22

Click here to load reader

ASKEP HEPATOMA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP HEPATOMA

ASKEP HEPATOMA2.2.1 Pengertian HepatomaKarsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primerdan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnyaseperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kankerhati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jeniskanker yang berasal dari sel hati.Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalahfaktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis Bdan C.(Brunner dan Suddarth, 2002).ETIOLOGIVirus Hepatitis B dan Virus Hepatitis CBahan-bahan Hepatokarsinogenik :§ Aflatoksin§ Alkohol§Penggunaan steroid anabolic§Penggunaan androgen yang berlebihan§Bahan kontrasepsi oral§Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)2.2.3. Gejala-Gejala HepatomaHepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutupoleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Padapermulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpakeluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Adapenderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidakmerasakan apa-apa.Keluhan utama yang sering adalah :• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perutkanan atas• Nafsu makan berkurang,• Berat badan menurun, dan rasa lemas.• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunancairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam,demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahandari dubur, dan lain-lain.2.2.5 Patofisiologi HepatomaHepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnyayang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yangtidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertaipembesaran hati mendadak.Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempatlain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematianakibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluranpencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan

Page 2: ASKEP HEPATOMA

kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara,paru-paru, uterus, dan pankreas.Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampaipenyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokallagi.2.2.6. Stadium HepatomaStadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas padasegment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kirihati.Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atauke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral kesistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct)tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan danlobus kiri hati.- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intrahepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct)- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepaticvessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extrahepatic metastase)PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK· Laboratorium:1

Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl, HbsAgpositf dalam serum, Kalium, Kalsium.· Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik· Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopiPENGOBATAN· Reseksi segmen atau lobus hati· Pemberian kemoterapi secara infus· Penyinaran .ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATOMAI. PENGKAJIAN1. BiodataPengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, statussosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehinggamudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yangsesuai.2. Riwayat KeperawatanKeluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakinmengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yangdirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.a.

Page 3: ASKEP HEPATOMA

Riwayat Penyakit sekarangRiwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lainataudengan klien itu sendiri.b.Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenaipenyakit yangpernah diderita oleh klien.c.Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenaipenyakit yangpernah dialami ol ehanggota keluarga.3. Pemeriksaan Fisik2.Gejala klinikFase dini: Asimtomatik.Fase lanjut

:Tidak dikenal simtom yang patognomonik.Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan,anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual.Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :1.Ascites2.Ikterus3.

Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasusHepatoma, meliputi :•Gangguan metabolisme•Perdarahan•Asites•Edema•Hipoalbuminemia•Jaundice/icterus•Komplikasi endokrin•Aktivitas terganggu akibat pengobatanII. DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN1.

Page 4: ASKEP HEPATOMA

Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungandengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanandiapragma)Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapakanpernapasan efektif kembaliKriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab BGANormalIntervensi :1)

Pertahankan Posisi semi fowler.Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perutterhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansiparuyang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangipeningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yangdapat diisi oleh udara.2)

Observasi gejala kardinal dan monitor tanda – tanda ketidakefektifanjalan napas.Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehinggadapat diambil tindakan penanganan segera.3)

Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utukmembatasi aktivitas.Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalammengatasi permasalahan yang terjadi.2

4)Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan

pemeriksaan Gas darah.Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehinggaeskpasi paru dapat maksimal.Pemeriksaan gas darah untuk mengetahuikemampuan bernapas.2.

Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomenberhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen(ascites).Tujuan: Setelah dilakukan tindakkan keperawatandiharapakn nyeridapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80x/menit.Intervensi :5)

Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapaisistim saraf sentral.6)

Page 5: ASKEP HEPATOMA

Atur posisi klien yang enak sesuai dengankeadaan.Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengangaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadipenguranganpenekanan sisi yang sakit.7)

Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klienuntukmenangani nyeri.8)

Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknikdistraksi.Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatiansehingga mengurangi emosional dan kognitif.9)

Observasi tanda-tanda vital.Rasional:Deteksi dini adanya kelainan3.

Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhanberhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makananyang di sediakan.Intervensi :1)

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukansel baru.2)

Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diityang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untukmengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balikklien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan kliententangnutrisi3)

Bantu klien dan keluarga mengidentifikasidan memilih makananyang mengandung kalori dan protein tinggi.Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah ditentukan.4)Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukankenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.Rasional : Diharapkan klienkooperatif.5)

Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapatmeningkatkan selera makan.6)

Page 6: ASKEP HEPATOMA

Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehinggadiharapkan menambah rasa.7)

Monitor kenaikan berat badanRasional : Dengan monitorberat badan merupakan sarana untukmengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.4.

Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungandengan sesak dan nyeri.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatandiharapakn tidurterpenuhi sesuai kebutuhanKriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.Intervensi :1)

Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dananalgesikRasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafasberkurangsehingga klien dapat istirahat.2)

Beri suasana yang nyamanpada klien dan beri posisi yangmenyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:Rasional:Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dansangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggidiharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.3)

Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.Rasional :Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untukmemenuhikebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.3

4)Tingkat relaksasi menjelang tidur.

Rasional :Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiranlebih tenang.5)

Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.Rasional :Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klienmempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.5.

Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengansesak dan nyeri.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatandiharapkan klien dapatmelakukan aktivtas dengan bebas.Kriteria :Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.Intervensi :1)

Page 7: ASKEP HEPATOMA

Bimbing klien melakukanmobilisasi secara bertahap.Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitassesuai kemampuan.2)

Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.Rasional : Diharapkan ada upayamenuju kemandirian.3)

Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakansalah satu teknik pengurangan nyeri.Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendiandengan optimal.4)

Jelaskan tujuan aktifitas ringan.Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.5)

Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapatmeningkatkan rasa nyeri.6)Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasaI Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alihbahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, AndryHartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.Corwin, J. Elizabeth. 2007. buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta ; EGC

ASKEP HEPATOMA

2.2.1 Pengertian Hepatoma

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan

daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan

hemangioendotelioma.

Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma

Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati.

Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis

virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus

hepatitis B dan C.

2.2.2. Faktor Penyebab Hepatoma

Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler

di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B

aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam

Page 8: ASKEP HEPATOMA

kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.

Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksinB1 yaitu racun yangdihasilkan

oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan seperti

beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada tempat yang panas dan

lembab. AflatoksinB1 yang ikut masuk ke tubuh melalui makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53

gene di dalam sel hati yang seterusnya menimbulkan kanker sel hati.

Bahan-bahan Hepatokarsinogenik SEPERTI:Bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker) tertentu juga

menyebabkan hepatoma. Di daerah subtropis, dimana hepatoma banyak terjadi, makanan sering

tercemar oleh bahan karsinogenik yang disebut aflatoksin, yang dihasilkan oleh sejenis jamur

Aflatoksin

Alkohol

Penggunaan steroid anabolic

Penggunaan androgen yang berlebihan

Bahan kontrasepsi oral

Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosi)

2.2.3. Gejala-Gejala Hepatoma

Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari

yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak

tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada

kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.

Keluhan utama yang sering adalah :

• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas

• Nafsu makan berkurang,

• Berat badan menurun, dan rasa lemas.

• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut),

mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah

darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.

Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai

bulan..Pemeriksaan Alfa Feto Protein(AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit

hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi ( USG ), Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic

Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.

2.2.4. Deteksi Dini Hepatoma

Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan kian maju pesat, maka berkembang pulalah

cara-cara diagnosa dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini. Kanker hati selular yang kecil pun

sudah bisa dideteksi lebih awal terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 – 95%

dan pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 – 70%.

Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu:

a. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.

b. AFP (Alphafetoprotein)yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.

c. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann), Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang

Page 9: ASKEP HEPATOMA

menunjukkan adanya KHS.

d. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.

e. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.

Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria empat

atau lima.

2.2.5 Patofisiologi Hepatoma

Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik

dan postnekrotik.

Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.

Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat

terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada

saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase

ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.

Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas,

sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

2.2.6. Stadium Hepatoma

Stadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.

Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor

terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan

VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu

(biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.

- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh

empedu (biliary duct)

- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah

vena limpa (vena lienalis)

- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)

2.2.7. Pemeriksaan Laboratorium

Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% – 70%, artinya hanya pada 60% – 70%

saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40%

penderita nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang diperiksa

darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP

juga dapat meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik,

kanker testis, dan terratoma.

A .BIOPSI

Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai

apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar

pasti suatu hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi ini hendaknya

dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT scann

Page 10: ASKEP HEPATOMA

fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG

ataupun CTscann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat

terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor,

sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar

jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.

B .RADIOLOGI

Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan dalam bidang radiologi baik

peralatannya maupun teknologinya dan peningkatan keahlian dokter spesialis radiologi di bidangnya

sehingga dengan demikianmenghantarkan radiologi berada di barisan depan dalam penanggulangan

penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat penting untuk mendeteksi

kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya.

Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu

buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau

berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.

Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter spesialisradiologi yang berpengalaman

sudah terjamin dapat mendeteksi tumor dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab

semua pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang dijumpai, berapa segment

hati yang terkena, bagaimana aliran darah ke kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih

ganas), apakah sedang (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi apakah

ada sel tumor ganas ini yang sudah berada di dalam aliran darah vena porta, apakah sudah ada sirrhosis

hati, dan apakah kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke organ-organ tubuh lainnya.

Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium kankernya, apakah pasien ini menderita kanker hati

stadium dini ataustadium lanjut dan juga menentukan tingkat keganasan kankernya sehingga dengan

demikian dapatlah ditaksir prognosanya, penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama atau

sudah memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6 bulan.

C . ULTRASONOGRAFI

Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-

abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan

(nodule) berwarna kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi

pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati, ataukah

satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat

memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm – 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini

dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2

cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.

Rendahnya nilai akurasi ini disebabkan walaupun USG conventional ini dapat mendeteksi adanya

benjolan kankernamun tak dapat melihat adanya pembuluh darah baru(neo-vascular). Neo-vascular

merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker

yang gunanya untuk menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu. Semakin banyak neo-vascular

ini semakin ganas kankernya. Walaupun USG color yang sudah dapat memberikan warna dan mampu

memperlihatkan pembuluh nodule tetapi belum dapat memastikan keberadaan neo-sehingga dengan

demikian akurasi diagnostik hanya sedikit bertambah menjadiberkisar 60% – 70%.

Page 11: ASKEP HEPATOMA

Dengan pesatnya perkembangan Color Doppler Flow Imaging (CDFI) yaitu USG yang selain mampu

melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula memperlihatkan kecepatan dan arah aliran

darah di dalam pembuluh darah itu, sehingga dapat ditentukan resistensi index dan pulsatily index yang

dengan demikian sudah dapat memastikan apakah pembuluh darah yang mengelilingi noduleitu adalah

benar neo-vascularisasi dan berapa banyak . Dengan dapat dipastikan keberadaan neo-vascularisasi ini

makameningkat jadi 80%.

Neo-vascularisasi yang baru masih bisa dilihat dengan cara diberikan suntikan zat kontras pada

penderita sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras itu mampu menembus masuk ke dalam

neo-vascularisas yang menyusup di nodule. Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat menjadi 90%

dari 1 cm. Dengan Color Doppler Flow Imaging USG ini juga memungkinkan kita melihat apakah ada

portal vein tumor thrombosis yaitu sel-sel kanker (tumor thrombus) yang lepas dan masuk ke dalam

vena Porta.

Penting sekali memastikan keberadaantumor thrombus di dalam vena porta ini karena thrombus ini

dapat menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal semua makanan yang telah dicernakan oleh usus

akan dihantarkan ke hati tumor thrombus maka hati sehingga sel-sel hati akan mati (necrosis) secara

perlahan tetapi pasti dan ini sangat membahayakan penderita karena dapat terjadi gagal hati (liver

Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar sehingga menutup kecil, dan hanya menutup sebahagian

lumen USG ini sudah bisa diarahkan dengan tepat tindakan pengobatan apa yang paling sesuai dan

bermanfaat untuk penderita apakah akan dilakukan (reseksi hepatektomi partial) atau operasi

membuang sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau tidak, apakah bisa di-embolisasi atau

tidak ataukah hanya dilakukan infus kemoterapi intra-arterial saja. Tapi bila sudah jelas terdapat tumor

thrombus di dalam vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini, maka tindakan operatif dan

embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan penderita

adalah dengan cara transplantasi hati (liver transplantation).

D . CT SCAN

Di samping USG diperlukan CT scannsebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam

satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja.

CTscann yang saat ini teknologinya berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi

apalagi dengan menggunakan teknik hellical CTscann, multislice yang sanggup membuat irisan-irisan

yang sangat halus sehingga kanker yang paling kecil pun tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang

CTscann sudah dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat

jelas dan dapat pula memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.

E .ANGIOGRAFI

Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil pemeriksaan USG dan CTscann

diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk

menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan

pemeriksaan angiografi.

Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan

USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga

kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.

Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT angiographyyang dapatmemperjelas batas antara kanker dan

Page 12: ASKEP HEPATOMA

jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu melakukan operasi membuang kanker hati itu

tahu menentukan di mana harus dibuat batas sayatannya.

F .MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Bila CTscann mengunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang magnet tanpa adanya Sinar X.

CT angiography menggunakan zat contrast yaitu zat yang diperlukan untuk melihat pembuluh darah.

Tanpa zat ini pembuluh darah tak dapat dilihat.

Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CTscann yang

meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita yang ada

kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CTangiography tak

memungkinkan padahal diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan

perangkat lunak Magnetic ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat

peta pembuluh darah kanker hati ini.11Sayangnya ongkos pemeriksaan dengan MRI dan MRA ini mahal,

sehingga selaluCT scann yang merupakan pilihan pertama.

G .PET (Positron Emission Tomography)

Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi adalah Positron Emission Tomography (PET)

yang merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai

flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam

stadium dini.

Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh.

Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel

yang terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut

penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat

metastase (penyebaran).

Sayangnya alat ini terlalu mahal harganya sehingga biaya pemeriksaannya sangat tinggi dan tak

terjangkau oleh banyak penderita kanker hati.

2.2.8. Pengobatan

Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan

pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana,

apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar

berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke

tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan

apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati

digabung dengantindakan radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi (pencangkokan)

hati.

1.Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi

Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah yaitu reseksi

(pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi daerah sekitarnya.

Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi

jaringan kanker pada penderita, karena bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk

itu sebelum menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.

Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu dengan pemeriksaan

Page 13: ASKEP HEPATOMA

CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu

menentukan di mana harus dibuat sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu

sebelum dioperasi.

Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker sehingga jelas terlihat

pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan

kanker untuk dapat tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans Arterial

Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat pembuluh darah

(feeding artery) itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian

kemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang.

Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC) dengan tujuan

sebelum ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel

kanker yang sudah kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar

akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila sel-sel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu

dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.

Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan olehdokter spesialis radiologi disebut

tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk tujuan supportif yaitu

mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian

memudahkan dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus diperiksakan

pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi dan yang dapat menentukan

dan memberikan kata pasti apakah benar pinggir sayatan sudah bebas kanker.

Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang

masih tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang

bertujuan meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.

Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian onkologi (medical

oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui pmbuluh darah vena) yaitu

epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti

ini usia harapan hidup penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.

2.TindakanNon-bedah Hati

Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium lanjut.. Termasuk dalam

tindakan non-bedah ini adalah:

a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)

Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang datangnyabersama aliran

darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak

makanan dan oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neo-vascularisasi) yang

merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah pemberi

makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery. Caranya dimasukkan kateter

melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di

perut (aorta abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan

seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-embolisasi) dengan

suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai

makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum

Page 14: ASKEP HEPATOMA

dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi

melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila kedua

cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar

inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan

yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita dengan cara

ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.

b. Infus Sitostatika Intra-arterial

Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal berasal dari vena porta dan 30%

dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri

hepatika. Bila Vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan

terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat meninggal bila sudah

ada penyumbatan vena porta ini .

Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel

tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena

ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.

Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan adriblastina 10-20 Mg

dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil).

Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus sitostatika intra-arterial, hanya

kateter yang dipakai adalah double lumen balloncatheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri

hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan dalam

keadaan ballon mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah memperlama kontak sitostatika

dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan per

sepuluh tahunnya 30% dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah20% dan 10%.20

c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)

Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak

mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah

yang menjadi pilihan satu-satunya.

Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan

hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak

pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker

bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah kurang

dari 3 cm.

Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor mengalami nekrosis yang

lengkap.

Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak

lebih dari3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal

dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini mungkin dapat menolong tetapi tidak banyak

penelitian yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil

yang cukup baik.

d. Terapi Non-bedah Lanilla

Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan bila terapi bedah reseksi

Page 15: ASKEP HEPATOMA

dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial

Chemotherapy tak mungkin dilakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation Therapy

(RFA),Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang

kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu) bukan kuratif (menyembuhkan) keseluruhannya.

e. Tindakan Transplantasi Hati

Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan ditemukan kerusakan hati

yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang

masuk ke vena porta (thrombus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari

transplantasi hati.

Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang.

Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas

tidak mampu lagi menolong pasien. Akan tetapi,langkah menuju transplantasi hati tidak mudah,

pasalnya ketersediaan hati untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring kesepakatan global

yang melarang jual beli organ tubuh.

Selain itu, biaya transplantasi tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses transplantasi harus

dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan tubuh dan darah yang tujuannya memastikan

adanya kesamaan/kecocokan tipe jaringan tubuh pendonor dan pasien agar tidak terjadi penolakan

terhadap hati baru. Penolakan bisa berupa penggerogotan hati oleh zat-zat dalam darah yang akan

menimbulkan kerusakan permanen dan mempercepat kematian penderita. Seiring keberhasilan tindakan

transplantasi hati, usia pasien setidaknya akan lebih panjang lima tahun.

2.2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas,

ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada

pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan

fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya gangguan

ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan

oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak

kegagalan sehingga menimbulkan kematianPrognosis pasien dengan penyakit ini buruk.

2.2.10 Asuhan Keperawatan Hematoma

B. Konsep Dasar

1. Pengkajian

Gejala Klinik

Fase dini : Asimtomatik.

Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.

Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah

makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri

tulang.

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :

1. Ascites

2. Ikterus

Page 16: ASKEP HEPATOMA

3. Hipoalbuminemia

4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.

Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :

1. Gangguan metabolisme

2. Perdarahan

3. Asites

4. Edema

5. Hipoproteinemia

6. Jaundice/icterus

7. Komplikasi endokrin

8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme

vitamin di hati.

TUJUAN :

1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai

laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi

2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .

INTERVENSI

1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi

2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong

penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.

3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik

yang sesuai .

RASIONAL :

1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba

untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.

2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ).

Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein

adekuat.

3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang

menimbulkan stess.

B. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )

TUJUAN

1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.

2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS

INTERVENSI

Page 17: ASKEP HEPATOMA

1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan

penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah

antara perut dan dada.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.

3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai

RASIONAL

1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi misalnya : nyeri

adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional

2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

A. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

TUJUAN :

1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.

INTERVENSI

1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat

tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.

2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung /

pernapasan.

3. beri oksigen sesuai indikasi

RASIONAL

1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang

berarti.

2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan

reaksi terhadap aturan terapeutik.

3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.

D. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites

TUJUAN :

1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.

2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan

INTERVENSI

1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan

.

2. Mandikan dengan air hangat dan sabun

3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.

4. Balikkan / ubah posisi dengan sering

5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter

RASIONAL

1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi.

Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.

Page 18: ASKEP HEPATOMA

2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.

3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.

4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.

5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata

http://wantohape.wordpress.com/2010/01/07/askep-hepatoma/