13
Break Event Point Break Even Point adalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan penghasilan. Tujuan Titik Impas ( BEP ) Tujuan titik impas adalah - Mencari tingkat aktivvitas dimana pendapatan sama dengan biaya. - Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih. - Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas Faktor – factor yang mempengaruhi BEP : Faktor langsung: 1. Biaya Produksi. 2. Harga. Faktor Tidak Langsung : 1. Jumlah Produksi. Jumlah produksi akan mempengaruhi biaya variable. Perhitungan Break-Even Point Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu : 1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point : Total Fixed Cost __________________________________ Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh : Fixed Cost suatu Toko Jam : Rp.400,000,- Variable cost Rp.10000 / unit Harga jual Rp. 15000/ unit Maka BEP per unitnya adalah Rp.400000 __________ = 80 units 15000 – 10000 Artinya perusahaan perlu menjual 80 unit jam agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 81, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan 2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP : Total Fixed Cost __________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah

Arti Ekotek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekotekJenuh adalah proses kimia yang sangat menarik. Hal ini dapat digunakan untuk membuat zat sepenuhnya unik. Anda mungkin akan terkejut untuk mengetahui seberapa sering Anda menemukan solusi jenuh dalam kehidupan sehari-hari Anda. Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang definisi jenuh, ini adalah tempat yang bagus untuk memulai.

Citation preview

Break Event PointBreak Even Pointadalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan penghasilan.Tujuan Titik Impas ( BEP )Tujuan titik impas adalah-Mencari tingkat aktivvitas dimana pendapatan sama dengan biaya.- Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih.- Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas

Faktor factor yang mempengaruhi BEP :Faktor langsung:1. Biaya Produksi.2. Harga.Faktor Tidak Langsung :1. Jumlah Produksi.Jumlah produksi akan mempengaruhi biaya variable.Perhitungan Break-Even PointAdapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :1.Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point : Total Fixed Cost__________________________________Harga jual per unit dikurangi variable costContoh :Fixed Cost suatu Toko Jam : Rp.400,000,-Variable cost Rp.10000 / unitHarga jualRp. 15000/ unitMaka BEP per unitnya adalahRp.400000__________= 80 units15000 10000

Artinya perusahaan perlu menjual 80 unit jam agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 81, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan2.Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP : Total Fixed Cost__________________________________ x Harga jual / unitHarga jual per unit dikurangi variable costDengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalahRp.400,000__________x Rp.15000= Rp.120000015000 10000

Cara Trial and Erroryaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volumeproduksi/penjualan tertentu.-Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan sebaliknya.-Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.Perusahaan Indojaya yang bergerak dibidang produksi kain, memiliki :Biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-.Biaya variabel per unit Rp.40,-Harga jual per unit Rp. 100,-Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.Misal dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka dapat dihitung keuntungan operasi adalah:(6.000 x Rp100) (Rp300.000 + (6.000 x Rp40))Rp600.000 (Rp300.000 + Rp240.000)Rp.60.000atauhasil dalam unit adalah Rp. 60.000 / Rp 100 = 6000 unitJadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit.Misal kita ambil volume produksi 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah5.000 x Rp100,00) (Rp300.000,00 + (5.000 x Rp40,00))Rp500.000,00 (Rp300.000,00 + Rp200.000,00)Rp0,00.Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di mana keuntungan netonya sama dengan nol.Gambar grafik break event point

Asumsi dasar dalam analisa break even, antara lain :1. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.2. Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.3. Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.4. Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.5. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.6. Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.7. Harga faktor produksi relatif konstan.8. Efisiensi produksi tidak berubah.9. Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.10. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.Penentuan Tingkat Break Even1. Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisah menjadi biaya tetap dan biaya variabel.2. Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam range output tertentu. Contoh biaya bunga, sewa, depresiasi.3. Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun (berubah-ubah) sesuai dengan hasil produksi atau volume kegiatan. Contoh biaya bahan baku, tenaga kerja langsung.Kegunaan Dan Manfaat Analisa Impas ( Break Even )Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen antara lain :1. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam gambar Break Even .3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.4. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu perusahaan.Margin of SafetyMargin of Safetyadalah suatu informasi mengenai sampai tingkat berapa perusahaan boleh mengalami penurunan penjualan namun perusahaan tidak mengalami kerugian.Dalam Hal ini semakin besarMargin of Safetymakin baik untuk perusahaan karena perusahaan bias mengalami penurunan yang cukup jauh.Margin of Safetyadalah informas tentang jumlah maksimum penurunan nilai penjualan. (Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:125)Margin of Safetydicaru dengan mengurangi jumlah penjualan pada titik impas,Semakin besarmargin of safetysemakin besar perusahaan dapat memperoleh laba dan begitu pula sebaliknya.RatioMargin of safetydapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan yang menggunakan cara sebagai berikut :Profit % =Margin income ratio xRatio Margin of safetyDegree Of LeverageMemberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

*Rumus :Laba KontribusiDegree of Operating Leverage =----------------------Laba Bersih

IRR (internal rate of return) merupakan tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discount factor, dikatakan investasi yang ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount factor maka investasi yang ditanamkan tidak layak.ANALISA KELAYAKAN

a. Percent Return of Investment (ROI)ROI adalah kecepatan tahunan pengembalikan investasi (modal) dari keuntungan. Persamaan untuk ROI adalah:Prb = ...(3)Pra = ...(4)dengan :Prb = ROI sebelum pajak, dinyatakan dalam desimalPra = ROI setelah pajak, dinyatakan dalam desimalPb = Keuntungan sebelum pajak persatuan produksiPa = Keuntungan setelah pajak persatuan produksira = Kapasitas produksi tahunanIf = Fixed capital investmentBesar kecilnya ROI bervariasi tergantung pada derajat resiko atau kemungkinan kegagalan yang terjadi. Untuk pabrik kimia yang beresiko rendah, ROI sebelum pajak minimum yang disyaratkan adalah 11 %.ROI sebelum pajak = 10,081 %ROI setelah pajak = 9,576 %

b. Pay Out Time (POT)POT merupakan jangka waktu pengembalian investasi (modal) berdasarkan keuntungan perusahaan dengan mempertimbangkan depresiasi. Berikut adalah persamaan untuk POT :POT sebelum pajak = ...(5)= 3,73 tahunPOT setelah pajak = ...(6)= 7,16 tahun

c. Break Even Point (BEP)BEP merupakan titik perpotongan antara garis sales dengan total cost, yang menunjukkan tingkat produksi dimana sales akan sama dengan total cost. Pengoperasian pabrik di bawah kapasitas tersebut akan mengakibatkan kerugian dan pengoperasian pabrik di atas kapasitas produksi tersebut, maka pabrik akan untung. BEP dinyatakan dengan persamaan:BEP = x 100% ...(7)

dengan :Fa = Fixed expense tahunan pada produksi maksimumRa = Regulated expense tahunan pada produksi maksimumSa = Sales pada produksi maksimumVa = Variable expense tahunan pada produksi maksimum

Fixed expenseDepreciation = Rp 12.471.956.300Property tax = Rp 3.741.586.890Insurance = Rp 2.494.391.260 +Fa = Rp 18.707.934.450Variable expenseRaw material = Rp 39.431.635,49Royalties and patent = Rp 475.046,2166Packaging, shipping = Rp 12.858.003.711Utilities = Rp 2.324.484,328 +Va = Rp 30.002.345.877Regulated expenseLabor = Rp 816.000.000Supervision = Rp 163.200.000Maintenance = Rp 1.124.760.670Plant supplies = Rp 1.683.714,101Plant overhead = Rp 408.000.000Payroll overhead = Rp 122.400.000Laboratory = Rp 81.600.000Administrations = Rp 2.850.277.299Finance = Rp 33.690.233.564Sales Expense = Rp 8.550.831.897Research = Rp 3.800.369.732 +Ra = Rp 51.609.356.880BEP = 40,34 %

d. Shut Down Point (SDP)SDP adalah suatu tingkat produksi dimana pada kondisi ini, menutup pabrik lebih menguntungkan daripada mengoperasikannya. Keadaan ini terjadi bila output turun sampai di bawah BEP dan pada kondisi dimana fixed expense sama dengan selisih antara total cost dan total sales. SDP dinyatakan dengan persamaan berikut :SDP = x 100% ...(8)= 7.97 %ROI(singkatanbahasa Inggris:return on investment) atauROR(singkatan bahasa Inggris:rate of return) dalambahasa Indonesiadisebutlaba atas investasi adalahrasiouangyang diperoleh atau hilang pada suatuinvestasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebutbungaataulaba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagaiaset,modal, pokok, basis biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal.ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar ataufiskal.ROI digunakan untuk membandingkanlabaatas investasi antara investasi-investasi yang sulit dibandingkan dengan menggunakan nilaimoneter. Sebagai contoh, suatu investasi senilai 1000 rupiah yang menghasilkan bunga 50 rupiah jelas memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai 100 rupiah yang memberikan bunga 20 rupiah. Tapi investasi 100 rupiah memberikan ROI yang lebih besar.Pengertian Rasio Profit Margin

Rasio Profit Margin

Rasio Profit marginmenurut Riyanto (1999:37) adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok penjualan + biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama (Munawir, 2001:99).

Rasio profit margin menurut pendapat Hariyadi (2002:297) merupakan ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Makin rendah biaya operasi per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh. Rasio Profit margin dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meghasilkan produk tersebut.

Simamora (1999: 161) mengemukakan bahwa margin kontribusi (contribution margin) adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah persentase margin kontribusi dibandingkan jumlah penjualan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba per rupiah penjualan yang dinyatakan dalam persentase. - See more at: http://www.kajianpustaka.com/2012/11/rasio-profit-margin.html#sthash.UE7tJY8u.dpuf

biaya tetapadalahpengeluaranbisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut[1]Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang dibayar setiap bulan, dan sering disebut sebagai pengeluaran tambahan. Ini berbeda denganbiaya variabelyang berkaitan dengan volume (dan dibayar per barang/jasa yang diproduksi).Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah1. alat perencanaan untuk hasilkan laba2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengertiSetelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya iniSalah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagiyaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.Bagaimana cara menghitungnya?Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeliAdapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :Total Fixed Cost__________________________________Harga jual per unit dikurangi variable costContoh :Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-Variable cost Rp.5,000 / unitHarga jual Rp. 10,000 / unitMaka BEP per unitnya adalahRp.200,000__________ = 40 units10,000 5,000Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :Total Fixed Cost__________________________________ x Harga jual / unitHarga jual per unit dikurangi variable costDengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalahRp.200,000__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-10,000 5,000ANALISIS BREAK EVEN POINTAnlisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai,apabila asumsi berikut terpenuhi :_ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan denganakurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan_ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biayavariabel_ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah_ Harga jual tidak berubah_ Biaya- biaya tidak berubah_ Bauran penjualan akan konstan_ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaanawal dan persediaan akhirPendekatan dalam mengitung BEP_ Pendekatan Persamaan_ Pendekatan Marjin Kontribusi_ Pendekatan GrafikPendekatan persamaan_ Y=cx bx a_ Y = laba_ c = harga jual per unit_ x = jumlah produk_ b = biaya variabel satuan_ a =biaya tetap total_ cx = hasil penjualan_ bx = biaya variabel total_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 b/c)Biaya Tetap Vs Biaya VariabelDalam hubungannya dengan volume produksi :(1)Biaya VariabelKarakteristik :_ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas_ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biayasatuan konstan)Contoh dalam perusahan furniture_ Biaya perlengkapan_ Biaya bahan bakar_ Biaya sumber tenaga_ Biaya perkakas kecil_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban_ Gaji satpam dan pesuruh pabriDalam hubungannya dengan volume produksi :(2)Biaya TetapKarakteristik :_ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas_ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatanContoh dalam perusahan furniture_ Biaya penyusutan_ Gaji eksekutif_ Pajak bumi dan bangunan_ Amortisasi paten_ Biaya penerimaan barang_ Biaya komunikasi_ Upah lemburDengan metoda1. Pendekatan Persamaan2. Pendekatan Marjin Kontribusi3. Pendekatan GrafikPendekatan Margin Kontribusi_ Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biayavariabel total (total Variabel cost = TVC)_ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit gunamenghitung margin kontribusi per unit.Pada Kasus CV. Donut KotakHarga Jual per unit Rp. 5.000Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000Margin kontribusi Rp. 2.000BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit_ BEP (rupiah)Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %Ratio margin kontribusi = 0,40BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)= Rp. 7.500.000/0,40= Rp. 18.750.000,-