanyakannya.
Subjek : iya bu.
Peneliti : lain kali tolong ditulis ya dalam menyelesaikan soal cerita.
Karena dari situ dapat kita tahu kemampuannya dalam
49
menuliskan jawaban itu sejauh mana sih…!!. nanti dikira ini
bukan hasil pekerjaannya sendiri lagi.
Subjek : iya ibu maaf.
c. Analisis Dan Temuan
Berdasarkan hasil penyelesaian soal cerita pecahan dan petikan
wawancara di atas, kemampuan pemecahan masalah pada subjek ini
tergolong dalam kategori sedang. Hal tersebut terlihat pada
penyelesaiannya dalam soal cerita pecahan tersebut. Yang dimana
mereka mengetahui maksud atau yang diperintahkan dalam soal dan
mampu menyelesaikan dengan langkah-langkah yang tepat sesuai
prosedur. Namun kemampuannya dalam memahami masalah pada soal
yaitu apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal kurang mereka
perhatikan. Yaitu mereka tidak dapat menuliskan pada lembar
jawabannya. Karena kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut
bukan hanya terlihat pada kemampuan dalam membaca masalah saja
akan tetapi kemampuan dalam memahami masalah yaitu mengetahui
apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam soal itu sangat perlu
diperhatikan begitupun kemampuannya dalam menuliskan jawaban.
Kemampuan pemecahan masalah itu bisa terlihat secara tertulis maupun
secara lisan. Secara tertulis yaitu terlihat pada lembar jawabannya
sedangkan secara lisan dapat dilihat dari kemampuannya berkomunikasi
dengan peneliti pada saat diwawancarai.
50
3. Kemampuan siswa dalam kategori Rendah
a. Hasil Penyelesaian Soal Cerita Pecahan
Subjek I
Subjek II
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan, subjek-subjek pada penelitian ini terlihat sangat sulit dalam
mengerjakan tiga soal cerita pecahan tersebut. Dimana subjek pertama
hanya mengerjakan soal nomor 1 saja dan yang terlihat hanya
kemampuan membaca masalah yaitu mengetahui maksud soal dimana 40
kg beras dibagi dengan pemakaian beras tiap hari dan memperoleh hasil
51
50. Sedangkan kemampuannya dalam memahami masalah yaitu apa
yang diketahui dan ditanyakan dalam soal ini sama sekali belum terlihat
pada lembar jawaban penyelesaian soal cerita pecahan di atas. Selain itu,
kemampuan dalam menuliskan jawabannya juga dengan langkah-
langkah yang sesuai diperintahkan dalam soal masih sangat kurang pada
subjek ini. Hal ini dibuktikannya dengan tidak mengerjakan soal nomor 2
dan 3. Dan adapun subjek kedua terlihat sama sekali sangat merasa
kesulitan dalam membaca masalah, memahami masalah, dan menulis
jawabannya. Hal tersebut dapat di lihat pada lembar penyelesaiannya di
atas. Subjek II ini hanya menuliskan langsung jawabanya pada lembar
kertas tanpa menuliskan apa yang diketahui, ditanya, dan bentuk
operasinya seperti apa dan bagaimana langkah-langkahnya sehingga
memperoleh hasil yang ada seperti pada lembar jawabannya tersebut.
b. Petikan Wawancara
Subjek I
Peneliti : coba dibaca soal nomor 2, setelah itu sebutkan apa yang
diketahui dan ditanyakan ?
Subjek : sudah ibu, sudah dibaca.
Penelitit : apa yang diketahui dan ditanyakannya dalam soal nomor 2 itu?
Subjek : 5 ½ liter minyak dan dimasukkan kedalam 6 buah botol.
Peneliti : coba tuliskan ?
Subjek : (Bingung) bagaimna cara menulisnya ?
52
Peneliti : coba perhatikan soal nomor 3, apa kata kunci dari soal
tersebut?
Subjek : (Bingung) tidak bisa menjawab pertanyaan.
Peneliti : soal nomor 1 yang ditulis di kertas jawabannya ini apa yang
diketahui ?
Subjek : (Bingung juga) tidak bisa menjawab.
Peneliti : soal nomor 1 ini dijawab sendirikan ?
Subjek : tidak bu, lihat pekerjaan teman bu.
Subjek II
Peneliti : kenapa langsung ditulis jawabannya seperti ini ?
Subjek : tidak paham ibu soalnya, yang langsung dihitung saja susah ibu
apalagi ini soal cerita.
Peneliti : iya. tapi ini kenapa kamu bisa tulis jawabannya seperti ini ?
Subjek : karang aja ibu.
Peneliti : oh iya, apa kesulitannya dalam menyelesaikan soal cerita ini ?
Subjek : semuanya ibu.
c. Analisis dan Temuan
Berdasarkan hasil penyelesaian tes soal cerita pecahan dan petikan
wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini
tergolong dalam kategori rendah. Kemampuan membaca masalah,
memahami masalah, dan kemampuan menuliskan jawaban penyelesaian
soal cerita pecahan dari subjek-subjek tersebut masih sangat kurang.
53
Terbukti dengan mereka merasa kesulitan menjawab pertanyaan dalam
soal pada lembar kertas jawabannya. Begitupun dengan
mengkomunikasikan hasil jawabannya yaitu berdasarkan hasil
wawancara antara peneliti dan subjek penelitian yang terlihat di atas.
Kamampuan membaca, memahami masalah, dan menuliskan jawaban
pada lembar jawaban siswa itu sangat penting karena dari situ kita dapat
mengetahui kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
tersebut. Dan ini menandakan kemampuan pemecahan masalah siswa
tersebut masih rendah.
54
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
Untuk lebih memahami pembahasan data temuan pada penelitian ini,
maka dalam pemaparan pembahasan data temuan, peneliti memulai dengan
menganalisis hasil tes tertulis dan hasil wawancara kemampuan pemecahan
masalah siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada masing-masing
subjek penelitian, kemudian dari masing-masing subjek penelitian, peneliti
melihat kecendrungan dari masing-masing subjek tersebut.
Berikut ini akan dibahas kemampuan pemecahan masalah siswa Kelas
VII MTs Badrussalam NW Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
berdasarkahan hasil penelitian dan paparan data pada bab II di atas.
1. Analisis hasil tes tertulis kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan masing-masing subjek penelitian.
Dari data hasil tes tertulis yang dilengkapi wawancara dapat
dipaparkan bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan. Berikut adalah pembahasan mengenai
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan dari tes tertulis yang dilengkapi oleh data wawancara :
54
55
a. Soal Nomor 1
1) Subjek penelitian dalam kategori tinggi
a) Memahami masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap memahami masalah, ditemukan data yang dapat
dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II memahami
masalah, karena subjek I dan II menuliskan apa yang diketahui dan
yang ditanyakan dari soal nomor 1. Hal ini Nampak dari hasil tes
tertulis subjek I dan II pada soal nomor 1.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.40 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek I dan II
dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori mampu memahami masalah pada soal nomor 1.
b) Merencanakan penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap merencanakan penyelesaian, sudah ditemukan
data yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
40 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Gender”, (Disertasi, Surabaya, UNESA, 2014), hlm. 77.
56
mampu merencanakan penyelesaian dalam soal, karena subjek I
dan II mampu menuliskan maksud dalam soal tersebut yaitu
operasi apa yang harus digunakan dalam memperoleh hasil atau
penyelesaian akhir dalam soal ini.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
merencanakan penyelesaian siswa menemukan konsep-konsep
atau teori-teori yang saling menunjang, dan menemukan rumus-
rumus yang diperlukan untuk menyelesaiakan permasalahan.41
Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian kategori
kemampuan tinggi dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan
termasuk dalam kategori mampu dalam merencanakan
penyelesaian pada soal nomor 1.
c) Melakukan rencana penyelesaian
Berdasarkan data tes tertulis subjek I dan II pada tahap
melakukan rencana penyelesaian, ditemukan data yang dapat
dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II kategori ini
melakukan rencana penyelesaian yakni, dalam melakukan
perhitungan, langkah perhitungan yang dilakukan subjek I dan II
sudah tepat dan hasil yang diperoleh untuk mengetahui berapa hari
41 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
berdasarkan langkah-langkah polya pada materi SPLDV bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Surakarta ditinjau dari kemampuan penalaran siswa”, (Skripsi, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 20.
57
waktu untuk pemakaian beras tersebut sudah benar. Hal ini juga
sesuai dengan hasil wawancara dengan subjek penelitia I dan II
kategori ini yaitu mampu memilih strategi penyelesaian yang
tepat, dan juga mampu mengimplementasikan strategi tersebut
dengan tepat.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap melakukan rencana penyelesaian siswa mampu memilih
strategi yang tepat, dan mengiplementasikan strategi tersebut.42
Maka, langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian I dan II
kategori tinggi dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan
termasuk dalam kategori mampu melakukan rencana penyelesaian
pada soal nomor 1.
d) Melihat kembali penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap melihat kembali penyelesaian, tidak ditemukan
data yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
menuliskan jawaban akhir, karena subjek I dan II tidak menuliskan
kesimpulan akhir jawaban dari soal nomor 1. Hal ini Nampak dari
hasil tes tertulis subjek I dan II pada soal nomor 1. Namun, pada
42 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru...,
hlm.77.
58
saat diwawancarai subjek I dan II penelitian dalam kategori ini
mampu menyimpulkan jawaban akhir dari soal tersebut.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
melihat kembali penyelesaian siswa berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
dilakukan.43 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian
kategori ini dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk
dalam kategori belum mampu dalam melihat kembali penyelesaian
pada soal nomor 1.
2) Subjek penelitian dalam kategori sedang
a) Memahami masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap memahami masalah,
subjek I penelitian dalam kategori ini sudah ditemukan
kemampuan dalam memahami masalah, karena subjek I mampu
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal tersebut
walaupun penulisannya masih kurang tepat namun dia sudah tahu
apa yang telah diketahui dan ditanyakan dari soal berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan juga. Sedangkan subjek II tidak
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal,
43 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
berdasarkan langkah-langkah polya..., hlm. 21.
59
namun melalui wawancara, subjek II mampu menemukan
diketahui dan ditanyakan pada soal nomor 1.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.44 Maka langkah yang ditempuh oleh Subjek I dan II
kategori ini dalam menyelesaiakan menyelesaiakan soal cerita
pecahan termasuk dalam kategori cukup mampu memahami
masalah pada soal nomor 1.
b) Merencenakan penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap merencanakan penyelesaian, sudah ditemukan
data yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
mampu merencenakan penyelesaian dalam soal cerita pecahan,
karena subjek I dan II mampu menuliskan maksud dalam soal
tersebut yaitu mengetahui operasi pembagian dan perkalian yang
harus digunakan dalam memperoleh hasil atau penyelesaian akhir
dalam soal ini. Walaupun pada hasil tes tertulis pada siswa kurang
lengkap ditulis, namun berdasarkan wawancara kedua subjek
44 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika …, hlm. 77.
60
penelitian ini mampu menjelaskan sehingga dikatakan siswa pada
subjek peneltian ini mampu dalam merencanakan penyelesaian
dari soal nomor 1.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap merencanakan penyelesaian siswa menemukan konsep-
konsep atau teori-teori yang saling menunjang, dan menemukan
rumus-rumus yang diperlukan untuk menyelesaiakan
permasalahan.45 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek
penelitian kategori sedang dalam menyelesaiakan soal cerita
pecahan termasuk dalam kategori cukup mampu dalam
merencanakan penyelesaian pada soal nomor 1.
c) Melakukan rencana penyelesaian
Berdasarkan hasil testertulis pada tahap melakukan rencana
penyelesaian subjek I dan II kategori ini sudah ditemukan data
yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II kategori
ini mampu dalam melakukan rencana penyelesaian karena mereka
melakukan perhitungan dengan operasi yang tepat sehingga
memperoleh hasi sesuai dengan jawaban yang diinginkan.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap melakukan rencana penyelesaian siswa mampu memilih
45 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…”,
(Skripsi, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 20.
61
strategi yang tepat, dan mengiplementasikan strategi tersebut.46
Maka, langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian kategori
sedang dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori mampu melakukan rencana penyelesaian pada soal
nomor 1.
d) Melihat kembali penyelesaian
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap melihat kembali
penyelesaian akhir subjek I dan II penelitian dalam kategori ini
belum ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa
subjek I dan II mampu menuliskan jawaban akhir dari soal nomor
1 karena mereka belum mampu menyimpulkanjawaban akhirnya.
Maka langkah yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan termasuk dalam kategori kurang mampu dalam
penulisan jawaban akhir dari soal nomor 1.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
melihat kembali penyelesaian siswa berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
dilakukan.47 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian
kategori ini dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam
46 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru...,
hlm. 77. 47 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika..., hlm. 21.
62
kategori belum mampu dalam melihat kembali penyelesaian pada
soal nomor 1.
3) Subjek penelitian dalam kategori rendah
a) Memahami masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap memahami masalah, belum ditemukan data tes
tertulis yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II memahami masalah dari soal nomor 1, yakni subjek I dan II
tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari
soal. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan subjek I
dan II.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa
yang ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-
syarat apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.48 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek I dan II
dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori belum mampu memahami masalah pada soal nomor 1.
48 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika ..., hlm. 77.
63
b) Merencanakan penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap membaca masalah, sudah ditemukan data yang
dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I mampu dalam
merencanakan penyelesaian, karena subjek I mampu menuliskan
maksud dari soal nomor 1 yaitu operasi apa yang harus digunakan
dalam menyelesaikannya. Tetapi setelah diwawancarai siswa ini
tidak mampu dalam menjelaskan maksud dari soal tersebut.
Sedangkan subjek II belum ditemukan data yang dapat dijadikan
untuk menyatakan bahwa subjek II mampu dalam merencanakan
penyelesaian. Maka langkah yang ditempuh subjek I dan II
kategori ini dalam merencanakan penyelesaian masih kurang.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
merencanakan penyelesaian siswa menemukan konsep-konsep atau
teori-teori yang saling menunjang, dan menemukan rumus-rumus
yang diperlukan untuk menyelesaiakan permasalahan.49 Maka
langkah yang ditempuh oleh SL1 dalam menyelesaiakan soal cerita
pecahan termasuk dalam kategori belum mampu dalam
merencanakan penyelesaian pada soal nomor 1.
49 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…”,
(Skripsi, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 20.
64
c) Melakukan rencana penyelesaian
Berdasarkan hasil tes tertulis dalam melakukan rencana
penyelesaian subjek I dan II pada kategori ini sama sekali tidak
terlihat. Sehingga subjek penelitian kategori ini termasuk dalam
kategori belum mampu dalam melakukan rencana penyelesaian
karena tidak mampu dalam perhitungan menyelesaikan soal cerita
pecahan dengan benar.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap melakukan rencana penyelesaian siswa mampu memilih
strategi yang tepat, dan mengiplementasikan strategi tersebut.50
Maka, langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian kategori ini
dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori belum mampu melakukan rencana penyelesaian pada soal
nomor 1.
d) Melihat kembali penyelesaian
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap melihat kembali
penyelesaian subjek I dan II penelitian dalam kategori ini belum
ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II mampu melihat kembali penyelesaian dari soal nomor 1
karena mereka belum mampu menuliskannya. Pada saat
50 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru...,
hlm.77.
65
diwawancarai subjek I dan II penelitian dalam kategori ini juga
belum mampu menyimpulkan jawaban akhir dari soal tersebut,
sehingga subjek ini masuk dalam kategori siswa tidak mampu
menuliskan jawaban akhir dari soal nomor 1.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
melihat kembali penyelesaian siswa berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
dilakukan.51 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian
kategori ini dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk
dalam kategori belum mampu dalam melihat kembali penyelesaian
pada soal nomor 1.
b. Soal Nomor 2
1) Subjek penelitian dalam kategori tinggi
a) Memahami masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap memahami masalah, ditemukan data yang dapat
dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II memahami
masalah, karena subjek I dan II menuliskan apa yang diketahui dan
yang ditanyakan dari soal nomor 2. Hal ini Nampak dari hasil tes
tertulis subjek I dan II pada soal nomor 2.
51 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
berdasarkan langkah-langkah polya..., hlm. 21.
66
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.52 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek I dan II
dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori mampu memahami masalah pada soal nomor 2.
b) Merencanakan penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap merencanakan penyelesaian, sudah ditemukan
data yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
mampu merencanakan penyelesaian dalam soal, karena subjek I
dan II mampu menuliskan maksud dalam soal tersebut yaitu
operasi apa yang harus digunakan dalam memperoleh hasil atau
penyelesaian akhir dalam soal ini.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
merencanakan penyelesaian siswa menemukan konsep-konsep
atau teori-teori yang saling menunjang, dan menemukan rumus-
52 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif…”, (Disertasi: Surabaya, UNESA, 2014), hlm.77.
67
rumus yang diperlukan untuk menyelesaiakan permasalahan.53
Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian kategori ini
dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan termasuk dalam
kategori mampu dalam merencanakan penyelesaian pada soal
nomor 2.
c) Melihat kembali penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap melihat kembali penyelesaian, ditemukan data
yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
belum mampu melihat kembali penyelesaiannya, karena subjek I
dan II tidak menuliskan kesimpulan akhir jawaban dari soal nomor
2. Hal ini Nampak dari hasil tes tertulis subjek I dan II pada soal
nomor 2. Namun, pada saat diwawancarai subjek I dan II
penelitian dalam kategori ini mampu menyimpulkan jawaban akhir
dari soal tersebut, sehingga subjek ini masuk dalam kategori siswa
cukup mampu melihat kembali penyelesaiannya.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
melihat kembali penyelesaian siswa berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
53 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
berdasarkan langkah-langkah polya…”, (Skripsi: Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 20.
68
dilakukan.54 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian
kategori ini dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam
kategori cukup mampu dalam melihat kembali penyelesaian pada
soal nomor 2.
2) Subjek penelitian dalam kategori sedang
a) Memahami masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap memahami
masalah, subjek I dan II tidak mampu dalam memahami masalah,
karena subjek I dan II belum mampu menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya dari soal nomor 2 tersebut.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa
yang ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-
syarat apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.55 Maka langkah yang ditempuh oleh Subjek I dan II
kategori ini dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam
kategori kurang mampu memahami masalah pada soal nomor 2.
54 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…”
(Skripsi: Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 21. 55 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan masalah…, (Disertasi: Surabaya, UNESA, 2014), hlm.77.
69
b) Merencanakan penyelesaian
Jika ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah,
yaitu pada tahap merencanakan penyelesaian, sudah ditemukan
data yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II
mampu merencanakan penyelesaian dalam soal, karena subjek I
dan II mampu menuliskan maksud dalam soal tersebut yaitu
operasi apa yang harus digunakan dalam memperoleh hasil atau
penyelesaian akhir dalam soal ini. Sehingga dikatakan siswa pada
subjek peneltian ini mampu dalam membaca masalah dari soal
nomor 2.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada
tahap merencanakan penyelesaian siswa menemukan konsep-
konsep atau teori-teori yang saling menunjang, dan menemukan
rumus-rumus yang diperlukan untuk menyelesaiakan
permasalahan.56 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek
penelitian kategori ini dalam menyelesaiakan soal cerita pecahan
termasuk dalam kategori mampu dalam merencanakan
penyelesaian pada soal nomor 2.
56 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…”,
(Skripsi, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 20.
70
a) Melihat kembali penyelesaian
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap penulisan jawaban
akhir subjek I dan II penelitian dalam kategori ini belum
ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II mampu menuliskan jawaban akhir dari soal nomor 2 karena
mereka belum mampu menuliskannya. Maka langkah yang
ditempuh siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan termasuk
dalam kategori kurang mampu dalam penulisan jawaban akhir dari
soal nomor 2.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
melihat kembali penyelesaian siswa berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
dilakukan.57 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek penelitian
kategori ini dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam
kategori belum mampu dalam melihat kembali penyelesaian pada
soal nomor 2.
c) Subjek penelitian dalam kategori rendah
a) Membaca masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan verbal, yaitu pada tahap
membaca masalah, belum ditemukan data yang dapat dijadikan
57 Devi Eganinta Tarigan, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…”
(Skripsi: Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 21.
71
untuk menyatakan bahwa subjek I dan II mampu dalam membaca
masalah, karena subjek I dan II tidak mampu menuliskan maksud
dari soal nomor 2. Setelah diwawancara siswa ini juga tidak
mampu dalam menjelaskan maksud dari soal tersebut. Sehingga
langkah yang ditempuh subjek I dan II kategori ini dalam
membaca masalah masih sangat kurang.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
membaca soal (reading) yaitu ketika seseorang membaca sebuah
tes, maka oleh pembaca akan dipresentasikan sesuai dengan
pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, atau dikenal sebagai
hasil representasi dari kemampuan mental pembaca tersebut.
selanjutnya, kemampuan membaca siswa dalam menghadapi
masalah berpengaruh terhadap bagaimana siswa tersebut akan
memecahkan masalah. Kemampuan membaca siswa dapat
membantu dalam pemecahan masalah berbentuk soal cerita. Untuk
mengecek kemampuan membaca, siswa diminta mengartikan kata-
kata penting yang diberikan pada soal.58
b) Memahami masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan verbal, yaitu pada tahap
memahami masalah, belum ditemukan data tes tertulis yang dapat
58 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
72
dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I dan II memahami
masalah dari soal nomor 2, yakni subjek I dan II tidak menuliskan
apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal. Hal ini juga
sesuai dengan hasil wawancara dengan subjek I dan II.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.59 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek I dan II
dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam kategori belum
mampu memahami masalah pada soal nomor 1.
c) Penulisan jawaban akhir
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap penulisan jawaban
akhir subjek I dan II penelitian dalam kategori ini belum
ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II mampu menuliskan jawaban akhir dari soal nomor 2 karena
mereka belum mampu menuliskannya. Pada saat diwawancarai
subjek I dan II penelitian dalam kategori ini juga belum mampu
menyimpulkan jawaban akhir dari soal tersebut, sehingga subjek
59 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika ..., hlm.77
73
ini masuk dalam kategori siswa tidak mampu menuliskan jawaban
akhir dari soal tersebut.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
penulisan jawaban akhir (encoding), pada tahapan ini, siswa
dikatakan telah mencapai tahapan penulisan jawaban apabila siswa
dapat menuliskan jawaban yang ditanyakan secara tepat.
Selanjutnya, untuk mengecek kemampuan penulisan jawaban,
siswa diminta melakukan pengecekkan kembali terhadap jawaban
dan siswa diminta menginterprestasikan jawaban akhir.60
c. Soal Nomor 3
1) Subjek penelitian dalam kategori tinggi
a) Membaca masalah
Jika ditinjau dari aspek kemampuan verbal, yaitu pada tahap
membaca masalah, sudah ditemukan data yang dapat dijadikan
untuk menyatakan bahwa subjek I dan II mampu membaca
masalah dalam soal, karena subjek I dan II mampu menuliskan
maksud dalam soal nomor 3 tersebut yaitu operasi apa yang harus
digunakan namun dalam memperoleh hasil atau penyelesaian akhir
dalam soal ini masih kurang tepat.
60 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
74
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
membaca soal (reading) yaitu ketika seseorang membaca sebuah
tes, maka oleh pembaca akan dipresentasikan sesuai dengan
pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, atau dikenal sebagai
hasil representasi dari kemampuan mental pembaca tersebut.
selanjutnya, kemampuan membaca siswa dalam menghadapi
masalah berpengaruh terhadap bagaimana siswa tersebut akan
memecahkan masalah. Kemampuan membaca siswa dapat
membantu dalam pemecahan masalah berbentuk soal cerita. Untuk
mengecek kemampuan membaca, siswa diminta mengartikan kata-
kata penting yang diberikan pada soal.61
b) Memahami masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap memahami masalah
subjek I dan II mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
pada soal nomor 3. Maka pada tahap ini subjek penelitian
termasuk dalam kategori mampu dalam memahami masalah.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
61 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
75
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.62
d) Penulisan jawaban akhir
Berdasarkan hasil tes tertulis yaitu pada tahap menuliskan
jawaban, ditemukan data yang dapat dijadikan untuk menyatakan
bahwa subjek I dan II menuliskan jawaban akhir, karena subjek I
dan II tidak menuliskan kesimpulan akhir jawaban dari soal nomor
1. Hal ini Nampak dari hasil tes tertulis subjek I dan II pada soal
nomor 3. Namun, pada saat diwawancarai subjek I dan II
penelitian dalam kategori ini mampu menyimpulkan jawaban akhir
dari soal tersebut, sehingga subjek ini masuk dalam kategori siswa
mampu menuliskan jawaban akhir dari soal tersebut.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
penulisan jawaban akhir (encoding), pada tahapan ini, siswa
dikatakan telah mencapai tahapan penulisan jawaban apabila siswa
dapat menuliskan jawaban yang ditanyakan secara tepat.
Selanjutnya, untuk mengecek kemampuan penulisan jawaban,
siswa diminta melakukan pengecekkan kembali terhadap jawaban
dan siswa diminta menginterprestasikan jawaban akhir.63
62 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika …, hlm.77. 63 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
76
2) Subjek penelitian dalam kategori sedang
a) Membaca masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis yaitu pada tahap membaca
masalah, subjek I ditemukan siswa masih kurang tepat dalam
memahami maksud soal karena siswa masih keliru dalam
menuliskan hasil akhir dari proses penyelesaian dari soal nomor 3
tersebut. Sedangkan subjek II ditemukan siswa sudah mampu
dalam membaca masalah dalam soal nomor 3 karena siswa mampu
menuliskan bagaimana proses dalam penyelesaian soal nomor 3.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
membaca soal (reading) yaitu ketika seseorang membaca sebuah
tes, maka oleh pembaca akan dipresentasikan sesuai dengan
pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, atau dikenal sebagai
hasil representasi dari kemampuan mental pembaca tersebut.
selanjutnya, kemampuan membaca siswa dalam menghadapi
masalah berpengaruh terhadap bagaimana siswa tersebut akan
memecahkan masalah. Kemampuan membaca siswa dapat
membantu dalam pemecahan masalah berbentuk soal cerita. Untuk
mengecek kemampuan membaca, siswa diminta mengartikan kata-
kata penting yang diberikan pada soal.64
64 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
77
b) Memahami masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap memahami masalah,
subjek I mampu dalam menentukan yang diketahui dalam soal
nomor 3 namun yang ditanyakan belum ditemukan pada data ini.
Tetapi setelah diwawancara subjek ini mampu menyebutkan apa
yang ditanyakan dalam soal nomor 3 tersebut.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
diperlukan.65 Maka langkah yang ditempuh oleh Subjek I dan II
kategori ini dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam
kategori cukup mampu memahami masalah pada soal nomor 3.
c) Penulisan jawaban akhir
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap penulisan jawaban
akhir subjek I dan II penelitian dalam kategori ini belum
ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II mampu menuliskan jawaban akhir dari soal nomor 3 karena
mereka belum mampu menuliskannya. Maka langkah yang
ditempuh siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan termasuk
65 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika …, hlm.77
78
dalam kategori kurang mampu dalam penulisan jawaban akhir dari
soal nomor 3.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
penulisan jawaban akhir (encoding), pada tahapan ini, siswa
dikatakan telah mencapai tahapan penulisan jawaban apabila siswa
dapat menuliskan jawaban yang ditanyakan secara tepat.
Selanjutnya, untuk mengecek kemampuan penulisan jawaban,
siswa diminta melakukan pengecekkan kembali terhadap jawaban
dan siswa diminta menginterprestasikan jawaban akhir.66
3) Subjek penelitian dalam kategori rendah
a) Membaca masalah
Berdasarkan hasil tes tertulis yaitu pada tahap membaca
masalah, belum ditemukan data yang dapat dijadikan untuk
menyatakan bahwa subjek I dan II mampu dalam membaca
masalah, karena subjek I dan II tidak mampu menuliskan maksud
dari soal nomor 3. Begitupun setelah dilakukan wawancara pada
subjek I dan II. Sehingga langkah yang ditempuh subjek I dan II
kategori ini dalam membaca masalah masih sangat kurang.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
membaca soal (reading) yaitu ketika seseorang membaca sebuah
66 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
79
tes, maka oleh pembaca akan dipresentasikan sesuai dengan
pemahamannya terhadap apa yang dibacanya, atau dikenal sebagai
hasil representasi dari kemampuan mental pembaca tersebut.
selanjutnya, kemampuan membaca siswa dalam menghadapi
masalah berpengaruh terhadap bagaimana siswa tersebut akan
memecahkan masalah. Kemampuan membaca siswa dapat
membantu dalam pemecahan masalah berbentuk soal cerita. Untuk
mengecek kemampuan membaca, siswa diminta mengartikan kata-
kata penting yang diberikan pada soal.67
d) Memahami masalah
Pada tahap memahami masalah, belum ditemukan data tes
tertulis yang dapat dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II memahami masalah dari soal nomor 3, yakni subjek I dan II
tidak menuliskan sama sekali apa yang diketahui dan yang
ditanyakan dari soal nomor 3 tersebut. Hal ini juga sesuai dengan
hasil wawancara dengan subjek I dan II.
Berdasarkan teori Polya yang mengatakan bahwa, pada tahap
memahami masalah siswa menemukan dengan tepat apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui, dan menemukan syarat-syarat
apa yang sudah dipenuhi dan syarat-syarat apa yang masih
67 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
80
diperlukan.68 Maka langkah yang ditempuh oleh subjek I dan II
dalam menyelesaiakan masalah termasuk dalam kategori belum
mampu memahami masalah pada soal nomor 1.
e) Penulisan jawaban akhir
Berdasarkan hasil tes tertulis pada tahap penulisan jawaban
akhir subjek I dan II penelitian dalam kategori ini belum
ditemukan data yang dijadikan untuk menyatakan bahwa subjek I
dan II mampu menuliskan jawaban akhir dari soal nomor 3 karena
mereka belum mampu menuliskannya. Pada saat diwawancarai
subjek I dan II penelitian dalam kategori ini juga belum mampu
menyimpulkan jawaban akhir dari soal tersebut, sehingga subjek
ini masuk dalam kategori siswa tidak mampu menuliskan jawaban
akhir dari soal tersebut.
Berdasarkan teori Newman yang menyatakan bahwa
penulisan jawaban akhir (encoding), pada tahapan ini, siswa
dikatakan telah mencapai tahapan penulisan jawaban apabila siswa
dapat menuliskan jawaban yang ditanyakan secara tepat.
Selanjutnya, untuk mengecek kemampuan penulisan jawaban,
68 Suci Septia R (2015) dalam Alimudin,”Proses Berfikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru
Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika ..., hlm.77
81
siswa diminta melakukan pengecekkan kembali terhadap jawaban
dan siswa diminta menginterprestasikan jawaban akhir.69
B. Analisis faktor-faktor kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan
Berdasarkan hasil analisis tes tertulis dan wawancara kemampuan verbal
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada hasil penelitian yang sudah
dipaparkan di atas, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan verbal
siswa antara lain :
1. Kemampuan subjek penelitian dalam membaca masalah pada soal yaitu siswa
tidak mampu membaca soal dengan tepat. Kemampuan membaca soal dengan
tepat perlu dimiliki siswa agar tidak membuat penafsiran yang berbeda bagi
orang yang mendengarkannya. Kemampuan membaca digunakan untuk
menerjemahkan masalah. Hal ini sebanding dengan Auzar menyatakan bahwa
membaca pada hakikatnya adalah proses yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, namun melibatkan aktivitas
visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses
visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam
kata-kata lisan. Sedangkan membaca sebagai proses berpikir, membaca
69 Bunga Suci Bintari Rindyana dan Tjang Daniel Chandra, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita…, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2013).
82
mencakup aktivitas mengenal kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif.70
2. Kemampuan subjek penelitian dalam memahami masalah pada soal masih
kurang, siswa kurang teliti dalam memahami permasalahan yang diberikan.
Selain itu sebagian siswa juga tidak bisa menuliskan informasi yang relevan
ke dalam unsur-unsur diketahui dan ditanyakan. Hal ini berdasarkan data tes
tertulis dan hasil wawancara kemampuan verbal siswa. Hal serupa juga
ditegaskan oleh Danobroto bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam pemecahan soal cerita matematika adalah
kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan mencari informasi yang
relevan untuk mencapai solusi.71
3. Siswa masih belum mampu melakukan perhitungan dengan lengkap, dalam
melakukan perhitungan juga siswa biasa melakukan kesalahan dalam
melakukan perhitungan. Hal ini berdasarkan data kemampuan pemecahan
masalah siswa. Hal serupa juga ditegaskan oleh Danobroto bahwa, faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam pemecahan soal cerita
matematika adalah keterampilan berpikir dan bernalar siswa yaitu kemampuan
berpikir yang fleksibel dan objektif.72
70 David Arif Wijaya, “Pengaruh Kemampuan Verbal, Kemampuan Berhitung, Dan Motivasi
Belajar Terhadap Perstasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Sma Negeri 7 Semarang, (Skripsi, Fakultas Ekonomi UNS, Semarang, 2011), hlm. 15.
71 Ghaida Awaliyah,”Pengaruh Kemampuan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Se-Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegal Timur Kota Tagal,”(Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2015), hlm. 18-19
72 Ibid., hlm. 18-19
83
4. Kemampuan subjek penelitian dalam penulisan jawaban akhir dengan tepat.
Menurut Jha dan Singh kesalahan penulisan jawaban (encoding
errors) adalah suatu kesalahan yang disebabkan karena siswa tidak bisa: 1)
menuliskan jawaban yang ia maksudkan dengan tepat sehingga menyebabkan
berubahnya makna jawaban yang ia tulis; 2) mengungkapkan solusi dari soal
yang ia kerjakan dalam bentuk tertulis yang dapat diterima; atau 3)
menuliskan kesimpulan dengan tepat hasil pekerjaannya.
5. Keterampilan siswa dalam merencanakan penyelesaian masih kurang, siswa
masih kurang paham terhadap rumus yang mana yang akan digunakan dalam
memecahkan persoalan. Hal ini berdasarkan data kemampuan pemecahan
masalah siswa. Hal serupa juga ditegaskan oleh Danobroto bahwa, faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam pemecahan soal cerita
matematika adalah kemampuan dalam memilih pendekatan pemecahan
masalah atau strategi pemecahan masalah, kemampuan ini dipengaruhi oleh
keterampilan siswa dalam merepresentasikan masalah dan struktur
pengetahuan siswa.73
6. Siswa tertarik dengan pelajaran matematika, Menurut Slameto minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.74 Ketertarikan itu muncul karena sifat objek yang
73 Ibid. 74 Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, (Jakata : Rineka : Cipta,
2010), hlm. 180.
84
membuat menarik atau karena ada perasaan senang terhadap objek atau
pelajaran tersebut. Siswa yang memiliki ketertarikan pada materi pelajaran
Matematika, ia akan berusaha untuk mencari tantangan pada isi pelajaran
yang dikaji khususnya mata pelajaran matematika, mencari contoh sesuai
dengan keadaan sekarang yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika
dan secara terus menerus akan membahas materi pelajaran itu.
85
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori tinggi adalah siswa
mampu dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,
melakukan perhitungan, namun dalam memeriksa kembali penyelesaiannya
masih kurang diperhatikan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
2. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori sedang adalah siswa
mampu menyusun rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, tapi
kemampuan dalam memahami masalah yaitu apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal dan kemampuan melihat kembali penyelesaiannya
masih sangat kurang diperhatikan oleh siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan.
3. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori rendah adalah siswa
belum mampu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan
rencana penyelesaian dan melihat kembali hasil penyelesaiannya dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan.
85
86
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, maka
peneliti ingin memberikan saran kepada berbagai pihak yang terkait guna
perbaikan dan peningkatan dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya di
MTs Badrussalam NW Sekarbela. Adapun pihak yang dimaksud oleh peneliti
antara lain sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa diharapkan dapat lebih rajin untuk berlatih menyelesaikan soal-
soal matematika dalam bentuk cerita dan siswa diharapkan dapat lebih
memahami prosedur penyelesaian soal cerita matematika yang baik dan
benar.
2. Guru
Guru diharapkan untuk lebih banyak memberikan soal-soal
matematika dalam bentuk cerita terhadap siswa dan memberikan penekanan
kepada siswa untuk melaksanakan penyelesaian soal cerita matematika
sesuai dengan prosedur yang baik dan benar. Guru diharapkan selalu
memberikan pengawasan dan mengevaluasi jawaban yang diberikan siswa
tentang soal-soal yang berbentuk cerita khususnya pada penerapan ilmu
matematika, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat
memahami soal cerita yang diberikan dan sejauh mana kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal tersebut.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo, Jakarta, 2006.
Awaliyah, Ghaida.”Pengaruh Kemampuan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Se-Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegal Timur Kota Tagal”, Universitas Negeri Semarang, Semarang,2015.
Herlambang, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bagun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele”, Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2013.
Irawan, Yogi. “Profil Penyelesaian Soal Cerita Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan pada Siswa Kelas VII SMP”, Universitas Tanjungpura, Tanjung pura, 2011.
Istiqomah, Nurul. “Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung”, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2014.
Kristiana, Dian dan Wardan Suyanto. “Implementasi Heuristic Problem Solving Dalam Menyelesaikan Soal Cerita untuk Meningkatkan Prestasi dan Sikap Matematik”, Jurnal Prima Edukasia, Volume I - Nomor 1, 2013.
Maulana, Kharisma Eka. “Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita di SMU kelas X” , Skripsi: Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2008.
Moelong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017.
Nugroho, Reza Aji. “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya”, Skripsi: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017.
Nurmalasari, Widyastuti. “Analisis Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal Pecahan Kelas VII Smp Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2015/2016”, Skripsi: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2016.
Riduwan. “Belajar Mudah Penelitian”. Bandung: ALFABETA, 2013.
88
Rindyana, Bunga Suci Bintari dan Tjang Daniel Chandra. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman”, 2013.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC, 2012.
Rohmawati, Desi Patimah. “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”, Skripsi: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo 2017.
Sumartini, Tina Sri. “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis maslah”, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut, vol. 5. No. 2 (Mei) 2016.
Sridiyah, “Studi Tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya Banda Aceh dalam Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita”, IKIP Malang, Malang, 1989.
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakata : Rineka Cipta, 2010.
Sridiyah. “Studi Tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya Banda Aceh dalam Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita”, Tesis. Malang : PPs IKIP Malang, 2015.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Ribeka Cipta, 2013.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2016.
Syamsuddin. “Kesulitan Siswa Kelas V SD menggunakan Langkah-langkah Penyelesaian Soal Cerita”, Surabaya: Tesis Unesa, 2001.
Wahyuddin dan Muhammad Ihsan. “Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Se-Kota Makassar”, Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 2, No. 2, 2016.
Widyastuti Nurmalasari, Analisis Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal Pecahan Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2015/2016”, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2016.
89
Wijaya, David Arif. “Pengaruh Kemampuan Verbal, Kemampuan Berhitung, dan Motivasi Belajar Terhadap Perstasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Sma Negeri 7 Semarang”, Skripsi: Fakultas Ekonomi UNS, Semarang, 2011.
90
Lampiran 1
KISI-KISI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VII / I
Materi : Pecahan
Banyak Soal : 3
Kompetensi dasar Materi Indikator
kemampuan
pemecahan
masalah
Indikator soal Nomor soal
4.1. Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan urutan
beberapa bilangan bulat dan
pecahan (biasa dan campuran)
Menyelesaikan
pecahan biasa dan
campuran.
Kemampuan
membaca masalah
Peserta didik mampu
menyusun kalimat dan
Memahami tanda baca.
Peserta didik memahami
makna kata dalam soal.
4.2. Menyelesaikan masalah Perkalian dan Kemampuan 1. Peserta didik mampu
91
yang berkaitan dengan operasi
hitung bilangan bulat dan
pecahan
pembagian
bilangan pecahan
memahami masalah menjabarkan isi soal
kedalam bahasa
matematik dengan baik
(menuliskan diketahui
dan ditanyakan dengan
benar)
2. Peserta didik
mengerjakan soal
dengan Langkah-
langkah pengerjaan soal
runtut dan teratur.
Operasi
penjumlahan
bilangan-bilangan
pecahan
Kemampuan
menuliskan
jawaban
Peserta didik mampu
menyimpulkan jawaban
dengan baik dan benar dan
menuliskan kesimpulan
dari jawabannya.
1, 2 dan 3
92
Lampiran 2
SOAL TES KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN
Jenjang : MTs
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Waktu : 3 × 40 menit
Petunjuk:
1) Tulis nama, nomor absen, kelas dan sekolah pada tempat yang disediakan
2) Bacalah setiap soal dengan teliti kemudian tulislah jawaban anda pada
tempat yang disediakan, jika tidak cukup, gunakan tempat yang kosong
3) Jika jawaban anda salah dan akan membetulkan, coret jawaban yang
salah (tidak perlu ditype-ex) kemudian tulislah jawaban yang benar
4) Kerjakan yang menurut anda mudah terlebih dahulu
5) Kumpulkan jawaban anda
1. Seorang ibu membeli 40 kg beras. Jika rata-rata pemakaian beras setiap hari
adalah kg maka berapa harikah beras tersebut akan habis digunakan ?
2. Ani memiliki 5 liter minyak goreng. Minyak goreng tersebut dimasukkan
kedalam 6 buah botol plastik. Berapa literkah isi setiap botol ?
3. Panjang pita Dina adalah meter, panjang pita Ana adalah
meter, dan panjang
pita Ina adalah meter. Jika panjang ketiga pita tersebut disambung lurus, maka
berapa meter panjang pita keseluruhan ?
93
94
95
96
97
Lampiran 4
PEDOMAN PENSKORAN MENYELESAIKAN SOAL
CERITA PECAHAN
No. Jawaban Soal Skor Skor Max.
1. Diketahui : Jumlah beras (x) = 40 kg
Pemakain beras perhari (y) = kg
4
25
Ditanya: Lama waktu pemakaian beras (t) = …? 2
Maka:
t = Jumlah beras : Pemakaian beras perhari.
3
t = x : y
t = 40 kg : kg
t = 40 ×
t = 10 × 5
t = 50
15
Jadi, beras tersebut akan habis digunakan dalam waktu 50
hari.
3
2. Diketahui: Minyak goreng Ani =
Minyak goreng masuk kedalam botol plastik = 6
5
Ditanya: Berapa liter isi tiap botol ? 3
98
Kalimat metematikanya adalah:
: 6 = :
= ×
=
12
25
Jadi, isi setiap botol adalah Liter. 5
3. Diketahui: Panjang pitan Dina =
Panjang pita Ana =
Panjang pita Ina =
8
25
Ditanya: Panjang pita keseluruhan ? 3
Misalkan panjang pita keseluruhan adalah M.
M =
10
Jadi, panjang pita keseluruhan (M) . 4
Skor maksimal 75
99
Lampiran 5
RUBRIK PEDOMAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH
Aspek Skor Kriteria penyebab kesalahan Kemampuan memahami
0 Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui 1 Siswa mengetahui apa yang diketahui dan ditanya
dalam soal tetapi tidak menuliskannya. 2 Siswa menuliskan apa yang diketahui dan tidak
menulis apa yang ditanyakan. 3 Siswa menuliskan apa yang diketahui dan yang
ditanyakan sesuai dengan permintaan soal. Menyusun rancangan pemecahan masalah
0 Siswa tidak mengetahui operasi apa yang harus digunakan
1 Siswa tidak mengetahui secara lengkap operasi-operasi yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal
2 Siswa mengetahui operasi-operasi hitung apa saja yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal.
Melakukan perhitungan
0 Siswa tidak dapat menghitung operasi yang digunakan tersebut
1 Siswa dapat menghitung dan menemukan penyelesaiannya
Memeriksa kembali penyelesaian masalah
0 Siswa tidak mampu menyimpulkan dan menuliskan kesimpulan dari soal
1 Siswa mampu menyimpulkan dan tidak menuliskan maksud dari soal tersebut.
2 Siswa mampu menyimpulkan dan menuliskan kesimpulan akhirnya.
Skor Akhir = × 100
100
Lampiran 6 HASIL TES KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN No. Nama Peserta Didik Nomor soal dan skor
tiap soal Total Skor
1 2 3 1 Baiq Atun Nafia 10 0 0 10 2 M. Haditia 2 2 2 6 3 Roby Ul Fadi 10 0 0 10 4 Inaya Rizkillah 8 20 0 28 5 Ana Zulfa 23 16 2 41 6 Irgi Ahmad Fahrezi 12 20 0 22 7 Putri Alifia Hulyan 0 12 11 23 8 Ulul Azmi 0 11 10 21 9 Rizki Amin 17 7 0 24 10 Mayesa 15 20 9 35 11 Rizki Parin 22 6 13 41 12 Ahmad Bukhari 10 9 3 22 13 M. Muslim 12 11 10 33 14 Hilyatin Nisa 12 12 11 35 15 Yuhana 10 12 9 31 16 Sari Rizkiyana 10 10 10 30 17 Dian ulpa 6 20 9 35 18 Khuratul ain 19 17 8 44 19 Dian maulani 20 12 8 40 20 Izzatul Islamiah 22 17 8 47 21 Rika Rahmawati 15 20 11 46 22 Nurlaela 20 17 10 47 23 M. Sohri 18 10 21 49 24 L. Fathra Al-gifari 12 9 21 42 25 Sahrul Gunawan 23 13 20 58 26 Milhiyati 22 20 18 56 27 Mardiana 12 10 13 35 28 M. Dodik Algani 11 2 3 16 29 Sinta Febriana 12 12 20 44 30 Zaenul Muttaqen 2 3 10 15 31 Syarif Alpian 6 2 10 18 32 Faenurrahman 4 2 0 6
101
Skor Max = 3 x 25 = 75
Skor Min = 3 x 2 = 6
Jumlah soal = 3
Mean =
=
=
= 40, 5
Kategori Tinggi
41 + 1 x 12 = 53
Kategori Sedang
41 – 1 x 12 = 29
Kategori Rendah
< 29
Sd =
=
=
= 11, 5
Standar Nilai fi Presentase Kategori
X ≥ 53 2 6, 25 % Tinggi
29 ≤ X < 53 17 53, 125 % Sedang
X ≤ 29 13 40, 625 % Rendah
102
HASIL TES KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN
No. Nama Peserta Didik Skor akhir
1 Baiq Atun Nafia 13,3 2 M. Haditia 8 3 Roby Ul Fadi 13,3 4 Inaya Rizkillah 37,3 5 Ana Zulfa 54,6 6 Irgi Ahmad Fahrezi 42,6 7 Putri Alifia Hulyan 30,6 8 Ulul Azmi 28 9 Rizki Amin 32 10 Mayesa 58,6 11 Rizki Parin 54,6 12 Ahmad Bukhari 29,3 13 M. Muslim 44 14 Hilyatin Nisa 46,6 15 Yuhana 41,3 16 Sari Rizkiyana 40 17 Dian ulpa 46,6 18 Khuratul ain 58,6 19 Dian maulani 53,3 20 Izzatul Islamiah 62,6 21 Rika Rahmawati 61,3 22 Nurlaela 62,6 23 M. Sohri 65,3 24 L. Fathra Al-gifari 56 25 Sahrul Gunawan 77,3 26 Milhiyati 74,6 27 Mardiana 46,6 28 M. Dodik Algani 21,3 29 Sinta Febriana 58,6 30 Zaenul Muttaqen 20 31 Syarif Alpian 24 32 Faenurrahman 8
103
SKOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN
No. Nama Peserta Didik Nomor soal dan skor tiap soal Total Skor 1 2 3
1 Baiq Atun Nafia 3 0 0 3 2 M. Haditia 1 1 1 3 3 Roby Ul Fadi 3 0 0 3 4 Inaya Rizkillah 3 6 0 9 5 Ana Zulfa 7 4 1 12 6 Irgi Ahmad Fahrezi 3 6 1 10 7 Putri Alifia Hulyan 0 3 5 8 8 Ulul Azmi 0 3 3 6 9 Rizki Amin 6 5 0 11 10 Mayesa 3 5 6 14 11 Rizki Parin 7 4 5 16 12 Ahmad Bukhari 3 2 2 7 13 M. Muslim 3 3 3 9 14 Hilyatin Nisa 3 3 3 9 15 Yuhana 6 3 5 14 16 Sari Rizkiyana 4 4 4 12 17 Dian ulpa 5 4 6 15 18 Khuratul ain 7 5 5 17 19 Dian maulani 7 3 4 14 20 Izzatul Islamiah 5 3 4 12 21 Rika Rahmawati 6 5 3 14 22 Nurlaela 6 5 3 14
104
23 M. Sohri 3 4 6 13 24 L. Fathra Al-gifari 4 3 6 13 25 Sahrul Gunawan 7 7 6 20 26 Milhiyati 7 6 5 18 27 Mardiana 4 4 4 12 28 M. Dodik Algani 3 1 1 5 29 Sinta Febriana 3 3 6 12 30 Zaenul Muttaqen 1 1 3 5 31 Syarif Alpian 2 1 3 6 32 Faenurrahman 2 1 0 3
Diketahui:
Skor maksimal = 24
Skor minimum = 0
Ketentuan Batasan Kategori Skor > (2/3 x skor maksimal) Tinggi
(1/3 x skor maksimal) < Skor ≤ (2/3 x skor maksimal) Sedang Skor ≤ (1/3 x skor maksimal) Rendah
Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kategori Ketentuan Batasan Banyak
Siswa Presentase
Tinggi Skor > 16 4 12,25 % Sedang 8 < Skor ≤ 16 18 56,25 % Rendah Skor ≤ 8 10 31,25 %
105
Jalan Sultan Kaharudin, LingkunganPandeBesi, Gg. Al-Musthofa Karang Pule Sekarbela Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Telp. (0370) 635759 email : [email protected]
106
YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BADRUSSALAM
SEKARBELA MADRASAH TSANAWIYAH BADRUSSALAM SEKARBELA
AKREDITASI B
Jl. Sultan KaharudinSekarbela Kota Mataram
Telp. ( 0370 ) 635759 Email : [email protected] KodePos (83116)
A. IdentitasMadrasah
NamaMadrasah : MTS BADRUSSALAM NW SEKARBELA
NPSN / NSM : 50223237 / 2125271004004
JenjangPendidikan : MTS
Status Sekolah : Swasta
B. LokasiMadrasah
Alamat
: Jl. SultanKaharudin, Gg. Al-
MusthofaSekarbela
RT/RW
: 05/176
NamaLingkungan : PandeBesi
Desa/Kelurahan : Karang Pule
Kodepos
: 83116
Kecamatan : Sekarbela
Lintang/Bujur : 0.0000/0.0000
C. Data PelengkapSekolah
KebutuhanKhusus : -
SK PendirianSekolah : Kd. 1907/3/PP.00/398/2015 (pengganti)
Tgl SK Pendirian : -
Status Kepemilikan : YayasanNahdatulWathan (NW)
SK IzinOperasional : wx.84.127Ta/1/186
Tgl SK IzinOperasional : 10 Oktober 1988
SK AkreditasiTerakhir : 246A/BAP-SM/KP/XII/2015
Tgl SK Akreditasi : 26 Desember 2015
Status/PeringkatAkreditasi B
107
No Rekening BOS : 161-00-0264578-1
Nama Bank : Bank Mandiri
Cabang / KCP Unit : Mataram
RekeningAtasNama : MTs Badrussalam NW Sekarbela
MBS
: Ya
Luas Tanah Milik : 583 m2
Luas Tanah BukanMilik : 0 m2
D. KontakSekolah
NomorTelepon : 0370-635759
Nomor Fax : -
Website
: -
E. Data Periodik
Kategori Wilayah :
DayaListrik : 900 V
Akses Internet : Telkom Indihome
WaktuPenyelenggaraan : Pagi
SumberListrik : PLN
Sertifikasi ISO : -
F. VisidanMisi
Visi : PrestasiUnggulBerbasisImandanTaqwa
Misi : 1. Membentukgenerasi yang ungguldalamprestasi;
2. Melaksanakanpendidikanterpadudanberkelanjutan;
3. Memperdalampemahamanterhadap al-Qu ’a ;
4. MengembangkanilmuNahwudanSharfsebagaialat bantu;
5. Me bi aakhlakulka i ah elaluita’li da i ta ;
6. Mengoptimalkankemampuanpesertadidikmelaluiberbagaikegiatan,
sepertikesenian, lombamencaribakat, dan lain-lain.
108
G. Data Keadaan Guru/Pendidik:
Jumlahdan status Kepegawaian
No Guru Laki-laki Perempuan Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Guru PNS
Guru Honda/CPNS
Guru Tetap
Guru TidakTetap
Guru Kontrak
1
-
4
2
-
-
-
8
2
-
1
-
12
4
-
-
-
-
-
-
Jumlah 7 10 17 -
Nama-Nama Guru Negeri/Swasta
No Nama L/
P
Tahun
Lahir
Jabatan/
TgsTambaha
n
Status
Kepeg
Ijazah
Terakhir
TMT
1. H. Tahkim,
M.Pd.I L 1969
Kepala
Madrasah PNS S2 1995
2. Istiarah, S.Pt P 1975 WkKurikulu
m GT S1 1995
3. Herniwati, S.Pt P 1974 WkKesiswaa
n GT S1 2002
4. LL. Erni Johan,
S.Ag P 1978 - GT S1 2003
5. Yuliana, S.Pd P 1982 OPM/WaliKe
las GT S1 2004
6. Kurniati, S.Pd.I P 1978 KepalaPerpu
s GT S1 2006
7. HusnulHitom,
S.Pd.I P 1984 Bendahara/ GT S1 2008
109
WaliKelas
8. ItaRahayu,
S.Pd P 1985 WaliKelas GT S1 2010
9. Mustahik,
S.Pd.I L 1986
KTU/WaliKel
as/
Pemb.Imtaq
GT S1 2008
10. Mukarram,
S.Pd L 1984 - GT S1 2011
11. Imam Firman,
S.Pd L 1991
Pemb.Pramu
ka GT SMA 2014
12. Ahmad
Fauzan, S.Pd L 1966 - GT S1 2015
13. SukmaWuland
ari, S.Pd P - GT S1 2017
14. ErniSukowati,
S.Ag P GTT S1 2016
15. Fadmawati,
S.Ag P - GTT S1 2016
16. Ali Asgar L - GTT SMA 2017
17. Hamdani L - GTT SMA 2017
H. JumlahSiswa (7TahunTerakhir)
Tahun
Pelajaran
Jumlah
CPDB
JumlahSiswa JumlahKeseluruhan
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
2011/2012 34 34 50 33 117
110
2012/2013 32 30 32 50 112
2013/2014 50 48 30 32 110
2014/2015 25 25 48 29 102
2015/2016 40 36 25 46 107
2016/2017 32 29 38 25 92
2017/2018 33 32 29 38 99
I. Data RuangMadrasah
No JenisRuang Jumlah
Ruang
Ukuran
(m2)
Kondisi
Baik
Rusak
Ringan Sedang Berat
1. Kepala Madrasah 1 - √
2. Tata Usaha 1 - √
3. Ruang Guru 1 - √
4. RuangKelas 4 - √
5. Perpustakaan 1 - √
6. Lab. IPA 1 - √
7. Toilet 3 - √
8. Gudang 1 - √
111
J. Sarana
No JenisSarana Jumlah Ket No JenisSarana Jumlah Ket
1. Meja Guru 13 15. Komputer 2
2. Kursi Guru 13 16. Printer 3
3. MejaSiswa 110 17. LCD
Proyektor
1
4. KursiSiswa 115 18. Televisi 2
5. Lemari 7 19. Sound
system
2
6. KotakObat 2 20. Mic 4
7. KursiTamu/Sofa 2 21. DVD 1
8. MejaTamu/Sofa 2 22. Receiver
Parabola
1
9. RakBuku 4 23. Amplifier 1
10. Etalase 2 24. Bola 6
11. PerlengkPrakBio
log
5 25. Raket 5
12. Mikroskop 4 26. Lembing 4
13. Alatperaga 4 27. Peluru 4
14. PerlengkPrakFisi
ka
4 28. Matras 2
112
K. StrukturOrganisasi Madrasah
Komite
M. Saufi, BA
Kepala Madrasah
H. Tahkim, M.Pd.I
Wk.
Kurikulum
Istiarah, S.Pt
Wk.
Kesiswaan
Herniwati,
S.Pt
Kep.Perpus
Kurniati,
Spd
Bendahara
Husnul
Hitom,
S.Pd.I
KTU
Mustahik,
S.PdI
WaliKelas
VII
Mustahik,
S.PdI
WaliKelas
VIII
Yuliana,
S.PdI
WaliKelas
IXA
Husnul H,
S.Pd
WaliKelas
IXB
ItaRahayu,
S.Pd
Guru Mata Pelajaran
Siswa
113
L. Denah Madrasah
Mataram, Juli 2017
Kepala Madrasah,
H. Tahkim, S.Ag.,M.Pd.I NIP.196912312006041004
Ruang
Kelas VIII
Ruang
Kelas VII
R. Kamad R. TU
R. Guru
Gudang
Ruang
Kelas IX B
Ruang
Kelas IX A
WC
Perpus Lab. IPA
PARKIRAN
KANTIN
114
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126