Upload
duongnga
View
245
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES
PEMOTONGAN PELAT ESER
MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA
DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK
POLITEKNIK NEGERI BALI
OLEH
I NYOMAN SUTARNA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES
PEMOTONGAN PELAT ESER
MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA
DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK
POLITEKNIK NEGERI BALI
OLEH
I NYOMAN SUTARNA
NIM. 0990461010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ERGONOMI FISIOLOGI KERJA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES
PEMOTONGAN PELAT ESER
MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA
DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK
POLITEKNIK NEGERI BALI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NYOMAN SUTARNA
NIM. 0990461010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ERGONOMI FISIOLOGI KERJA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
i
Lembaran Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes. Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes.
NIP. 19660309 199802 1003 NIP. 19681217 199303 1003
Mengetahui
Ketua Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. dr. I. D. P. Sutjana, PFK., M.Erg Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).
NIP. 19470704 197903 1001 NIP. 19590215 198510 2001
ii
Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal, 9 September 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program
Pascasarjana
Universitas Udayana, No : 0368/H14.4/HK/2011, Tanggal 11 Pebruari 2011
Ketua : Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M..Kes
Sekretaris : Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes.
Anggota :
1. Prof. dr, Ketut Tirtayasa, MS., AIF
2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And
3. Dr. Ketut Karna, PFK., M. Kes
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan puji sukur kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karurnia-Nya
tesis ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja,
Program Pascasarjana Universitas Udayana. tesis ini berjudul Aplikasi
Ergonomi Pada Proses Pemotongan Pelat Eser Meningkatkan Kinerja
Mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, selaku
pembimbing I, yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister,
khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya
pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes, selaku
pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister,
khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana,
PFK., M.Erg, Ketua Program Studi Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja yang
telah memberi kesempatan penulis untuk mengikuti kuliah serta selalu
membimbing dan mendorong penulis di dalam menyusun tesis ini. Ucapan
terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K),
iv
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi
bimbingan dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah dan
menyelesaikan pendidikan Program Megister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Prof. Drs. Ida Bagus
Adnyana Manuaba, Hon.FErgs.,FIPS, guru besar ilmu faal sebagai panutan
penulis dan para guru besar yang selalu memberikan didikan, etika, disiplin,
motivasi dan ilmu serta pengalaman yang sangat berguna. Penulis juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Ketut
Tirtayasa, MS., AIF, Prof. Dr. dr . J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And,
dan Dr. Ketut Karna., PFK., M.Kes, selaku penguji yang telah banyak
memberikan masukan, saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen dan staf serta rekan-rekan mahasiswa
Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas
Udayana.yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis
juga ucapkan terima kasih yang mendalam kepada istri tercinta Ni Nyoman
Suriani, serta ananda Ni Putu Ayu Wulan Noviyanti dan Ni Made Widia Yulia
Astari yang secara tulus ikhlas memberikan kesempatan, dorongan, perhatian
dan pengorbanan baik materiil maupun moral sehingga penulis dapat lebih
berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini.
v
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, Agustus 2011
I Nyoman Sutarna
vi
ABSTRAK
APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER
MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA
DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK
POLITEKNIK NEGERI BALI
Pemotongan pelat eser adalah suatu proses kerja yang mengharuskan
terjadinya interaksi manusia dengan mesin. Proses pemotongan dilakukan
dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong pelat eser yang dioperasikan oleh
pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap menyangga pelat, sambil mendorong
dan menarik pelat eser. Hal ini dilakukan juga oleh mahasiswa praktikum di
bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali (PNB). Mesin potong pelat yang
digunakan tidak dilengkapi alat penyangga pelat eser. Intervensi ergonomi yang
dilakukan adalah dengan membuat alat tambahan kedudukan pelat eser pada
proses pemotongan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari penurunan keluhan muskuloskeletal,
penurunan beban kerja, dan peningkatan produktivitas kerjanya.
Penelitian dilakukan dengan rancangan sama subjek (treatment by subjects
design) yang dikembangkan dalam bentuk rangcangan silang (two-period cross
over design) dengan jumlah sampel 16 mahasiswa. Keluhan muskuloskeletal di
ukur dengan kuesioner nordic body map, beban kerja diprediksi dengan cara
mengukur denyut nadi mahasiswa dengan metode 10 denyut, dan produktivitas
di ukur dengan perbandingan antara hasil produksi potongan pelat eser dibagi
beban kerja dikalikan waktu kerjanya. Data dianalisis dengan uji t paired
dengan taraf signifikan p
ABSTRACT
ERGONOMICS APPLICATION IN ESER PLATE CUTTING PROCESS
IMPROVING STUDENTS WORKING PERFORMANCE IN
MECHANICAL TECHNOLOGY WORKSHOP OF POLITECHNIC BALI
Eser cutting plate is a working process that requires human machin
interaction. The process of cutting is carried out with the help of a tool or eser
machine cutting plate operated by workers with standing working position, while
still handling the plate, pushing and pulling the eser plate. This is also practiced
by the students practicum in the mechanical workshop of Polytechnic of Bali.
Plate cutting machines used are not equipped with Eser plate braces. Ergonomics
interventions applied here is by making an additional tool of eser plate position
on the cutting process. The purpose of this study was to determine the increase in
student performance in terms of reduction in musculoskeletal complaints,
decreased workload, and increased work productivity.
The study was conducted has same subject design (treatment by subjects
design) that was developed in two-period cross-over design. A sample size of 16
students. Complaints on musculoskeletal was predicted through Nordic body
map questionnaire, workload prediction by measur the pulse of students by the
method of ten beats, and productivity was measured by the ratio between
production cuts of eser plate is divided by the workload then multiplied by work
time. The process was analyzed with paired t-test with significant level of p
DAFTAR ISI
Judul Halaman
SAMPUL DALAM
PERSYARATAN GElLAR .......................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS .................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUA N .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum ............................................................................... 6
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1.4.1 Manfaat praktis .............................................................................. 7
1.4.2 Manfaat teoritis ............................................................................. 7
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8
2.1 Kinerja .................................................................................................... 8
2.2 Pemotongan Pelat Eser ........................................................................... 9
2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser ................................................ 9
2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi ..................... 10
2.3 Aspek Ergonomi ..................................................................................... 11
2.4 Desain Stasiun Kerja ............................................................................... 12
2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja .................................... 13
2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja ................................... 14
2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual ......................................... 16
2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut ......................................................... 17
2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat .............................................. 19
2.6 Organisasi Kerja ..................................................................................... 21
2.6.1 Waktu kerja .................................................................................... 21
2.6.2 Waktu istirahat .............................................................................. 22
2.7 Lingkungan Kerja .................................................................................... 22
2.8 Beban Kerja ............................................................................................. 24
2.9 Kelelahan Kerja ....................................................................................... 29
2.9.1 Pengertian kelelahan ..................................................................... 29
2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal ............................................................... 29
2.10 Produktivitas Kerja ............................................................................... 30
2.10.1 Pengertian produktivitas .............................................................. 30
2.10.2 Pengukuran produktivitas ............................................................ 32
x
2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ........................ 33
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................. 35
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 35
3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 36
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 37
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 38
4.1 Rangcangan Penelitian ........................................................................... 38
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 39
4.3 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 39
4.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 39
4.4.1 Variabilitas populasi ...................................................................... 39
4.4.2 Kriteria sampel .............................................................................. 40
4.4.3 Besar sampel ................................................................................. 40
4.4.4 Teknik penentuan sampel .............................................................. 41
4.5 Variabel Penelitian .................................................................................. 42
4.5.1 Indentifikasi dan klasifikasi variabel .............................................. 42
4.5.2 Definisi operasional Variabel .......................................................... 43
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 48
4.7 Alur Penelitian ......................................................................................... 50
4.8 Prosedur Penelitian ................................................................................... 51
4.8.1 Tahap persiapan penelitian .............................................................. 51
4.8.2 Jadwal pemberian perlakuan ........................................................... 51
4.8.3 Protokol penelitian ........................................................................... 53
xi
4.8.4 Tahap pelaksanaan penelitian .......................................................... 55
4.8.5 Prosedur pengukuran ........................................................................ 58
4.9 Analisis Data ............................................................................................. 61
4.10 Kelemahan Penelitian .............................................................................. 64
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 65
5.1 Kondisi Subjek ....................................................................................... 65
5.1.1 Karakteristik subjek ....................................................................... 65
5.1.2 Data antropometri subjek ............................................................... 66
5.2 Lingkungan Tempat Kerja ..................................................................... 67
5.3 Keluhan Muskuloskeletal ....................................................................... 67
5.3.1 Normalitas dat keluhan muskuloskeletal ...................................... 68
5.3.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 68
5.3.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 69
5.3.4 Analisis efek residu (carry over effect) ......................................... 70
5.3.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 71
5.4 Beban Kerja ............................................................................................ 73
5.4.1 Normalitas data beban kerja .......................................................... 73
5.4.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 74
5.4.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 75
5.4.4 Analisi efek residu (carry over effect) ........................................... 75
5.4.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 76
5.5 Produksi Pemotongan Pelat Eser ............................................................ 78
5.6 Produktivitas kerja .................................................................................. 81
xii
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 83
6.1 Kondisi Subjek ...................................................................................... 83
6.2 Kondisi Lingkungan .............................................................................. 84
6.3 Keluhan Muskuloskeletal ...................................................................... 86
6.4 Beban Kerja ........................................................................................... 87
6.5 Produksi dan Produktivitas Kerja ......................................................... 89
6.6 Peningkatan Kinerja Praktikan Ditinjau dari Penurunan Keluhan
Muskuloskeletal, Penurunan Beban Kerja, dan Peningkatan
Produktivitas Kerja ............................................................................... 90
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92
7.1 Simpulan ................................................................................................ 92
7.2 Saran ...................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
2.1 Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan wanita .............................. 20
2.2 Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja ........................... 28
4.1 Perhitunga Jumlah Sampel Berdasarkan Rumus Colton (174) ................. 41
4.2 Jadwal Pemberian Perlakuan ..................................................................... 52
5.1 Karakteristik Subjek .................................................................................. 65
5.2 Data Antropometri Subjek ........................................................................ 66
5.3 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian dan Komparabilitasnya ............ 67
5.4 Analisis Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal ............................... 68
5.5 Uji Indenpedent t-test Data Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Praktikum
antar Perlakuan Periode Pertama ............................................................. 69
5.6 Uji Independent t-test Selisih Beda Keluhan Muskuloskeletal antar
Kelompok I dan Kelompok II .................................................................. 70
5.7 Uji Independent t-test Rerata Beda Keluhan Muskuloskeletal sebelum dan
Sesudah Perlakuan antar Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................ 70
5.8 Uji t-pair Rerat Beda Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah
Praktikum .................................................................................................. 71
5.9 Analisis Data Rerata Keluham Muskuloskeletal antar Kelompok 1 dan
Kelompok 2 ............................................................................................... 72
5.10 Analisis Normalitas Data Beban Kerja ................................................... 74
5.11 Uji Independent t-test Denyut Nadi Istirahat antara Perlakuan pada
Periode I .................................................................................................. 74
5.12 Uji Independent t-test Rerata Selisih Beban Kerja antara
Kelompok Perlakuan ............................................................................... 75
xiv
5.13 Uji Independent t-test Rerata Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan 76
5.14 Uji tpaired Rerata Beban Kerja Subjek antara Perlakuan .................... 76
5.15 Data Denyut Nadi dan Analisis Deskriptif ............................................. 77
5.16 Analisis Normolitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja ................. 80
5.17 Uji t- paired Rerata Produksi .................................................................. 80
5.18 Analisis Normalitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja .................. 81
5.19 Uji t- paired Produktivitas Kerja ............................................................. 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
2.1 Mesin Potong Pelat .................................................................................... 9
2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ........................................................... 13
2.3 Lokasi Vertebral Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1) Kelainan
Herneasi Akibat Mengangkat Terhadap pada L5/S1 ................................. 19
3.1 Kerangka Konsep Penelitian. ..................................................................... 36
4.1 Rancangan Penelitian Silang (Cross Over Design) .................................... 38
4.2 Bagan Hubungan Antara Variabel Penelitian ............................................ 43
4.3 Stasiun Kerja Sebelum Perbaikan (tanpa alat kedudukan pelat) ................ 44
4.4 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ............................................................ 44
4.5 Alat Kedudukan Pelat Eser dan Mesin Potong Pelat ................................ 45
4.6 Alur Penelitian............................................................................................ 50
5.1 Hasil Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ................................................... 66
5.2 Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..................... 73
5.3 Grafik Denyut Nadi Istirahat, Denyut Nadi Kerja, dan Nadi kerja ........... 78
5.4 Pemotongan Pelat Eser Sebelum Menggunakan Alat Kedudukan
Pelat Eser ................................................................................................... 79
5.5 Pemotongan Pelat Eser Setelah Menggunakan Alat Kedudukan
Pelat Eser ................................................................................................... 79
5.6 Grafik Rerata Produksi antar Perlakuan .................................................... 81
5.7 Grafik Produktivitas Kerja antar Perlakuan ........................................... 82
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
1. Koesioner Nordic Body Map .................................................................... 99
2. Psikometri dan Perpindahan Kalor pada Permukaan Basah ..................... 100
3. Karakteristik Subjek .................................................................................. 101
4. Antropometri Subjek ................................................................................. 102
5. Analisis Data Mikroklimat ........................................................................ 103
6. Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal ................................................... 104
7. Analisis Beban Kerja ................................................................................. 105
8. Analisis Data Hasil Produksi dan Produktivitas ....................................... 106
9. Kegiatan Penelitian ................................................................................... 108
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi
berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan (Veithzal, 2005). Pemotongan
pelat eser merupakan suatu proses kerja yang mengharuskan terjadinya interaksi
manusia dengan mesin, dimana manusia memegang peranan dalam sistem ini.
Proses pemotongan dilakukan dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong
pelat eser yang dioperasikan oleh pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap
menyangga pelat eser, sambil mendorong dan menarik pelat eser. Mesin potong
pelat eser yang digunakan adalah buatan Italia tidak dilengkapi alat penyangga
pelat eser. Kondisi ini dapat meningkatkan beban kerja, menimbulkan berbagai
keluhan sistem muskuloskeletal, yang akan diikuti oleh menurunnya
produktivitas kerja.
Proses pemotongan pelat eser dimulai dengan aktivitas mengangkat dan
mengangkut pelat eser yang dilakukan oleh 4 orang dan diletakkan pada alat
kedudukan pelat eser, kemudian dilakukan pengukuran pelat eser sesuai dengan
ukuran yang diinginkan atau sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar
perencanaan. Pelat eser yang dipotong diarahkan ke pisau potong yang ada pada
mesin potong dimana garis potong yang ada pada pelat eser harus berimpit pada
1
pisau potong agar didapatkan hasil pemotongan seperti diharapkan. Hal ini
dilakukan berkali-kali dengan jumlah potongan pelat eser yang diinginkan.
Mekanisme kerja yang sifatnya repetitif ini mempunyai kelemahan, yaitu;
memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasil potonganan pelat
kurang teliti dan membahayakan keselamatan dan kesehatan mahasiswa.
Grandjean (1998) pekerjaan yang dilakukan secara repetitif akan cepat
menimbulkan kelelahan, dan mengganggu kesehatan.
Pada proses pemotongan pelat eser meja kerja yang digunakan tingginya
90 cm dan tidak sesuai dengan antropometri mahasiswa yaitu; meja kerja
ukurannya libih tinggi dari siku. Meja kerja 10 sampai dengan 20 cm dibawah
siku mahasiswa, agar dapat mengerahkan tenaganya dengan optimal dan dapat
bekerja dengan nyaman, aman dan sehat (Manuaba, 2000). Disamping itu
aktivitas angkat dan angkut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Beban
yang diangkat seberat 115 kg per lembar pelat eser dan harus diangkat secara
manual, sejauh 95 meter. Pada aktivitas tersebut disertai dengan sikap kerja yang
tidak fisiologis, seperti posisi tubuh miring, sikap jongkok, membungkuk.
Kendala seperti ini berpeluang menimbulkan keluhan muskuloskeletal dan
meningkatkan beban kerja. Hasil studi pendahuluan terhadap 16 orang
mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96%, dan peningkatan
keluhan muskuloskeletal sebesar 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja, yaitu
gangguan otot-otot pada bagian bahu 75%, lengan bawah 87%, lengan atas
83,33%, pinggang dan punggung 79%, pergelangan tangan 66,66%, tangan dan
betis masing-masing 70,83%. Rerata denyut nadi kerja adalah 104,4 denyut per
2
menit, dengan demikian dapat dikatakan bahwa beban kerjanya dalam katagori
sedang (Grandjean, 1998).
Kondisi ini akan semakin parah jika disertai dengan kondisi lingkungan
yang tidak nyaman. Selain itu kerja monoton yang dilakukan secara repetitif juga
berpeluang meningkatkan beban kerja dan menimbulkan keluhan
muskuloskeletal. Perlu diterapkan istirahat pendek setiap satu jam kerja, karena
istirahat pendek memiliki kelebihan dapat meningkatkan produktivitas dan
mengurangi kelelahan otot (Grandjean, 1998).
Proses angkat dan angkut pelat eser juga berisiko meningkatkan beban
kerja dan keluhan muskuloskeletal. Perlu dilakukan perbaikan cara angkat dan
angkut dengan ketentuan (1) beban yang diangkat dan diangkut untuk laki-laki
20 kg, sedangkan untuk wanita 15 kg, (2) cara angkat dan angkut perlu dilakukan
dengan benar, misalnya kedua tangan, lengan, dan seluruh tubuh ikut berperan,
(3) kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata (Adiputra, 1998a).
Berbagai permasalahan tersebut yang menjadi masalah utama yang perlu
diperbaiki, melalui pendekatan partisipatori dengan para pekerja atau pemotong
pelat eser, seluruh staf yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik
Negeri Bali. Alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan cara (a) mendesain
alat kedudukan pelat eser yang disesuaikan dengan aspek ergonomi dan
teknologi tepat guna yang meliputi pertimbangan teknis, ekonomi, ergonomi,
sosial budaya, hemat energi, dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2004); (b)
perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, dan (c) perbaikan intensitas
pencahayaan, dan aliran udara di ruang kerja. Alat kedudukan pelat eser
3
berfungsi untuk mengangkut dan menyangga pelat eser pada proses pemotongan
pelat eser.
Setiap usaha perbaikan peralatan kerja hendaknya bersifat sederhana,
murah biayanya, bisa dan mudah dilakukan, serta dapat meningkatkan
produktivitas kerja (Sutjana, 2009). Khususnya yang menyangkut sumber daya
manusia (pekerja) harus diberdayakan seoptimal mungkin, untuk mencapai
tujuan tersebut, setiap pekerja harus diberikan fasilitas kerja yang nyaman, aman,
dan efisien. Fasilitas kerja meliputi: fasilitas stasiun kerja dan sarana kerja,
lingkungan kerja, dan organisasi kerja yang harus sesuai dengan kemampuan,
kebolehan dan batasan pekerja dengan harapan tercapainya produktivitas yang
setinggi-tingginya (Manuaba, 2003a).
Perbaikan ergonomi, harus selalu berpusat kepada manusia pemakainya
(human center). Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan partisipatori
(participatory approach), sehingga seluruh komponen organisasi akan merasa
terlibat, berkontribusi dan bertanggung jawab terhadap perbaikan yang dilakukan
(Manuaba, 2006). Sikap kerja yang tidak fisiologis atau dengan sikap paksa
akan cepat menimbulkan rasa lelah. Rasa lelah mahasiswa, sering beristirahat
sehingga jam kerja efektif berkurang yang akhirnya kinerja dan produktivitas
kerja menurun. Di samping itu juga sikap kerja yang tidak fisiologis yang terlalu
lama dipertahankan akan menyebabkan adanya strain (reaksi), keluhan
muskuloskeletal dan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.
Arjani ( 2003 ), melakukan perbaikan stasiun kerja pada penggunaan
meja conveyor di sektor industri perkayuan khususnya bagian penggergajian
4
kayu dengan mesin band saw, dan dilakukan melalui pendekatan
partisipatori ternyata dapat menurunkan beban kerja sebesar 21,64% (p
2) Apakah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel Teknologi
Mekanik Politeknik Negeri Bali ?
3) Apakah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser
dapat meningkatkan produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik
Politeknik Negeri Bali ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui
aplikasi ergonomi dalam proses pemotongan pelat eser terhadap peningkatan
kinerja mahasiswa.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat
meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan beban kerja mahasiswa di
Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
2) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat
meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal
mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
3) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat
6
meningkatkan kinerja dilihat dari peningkatan produktivitas mahasiswa di
Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengubah sistem kerja agar ergonomis.
2) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan di dalam mendesain
suatu alat agar mengacu pada aspek ergonomi.
3) Bermanfaat bagi instansi terkait dalam mengarahkan perubahan stasiun kerja
agar mengacu pada prinsip ergonomi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang
berkaitan dengan aplikasi ergonomi.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai acuan oleh peneliti lain dalam
melakukan penelitian sejenis.
3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pekerja
terutama di dalam mengurangi beban kerja dan keluhan muskuloskeletal serta
peningkatan produktivitas kerja.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkin, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
(Veithzal, 2005). Dan menurut Daryanto (1997) merinci pengertian kinerja
adalah prestasi kerja, sesuatu yang dicapai atau diperlihatkan atau sesuatu
kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah kemampuan untuk melakukan kerja
dengan hasil yang memuaskan, diukur dengan cara mengevaluasi hasil
pekerjaan.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendir, tetapi
berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga
hal yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.
Kinerja dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan atau kinerja dapat ditingkatkan bila tuntutan tugas sesuai dengan
kapasitas fisik dan mental mahasiswa. Tujuan tersebut dapat dicapai maka
mahasiswa harus diberikan fasilitas meliputi: fasilitas stasiun kerja, sarana
kerja, linkungan kerja, dan organisasi kerja dengan kemampuan, kebolehan, dan
8
keterbatasan mahasiswa, dengan harapan tercapainya hasil kerja yang
berkualitas.
2.2 Pemotong Pelat Eser
2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser
Mesin potong pelat eser merk Colgar buatan Italia, tenaga potong
dengan sistem hidrolik secara otomatis, dilengkapi dengan alat mengatur
ketebalan pelat eser. Tebal pelat eser yang bisa dipotong maksimum 8 mm.
Demensi mesin potong pelat eser; panjang 210 cm, lebar 60 cm dan tinggi 90
cm (Susila, 2001). Di intervensi adalah stasiun kerja pada mesin potong pelat
eser yang belum maksimal dapat menyangga pelat eser yang mempunyai ukuran
panjang 240 cm, lebar 120 cm, tebal 0,3 cm, dan berat 115 kg, masih dipegang
oleh mahasiswa. Hasil yang hendak dicapai dari proses pemotongan pelat eser
adalah agar mahasiswa dapat secara aman, nyaman efektif, efisien sehingga
produktivitas kerja dapat ditingkatkan. Mesin potong pelat eser dapat dicermati
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Mesin Potong Pelat
9
2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi
Penelitian pendahuluan pada proses pemotong pelat eser di Bengkel
Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali didapatkan gambaran bahwa terdapat
permasalahan khususnya pada bagian proses pemotongan pelat eser yang dapat
meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan menurunkan
produktivitas kerja. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa di bagian proses
pemotong pelat eser dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas angkat dan angkut, beban pelat eser cukup berat 115 kg/lembar
dengan panjang 240 cm, lebar120 cm, tebal 0,3 cm, dilakukan 4 orang,
jarak dari gudang material ke mesin potong 95 meter.
2) Aktivitas angkat dan angkut pada pemotongan pelat eser meliputi;
mengangkat, mengangkut, menyangga, mendorong, menarik dan menaruh
pelat eser yang dipotong dilakukan secara manual.
3) Posisi berdiri, tetap menyangga, mendorong, menarik pelat eser pada proses
pemotongan pelat eser pekerjaan ini dilakukan sampai pelat eser itu selesai
dipotong dengan ukuran 50 mm x 50 mm dalam waktu 1 jam. Sikap kerja
berdiri dilakukan karena stasiun kerja tidak dilengkapi alat kedudukan pelat
eser sebagai landasan pelat eser yang dipotong. Hal tersebut jelas
menimbulkan beban tambahan dan menyebabkan kelelahan otot.
Pengukuran pada mesin potong pelat eser dengan data lebar meja mesin
60 cm, panjang 240 cm, tinggi 90 cm, data ini sebagai acuan dalam mendesain
alat kedudukan pelat eser. Permasalahan tersebut di atas menimbulkan beban
kerja tambahan dan keluhan muskuloskeletal bagi mahasiswa pada akhirnya
10
dapat menurunkan produktivitas kerja. Mengatasi permasalahan yang berkaitan
dengan tugas-tugas mahasiswa, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap stasiun
kerja pada bagian pemotongan pelat eser.
2.3 Aspek Ergonomi
Aspek ergonomi dimaksudkan adalah tentang aspek manusia dalam
lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen
dan desain/perancangan (Manuaba, 2004). Pendekatan disiplin ilmu ergonomi
diarahkan pada upaya memperbaiki kinerja manusia seperti kecepatan,
keselamatan kerja disamping mengurangi kelelahan yang terlalu cepat dan
mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan
kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
Jadi ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan alat,
cara kerja dilakukan pada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia
sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan
efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Tarwaka, 2004).
Merangcang stasiun kerja perlu diperhatikan seperti: aspek-aspek
ergonomi, informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
tersebut dengan baik. Tujuan ini dapat dicapai malalui aktivitas dengan efisien,
efektif, aman, dan nyaman. Tujuan ideal adalah mangatur pekerjaan tersebut
berada dalam batas-batas dimana manusia bisa mentolerirnya, tanpa
menimbulkan kelainan-kelainan (Manuaba, 2006).
11
2.4 Desain Stasiun Kerja
Desain produk buatan Negara-negara maju, masih banyak ditemukan
desain stasiun kerja khususnya mesin potong pelat eser yang tidak sesuai dengan
antropometri pekerja lokal, sehingga pekerja tidak dapat melakukan gerakan
dengan optimal, terangkatnya bahu, leher dan lengan, sebaliknya
tempat penyangga pelat eser yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang
membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap
desain pekerjaan, mesin, sistemnya, ruangan, lingkungan kerja sehingga pekerja
dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien (Manuaba, 2000).
Kaitannya ergonomi dengan desain Sutalaksana (2000), konsep dasar ergonomi,
bahwa dalam rangka mendukung efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan dalam
menggunakan desain alat kerja, maka desain yang ergonomis harus selalu
mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi, dan teknologi tepat guna, seperti
faktor-faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakian kemudahan
dalam pemakian dan efisiensi dalam pemakian. Setiap peralatan yang dipakai
tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakainya. Desain alat kedudukan
pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.2.
12
Gambar 2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat eser
2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja
Ukuran tubuh pekerja Indonesia khususnya pemotong pelat eser, lebih
kecil dibandingkan di negara-negara maju seperti Eropa. Kondisi tersebut
sering menimbulkan masalah ergonomi terutama dalam menggunakan peralatan
kerja yang dibuat oleh negara-negara maju tersebut. Data antropometri sangat
bermanfaat dalam desain peralatan kerja termasuk dalam desain stasiun kerja.
Teori ergonomi bahwa peralatan kerja dan fasilitas kerja yang digunakan harus
sesuai dengan orang yang menggunakan.
Keserasian intaraksi antara stasiun kerja dan manusia pemakainya akan
sangat menentukan ergonomis tidaknya sikap kerja mahasiswa yang
bersangkutan. Apabila ukuran atau desain stasiun kerja telah sesuai dengan
ukuran tubuh pemakainya maka sikap kerja menjadi alamiah atau sebaliknya.
Antropametri adalah pengukuran demensi tubuh dan karakteristik fisik tubuh
lainnya yang digunakan untuk mendesain suatu produk atau alat (Sumamur
160
125
50
90
13
(1984); Sanders.,Mecormick (1987).,Sutajaya (2009). setiap melakukan desain
atau redesain stasiun kerja haruslah berpedoman pada data antropometri. Ini
dimaksudkan agar pekerja dapat menggunakan stasiun kerja secara nyaman,
aman, efektif, efisien untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Menentukan ukuran stasiun kerja alat kedudukan pelat eser pada mesin
potong pelat eser, data antropometri mahasiswa memegang peranan penting.
Mengetahui data antropometri dapat dilakukan perbaikan pada stasiun kerja yang
sesuai bagi mahasiswa yang menggunakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain stasiun kerja pemotong
pelat eser adalah sebagai berikut.
1) Tinggi alat kedudukan pelat eser
pada mendesain alat kedudukan pela teser tingginya disesuaikan dengan meja
pada mesin potong agar alat kedudukan pelat eser datar.
2) Ruang gerak
Stasiun kerja harus didesain sesuai dengan aktivitas, sehingga mahasiswa
dapat bergerak bebas selama proses pemotongan pelat eser.
2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja
Mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan akan lebih bijak dari
kebiasaan sikap kerja yang tidak alamiah dijadikan dasar dalam mengubah
menjadi kebiasaan baru dan prilaku alamiah (Sutajaya 1998). Masalah yang
dihadapi pekerja akibat stasiun kerja yang tidak ergonomis antara lain timbulnya
sikap kerja yang tidak alamiah seperti; membungkuk, mengangkat lengan dan
bahu, menyangga beban yang berat, hal ini akan menyebabkan terjadinya
14
kelelahan otot. Menurut Bridger (1995) bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh tiga
faktor adalah sebagai berikut.
1) Karakteristik fisik seperti umur,jenis kelamin, data antropometri, berat badan,
cepat dan efisien.
2) Jenis keperluan tugas seperti, pekerjaan yang memerlukan ketelitian,
memerlukan kekuatan tangan, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain.
3) Desain stasiun kerja seperti, ukuran tempat duduk, ketinggian landasan kerja
kondisi permukaan atau bidang kerja dan faktor lingkungan kerja.
Kondisikerja pada pemotongan pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik
belum sepenuhnya mengikuti tiga faktor tersebut di atas, sehingga perlu
dilakukan perubahan. Kondisi kerja seperti itu dapat meningkatkan beban kerja,
keluhan muskuloskeletal, dan menurunkan produktivitas. Mengatasi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pemakian kerja hendaknya prinsip-prinsip ergonomi
harus sudah dimasukkan semenjak mendesain suatu alat atau stasiun kerja atau
pada tahap perencanaan (Manuaba, 2004).
Sikap membungkuk, berdiri, berdiri miring adalah sikap kerja yang tidak
alamiah yang memungkinkan tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif
dan usaha otot yang besar. Hal ini dilakukan karena tidak tahu bagiamana yang
benar, terpaksa dilakukan karena ruangan terbatas, alat/mesin yang dioperasikan
tidak dapat dilakukan dengan cara sikap alamian. Sikap kerja yang dilakukan
pada pemotong pelat eser adalah sikap kerja berdiri sambil menyangga pelat
eser, memdorong, menarik, sehingga menimbulkan sikap paksa pada beberapa
15
otot-otot tubuh. Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah
sehingga tidak menimbulkan sikap paksa (Adiatmika, 2007., Cumming, 2003).
2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual
Aktivitas mengangkat dan mengangkut dan meletakkan pelat eser yang
beratnya 115 kg/lembar masih dilakukan oleh tenaga manusia. Mengatasi
masalah-masalah yang timbul perlu diperhatikan; medan kerja, cara angkat dan
angkut, berat beban, jarak, frekuensi dan banyaknya beban yang diangkat dan
diangkut harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan dan batasan
pekerja (Grandjean, 1998 dan Manuaba, 2001). Hal tersebut harus diupayakan
agar gerakan yang dilakukan bersifat alamiah untuk menghindari beban
tambahan dan kelelahan dini. Cara angkat dan angkut perlu dilakukan dengan
benar, misalnya kedua tangan, lengan dan seluruh tubuh ikut berperan. Harus
diupayakan agar kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata. Di
samping itu beban harus benar-benar diukur sesuai kemampuan pekerja
(Thurman, 1988 dan Kroemer, 1994).
Titik kritis pada waktu mengangkat dan mengangkut objek terletak pada
tidak terpenuhinya kebutuhan dan ketersediaan tenaga, belum tersedianya
petunjuk praktis secara lengkap dalam mengangkat dan mengangkut objek,
kurangnya proses pendidikan dan pelat eser bagi pekerja, lemahnya pengawasan
di lapangan, dan tidak tersedianya program berkelanjutan (Adiputra, 1998a).
16
2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut
Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan kerja yang sebesar-
besarnya, maka tenaga manusia hendaknya tidak dijadikan sebagai alat angkat
dan angkut utama. Menghindari manusia sebagai alat angkat dan angkut utama,
maka pekerja perlu dilengkapi dengan alat bantu yang sesuai dengan jenis
pekerjaan dan di desain sesuai dengan antropometri pekerjanya. Jenis alat bantu
angkat dan angkut yang dapat digunakan antara lain; roller Conveyors, belt
comveyors, trolley conveyors, sliding rails conveyors dan sebagainya.
Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat
eser banyak melibatkan aktivitas mengangkat, menurunkan, mendorang,
menarik, mengangkut, dan menyangga beban. Mencegah dan mengurangi cedera
maka aktivitas angkat dan angkut secara manual tersebut perlu dilakukan dengan
benar dan dilengkapi dengan alat bantu kerja yang ergonomi. Ada beberapa
pedoman dalam melakukan modifikasi terhadap angkat dan angkut secara
manual adalah sebagai berikut.
1) Kurangi tenaga mengangkat dan menurunkan dengan cara:
a. Mengeliminasi mengangkat dan mengangkut objek secara manual dengan
menggunakan alat bantu elevating conveyors.
b. Mengurangi beban angkat dengan memperkecil ukuran objek, mengurangi
kontainer, mengurangi jumlah objek yang diangkat.
c. Mengurangi aktivitas menahan dari tubuh dengan mengubah bentuk objek,
menyediakan pegangan yang tepat.
17
2) Kurangi tenaga mendorong dan menarik dengan cara:
a. Mengeliminasi keperluan untuk mendorong dan menarik dengan
menggunakan power conveyors, sliders, rollers.
b. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek.
c. Mengurangi jarak mendorong dan menarik dengan memperbaiki tata letak
ruangan, relokasi ruang produksi, areal penyimpanan.
3) Kurangi tenaga mengangkut dengan cara:
a. Mengubah mengangkut secara manual menjadi mendorong atau menarik
dengan menggunakan conveyors, sliders atau alat bantu yang sejenis.
b. Mengurangi berat objek angkut dengan memperkecil ukuran objek.
c. Mengurangi jarak angkut dengan memperbaiki tata letak ruang kerja.
4) Kurangi tenaga menyangga dengan cara:
a. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek.
b. Mengurangi waktu menyangga beban.
c. Mengeliminasi menyangga dengan alat penyangga (jigs), meja conveyors.
Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat
eser meliputi; mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, menyangga dan
mengangkut pelat eser, maka prinsip-prinsip modifikasi di atas dapat dijadikan
pedoman dalam perbaikan stasiun kerja. Salah satu alat bantu yang dapat
digunakan untuk mengurangi beban aktivitas menyangga, mendorong dan
menarik pelat eser adalah dengan mendesain alat kedudukan pelat eser sebagai
penyangga dan mengangkut pelat eser dalam proses pemotongan pelat eser.
18
2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat
Mengurangi cedera otot bagian belakang seperti; pinggang dan punggung
pada aktivitas angkat dan angkut pelat eser maka harus dipertimbangkan kriteria
angkat baik secara fisiologik maupun psikofisik. Batasan angkat didasarkan
pada perhitungan risiko cedera pada discus lumbar-5 dan sacral-1 (L5/S1), maka
batas angkat maksimum yang direkomendasikan adalah sebesar 3,4 Kn sebagai
gaya tekan pada discus tersebut.
Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat discus yang berfungsi sebagai
peredam bila ada gesekan atau benturan. Cedera atau nyeri sering terjadi pada
discus (intervertebrae disc) yang berada di antara discus ke-4 dan ke-5 (L4/L5)
atau terletak di antara lumbar ke-5 dan sacrum ke-1(L5/S1). Ilustrasi dari discus
L4/L5 dan L5/S1 dapat dicermati pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Lokasi Vertebral Lumbalis Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1).
Kelainan Herniasi Akibat Mengangkat Terdapat pada L5/S1.
Sumber: Helander (1995)
19
Batasan angkat secara fisiologik dilakukan dengan cara
mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang
berulang-ulang ( repetitive lifting), dapat ditentukan dari jumlah kebutuhan
oksigen. Kelelahan kerja yang terjadi akibat aktivitas angkat yang berulang-
ulang akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang. Selanjutnya
batasan angkat secara psikofisik pada penilaian subjektif pekerja
mempertimbangkan sejauh mana individu merasa mampu mengangkat beban
maksimum (Helander, 1995 dan Bridger, 1995). Secara umum beban angkat
perseorangan yang direkomendasikan oleh International Labor Organisation
(ILO) untuk pria dan wanita dicermati pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan Wanita yang
Direkomendasi
Umur (tahun) Maksimum untuk Maksimum untuk
Laki-laki (Kg) Wanita (Kg)
14 16 15 10
16 18 19 12
18 20 23 14
20 35 25 15
35 50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991).
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengangkat dan
mengangkut, beban yang diangkat dan diangkut, ketinggian landasan
mengangkat dan jarak angkut berpengaruh terhadap beban kerja, kelelahan dan
produktivitas kerja. Faktor tugas pekerjaan, lingkungan kerja juga dapat
mempengaruhi performansi kerja.
20
2.6 Organisasi Kerja
Manuaba (2000) bahwa jam yang berlebihan, jam kerja lembur diluar
batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan,
menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. Setiap fungsi tubuh
memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian
energi (kerja istirahat). Organisasi kerja menurut Sumamur (1982) terutama
mengenai waktu kerja, istirahat, dan waktu makan. Ketiganya menentukan
tingkat kesehatan, dan effisiensi tenaga kerja. Waktu kerja menyangkut aspek-
aspek lamanya waktu kerja, istirahat dan periode waktu, sedangkan
menurut Grandjean (1998) dan Manuaba (2001) dengan menambah waktu kerja
lama, menyebabkan irama kerja menjadi lambat dan output per jam turun.
Sebaliknya dengan memperpendek waktu kerja dari 8,5 menjadi 8 jam per hari
output meningkat antara 3-10,5% terutama untuk pekerja manual.
2.6.1 Waktu kerja
Masalah waktu kerja yang memicu timbulnya kelelahan pekerja,
manajemen berupaya untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan
waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan kondisi fisik yang lelah,
juga di lakukan pengetahuan waktu kerja yang di selingi dengan waktu
istirahat. Perubahan waktu kerja dapat memberikan dampak terhadap efisiensi
kerja. Menurut Grabdjean (1998) dan Wignjosoebroto (2003) bahwa
memperpendek jam keja dari 8 jam per hari bisa meningkatkan keluaran
antara 3% sampai 10%.
21
Waktu kerja 8 jam adalah waktu kerja optimal manusia bekerja sehari.
Setiap 50 menit jam kerja diberi istirahat 10 menit, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas (Pheasent, 1991). Dalam setiap satu jam diperkenankan istirahat 10
menit atau setiap setengah jam terdapat 5 menit istirahat untuk mengurangi
kelelahan otot. Jika hal ini dilampaui akan dapat mengakibatkan kerugian bagi
pekerja. Bagi pekerja berat memperpanjang waktu kerja harian misalnya kerja
lembur, bila dilakukan berlebihan dapat mengakibatkan kerugian yang biasa
di mulai dengan meningkatkan absensi karena sakit akibat rasa lelah yang
berlebihan (Manuaba, 2003a; Wignjosoebroto, 2003).
2.6.2 Waktu istirahat
Sumamur (1984), terdapat empat jenis waktu istirahat yaitu istirahat
secara spontan, istirahat curian, istirahat karena adanya kaitan dengan proses
kerja dan istirahat karena ditetapkan. Istirahat spontan istirahat pendek yang
segera setelah pembebanan. Istirahat curian terjadi karena beban kerja tidak
seimbang dengan kemampuan kerja. Istirahat oleh karena proses kerja adalah
tergantung dari peralatan atau prosedur-prosedur kerja. Istirahat yang ditetapkan
adalah istirahat yang diatur, misalnya istirahat paling sedikit 45 menit sampai 60
menit setelah empat jam kerja berturut-turut (Grandjean, 1998).
2.7 Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi beban kerja, kelelahan dan
produktivitas kerja adalah sebagai berikut.
22
1) Kebisingan adalah suatu bunyi yang tidak dikehendaki dan tidak diinginkan
dan bersifat menggangu kenyamanan dan kesehatan telinga (Buchari,2007).
Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau
media lain. Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah indensitas, sifat
bising, dan paparan waktu kerja (Tana.L, 2002). Kebisingan juga dapat
mempengaruhi fisiologi tubuh seperti denyut jantung meningkat, tekanan
darah meningkat, metabolisme meningkat dan menurunnya aktivitas alat
pencernaan (Adiputra, 2002). Nilai ambang batas (NBA) kebisangan adalah
nilai intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak
lebih dari 8 jam sehari ditetapkan 85 dBA (Pulat, 1992).
2) Getaran adalah suatu assillasi mekanik (mechanical ascillation), yang dapat
diterima oleh pekerja (Grandjean, 1998). Efek fisiologi getaran dapat berupa
efek getaran seluruh tubuh (whole-body vibration) maupun efek pada tangan
dan lengan (hand-arm vibration), dan getaran dapat menyebabkan efek
performansi.
3) Debu yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik khususnya pada bagian
pemotongan pelat eser tidak ada masalah, sudah mendapat perhatian dari
kepala bengkel. Sumamur (1984), bahwa debu dapat masuk melalui:
a. Saluran pernapasan yang akan dibawa ke dalam paru-paru.
b. Mata, yang dapat menyebabkan iritasi, gatal, merah, bengkak.
c. Mulut, yang akan dibawa menuju saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan iritasi, mual, muntah, mulas dan lain-lain.
23
Mencegah dan mengendalikan terjadinya efek pernapasan akibat debu di
tempat kerja dapat dilakukan dengan cara pengendalian teknis,
administraktif dan proteksi diri (Sumamur, 1984 dan Grandjean, 1998).
Lingkungan kerja yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh
terhadap tingkat kenyamanan pekerja, hal ini dapat menyebabkan adanya beban
kerja tambahan yang memicu timbulnya kelelahan lebih cepat.
2.8 Beban Kerja
Pekerja dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dihadapkan pada
beban kerja yang bervariasi. Menurut Adiputra (1998) bahwa beban kerja
(work load) dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah sebagai berikut:
1) External load adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh dari
pekerjaan yang dilakukan. Termasuk external load adalah tugas ( task),
organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga asfek ini disebut sebagai stressor
(Adiputra, 1998).
a. Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun kerja,
sikap kerja, dan kecepatan lain-lain, yang bersifat mental seperti
kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja.
b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, upah,
stasiun kerja, tim kerja, kerja bergilir dan lain-lain.
c. Lingkungan kerja, seperti mikroklimat, intensitas penerangan, kebisingan,
getaran, debu, dan lain-lain.
24
2) Internal load adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh
pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan,
kepuasan, taboe dan lain lain (Adiputra, 1998b).
Penilaian untuk dapat mengetahui tingkat beban kerja yang diterima
oleh pekerja. Menurut Rodahl (1989) penilaian beban kerja dapat
dilakukan dengan dua metode adalah sebagai berikut:
1) Metode subjektif, yaitu penilaian yang dilakukan oleh orang
bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya, misalnya beban kerja
yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau
pengalaman lain yang dirasakan.
2) Metode objektif, yaitu penilaian yang dapat diukur dan dilakukan oleh
pihak lain seperti reaksi fisiologi (denyut nadi, dan perubahan tindak
tanduk).
Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah
secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi
denyut nadi, sedangkan penilaian beban kerja subjektif dapat dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, dengan kuesioner akan terlihat adanya suatu kelelahan
yang dialami pekerja, karena adanya interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan,
tempat kerja, cara kerja, peralatan kerja dan lingkungan, aktivitas yang disertai
adanya stress mental dapat meningkatkan rerata denyut nadi secara bermakna
sebesar 16,80 denyut per menit pada pria dan 18,70 denyut per menit pada
wanita (p
Penilaian beban kerja pemotong pelat eser dapat dilihat dari derajat beban
kerja dengan menghitung denyut nadi kerja yaitu rerata denyut nadi kerja selama
bekerja. Nadi kerja (work pulse) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi saat
kerja dengan denyut nadi istirahat (resting pulse). Grandjean (1998) bahwa
meningkatnya denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat bekerja yang diijinkan
adalah 35 denyut per menit bagi laki-laki seperti; denyut nadi istirahat dihitung
pada saat duduk dan 30 denyut per menit bagi wanita seperti denyut nadi
istirahat dihitung pada saat duduk agar kerja bisa berlangsung 8 jam
berkesinambungan. Adiputra (2002) denyut nadi per menit menggambarkan
aktivitas jantung dalam memompa darah keluar masuk organ jantung. Hal ini
sangat berhubungan dengan metabolisme tubuh. Semakin besar denyut jantung
per menitnya itu berarti semakin tinggi aktivitas tubuh sehingga metabolisme
tubuhpun semakin tinggi. Tubuh yang sedang bekerja, dapat saja direfleksikan
oleh denyut nadi per menit atau besar asupan oksigen, suhu tubuh, dan
pengeluaran kalorinya.
Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung denyut nadi secara
palpasi adalah dengan meraba denyut nadi kerja pada arteri radialis dan dicatat
secara manual memakai jam henti (stop watch) menggunakan metode 10 denyut
(Kilbon, 1992). Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban
kerja mempunyai beberapa keuntungan, lebih mudah, cepat dan murah juga tidak
diperlukan peralatan yang mahal dengan hasil yang cukup reliabel. Kepekaan
denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi.
26
Denyut nadi akan segera berubah selaras dengan perubahan pembebanan, baik
yang berasal dari pembebanan mekanika, fisika maupun kimiawi.
Grandjean (1998) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk
mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut
nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada
batas tertentu nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti
tubuh mempunyai hubungan linier tinggi dengan konsumsi oksigen atau
pekerjaan yang dilakukan. Adiputra (2002) dan Suyasning (2007) bahwa beban
kerja meningkat dibutuhkan Adenosin Triphosphat (ATP) atau energi lebih
banyak. ATP atau energi diperoleh dari hasil metabolisme baik aerobik maupun
anaerobik. Pada metabolisme aerobik dibutuhkan oksigen yang bersenyawa
dengan glukosa sehingga terbentuk CO2 + H2O + ATP (Energi). Oksigen dibawa
ke otot-otot oleh sirkulasi darah. Dengan demikian apabila beban kerja
meningkat maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Memenuhi kebutuhan
oksigen ini, denyut nadi bekerja lebih cepat.
Salah satu katagori penentuan berat ringannya beban kerja didasarkan
pada perhitungan denyut nadi kerja, dapat dicermati pada Tabel 2.2.
27
Tabel 2.2
Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
N0 Katagori Beban Kerja
Denyut Nadi Kerja
( denyut per menit )
1
2
3
4
5
6
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
Luar biasa beratnya(ekstrim)
60 70
75 100
100 125
125 150
150-175
Diatas 175
Sumber : Grandjean (1998)
Pada pekerjaan manual handling seperti pada pemotongan pelat eser
sistem energi memegang peranan yang sangat penting. Pembentukan energi
dalam otot dimulai dari rangsangan otot pada motor endplate yaitu awal dari
adanya pengubahan ikatan energi kimiawi dalam bentuk ATP ke energi mekanis
(ATP ADP + Phosphat + Energi). Oleh karena simpanan ATP sangat terbatas,
maka dibentuk secara terus menerus dari energi yang didapat dalam oksidasi
glucose dan lemak. Selanjutnya oksigen ditransportasikan ke otot-otot darah.
Apabila oksigen cukup maka sistem aerobik berlangsung, karena merupakan
metabolisme yang lengkap dengan hasil akhir energi yang lebih banyak.
Kelelahan otot sering dihubungkan dengan metabolisme anaerobic, karena
penurunan pH akibat dari terbentuknya asam laktat. Grandjean (1998)
menjelaskan bahwa beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo
Joule (kJ) yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat,
dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya
yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut, maka denyut
nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja,
khususnya beban kerja fisik.
28
2.9 Kelelahan Kerja
2.9.1 Pengertian Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat
(Eko, 2008). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari
setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kepada kehilangan efisiensi
dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Fitrihana, 2008 dan
Grandjean, 1998). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan
otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Dan kelelahan
umum adalah biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi
(Grandjean, 1998 dan Waters & Bhattacharya, 1996). Secara gejala kelelahan
dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan
dan kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Astrand &
Rodohl, 1997 dan Pulat, 1992). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan
karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja.
2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat
pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya
dapat diatur (voluter). Pada pemotongan pelat eser banyak melibatkan kerja otot
statis maupun dinamis. Kerja otot statis terjadi pada aktivitas mengangkat,
menyangga, mendorong, menarik dan menurunkan beban ( otot lengan, bahu,
29
pinggang dan punggung), sedangkan kerja otot dinamis terjadi pada aktivitas
mengangkut, mendorong, dan menarik seperti; otot-otot bagian bawah.
Mengurangi tingkat kelelahan otot pada pemotongan pelat eser dapat dilakukan
dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser
sebelum dan sesudah pelat eser dipotong sehingga aktivitas
menyangga dapat ditiadakan. Sikap paksa sewaktu bekerja dan berlangsung
lama dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek
negatif pada kesehatan (Santoso, 2004). Kroeman (1994) menyatakan bahwa
kelelahan otot terjadi akibat adanya kerja otot statik.
Kelelahan otot merupakan fenomena fisiologi dapat diukur secara
langsung dengan Electromyography (EMG) untuk mendeteksi penyebab
terjadinya kelelahan, sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung
berupa penilaian subjektif pada pekerja dengan menanyai dan menunjukan
diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi kelelahan atau gangguan
muskuloskeletal disebut Nordic Body Map. Kuesioner Nordic Body Map dipilih
sebagai alat ukur untuk menilai kelelahan otot berupa gangguan muskuloskeletal
dengan alasan digunakan metode ini karena mudah, murah dan cukup reliabel.
Penerapan di lapangan dilakukan penjelasan sederhana kepada pekerja.
2.10 Produktivitas Kerja
2.10.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan
masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat
apabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew,
30
1991 dan Hardjosoedarmo, 1996). Manuaba (2004) menyatakan bahwa
produktivitas dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan seoptimal mungkin
sumber daya manusia atau mengalihkan teknologi tepat guna, disamping upaya
mengefisienkan kemampuan melalui penggunaan alat, cara kerja, dan lingkungan
yang serasi.
Mendesain atau meredesain stasiun kerja harus memperhatikan aspek
ergonomi yang ada. Dan konsep teknologi tepat guna yang dipadukan dengan
pendekatan SHIP yang harus dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan
(Manuaba, 2009a). Melalui pndekatan SHIP bahwa masalah harus dipecahkan:
1) Secara sistemik atau melalui pendekatan sistem dimana semua faktor
yang ada di dalam suatu sistem dan diperkirakan dapat menimbulkan
masalah harus ikut diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi masalah baru
sebagai akibat dari keterkaitan sistem.
2) Secara holistik dimana suatu faktor yang terkait atau diperkirakan ada
masalah haruslah dipecahkan secara proaktif dan menyeluruh.
3) Secara interdisipliner, artinya semua disiplin terkait harus dimanfaatkan
karena makin kompleknya masalah yang ada tidak akan dipecahkan secara
maksimal jika dikerjakan melalui satu disiplin, sehingga perlu dipecahkan
melalui lintas disiplin ilmu.
4) Secara partisipatori, artinya semua orang yang terlibat dalam
pemecahan masalah tersebut harus dilibatkan sejak awal secara
maksimal agar dapat di wujudkan mekanisme kerja yang kondusif dan
31
diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba,
2003a).
Pendekatan ergonomi holistik atau teknologi tepat guna adalah suatu
pendekatan dimana teknologi yang akan digunakan harus dikaji secara
komprehensip melalui enam kriteria yaitu; secara teknis, ekonomis,
ergonomis, sosio budaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi, dan
tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2007).
2.10.2 Pengukuran produktivitas
Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan
(input) per satuan waktu (time). Konsep ini bisa dipakai di dalam menghitung
produktivitas kerja di semua sektor kegiatan termasuk perbaikan stasiun kerja
penggunaan alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat
eser sebelum dan setelah dilakukan pemotongan pelat eser. Pengukuran
produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas total, yaitu
perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Hal
ini semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan. Menghitung
produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis
masukan seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan
sujebtif dan lain-lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang
ergonomi. Manuaba (2000) secara umum produktivitas dapat diformulasikan
adalah sebagai berikut.
Luaran (output)
Produktivitas = (1)
Masukan (input) x Waktu (time)
32
Keterangan formulasi produktivitas adalah sebagai berikut:
1) Luaran/produksi (output) adalah rerata jumlah hasil potongan pelat
eser.
2) Masukan (input) adalah rerata nadi kerja denyut per menit yang
didapat dari selisih rerata denyut nadi waktu kerja dikurangi rerata
denyut nadi istirahat.
3) Waktu (time) adalah lama proses pemotongan pelat eser dalam satuan
menit.
2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan
tempat kerja. Manuaba (2003a) dan Pheasant (1991) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:
1) Tenaga kerja seperti; umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan dan psikologis
pekerja.
2) Peralatan kerja seperti; alat, sarana kerja, mesin-mesin dan lain-lain.
3) Lingkungan kerja seperti; kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, debu dan
lain-lain.
Manuaba (2005) menyatakan usaha-usaha yang harus dilakukan dalam
perbaikan produktivitas kerja untuk pencapaian tujuan ergonomi dilakukan
dengan memperhatikan delapan aspek ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Status nutrisi yang memadai sebagai sumber energi seorang pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
2) Aplikasi tenaga otot secara optimal dan efisien untuk menekan stress
pekerja sampai batas minimum.
3) Sikap tubuh yang diterapkan dalam sikap kerja dengan memperhatikan situasi
33
pembebanan terhadap tubuh, jenis pekerjaan dan ruang lingkungan pekerjaan.
4) Kondisi lingkungan kerja untuk mencegah beban yang berlebihan terhadap
fisik dan mental.
5) Kondisi yang berkaitan dengan waktu atau yang berkaitan dengan pola kerja,
waktu kerja dan waktu istirahat.
6) Kondisi informasi untuk menunjukkan penampilan (performance) kerja secara
puas dan luas.
7) Kondisi sosial untuk meningkatkan kualitas intraksi antar pekerja. Tugas yang
dilakukan sudah menjadi udaya kerja karena dilakukan dengan cara nyaman
dapat menyokong kehidupan yang sejahtera bagi karyawan.
8) Intraksi manusia dengan mesin dengan proporsi pembagian tugas pekerjaan
yang tepat antara manusia dengan mesin/alat.
34
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Posisi berdiri sambil menyangga pelat eser dan cara angkat dan angkut
pelat eser yang tidak benar pada proses pemotongan pelat eser yang dilakukan
oleh mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali, telah
menimbulkan masalah pada mahasiswa yang melakukan proses pemotongan
pelat eser tersebut. Posisi berdiri dan sambil menyangga pelat eser, serta cara
angkat dan angkut yang tidak benar pada proses pemotongan pelat eser.
Kendala seperti ini berpeluang menimbulkan keluhan muskuloskeletal,
meningkatkan beban kerja. Terbukti dari hasil studi pendahuluan terhadap 16
mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96% dan keluhan
muskuluskeletal 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja. Di samping itu
ketidaksesuaian antropometri pekerja dengan stasiun kerja dan intensitas
pencahayaan serta sirkulasi udara di ruang kerja juga berpontensi
menurunkan kinerja mahasiswa, sehingga perlu diatasi.
Kondisi seperti inilah yang akan diperbaiki dalam penelitian ini, dengan
melakukan intervensi berupa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat
eser dalam bentuk perbaikan stasiun kerja pada proses pemotongan pelat eser
dengan mendesain alat kedudukan pelat eser yang mengacu pada antropometri
mahasiswa dan perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, diharapkan mampu
35
menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan
produktivitas kerja. Hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai adalah
meningkatnya kinerja mahasiswa.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Subjek
Antropometri
Umur
Jenis Kelamin
Pengalaman kerja
Kesehatan
Pendidikan
Stasiun Kerja
Alat kedudukan pelat eser pada mesi potong
pelat eser
Organisasi Kerja
Waktu kerja
Waktu istirahat
Lingkungan Kerja
Kelembaban
Kebisingan
Getaran
Proses
Aplikasi ergonomi pada
proses pemotongan pelat
eser berupa:
a) Desain alat kedudukan
pelat eser
b) Perbaikan cara angkat-
angkut pelat eser
c) Perbaikan intensitas
pencahayaan dan
sirkulasi udara
Luaran
a) Beban kerja
b) Keluhan
muskuloskeletal
c) Produktivitas
mahasiswa
36
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah, kerangka
berpikir, dan konsep penelitian adalah sebagai berikut.
1) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan
beban kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.
2) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan
keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel TeknologiMakanik Politeknik
Negeri Bali.
3) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat meningkatkan
produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri
Bali.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
RS RA
Klp I
Klp II
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
rancangan sama subjek (treatment by subjectsdesign) yang dikembangkan dalam
bentuk rangcangan silang (two-period cross overdesign).Rancangan sama subjek
adalah rancangan serial, dimana sampel mengalami menjadi kontrol dan juga
perlakuan, dengan periode waktu yang berbeda. Rancangan silang antara
periode waktu diperlukan washing out, untuk menghilangkan efek perlakuan
menghilangkan efek perlakuan pertama terhadap perlakuan berikutnya (Colton,
1974., Zainuddin, 2008). Rancangan penelitian dapat dicermati pada Gambar
4.1.
Periode I
WO Periode II
PO
O1 O2
PO
O3 O4
P1
O5 O6
P1
O7 O8
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Silang (two-period cross over design)
Keterangan :
P : Populasi.
S : Sampel.
RS : Random Sampling.
RA : Random Alokasi.
PO : Sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser.
P1 : Sesudah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser.
Klp I : Kelompok yang bekerja di tempat tanpa aplikasi ergonomi pada proses
pemotongan pelat eser terlebihdahulu, dilanjutkan dengan bekerja
P S
38
di tempat yang sudah diaplikasikan ergonomi pada proses
pemotongan pelat eser.
Klp II : Kelompok yang bekerja di tempat dengan aplikasi ergonomi pada
proses pemotongan pelat eser terlebih dahulu, dilanjutkan dengan
bekerja di tempat yang tidak diaplikasikan ergonomi pada proses
pemotongan pelat eser.
O1,O3,O5,O7 : Pendataan awal sebelum kerja dimulai terhadap: denyut nadi
istirahat dan keluhan muskuloskeletal.
O2,O4,O6,O8 : Pendataan akhir setelah selesai bekerja terhadap: denyut nadi
kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas.
Wo : Washing Out untuk menghilangkan efek kerja sebelumnya, diberikan
selama 2 hari.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri
Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ergonomi-fisiologi
kerja yang difokuskan pada beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan
produktivitas. Aplikasi ergonomi diterapkan pada proses pemotongan pelat eser.
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Variabilitas populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa memotong pelat eser di
Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Populasi target adalah
mahasiswa semester II yang berjumlah 56 mahasiswa, sedangkan populasi
terjangkau adalah mahasiswa semester II yang telah memenuhi kriteria inklusi
adalah 28 mahasiswa
39
4.4.2 Kriteria sampel
Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa pemotong pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik
Politeknik Negeri Bali.
b. Jenis kelamin laki-laki.
c. Umur antara 18 sampai dengan 20 tahun.
d. Pendidikan minimal SMK.
e. Tidak dalam kondisi sakit dan cacat fisik.
f. Bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai.
2) Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel
Kriteria dropout, tidak dilakukan sebagai sample yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan.
b. Menderita sakit pada saat penelitian dilaksanakan.
c. Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel.
4.4.3 Besar sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus Colton (1974), sebagai berikut :
01
2
n ( 3 )
40
Keterangan :
n = jumlah sampel.
Z = Z skor untuk tingkat tipe I untuk =0,05, pada uji 2 sisi nilai Z = 1,96
Z = Z skor untuk tingkat II untuk = 10%, maka nilai Z = - 1,645.
= simpangan baku.
o = rerata variabel penelitian sebelum dilakukan perbaikan.
1 = perkiraan penurunan atau peningkatan rerata variabel penelitian setelah
dilakukan perbaikan atau interve