Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
“ASPEK-ASPEK AKHLAK YANG TERDAPAT DALAM SURAT AL-
INSAN AYAT 23-26DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM ”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)
Disusun oleh :
Siti Humaeroh
NIM : 108011000151
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
SI]RAT PERNYATAAII KARYA ILMIAII
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
SitiHumaeroh
10801 1000151
Pendidikan Agama Islam
Jl. Cahaya Titis Rt. 02 Rw. 02 Tanah Baru Depok
MEIYYATAKAI\ DENGAIY SEST]NGGT]HI{YA
Balrwa skripsi ini yang berjudul "Aspek-Aspek Ahhlak yang terdapat
dalam Surat Al-Insan Ayat 23-26 dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam"
benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :
Nama Pembimbing : Prof.Dr.H.Salman Harun, MA
NIP :19450612196510 1 001
Demikian Surat pernyataan
siap menerima segala konsekuensi
karya sendiri.
ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
Jakarta, 8 februari 2013
Yang Menyatakan,
(Siti Humaeroh)
P:'L4
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Aspek-Aspek Akhlak yang terdapat dalam Surat AI-fnsan ayat 23-26 dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam disusun
oleh Siti Humaeroh, Nomor Induk Mahasiswa 108011000151, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasah pada tanggal25 April 2013 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
Panitia Ujian MunaqasahKetua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)
Bahrissalim. MANIP. 19680307 199803.1.002Sekretari s (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq" M.AeNrP. 19670328 200033 1.001Penguji I
Dr. Anshori. LAL. MA.NIP. 19570406 199403 1.001Penguji II
Tanggal
Jakarta, 6 Mei 2013
Tanda Tangan
4, lrdy
/"y"
[aDra. Eri Rossatria- M. AgNrP. 19470717 1196608. 2.001
Itl -6.zat,
19520520 198103 1 001
' KEMENTERIA}TAGAMAUIN JATGRIAFITK-il. k H- .tt tada $o $ A?td t,alz Woruia
roRM {FR)TgL Terbit I Marel20l}No- Revisi:
I Halsunnr pr
S?rya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama ,.....S.tr.t..il.rlMaIg0.H.
T emp atlT gr. Lahir :,. .JAtglM. . . . ZO p t.l %_a....,..NrM :.....lg.w.tlg.Qg!2r...._..
Jurusan/Prodi ,. PA.l
DoseaPembimbing
dengan ini menyatakan bahwa sloipsi yatrgsaya buat benar-benarhasitkarya sendiri tlansaya beitanggungjawab secara akademis aias apa yang siya tulis-Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu.syarat.lfisuda
Jakart4
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Aspek-Aspek Akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Insan
Ayat 23-26 dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam” yang disusun oleh Siti
Humaeroh, NIM, 108011000151, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh fakultas.
Jakarta, 8 februari 2013
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Prof.Dr.H.Salman Harun, MA
NIP : 19450612 196510 1 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas taufik dan hidayah-
Nya, akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Aspek-Aspek Akhlak yang
terdapat dalam Surat Al-Insan Ayat 23-26 dan Aplikasinya dalam Pendidikan
Islam” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu saya sampaikan
keharibaan Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan kaya ilmiah skripsi ini
dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam ini di UIN.Syarif
Hidayatullah Jakarta ini, banyak pihak yang telah membantu terselesaikan
penulisan skripsi ini. Maka dari itu penulis memberikan apresiasi yang setinggi-
tingginya sekaligus ucapan terima kasih. Adapun Apresiasi dan ucapan terima
kasih ini penulis khususkan kepada :
1. Prof.Dr.H.Rif’at Syauqi Nawawi, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan S1 di UIN.Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, MA dan Drs.Sapiudin Sidik, M.Ag, Ketua Jurusan
Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
juga Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuannya selama menempuh
pendidikan S1 di UIN.Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Prof.Dr.H.Salman Harun, MA, Dosen Pembimbing selama penulisan
Skripsi ini yang memberikan bimbingan, saran dan kritik selama
penulisan.
4. Tanenji, S.Ag, MA, Dosen Pembimbing Akademik Mahasiswa yang telah
memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
5. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Pasca Sarjana yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas kepada penulis dalam mencari
referensi.
6. Kepada kedua Orang Tua Bapak. Zaenal Abidin dan Ibu Henni Aselih
yang telah memberikan didikan, motivasi, doa dan kasih sayang kepada
penulis juga teruntuk, Mbak ku Dian Ika Sari, dan Adikku tersayang Siti
fahita, serta keponakan- keponakan ku tercinta.
7. Kepada Nenek dan Kakek ku tercinta Almrh. Hj. Hasanah dan H. Aselih
yang telah memotivasi dan memberikan doa kepada penulis selama
hidupnya, penulis selalu berdoa semoga nenek dan kakek tercinta selalu
mendapatkan rahmat dan maghfirah-Nya dialam sana. Juga Almrh nenek
dan kakek ku tersayang di. Pl. Ratu , yang telah memberikan doanya terus
menerus kepada penulis.
8. Kepada seluruh sahabat dan teman- teman dilingkungan UIN.Syarif
Hidayatullah Jakarta baik dari HMI.Komisariat Tarbiyah, IKMD ( Ikatan
Keluarga Mahasiswa Depok), Teman-teman PAI Angkatan 2008 dan
vi
terlebih khusus kepada Sahabat-Sahabatku tersayang Syifa Rostiana,
Maryati, M. Rizki Al-Baihaqi yang telah memberikan motivasi kepada
penulis..
9. Kepada semua guru- guru penulis, baik di SDN Tanah Baru 03, dan
SMAN 6, yang secara khusus penulis hanturkan salam ta’dzhim kepada
beliau. Serta kepada Bpk dan Ibu Mertua yaitu Bpk. Mat Chotib dan Ibu
Dahlia yang telah memberikan Suport dan motivasi kepada penulis.
10. Kepada Suami ku tercinta Ahmad Fatoni yang selama ini menemani,
memotivasi serta memberikan kasih sayang dan perhatiannya kepada
penulis.
11. Seluruh teman- teman “VIDAMIN”, juga kepada semua pihak yang
penulis tidak sebutkan semua disini, penulis ucapkan terima kasih semoga
Allah Swt membalas kebaikan kalian semua.
Demikian ungkapan rasa terima kasih penulis yang dapat sampaikan,
semoga karya skripsi penulis ini dapat bermanfaat dan menambah
khazanah ilmu pengetahuan agama bagi para pembaca sekalian.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................1
B. Identifikasi masalah .......................................................6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................6
a. Pembatasan Masalah ..........................................................6
b. Perumusan Masalah ...........................................................6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................7
E. Metodologi Penelitian ...............................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDIDIKAN
ISLAM .............................................................................................9
A. Pengertian dan Tujuan Pendidkan Islam ............................9
1. Pengertian Pendidikian ..............................................9
2. Pengertian Pendidikan Menurut Istilah .......................10
3. Tujuan Pendidikan Islam ............................................13
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam ..........................................14
1. Al-Quran ....................................................................14
2. As-Sunnah ..................................................................16
3. Ijtihad .........................................................................16
C. Metode dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam ...........17
1. Metode Pendidikan Islam ..........................................17
x
2. Pendekatan Dalam Pendidikan Islam .........................25
BAB III TAFSIR SURAT AL-INSAN ......................................................26
A. Tafsir Surat al – Insan Ayat 23-26 .....................................
B. Pandangan Para Mufassir Terhadap Surat al-Insan
ayat 23-27..................................................................................28
C. Kandungan Surat al-Insan ..................................................34
BAB IV ASPEK-ASPEK ِ AKHLAK DALAM SURAT AL-INSAN
DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM ...........36
A. Aspek-Aspek Pendidikian dalam ASurat Al-Insan ayat 23-26
Kriteria yang menentukan A’spek pendidikan adalah dari Fi’il
Amr (kata kerja) ........................................................................36
1. Sabar .............................................................................36
2. Dzikir ............................................................................37
3. Shalat Tahajud ...............................................................44
B. Aplikasi Pendidikan Dalam Surat Al-Insan Ayat 24-26 dalam
Pendidikan Islam ......................................................................50
1. Aplikasi Sabar dalam Pendidikan ................................50
2. Aplikasi Dzikir Dalam Pendidikan ...............................51
3. Aplikasi Shalat Malam (Qiyam al-Lail) dalam
Pendidikan ..........................................................................54
BAB V PENUTUP .......................................................................................58
A. Kesimpulan ...............................................................................58
B. Saran .........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut A. fatah Jalal, “Pendidikan merupakan upaya manusia yang
diarahkan kepada manusia lain dengan harapan bahwa mereka ini, berkat
pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang baik, yang berbuat
sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut
dilakukannya”.1 Syahidin berpendapat pula:
Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak
berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu
menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak
tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap
potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya
kearah yang positif melalui proses pendidikan.2
Menurut zakiyah Darajat, “Manusia sebagai makhluk pedagogik membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan potensi tersebut manusia
mampu menjadi khalifah dibumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah berupa keterampilan yang dapat berkembang,
sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.”3
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an melalui firman-Nya:
1 Abdul Fatah Jalal,Azas-azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998), h.11
2 Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV. Misaka Galiza 1990), h. 1
3 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: CV. Misaka Galiza 1999), h.1
2
( :87 )
Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S Al-Nahl: 78).4 Abu Ja’fan menafsirkan,
Maksud dari ayat ini adalah menurut tafsir Ath-Thabari bahwasannya Allah
mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui, yaitu sesudah Allah
mengeluarkan dari perut ibu tanpa memahami dan mengetahui apapun, Allah
mengkaruniakan manusia akal untuk memahami dan membedakan antara yang
baik dan yang buruk, Allah membuka mata untuk melihat apa yang tidak dilihat
sebelumnya, dan memberikan telinga untuk mendengar suara-suara sehingga
manusia dapat memahami perbincangan dari padanya, serta memberi mata untuk
melihat berbagai sosok sehingga dapat saling mengenal dan membedakan,
maksudnya adalah hati yang digunakan untuk mengenal segala sesuatu
,merekamnya, dan memikirkannya sehingga dapat memahaminya.
Lafadz “ agar kamu bersyukur” maksudnya adalah agar
bersyukur kepada Allah dengan apa yang telah Allah berikan yaitu fitrah manusia
berupa pendengaran, penglihatan, dan hati, sebelum Allah mengeluarkan kalian
dari perut ibu kalian, tetapi Allah memberi kalian ilmu dan akal setelah
mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian. 5
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya:
4 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (semarang: CV Toha Putra, 1989), h.
413 5 Abu Ja’fan Muhammad bin Jarin Ath-Thabari; Penerjemah, Misbah, Ahsan, Khairul
Annam, Akhmad Affandi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 248-249
3
Artinya: Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir
(dalam keadaan) fitrah, Kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan
anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusikannya:. (HR.
Muslim)6
Secara etimologi, kata fitrah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ”Fitrah”
jamaknya ”Fitar” artinya perangai, tabiat, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah
juga terambil dari akar-akar kata ”al-Fathr” yang berarti belahan. Dari makna ini
lahir makna-makna lain, antara lain ”pencipta” atau ”kejadian”.7
Berdasarkan hadits diatas, dapat dipahami bahwasanya Fitrah adalah
potensi dasar beragama yang dibawa manusia sejak lahir dan bisa dipengaruhi
oleh lingkungan diluar dari dirinya sendiri. Pada hakikatnya manusia diciptakan
Allah dilengkapi dengan berbagai kelengkapan pada dirinya, fitrah merupakan
ketetapan pemberian dari Allah berupa kekutan asli dan berada dalam kondisi
lemah tak berdaya. Namun demikian fitrah itu tetap harus dipelihara dan dijaga.
Sehingga peran lingkungan dan orang tua sangat penting dalam mengembangkan
potensi seorang manusia. Potensi anak dikembangkan melalui proses pendidikan,
Dalam proses pendidikan, manusia mampu membentuk kepribadiannya,
mentransfer kebudayaannya dari suatu komunitas kepada komunitas yang lain,
mengetahui nilai baik dan buruk dan lain sebagainya.
Dalam proses pendidikan fitrah yang telah dibawa sejak lahir akan
dipengaruhi cukup besar oleh lingkungan. Fitrah tidak akan berkembang tanpa
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar.
Oleh sebab itu, dalam Islam setiap bayi yang baru lahir diazankan atau
qamatkan, ini menunjukkan proses pendidikan anak sejak dini dari kedua orang
tuanya, dimana lafaz tersebut akan menanamkan konsep keimanan dan
menentukan kesuksesan dunia dan akherat. Tetapi setelah bayi diazankan atau
diqamatkan harus ditindak lanjuti tidak hanya sebatas formalitas saja. Tindak
lanjut tersebut berupa nilai-nilai pendidikan keimanan dan kesuksesan dunia dan
6 Imam Jamaludin Abdurrahman bin Abi Bakr al-Syuyuti, al-jami’ al-Shaghir Fi Ahadits
al-basyir al-Nadzir, (Kairo: Dar al-Khatib al-Arabi, tt), h. 235 7 Muhaimin Zaini, Syahminan, Belajar sebagai Sarana Pengembangan Fitrah Manusia,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1991)
4
akhirat yang terkandung dalam makna azan. Oleh karena itu pendidikan islam
bertugas membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah
manusia tersebut sehingga terbentuk seseorang yang berkepribadian muslim.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, “Potensi dasar tersebut yang lebih
dikenal dengan fitrah harus terpelihara dan berkembang dengan baik. Sebab tugas
pendidikan adalah menjadikan potensi dasar itu lebih berdaya guna, berfungsi
secara wajar dan manusiawi. Potensi fitrah yang diberikan Allah itu, menurut
Abdullah Nashih Ulwan sebagai “fitrah Tauhid” aqidah iman kepada Allah dan
atas dasar kesucian yang tidak ternoda.”8
Menurut Syahidin:
Seiring dengan lajunya pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, peranan pendidikan akan menjadi semakin penting. Karena
disamping kemajuan ilmu pengetahuan yang menuntut sumber daya manusia yang
berkualitas (khalifah Allah dibumi). Juga pendidikan berperan sebagai pengarah
dari lajunya perkembangan pengetahuan itu sendiri, sehingga hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak akan merusak nilai manusia itu sendiri.9
Al-Qur’an sebagai tumpuan dasar kehidupan manusia dan sekaligus sumber
ajaran Islam memuat begitu banyak segi kehidupan. Salah satu yang terpenting
dalam ajaran Islam adalah pendidikan, yang merupakan faktor fundamental dalam
kehidupan manusia. Sebab Rasullullah sendiri diutus oleh Allah untuk
mengajarkan dan mendidik manusia untuk dapat mengenal Allah dan Rasulnya.
Menurut Zakiyah Darajat,
Dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat
dibaca kisah Lukman ayat 12 sampai dengan ayat 19. Cerita itu mengariskan
prinsip-prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat,
sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat ini menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai
suatu kegiatan dan amal shaleh, itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus
mendukung tujuan hidup tersebut. 10
Al-Qur’an dan terjemahan Departement Agama:
Al-Qur’an dan terjemahan department Agama, “Dengan memakai dasar Al-
Qur’an ini, maka pendidikan Islam harus mengarah kepada terciptanya manusia
yang seimbang antara kehidupan di dunia dan akhirat, dalam rangka beribadah
8Abdullah Nashih Ulwan, Pemeliharaan Jiwa Anak, terjemah dari ushulut Tarbiyah
islamiyah oleh Syihabuddin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 148 9 Syahidin. Op.Cit, h. 1
10 Zakiyah Darajat, Op. Cit, h. 623
5
kepada Allah SWT sebagaimana yang telah ia gariskan kembali dalam al-
Qur’an.”11
Untuk membina kepribadian yang sejalan dengan fitrah menusia
sebagaimana ditunjukan oleh AL-Qur’an dan Sunnah, diperlukan proses
pendidikan yang terarah dan bertujuan untuk mengarahkan manusia kepada titik
optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah
terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan
sosial serta hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya.
Dari uraian diatas yang penulis paparkan, disinilah penulis membahas Surat
Al-Insan Ayat 23-26, dimana Allah dengan jelas memberikan pelajaran bagi
manusia yang dapat menambah keimanan kepada kitab suci al-Qur’an sebagai
wahyu Allah yang berisi ajaran-ajaran yang menuntun hidup dan kehidupan
manusia kearah yang lebih baik.
Dalam Surat Al-Insan ayat 23-26 terdapat aspek-aspek pendidikan yang
memiliki tiga tema sentral yang mengacu pada nilai-nilai Pendidikan, pertama
aspek pendidikan kesabaran. Hampir seluruh keadaan dan situasi manusia
membutuhkan kesabaran, maka kita dituntut memiliki sifat sabar tersebut. Sejak
sedini mungkin sifat sabar harus bisa ditanamkan dalam hati anak didik agar kelak
mereka dapat menghadapi segala cobaan dan fenomena hidup ini dengan penuh
kesabaran. Kedua aspek dzikir. Dzikir merupakan salah satu upaya mengenalkan
kepada anak didik akan ke-Esa-an Allah SWT. Sehingga secara tidak langsung
akan menimbulkan keimanan yang mendalam terhadap perkembangan jiwa anak
didik. Dengan demikian perkembangan jiwanya tidak mudah terkontaminasi
dengan perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya dan merusak imannya. Dan
ketiga, Aspek pendidikian shalat malam (qiyamul lail). Tujuan dari pendidikan
shalat malam ialah salah satu upaya untuk mendidik manusia (anak didik) untuk
selalu mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela,
sehingga dengan demikian setiap amaliah yang dilakukannya itu semata-mata
hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT.
11
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), h.
645
6
Berpijak dari uraian diatas, maka penulis mencoba untuk membahasnya
dalam sebuah karya ilmiah dengan judul:
“ ASPEK-ASPEK AKHLAK YANG TERDAPAT DALAM SURAT AL-
INSAN AYAT 23-26 DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas
dalam tulisan ini yaitu:
1. Penafsiran para ulama tafsir t5entang Q.S Al-Insan ayat 23-26
2. Aspek-aspek akhlak yang terkandung dalam Q.S Al-Insan ayat 23-26
3. Aplikasi pendidikan yang terdapat dalam Q.S Al-Insan ayat 23-26
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dan untuk lebih terarahnya
pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan yang
dibahas pada:
1. Aspek-Aspek akhlak yang terdapat dalam Q.S.Al-Insan ayat 23-26
2. Aplikasi pendidikan akhlak yang terdapat dalam Q.S Al-Insan ayat 23-26
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Aspek Akhlak apa saja yang terkandung dalam surat Al-Insan ayat: 23-26?
7
2. Bagaimana mengaplikasikan Q.S al-Insan ayat: 23-26 dalam pendidikan
Islam?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Penulis ingin menjelaskan isi dari kandungan surat al-Insan ayat 23-26
yang memuat beberapa aspek akhlak
2. Penulis ingin menjelaskan dan menerapkan aplikasi pendidikan akhlak
tersebut dalam pendidikan Islam
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Agar dapat memberi kontribusi pemikiran betapa pentingnya aspek
sabar, shalat dan zikir dalam dunia pendidikan Islam terutama guru
sebagai pendidik.
2. Agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat umum betapa
pentingnya kesabaran, shalat setra zikir sebagai modal dasar dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
3. Untuk memberikan sumbangsih pemikiran terhadap khazanah ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan pendidikan Islam
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber Bahan
Sebagaimana layaknya penulisan Ilmiah, maka dalam pembahasan
skripsi ini penulis menggunakan metode yang berlaku dalam penulisan karya
ilmiah. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil data, pendapat para ahli
yang kemudian diformulasikan dalam buku-buku, dalam istilah lain disebut
dengan library reseach, yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau
karya Ilmiah dibidang tafsir dan pendidikan, dengan sumber bahan sebagai
berikut:
8
a. Tafsir al-Misbah
b. Tafsir Ath-Thabari
c. Buku-buku yang relevan dengan pembahassan skripsi ini.
2. Pengolahan data
Pengolahan data yang penulis lakukan adalah dengan cara membandingkan,
menghubungkan dan kemudian diselaraskan serta diambil kesimpulan dari data
yang terkumpul.
3. Analisis data
Nashrudin Baidan berpendapat:
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan
metode tafsir tahlili, yaitu menefsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan
segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta
menerangkan makna-makna yang tercangkup di dalamnya sesuai dengan keahlian
dan kecendrungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.12
Yang meliputi pengertian kosakata, asbabun nuzul, serta kaitannya dengan
ayat-ayat yang lain, baik sebelum maupun sesudahnya, setra pendapat yang
disandarkan kepada Nabi maupun para sahabat dan para ahli tafsir.
4. Pedoman penulisan
Adapun pedoman penulisan skripsi ini, penulis berpegang kepada buku
“pedoman penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011”. Yang
diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
12
Nashrudin Baidan, Metodelogi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), cet. 2. h.31
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan
Dalam islam ada beberapa istilah yang digunakan untuk pendidikan, yaitu:
yang pertama, kata tarbiyah yang berarti mengasuh, yang kedua kata ta‟lim yang
berarti mendidik, mengajarkan. Dan yang ke tiga kata ta‟dib yang berarti
mengajarkan.
Irsyad Djuwaeli mengungkapkan pendapat Fuad Abd Al-Baqy dalam
bukunya: Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li alfadz Al-Qur‟an Al-Karim “bahwa di
dalaam Al-qur‟an kata tarbiyah dengan berbagai kata yang serumpun
dengannya diulang sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut pada mulanya
digunakan dalam arti “Insya al-syai” halan ila al-hadi al-tamam” yang artinya
mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap sampai
pada batas yang sempurna”. 1
Istilah Tarbiyah, menurut para pendukungnya, berakar pada tiga kata:
Hery Noer Aly berpendapat, “Pertama, kata raba yarbu yang berarti
bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba yang berarti tumbuh dan
berkembang. Ketiga, kata rabba yarubhu yang berarti memperbaiki, menguasai,
memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al-Rabb juga berasal dari kata tarbiyah
1 Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta: Kasra Utama
Mandiri, 1998), Cet. 1, h. 3
10
dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara berangsur-
angsur.”2
Abudinata berpendapat,
Kata Rabb digunakan untuk menjelaskan berbagai hal, antara lain
menerangkan salah satu sifat atau perbuatan Tuhan, misalnya Rabbul „alamiin
yang berarti pemelihara, pendidik, penguasa, dan penjaga sekalian alam kata Rabb
selain digunakan untuk arti sebagaimana diatas, digunakan pula untuk arti
sebagaimana diatas, digunakan pula untuk arti yang objeknya lebih diperinci lagi,
baik benda-benda yang bersifat fisik maupun non fisik. Dengan demikian
pendidikan mengandung arti pemeliharaan terhadap seluruh makhluk Tuhan. 3
Menurut Irsyad Djuwaeli,
Sedangkan “kata Ta‟lim yang berakar pada kata „allama yang digunakan
khusus untuk ,enunjukan sesuatu yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga
menghasilkan bekas atau pengaruh pada diri seseorang”.4 kata “ta‟lim” dengan
berbagai kata yang serumpun dengannya di dalam Al-Qu‟an desebut sebanyak
840 kali dan digunakan untuk arti bermacam-macam seperti digunakan Tuhan
untuk menjelaskan pengetahuan-Nya yang diberikan kepada umat manusia, dan
digunakan untuk menerangkan bahwa Tuhan maha mengetahui atas segaala
sesuatu.5
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tarbiyah
merupakan upaya sadar akan pemeliharaan, pengembangan seluruh potensi diri
manusia sesuai fitrahnya dan perlindungan menyeluruh terhadap hak-hak
kemanusiaannya, sementara kata ta‟lim mengesankan proses pemberian ilmu
pengetahuan dan penyadaran akan fitrah dan tugas-tugas kemanusiaannya yang
harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sedangkan kata ta‟dib mengesanka
proses pembinaan kepribadian dan sikap moral serta etika dalam kehidupan.
Dengan demikian, ketiga kata tersebut pada dasarnya mengacu kepada
pemeliharaan, perlindungan keseluruhan potensi diri manusia.
2. Pengertian Pendidikan Menurut Istilah
Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Paedagogie
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian di
2 Hery noer Aly, Ilmu Pendidikian Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.2, h. 4
3 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1999), Cet.2,h. 6
4 Ibid, h. 7
5 Irsyad Djuwaeli, Op.Cit, h.5
11
terjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan Education yang berarti pendidikan.
Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti
pendidikan.
Banyak para ahli berbeda versi dalam memberikan pengertian pendidikan
namun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama.
Abudinata berpendapat,
“Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang
ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya
bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula.
Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kearah kemajuan, tidak boleh
melanjutkan keadaan kemarin, pendidikan adalah usaha kebudayaan, ber asas
peradaban, yakni melanjutkan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.” 6
Sedangkan Ahmad D Marimba berpendapat bahwa:
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusan ini Ahmad D Marimba,
menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1. Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang
dilakukan secara sadar.
2. Ada pendidik.
3. Ada yang di didik.
4. Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut.
5. Dalam usaha tersebut tentu ada alat-alat yang digunakan.7
Dan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 Th 2003
arti pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar prserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. 8
6 Abudin Nata, Op.Cit, h. 9
7 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1986),
Cet.4, h. 19 8 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.3
12
Dari beberapa rumusan pendidikan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama,
terencana dan bertujuan. Yang dilaksanakan oleh orang dewasa, yang berarti
memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikan kepada anak
didik. Dan apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat
menolong tugas dan perannya dimasyarakat dimana kelak mereka hidup.
Kemudian tentang rumusan pendidikan Islam, para ahli pun berbeda
pendapat dalam merumuskannya, misalnya Muhammad Athiyah Al-abrasy
memberikan pengertian pendidikan pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip
oleh Ramayulis bahwa: Tarbiyah islamiyah adalah upaya mempersiapkan
manusia hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya,
mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan atau tulisan”.9
Sementara menurut Prof. Dr.Omar Muhammad Al-Toumy, pendidikan
islam diartikan sebagai” usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan. Prubahan itu dilandasi oleh nilai-nilai
Islam “. 10
Syahminan Zaini dalam bukunya prinsip-prinsip dasar konsepsi pendidikan
Islam memaparkan bahwa “pendidikan Islam ialah usaha mengembangkan fitrah
manusia dengan ajaran-ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia
yang makmur dan bahagia “. 11
Sedangkan Ahmad D Marimba memberikan pengertian bahwa “ Pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
islam”. 12
9 Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 3-4
10 Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (jakarta: Bulan Bintang,
1979), cet. 1. H. 399 11
Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi pendidikan Islam, (jakarta: Kalam
Mulia. 1986), cet. 1, h.4 12
Ahmad D marimba, Op. Cit, h. 131
13
Dari berbagai Devinisi diatas tentang pendidikan Islam terkandung hal-hal
sebagai berikut:
1) Pendidikan Islam itu mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, yang sesuai
dengan ajaran Islam.
2) Pendidikan menurut Islam tidak terbatas sampai dewasa, tetapi sampai kita
menutup mata.
3) Hakikat pendidikan Islam adalah merupakan untuk mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah manusia kearah titik
maksimal perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan islam sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktifitas manusia.
Setiap aktifitas manusia mesti mempunyai tujuan tertentu, sebab aktifitas yang
tidak mempunyai tujuan adalah pekerjaan yang sia-sia.
Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol dan memudahkan
efaluasi dan aktifitas. Karna itu tujuan suatu aktifitas haruslah dirumuskan dengan
tegas dan jelas agar dapat mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi aktifitas
tersebut
Banyak rumusan yang dikemukakan oleh para ahli tentang tujuan
pendidikan Islam diantaranya:
Menurut Ramayulis berpendapat
Bahwa pendidikan Islam itu mempunyai dua tujuan, yaitu :
1. Tujuan keagamaan Maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga apabila
ia menemui Tuhannya, ia telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan
atasnya.
2. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh
pendidikan moderen dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.13
Sedangkan Ali Ashraf mengatakan bahwa:
Pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang
seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek,
rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan
seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek
spiritual, intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik baik secara
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. 1, h. 25-26
14
individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk
mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim
adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual,
masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.14
Selanjutnya menurut H.M Arifin, “Tujuan Pendidikan Islam adalah
menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran
Islam.” 15
Dari beberapa rumusan diatas, penulis dapat nenyimpulkan beberapa
tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam, yaitu:
1. Membina dan mengarahkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT
sebagai bentuk manifestasi pengabdiannya sesuai dengan tugasnya sebagai
khalifah.
2. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehinga ia tidak
menyalahgunakan fungsinya sebagai khalifah.
3. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya sehingga ia
memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan
untuk menunjang kehidupan dan tugas kekhalifaannya.
4. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat sebagaimana yang di idam-idamkan manusia pada umumnya.
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar ilmu pendidikan Islam adalah islam dengan segala ajarannya. Ajaran
itu bersumber pada al-qur‟an, Sunnah Rasulullah SAW (selanjutnya disebut
sunnah / hadits), dan ij‟tihad ( hasil pikiran manusia) .
Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan disebut ilmu pendidikan Islam.
Tanpa dasar ini, tidak akan ada ilmu pendidikan Islam.
1. Al-Quran
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah menjadi pedoman bagi
umat Islam, dengan segala petunjuknya yang lengkap, meliputi seluruh aspek
14
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, (jakarta: pustaka Firdaus, 1993), Cet. 3, h.2 15
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), cet. 4, h. 41
15
kehidupan manusia dan bersifat universal. Nabi muhammad SAW sebagai
pendidik pertama, (pada masa awal pertumbuhan Islam) telah menjadikan Al-
Qur‟an sebagai dasar pendidikan Islam.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang
berbunyi:
Artinya: Bacalah, Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. (yang) menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkan
dengan pena. Mengajar manusia apa saja yang belum diketahuinya.
(Q.S Al-„Alaq: 1-5) 16
Ahmad Ibrahim Muhanna sebagai mana dikutib oleh Hery Noer Aly
mengatakan:
Bahwa Al-Qur‟an membahas berbagai aspek kehidupan manusia, dan
pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya
merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkkan manusia. Hal itu
tidak aneh mengingat Al-Qur‟an merupakan kitab hidayah, dan seseorang
memperoleh hidayah tidak lain karena pendidikan yang benar serta ketaatannya.
Meskipun demikian, hubungan ayat-ayat nya dengan pendidikian tidak semua
sama. Ada yang merupakan bagian fondasional dan ada yang merupakan bagian
parsial. Dengan perkataan lain hubunganya dengan pendidikan ada yang langsung
dan ada yang tidak langsung. 17
Al-Qur‟an diperuntukan bagi manusia untuk dijadikan pedoman hidupnya.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila manusia merupakan tema sentral
pembahasannya. Didalamnya diterangkan hakikat manusia siapa dirinya, dari
mana ia berasal, dimana dia berada, untuk apa ia diciptakan, apa yang harus
16
Departemen Agama, Op. Cit, h. 17
Hary Noer Aly, Ilmu Pendidkan Islam, (jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2, h.39
16
dilakukannya, dan hendak kemana ia pergi. Karena masalah hakikat hidup,
pandangan hidup, dan tujuan hidup memang merupakan masalah pendidikan.
2. As-Sunnah
Dasar yang kedua setelah Al-Qur‟an adalah Sunnah Rasulullah, amalan
yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan sikap hidup
sehari-hari tersebut menjadi dasar utama dan pertama pendidikan Islam setelah
Al-Qur‟an, karna Allah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi umatnya.
Hery Noer Aly mengikuti perkataan Abdurrahman An-Nahlawi bahwa
dalam lapangan pendidkan, sunnah mempunyai dua faedah :
1) Menjelaskan sistem pendidkan Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-
Qur‟an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat didalamnya.
2) Menggariskan metode-metode pendidkan yang dapat dipraktikan.18
Sunnah memang berkedudukan sebagai penjelas (tabyin) bagi Al-Qur‟an.
Karena pengalaman ajaran Al-Qur‟an yang bersifat global (mujmal) sering kali
sulit terlaksana tanpa penjelasannya. Karenanya Allah memerintahkan kepada
manusia untuk mentaati Rasul dalam rangka ketaatan kepada-Nya.
3. Ijtihad
Menurut Zakiyah Darajat:
Ijtihad ialah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at Islam untuk menetapkan/menentukan
sesuatu syari‟at Islam dalam hal-hal ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh
Al-Qur‟an dan sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada Al-Qur‟an
dan As-Sunnah.19
Zakiyah Darajat mengatakan
Ijtihad dalam bidang pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad
tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
hidup di suatu tempat pada kondisi atau situasi tertentu. Teori-teori pendidikan
baru hasil ijtihad dikaitkan dengan ajaran islam dan kebutuhan hidup. 20
Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagian besar bersifat pokok-pokok
18
Hary noer Aly, Op. Cit, h. 45 19
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan
Direktorat jendral pembinaan kelembagaan Agama Islam Depag, 1992), h.21 20
Ibid, h. 22
17
dan prinsipnya saja termasuk dalam aspek pendidikan. Sejak diturunkannya ajaran
Islam sampai wafatnya nabi Muhammah SAW, islam telah tumbuh dan
berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi
sosial yang tumbuh dan berkembang pula.
Dengan demikian untuk melengkapi dan merealisir ajaran Islam itu memang
sangat dibutuhkan ijtihad, sebab globalisasi dari Al-qur‟an dan Sunnah belum
menjamin tujuan pendidikan islam dapat tercapai. Dalam hal ini, pemikiran para
ahli pendidikan muslim adalah salah satu bentuk ijtihad dibidang pendidikan,
yang bisa dijadikan salah satu rujukan bagi kaum muslimin dalam bidang
pendidikan Islam.
C. Metode dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
1. Metode Pendidikan Islam
Menurut Abiddin Nata, “Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata,
yaitu kata meta yang berarti melalui dan kata hodos yang berarti jalan atau cara,
dengan demikian metode berat jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan.” 21
Dr. Jalaluddin dan Dr. Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidikan
Islam mengemukakan bahwa makna pokok dari pengertian metode itu sendiri
antara lain adalah:
1) Metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi
pendidikan kepada anak didik.
2) Cara yang digunakan merupakan cara yang tepat guna untuk menyampaikan
materi pendidikan tertentu dalam kondisi tertentu.
3) Melalui cara itu diharapkan materi yang disampaikan mampu memberi kesan
yang mendalam kepada diri anak didik.22
Selanjutnya jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat
membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada
21
Abiddin Nata, Op. Cit, h. 91 22
Jalaluddin, et all, Filsafat Pendidikan Islam, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
Cet 3, h. 51
18
diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi islam.
Selain itu metode dapat pula membawa arti sebagai cara untuk memahami,
menggali, dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
Ada beberapa metode dalam pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli,
diantaranya ialah:
a. Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberikan contoh,
baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Di dalam al-Qur‟an
terdapat banyak ayat yang menunjukan kepentingan penggunaan teladan dalam
pendidikan. Antara lain terlihat pada ayat-ayat yang mengemukakan pribadi-
pribadi teladan seperti dibawah ini:
1) Pribadi Rasulullah SAW
…..
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu….. ( Q.S. Al-ahzab: 21)
2) Pribadi Nabi Ibrahim AS dan Umatnya.
…..
Artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
ang-orang yang bersama dengan dia…. (Q.S. Al-Mumtahanah: 4)
Kepentingan penggunaan keteladanan juga terlihat dari teguran Allah
terhadap orang-orang yang menyampaikan pesan itu Allah menjelaskan:
19
Artinya: hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ( Q.S. As-Shaff: 2-3)
b. Pembiasaan
Yang dimaksud dengan pembiasaan ialah cara-cara bertindak yang
persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak
disadari oleh pelakunya)
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat
penting, terutama bagi anak-anak. Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat
yang menunjuk kepada penggunaan metode pembiasaan. Diantaranya
terdapat dalam surat An-Nur ayat 58-59 yang berbunyi:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu,
meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum
sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah
20
hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada
dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka
melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain).
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai
umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang
sebelum mereka meminta. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya.
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nur: 58-59)
As-shabuni, Ahli Hukum Islam dan Studi Islam dari Mekkah
mengatakan bahwa pada lahirnya perintah pada ayat tersebut diarahkan
kepada anak-anak, tetapi pada hakikatnya diperuntukan bagi orang dewasa.
Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan
waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak
belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Oleh
sebab itu, dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pembiasaan
hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian
yang terus-menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab,
pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan
sesuatu secara otomatis seperti robot, melainkan agar ia dapat melaksanakan
segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berhati-hati.
c. Pemberi Nasihat
Yang dimaksud dengan pemberi nasihat ialah penjelasan tentang
kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang
dinasihati dari bahaya serta menunjukannya kejalan yang mendatangkan
kebahagiaan dan manfaat.
Banyak ayat di dalam Al-Quran yang mengilustrasikan tentang
penggunaan metode member nasihat diantaranya:
21
Artinya:
Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada anak-anaknya diwaktu dia
memberi pelajaran kepada anaknya. Hai anakku janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedzaliman yang besar. ( Q.S. Luqman: 13 )
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan
Islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik
kedalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa
melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempunyai
kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan
dan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.
d. Motivasi dan Intimidasi
Metode Motivasi dan Intimidasi telah digunakan masyarakat secara luas,
orang tua terhadap pendidikan murid, bahkan masyarakat luas dalam interaksi
antar sesamanya. Al-Qur‟an ketika menggambarkan surga dengan segala
kenikmatannya dan neraka dan segala siksanya menggunakan metode ini.
Demikian pula ketika menggunakan prinsip logis tentang keseimbangan antara
balasan dan perbuatan.
Banyak ayat di dalam Al-Quran yang mengilustrasikan tentang penggunaan
metode memberi nasihat diantaranya:
Artinya:
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
22
(balasan) nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Al-Zalzalah: 6-8)
Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan
kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah islam, sebab
pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap metode itu tidaklah sama. Metode motivasi
lebih baik ketimbang metode intimidasi. Penggunaan metode motivasi dengan
apa yang dalam psikologi belajar disebut law of happiness, prinsip yang
mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar. Ajaran Islam, kata Abdul
Fattah Jalal, memberikan prioritas pada upaya menggugah suasana gembira
dibanding dengan ancaman dan hukuman. Dalam pelaksanaan prinsip ini
hendaknya guru atau pendidik tanggap akan adanya berbagai iklim dan kondisi
yang dpahami peserta didik selama proses belajar mengajar.
e. Metode Persuasif
Yang dimaksud dengan metode persuasif adalah meyakinkan peserta didik
tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah uslub al-iqma‟ wa al-iqtina.
Penggunaan metode persuasif didasarkan atas pandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang berakal. Al-Qur‟an sarat dengan contoh yang menunjukan
penghargaan islam terhadap akal, serta memerintahkan kepada manusia untuk
menggunakan akal dalam menbedakan antara yang benar dan yang salah serta
antara yang baik dan yang buruk. Seruan Allah kepada Rasul-Nya agar menyeru
manusia dengan cara yang bijaksana, memberi pengajaran yang baik, dan
berargumentasi secara baik, menunjukan kepentingan penggunaan metode ini.
Dengan metode persuasif, pendidikan Islam menekankan pentingnya
memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala persoalan yang dimajukan
kepada peserta didik. Mereka dihindarkan dari meniru segala pengetahuan secara
buta tanpa memaham hakikatnya atau pertaliannya dengan realistis, baik
individual maupun sosial. Mereka juga diberi kesempatan untuk melakukan
23
diskusi secara benar dan konstruktif dalam menganalisis berbagai obyek yang
didiskusikan.23
f. Metode Bercerita
Metode mendidik dengan bercerita yaitu dengan mengisahkan peristiwa
sejarah manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau
kemungkarannya dalam hidup terhadap printah Tuhan yang dibawa oleh nabi
atau rasul yang hadir ditengah mereka. Misalnya sebuah ayat yang mengandung
nilai pedagogies dalam sejarah digambarkan Tuhan sebagai berikut:
Artinya:
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al
Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya
adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Q.S. Yusuf: 3)
g. Metode diskusi
Metode diskusi juga diperintahkan oleh Al-Qur‟an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan sikap
pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Perintah dalam hal ini adalah agar
kita mengajak kejalan yang benar dengan hikmah dan mau‟idzah yang baik dan
membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara paling baik.
23
Hery Noer Aly, Op. Cit, h. 178-204
24
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. ( Q.S. An-Nahl: 125)
Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila dilakukan dengan
persiapan dan bahan-bahannya yang cukup jelas, dengan pembicaraan yang
berlangsung secara rasional, tidak didasarkan atas luapan emosi, dan lebih
mengutamakan pada kesimpulan rasional dari pada kepentingan egoistis pribadi
peserta. Diskusi ini bila diarahkan untuk tidak mengambil suatu kesimpulan
disebut ”dialog” yaitu sekedar memberitahukan tentang suatu masalah yang telah
lama dirasakan sebagai suatu permasalahan. Dalam dialog tidak ada yang menang
atau yang kalah, masing-masing tetap berpegang pada pendiriannya, setuju
tentang adanya perbedaan.
h. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab juga merupakan salah satu metode yang sangat penting
dalam pendidikan Islam. Metode ini sering dipakai oleh para nabi dan Rasul-rasul
Allah dalam mengajarkan agama yang dibawanya kepada umatnya, bahkan ahli
fikir atau filosof pun banyak mempergunakan metode tanya jawab.
Firman Allah yang menyatakan bahwa hendaknya kita bertanya kepada
orang-orang yang ahli bila memang tidak mengetahui, seperti:
Artinya:
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui. (Q.S. An-Nahl: 43)
Adalah benar-benar mendorong anak didik untuk berani bertanya agar tidak
sesat dijalan. Hal demikian pernah berkali-kali dilakukan oleh nabi dalam
mengajarkan sesuatu pengertian atau pengetahuan tentang keimanan, keihsanan,
serta masalah hukum syara‟ dan lain sebagainya. 24
24
H.M. Arifin, Op.Cit, h. 70-76
25
Demikianlah beberapa metode dalam pendidikan Islam yang banyak
digunakan dalam proses pendidikan dewasa ini, banyak lagi metode-metode lain
yang tidak diuraikan dalam tulisan ini seperti: metode ceramah, pemberian tugas
(resitasi), demonstrasi dan eksperimen, bekerja kelompok, sosiodrama, karya
wisata, latihan siap (drill), syistem regu (team teaching), dan pemecahan masalah
(problem solving).
2. Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Pendekatan merupakan sarana penunjang dalam pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang di inginkan. Dalam hal ini akan dijabarkan beberapa
pendekatan yang dapat memudahkan dalam menerapkan pendidikan agama bagi
anak didik.
Adapun pendekatan-pendekatan itu antara lain:
a. Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
anak dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya.
b. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal)
dalam ajaran agama.
c. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan ajaran bagi anak dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan perkembangan.
d. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan pengalaman keagamaan pada
anak dalam rangka penanaman nilai keagamaan.
e. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk
senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.25
Itulah macam-macam metode dan pendekatan dalam pendidkan Islam yang
banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dewasa ini, yang dapat penulis
kemukakan dalam skripsi ini.
25
Ramayulis, Op.Cit, h. 151-153
26
BAB III
TAFSIR SURAT AL-INSAN
A. Tafsir Surat al – Insan Ayat 23-26
1. Teks ayat dan terjemah surat al-Insan ayat 23-26
Artinya : “ Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur (23). Maka bersabarlah kamu untuk
(melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang
berdosa dan orang yang kafir di antar mereka, (24). Dan sebutlah nama
Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang, (25). Dan pada sebagian dari malam,
Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang dimalam hari”.(26)
2. Asbabun nuzul surat al-Insan ayat 23-26
Telah diketahui bahwa kebanyakan surat dan ayat al–Qur‟an sesuai dengan
peristiwa yang melatar belakanginya. Kendati demikian, tidak semua ayat
memiliki asbabun nuzul bahkan ayat dan surat yang tidak memiliki asbabun
nuzul.
27
Adapun latar belakang turunnya ayat ini adalah keadaan kaum musyrikin
yang terus menerus menentang dan mendustakan dakwah Rasulullah SAW, yang
mereka tidak mengerti akan hakikat dari dakwah tersebut. Sehingga mereka
melakukan perlawanan bahkan penawaran (keduniaan) kepada Rasulullah SAW
agar beliau menghentikan dakwahnya atau berhenti dari mencela mereka.
Allah mengingatkan kepada Nabi SAW dan kepada umatnya agar tidak
mudah tergiur dengan bujukan dan rayuan itu, sebab nilai akidah dan perjuangan
tidak dapat ditukar dengan kekayaan dunia.
Menurut Prof. Dr. Hamka dalam bukunya (tafsit al-Azhar), sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Muqatil bahwa dua orang pemuka Quraisy sangat
menolak dakwah Rasulullah, dan mempertahankan kemusyrikan itu. Kedua orang
tersebut adalah „Utbah bin Rabi‟ah dan al-Walid bin al-Mughirah pernah
mendatangi Nabi SAW, yang tujuannya keduanya adalah membujuk Nabi agar
mengentikan dakwahnya ini. Bila ia menghentikan dakwah ini, perdamaian akan
terjadi. Sebab hati meraka tidak akan disakiti lagi. Hantaman dan caci makiannya
kepada berhala yang mereka sembah itu sangatlah menyinggung perasaan dan
dapat menghilangkan rasa hormat orang kepada mereka. Padahal mereka sebagai
pemuka-pemuka Quraisy adalah keseganan bangsa Arab seluruhnya.1
Prof. Dr. Quraisy Shihab, juga mengatakan yang sama dalam bukunya
(Tafsir al-Misbah), bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan kedatangan tokoh
kaum musyrikin yakni „Utbah bin Rabi‟ah yang menawarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, agar berhenti melaksanakan dakwahnya. Sebagai imbalannya
dia menjanjikan untuk mengawinkan beliau dengan anak gadisnya yang dikenal
sangat cantik, sambil memberinya harta yang melimpah.2
Dalam riwayat lain yang dikemukakan oleh Abdul Razzaq, Ibnu Jarir dan
Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah bahwa dia menerima khabar tentang
Abu Jahal yang berkata : “Jika aku melihat Muhammad sedang shalat, aku akan
injak tengkuknya”. Berkenaan dengan peristiwa itulah Allah SWT menurunkan
ayat ini.
1 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983), h. 283
2 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2003), Cet. 1, h. 668
28
“ Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan
janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka,
(24).
Sebagai peringatan untuk tidak mengindahkan apa yang diucapkan oleh
orang kafir.3
Tetapi meskipun dalam sebab-sebab turun ayat ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh beberapa pakar (ahli tafsir) di atas, ayat ini berlaku terus utuk
selamanya. Jelasnya ayat ini melarang seorang mukmin, apalagi kalau ia sebagai
pemimpin ummat agar tidak tergiur akan kesenangan duniawi yang ditawarkan
oleh orang-orang yang penuh dosa dan maksiat, dengan tujuan hendak mematikan
gerakan dakwah.
B. Pandangan Para Mufassir Terhadap Surat al-Insan ayat 23-27
1. Tafsir Q.S al-Insan ayat 23-27 menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab
(Tafsir al-Misbah), dan Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari
(Tafsir Ath-Thabari)
Firman-Nya
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab (Tafsir al-Misbah), makna ayat ini
adalah bahwa Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat jibril secara berangsur-angsur. Tujuan diturunkannya secara berangsur-
angsur itu adalah agar nabi mudah menjawab setiap pertanyaan, dapat
menyelesaikan setiap problem, mudah dihapalkan dan diamalkan, dan kuat pula
3 Qamaruddin Shaleh, et all, Asbabun Nuzul Latar Belakang Turunnya Ayat-ayat al-Quran,
(Bandung: CV. Diponegoro, 1995), Cet.17, h.564
29
hati beliau dengan kehadiran wahyu dari saat ke saat. 4 Nabi diperintahkan
menyampaikan wahyu itu kepada umatnya, dengan demikian tujuan diberikan
wahyu kepada Nabi itu juga merupakan tujuan kepada umatnya.
Menurut Tafsir Ath-Thabari, Allah telah menurunkan Al-Qur‟an kepada
Muhammad dengan berangsur-angsur maksudnya adalah agar Nabi kuat
menerima segala cobaan dan ujian dari Allah SWT.5
Dari pendapat kedua tafsir itu disimpukan bahwa, Allah telah menurunkan
kepada Muhammad al-Qur‟an melalui malaikat jibril dengan berangsur-angsur
yang bertujuan untuk:
a) Mudah menjawab setiap pertanyaan
b) Menyelesaikan setiap problem
c) Mudah dihafalkan dan
d) Mudah diamalkan
e) dan kuat dengan kehadiran wahyu dari saat ke saat
f) Serta agar kuat menerima cobaan dan ujian dari Allah SWT.
Firman-Nya
( ),
Menurut Tafsir Al-Misbah: Bersabarlah maksudnya ialah, bersabar dalam
menerima cobaan, sepanjang masa, apa pun yang terjadi.
Menurut Tafsir Ath-Thabari, perintah bersabarlah maksudnya ialah agar
Nabi bersabar atas apa yang diujikan kepada beliau oleh Tuhan.
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa bersabar itu adalah sabar dalam
menerima cobaan atau ujian apapun bentuk nya.
4 M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2009), Cet. 1, h. 582 5 Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir aAth-Thabari Terjemah, Anshari
Taslim, Muhyiddin masrida.dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 920
30
( ),
Menurut Tafsir Al-Misbah: maksudnya adalah Nabi Muhammad harus
selalu bersabar dalam menghadapi ketetapan dari Allah, antara lain yaitu nabi
harus kuat dalam menanggung beban penyampaian dakwah kepada umatnya yang
sebagian besar dari umatnya itu sangat membangkang dakwah Nabi Muhammad
SAW.
Menurut Tafsir Ath-Thabari, Allah mempunyai ketetapan yang harus
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad yaitu berupa kewajiban - kewajiban beliau
dalam menyampaikan dakwah dan juga melaksanakan perintah Allah dengan apa
yang telah Allah wahyukan kepada beliau.6
Dari pendapat kedua tafsir itu disimpukan bahwa, Allah mempunyai
ketetapan hukum yang harus dilaksanakan oleh Nabi Muhammad antara lain
adalah, menanggung beban penyampaian risalah dan pembangkangan umat, serta
pelaksanakaan atas apa yang diwahyukan kepada beliau.
Firman-Nya
“dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa dan orang yang kafir”
Firman-Nya:
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah janganlah kamu ikuti, maksudnya ialah
Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar tidak mengikuti siapapun dari
masyarakat Makkah itu yang tidak menginginkan adanya dakwah beliau.
Menurut Tafsir Ath-Thabari, Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah
agar tidak menaati orang-orang musyrik dari kaum beliau yang selalu melakukan
perbuatan maksiat kepada Allah.
6Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir aAth-Thabari Terjemah, Anshari
Taslim, Muhyiddin masrida.dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 920
31
Dari pendapat kedua tafsir itu adalah, Allah memerintahkan nabi
Muhammad agar tidak mengikuti siapaun dari masyrakat Makkah yang musyrik
dari kaum beliau dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah, “Orang yang berdosa” maksudnya ialah
para tokoh masyarakat Makkah yang sangat di segani oleh masyarakat disana
yang sangat berdosa mereka tidak menginginkan adanya dakwah nabi dan
mengusulkan bahwa Nabi Muhammad harus menghentikan dakwahnya. Oleh
karena itu Allah memberikan kekuatan hati dan juga bekal yang cukup kepada
Nabi agar beliau kuat menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dalam
menyampaikan dakwah.
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah, “Orang yang berdosa” maksudnya
para tokoh masyarakat Makkah yang selalu melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Dari pendapat kedua tafsir itu adalah, orang yang berdosa itu ialah para
Tokoh masyarakat mekkah yang berdosa dan yang melakukan kemaksiatan
kepada Allah SWT.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah orang yang kafir itu ialah orang yang
mendustakan Allah yaitu masyarakat Makkah yang kafir walaupun mereka
ditokohkan dan disegani oleh masyarakat.
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah “ dan Orang yang kafir” ialah para
tokoh masyarakat Makkah, mereka kufur terhadap nikmat yang telah Allah
berikan dan juga kufur terhadap Allah karena mereka menyembah kepada selain
Allah.
Dari pendapat kedua tafsir itu adalah, orang kafir ialah, para tokoh
masyarakat Makkah yang sangat kafir, yang kufur terhadap nikmat Allah karena
mereka menyembah selain Allah yang mengusulkan agar Nabi menghentikan
dakwahnya.
Firman-Nya
32
“ dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang”
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah Allah memerintahkan Nabi Muhammad
agar selalu berdzikir dan mengingat Allah dalam situasi dan kondisi apapun
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah Nabi diperintahkan oleh Allah agar selalu
menyebut nama-Nya
Dari pendapat kedua tafsir itu adalah, Allah memerintahkan Nabi
Muhammad agar selalu berdzikir, selalu mengingat Allah dan senantiasa
menyebut nama-Nya.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah Allah memerintahkan Nabi Muhammad
agar selalu mengingat dan menyebut nama-Nya.
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah, agar Nabi selalu mengingat Asma Allah
dengan cara Berdzikir.
Kesimpulan kedua tafsir itu adalah, Nabi Muhammad haruslah selalu
mengingat dan menyebut nama Allah dengan berdzikir.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah Allah memerintahkan agar Nabi
Muhammad selalu berdzikir dan mengingat-Nya pada waktu pagi yaitu pada
waktu shalat Subuh dan petang yaitu pada waktu shalat Dzuhur dan Ashar. Karena
dengan selalu mengingatnya hati akan terasa dekat tenang dalam menjalankan
syariat Allah.
33
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah, perintah berdzikir dalam doa kepada
Allah yang dilaksanakan pada pagi hari yaitu pada waktu Shalat subuh dan
petang pada waktu shalat dzuhur dan juga pada waktu shalat ashar harus selalu
mengingat-Nya.
Kesimpulan dari kedua tafsir itu adalah, Allah memerintahkan kepada Nabi
Muhammad agar selalu berdzikir, berdoa dan mengingat Allah dengan shalat yaitu
shalat Subuh, shalat Dzuhur dan Ashar.
Firnam-Nya:
”Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah
kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari”
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah Allah memerintahkan nabi agar terus
selalu berdoa dan berdzikir dalam sujudnya pada sebagian malam yaitu dalam
melaksanakan shalat Maghrib dan Isya.
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah, pada sebagian malam Nabi
diperintahkan oleh Allah agar selalu berdzikir dan bersujud dalam Shalat
Kesimpulan dari kedua ayat itu adalah Allah memerintahkan kepada Nabi
Muhammad agar selalu berdzikir dan bersujud dalam shalatnya yaitu pada waktu
sebagian malam yakni melaksanakan shalat Magrib dan Isya.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah, Allah memerintahkan nabi Muhammad
agar selalu bertasbih dan mengingat-Nya dalam keadaan apapun karena dengan
bertasbih beliau akan selalu dekat dengan Allah.
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah, perintah bertasbih yang Allah berikan
kepada nabi Muhammad agar beliau Senantiasa mengingat-Nya dalam shalat
tahajud. Agar hati menjadi tenang dan tentram
34
Kesimpulan dari kedua tafsir itu adalah, Nabi Muhammad diperintahkan
oleh Allah agar selalu bertasbih dan mengingat-Nya dengan melaksanakan shalat
tahajud.
Menurut Tafsir Al-Misbah adalah perintah shalat tahajud itu dilaksanakan
pada sebagian malam yang panjang karena dengan melaksanakan shalat tahajud
beliau akan selalu berdoa memohon pertolongan dari Allah
Menurut Tafsir Ath-Thabari adalah “ pada sebagian malam yang panjang”
maksudnya yaitu dalam waktu yang panjang di malam hari yakni pada
kebanyakan malam dalam slahat tahajjud dan tasbih maka itu adalah sumber
kekuatan dan pembekalan untuk tugas nabi yang sangatlah berat dan penuh
rintangan.
Kesimpulan dari kedua tafsir itu adalah, Allah memerintahkan Nabi
Muhammad agar selalu melaksanakan shalat Tahajjud yakni pada waktu sebagian
malam yang panjang.
C. Kandungan Surat al-Insan
Secara garis besar keempat ayat ini mengandung dua unsur yaitu, Yang
pertama perintah yang diberikan Allah SWT kepada rasul-Nya, dan kedua yaitu
yang bersifat larangan.
Ayat ini (23) Qs-Al-Insan berisi tentang penurunan ayat secara berangsur-
angsur supaya dapat dilaksanakan. Ayat 24 bersi kewajiban Muhammad
mengajarkan dan menyampaikan dakwah. Nabi dan umatnya harus memiliki
kesabaran yang luar biasa dalam melakukan hal itu. Dan sebaliknya jangan
mengikuti siapapun dari masyarakat Makkah yang kafir. Ayat ini juga
memerintahkan Nabi agar tidak terpengaruh oleh masyarakat Makkah yang sangat
berdosa karena mendustakan Allah dan tidak menginginkan adanya dakwah beliau
dalam mengajarkan ajaran Islam.
35
Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 25 terdapat perintah agar menyebut nama
Allah pada waktu pagi dan petang. Ayat ini berisi tentang perintah Allah kepada
Nabi agar selalu berdzikir dan mengingat Allah dalam melaksanakan shalatnya,
karena dengan berdzikir dan berdoa dalam shalat akan selalu mendekatkan diri
kepada Allah dan hati akan menjadi tenang dan tentram dalam menjakankan
syariat Islam.
Pada ayat terakhir (26) terdapat perintah untuk menjalankan shalat dan
bertasbih Pada sebagian malam. Ayat ini berisi tentang perintah Allah kepada
Nabi Muhammad agar selalu melaksanakan shalat dimalam hari yaitu shalat
Magrib dan Isya, serta bertasbih pada sebagian malam yang panjang. Karena
dengan melaksanakan shalat tahajjud maka itu adalah sumber kekuatan dan
pembekalan untuk tugas Nabi yang sangatlah berat dan penuh rintangan.
Sebagai seorang rasul yang membawa misi risalah ilahiah (agama islam) ini
merupakan tugas yang sangat berat baginya. Karena beliau sendiri mengetahui
persis bagaimana karakteristik masyarakat Makkah pada saat itu, namun ini
merupakan ketetapan Tuhan yang memang sudah seharusnya dilaksankan bagi
seorang rasul.
36
BAB IV
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-INSAN DAN
APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Aspek-Aspek Pendidikian dalam Surat Al-Insan ayat 23-26 Kriteria yang
menentukan Aspek pendidikan adalah dari Fi’il Amr (kata kerja)
1. Sabar
Aspek pendidikan yang pertama yang terkandung dalam surat Al-Insan adalah
tentang kesabaran.
a. Pengertian sabar
Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan. Makna sabar
ialah: Menahan dan Mencegah. 1 sedangkan menurut istilah, sabar yaitu Tabah, yakni
dapat menahan diri dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum-hukum
Islam baik dalam keadaan lapang maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang
dapat mengguncang iman. 2
1 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 1990), h.
19 2 M. Abdul Mujieb, et all, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), Cet. 1, h. 302
37
b. Macam-Macam Sabar
Menurut Said Hawwa dalam bukunya Mensucikan Jiwa kesabaran itu terbagi
menjadi tiga macam: Pertama, sabar atas ketaatan, Kedua, sabar dari kemaksiatan,
Ketiga, sabar menerima cobaan. 3
c. Keutamaan Sabar
Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Quran
mengkaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain
dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-sajadah 32: 24), syukur (QS. Ibrahim 14: 5),
tawakkal (QS. Al-Nahl 16: 41-42), dan taqwa (QS. Ali „Imran 3: 15-17).
Mengkaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukan betapa
tingginya nilai akhlak itu.
2. Dzikir
a. Pengertian Dzikir
Menurut DR. Asep Usman Ismail, dzikir adalah upaya menghubungkan diri
secara langsung dengan Allah, baik dengan lisan maupun dengan hati atau dengan
memadukan keduanya secara simponi.4
Menurut Hasbi Ash-shiddiqy, dzikir adalah menyebut nama Allah SWT dengan
membaca tasbih (subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), taqdis (quddusun), hauqalah
(laa haulawalaquwwata illa billah), hasbalah (hasbiayaallah), basmalah, dan
membaca al-Quran serta doa-doa yang diterima dari nabi-nabi.
Sedangkan menurut al-Hafidz dalam Fathul Barie, Dzikir yaitu segala lafaz
(ucapan) yang disukai para umat membacanya dan memperbanyak membacanya
untuk menghasilkan jalan mengingat dan mengenang akan Allah SWT. Beliau juga
mengatakan bahwasannya dipandang berdzikir juga mengerjakan segala tugas agama
yang diwajibkan Allah dan menjauhi larangan-Nya.5
3 Said Hawwa, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta: Robbani Press,
1998), h. 370 4 Qomaruddin (ed), Dzikir Sufi Menghampiri Illahi Lewat Tasawuf, (jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2000), cet. 1, h.26 5 Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (t.t: Thinkers Library, SDN BHD: 1994), Cet.
5. H. 37-38
38
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwasannya dzikir yaitu upaya yang dilakukan untuk menghubungkan diri secara
langsung kepada Allah SWT, melalui jalan mengingat dan mengenang Allah SWT
baik secara lisan maupun hati, agar dapat menjalankan segala yang diperintahkan
(diwajibkan) Allah SWT dan meninggalkan segala yang dilarang Allah SWT dengan
baik.
b. Dasar dan Tujuan Dzikir
1) Dasar Dzikir
Adapun Nash yang menjadi dasar perintah berdzikir antara lain, firman Allah
SWT:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir
yang sebanyak-banyaknya”. (Q.S Al-Ahzab: 41)
Maksudnya adalah: dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaklah manusia selalu
mengingat nikmat yang telah Allah berikan serta kejadian manusia yang berasal dari
tiada. Dengan demikian dzikir akan terus dilakukan secara sadar sebagai upaya untuk
mengingatnya setiap saat agar hati selalu menjadi tenang dan tentram.
Firman Allah SWT:
Artinya:
”karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Q.S Al-
Baqarah: 152)
Maksudnya adalah: Allah menghendaki manusia agar selalu mengingat-Nya setiap
saat dengan merendahkan diri, dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara. Setelah
39
itu dianjurkan untuk terus mengingat Allah setelah aman dan tenang, baik diwaktu
berdiri, duduk dan berbaring.
Rasulullah saw. bersabda:
Aku berpesan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah swt. karena taqwa itu
adalah pangkal setiap sesuatu, hendaknya engkau selalu berjihad karena jihad itu
adalah kependetaan dalam Islam, hendaklah engkau selalu berdzikir kepada Allah dan
membaca al-Qur‟an karena ia merupakan ruh-mu di langit dan dzkirmu di bumi. (HR.
Imam Ahmad dari Abi Sa‟id).6
Maksudnya adalah, Nabi Muhammad menyuruh kepada umatnya agar selalu
bertaqwa kepada Allah, karena dengan bertaqwa kepada Allah adalah suatu pedoman
yang harus dilaksanakan oleh orang yang beriman, dan nabi menyuruh umatnya
untuk berjihad karena dengan berjihad adalah berjuang dalam membela Islam, serta
nabi memerintahkan umatnya untuk selalu berdzikir kepada Allah dan membaca Al-
Qur‟an karena dengan berdzikir selalu mengingat Allah dan hati akan menjadi tenang
serta akan terus merasa dekat dengan Allah.
Sedangkan sebagian ulama menafsirkan ayat Dzikir diatas sebagai berikut:
“Ingatkah kalian kepada-Ku dengan Hikmah: niscahya aku ingat kepadamu dengan
nikmat-Ku untukmu”. 7
Dzikir adalah tali yang menghubungkan antara hamba dengan Tuhannya. Dzikir
adalah jalan yang menyampaikan kepada kecintaan Allah dan keridhaan-Nya. Dzikir
6 http://id.shvoong.com/books/dictionary/2288031-dasar-dasar-al-qur-dan/#ixzz2Iicu5Zkj
7 Usman Said Sargawi, Dzikir Itu Nikmat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h.
8-9
40
adalah tangga yang dengannya engkau dapat sampai kepada nikmat keagungan dan
keindahannya.8 Oleh karena itu berdzikir kepada Allah SWT itu tidak terpaku pada
situasi tertentu. Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
” (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (Q.S Ali-Imran: 191)
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwasannya berdzikir kepada Allah itu tidak
terbatas pada situasi tertentu, akan tetapi dapat dilakukan dalam segala keadaan
sambil duduk, berdiri maupun berbaring.
c. Tujuan Dzikir
Dzikir yang dilakukan oleh seorang ahlu dzikir akan memberi dampak positif
bagi jiwa. Salah satu tujuannya yaitu untuk menggapai mahhabah Ilahiah.
Selain itu ada juga tujuan-tujuan lain yang terkandung dalam perintah dzikir
diantaranya:
a) Untuk mencapai kualitas keimanan seseorang.
Sesuai dengan konsep kaum sufi, manusia mempunyai dua dimensi,
pertama disebut unsure lahut, yakni potensi Ilahiah yang selalu
mendorong dirinya untuk merindukan kembali dan mencintai kebenaran.
Kedua unsure nasut, sebagai makhluk bumi yang memiliki kelemahan-
8 Ibid, h. xiii
41
kelemahan, sehingga pada saat tertentu ia mudah jatuh kedalam
kemerosotan moral dan spiritual.9
b) Untuk Mensucikan Hati
Manusia akan menemukan tingkat kedekatan pada Tuhan selagi ia terus
menerus berada dalam dzikir, dan terus-menerus menghindari dari segala
sesuatu yang dapat melupakan Tuhan.10
c) Dzikir memberikan dorongan untuk memperoleh pahala dan ampunan
juga keberuntungan Syurga.
Firman Allah SWT:
Artinya:
.... “laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S Al-Ahzab: 35
Hubungan dzikir dengan Akhlaq adalah,
Dzikir/mengingat Allah itu yang berdasarkan ajaran Al-Quran dan tuntunan
dari Nabi Muhammad akan dapat membina iman umat manusia, bisa memperteguh
keyakinan, dapat memperdalam cinta kepada Allah SWT, dapat tahan yang tangguh
dalam memghadapi godaan syaitan. Dengan dzikir/mengingat Allah kita akan selalu
berhubungan dengan-Nya dalam menyatakan bahwa kita ini adalah abdi Allah,
dengan dzikir akan tercapailah jalan/hubungan yang indah dengan Allah dan
hubungan yang baik antar sesama manusia.11
Karena dengan mengingat Allah kita
akan menjadi tenang, tidak tergesa-gesa, dan selalu menjadikan diri menjadi pribadi
yang bersahaja.
9 Qomarudin, Op Cit, h. 26-27
10 Achmad Suyuti, Percik-percik Kesufian, (Jakarta: Amami, 1996), Cet. 1, h. 160
11 K.H Mawardi Labay El Sulthani, Dzikir dan Doa dalam Kesibukan, (Jakarta: Percetakan
Negara RI,1991), h. 81
42
d. Macam-Macam Dzikir
Menurut Usman Sa‟id Sarqawi dalam bukunya Dzikir itu Nikmat, bahwa Dzikir
kepada Allah terbagi atas tiga macam: dzikir hati, dzikir lisan, dan dzikir ketika
bertemu dengan apa yang dilarang dan diharamkan Allah.
Dzikir dengan hati adalah dzikir yang paling tinggi : misalnya berfikir tentang
keagungan alam, kegagahan, kerajaan, keindahan ciptaan-Nya, dan ayat-ayat-Nya
dilangit dan dibumi. Adapun dzikir dengan lisan adalah dzikir kepada Allah dengan
membaca tasbih, tahlil, tahmid, membaca al-Qur‟an, istighfar, doa, dan membaca
shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Sedangkan dzikir kepada Allah ketika
hendak melakukan apa yang dilarang dan diharamkan Allah juga merupakan dzikir
yang agung karena dengan demikian seorang muslim akan melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah, serta menjauhi apa yang dilarang bahkan yang syubhat.12
Menurut Ustadz Asy-Syaikh dzikir itu ada dua macam yaitu dzikir lisan dan
dzikir hati. Menurutnya dzikir lisan bagi seorang hamba yang menggunakan
tekhniknya akan mengantarkannya pada kelanggengan dzikir hati. Dzikir lisan
mempunyai pengaruh pada dzikir hati, jika hamba berdzikir dengan hati dan lisannya
sekaligus, maka ia adalah ahli dzikir yang sempurna dalam sifat dan tingkah laku
spiritualnya. 13
Menurut Thariqah Naqsabandiyah dzikir itu terbagi menjadi dua macam yaitu:
Dzikir Qalbi (hati) dan Dzikir Lisan (lidah).14
Menurut Hujatul Islam dzikir itu ada empat: dzikir lisan, dzikir lisan disertai
hati secara dipaksa-paksa, dzikir dengan hati secara lugas dan hadirnya pada lisan
tanpa dipaksa-paksa, dzikir yang benar-benar merasuk kedalam hati sanubari
sehingga orang yang berdzikir merasa tenggelam didalamnya.15
Menurut Imam Fakhrur Razi, dzikir itu ada tiga macam:
12
Usman Said Sarqawi, Dzikir Itu Nikmat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1,
h.3-4 13
Abul Qasim Abdul Kosim Hawazin, Al-Qusyairi An-Naisaburi Risalah Qusyairiyah Sumber
Kajian Ilmu Tsawuf, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), Cet. 1, h. 318 14
H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqasabandiyah, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikir, 1996), Cet.
2, h. 36 15
Syaikh Ratib Al-Haddad, Mutiara Dzikir dan Doa, (Bandung: PT. Pustaka Hidayah, 2000),
Cet. 1, h. 36
43
1. Dzikir lisan, yaitu mengucapkan kalimat suci dengan lidah seperti
mengucapkan Subhanallah, al-hamdulillah, La ilaha illallah, Allah,
dan lain sebagainya.
2. Dzikir hati ialah tafakkur mengingat Allah.
3. Dzikir anggota, yaitu tenggelam dalam ketaatan. 16
Sedangkan dikalangan tasawuf ada dua macam dzikir yang dikenal yaitu
dzikir jali dan dzikir khafi. Dzikir jail yaitu dzikir yang diucapkan
dengan suara keras secara bersama-sama sehingga sehingga membentuk
paduan suara yang indah. Paduan suara ini membentuk suasana batin
sendiri bagi kehidupan jiwa pendzikir. Sedangkan dzikir khafi yaitu
dzikir yang diucapkan dalam hati.17
e. Adab Dalam Berdzikir
Agar dzikir itu terkesan di dalam hati, maka harus dilakukan dengan menjaga
adab-adabnya, karena jika tidak maka ia hanya akan merupakan ucapan-ucapan
belaka yang tidak mempunyai kesan sama sekali. Para ulama telah merumuskan adab
dan tata cara berdzikir yang diantaranya yang paling harus diperhatikan bagi
seseorang yang berdzikir yaitu:
a. Khusyu dan sopan, memperhatikan makna-makna lafal dan memehami tujuannya,
serta memerangi kekusutan dalam pikiran.
b. Merendahkan suara sedapat mungkin dengan disertai kesadaran dan kemauan
yang sungguh-sungguh tidak dipengaruhi dengan yang lain. Sebagaimana firman-
Nya:
Artinya:
16
H.A. Fuad Said, Op.Cit, h. 58-59 17
Qamaruddin (ed), OpCit, h. 181
44
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi
dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai”.
(Q.S Al-A‟raaf: 205).
c. Bersesuaian dengan para jamaah, jika dilakukan dengan berjamaah.
d. Bersihkan pakaian dan tempatnya. Menjaga kekhusyuan dan adab-adabnya.18
Selain adab-adab yang telah dianjurkan di atas ada juga waktu-waktu yang
dimakhruhkan melakukan dzikir diantaranya: ketika sedang mengeluarkan hajat,
melakukan jimak, ketika khutbah sedang dilakukan, ketika sedang berdiri dalam
shalat, ketika sedang mengantuk, tetapi tidak makruh melakukan dzikir di jalanan
begitu pula dikamar mandi. 19
3. Shalat Tahajud
a. Pengertian Shalat Tahajud
Menurut terminologi shalat tahajud adalah shalat sunnah yang
dikerjakan setelah tidur dimalam hari.20
Ada juga yang mendefinisikan
shalat tahajud yaitu shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam,
mulai setelah shalat Isya hingga shalat fajar.21
b. Kedudukan Shalat Tahajud
1. Hukum melaksanakan shalat tahajud
Pada awal kemunculan dakwah dan risalah, shalat tahajud
hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW. Perintah wajib tersebut
berjalan selama setahun, kemudian menjadi sunnah. Hal ini
berdasarkan jumhur ulama dan empat imam.22
18
Al-Ikhwanul Muslimun dan As‟ad Yasin Salimin, Pedoman Dzikir, Wirid, dan Doa,
(Surabaya: Al-Ikhlas, t.t), h. 22-23 19
Imam Nawawi, Khasiat Dzikir dan Doa, (Sinar Baru Al-Gesindo, 1995), h. 21 20
Kamaluddin El-Abad, Bimbingan Praktis Qiyamul Lail Lengkap Dengan Ilmu dan Amal,
(Jakarta: Simpelx, 1996), Cet. 1, h. 4 21
Abdul Ghani Azmi bin Haji Idris, Pedoman Shalat-Shalat Sunnah Menurut Sunnah
Rasulullah, (Kuala Lumpur: Darul Nu‟man, 1996), Cet. 2, h. 116 22
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, Jilid IV, (Beirut: Darul Fikr,
1995). H. 3
45
An-Nawawi berkata, “lalu Shalat malam (tahajjud) menjadi
sunnah bagi Rasulullah SAW dan umat Islam, sedang shalat malam
(tahajjud) bagi umat sunnah hukumnya menurut ijma.23
Melihat Nabi SAW dan para sahabatnya senantiasa
melaksanakan shalat tahajjud dan beliaupun menganjurkan umatnya
supaya senantiasa melaksanakannya. Hal ini menunjukan sangat
pentingnya dan afdhalnya hukumnya sunnah muakkadah.24
c. Keutamaan Shalat Tahajjud
Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat tahajjud mempunyai banyak
keutamaan, diantara keutamaan tersebut adalah:
1) Shalat tahajjud merupakan salat sunnah yang paling utama. Hal ini
berdasarkan hadits nabi:
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan
kepada kami Abu Awanah dari Abu Bisyr dari Humaid bin
Abdurrahman Al Himyari dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seutama-
utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan
23
Imam An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhi An-Nawawi, jilid IV, (Beirut: darul Fikr,
1995). H. 26-27 24
Kalamuddin El-Abad, OpCit, h. 4
46
seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam."
(H.R. Muslim).25
2) Dalam shalat tahajjud terdapat saat ijabah.
Artinya:
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah
seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan
kepada Allah „azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat,
kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada
setiap malam.” (H.R. Muslim )
3) Hati menjadi mudah khusyu dan perkataan lebih terkesan.
Sebagaimana Firman Allah:
Artinya:
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. ( Q.S. Al-
Muzammil: 6)
4) Masuk Surga dengan aman.
Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya:
25
Abi Abdillah Muhammad bin Nash Al-Maruzy, Mukhtashar Qiyam al-Lail, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1994), h. 58
47
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam
taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima
segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu
di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam”. (Q.S. Al-Dzariyaat:
15-17).26
5) Mendapat tempat yang terpuji
Sebagaimana Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji”. (Q.S Al-
Israa: 79).27
d. Kegiatan Shalat Tahajjud
Yang ditekankan dalam kegiatan Shalat tahajjud disini adalah, Sujud
dan Tasbih.
Maksud dari sujud adalah dalam pelaksanaan shalat, shalat adalah salah satu
cara yang paling lengkap dan paling sempurna untuk ingat kepada Allah atau untuk
berhubungan dengan Allah SWT.28
Sujud merupakan bagian dan unsur terpenting
dalam beribadah shalat, sujud mengandung pengertian yang sangat mendalam dalam
kehidupan kita, dan sujud juga merupakan bagian yang sangat tepat untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. ketika bersujud seorang mukmin akan dapat
26
Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1990), h. 859 27
Ibid. h. 436 28
K.H Mawardi Labay El Sulthani, Dzikir dan Doa dalam Kesibukan, (Jakarta: Percetakan
Negara RI,1991), h. 80
48
merasakan seolah-olah sedang berhadapan dengan Allah. karenannya ketika seorang
mukmin bersujud dengan khusuk mereka mencurahkan segala isi hatinya,
mengadukan dirinya dan kesedihannya kepada Allah, maka iapun merasakan
timbulnya suatu yang dapat menghilangkan kepedihan dan kesusahannya, kelapangan
dada serta kemudahan persoalannya hanya kepada Allah SWT.
Sedangkan Tasbih adalah, ingat kehebatan dan dahsyatnya ciptaan Allah,
kagum dan terpesona dengan kekayaan Allah. 29
tasbih berguna sebegai pengingat di
kala lupa, dengan memegang sesuatu yang secara khusus di gunakan untuk dzikir,
maka jika lupa akan mudah ingat kembali untuk berdzikir karena ada nya tasbih kita
akan selalu dzikir sepanjang waktu/daimul dzikr.
a. Upaya Untuk Memudahkan Shalat Tahajud (Qiyamul lail)
Menurut Imam al_Ghazali ada beberapa cara untuk memudahkan Qiyamul lail
(Shalat tahajjud) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Jangan banyak makan hingga menyebabkan banyak minum yang pada
khirnya diserang kantuk dan berat untuk bangun tidur.
2. Pada siang hari, jangan anda lelahkan diri anda dengan serangkaian
kegiatan yang menguras tenaga dan melemahkan urat syaraf, karena hal itu
mengundang rasa kantuk.
3. Jangan anda tinggalkan qailulah (tidur sebentar) di kala siang, karena
merupakan sunnah yang dapat membantu qiyamul lail.
4. Hindari perbuatan dosa dan dusta, karena hal itu menyebabkan hati
menjadikeras, kotor, dan berkarat, dan menghalangi anda dari sumber
datangnya rahmat.
5. Bersihnya hati dari kedengkian terhadap orang-orang islam, bid‟ah,
khurafat, dan maksud-maksud duniawi. Karena semua ini adalah penyakit
yang dapat memelingkan manusia dari ketaatan kepada
6. Allah.
29
Ibid, h. 79
49
7. Rasa takut yang selalu bercokol di hati diberangi dengan rasa pendeknya
angan-angan (terhadap dunia), mentafakkuri kedahsyatan hari kiamat dan
tingkatan-tingkatan jahannam.30
e. Kesimpulan
Dari ketiga Aspek diatas yaitu Sabar, dzikir dan Shalat malam ini semua
mencangkup Akhlak yang mulia. Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah
mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak
lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.31
Sabar merupakan akhlak yang
mulia, dengan bersabar kita dapat menahan diri dari melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum-hukum Islam baik dalam keadaan lapang maupun sulit,
mampu mengendalikan nafsu yang dapat mengguncang iman. Aspek yang kedua
yaitu dzikir, dzikir juga berhubungan dengan Akhlak yang mulia dengan berdzikir
akan tercapailah jalan/hubungan yang indah dengan Allah dan hubungan yang baik
antar sesama manusia. Karena dengan mengingat Allah kita akan menjadi tenang,
tidak tergesa-gesa, dan selalu menjadikan diri menjadi pribadi yang bersahaja. Yang
ketiga yaitu Shalat Tahajjud, dengan melaksanakan shalat tahajjud hat akan menjadi
tenang dan tentram. Sholat tahajud dilaksanakan pada sepertiga malam dengan penuh
dengan keheningan, karena di saat itu banyak orang yang tertidur lelap. Banyak orang
yang sukses dunia dan akhirat karena melaksanakan shalat sepertiga malam. Maka dri
itulah melaksanakan Shalat tahajjud itu merupakan cerminan dari seseorang yang
mempunyai akhlak yang mulia.
30
A. Najiyullah, Qiyamul Lail Penyegar Jiwa, (Jakarta: Islamuna Press, 1996), Cet. I, h. 84-85 31
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 5.
50
B. Aplikasi Pendidikan Dalam Surat Al-Insan Ayat 24-26 dalam Pendidikan
Islam
1. Aplikasi Sabar dalam Pendidikan
Sifat sabar merupakan sifat yang paling utama yang harus dimiliki oleh setiap
mukmin, oleh karena itu sejak sedini mungkin sifat sabar itu harus dapat ditanamkan
dalam hati anak didik. Hal itu supaya mereka dapat memahami segala hal kehidupan
ini dengan penuh kesabaran, karena hampir seluruh keadaan dan situasi yang
dihadapi manusia membutuhkan kesabaran dan keyakinan.
Bahkan di dalam Al-Qur‟an pun seringkali kita jumpai ayat-ayat yang
menerangkan tentang pentingnya memiliki sifat sabar, keutamaan sabar dan pahala
bagi orang-orang yang bersabar, diantara ayat-ayat tersebut adalah :
Al-baqarah : 153
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Baqarah: 153)
Tujuan pendidikan kesabaran adalah menanamkan sifat sabar kedalam hati anak
didik, yang meliputi segala hal dan keadaan baik sabar jasmani maupun sabar rohani.
Yang dengan sifat sabar tersebut dapat terhindar dari kesesatan dan kemaksiatan serta
dapat menjauhkan perasaan putus asa.
Sifat sabar erat sekali hubungannya dalam dunia pendidikan apalagi seorang
guru sebagai pendidik, karena jika sifat ini tidak tertanam dalam diri seorang guru
bagaimana mungkin ia dapat menghadapi siswanya yang secara tidak langsung
memiliki karakter yang berbeda-beda. Begitu juga halnya seorang pelajar ia tidak
akan sukses dalam belajarnya jika sifat sabar tidak tertanam dalam dirinya, seorang
mahasiswa tidak akan mencapai gelar sarjana tanpa memiliki sifat sabar dalam
belajar. Demikianlah seterusnya dalam aspek kehidupan.
Aplikasi pendidikan sabar disekolah yaitu dengan menggunakan metode cerita,
yang dalam menyampaikannya yaitu seorang guru dapat menceritakan berbagai
51
kisah-kisah tentang proses kesabaran. Sebagai contoh dapat meneladani kisah
Rasulullah dalam menyampaikan dakwah dan menyebarkan agama Islam, yang
dalam kisahnya Nabi sangat ditentang oleh masyarakat Makkah, maka dari itulah
Nabi sangatlah sabar dalam menjalankan perintah Allah. Dari kisah itu dapat
dijadikan teladan oleh para siswa dalam mencontoh sifat sabar yang ada pada diri
Rasulullah.
Selanjutnya dapat menggunakan metode diskusi, dari kisah yang telah
diceritakan itu guru dapat berdiskusi dengan para siswa tentang apa yang telah
diceritakan mengenai sifat sabar. Dengan memberikan contoh tentang keuntungan
dan kerugian orang yang mempunyai sifat sabar dalam dirinya misalnya, seseorang
yang selalu sabar dalam menjalankan hidup dengan ujian yang diberikan oleh Allah,
ia akan selalu dekat dengan Allah dan meyakinkan dalam dirinya bahwasannya ujian
yang datang dari Allah itu karena Allah akan menaikan derajat keimanannya. Dan
sebaliknya orang yang tidak mempunyai sifat sabar dalam dirinya hidupnya akan
selalu merasa tidak nyaman apa yang dilakukannya selalu tergesa-gesa, dan Allah
tidak menyukai orang yang tidak sabar.
Setelah kedua metode itu diterapkan terakhir menggunakan metode kasus yaitu
dengan cara mencontohkan dari salah satu siswa yang memiliki sifat sabar dan siswa
yang tidak memiliki sifat sabar dalam dirinya. Dengan metode ini secara tidak
langsung seluruh siswa didalam kelas tersebut dapat merespon apa yang telah guru
contohkan.
Dari ketiga metode yang telah diterapkan tersebut, seorang guru seharusnya
menerapkannya dalam mengaplikasikan sifat sabar didalam kelas agar semua murid
dapat memahami dan mencontohkan sifat sabar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Aplikasi Dzikir Dalam Pendidikan
Hendaknya setiap pendidik menyadari betul bahwa dalam pembinaan pribadi
anak sangat diperlukan, pembiasaan-pembiasaan dalam latihan-latihan yang cocok
dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Kerena pembiasaan dan latihan tersebut
akan membentuk sikap tertentu pada anak didik, yang lambat laun sikap itu akan
52
bertambah jelas dan kuat, yang pada akhirnya akan masuk dan meresap menjadi
bagian dari pribadinya.
Dzikir dalam terminologi pendidikan mempunyai arti mengingat, atau istilah
lainnya adalah menghafal. Dalam dunia pendidikan transformasi ilmu pengetahuan
yang disampaikan dari seorang pendidik kepada anak didiknya itu dapat diterima
apabila keadaan psikologi anak didik dalam keadaan tenang. Keadaan yang tenang
inilah seorang siswa akan mampu memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
gurunya.
Pendidikan Dzikir, hendaknya sedini mungkin dibiasakan kepada anak didik.
Baik dilakukan dalam lingkungan pendidikan (sekolah) maupun dalam lingkungan
masyarakat ataupun keluarga. Dalam lingkungan penddikan (sekolah) dzikir ini dapat
dilakukan ketika anak didik menjalankan ibadah shalat berjamaah. Dalam lingkungan
masyarakat ibadah dzikir dapat dilakukan ketika anak menghadiri masjid atau
mushalla untuk melakukan shalat berjamaah, begitupun sebaliknya dalam lingkungan
keluarga hendaknya orangtua memberikan contoh yang sama yaitu dengan
membiasakan shalat berjamaah dilingkungan keluarganya.
Tujuan utama dari pendidikan dzikir adalah, suatu upaya mengenalkan kepada
anak didika akan ke-Esaan Allah SWT. Sehingga secara tidak langsung akan
menimbulkan efek keimanan yang mendalam terhadap perkembangan jiwa anak
didik. Dengan demikian perkembangan jiwanya tidak mudah terkontaminasi dengan
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya dan merusak imannya.
Untuk dapat mengaplikasikan pendidikan dzikir ini, metode yang paling tepat
untuk digunakan adalah metode keteladanan (pemberian contoh). Yaitu hendaknya
seorang guru memberikan contoh dalam berdzikir, yaitu dengan mengajak para
siswa/anak didik untuk melakukan shalat berjamaah yang kemudian diikuti dengan
berdzikir secara bersama-sama. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus maka
siswa akan terbiasa melakukannya baik dalam shalat berjamaah ataupun sendiri.
Disamping metode keteladanan, seorang guru juga dapat menggunakan metode
targhib wa tarhib, yaitu dengan cara menyampaikan ayat-ayat al-Quran yang
mengilustrasikan kelompok orang-orang yang mendapat ketentraman dari Tuhannya.
53
Sehingga dengan demikian siswa dapat memilih kelompok mana yang dianggap baik
dan yang buruk untuk dirinya.
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut urusan ibadah seperti shalat,
berdoa, berdzikir, membaca al-Quran ataupun menghafalnya, shalat berjamaah
disekolah, masjid atau dimushala ini harus dibiasakan sejak kecil. Sehingga lama-
kelamaan tumbuh rasa senang untuk melakukan ibadah tersebut, yang pada akhirnya
ia akan mendorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar tapi dorongan dari
dalam dirinya sendiri.
Dengan kata lain, bahwa pembiasaan dalam pendidikan ibadah sangat penting,
terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan agama pada umumnya.
Aplikasi dzikir dikelas metode yang pertama memberikan materi bacaan dzikir
yaitu:
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu‟anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Sungguh bahwa mengucapkan
“Maha suci Allah, Segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah itu
Maha Besar.”
Dengan cara memperaktekan bacaan dzikir dalam shalat, yang dilaksanakan
bersama-sama dalam shalat berjamaah. Setelah memperaktekannya guru dapat
mengevaluasi satu persatu siswanya dengan memanggilnya kedepan kelas membaca
lafadz dzikir dihadapan guru dan teman-teman lainnya. Sehingga dengan begitu siswa
akan terpacu untuk menghafalkan kalimat-kalimat dzikir di dalam kesehariannya.
54
3. Aplikasi Shalat Malam (Qiyamul al-Lail) dalam Pendidikan
Pembinaan ketaatan beribadah kepada anak hendaknya dimulai dari dalam
keluarga. Anak yang masih kecil kegiatan ibadah yang lebih baik dan lebih menarik
baginya adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan shalat meniru
orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu. Pengalaman
keagamaan yang menarik bagi anak diantaranya shalat berjamaah, lebih-lebih lagi
bila ia ikut shalat di dalam shaf orang dewasa.
Maka pelaksanaan perintah shalat bagi anak-anak adalah dengan persuasive,
yaitu mengajak dan membimbing mereka untuk melakukan shalat dengan
memberikan unsur pembiasaan dan keteladanan kepadanya.
Pendidikan shalat yang dilangsungkan di sekolah dilakukan dengan pengisian
otak (intelektual) dengan ilmu yang menerangkan tentang shalat, termasuk
menerangkan tujuan mempelajarinya. Aplikasinya dan metode yang dapat diterapkan
adalah targhib dan tarhib yakni dengan menggungkapkan data empirik tentang orang-
orang yang mengabaikan perintah shalat serta membandingkannya dengan orang-
orang yang mengerjakan shalat.
Dari data tersebut para siswa diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri kedua
kelompok manusia yang melaksnakan dan melanggar perintah Allah tersebut. Guru
perlu membimbing dengan sungguh-sungguh agar para siswa dapat menemukan fakta
bahwa orang-orang yang enggan melaksanakan perintah Allah hidupnya di dunia
akan sengsara. Sebaliknya orang-orang yang menaati perintah Allah kehidupannya di
dunia akan bahagia.
Setelah siswa dapat benar-benar mengidentifikasi kedua ciri kelompok tersebut,
guru hendaknya mengungkapkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang ada kaitannya dengan
perintah melaksanakan shalat dengan menggunakan metode targhib dan tarhib
sekaligus membandingkan dua kelompok manusia yang mendapat siksa dari Allah
dan yang mendapat keberuntungan dari Allah, dan untuk lebih memperkuat hal ini
guru perlu memberikan ilustrasi tentang kesengsaraan orang yang meninggalkan
shalat dan keberuntungan orang yang mengerjakannya.
55
Aplikasi qiyamul lail di sekolah yaitu dengan menggunakan metode ceramah,
guru menyampaikan materi tentang shalat tahajjud yang diantaranya mencangkup tata
cara shalat tahajjud, bacaan, niat dan waktu pelaksanaan shalat tahajjud.
Setelah menyampaikan materi tentang shalat tahajjud guru dapat menceritakan
tentang keuntungan dan kerugian orang yang melaksanakan shalat tahajjud, orang
yang senantiasa bangun disepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajjud itu
senantiasa diberkahi oleh Allah, hidupnya akan selalu mendapat ketenangan didunia
dan Allah menjadikan surga kelak diakhirat nanti.
Untuk lebih mengoptimalkan aplikasi shalat malam dikelas guru dapat
mengajak siswa untuk outboand yaitu untuk melaksanakan shalat malam. Dengan
demikian siswa dapat terpacu untuk selalu melaksanakan shalat malam.
Dari ketiga metode diatas, sebaiknya metode itu harus diterapkan ketika
mengajar didalam kelas, siswa akan menyadari betapa pentingnya melaksanakan
shalat malam dalam sehari-hari. Agar selalu dekat dengan Allah.
Dari ke-tiga tema sentral yang terdapat dalam surat Al-Insan ayat 23-26 yakni
kesabaran, dzikir dan qiyamullail (shalat tahajud). Maka terdapat beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan penerapan dilapangan. Faktor-faktor
tersebut ialah:
1. Faktor Pendidik
Pendidik adalah salah satu faktor yang ada dalam proses pendidikan dan
merupakan faktor yang sangat penting. Pendidik mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang tidak ringan, karena pendidik sangat berperan dalam memberikan corak
dan membentuk pribadi anak didiknya secara professional.
Oleh karena besarnya tugas dan tanggung jawab pendidik dalam proses
pendidikan, maka setiap pendidik dituntut untuk bersikap professional, dalam arti
seorang pendidik harus menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, memiliki
keimanan yang teguh, bertanggung jawab penuh, ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya, dan berakhlak mulia serta menjaga diri agar selalu menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena sikap dan tingkah laku seorang pendidik
56
itu senantiasa menjadi contoh teladan bagi anak didik dan masyarakat dilingkungan
sekitarnya. Dan hal ini sangatlah besar pengaruhnya bagi perkembangan jiwa dan
mental serta perasaan agama anak didik.
2. Faktor Anak Didik
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa.
Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh
setiap anak yang hidup didunia ini.
Anak didik dalam mencari nilai-nilai hidup harus dapat bimbingan sepenuhnya
dari pendidik, karena menurut ajaran Islam setiap manusia yang dilahirkan kedunia
ini dalam keadaan suci, dan lingkungan sekitarnyalah yang akan memberi corak
warna terhadap kepribadiannya.
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan kerja sama antara pendidik
dan peserta didik. Walau bagaimanapun pendidik berusaha menanamkan
pengaruhnya kepada peserta didik, apabila tidak ada kesediaan dan kesiapan dari
peserta didik untuk mencapai tujuan, maka pendidikan sulit dibayangkan dapat
berhasil.32
3. Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan disini adalah segala sesuatu atau hal-hal
yang dapat menunjang kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan. Alat
pendidikan itu berupa segala tingkah laku perbuatan atau teladan, anjuran atau
perintah, larangan dan hukuman.
a. Tingkah laku perbuatan atau teladan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik
berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang
berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling
berhasil. Karena dalam proses belajar anak didik pada umumnya lebih mudah
menangkap yang konkrit ketimbang yang abstrak.33
32
Hery Noer Aly, OpCit, h. 129 33
Ibid, h. 178
57
Segala tingkah laku perbuatan dan perkataan pendidik akan mudah ditiru
oleh anak didik. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi anak didiknya.
b. Anjuran atau perintah
Apabila dalam contoh perbuatan tingkah laku atau keteladanan anak didik dapat
memperhatikan dan melihat apa yang dilakukan oleh pendidik, maka dalam anjuran
atau perintah ini anak didik dapat mendengar apa yang harus dilakukan.
Dengan anjuran atau perintah ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang
baik kedalam jiwa anak didk. Bahkan pendidik mempunyai kesempatan yang luas
untuk mengarahkan anak didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan serta
kemajuan bagi anak didik.
c. Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas untuk menghentikan perbuatan-
perbuatan yang ternyata salah dan merugikan bagi yang bersangkutan dan bagi orang
lain. Larangan ini merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu
perbuatan.
58
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian yang penulis paparkan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa perintah-perintah yang Allah SWT telah tetapkan dalam kandungan surat
Al-Insan ayat 23-26, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Surat Al-Insan ayat 23-26 memiliki tiga tema sentral yang mengacu pada
nilai-nilai pendidikan, pertama aspek pendidikan kesabaran. Hampir seluruh
keadaan dan situasi yang dihadapi manusia membutuhkan kesabaran, maka
kita dituntut memiliki sifat sabar tersebut. Sejak sedini mungkin sifat sabar
harus bisa ditanamkan dalam hati anak didik agar kelak mereka dapat
menghadapi segala cobaan dan fenomena hidup ini dengan penuh kesabaran.
Kedua, Aspek pendidikan dzikir. Dzikir merupakan salah satu upaya
mengenalkan kepada anak didik akan ke-Esa-an Allah SWT. Sehingga secara
tidak langsung akan menimbulkan keimanan yang mendalam terhadap
perkembangan jiwa anak didik. Dengan demikian perkembangan jiwanya
tidak mudah terkontaminasi dengan perbuatan-perbuatan yang dapat
merugikan dirinya dan merusak imannya. Dan ketiga, Aspek pendidikan
shalat malam (Qiyamul Lail). Tujuan dari pendidikan shalat malam ialah
salah satu upaya untuk mendidik manusia (anak didik) untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan sifat-sifat tercela, sehingga
dengan demikian setiap amaliah yang dilakukannya itu semata-mata hanya
untuk mengharap keridhoan Allah SWT.
59
2. Adapun pandangan para mufassir tentang surat Al-Insan ayat 23-6, pada
umumnya mereka memberikan pandangan yang samadalam menafsirkan ayat
tersebut. Karena di dalam tiga ayat ini tersimpan sebuah hakikat yang sangat
besar dari hakikat-hakikat dakwah imaniah. Yaitu suatu hakikat bagiamana
seharusnya para juru dakwah mengajak mereka kejalan keimanan yang
sebenarnya. Rasulullah SAW, menghadapi kaum musyrikin dengan mengajak
mereka kepada agama Allah yang Esa. Akan tetapi, beliau tidak hanya
menghadapi persoalan akidah sematayang ada didalam jiwa mereka. Akan
tetapi persoalan yang dihadapi Rasulullah pada saat itu, adalah kondisi
lingkungan yang meliputi akidah dan sikap hidup mereka. Inilah yang
membuat mereka menentang ajakan dakwah Rasulullah yang sedemikian
keras. Pertentangan yang begitu keras yang dilakukan oleh orang-orang kafir
bukan hanya dalam bentuk fisik dan pyisikis, akan tetapi kilauan duniapun
dilakukan oleh mereka terhadap Rasulullah dengan syarat beliau mau berhenti
dari dakwahnya. Jadi pada hakikatnya ayat ini merupakan modal besar dari
para juru dakwah agar tidak melupakan prinsip dasar dari ayat tersebut,yakni
selalu bersikap sabar dan tidak melupakan ibadah baik yang bersifat
mahdhah ataupun ghairi mahdhah serta dzikir sebagai pengingat kita akan
kebesaran dan pertolongan Allah SWT. Disamping itu ayat ini melarang
seorang mikmin, apalagi jika ia sebagai seorang pemimpin umat ataupun
pendidik jangan sampai tergiur akan kesenangan duniawi yang ditawarkan
oleh orang-orang yang penuh dosa dan maksiat, dengan tujuan hendak
mematikan gerakan dakwah.
3. Aplikasi pendidikan kesabaran. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses
pembelajaran diperlukan sebuah metode yang tepat, pendidikan kesabaran
dapat teraplikasikan dengan menggunakan metode Qishah Qurani dan
Nabawi, metode Ibrah, dan Mau’idzah. Aplikasi pendidikan dzikir. Untuk
dapat mengaplikasi pendidikan dzikir ini, metode yang paling tepat untuk
digunakan adalah metode keteladanan (pemberian contoh). Yaitu hendaknya
seorang guru memberikan contoh dalam berdzikir, yaitu dengan mengajak
para siswa /anak didik untuk melakukan shalaat berjamaah yang kemudian
60
diikuti dengan berdzikir secara brsama-sama. Jika hal ini dilakukan secara
terus menerus maka siswa akan terbiasa melakukannya baik dalam keadaan
shalat berjamaah ataupun sendiri. Disamping metode keteladanan, seorang
guru juga dapat menggunakan metode targhib wa tarhib, yaitu dengan cara
menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengilustarikan kelompok orang-
orang yang lupa kepada Tuhannya dan kelompok orang-orang yang mendapat
ketentraman dari Tuhannya. Sehingga dengan demikian siswa dapat memilih
kelompok mana yang dianggap baik dan yang buruk untuk dirinya. Aplikasi
pendidikan Shalat malam (qiyamul lail). Sebagai aplikasinya, metode yang
dapat diterapkan adalah targhib dan tarhib yakni dengan mengungkapkan data
empirik tentang oraang-orang yang mengabaikan perintah shalat serta
membandingkannya dengan orang-orang yang mengerjakan shalat. Dari data
tersebut para siswa diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri kedua
kelompok manusia yang melaksanakan dan melanggar perintah Allah
tersebut. Guru perlu membimbing dengan sungguh-sungguh agar para siswa
dapat menemukan fakta bahwa orang-orang yang enggan melaksanakan
perintah Allah hidupnya didunia sengsara. Sebaliknya orang-orang yang
menaati perintak Allah kehidupannya didunia bahagia.
B. Saran
Kepada para peminat studi ini, kajian semacam ini sangat perlu untuk terus
dapat dilakukan sebagai upay untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan
untuk dapat mengembangkan dan memperkaya khazanah intelektual Islam,
khususnya studi-studi ke-islam-an.
Kajian ini merupakan kajian parsial (juz-i), yang lingkup bahasanya sebatas
pada surat Al-Insan ayat 23-26, menjadikan bahasan ini sangat begitu sempit.
Oleh karena itu sangat diharapkan bagi siapa saja yang berminat untuk dapat
mengembangkan dan menuliskan sebuah bahasan kajian tafsir topical (maudhu’i),
sekitar topik ini.