7
Anemia defisiensi besi (IDA) adalah anemia yang disebabkan oleh defisit dalam besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. IDA adalah anemia yang paling umum ditemukan , khususnya di negara berkembang, hal itu disebabkan dengan masalah sosial ekonomi, asupan rendah dari hewan protein, dan infestasi parasit endemik. Prevalensi anemia kekurangan zat besi lebih tinggi pada bayi, anak-anak usia sekolah dan remaja. Ini juga berlaku di Indonesia. Di Amerika Serikat, prevalensi defisiensi zat besi pada anak usia satu sampai dua tahun adalah 9%, dengan 3% menderita anemia. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan efek negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu komplikasi ringan, komplikasi berat dapat terjadi seperti gangguan sistem kekebalan tubuh, menurunnya kecerdasan dan penyakit mental lainnya yang dapat bertahan hingga di masa depan jika tidak diobati secara tepat. Besi terapi memberikan respon cepat dengan puncaknya pada respon retikulosit setelah lima sampai tujuh hari diikuti dengan peningkatan hemoglobin 1-2 g/minggu hingga ke batas tingkat hemoglobin normal dalam 4-6 mingu. Terapi zat besi harus dilanjutkan dengan tambahan 2-3 bulan untuk mengisi persediaan zat besi. Untuk meningkatkan respon positif ke terapi, dosis zat besi yang digunakan adalah 3-6 mg dari zat besi pokok/kg bb perhari, biasanya dibagi menjadi 2 atau 3 dosis. Ferro salt diserap kira-kira 3x lebih baik daripada ferri salt. Preparat makanan yang ditemukan di pasar adalah sulfat

Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

JURNAL , TRANSLATE, INDONESIA-ENGLISH , TERBARU , PEDIATRICS JOURNAL, PEDIATRICS REFERAT ,

Citation preview

Page 1: Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru

Anemia defisiensi besi (IDA) adalah anemia yang disebabkan oleh defisit dalam besi

yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. IDA adalah anemia yang paling umum

ditemukan , khususnya di negara berkembang, hal itu disebabkan dengan masalah

sosial ekonomi, asupan rendah dari hewan protein, dan infestasi parasit endemik.

Prevalensi anemia kekurangan zat besi lebih tinggi pada bayi, anak-anak usia sekolah

dan remaja. Ini juga berlaku di Indonesia. Di Amerika Serikat, prevalensi defisiensi

zat besi pada anak usia satu sampai dua tahun adalah 9%, dengan 3% menderita

anemia.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan efek negatif pada pertumbuhan dan

perkembangan anak. Selain itu komplikasi ringan, komplikasi berat dapat terjadi

seperti gangguan sistem kekebalan tubuh, menurunnya kecerdasan dan penyakit

mental lainnya yang dapat bertahan hingga di masa depan jika tidak diobati secara

tepat.

Besi terapi memberikan respon cepat dengan puncaknya pada respon retikulosit

setelah lima sampai tujuh hari diikuti dengan peningkatan hemoglobin 1-2 g/minggu

hingga ke batas tingkat hemoglobin normal dalam 4-6 mingu. Terapi zat besi harus

dilanjutkan dengan tambahan 2-3 bulan untuk mengisi persediaan zat besi.

Untuk meningkatkan respon positif ke terapi, dosis zat besi yang digunakan adalah 3-

6 mg dari zat besi pokok/kg bb perhari, biasanya dibagi menjadi 2 atau 3 dosis. Ferro

salt diserap kira-kira 3x lebih baik daripada ferri salt. Preparat makanan yang

ditemukan di pasar adalah sulfat besi, ferrous gluconate, dan ferrous fumarrate. Ada

empat faktor penting yang mungkin mempengaruhi kesuksesan pengobatan IDA

dengan zat besi oral.

Dosis total disediakan per 24 jam, frekuensi dimana dosis diberikan, dan kepatuhan

pasien dalam meminum obat. Kepatuhan anak-anak dengan IDA yang menjalani

perawatan dibagi menjadi 3 dosis adalah rendah. Zlokin dkk melakukan uji coba

terkontrol secara acak yang membandingkan dari dosis tunggal sulfat besi untuk tiga

kali sehari pada usia bayi 6-24, mereka tidak menemukan perbedaan dalam

keberhasilan tanpa efek samping. Kami ingin membandingkan respon terhadap tiga

kali sehari, dengan dosis total yang sama setiap hari, pada anak sekolah dasar yang

menderita IDA.

Page 2: Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru

Metode

Penelitian percobaan acak terkontrol dilakukan pada anak sekolah dasar di Kabupaten

Bilahulu, Rantau Prapat Sumatra, Indonesia untuk periode 30 hari pertama bulan

November 2006. Kami memasukkan siswa berusia 9-12 tahun penderita lam dari

IDA, dan yang setuju untuk berpartisipasi dengan informed consent diperoleh dari

orang tua. Protokol penelitian telah disetujui oleh komita etika dari University of

Sumatera. Kami mengecualikan anak dengan anemia berat, infeksi berat, dan gizi

buruk.

Diagnosis anemia didasarkan pada kriteria WHO, dimana Hb <12 g/dl untuk anak

usia 6-14 tahun dianggap anemia. Anemia kekurangan zat besi didefinisikan sebagai

Hb <12 g/dl, MCV <70 FL, RDW> 16%, indeks Mentzer >13 dan indeks RDW >220.

Respon pengobatan terapi besi ditandai dengan peningkatan Hb setealah 30 hari

pengobatan. Kami secara acak memberi anak-anak sulfat besi sekali sehari atau tiga

kali sehari sebagai kontrol. Kapsul mengandung 5 mg besi/kg bb selama 30 hari.

Kapsul itu memiliki bentuk dan rasa yang sama.

Sebanyak 0,5 ml spesimen darah perifer dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi

30 hari, dan penilaian hemoglobin, hematokrit (packed cell volume), sel darah merah

(RBC), mean corpuscular hemoglobin (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH),

mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), red cell distribution width

(RDW) dilakukan dengan menggunakan fotometer (ABX Mikros 60, france). Tinggi

diukur dengan stadiometer (microtoise) MIC berlabel (dengan sensitivitas 0,5 kg).

Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus dan sampel minimal sebanyak

45 anak untuk setiap kelompok. Subjek dipilih dengan sampel berturut-turut dan

SPSS digunakan untuk perhitungan statistik. Data dianalisis dengan menggunakan T

Test Independent, Mann-Whitney U test, tes berpasangan dan Wilcoxon

menandatangani uji peringkat. Tingkat signifikan dibuat pada P<0,05.

Hasil

Ada 106 anak-anak direkrut untuk penelitian ini dan secara acak menjadi dua

kelompok, kelompok pertama dari 53 anak menerima besi sekali sehari. Semua anak

menerima dosis total yang sama 5mg/kgbb/hari. Hanya 97 anak menyelesaikan

pengobatan yaitu 47 di 3 dosis harian dan 50 dalam dosis sekali sehari.

Page 3: Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru

Tidak ada perbedaan yang signifikan dal jenis kelamin, umur, berat badan, kadar

hemoglobin dan parameter hematologi lainnya antara kedua kelompok pada awal

penelitian.

Setelah 30 hari dari intervensi, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

peningkatan hemoglobin antara kedua kelompok.

Diskusi

Penilaian hemoglobin atau hematokrit (packed cell volume) bukan diagnosa untuk

IDA, karena sensitifitasnya rendah. Namun, kedua pengukuran relatif murah dan

masih digunakan sebagai screening umum untuk IDA. Ida tidak dapat dideteksi dari

hemoglobin dan hematokrit pada tahap awal IDA. Pengukuran ini dgunakan untuk

menetukan derajat anemia. Penilaian tingkat hemoglobin dan hematokrit tidak

spesifik untuk defisiensi besi. Pada hapusan darah tepi pada pasien dengan

menunjukkan hipokromia mikrositik. Level serum feritin adalah tes diagnostik terbaik

untuk IDA karena memiliki sensitivitas dan spesifitas terbaik. Level serum ferritin

pada anak dengan IDA adalah kurang dari 12 mg/ L, namun pengukuran ini relatif

mahal. MCV digunakan untuk menentukan mikrositik, normositik atau makrositik sel

darah merah. Dalam penelitian sebelumnya pada bayi berusia 12 bulan, ditamukan

bahwa terjadi peningkatan dari RDW (>14%) dengan sensitivitas 100%, dan spesifitas

sebesar 82%. Karena spesifitas yang lebih rendah, pengukuran RDW saja tidak dapat

digunakan untuk screening. Itu seharusnya dikombinasikan dengan pengukuran MCV

untuk membandingkan varian anemia. Nilai RDW meningkat dengan MCV menurun

merupakan ciri khas untuk defisiensi besi. Salah satu metode yang digunakan untuk

membedakan IDA dari Thalassemia minor adalah penilaian indeks Mentzer

(mcv/rbc). Sebuah indeks Mentzer >13 adalah indikasi untuk IDA, sementara <13

adalah indikasi untuk thalassemia minor, dengan spesifitas 82%. Indeks RDW

didefinisikan sebagai MCV/RBCXRDW. Nilai > 220 adalah diagnostik IDA

sementara < 220 mengindikasikan Thalassemia dengan spesifitas 92%. Pengukuran

RDW dapat berguna pada diagnosis thalassemia, yang umum ditemukan di Asia

Tenggara, Afrika dan Mediterania. Pengukuran ini relatif sederhana dan dapat

dilakukan di laboratorium dengan fasilitas yang terbatas.

Respon terhadap terapi zat besi juga dapat membantu dalam menentukan IDA, dengan

peningkatan kadar hemoglobin 1-2 g selama 3-4 minggu terapi besi dengan 3-6

besi/kg/hari. Terapi besi dapt diberikan secara oral atau parenteral. Sulfat besi oral

Page 4: Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru

merupakan metode mudah yang murah dan memiliki hasil yang baik. Efek samping

terapi besi oral lebih umum pada orang dewasa dibandingkan dengan bayi dan anak.

Pada sebagian anak, pemberian fe oral dapat menyebabkan mual, sakit perut, dan

diare, oleh karena itu disarankan untuk membaginya dalam dosis dua kali atau tiga

kali sehari. Bentuk terbaik dari fe adalah ferro, yang dapat dengan mudah diabsorbsi

dibandingkan dengan ferri.

Dua puluh persen anak-anak dengan tingkat Hb 11,0-11,4 g/dl menunjukkan respon

terapi untuk besi dengan hemoglobin meningkat menjadi 1.0 g/dl atau lebih. Jika

hemoglobin dan hematokrit berada di tingkat terendah, itu dianggap anemia jika

memberikan respon terhadap besi. Nilai MCV dan atau MCH yang lebih rendah

berhubungan dengan anemia defisiensi, dengan pengecualian anemia yang disebabkan

oleh infeksi, infeksi kronis, thalassemia mayor, dan keracunan timah. Dosis 2x

seminggu besi oral sama-sama berkhasiat seperti dosis harian dalam meningkatkan

kadar Hb pada anak pra sekolah dengan status besi rendah. Namun, Desai dkk

menemukan bahwa suplementasi besi diberikan secara teratur setiap hari

menunjukkan peningkatan Hb yang signifikan dibandingkan dengan yang diberikan

secara teratur 2x seminggu. Dalam penelitian ini peningkatan kadar Hb terdeteksi

setelah 6-12 minggu intervensi. Biasanya terapi oral tablet besi sulfat diresepkan

karena murah. Pada anak-anak berumur kurang dari 2 tahun sirup diberikan karena

lebih sederhana dan memiliki efek gastrointestinal lebih sedikit. Kami memberikan

besi sulfat dalam bentuk kapsul dengan rasa dan warna yang sama untuk pasien. Kami

menemukan efek samping ringan seperti diare ringan setelah dosis pertama dalam 6

orang (12%) dalam tiga kali setiap hari kelompok kontrol dan 7 orang (14%) dalam

kelompok 1x sehari.

Penelitian kami menggunakan pengukuran sederhana untuk mendiagnosa IDA seperti

tingkat HB, Ht, MCV, RDW, dan indeks Mentzer dan indeks RDW. Metode ini

dipilih karena relatif murah dan dapat dilakukan di laboratorium dengan fasilitas

terbatas. Kami menemukan peningkatan yang signifikan dalam tingkat hemoglobin

setelah 30 hari terapi besi. Kami melanjutkan terapi besi selama dua bulan tambahan

untuk mengisi kembali cadangan zat besi.

Kesimpula, penelitian kami menunjukkan bahwa besi sulfat yang diberikan sekali

sehari memberikan peningkatan yang sama dalam peningkatan hemoglobin seperti

besi sulfat diberikan tiga kali sehari dengan dosis yang sama per hari uttuk anak 9-12

tahun.

Page 5: Anemia Defisiensi Besi Terjemahan Baru