Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1
ARTIKEL ILMIAH
KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA
MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN
PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA
DAN PROTISTA
OLEH
KARTIWAN
RRA1C413009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JUNI 2017
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2
KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA
MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN
PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA
Oleh:
Kartiwan), Harlis
2), Retni S. Budiarti
2)
1)Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi
2)Dosen Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Dosen
Email: 1)
ABSTRAK
Danau Letang Jaya Kabupaten Batanghari merupakan salah satu tempat objek
wisata yang ada di Muara Bulian Kabupaten Batanghari Kota Jambi. Danau ini
memiliki air yang warnanya kecokelatan yang dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai
tempat wisata dan tempat mencari ikan dengan menggunakan pancing, jala, dan
tangkul. Selain itu, warga juga memanfaatkan danau tersebut untuk budidaya ikan
dalam keramba apung. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk karena hal
ini dapat mencemari perairan yang berakibat pada kerusakan ekosistem dan biota yang
ada di dalam perairan tersebut, salah satunya mikroalga. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dan rancangan penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan tertentu). Lokasi pengambilan sampel
terdiri atas 3 tempat yaitu dibagian suplai keluarnya air dari danau, tengah danau (dekat
kerambah), dan tepi danau. Parameter yang diamati meliputi indeks keanekaragaman,
indeks kemerataan, indeks dominansi dan indeks kelimpahan. Faktor lingkungan yang
diamati meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air, dan oksigen terlarut (DO). Hasil
penelitian ini didapatkan 52 jenis mikroalga yang diidentifikasi termasuk kedalam 4
divisi yaitu Chrysophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Euglenophyta, dengan indeks
keanekaragaman tinggi sebesar 3,0876. Indeks kemerataan rendah sebesar 0,0140, dan
indek dominansi yaitu 0,0946, atau dengan kata lain tidak ada jenis yang
mendominansi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa indeks
keanekaragaman mikroalga di danau Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Batanghari
termasuk dalam kategori sedang. Dari hasil penelitian disarankan kepada masyarakat
sekitar untuk tetap menjaga kelestarian dari danau Letang Jaya Muara Bulian
Kabupaten Batanghari, agar ekosistem danau tersebut tetap terjaga dengan baik.
Kata Kunci : keanekaragaman jenis, mikroalga, danau letang jaya
Jambi, 2017
Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Harlis, M.Si Retni S. Budiarti S.Pd. M.Si
NIP 196211041991022001 NIP 196909171994032003
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Danau Letang Jaya merupakan
salah satu keindahan alam dan tempat
wisata yang terdapat di Muara Bulian
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi..
Danau Letang Jaya memiliki 4,5 hektar
dengan kedalaman 5-6 meter,
sedangkan vegetasi yang ada di dalam
danau Letang Jaya tersebut berupa
tumbuhan akasia dan sepang (Syofwan,
2007:86).
Mikroalga adalah suatu
organisme tumbuhan yang primitif
memiliki berukuran renik (seluler) yang
hidup diseluruh wilayah perairan, baik
di air tawar ataupun di air laut. Menurut
Kawaroe, dkk (2010:14) komunitas
mikroalga pada suatu perairan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
perairan tersebut. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroalga
yaitu temperatur (suhu), kualitas dan
kuantitas nutrien (unsur hara), intensitas
cahaya dan derajat keasaman (pH).
Berdasarkan uraian di atas dan
pentingnya mikroalga bagi ekosistem
suatu perairan, Selain itu hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengayaan praktikum Taksonomi
Monera dan Protista, sehingga perlu
dilakukan penelitian dengan judul
“Keanekaragaman Mikroalga di
Kawasan Danau Letang Jaya Muara
Bulian Kabupaten Batanghari
Sebagai Pengayaan Praktikum
Taksonomi Monera Dan Protista”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, dan
dengan teknik penentuan lokasi secara
purposive sampling (penempatan titik
sampel dengan tujuan tertentu). Lokasi
pengambilan sampel terdiri atas tiga
titik sampling yang mewakili dari
seluruh danau Letang Jaya Muara
Bulian Kabupaten Batanghari.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi Sedgewick
Rafter, termometer raksa, bola hisap,
gelas ukur 100 ml, keping secchi,
meteran, botol, botol DO, pipet tetes,
pipet tetes ukuran 1 ml, pipet kolum
ukuran 10 ml, tabung erlenmeyer
ukuran 250 ml, plankton net dengan
ukuran 85μm, gelas ukur 500 ml, botol
sampel ukuran 300 ml, pensil, kamera,
GPS (Global Positioning System) dan
buku identifikasi Alga.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel mikroalga
yang diambil secara langsung dari
danau Letang Jaya Muara Bulian
Kabupaten Batanghari, alumunium foil,
kertas label, formalin 4%, rafia, selotip
bening, kertas indikator pH, asam nitrat,
MnSO4, Alkali, H2SO4, Na2S2O3,
aquades, dan alkohol 70%.
Pengambilan sampel mikroalga
dilakukan tiga hari dalam selang waktu
yang berbeda-beda dan pada satu hari
pengambilan terdiri atas pagi (pukul
07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00)
dan sore hari (15.00 s/d 17.00)
menggunakan plankton net berukuran
85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm.
Pengambilan sampel dilakukan secara
vertikal, yaitu dengan cara menarik
jaring plankton net yang telah
ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m
dari atas permukaan dan didiamkan
selama 5 menit. Selanjutnya sampel
dimasukkan ke dalam botol dan diberi
label, pada label diberi keterangan
tempat, tanggal dan waktu pengambilan
sampel. Sampel selanjutnya diawetkan
menggunakan formalin 4%.
Selanjutnya, sampel yang telah
diawetkan dibawa ke laboratorium
Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai
Gelam untuk diidentifikasi.
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4
Prosedur Penelitian
Penetapan Lokasi Pengambilan
Sampel
Lokasi dalam pengamatan ini
terdiri dari 3 lokasi yang berbeda
dengan metode purposive sampling.
Pemilihan atau penetapan suatu lokasi
pengambilan sampel danau Letang Jaya
Muara Bulian Kabupaten Batanghari
dilakukan dengan melihat kondiri
perairan pada suplai keluar air dari
danau, tengah danau dekat kerambah
budidaya ikan, dan tepi danau yang
mewakili lokasi dari danau tersebut.
Titik pada tiap stasiun ini ditentukan
dengan menggunakan alat bantu GPS
(Global Positioning System).
Pengambilan Sampel Mikroalga
Pengambilan sampel mikroalga
dilakukan tiga hari dalam selang waktu
yang berbeda-beda dan pada satu hari
pengambilan terdiri atas pagi (pukul
07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00)
dan sore hari (15.00 s/d 17.00)
menggunakan plankton net berukuran
85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm.
Pengambilan sampel dilakukan secara
vertikal, yaitu dengan cara menarik
jaring plankton net yang telah
ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m
dari atas permukaan dan didiamkan
selama 5 menit (Fachrul, 2012:94).
Selanjutnya sampel dimasukkan
ke dalam botol dan diberi label, pada
label diberi keterangan tempat, tanggal
dan waktu pengambilan sampel. Sampel
selanjutnya diawetkan menggunakan
formalin 4%. Selanjutnya, sampel yang
telah diawetkan dibawa ke laboratorium
Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai
Gelam untuk diidentifikasi.
Identifikasi Mikroalga Sampel yang telah berhasil
diamati dicocokkan dengan buku
identifikasi mikroalga, yaitu “A
beginner’s guide to Freshwater Algae”
karangan Hilary Belcher dan Erica
Swale tahun 1976, “An illustrated guide
to River Phytoplankton" karangan
Hilary Belcher dan Erica Swale tahun
1979, “Illustrations of the Freshwater
Plankton of Japan” karangan Toshiihko
Mizuno tahun 1979, “Planktonologi”
karangan Johan Basmi tahun 2012, dan
“The Freshwater Algae” karangan
G.W. Prescott tahun 1954.
Analisis Data
Analisis Faktor Biologi
Menurut Fachrul (2012:91),
parameter biologi dapat diamati untuk
mengetahui banyaknya mikroalga yang
terdapat pada suatu perairan yaitu:
a) Kelimpahan, penentuan kelimpahan
mikroalga dilakukan berdasarkan
metode sapuan diatas objek glas
Sedgewick Rafter. Kelimpahan
mikroalga dinyatakan secara
kuantitatif dalam jumlah sel/liter atau
individu/liter.
b) Indeks kemerataan, indeks ini
menunjukkan pola sebaran, yaitu
merata atau tidak. Jika indeks
kemerataan relative tinggi maka
keberadaan setiap jenis biota
diperairan dalam kondisi merata.
c) Indeks keanekaragaman, merupakan
indeks yang digunakan untuk
mengetahui keanekaragaman jenis
biota perairan. Apabila indeks
relative tinggi, maka
keanekaragaman biota dalam kondisi
prima (stabil).
d) Indeks dominansi, digunakan untuk
mengetahui adanya dominansi jenis
tertentu di perairan. Jika nilai indeks
dominansi relatif tinggi, maka
terdapat spesies yang mendominansi
spesies lainnya.
Analisis Faktor Fisika dan Kimia
Analisis faktor lingkungan yang
dapat diamati dari penelitian ini
terutama dalam mempengaruhi
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5
keberadaan mikroalga faktor fisika
meliputi suhu, kecerahan, kedalaman,
bau air, warna air, dan cuaca.
Sedangkan faktor kimia meliputi
oksigen terlarut (DO) dan pH.
Analisis Data Mikroalga
A. Volume air yang disaring
Menurut Fachrul (2012:95)
untuk mengetahui volume air yang
masuk ke dalam jaring plankton net
dapat dihitung dengan rumus:
Vs = 𝜋 × 𝑟2 × t Keterangan:
π.r2
= Luas lingkaran jaring
plankton
t = panjang tarikan (m)
B. Kelimpahan Mikroalga
Penentuan kelimpahan plankton
berdasarkan metode sapuan di atas gelas
objek Sedgeick Rafter. Kelimpahan
plankton secara kuantitatif dapat
dihitung berdasarkan rumus (Fachrul,
2012:95):
N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs)
Keterangan:
N = jumlah sel per liter (ind/L)
n = jumlah sel yang diamati
Vr = volume air tersaring
Vo = volume air yang diamati
(pada Sedgeick Rafter) (ml)
Vs = volume air yang disaring
(L)
C. Indeks keanekaragaman
Untuk menentukan indeks
keanekaragaman jenis dihitung dengan
menggunakan rumus Shannon &
Wiener (Fachrul, 2012:96):
𝐻′ = − ∑ 𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖
𝑠
𝑖=1
Keterangan:
H’ =indeks keanekaragaman
S = jumlah jenis
Pi = 𝑛𝑖
𝑁 = peluang kepentingan
untuk tiap jenis
N = jumlah individu mikroalga
ni = jumlah individu tiap jenis
ke-i
Dengan kriteria sebagai berikut :
Jika H’ ≤ 1,5 maka
keanekaragaman jenis rendah.
Jika H’>1,5 dan < 3 maka
keanekaragaman sedang.
Jika H’ ≥ 3 maka
keanekaragaman tinggi.
D. Indeks kemerataan
Jika indeks kemerataan relatif
tinggi maka keberadaan setiap jenis
biota di perairan dalam kondisi merata
(Fachrul, 2012:95-96)
E = H′
H′maks
Keterangan:
E= indeks kemerataan
H’= indeks keanekaragaman
H’ maks = ln S (S adalah jumlah
spesies)
Nilai indeks berkisar antara 0-1
E ≈ 0, kemerataan antara spesies
rendah, artinya kekayaan individu yang
dimiliki masing-masing spesies sangat
jauh berbeda.
E = 1, kemerataan antar spesies relatif
merata atau jumlah individu masing-
masing spesies relatif sama.
E. Indek dominansi
Menurut Odum (1993:179)
Untuk menentukan indeks dominansi
dapat menggunakan rumus yaitu:
D = ∑ Pi2
Keterangan :
D = Indeks dominansi
pi = 𝑛𝑖
𝑁
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6
ni = Jumlah individu ke- i
N = Jumlah total individu
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika nilai D < 0,5 maka tidak ada jenis
yang mendominasi.
Jika nilai D > 0,5 maka ada jenis yang
mendominasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah dan Jenis Mikroalga
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di kawasan danau
Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten
Batanghari dan dari proses identifikasi
di laboratoriun Kesehatan Ikan Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam ditemukan
sebanyak 52 jenis mikroalga yang telah
teridentifikasi. Jenis mikroalga yang
diidentifikasi termasuk kedalam 4 divisi
yaitu Chrysophyta, Chlorophyta,
Cyanophyta, dan Euglenaphyta.
Berdasarkan divisi yang
ditemukan pada setiap stasiun penelitian
yaitu keluar dari air ke dalam danau
(stasiun I), tengah danau (stasiun II),
dan tepi danau (stasiun III) serta waktu
pengambilan sampel di lapangan yaitu
pada pagi hari (07.00 s/d 09.00), siang
hari (11.00 s/d 13.00), dan sore hari
(15.00 s/d 17.00) menggunakan
plankton net. Divisi yang paling banyak
ditemukan yaitu dari divisi Chlorophyta
sebanyak 35 jenis mikroalga.
Sedangkan divisi yang paling sedikit
ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta
yaitu sebanyak 5 jenis.
Kelimpahan Mikroalga
Berdasarkan hasil yang
diperoleh jenis mikroalga yang
ditemukan sebanyak 52 jenis mikroalga
yang terdiri atas 4 divisi antara lain
Chrysophyta (5,7%), Chlorophyta
(75,6%), Cyanophyta (9,6%), dan
Euglenophyta (9,1%).
Keanekaragaman, Kemerataan, dan
Dominansi Mikroalga
Hasil perhitungan
keanekaragaman, kemerataan dan
dominansi pada semua stasiun
pengambilan sampel dapat dilihat pada
Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Keanekaragaman, Kemerataan, dan Dominansi
Mikroalga pada Setiap Stasiun Penelitian
Parameter Stasiun Peneliian
Rata-rata I II III
Jumlah spesies 40 32 24
Indeks
Keanekaragaman
Jenis (H’)
3,0876 1,7751 2,6567 2,5065
Kriteria Keanekaragaman
Sedang sedang Sedang Sedang
Kemerataan (E) 0,0260 0,0140 0,0228 0,0209
Kriteria
Kemerataan Rendah Rendah Rendah Rendah
Dominansi (D) 0,0946 0,4124 0,1117 0,2062
Kriteria
Dominansi
Tidak
Ada
Tidak
ada
Tidak
Ada Tidak ada
Faktor Fisika dan Kimia di Danau
Letang Jaya Faktor fisika yang diamati
meliputi suhu, kecerahan, kedalaman,
warna air. Hasil pengukuran faktor
fisika disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Faktor fisika di danau Letang Jaya Muara Bulian
Kabupaten Batanghari
Perhitungan faktor kimia berupa derajad
keasaman (pH) dan oksigen terlarut
(DO) pada penelitian ini memiliki
kisaran yang berbeda-beda. Hasil
pengukuran pH dan oksigen terlarut
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Parameter
Fisika Satuan
Stasiun Rata-
rata I II III
Kedalaman Cm 400 600 300 Cm
Kecerahan Cm 36 42 34 Cm
Warna air
- Cokel
at
kekun
ingan
Cokel
at
kekun
ingan
Cokel
at
kekun
ingan
-
Suhu 0C 26-32 26-32 26-30
0C
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7
Tabel 4.3 Faktor Kimia di danau Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Batanghari
PEMBAHASAN
Jumlah dan Jenis Mikroalga Berdasarkan identifikasi
mikroalga di kawasan danau Letang
Jaya Muara Bulian, ditemukan
sebanyak 52 jenis mikroalga yang
terdiri atas 4 divisi yaitu Euglenophyta,
Chlorophyta, Cyanophyta, dan
Chrysophyta. Untuk jenis yang paling
banyak ditemukan yaitu dari divisi
Chlorophyta sebanyak 34 jenis
mikroalga sedangkan divisi yang paling
sedikit ditemukan yaitu dari divisi
Chrysophyta sebanyak 5 jenis
mikroalga.
Menurut Gunawan (2011:26)
Chlorophyta adalah kelompok alga yang
paling banyak ditemukan di daerah
perairan, dikarenakan Chlorophyta
memiliki habitat yang luas dan
merupakan kelompok mikroalga yang
terbesar dibandingkan jenis mikroalga
yang lainnya. Hal ini juga disebutkan
oleh Bellinger dan Sligee (2009:17)
Chlorophyta merupakan divisi yang
paling banyak ditemukan
keanekaragaman jenisnya. Hal ini dapat
dilihat dari ciri morfologi mikroalga
dari divisi ini ada yang uniseluler,
koloni dan berbentuk filamen.
Pelczar (2010:855) menyatakan
bahwa mikroalga adalah
mikroorganisme fototrofik dikarenakan
produsen yang mampu berfotosintesis.
Hasil fotosintesis tersebut berupa
amilum yang tersimpan di dalam
pirenoid. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat
contoh dari divisi Chlorophyta. Suminto
(2005:17) Chlorophyta merupakan
organisme prokariotik dan memiliki
kloroplas, DNA-nya berada dalam
sebuah nukleus, dan beberapa jenis dari
Chlorophyta memiliki flagella, serta
memiliki dinding sel sebagian besar
berupa sellulosa. Untuk pigmen yang
penyusun Chlorophyta yaitu berupa
klorofil a dan beberapa karotenoid dan
biasanya berwarna hijau rumput. Jenis
mikroalga dari divisi Chlorophyta dapat
dilihat pada Gambar 4.1 sebagai
berikut.
a b
Gambar 4.1 a. Pediastrum sp. b. Scenedesmus acuminatus (Lagerheim) Chodat
Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017)
Sedangkan jenis yang paling sedikit
ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta
sebanyak 5 jenis. Ditemukannya sedikit
jenis dari divisi Chrysophyta
dikarenakan divisi ini lebih banyak
ditemukan pada perairan dingin dan air
laut. Divisi ini biasanya ditemukan
dengan warna kuning, cokelat, dan
jingga (Pelczar, 2010:252). Selain itu
berdasarkan hasil penelitian Aida
(2013:6) divisi Crysophyta paling
sedikit ditemukan dikarenakan faktor
aliran air yang rendah sehingga spesies
mikroalga juga sulit untuk ditemukan.
Jenis mikroalga dari divisi Crysophyta
dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai
berikut.
a b
Gambar 4.1 a. Navicula sp. b. Nitzschia obtusa
Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017)
Parameter
Fisika
Stasiun
I II III
pH 5 6 5 Oksigen
Terlarut (DO)
5,5 mg/l 8 mg/l 5 mg/l
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8
Kelimpahan Mikroalga
Berdasarkan hasil identifikasi
jenis mikroalga yang ditemukan
sebanyak 52 jenis yang termasuk
kedalam 4 divisi yaitu Chrysophyta,
Chlorophyta, Cyanophyta dan
Euglenophyta. Kelimpahan jenis
mikroalga yang tertinggi dari penelitian
ini yaitu dari divisi Chlorophyta dengan
persentase sebesar 75,6%. Dengan
jumlah jenis yang ditemukan yaitu
sebanyak 35 jenis mikroalga, tetapi
jenis mikroalga yang paling banyak
ditemukan yaitu dari jenis Scenedesmus,
pediastrum, dan Chorella.
Divisi Chlorophyta sangat
bermanfaat bagi perairan selain sebagai
pakan ikan, Chlorophyta juga dapat
digunakan sebagai emisi gas CO2 di
daerah perairan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Arif, dkk (2011:69)
jenis Chlorella sp. Merupakan salah
satu dari divisi Chlorophyta yang
memiliki kemampuan cukup baik dalam
menyerap emisi gas dan juga dapat
sebagai agen pengolah limbah di suatu
perairan. Sehingga mikroalga ini dapat
membantu untuk mencegah pencemaran
di air, yang disebabkan oleh sampah,
limbah rumah tangga maupun pakan
ikan berupa pelet pada pembudidayaan
ikan dalam krambah.
Kelimpahan jenis mikroalga
yang terendah dari hasil penelitian ini
adalah pada divisi Chrysophyta dengan
hasil persentase berjumlah 5,7%. Hal ini
di dikarenakan divisi Chrysophyta ini
merupakan mikroalga yang hidup di
perairan dingin dan air laut Pelczar
(2010:252). Hal ini juga dinyatakan
oleh Kawaroe, dkk (2010:10)
Chrysophyta merupakan divisi yang
mendominasi jumlahnya pada habitat
yang baik yaitu di air laut, payau dan
ada juga pada air tawar.
Persentase kelimpahan jenis
mikroalga dari yang tertinggi hingga
yang terendah dari masing-masing
stasiun yaitu stasiun II sebanyak 239,22
ind/l, stasiun I sebanyak 140,13 ind/l,
dan stasiun III sebanyak 77,76 ind/l
(Tabel 4.3). Tingginya persentase
mikroalga yang terdapat pada stasiun II
dikarenakan faktor fisika dan faktor
kimia yang mendukung terhadap
kelangsungan hidup dari mikroalga
tersebut. Stasiun ini merupakan daerah
yang terdapat pada tengah danau,
sehingga kondisi ini membuat
mikroalga lebih melimpah.
Kelimpahan jenis mikroalga
yang paling terendah yaitu terdapat
pada stasiun III yang memiliki
kedalaman 300 cm (3 m) dan kecerahan
34 cm (0,34 m). Sedangkan suhu dan
pH pada stasiun ini yaitu hasil
pengukuran suhunya yaitu berkisar
antara 26-30 0C dan pH-nya yaitu 5. Hal
yang menyebabkan kurangnya
kecerahan pada stasiun ini dikarenakan
oleh banyaknya pepohonan yang
mengelilingi daerah stasiun tersebut.
Rendahnya cahaya yang masuk pada
stasiun ini dapat menyebabkan kurang
mendukungnya kelangsungan hidup
mikroalga pada daerah tersebut. Selain
itu menurut Pelczar (2010:133-207)
faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dari mikroalga yaitu
faktor fisika (suhu, kecerahan, warna
dan kedalaman) dan faktor kimia
(oksigen terlarut (DO) dan bahan
organik terlarut).
Indeks Keanekaragaman Mikroalga
Nilai indeks keanekaragaman
jenis dari masing-masing stasiun
disajikan dalam Tabel 4.4. Berdasarkan
hasil identifikasi untuk indeks
keanekaragaman mikroalga di kawasan
danau Letang Jaya untuk stasiun I yaitu
sebesar 3,0876, untuk stasiun II yaitu
sebesar 1,7751, dan stasiun III yaitu
sebesar 2,6567. Hal ini dijelaskan
Fachrul (2012:19) bahwa dalam suatu
penelitian, fitoplankton sering dijumpai
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9
perbedaan baik jumlah maupun jenisnya
pada daerah yang berdekatan, meskipun
pada massa air yang sama, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain seperti unsur hara, kedalaman, dan
aktivitas pemangsaan pada danau
tersebut.
Dari data terlihat nilai indeks
keanekaragaman jenis yang diperoleh
berkisar antara 1,7751 sampai 3,0876.
Unruk nilai tertinggi indeks
keanekaragaman terdapat pada stasiun I
yaitu sebesar 3,0876 dan nilai terendah
indeks keanekaragaman terdapat pada
stasiun II yaitu 1,7751 dengan kriteria
semua stasiun yaitu sedang. Sesuai
dengan pendapat Fahrul (2012:96) yang
menyatakan bahwa apabila indeks
keanekaragaman H’>1,5 dan < 3,5
maka daerah perairan tersebut
menunjukkan stabilitas komunitas biota
dalam kondisi yang sedang atau kualitas
air belum tercemar.
Indeks Kemerataan Mikroalga
Nilai indeks kemerataan dari
masing-masing stasiun disajikan dalam
Tabel 4.5. Berdasarkan hasil identifikasi
untuk indeks kemerataan mikroalga di
kawasan danau Letang Jaya untuk
stasiun I yaitu sebesar 0,0259, untuk
stasiun II yaitu sebesar 0,0140, dan
stasiun III yaitu sebesar 0,0228.
Indeks kemerataan pada semua
stasiun yaitu berkisar antara 0,0140 –
0,0259, hal ini menunjukkan
kemerataan mikroalga di kawasan
danau Letang Jaya Muara Bulian
Kabupaten Batanghari dalam kriteria
rendah. Untuk indeks kemerataan
mikroalga yang tertinggi terdapat pada
stasiun I yaitu 0,0259, sedangkan indeks
kemerataan yang terendah terdapat pada
stasiun II yaitu 0,0140. Fahrul
(2012:96) menyatakan bahwa apabila
kemerataan spesies E ≈ 0 dapat
dikatakan bahwa kemerataan antara
spesies rendah, artinya kekayaan
individu yang dimiliki masing-masing
spesies sangat jauh berbeda.
Ketidakmerataan pada setiap stasiun
diduga disebabkan oleh faktor fisika,
kimia, dan biologi.
Indeks Dominansi Mikroalga
Indeks dominansi masing-
masing stasiun dapat dilihat pada Tabel
4.6 yang menunjukkan bahwa di
kawasan danau Letang Jaya Muara
Bulian tidak ada jenis dari mikroalga
yang mendominansi, karena indeks
dominansi yang didapat pada masing-
masing stasiun antara lain, stasiun I
yaitu 0,0946, stasiun II yaitu 0,4124,
dan stasiun III yaitu 0,1117. Fahrul
(2012:96) menjelaskan bahwa nilai D <
0,5 maka tidak ada jenis yang
mendominasi. Selain itu tidak adanya
jenis mikroalga yang mendominansi
menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan yang relatif baik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di
kawasan danau Letang Jaya Muara
Bulian Kabupaten Batanghari dapat
disimpulkan bahwa kawasan tersebut
didapat 52 jenis mikroalga yang terdiri
atas 4 divisi yaitu Chrysophyta,
Chlorophyta, Cyanophyta, dan
Euglenophyta. Kelimpahan tertinggi
yaitu pada divisi Chlorophyta yaitu
sebesar 75,6%, sedangkan kelimpahan
jenis terendah pada divisi Chrysophyta
yaitu 5,7 %. Untuk indeks
keanekaragaman berkisar antara 1,7751-
3,0876 dengan kriteria sedang. Indeks
kemerataan berkisar antara 0,0140-
0,0259 dengan kriteria rendah, artinya
kekayaan individu yang dimiliki oleh
masing-masing jenis sangat jauh
berbeda. Sedangkan indeks dominansi
berkisar antara 0,0946-0,4124, sehingga
pada kawasan tersebut tidak ada jenis
mikroalga yang mendominansi
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10
menunjukkan kondisi perairan relative
baik.
Saran
Berdasarkan penelitian ini
disarankan kepada masyarakat sekitar
untuk tetap menjaga kelestarian dari
danau Letang Jaya Muara Bulian
kabupaten Batanghari, agar ekosistem
danau tersebut tetap terjaga dengan
baik, karena kawasan danau tersebut
merupakan salah satu tempat
perekonomian masyarakat dengan cara
budidaya ikan dalam kramba dan
sebagai tempat pariwisata masyarakat
luar daerah.
DAFTAR RUJUKAN Basmi J. 2012. Planktonologi:Metoda
Analisis Plankton. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB:
Bogor
Belcher H, Swale E, 1976. A beginner’s
guide to Freshwater Algae. Her
Majesty’s Stationery Office:
London.
Belcher H, Swale E, 1979. A illustrated
guide to River Phytoplankton. Her
Majesty’s Stationery Office:
London.
Bellinger, E.G, Sigee, D.C. 2010.
Identification and Use as
Bioindicator. Britiny: Jhon wiley
and Sons, Ltd.
Dwi A.S, Rahmania A.D, dan Joko P.S.
2011. Jurnal. Mikro Alga Untuk
Penyerapan Emisi CO2 dan
Pengolahan Limbah Cair di Lokasi
Industri. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. No. 2 Vol. 3 Hal.
62-70.
Fachrul M.F. 2012. Metode Sampling
Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Febri. Mikel, 2016. Keanekaragaman
Mikroalga Di Danau Lingkat
Kabupaten Kerinci. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Biologi. FKIP:
Universitas Jambi.
Fitriah Aida dan Ahmad Munajib. 2013.
Identifikasi Jenis Mikroalga di
Perairan Coban Talun Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang. Jurusan
Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi: UIN Maliki Malang.
Gunawan. 2011. Jurnal. Keragaman
Mokroalga di Lahan Bekas
Tambang Batu Bara, Cempaka.
BIOSCIENTAE. No. 2 Vol. 7 Hal.
23-27.
Kawaroe M, Prartono T, Sunundin A, Sari
DW, dan Augustine D. 2010.
Mikroalga Potensi dan
Pemanfaatan untuk Produksi Bio
Bahan Bakar. IPB Pers: Bogor.
Mandasari, N. 2010. Kanekaragaman
Fitoplankton di Danau Sipin Kota
Jambi Sebagai Bioindikator
Kualitas Air. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Biologi. FKIP:
Universitas Jambi.
Mizuno, T. 1998. Ilustration of The Fresh
Water Plankton of Japan. Hoikusha
Publishing: Japan.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Gajdah Mada University Press.
Yogyakarta.
Pelczar J. Michael. 2010. Dasar-dasar
Mikrobiologi 1. UI press: Jakarta.
Purnama, Puja, 2016, Keanekaragaman
Mikroalga Di Danau Kaco
Kbupaten Kerinci,
Skripsi,Universitas Jambi.
Pratiwi T. Sylvia. 2008. Mikrobiologi
Farmasi. PT Gelora Aksara
Pratama: Jakarta.
Prescott G. W. 1970. The Freshwater
Algae. WM. C. Brown Company
Publishers: Dubuque, Lowa.
Purnomo B. 2005. Pengenalan Sifat-Sifat
Umum Mikrobiologi. PS. IHPT.
Faperta Unib.
Stainer Y. Roger, Edward A. Adelberg,
John L. Ingraham. 1982. Dunia
Mikrobe I. Bhratara Karya Aksara:
Jakarta.
Setiarto R.HB. 2011. Pemanfaatan
Mikroalga Untuk BBM.
http://www.biologi.lipi.go.id/bio_in
donesia/mTemplate.php?h=3&d_be
rita=303: Diakses pada tanggal 08-
02-2016.
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11
Suin, N.M. 1998. Metoda Ekologi.
Universitas Andalas: Jakarta
Suminto. 2005. Budidaya Pakan Alami
Mikroalgae dan Rotifer. Undip:
Semarang.
Syafputri E. 2012. Apa Itu Mikroalga.
http://www.antaranews.com/berita/
321543/apa-itu-mikroalga: Diakses
pada tanggal 15-02-2016.
Syofwan. 2007. Peta Perairan Umum
Kabupaten Batanghari. Dinas
Peternakan dan Perikanan:
Batanghari
Taufiqullah, 2015. Penyebab Warna Pada
Air.
https://www.tneutron.net/penyebab
-warna-pada-air: Diakses pada
tanggal 15-11-2016.
Widyaloka, Kiki. 2014, Keanekaragaman
Mikroalga Di Kawasan Percandian
Muaro Jambi, Skripsi,Universitas
Jambi.
Winahyu., DA., Anggriani.Y.,
Rustiati.E.L.,Master.J., Setiawan.A.
2013. Studi Pendahuluan Mengenai
Keanekaragaman Mikroalga di
Pusat Konservasi Gajah, Taman
Nasional Way Kambas. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas
Lampung.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Gajdah Mada University
Press.Yogyakarta.
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi.
2003. SK Bupati Muaro Jambi
Tentang Penetapan Danau Arang
– Arang Kecamatan Kumpe Ulu
Sebagai Lokasi Reservat Ikan
(suaka perikanan)
Poerbondono, D.N, Djunasjah, E., 2012.
Survei Hidrografi. PT Refika
Aditama. Bandung.
Pratiwi,S.T.2008.Mikrobiologi Farmasi.
Gelora Aksara Pratama.
Purnomo, B. 2005. Pengenalan Sifat-
Sifat Umum Mikrobiologi. PS.
IHPT. Faperta Unib.
Pelczar,Jr. 2010. Dasar-dasar
Mikrobiologi 1. Ui press:
Jakarta.
Rifai, M. 2015, Keanekaragaman Jenis
Mikroalga Di Danau Kenali
Kota Jambi,Skripsi, Jurusan
Pendidikan Biologi. FKIP.
Universitas Jambi.
Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran
Lingkungan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Saputra, D.S. 2012. Edisi bekarang
Muaro Jambi.Mira. Usaha
Kencana : Propinsi Jambi
Setiarto, R.H.B. 2011. Pemanfaatan Mi
kroalga Untuk BBM. http://www
.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/
mTemplate.php?h=3&id_berita=
303: Diakses pada tanggal 16-
02-2016.
Soemarwoto I., Gandjar I., Guhadjar E.,
Nasoetion H,A. Soemartono
S,S,.SomadikataK,L.1980.Biolo
gi Umum II.Pt Gramedia
Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Alfabeta, Bandung.
Suin, Nurdin, M. 1998. Metoda Ekologi.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral
Pendidik Tinggi.
Tjitrosomo. S.S. 984. Botani Umum 3.
Angkasa. Bandung.
Wahyu, P.P. 2009. Memahami Saling
KetergantunganDalam
Ekosistem. Pt Puri
Delco.Bandung.
Wolf,L.L. 1990. Ekologi Umum.Gadjah
Mada Universiti
Press.Yogjakarta.
Widyaloka, K. 2015, Keanekaragaman
Mikroalga Di Kawasan
Percandian Muaro Jambi,
Skripsi, Jurusan Pendidikan
Biologi. FKIP. Universitas
Jambi.