9
UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT KACANG TANAH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE Listiyana Candra Dewi, Subandi, dan Suharti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK: Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder, kemampuan antibakteri, dan daya inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap xantin oksidase. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, uji fitokimia, uji antibakteri, dan uji daya inhibisi. Ekstrak kulit ari kacang tanah mengandung tanin, polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Kandungan ekstrak kulit luar kacang tanah mirip dengan ekstrak kulit ari kecuali tanin. Pada konsentrasi 100 ppm, aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah hampir sebanding dengan Amoxicillin. Daya inhibisi ekstrak kulit ari dan kulit luar kacang tanah 100 ppm setara dengan 12 ppm dan 14 ppm Allopurinol.. Kata kunci: Antibakteri, inhibisi xantin oksidase, ekstrak kulit kacang tanah Obat penyakit asam urat pada umumnya adalah allopurinol. Penggunaan Allopurinol dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping dan reaksi alergi seperti kemerahan pada kulit, demam, menggigil, peningkatan jumlah sel darah putih di atas nilai normal (leukopenia atau leukositosis), peningkatan kadar eusinofil di dalam darah (eusinofilia), nyeri sendi (artralgia) dan gatal-gatal (Johnstone, 2005:4). Adanya efek samping tersebut menyebabkan para peneliti berusaha mencari obat penyakit asam urat yang lebih alami dengan tujuan meminimalkan efek samping yang mungkin ditimbulkan pada penggunaan jangka panjang. Adanya mitos bahwa air rebusan kulit kacang tanah dapat mengobati penyakit asam urat perlu dibuktikan secara ilmiah. Owen, et al (2003:713) menyatakan luteolin yang terdapat di dalam biji zaitun dapat menghambat pembentukan senyawa asam urat karena kemampuannya dalam menginhibisi aktivitas dari enzim xantin oksidase. Selain di dalam biji zaitun, Daigle, et al (1988:1179) menyatakan bahwa luteolin banyak terdapat pada kulit luar kacang tanah yang telah matang. Hal ini dapat dijadikan acuan bahwa kulit luar kacang tanah yang telah masak diduga dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai obat alternatif untuk penyakit asam urat karena mengandung senyawa luteolin. Selain penyakit asam urat, gangguan kesehatan lain yang kerap terjadi adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pengobatan yang umum dilakukan adalah mengonsumsi antibiotik. Namun permasalahan terjadi karena beberapa mikroba saat ini telah bersifat resisten sehingga dosis penggunaan antibiotik harus ditingkatkan. Peningkatan dosis antibiotik akan memberikan efek samping kepada penderita infeksi seperti kerusakan hati dan ginjal, tremor, dan penurunan jumlah sel darah putih. Hal tersebut memicu para peneliti untuk mencari alternatif lain selain menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi. Nitiema et al (2012:185) menyatakan bahwa senyawa fenolik yang banyak terdapat di bahan alam diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Win et al (2011:1638) menyatakan bahwa kulit luar dan kulit ari kacang tanah mengandung 27,59 mg Gallic Acid Equivalent (GAE) /g dan 91,74 mg GAE/g senyawa fenolik.Hal ini dapat dijadikan acuan bahwa kulit ari dan kulit luar kacang tanah diduga dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai antibiotik alami untuk mengobati infeksi oleh bakteri karena mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan pada permasalahan yang timbul di dalam masyarakat akibat penggunaan Allopurinol dan antibiotik, maka diperlukan suatu penelitian untuk menemukan obat alternatif pengganti. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder, kemampuan antibakteri relatif terhadap antibiotik, dan daya inhibisi ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap aktivitas enzim xantin oksidase relatif terhadap allopurinol

artikelB556DD83E86F41A43097A1AAB18DFAAB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT KACANG TANAH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE

Citation preview

  • UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT KACANG TANAH

    TERHADAP AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE

    Listiyana Candra Dewi, Subandi, dan Suharti

    Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected]

    ABSTRAK: Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder, kemampuan antibakteri, dan daya inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap xantin oksidase. Tahapan

    penelitian meliputi ekstraksi, uji fitokimia, uji antibakteri, dan uji daya inhibisi. Ekstrak kulit ari kacang

    tanah mengandung tanin, polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Kandungan ekstrak kulit luar

    kacang tanah mirip dengan ekstrak kulit ari kecuali tanin. Pada konsentrasi 100 ppm, aktivitas

    antibakteri ekstrak kulit kacang tanah hampir sebanding dengan Amoxicillin. Daya inhibisi ekstrak kulit

    ari dan kulit luar kacang tanah 100 ppm setara dengan 12 ppm dan 14 ppm Allopurinol..

    Kata kunci: Antibakteri, inhibisi xantin oksidase, ekstrak kulit kacang tanah

    Obat penyakit asam urat pada umumnya adalah allopurinol. Penggunaan Allopurinol

    dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping dan reaksi alergi seperti kemerahan

    pada kulit, demam, menggigil, peningkatan jumlah sel darah putih di atas nilai normal

    (leukopenia atau leukositosis), peningkatan kadar eusinofil di dalam darah (eusinofilia), nyeri

    sendi (artralgia) dan gatal-gatal (Johnstone, 2005:4). Adanya efek samping tersebut

    menyebabkan para peneliti berusaha mencari obat penyakit asam urat yang lebih alami

    dengan tujuan meminimalkan efek samping yang mungkin ditimbulkan pada penggunaan

    jangka panjang. Adanya mitos bahwa air rebusan kulit kacang tanah dapat mengobati

    penyakit asam urat perlu dibuktikan secara ilmiah.

    Owen, et al (2003:713) menyatakan luteolin yang terdapat di dalam biji zaitun dapat

    menghambat pembentukan senyawa asam urat karena kemampuannya dalam menginhibisi

    aktivitas dari enzim xantin oksidase. Selain di dalam biji zaitun, Daigle, et al (1988:1179)

    menyatakan bahwa luteolin banyak terdapat pada kulit luar kacang tanah yang telah matang.

    Hal ini dapat dijadikan acuan bahwa kulit luar kacang tanah yang telah masak diduga dapat

    ditingkatkan pemanfaatannya sebagai obat alternatif untuk penyakit asam urat karena

    mengandung senyawa luteolin.

    Selain penyakit asam urat, gangguan kesehatan lain yang kerap terjadi adalah infeksi

    yang disebabkan oleh bakteri. Pengobatan yang umum dilakukan adalah mengonsumsi

    antibiotik. Namun permasalahan terjadi karena beberapa mikroba saat ini telah bersifat

    resisten sehingga dosis penggunaan antibiotik harus ditingkatkan. Peningkatan dosis

    antibiotik akan memberikan efek samping kepada penderita infeksi seperti kerusakan hati dan

    ginjal, tremor, dan penurunan jumlah sel darah putih. Hal tersebut memicu para peneliti untuk

    mencari alternatif lain selain menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi.

    Nitiema et al (2012:185) menyatakan bahwa senyawa fenolik yang banyak terdapat di

    bahan alam diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Win et

    al (2011:1638) menyatakan bahwa kulit luar dan kulit ari kacang tanah mengandung 27,59

    mg Gallic Acid Equivalent (GAE) /g dan 91,74 mg GAE/g senyawa fenolik.Hal ini dapat

    dijadikan acuan bahwa kulit ari dan kulit luar kacang tanah diduga dapat ditingkatkan

    pemanfaatannya sebagai antibiotik alami untuk mengobati infeksi oleh bakteri karena

    mengandung senyawa fenolik.

    Berdasarkan pada permasalahan yang timbul di dalam masyarakat akibat penggunaan

    Allopurinol dan antibiotik, maka diperlukan suatu penelitian untuk menemukan obat alternatif

    pengganti. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui jenis senyawa metabolit

    sekunder, kemampuan antibakteri relatif terhadap antibiotik, dan daya inhibisi ekstrak etanol

    kulit kacang tanah terhadap aktivitas enzim xantin oksidase relatif terhadap allopurinol

  • METODE

    Tahapan yang dilakukan adalah penentuan kadar air, ekstraksi, dan uji fitokimia kulit

    kacang tanah; uji antibakteri ekstrak kulit kacang tanah terhadap bakteri E.coli dan S.aureus,

    isolasi dan uji aktivitas enzim xantin oksidase dari 250 mL susu sapi segar, dan uji daya

    inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap aktivitas enzim xantin oksidase. Sampel yang

    digunakan adalah kulit luar dan kulit ari kacang tanah.

    Penentuan Kadar Air, Ekstraksi dan Uji Fitokimia Kulit Kacang Tanah

    Penetuan kadar air sampel dilakukan berdasarkan pada metode dari AOAC (1984)

    yaitu dengan memanaskan sampel pada pada suhu 105oC. Setiap 10 menit cawan beserta

    isinya didinginkan di dalam desikator dan ditimbang massanya. Persen kadar air dihitung

    dengan persamaan:

    Ekstrak kulit kacang tanah diperoleh dengan cara merendam (maserasi) serbuk kering

    kulit luar dan kulit ari kacang tanah dengan etanol 70%. selama 6 jam sambil sesekali diaduk

    kemudian dibiarkan selama 24 jam. Maserat yang diperoleh kemudian dikentalkan dengan

    menggunakan rotary vacuum evaporator. Ekstrak kental kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya dengan rumus:

    ( )

    Prosedur uji fitokimia merujuk pada Mustarichie (2011: 19-20). Uji fitokimia

    dilakukan dengan cara menggunakan pereaksi warna kecuali uji saponin. Uji tanin dilakukan

    dengan menetskan larutan gelatin pada sampel sedangkan uji polifenol dilakukan dengan cara

    menetesi sampel dengan FeCl3. Uji Flavonoid dilakukan menggunakan metode Wilstater, uji

    saponin dilakukan dengan metode Forth, uji terpenoid dilakukan dengan uji Salkowski, dan

    uji alkaloid dilakukan dengan metode Wagner, Mayer, dan Dragendorff..

    Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.Coli dan S.Aureus

    Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Media padat yang

    masing-masing telah mengandung bakteri E.Coli dan S.Aureus ditempeli dengan kertas

    cakram yang telah jenuh dengan larutan sampel 100ppm.. Aktivitas antibakteri ditunjukkan

    oleh diameter zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Aktivitas antibakteri

    sampel dibandingkan dengan Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin

    Isolasi Dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar

    Isolasi xantin oksidase yang diperoleh dari susu sapi segar secara keseluruhan

    dilakukan pada suhu 4-10o C dengan teknik presipitasi menggunakan (NH4)2SO4 pada

    kejenuhan 40% . Uji aktivitas enzim dilakukan dengan mengukur serapan pembentukan asam

    urat menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada 290 nm tiap 10 menit hingga konstan atau nilai absorbansi mencapai 0,8. Nilai absorbansi yang diperoleh dikonversikan menjadi

    konsetrasi asam urat menggunakan hukum Lambert- Beer dengan nilai asam urat pada 290 nm pH 7,5 sebesar 12,2 mM

    -1 cm

    -1 (Bergmeyer: 1974)

    . Konsentrasi

    asam urat yang diperoleh

    dibuat grafik konsentrasi vs waktu. Aktivitas enzim ditunjukkan oleh nilai a pada persamaan

    garis pada grafik.

    Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase

    Uji daya inhibisi enzim dilakukan dengan mengukur serapan pembentukan asam urat

    menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada 290 nm. Aktivitas enzim pada penambahan

  • sampel yang diperoleh dibandingkan dengan aktivitas enzim tanpa penambahan sampel

    sebagai blanko. Daya inhibisi dihitung dengan rumus:

    % Inhibisi =

    x 100%

    HASIL

    Penentuan Kadar Air, Ekstraksi dan Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Kacang Tanah

    Data hasil penentuan kadar air dan rendemen hasil ekstraksi ekstrak kulit ari dan

    ekstrak kulit luar kacang tanah ditunjukkan oleh Tabel 1 sedangkan hasil uji fitokimia

    ditunjukkan oleh Tabel 2.

    Tabel 1. Perolehan Rendemen Ekstrak Kulit Kacang Tanah

    Sampel Massa Kulit

    (g)

    Massa Ekstrak

    (g)

    Kadar Air

    (%)

    Rendemen

    (%)

    Kulit Ari 18,67 2,47 11,67 14,978

    Kulit Luar 100 0,99 9 1,088

    Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah

    Sampel Golongan senyawa

    Saponin Tanin Polifenol Flavonoid Alkaloid Terpenoid

    Kontrol (+) + + + + + +

    Kontrol (-) - - - - - -

    EKA - + + + + +

    EKL - - + + + +

    Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.coli dan S.aureus

    Data hasil pengukuran diameter zona bening pada uji antibakteri ditunjukkan oleh

    Tabel 3 dan nilai kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah terhadap

    Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin ditunjukkan oleh Tabel 4

    Tabel 3. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah dan Beberapa Antibiotik

    Sampel Diameter zona bening (mm)

    E. coli S. aureus

    Ekstrak Kulit Ari 9,0 8,3

    Ekstrak Kulit luar 7,3 9,3

    Tetrasiklin 34,0 29,7

    Ampicillin 14,0 11,7

    Amoxicillin 9,7 9,0

  • Tabel 4. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Relatif Terhadap Antibiotik Pembanding

    Sampel

    Kesetaraan kemampuan antibakteri (ppm)

    E.coli S. aureus

    Tetra Amp Amox Tetra Amp Amox

    EKA 26,47 64,29 92,78 27,95 70,94 92,22

    EKL 21,47 52,14 75,26 31,31 79,49 103,33

    Keterangan: EKA : Ekstrak Kulit Ari Tetra : Tetracycline

    EKL : Ekstrak Kulit Luar Amp : Ampicillin

    Amox : Amoxicillin

    Isolasi dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar

    Data absorbansi pembentukan asam urat pada 290 nm ( : 12,2 mM-1 cm-1 ; pH 7,5) dan nilai konversi ke dalam satuan konsentrasi asam urat ditunjukkan oleh Tabel 5. Grafik

    konsentrasi asam urat vs waktu ditunjukkan oleh Gambar 1 dan dengan grafik tesebut dapat

    diketahui aktivitas enzim xantin oksidase seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.

    Tabel 5 Data Konversi Absorbansi Asam Urat

    Waktu Absorbansi Konsentrasi Asam Urat (mol/mL)

    Supernatan Residu Supernatan Residu

    0 0,2475 0,2618 0.0203 0.0215

    10 0,2695 0,3861 0.0221 0.0316

    20 0,3091 0,5214 0.0253 0.0427

    30 0,3278 0,6336 0.0269 0.0519

    40 0,3641 0,737 0.0298 0.0604

    Gambar 1. Grafik Uji Aktivitas Enzim

    y = 0.0003x + 0.022 R = 0.989

    y = 0.0011x + 0.024 R = 0.997

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.07

    0 10 20 30 40 50

    Ko

    nse

    ntr

    asi

    asa

    m u

    rat

    (m

    ol/

    mL

    )

    Waktu (menit)

    Supernatan

    Residu

    Linear (Supernatan)

    Linear (Residu)

  • Tabel 6 Aktivitas Enzim Xantin Oksidase

    Larutan Enzim Unit aktivitas(unit/mL) Volume Larutan

    (mL) Aktivitas Total (unit)

    Supernatan 0,0003 125,9 0,038

    Residu 0,0011 250 0,275

    Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase

    Data penurunan aktivitas enzim saat penambahan ekstrak kulit kacang tanah

    ditunjukkan oleh dan besar daya inhibisi ditunjukkan oleh Tabel 7. Nilai kesetaraan Daya

    Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah 100 ppm Relatif Terhadap Allopurinol 10 ppm

    ditunjukkan oleh Tabel 8.

    Tabel 7. Penurunan Aktivitas Enzim Setelah Penambahan Inhibitor dan Daya Inhibisi Terhadap Xantin

    Oksidase

    Inhibitor

    Aktivitas enzim dengan penambahan

    inhibitor (unit/ mL) Daya Inhibisi (%)

    0 mL 0,3 mL

    Allopurinol 10 ppm 0,0011 0,0006 45,45

    Ekstrak Kulit Ari 100 ppm 0,0011 0,0005 54.54

    Ekstrak Kulit Luar 100 ppm 0,0011 0,0004 63,64

    Tabel 8 Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah 100 ppm Relatif Terhadap Allopurinol

    Sampel Kesetaraan daya inhibisi dengan

    Allopurinol

    Ekstrak Kulit Ari 12,5 ppm

    Ekstrak Kulit luar 15 ppm

    PEMBAHASAN

    Penentuan Kadar Air dan Ekstraksi Kulit Kacang Tanah

    Berdasarkan data pada Tabel 1, kadar air kulit ari dan kulit luar kacang tanah masing-

    masing sebesar 11,67% dan 9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit ari kurang baik

    disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan kulit luar kacang

    tanah, karena berdasarkan (Winarno 1997) jika kadar air dalam suatu bahan kurang dari 10%

    maka kestabilan optimum bahan dapat dijamin karena pertumbuhan mikroba dapat dikurangi.

    Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.

    Proses maserasi ini dilakukan dengan merendam sampel dalam pelarut disertai dengan

    pengocokan untuk melemahkan membran dan dinding sel sehingga zat-zat yang terkandung di

    dalam sampel akan terlarut (Astuti, 2006:215).

    Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-

    senyawa yang bersifat polar dan non polar. Keberadaan air dalam pelarut akan membantu

    mengekstrak senyawa-senyawa yang besifat polar, sedangkan etanol yang memiliki rantai

    hidrokarbon pendek akan membantu dalam mengekstrak senyawa-senyawa yang cenderung

    bersifat non polar. Etanol 70% mampu mengestrak senyawa polifenol dan senyawa

    flavonoid lebih banyak daripada etanol dengan kemurnian yang tinggi (Bimakr, 2010:6).

  • Selain itu, sebagian besar senyawa-senyawa yang terekstrak dalam etanol juga merupakan

    senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

    Uji Fitokimia Ekstrak kulit Kacang Tanah

    Identifikasi senyawa metabolit sekunder menggunakan teh hijau sebagai kontrol

    positif sedangkan untuk uji terpenoid menggunakan ekstrak etanol buah mahkota dewa.

    Berdasarkan pada data dalam Tabel 2, perbedaan komposisi senyawa metabolit sekunder

    antara ekstrak kulit ari dan ekstrak kulit luar kacang tanah terletak pada kandungan tanin.

    Ekstrak kulit ari mengandung tanin sedangkan ekstrak kulit luar kacang tanah tidak

    mengandung tanin. Kedua sampel mengandung polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid

    namun tidak mengandung saponin.

    Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.coli dan S.aureus Berdasarkan data hasil pengukuran diameter zona bening pada Tabel 3, tampak

    bahwa ketiga antibiotik dan ekstrak kulit ari mampu menghambat bakteri E.coli lebih baik

    dibandingkan dengan S. aureus.Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel antara

    E.coli dan S.aureus. Bakteri S.aureus sebagai bakteri Gram positif memiliki struktur dinding

    sel yang lebih tebal dan kaku dibandingkan dengan E.coli sebagai bakteri Gram negatif .

    Dinding sel S. aureus 90% tersusun atas peptidoglikan sedangkan dinding sel E coli hanya

    tersusun atas 10 % peptidoglikan. Selebihnya berupa polisakarida, protein, dan lipid.

    Perbedaan ketebalan dinding sel inilah yang menyebabkan senyawa-senyawa antibakteri lebih

    sukar masuk ke dalam sel S.aureus dan menghambat petumbuhannya.

    Dari hasil uji fitokimia diketahui bahwa kedua sampel mengandung flavonoid dan

    ekstrak kulit ari mengandung tanin. Kedua golongan senyawa ini merupakan senyawa fenolik

    yang diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Onwukaeme. 2007:729). Cushnie

    (2005:351) menyatakan bahwa flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri melalui tiga

    mekanisme yaitu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat aktivitas membran

    sitoplasma, dan menghambat pembentukan energi dalam proses metabolisme.Berbeda halnya

    dengan flavonoid, kemampuan tanin dalam menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan

    oleh karakter tanin yang mampu berikatan dengan ion logam dan protein (Akiyama et al,

    2001:489) .

    Ekstrak kulit luar kacang tanah yang tidak mengandung tanin berdampak pada

    kemampuannya dalam menghambat bakteri E.coli. Ekstrak kulit ari yang mengandung tanin

    memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli lebih tinggi daripada ekstrak kulit luar. Hal ini

    disebabkan kemampuan tanin dalam berikatan dengan protein akan berdampak pada

    metabolisme bakteri. Selain itu, tanin yang mampu berikatan dengan ion logam akan

    membentuk khelat dengan ion Fe dan Ca. yang berperan penting dalam proses metabolisme

    bakteri. Khelat antara tanin dengan Fe akan bersifat racun terhadap membran sehingga dapat

    menyebabkan kematian pada bakteri (Akiyama et al, 2001:489).

    Secara keseluruhan, diameter zona bening yang dibentuk oleh ekstrak kulit ari dan

    kulit luar kacang tanah lebih kecil daripada Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin .

    Pengecualian terjadi pada diameter zona bening ekstrak kulit luar kacang tanah terhadap

    S.aureus yang sedikit lebih luas daripada Amoxicillin. Hal ini dapat disebabkan kemiripan

    mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri antara Amoxicillin dengan senyawa flavonoid

    pada ekstrak kulit luar kacang tanah. Kedua senyawa tersebut menghambat aktivitas membran

    sitoplasma sehingga proses pembentukan dinding sel bakteri (peptidoglikan) menjadi

    terhambat. Hal ini akan menurunkan kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dan

    menyebabkan bakteri cenderung mengalami lisis (Anonim, 2012:6)

    Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan ekstrak dalam

    menghambat bakteri uji berada di bawah antibiotik pembanding atau setara dengan

    kemampuan antibiotik pembanding yang memiliki konsentrasi < 100 ppm. Kemampuan

    aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak yang lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik

  • pembanding disebabkan oleh banyaknya senyawa yang terdapat di dalam ekstrak. Senyawa-

    senyawa tersebut dapat berupa senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat

    pertumbuhan bakteri seperti senyawa gologan tanin dan flavonoid dan senyawa yang

    membantu pertumbuhan bakteri seperti protein dan karbohidrat. Hal ini akan menyebabkan

    proses penghambatan pertumbuhan bakteri menjadi kurang maksimal.

    Isolasi dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar

    Penggunaan susu sapi segar sebagai sumber utama enzim dikarenakan

    susu sapi lebih mudah didapat dibandingkan dengan susu kambing dan mamalia lainnya.

    Selain itu, untuk analisis in vitro mengenai pembentukan asam urat, karakteristik enzim

    xantin oksidase yang diperoleh dari susu sapi lebih baik jika dibandingkan dengan enzim

    xantin oksidase yang diperoleh dari susu kambing. Kompleks ES xantin oksidase dari susu

    kambing kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks ES xantin oksidase dari susu sapi.

    Hal ini menyebabkan enzim xantin oksidase dari susu kambing tidak dapat membentuk

    produk (Evans, et al. 2005:5)

    Hasil pengukuran absorbansi asam urat tiap 10 menit pada 290 nm dan konversi menjadi konsentrasi asam urat ditunjukkan oleh Tabel 5 dan grafik konsentrasi asam urat vs

    waktu ditunjukkan oleh Gambar 1. Berdasarkan pada persamaan garis dalam grafik, diperoleh

    nilai aktivitas enzim pada supernatan sebesar 0,0003 U/mL dan residu sebesar 0,0011 U/mL.

    Hal ini menunjukkan kenaikan absorbansi pembentukan asam urat tiap menit setara dengan

    sekitar 0,0003 mol asam urat menggunakan xantin oksidase dari supernatan dan 0,0011

    mol asam urat menggunakan xantin oksidase dari residu.

    Diketahui bahwa volume supernatan yang diperoleh pada proses isolasi sebesar 125,9

    mL dan volume pelarutan residu dalam buffer sebesar 250 mL. Berdasarkan data yang

    dutunjukkan oleh Tabel 6, aktivitas total enzim tertinggi terletak pada residu. Hal ini

    menunjukkkan bahwa enzim xantin oksidase yang diperoleh telah terendapkan pada proses

    penambahan ammonium sulfat kejenuhan 40%. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa di

    dalam supernatan terdapat 0,038 unit dan di dalam residu terdapat 0,275 unit enzim xantin

    oksidase dengan pengertian bahwa 1 unit enzim xantin oksidase akan mengubah 1mol xantin

    menjadi asam urat/menit pada pH 7,5 suhu 25oC.

    Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase

    Kemampuan ekstrak dalam menginhibisi dapat dilihat dari perubahan aktivitas enzim

    xantin oksidase dengan dan tanpa adanya inhibitor. Berdasarkan data pada Tabel 7, tampak

    terjadi proses penurunan pembentukan asam urat yang dapat dilihat dari penurunan aktivitas

    enzim saat penambahan inhibitor. Besar daya inhibisi ekstrak kulit ari dan ekstrak kulit

    kacang tanah 100 ppm masing masing sebesar 54,54% dan 63,64%

    Senyawa di dalam ekstrak kulit kacang tanah yang mampu menghambat aktivitas

    enzim xantin oksidase diduga berasal dari golongan flavonoid. Beberapa penelitian

    menyatakan bahwa golongan senyawa ini mampu menghambat aktivitas xantin oksidase

    dengan baik. Lin, et al (2002:171) menyatakan bahwa struktur dari flavonoid menyebabkan

    golongan senyawa ini berpotensi sebagai inhibitor kompetitif bagi xantin oksidase. Namun

    tidak semua senyawa golongan flavonoid dapat berperan sebagai inhibitor enzim xantin

    oksidase. Senyawa- senyawa golongan flavonoid yang memiliki ikatan rangkap pada atom C2

    dan C3 cenderung memiliki kemampuan berperan sebagai inhibitor. Selain itu, keberadaan

    gugus hidroksil pada C5 dan C7 , serta gugus karbonil pada C4 dapat membentuk ikatan

    hydrogen dan berperan dalam interaksi inhibitor dengan sisi aktif enzim xantin oksidase.

    Daya inhibisi dari ekstrak kulit kacang tanah selanjutnya dibandingkan dengan daya

    inhibisi Allopurinol untuk mengetahui kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap Allopurinol.

    Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa daya inhibisi ekstrak kulit ari 100 ppm setara dengan

    Allopurinol 12 ppm dan ekstrak kulit luar kacang tanah 100 ppm setara dengan Allopurinol

    14 ppm. Selain bertujuan untuk mengetahui kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap

  • Allopurinol, juga dilakukan perhitungan kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap 1 tablet

    Allopurinol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan massa ekstrak atau kulit kacang

    tanah yang diperlukan agar daya inhibisinya sebanding dengan 1 tablet Allopurinol.

    Pada penambahan Allopurinol 10 ppm, daya inhibisi mencapai 45,45%. Massa tiap

    tablet Allopurinol adalah 0,3 gram dan di dalamnya mengandung 100 mg senyawa

    allopurinol. Agar kemampuan inhibisi kulit ari sebanding dengan 1 tablet Allopurinol, dari

    hasil perhitungan diperlukan sekitar 2,5 g ekstrak atau 18.90 gram kulit ari. Untuk kulit luar

    kacang tanah diperlukan sekitar 2,143 g ekstrak atau 216,46 g kulit luar agar daya inhibisinya

    sebanding dengan 1 tablet Allopurinol.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikatakan ekstrak kulit ari dan kulit

    luar kacang tanah cukup efektif dalam berperan sebagai penghambat pembentukan asam urat.

    Namun diperlukan penelitian dengan menggunakan enzim xantin oksidase murni untuk

    mengetahui efektivitas dari kulit kacang tanah dengan lebih tepat. Ekstrak kasar enzim

    memungkinkan masih terdapat enzim-enzim lain selain enzim xantin oksidase yang juga ikut

    terendapkan pada penambahan ammonium sulfat dengan kejenuhan 40%. Hal ini akan

    mengganngu interaksi antara inhibitor dengan enzim xantin oksidase.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1)

    Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak kulit ari kacang tanah mengandung senyawa metabolit

    sekunder golongan tanin, polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, sedangkan ekstrak

    kulit luar kacang tanah mengandung senyawa metabolit sekunder golongan polifenol,

    flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. (2) Pada konsentrasi yang sama, ekstrak kulit kacang tanah

    memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli lebih rendah dibandingkan aktivitas antibakteri

    Tetracycline , Ampicillin dan Amoxicillin . Aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah

    terhadap S.aureus berada di bawah kemampuan aktivitas antibakteri Tetracycline , Ampicillin

    dan Amoxicillin sedangkan ekstrak kulit luar kacang tanah memiliki aktivitas antibakteri

    terhadap S. aureus yang hampir setara dengan Amoxicillin. (3) Daya inhibisi ekstrak kulit ari

    dan kulit luar kacang tanah 100 ppm masing-masing sebesar 54,54 % dan 63,64% setara

    dengan 12 ppm Allopurinol untuk kulit ari dan 14 ppm Allopurinol untuk kulit luar kacang

    tanah

    Saran

    Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang diajukan dirumuskan

    sebagai berikut: Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai (1) kemampuan ekstrak kulit

    kacang tanah dalam menghambat enzim xantin oksidase secara in vivo, (2) identifikasi jenis

    senyawa di dalam kulit ari dan kulit luar kacang tanah yang berperan sebagai senyawa

    antibakteri, (3) identifikasi jenis senyawa di dalam kulit ari dan kulit luar kacang tanah yang

    berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase.

    DAFTAR RUJUKAN

    Akiyama, H., Fuji, K., Yamasaki, O., Oono, T & Iwatsuki, K. 2001. Antibacterial Action of

    Several Tannins Against Staphylococcus auerus. Journal of Antimicrobial

    Chemotherapy, 48: 487-491

    Anonim. 2012. Amoxicillin. (Online),

    (http://www.hipra.com/wps/wcm/connect/abea74004492bea4a0dab1b1192e3c88/a

    moxicillin.pdf),(diakses 25 Desember 2012

  • Astuti, A., Pranowo, D., dan Puspitasari, S. D. 2006. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Daging Dan

    Biji Buah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Terhadap Sel Mononuklir Normal

    Perifer Manusia. Indo. J. Chem. 6 (2), 212 218. Bimakr, M. 2010. Comparison of Different Extraction Methods for The Extraction of Major

    Bioactive Flavonoid Compounds from Spearmint (Mentha Spicata L.) Leaves.

    Food Bioprod Process. 2010: 1-9.

    Cao, H., Pauff, J. M. & Hille, R. 2010. Substrate Orientation and Catalytic Specificity In The

    Action of Xanthine Oxidase. Journal of Biological Chemistry, 285 (36): 28044-

    28053.

    Cushnie, T. P. T, dan Lamb, A. J. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids. Journal of

    Antimicrobial Agents 26: 343356, Daigle, D. J., Conkerton, E. J., Sanders, T. H. & Mixon, A.C. 1988. Peanut Hull Flavonoids:

    Their Relationship with Peanut Maturity. Journal of Agricultural and Food

    Chemistry, (Online), 36 (6): 1179-1181,

    (http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf00084a013), diakses 31 Desember 2011.

    Evans, C., Mohammed, A., Vunchi & Patience, O. 2005. Comparism of Xanthine Oxidase

    Activities in Cow and Goat Milk. Biokemistri, 17 (1): 1-6.

    Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

    Bandung: ITB

    Ho, C. Y. & Clifford, A. J. 1976. Digestion and Absorption of Bovine Milk Xanthine Oxidase

    and Its Role as an Aldehyde Oxidase. JN the journal of Nutrition 106: 1600-1609.

    Johnstone, A. 2005. Gout The Disease and NonDrug Treatment. Hospital Pharmacist, 12:391394.

    Lin, C. M., Chen, C. S., Chen, C. T., Liang, Y. C. & Lin, J. K. 2002. Molecular Modeling of

    Flavonoid that Inhibits Xanthine Oxidase. Biechemical and Biophysical Research

    Communications. 294 : 167-172

    Mustarichie, R., Musrifoh, I. & Levita, J. 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat. Bandung:

    Widya Padjadjaran.

    Nitiema, L. W., Savadogo, A., Simpore. J., Dianou, D., dan Traore, A. S. 2012. In vitro

    Antimicrobial Activity of Some Phenolic Compounds (Coumarin and Quercetin)

    Against Gastroenteritis Bacterial Strains, International Journal of Microbiological

    Research 3 (3): 183-187.

    Onwukaeme, D. N., Kuegbvweha, T. B. and Asonye. C. C. 2007. Evaluation of

    Phytochemical Constituents,Antibacterial Activities and Effect of Exudate of

    Pycanthus Angolensis Weld Warb (Myristicaceae) on Corneal Ulcers in Rabbits.

    Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 6 (2): 725-730.

    Owen, R. W., Haubner, R., Mier. W., Giacosa. A., Hull, W. E.,Speigelhalder, B. & Bartsch,

    H. 2003. Isolation, Structure Elucidation and Antioxidant Potential of The Major

    Phenolic and Flavonoid Compounds in Brined Olive Drupes. Food and Chemical

    Toxicology, 41 (2003): 703-717.

    Win, M. M., Hamid, A. A., Baharin, B. S., Anwar, F., Sabu, M. C., dan Dek, M. S. P. 2011.

    Phenolic Compounds And Antioxidant Activity Of Peanuts Skin, Hull, Raw Kernel And Roasted Kernel Flour, Pak. J. Bot., 43(3): 1635-1642

    Winarno F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.