Upload
una-aprilia-faziera
View
271
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
kebudayaan umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
dan sosial dari tiap anggota. (Duval & Logan ; 1986).
Keluarga merupakan salah satu fokus utama dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Dalam sebuah keluarga tentunya mempunyai sebuah tujuan,
tugas, fungsi, serta peran masing-masing yang apabila sebuah keluarga tidak
mampu menjalankannya maka dikhawatirkan dalam keluarga akan muncul
masalah yang erat kaitannya dengan proses pemberian pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat.
Dalam hal ini proses keperawatan secara klinik membantu tim kesehatan
khususnya perawat dalam mengidentifikasi masalah-masalah keperawatan
didalam keluarga untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Banyak sekali permasalahan atau gangguan kesehatan yang bisa timbul
di dalam keluarga dan itu terdiri dari semua sistem, termasuk gangguan sistem
pernapasan. ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran
bawah, termasuk jaringan adreksya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah
dan pleura (Depkes RI, 2002).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di negara berkembang masih
merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit
ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara
10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian keluarga?
b. Bagaimana struktur keluarga?
c. Bagaimana tipe-tipe keluarga?
d. Apa fungsi keluarga?
e. Bagaimana tugas dan perkembangan keluarga?
f. Bagaimana tugas kesehatan keluarga
g. Apaka pengertian ISPA?
h. Bagaimana etiologi tentang ISPA?
i. Bagaimana cara penularan penyakit tentang ISPA?
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA ?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Tujuan umum :
Untuk memahami teoritis dan asuhan keperawatan keluarga dari penyakit
ISPA.
2) Tujuan khusus :
a. Untuk memahami teoritis dari ISPA (definisi, etiologi, predisposisi,
klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi,
penatalaksanaan)
b. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan keluarga yang
tepat (pengkajian, pmeriksaan fisik, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi) untuk keluarga penderita ISPA.
1.4 Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
keluarga dengan ISPA dengan pendekatan Student Center Learning.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan
adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi
satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
(Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua
orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
2.1.2 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga,
3) Berpikiran positif
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
3
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi
atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana
atau malah berdiam diri di rumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain ke arah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
2.1.3 Tipe-tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya dalam satu rumah.
b. Keluarga besar (Extanded Family) yaitu keluarga inti di tamdah
dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, bibi, keponakan,
saudara sepupu dll.
c. Keluarga berantai (Serial Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/ janda (Single Family) yaitu keluarga yang terjadi
perceraian atau kematian.
4
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cohabitation) yaitu dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2.1.4 Fungsi Keluarga (Friedman)
a. Fungsi afektif
- Perlindungan psikologis.
- Rasa aman.
- Interaksi.
- Mendewasakan.
- Mengenal identitas diri individu.
b. Fungsi sosialisasi peran
- Fungsi dan peran di masyarakat.
- Sasaran untuk kontak sosial di dalam dan di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
- Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup
bermasyarakat.
d. Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan
- Sandang, pangan dan papan.
- Perawatan kesehatan.
e. Fungsi ekonomi
- Pengadaan sumber dana, pengalokasian dana dan pengaturan
keseimbangan.
f. Fungsi pengontrol/ pengatur
- Memberikan pendidikan dan norma-norma.
2.1.5 Tugas dan perkembangan (Duvall)
a. Keluarga baru (Beginning Family)
Pasangan yang belum mempunyai anak yang mempunyai tugas
perkembangan antara lain: membina hubungan dan kepuasan
bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
5
keluarga lain, merencanakan jumlah anak dan mempersiapkan diri
menjadi orang tua.
b. Keluarga dengan anak I < 30 bln ( Child bearing).
Tugas perkembangannya adalah membagi peran dan tanggung jawab
melakukan penataan ruangan bagi anak, bertanggung jawab merawat
anak, melakukan kebiasaan spiritual, menyediakan biaya bagi anak
dan memfasilitasi role learning bagi anggota keluarga.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 th)
Tugas keluarga adalah mendorong mencapai pengembangan daya
intelektual, menyediakan peralatan untuk aktivitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 th)
Tugas perkembangan keluarga memelihara komunikasi tetap terbuka
dan pengembangan terhadap anak remaja.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek nenek.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas keluarga adalah mempersiapkan masa tua atau pensiun dan
mempersiapkan aktivitas guna mengisi waktu luang yang lebih
banyak.
h. Keluarga lanjut usia.
Tugas perkembangan keluarga menyesuaikan terhadap masa pensiun
dengan merubah cara hidup serta menerima kematian pasangan,
kawan dan mempersiapkan kematian.
6
2.1.6Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas
keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji
pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga.
Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap
masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap
akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam
menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang
berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan
7
yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas
kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga,
adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
2.2 Konsep Dasar ISPA
2.2.1 Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
saluran bawah, termasuk jaringan adreksya seperti sinus-sinus rongga
telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002).
Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut
Nelson,1999. ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran diatas Laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulant berurutan. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut atau ISPA adalah Infeksi Saluran Pernafasan yang
berlangsung dalam jangka waktu sampai dengan 14 hari. Yang dimaksud
saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai alveoli beserta
organ-organ adreksanya, misalnya sinus, ruang telinga tengah, pleura
(Ismail Djauhar, 1996).
2.2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus:
a. Streptococcus,
b. Staphylococcus,
c. Pneumococcus,
d. Haemophylus,
e. Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
8
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi
saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
2.2.3 Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh
karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Penularan
penyakit ISPA dapat terjadi melalui:
1. Polusi udara
2. Asap Rokok
3. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan
4. Asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak
9
2.2.4 Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mepengaruhi terjadinya ISPA terutama
pada keluarga yaitu meliputi kuman penyebab, keadaan lingkungan,
kondisi keadaan sosial ekonomi, gizi (nutrisi), imunisasi dan perilaku
keluarga.
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA.Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan
berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui
upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
2. Keadaan lingkungan
Pemukiman dapat menjadi reservoir penyakit bagi
keseluruhan lingkungan, pemeliharaan rumahpun dapat
mempengaruhi penghuninya. Segala fasilitas yang disediakan,
apabila tidak dipelihara dengan baik akan menyebabkan terjadinya
penyakit. Contoh : lantai yang sering kali tidak dibersihkan, banyak
mengandung debu dan tanah yang berasal dari berbagai tempat yang
mengandung bakteri atau pun zat-zat yang menimbulkan alergi.
Selain itu dari segi kesehatan kepadatan penghuni juga sangat
bermakna pengaruhnya, karena sebetulnya kepadatan sangat
menentukan insidensi penyakit maupun kematian dimana penyakit
menular masih banyak sekali terdapat penyakit pernafasan dan
semua penyakit yang menyebar lewat udara menjadi mudah sekali
menular. Kemudian asap dari dapur maupun dari udara kotor diluar
rumah juga menentukan terjadinya penyakit saluran pernafasan
(Slamet,1998).
Berkaitan dengan bagian-bagian rumah, ventilasi rumah
mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah agar aliran udara
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
10
oksigen yang diperlukan penghuni rumah tersebut terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam
rumah, yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat rawan bagi
penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan
naik. Kelembaban ini akan menjadi baik bagi patogen-patogen
(bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari pada ventilasi udara adalah masuknya
cahaya matahari pada ruangan dan bakteri-bakteri terutama bakteri
patogen mati karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya udara yang masuk ke
dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di dalam rumah.
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup, untuk penghuni di
dalamnya artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan penghuninya akan menyebabkan penjubelan (over
croweded ). Hal ini tidak sehat sebab di samping menyebabkan
kurangnya oksigen juga bila salah satu keluarga terkena penyakit
infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain
(Notoatmojo, 1997).
3. Kondisi ekonomi
Dengan adanya alasan keadaan ekonomi yang kurang akan
menyebabkan menurunya kemampuan menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat, serta kurangnya untuk memenuhi hidup
sehat mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap
berbagai serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya
11
akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA pada balita (Depkes
RI, 2002).
4. Gizi (nutrisi)
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi
tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya
berkurangnya gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
– penyakit infeksi (Notoatmojo, 1997).
5. Imunisasi
Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam
pemberantasan pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan melalui
upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi. Progam
pengembangan.
6. Perilaku keluarga
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama dalam
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku yang sehat dan bersih sangat
dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan pendidikan keluarga.
Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan pada keluarga akan
berpengaruh positif terhadap meningkatnya pemahaman masyarakat
dan keluarga dalam menjaga kesehatan bayi dan balita agar tidak
terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah
sehat dan lingkungan sehat (Depkes RI, 2002).
2.2.5 Klasifikasi
Klasifikasi ISPA Menurut Depkes RI (1999) dibagi menjadi 3 yaitu :
1. ISPA Ringan
Tanda dan gejala : Batuk pilek, demam, tidak ada nafas cepat 40 kali
permenit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
2. ISPA Sedang
Tanda dan gejala : Sesak nafas, suhu lebih dari 39°C, bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.
12
3. ISPA Berat
Tanda dan gejala : Kesadaran menurun, nadi cepat/tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung jari membiru (sianosis).
2.2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit
ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahanya yang
digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2
bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun.
1. Bayi umur kurang 2 bulan
Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan, tanda dan gejala
penyakit ISPA digolongkan menjadi dua klasifikasi penyakit:
Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas
sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care
indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet. Klasifikasi
yang kedua yaitu bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2
bulan sampai umur <12 bulan, kurang 50 kali permenit > umur 1
tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali permenit, kadang disertai
demam.
2. Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun
Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan
sampai 5 tahun digolongkan menjadi 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat
Batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas
sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe
care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.
b. Pneumonia
Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas, bersama dengan peningkatan frekwensi
nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas melemah
dan ronki.
13
c. Bukan Pneumonia (batuk pilek)
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai <12 bulan kurang 50
kali permenit, > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali,
kadang disertai demam.
2.2.7 Patofisiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia
bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus,
pnemokokus, hemorilus, bordetelle, adenovirus, korinobakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain – lain.
Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka
menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus primer
pertama kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan
menghasilkan banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi sputum di
jalan nafas.
Pembengkakan mukosa dan produksi lendir yang meningkat ini
akan menghambat aliran udara melalui pipa-pipa dalam saluran nafas.
Batuk merupakan tanda bahwa paru-paru sedang berusaha mengeluarkan
lendir dan membersihkan pipa pernafasan karena batuk merupakan suatu
refleks produktif yang timbul akibat iritasi percabangan trakheobronkial.
Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran nafas bagian bawah. Bila seseorang mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Batuk akan menyebabkan sedikit
sputum dalam bentuk percikan ke udara. Orang – orang yang berada
sangat dekat dengan pasien ini akan menghirup udara yang sudah tidak
bersih ini. Inilah caranya bagaimana infeksi saluran nafas menyebar ke
orang lain. Karena penularan dapat melalui percikan ludah (droplet), dan
tebaran di udara (aerosol) (Ganong, 2000).
14
Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang
sudah terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan
terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit. Kadang – kadang
infeksi ini menyebar ke bawah laring dan menyebabkan radang paru-
paru (pneumonia). Bila menyerang laring dan saluran nafas bagian
bawah sangat berbahaya karena pipa-pipa ini menjadi lebih sempit dan
lebih mudah tersumbat. Tetapi jika laring, bronkus dan bronkiolus
tersumbat udara tidak dapat masuk ke dalam alveoli dan keadaan ini
akan membuat sakit lebih parah terjadinya akumulasi secret di bronkus
dan alveolus dapat menimbulkan sesak nafas dengan tanda-tanda
wheezing, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, pernafasan cepat dan
cuping hidung kembang kempis. Hal tersebut merupakan mekanisme
untuk memperoleh oksigen yang cukup untuk tubuh. Kadang-kadang
infeksi menyebar ke telinga tengah dan menyebabkan peradangan
telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999).
Selain itu infeksi dapat menyebabkan demam, batuk pilek dan sakit
tenggorokan serta mungkin tidak mau makan. Pathogenesis demam
berasal dari toksin bakteri. Misalnya : Endotoxin yang bekerja pada
monosit, makrofag dan sel-sel kupffer untuk menghasilkan beberapa
macam sitoksin yang bekerja sebagai pirogen endogen kemudian
mengaktifkan daerah preptik hipotalamus, sitokin juga dihasilkan dari
sel-sel SSP (system syaraf pusat) apabila terjadi rangsangan oleh infeksi
dan sitoksin tersebut mungkin bekerja secara langsung pada pusat-pusat
pengatur suhu. Demam yang ditimbulkan oleh sitoksin mungkin
disebabkan oleh pelepasan prostaglandin ke dalam hipotalamus yang
menyebabkan demam. Infeksi bakteri dalam pembuluh darah juga dapat
menyebabkan komplikasi misalnya, meningitis purulenta dll (Suzanne,
2001).
2.2.8 Komplikasi
Kondisi yang memberat dan tujuan penanganan pada ISPA
menurut Ngastiyah (1996), adalah ISPA merupakan self limited disiese
15
yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba
eustachi, dan penyebaran infeksi. Sinusitis paranasal : komplikasi ini
hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus
paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis
dan maksilaris. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan foto rontgen
dan transluminasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai
secret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa
sebab yang jelas perlu dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.
Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan diberikan antibiotic.
Penutupan tuba Eustachi : Tuba Eustachi yang buntu memberi
gejala tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga
tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada
anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(Hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang demam, anak sangat
gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan cara
menekan telinganya dan bayi biasanya akan menangis dengan keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan juga dapat menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsulkan di bagian THT. Biasanya bayi dilakukan parasintesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika jika keadaan tidak membaik.
Parasintesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan untuk mencegah
membrana tympani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforate
(OMP).
Penyebaran infeksi : penjalaran infeksi skunder dari nasofaring
kearah bawah dapat menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah
16
seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan bronkopnemonia. Selain itu
dapat pula terjadi komplikasi jauh misalnya terjadi meningitis purulenta.
2.2.9 Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan ISPA menurut (MTBS, 2005) menurut jenis dan
derajat keparahanya yaitu:
a. Bukan pneumonia
1) Ibu diminta memperhatikan timbulnya tanda-tanda yang
mengarah pada pneumonia selain 3 gejala pokok yaitu : nafas
cepat, sukar bernafas, tidak bisa minum atau menetek,
bertambah parah, timbul demam. Jelaskan dengan kata-kata
yang dimengerti ibu jika ibu tidak mengerti mungkin ibu
tidak akan kembali pada waktu anak menderita pneumonia
dan anak mungkin akan meninggal.
2) Kunjungan anak sehat berikutnya
Nasehati ibu kapan harus kembali ke klinik untuk pemberian
imunisasi dan suplemen vitamin A kecuali jika telah terlalu
banyak hal yang harus diingat ibu dan ibu memang harus
kembali.
3) Menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri
Pada kunjungan sewaktu anak sakit, tanyakan apakah ibu
sendiri mempunyai masalah. Ibu mungkin membutuhkan
pengobatan atau rujukan untuk masalah kesehatannya sendiri
yaitu : jika ibu sakit beri perawatan untuk ibu atau dirujuk,
jika ibu mempunyai permasalahan dengan payudaranya
(pembengkakan, nyeri pada putting susu, infeksi payudara)
beri perawatan atau dirujuk untuk pertolongan lebih lanjut,
nasehati pada ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk
memjaga kekuatan dan kesehatan dirinya.
b. Pneumonia
Kunjungan ulang untuk pneumonia. Setiap anak dengan
pneumonia harus kembali ke petugas kesehatan setelah 2 hari
17
untuk kunjungan ulang yaitu : periksa adanya tanda bahaya umum,
periksa untuk batuk atau adanya sukar bernafas. Tanyakan pada ibu
: apakah anak bernafas lebih lambat? Apakah nafsu makan anak
membaik?
Tindakan:
a) Jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke
dalam, beri 1 dosis antibiotic pilihan kedua atau suntikan
kloramfenikol. Selanjutnya rujuk segera.
b) Jika frekwensi atau nafsu makan anak tidak menunjukkan
perbaikan gantilah dengan menggunakan antibiotik pilihan
kedua dan anjurkan pada ibu untuk kembali dalam 2 hari bila
anak sudah mendapat kotrimoksazol ganti dengan amoxillin.
c) Jika nafas melambat atau nafsu makannya membaik lanjutkan
pemberian antibiotic hingga seluruhnya 5 hari dan pastikan
ibu mengerti pentingnya menghabiskan obat itu walaupun
keadaan anak sudah membaik (WHO,2002)
18
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. N Pendidikan : SD tidak tamat
(kelas 2)
Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Alamat : Dukuwaluh RT 01
RW 02 Purwokerto,
Banyumas
Suku : Jawa/Indonesia No.Telp : -
b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan
1.
2.
3.
4.
Ny. W
An. F
An. A
R
P
P
L
P
40 Th
11 Th
4 Th
12 Th
Istri
Anak
Anak
Keponakan
IRT
Pelajar
Blm
sekolah
Pelajar
SD
SD
-
SD
19
c. Genogram
Keterangan :
: wanita
: klien
: meninggal dunia
: laki-laki
: garis keturunan
d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga : Keluarga Tn.N merupakan keluarga dengan tipe
keluarga Extended Family (keluarga besar) dimana terdiri dari
keluarga inti bapak, ibu dan anak ditambah keponakan .
20
4056
12
11 4
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Dalam keluarga Tn. N khususnya pada An. A umur 4 tahun
mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu. Menurut keterangan Ny.
W mengatakan bahwa An. A sudah minum obat beli di apotik.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Keluarga Tn. N termasuk dalam suku Jawa dan
kewarganegaraan Indonesia
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan : percaya adanya adat istiadat
yang mengikat dan memegang teguh tradisi yang ada di wilayah tempat
tinggalnya.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Keluarga Tn. K beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah.
Keluarga Tn. K menganggap bahwa agama adalah keyakinan akan adanya
Tuhan dan manusia sebagai hambanya harus mengabdi dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Keyakinan yang
dianut dalam keluarga Tn. K tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. N
b) Penghasilan : Rp. 500.000 – Rp 1000.000,-
c) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) :
TV, alat-alat perlengkapan masak , sepeda motor dan lain-lain.
d) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Tidak menentu
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Kegiatan waktu luang keluarga adalah
nonton TV bersama.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak An. F dari
Tn N berumur 11 thn dan sekolah SD. Tn. N bekerja sebagai buruh yang
berangkat pagi dan pulang sore hari.
21
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya, mainan anak
cuma 3, pakaian kurang, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan
WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat apotik tanpa resep
dokter,bila tak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas).
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. W menyatakan An. A mengidap batuk, pilek sudah 5 hari
yang lalu dan sudah minum obat beli di apotik. Ny. W mengatakan bila
anak sakit, anak hanya dibelikan obat apotik apabila tidak sembuh
kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
b) Riwayat penyakit keturunan :
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
No Nama Umur BBKeadaan
Kesehatan
Imunisasi
(BCG/Polio/DPT
/HB/Campak)
Masalah
kesehatan
Tindakan
yang telah
dilakukan
1.
2.
3.
4.
5.
Tn. N
Ny. W
An. F
An A
An. R
56 th
40 th
11 th
4 th
12th
74
52
30
14
32
Baik
Baik
Baik
Sakit
Baik
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
-
-
-
ISPA
-
Membantu
pemeriksaan
dipelayanan
kesehatan
d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Keluarga Tn.K mengutamakan kesehatan, sehingga jika ada salah
satu anggota keluarga yang sedang sakit bisa dicegah dengan obat-
obatan yang tersedia ataupun langsung merujuk ke puskesmas
terdekat.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
22
Dalam keluarga Tn. N ditemukan adanya penyakit menular TBC yang
pernah diidap oleh adik dan kakak dari Ny. W, serta adik ipar atau ibu dari
An. R. Bahkan ayahnya An.R meninggal dunia karena menderita penyakit
TBC.
III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah : 6,5 x 8 m2
b) Type rumah : permanen
c) Kepemilikan : rumah milik sendiri (Tn. K)
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 kamar tidur, rung tamu, ruang
keluarga, dapur dan kamar mandi.
e) Ventilasi/jendela : Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian
tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak
ada ventilasi (jendela).
f) Pemanfaatan ruangan : Kondisi ruangan dalam rumah kurang tertata
rapi dan kurang bersih, rumah berdinding batu bata dan sudah
diplester, banyak pakaian yang bergantungan.
g) Septic tank : tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di
sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
h) Sumber air minum : Persediaan air bersih untuk minum dan memasak
diambil dari sumur. Air untuk minum dimasak terlebih dahulu.
i) Kamar mandi/WC : Terdapat kamar mandi berlantai semen, tetapi
tidak terdapat WC
j) Sampah : Sampah yang terkumpul dibuang ke sungai. Limbah RT
Keluarga Tn.N membuang di belakang rumah, air limbah yang
dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
k) Kebersihan lingkungan :
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela
dan meja kursi tampak banyak debu. Halaman rumah dan ruangan
selalu disapu. Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang
makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari
23
tampak gelap. Tn. N mengatakan mereka nyaman dengan kondisi
rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny W memasak dengan kayu bakar
di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan :
Sebagian tetangga bekerja sebagai buruh, ibu rumah tangga dan
pedagang. Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah.
Setiap bulan keluarga Tn. N mengikuti arisan yang diadakan oleh RT
dan setiap bulan sekali mengikuti rapat RT dan ronda malam seminggu
sekali. Ny.R yaitu tetangga (belakang rumah) Tn.N menderita
penyakit TBC.
b) Budaya :
Bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi antar anggota
keluarga dengan menggunakan bahasa jawa banyumasan. Keluarga
menguasai bahasa jawa dan bahasa Indonesia .
c. Mobilitas Geografis Keluarga :
Tn. N menetap di rumah atau tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini,
dari warisan orang tua.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:
Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan
masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam hari
yaitu dengan nonton TV bersama- sama. Jika dalam keluarga tersebut
sedang ada permasalahan maka akan di bahas bersama- sama. Di dalam
keluarga selalu melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Sedangkan interaksi dengan masyarakat atau tetangga sekitar baik Tn. N
dan Ny. W dalam bentuk arisan, kerja bakti dan atau pertemuan rutin
warga seperti pengajian dan PKK.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga 5 orang yaitu Tn.N, Ny.W, An.F, An. A dan
keponakannya An.R. Masyarakat sekitarpun juga sebagai pendukung yang
baik ketika keluarga ini sedang dalam kondisi sakit. Menurut Ny. W
24
biasanya warga masyarakat akan saling membantu, jika di antara warga
masyarakat ada yang membutuhkan pertolongan atau mempunyai hajat.
IV. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga :
Pola hubungan komunikasi Tn. N dengan anggota keluarga lain
termasuk dengan anaknya tampak baik. Dalam berkomunikasi sehari- hari
Tn. N dan seluruh anggota keluarga yang lain menggunakan bahasa jawa
banyumasan dan hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab.
Selain itu, pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga ini dengan
menggunakan komunikasi terbuka, antar anggota keluarga jika ada
masalah atau ada sesuatu yang terlupa saling mengingatkan
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn. N dengan
tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain. Saat An. A
kondisinya kurang baik maka Tn. N memutuskan untuk memeriksakan
anaknya ke puskesmas terdekat. Tn.N cukup mengatakan mampu
mengendalikan perilaku istri, dan anaknya. Demikian juga menurut Ny.W
jika jengkel dengan suami dan anaknya akan marah sebentar kemudian
setelahnya akan baik kembali
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
o Tn. N berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
buruh.
o Ny. W berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
o An. F berperan sebagai anak dari pasangan Tn. N dan Ny. W yang
merupakan anak pertama berperan sebagai anak sekolah.
o An A merupakan anak kedua dari pasangan Tn. N dan Ny. W berperan
sebagai anak pra sekolah.
o An. R berperan sebagai keponakan atau anak dari adik Ny. W yang
saat ini diasuh oleh keluarga Tn. N sejak kecil diasuh oleh Tn. N
karena ayah dari An. R meninggal dunia karena menderita TBC sejak
25
An. R masih kanak-kanak dan ibunya bekerja sebagai TKW di
Malaysia (terkadang ibunya pulang dan tinggal dikeluarga Tn. N,
biasanya pulang 6 bln-1 tahun sekali).
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
norma/budaya Jawa, semua anggota keluarga beragama Islam dan
menjalankan ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan
sebagainya
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga :
Hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab.
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
Biasanya antar anggota keluarga jika ada masalah atau ada sesuatu
yang terlupa saling mengingatkan
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn.K
dengan tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang :
Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan
masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam
hari yaitu dengan nonton TV bersama- sama.
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Segala kegiatan baik arisan RT, PKK, pengajian ibu-ibu atau pengajian
bapak-bapak, kerja bakti dan kegiatan sosial yang ada baik Tn. K
maupun Ny.S selalu aktif mengikutinya.
26
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya :
Saat ditanya tentang kesehatan An.A, Ny. W mengatakan bahwa
An. A sudah mengidap batuk dan pilek 5 hari yang lalu.. Keluarga
sendiri sudah tahu tentang penyakit yang dialami oleh An. A yaitu
ISPA, tetapi penyebab, tanda gejala serta perawatannya dari pihak
keluarga belum tahu.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat :
Ny. W mengatakan kalau keluarganya sakit hanya diberikan obat
yang dibeli dari apotik, mereka beranggapan kalau dari keluarga tidak
merasakan gejala tidak enak badan maka keluarga Tn. N tidak
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Tetapi anggota keluarga akan
pasti akan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit. Pada keluarga
Tn. N khususnya pada An. A umur 4 tahun mengidap batuk, pilek
sudah 5 hari yang lalu. Menurut keterangan Ny. W mengatakan bahwa
An. A sudah minum obat beli di apotik. Tetapi kondisi An. A tidak
segera membaik, akhirnya keluarga membawanya ke puskesmas
terdekat.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Tn. N mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit
akan diberi obat yang dibeli dari puskesmas, jika tidak ada perubahan
anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke puskesmas terdekat.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga tidak tahu bagaimana cara memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat dan bagaimana menjaga supaya lingkundan rapi. Hal
ini dapat dilihat pada kondisi sekitar rumah yang kotor, ventilasi
kurang, penerangan kurang, dan halaman rumah yang kurang rapi.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masysrakat :
27
Tn. N mengatakan bahwa selama ini jika ada keluarga yang
sakit maka akan berusaha membawanya ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat seperti puskesmas, namun sebelumnya jika sudah sembuh
dengan pengobatan yang ada di apotik maka tidak perlu dibawa ke
puskesmas. Fasilitas yang digunakan untuk menjangkau ke tempat
pelayanan kesehatan biasanya menggunakan angkutan umum yang ada
atau sepeda motor.
d. Fungsi reproduksi
Dari perkawinannya Tn. N dan Ny. W mempunyai dua orang anak
yaitu: An. F dan An. A ditambah keponakan yaitu An. R. Saat ini keluarga
ini dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Dahulu
Ny. W untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga dengan mengikuti
beberapa program KB seperti pil dan KB suntik
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan :
Keluarga Tn. N setiap bulannya mendapatkan pemasukan untuk
kebutuhan keluarga tidak menentu untuk pengeluaran 1 bulannya tidak
menentu.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek :
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.A sedang batuk.
b. Stressor jangka panjang :
Keluarga Tn. N. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan
keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
b. Respon keluarga terhadap stressor :
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian atau
cobaan dari Tuhan.
c. Strategi koping :
Bila ada masalah Tn.N dengan Ny. W selalu membicarakan satu sama lain
untuk mencari jalan keluar.
d. Strategi adaptasi disfungsional :
28
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
meskipun dalam kondisi yang parah.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : An. A
Umur : 4 Tahun
L/P : Perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini:
Ny. W menyatakan An. A mengidap batuk, pilek. Ny. W
mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat apotik apabila tidak
sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
d. Tanda-tanda vital : TD : - , N: 96x/ menit, RR: 30x/ menit, S: 36,5oC, BB:
14 kg, TB: 97 cm . (BB normal : 16.500 gram)
e. Perkembangan Anak
Pra sekolah (3 – 5 tahun)
1) Biologis : pertumbuhan fisik lambat
2) Motorik : menulis, memakai/melepas baju
3) Psikososial : Inisiatif vs rasa bersalah bereksperimen, sosialisasi > luas,
meniru
4) Kognitif : prekonseptual, intuitive
5) Psikoseksual : oedipal, elektra kompleks
6) Sosial : berdiskusi dengan orangtua
Tugas perkembangan keluarga tahap Keluarga dengan Anak Pra Sekolah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak untuk sosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak ke 2
4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, keluarga
5) Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
29
6) Merencanakan kegiatan untuk stimulasi tumbang anak
Masalah kesehatan pada keluarga dengan anak pra sekolah :
1) Masalah kesehatan fisik pada anak ; sakit, jatuh
2) Kes psikososial : hubungan perkawinan
3) Persaingan kakak – adik
4) Masalah komunikasi keluarga
5) Masalah pengasuhan anak,
f. Sistem Respirasi : Irama teratur, ronchi basah (+)
VIII. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya :
Keluarga Tn. N ingin anaknya segera sembuh
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :
Keluarga Tn. N mengharapkan agar petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila
keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
Kediri, .............................................
30
ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1.
2.
DS :
- Ny. w mengatakan bahwa
An. A sekarang ini sedang
batuk dan pilek sudah 5 hari.
Sudah dibelikan obat di
apotik dan diminumkan tetapi
belum sembuh
DO :
- An. A batuk dan pilek
- Badan tak panas, suhu badan
36,5 ºC
- Pada pemeriksaan auskultasi paru
An.A terdengar ronchi basah
(+)
- RR 28 kali/menit
- Nadi 96 kali/menit
DS :
- Tn. N mengatakan ayah dan
ibunya An.R menderita TBC
bahkan ayahnya meninggal
karena menderita TBC.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas An.
A pada keluarga Tn. N
Resiko terjadinya
penyakit TBC An. A
pada keluarga Tn. N
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
tentang penyakit ISPA
Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan yang
mendukung kesehatan
31
- Tn N mengatakan
tetangganya belakang rumah
(Ny.R) menderita TBC.
DO:
- Memasak dengan kayu bakar
dan asapnya masuk ke rumah
- Tiap kamar mempunyai
jendela tetapi tidak dibuka
sehingga siang hari ruangan
tampak gelap.
- Imunisasi anak-anak Tn.N
tidak lengkap
- BB An.A 14 kg (kurang ideal
untuk umur 4 tahun)
- Komposisi makanan keluarga
Tn.N seadanya, makan 3
kali/hari,kadang 2x/hari.
32
PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A pada keluarga Tn N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal tentang
penyakit ISPA
2. Resiko terjadinya penyakit TBC An. A pada keluarga Tn. N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan.
33
PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No
Diagno
sa Kep
Kriteria Skor Bobot Nilai
Total
Pembenaran
1. Sifat masalah :Skala : Tidak/ kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
321
1 3/3 x 1= 1
An. A sudah 5 hari sakit
batuk dan pilek atau tidak
sehat dan memerlukan
tindakan mencegah
komplikasi
Kemungkinan masalah dapat diubah :Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat
210
2 2/2 x 2 = 2
Pengetahuan sumber daya
dan fasilitas kesehatan
tersedia dan dapat
dijangkau/dimanfaatkan
Potensial masalah untuk dicegah :Skala : Tinggi Cukup Rendah
321
1 3/3 x 1 = 1
ISPA adalah penyakit yang
dapat dicegah dan diobati bila
keluarga mengetahui
Menonjolnya masalah :Skala : Masalah berat, harus segera ditanganiAda masalah, tetapi tidak perlu ditanganiMasalah tidak dirasakan
2
10
10/2 x 1 = 0
-
TOTAL SKOR 4
34
PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No
Diagn
osa
Kep
Kriteria Skor Bobot Nilai
Total
Pembenaran
2. Sifat masalah :Skala : Tidak/ kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
321
1 2/3 x 1
= 2/3
Merupakan ancaman kesehatan
karena bila tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya penyakit
Kemungkinan masalah dapat diubah :Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat
210
2 1/2 x 2
= 1
Dapat dicegah dengan pengetahuan
yang cukup dan pola hidup yang
sehat
Potensial masalah untuk dicegah :Skala : Tinggi Cukup Rendah
321
1 2/3 x 1
= 2/3
Dapat dicegah dengan pengetahuan
yang cukup dan pola hidup yang
sehat
Menonjolnya masalah :Skala : Masalah berat, harus segera ditanganiAda masalah, tetapi tidak perlu ditanganiMasalah tidak dirasakan
2
10
1 0/2 x 1
= 0
-
TOTAL SKOR 3 1/3
35
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A
pada keluarga Tn N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal tentang
penyakit ISPA
4
2. Resiko terjadinya penyakit TBC An. A pada
keluarga Tn. N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan.
3 1/3
36
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DX Keperawatan : ITujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi Rasional
Tujuan
Umum :
Setelah
dilakukan
kunjungan
2 kali
dalam
seminggu ,
ISPA yang
diderita
An. A
sembuh
dan jalan
nafas
kembali
lancar.
Tujuan
Khusus :
1. Setelah
dilaksan
akan
tindaka
n
kepera
watan
selama
2 x 15
mnt Tn.
N dapat
Kognitif
Kognitif
Keluarga mampu
menyebutkan pengertian,
pemyebab dan gejala
Keluarga mampu
mengetahui tentang
penyakit ISPA
o Gali pengetahuan
tentang ISPA
o Beri penyuluhan
kepada keluarga
tentang penyakit
ISPA dengan
menggunakan
media leaflet.
o Agar keluarga
mengetahui dan
memahami
tentang
pengertian,
penyabab dan
gejala ISPA.
o Agar keluarga
lebih aktif dalam
memahami
tentang penyakit
ISPA
37
mengen
al
masalah
kesehat
an
dengan
menjela
skan
masalah
kesehat
an
2. Setelah
penyulu
han 1 x
15 mnt
keluarg
a dapat
menga
mbil
keputus
an
dengan
tindaka
n yang
cepat.
3. Setelah
tindaka
n 1 x 15
mnt
keluarg
a Tn. N
Kognitif
Psikomo
tor
Keluarga mampu
mengetahui tentang
pencegahan ISPA
Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara
pembuatan obat
tradisional
Cara membuat obat
tradisional batuk dan
pilek (Jeruk-Kecap):
o Siapkan baki dan
pengalas
o Potong jeruk nipis,
kemudian jeruk
diperas dan ainya
disaring.
o Ambil kecap
sebanyak 1 sendok
makan, kemudian
dituang kedalam
gelas.
o Diskusikan
bersama keluarga
tentang
pencegahan ISPA
.
o Demonstrasikan
cara pembuatan
obat tradisional.
o Agar keluarga
mengerti
bagaimana cara
mencegah
penyakit ISPA
o Agar keluarga
mengetahui
bagaimana cara
pembuatan obat
tradisional
38
dapat
merawa
t
Anggot
a
keluarg
a yang
sakit
ISPA.
o Ambil 1 sendok
makan air jeruk nipis,
kemudian tuangkan
kedalam gelas berisi
kecap.
o Aduk hingga merata
o Berikan pada anak
untuk diminum
39
Dx Keperawatan : II
Tujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi RasionalTujuan
Umum :
Setelah
dilakuka
n
tindakan
kunjung
an 2x30
menit
diharapk
an :
keluarga
dapat
mengen
dalikan resiko/ko
mplikasi
dari TBC
tidak
terjadi.
Tujuan
Khusus
:
Setelah
penyuluh
an 1 x 15
menit :
1. Kelua
Kognitif
Kognitif
Keluarga mampu
menyebutkan pengertian,
penyebab dan gejala TBC
keluarga mampu
mengetahui tentang
penyakit TBC
o Gali pengetahuan
tentang TBC
o Berikan
penyuluhan
kepada keluarga
tentang penyakit
TBC dengan
menggunakan
media leaflet
o Agar keluarga
mengetahui dan
memahami
tentang
pengertian,
penyabab dan
gejala TBC.
o Agar keluarga
lebih aktif dalam
memahami
tentang penyakit
TBC
40
rga
meng
enal
tanda-
tanda
TBC
2. Cara
penul
aran
TBC
dan
pence
gahan
TBC
41
BAB IV
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi
dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena
pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan
tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader
kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan
angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis
yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik)
dan pengelolaannya.Sampai saat ini belum ada obat yang khusus
antivirus.Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara
rasional.Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan
mengambil material pemeriksaan yang tepat,kemudian dilakukan
pemeriksaan mikrobiologik, barusetelah itu diberikan antimikroba yang
sesuai.
2.4 Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena
pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya
dapat diprioritaskan.Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang
penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
42
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA
yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :
Sagung Seto
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta 1999.
Ali, Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Riset, Teori &
Praktik. Jakarta: EGC
R. Jhouson & Leni R. 2010. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan Penanggulangannya.
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-
rasmaliah9.pdf]. Diakses tanggal 18 November 2014.
Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Pernafasan
Akibat Infeksi. Jakarta Timur : CV. Trans Indo Media.
43