49
ASKEP OSTEOMIELITIS Posted by nurse87 on 9 Mei 2012 Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Medikal Bedah. Tinggalkan Sebuah Komentar 1. A. Konsep Dasar Medis 2. 1. Definisi Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut : - Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang- tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995). - Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990). - Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997) - Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang- tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Klasifikasi Osteomielitis

ASKEP OSTEOMIELISIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP OSTEOMIELISIS

ASKEP OSTEOMIELITISPosted by nurse87 on 9 Mei 2012Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Medikal Bedah. Tinggalkan Sebuah Komentar

1. A.      Konsep Dasar Medis

2. 1.        Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,

tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di

sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan

mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,

suddarth. (2001).  Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai

berkut :

-          Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae

(Depkes RI, 1995).

-          Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

-          Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

staphylococcus (Henderson, 1997)

-          Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,

infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

 

Klasifikasi Osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

Page 2: ASKEP OSTEOMIELISIS

1.      Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat

lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2.      Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan

sebagainya.

 

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1.      Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang

dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis

hematogen)

Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a.        Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut

biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini

biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah

yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local

serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut

mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

 

b.        Osteomielitis direk

Page 3: ASKEP OSTEOMIELISIS

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau

pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri

yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah

prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan

melibatkan banyak jenis organisme.

 

2.      Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul.

 

3.      Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak

penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang

dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),

misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

1.      Staphylococcus (orang dewasa)

2.      Streplococcus (anak-anak)

3.      Pneumococcus dan Gonococcus

 

1. 2.        Etiologi

2. 3.        Patofisiologi

Page 4: ASKEP OSTEOMIELISIS

1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh

streptococcus hemolitikus.

2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain

seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.

3. Proses spesifik (M.Tuberculosa)

4. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)

1. Proses penyakit

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,

Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi

penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah

pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1)

dan sering berhubngan dengan  penumpukan hematoma atau infeksi superficial.

Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.

Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi

2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu

dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada

pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang

sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian

berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke

jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,

kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar

spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.

Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan

mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat

mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi

pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun

tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap

rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan

osteomielitis tipe kronik.

 

1. 4.        Manifestasi klinis

Page 5: ASKEP OSTEOMIELISIS

1. Fase akut         

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak

dapat menggerakan anggota tubuh.

b.  Fase kronik      

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang

selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan

pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya

asupan darah.

1. 5.        Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah

            Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap

darah

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

            Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti

dengan uji   sensitivitas

3. Pemeriksaan feses

            Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri             salmonella

4. Pemeriksaan biopsy tulang

            Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk   

serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultra sound

Page 6: ASKEP OSTEOMIELISIS

            Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.

Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan

tulang dan pembentukan tulang yang baru.

 

            Pemeriksaan tambahan :

1. Bone scan        : dapat dilakukan pada minggu pertama

2. MRI    : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka

kemungkinan besar adalah osteomielitis.

 

1. 6.        Penatalaksanaan medis

1. Terapi

Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap

mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu

terapi antibiotic yang tepat.

Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan

sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal,

debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan.

Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen]

+ cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala

klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau

kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan

dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.

Page 7: ASKEP OSTEOMIELISIS

Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati

dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk

digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan

antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus,

osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa

lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan

kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter

hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.

Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative

sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada

fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal,

keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat

dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak

menyediakan pengobatan

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan

mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit

beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan

swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih

antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,

dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi

sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke

daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus

menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang

terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang

diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah

terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk

meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Page 8: ASKEP OSTEOMIELISIS

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena

harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu

diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.

Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat

mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk

memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua

tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan

yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon

agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat

dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat

diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping

dengan pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang

penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang

berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya

namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan

asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan

tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk

menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian

memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong

eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Pemberian antibiotic dapat dilakukan :

1. Melalui oral (mulut)

2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian

diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka

perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang

terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara

kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga

nilai laju endap darah (LED) normal.

Page 9: ASKEP OSTEOMIELISIS

 

1. 7.        Komplikasi

1. Dini :

1)        Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

2)        Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya

sembuh

3)        Atritis septik

2. Lanjut :

1)        Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi

tubuh yang terkena

2)        Fraktur patologis

3)        Kontraktur sendi

4)        Gangguan pertumbuhan

 

1. B.       Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

            Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:

Page 10: ASKEP OSTEOMIELISIS

a)         Identifikasi klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,

pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b)        Riwayat keperawatan

1)    Riwayat kesehatan masa lalu

Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri

pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.

Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.

2)    Riwayat kesehatan sekarang

                        Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.

3)    Riwayat kesehatan keluarga

                        Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.

4)    Riwayat psikososial

                        Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

5)    Kebiasaan sehari-hari

a)   Pola nutrisi      : anoreksia, mual, muntah.

b)   Pola eliminasi  : adakah retensi urin dan konstipasi.

c)   Pola aktivitas   : pola kebiasaan

 

6)    Pemeriksaan fisik

Page 11: ASKEP OSTEOMIELISIS

a)             Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya

pus dari sinus disertai nyeri.

b)            Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka

panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

c)             Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada

osteomielitis akut)

d)            Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan

purulen.

e)             Identisikasi peningkatan suhu tubuh

f)             Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di

palpasi.

 

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia

dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.

            Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E.

Doengoes : hal ) :

a)         Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

b)        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c)         Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.

d)        Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses

tulang, kerusakan kulit

Page 12: ASKEP OSTEOMIELISIS

3. Rencana Keperawatan

1. a.         Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan

ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi

            Kriteria hasil :

Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian

yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36ºC-

37ºC) dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi :

1)      Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

2)      Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri

3)      Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami

nyeri

4)      Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik,

termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda

vital dan emosi atau perilaku.

5)      Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada

tulang.

6)      Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif

7)      Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan

posisi.

Page 13: ASKEP OSTEOMIELISIS

8)      Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan

napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.

9)      Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau

buruk tidak hilang dengan analgesik.

10)  Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.

11)  Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :

12)  Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.

13)  Awasi analgesic yang diberikan.

 

1. b.         Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien

mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya

Kriteria hasil :

Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional,

meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.

Intervensi :

1)      Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan

persepsi pasien terhadap mobilisasi

2)      Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)

Page 14: ASKEP OSTEOMIELISIS

3)      Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan

pusing

4)      Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara

periodic

5)      Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin

6)      Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin

7)      Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis

8)      Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi

 

1. c.         Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi

kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah

kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Intervensi :

1)      Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan

warna kulit

2)      Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan

3)      Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi

Page 15: ASKEP OSTEOMIELISIS

4)      Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau

bedak dengan jumlah sedikit berat

5)      Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan

dukung bantal setelah pemasangan

6)      Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah

beban atau gips.

1. d.         Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan

penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang

berkelanjutan.

Kriteria hasil :

Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga

tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan

Intervensi :

1)      Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas

2)      Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya

edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap

3)      Berikan perawatan luka

4)      Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau

drainase yang tidak enak atau asam

5)      Kaji tonus otot, reflek tendon

Page 16: ASKEP OSTEOMIELISIS

6)      Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna

ekstermitas cedera

Kolaborasi :

7)      Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter

8)      Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

 

J.      Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan

berhasil di capai.

Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :

1.      Proses ( sumatif )

Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi

dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.

2.      Hasil ( formatif )

fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan

keperawatan.

Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :

a.       Mengalami peredaan nyeri

1)      Melaporkan berkurangnya nyeri

2)      Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi

Page 17: ASKEP OSTEOMIELISIS

3)      Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak

b.      Peningkatan mobilitas fisik

1)      Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri

2)      Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat

3)      Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

c.       Tidak terjadi perluasan infeksi

1)      Memakai antibiotic sesuai resep

2)      Suhu badan normal

3)      Tidak ada pembengkakan

4)      Tidak ada pus

5)      Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal

d.      Integritas kulit membaik

1)      Menyatakan kenyamanan

2)      Mempertahankan intergritas kulit

3)      Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal

e.       Mematuhi rencana terapeutik

1)      Memakai antibiotic sesuai resep

2)      Melindungi tulang yang lemah

Page 18: ASKEP OSTEOMIELISIS

3)      Melakukan perawatan luka yang benar

4)      Melaporkan bila ada masalah segera

 

About these ads

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan

lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling

jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan

mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di

tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas).

Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat

trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak

jelas).

Page 19: ASKEP OSTEOMIELISIS

Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus

dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya

: fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,

lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita

artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid

jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang

mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,

mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau

dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia

bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi

laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi Osteomielitis

2. Mengetahui klasifikasi Osteomielitis

3. Mengetahui etilologi Osteomielitis

4. Mengetahui patofisiologi Osteomielitis

5. Mengetahui manifestasi klinis Osteomielitis

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Osteomielitis

7. Mengetahui penatalaksanaan Osteomielitis

8. Mengetahui komplikasi Osteomielitis

9. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Osteomielitis

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan dengan Osteomielitis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Page 20: ASKEP OSTEOMIELISIS

1. Tenaga keperawatan

Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan

Osteomielitis.

2. Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,

tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di

sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan

mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,

suddarth. (2001).

2.2 Klasifikasi

a. Berdasarkan cara penyebarannya, yaitu:

1) Osteomielitis primer, yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme

berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2) Osteomielitis sekunder, yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat

dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

b. Berdasarkan lama infeksi, yaitu:

1) Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama

atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-

anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam

darah. (osteomielitis hematogen).

2) Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi

pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

3) Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak

infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis

biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma

(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Page 21: ASKEP OSTEOMIELISIS

2.3 Etiologi

1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) dan jarang oleh streptococcus

hemolitikus.

2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang

lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3

cara:

a) Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi

biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang

belakang (pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap

infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong

logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau

patah tulang lainnya.

b) Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama

pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke

tulang di dekatnya.

c) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari

atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan

karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh

jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang

atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

2.4 Patofisiologi

Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan

Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram

negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama

(akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau

infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan

Page 22: ASKEP OSTEOMIELISIS

setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas

dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat

tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan

dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi

dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus

dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya

terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan

tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat

mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi

pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun

tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap

rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis

tipe kronik.

2.5 Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan

manifestasi klinis septikemia (misalnya, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan

malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.

Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai

periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan

sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin

memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi

langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan

nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari

sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran

pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan

darah.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.

Page 23: ASKEP OSTEOMIELISIS

2) Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji

sensitivitas.

3) Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri

salmonella.

4) Pemeriksaan biopsy tulang

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk

serangkaian tes.

5) Pemeriksaan ultra sound

Merupakan pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6) Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.

Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan

tulang dan pembentukan tulang yang baru.

7) Pemeriksaan tambahan, yaitu:

a. Bone scan, dapat dilakukan pada minggu pertama.

b. MRI, dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka

kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.7 Penatalaksanaan

1) Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri

2) Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah

3) Istirahat local dengan bidai atau traksi

4) Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab

5) Drainase bedah

2.8 Komplikasi

1) Komplikasi dini

a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya

sembuh

c. Atritis septik

2) Komplikasi lanjut

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh

Page 24: ASKEP OSTEOMIELISIS

yang terkena

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

OSTEOMIELITIS

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:

a) Identifikasi klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,

pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b) Riwayat keperawatan

- Riwayat kesehatan masa lalu

Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri

pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.

Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.

- Riwayat kesehatan sekarang: apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan

demam.

- Riwayat kesehatan keluarga: adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.

- Riwayat psikososial: adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

c) Data dasar pengkajian

1. Aktivitas dan istirahat.

Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.

2. Sirkulasi

Tanda : - Hipertensi, (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau

hipotensi.

- Takhikardia, (respon stres, hipovolemia).

- Penurunan / tak ada pada nadi bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler lambat, pucat

pad abagian yang terkena.

- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.

3. Neorosensori.

Page 25: ASKEP OSTEOMIELISIS

Gejala : - Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.

- Kebas / kesemutan (parastesis).

Tanda : - Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi

berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.

- Agitasi, (mungkin berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain).

4. Nyeri / kenyamanan.

Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pada area jaringan /

kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.

- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).

5. Keamanan.

Tanda : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.

- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

d) Pemeriksaan fisik

1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus

dari sinus disertai nyeri.

2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka

panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis

akut)

4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.

5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh

6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan

pengobatan.

5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

7) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

Page 26: ASKEP OSTEOMIELISIS

3.3 Intervensi

No DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan pembengksksn

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang, pasien dapat tenang dan

keadaan umum cukup baik

Kriteria Hasil:

• Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

• Klien tidak menyeringai kesakitan

• TTV dalam batasan normal

• Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)

• Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat

1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala

2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

5. Anjurkan istirahat selama fase akut

6. Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi

7. Berikan situasi lingkungan yang kondusif

8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan 1. Nyeri insisi bermakna pada

pasca operasi awal diperberat oleh gerakan

2. Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan

tegangan otot

3. Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan

penghilangan nyeri

4. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk

mengurangi nyeri

5. Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan

Page 27: ASKEP OSTEOMIELISIS

6. Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan

kemampuan koping

7. Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan

koping)

8. Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang.

Kriteria Hasil:

• Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

• Mempertahankan posisi fungsional

• Meningkatkan / fungsi yang sakit

• Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak

pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit

3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

5. Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri

bantuan sesuai kebutuhan

6. Ubah posisi secara periodik

7. Fisioterapi / aoakulasi terapi

1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang

2. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

3. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien

4. Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan

5. Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi

Page 28: ASKEP OSTEOMIELISIS

6. Mengurangi gangguan mobilitas fisik

7. Mengurangi gangguan mobilitas fisik

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien daoat mendemonstrasikan bebas dari

hipertermia.

Kriteria Hasil:

• Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

• Suhu tubuh normal

• Tidak mual 1. Pantau TTV:

- Suhu tubuh setiap 2 jam

- Warna kulit

- TD, nadi dan pernapasan

- Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit

2. Lepaskan pakaian yang berlebihan

3. Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

4. Motivasi asupan cairan

5. Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran 1. Memberikan dasar untuk mengetahui

kondisi pasien.

2. Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat

memberikan rasa nyaman pada pasien

3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan

kenyaman pasien.

4. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat

kenyamanan pasien.

5. Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan

pengobatan.

Page 29: ASKEP OSTEOMIELISIS

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya

ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan.

Kriteria Hasil:

• Ekspresi wajah relaks

• Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang

1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien

2. Kaji patologi masalah individu.

3. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-

tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.

4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

5. Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran 1. Mengorientasi program pengobatan.

Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol

2. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar

untuk pemahaman kondisi dinamik

3. Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah /

menurunkan potensial komplikasi.

4. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah

kekambuhan.rapeutik.

5. Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur pasien kembali normal

Kriteria Hasil:

• Jumlah jam tidur tidak terganggu

• Insomnia berkurang

• Adanya kepuasan tidur

• Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi

Page 30: ASKEP OSTEOMIELISIS

2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan

guling

3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru

4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan

malam hari

5. Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas

beberapa jam sebelum tidur

6. Instruksikan tindakan relaksasi

7. Kurangi kebisingan dan lampu

8. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin

9. Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi

1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat

2. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis

3. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas

dapat berkurang

4. Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda

pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun

5. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur

malam hari

6. Membantu menginduksi tidur

7. Memberikan situasi kondusif untuk tidur

8. Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu

merubah posisi

9. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi

dari rumah ke lingkungan baru

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan peningkatan toleransi

terhadap aktifitas.

Page 31: ASKEP OSTEOMIELISIS

Kriteria Hasil:

• Menurunnya keluhan terhadap kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.

• Berkurangnya nyeri 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan

oksigen

2. Anjurkan program hemat energi

3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

4. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas

5. Berikan kompres air hangat

6. Beri waktu istirahat yang cukup 1. Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan

vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung

2. Mencegah penggunaan energi berlebihsn

3. Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang

memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan

4. Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat

5. Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri

6. Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang

dialami.

Kriteria Hasil:

Mencapai waktu penyembuhan

1. Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan

air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.

2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,

gelisah, peka, disorientasi.

Page 32: ASKEP OSTEOMIELISIS

4. Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan

pengeringan kulit sepanjang waktu

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

7. Berikan antibiotic sesuai indikasi

1. Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.

2. Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung

kemih.

3. Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic

sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi.

4. Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan

dengan eritema, drainase purulen.

5. Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan

bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.

6. Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan

resiko infeksi.

7. Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi

pada prostatektomi.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,

tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di

sekeliling jaringan tulang mati).

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di

tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).

Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat

trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak

Page 33: ASKEP OSTEOMIELISIS

jelas).

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan

manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise

umum).

Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan

infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan

perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden

osteomielitis pascaoperasi.

4.2 Saran

4.2.1 Tenaga Keperawatan

Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan

osteomielitis.

4.2.2 Mahasiswa

Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang

asuhan keperawatan pada pasien pada pasien dengan osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta

: EGC

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. Jakarta : EGC

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi. 4.

Jakarta : EGC

Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Share this:

Twitter

Page 35: ASKEP OSTEOMIELISIS

Arthritis Rheumatoid JuvenilRatings: 0|Reads: 1,456|Likes: 11

Published by Jody Hernanto

 

 2

BAB IIANATOMI FISIOLOGI SENDI

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang, dimana pertemuantersebut memungkinkan terjadinya gerakan pada manusia. Sendi dapat dibagi menjaditiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulangdihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitusutura dan sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus olehkartilago hialin, disokong oleh ligamen, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadisubtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan (3) sendi sinovial.

1

 

Gambar 2.1 Anatomi sendi synovialSumber :http://www.orthspec.com/knee_anatomy.htm 

Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakan, memilikirongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendimembungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat

Page 36: ASKEP OSTEOMIELISIS

 

 3

sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asamhialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagirawan sendi.

1,2

Jenis sendi sinovial : (1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ; (2)Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ; (3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd& add; rotasi biaxial ; (4) Trochoid : rotasi, mono aksis ; (5) Elipsoid : fleksi,ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis sendi yang dilumasicairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang.

 

 4

BAB IIIARTRITIS RHEUMATOID JUVENIL

3.1 DEFINISI

Page 37: ASKEP OSTEOMIELISIS

JRA adalah penyakit atau kelompok penyakit yang ditandai dengansinovitis kronis dan disertai dengan sejumlah manifestasi ekstra-artikuler.JRA adalah salah satu penyakit Reumatoid yang paling sering pada anak, danmerupakan kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandaidengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertaidengan pembengkakan dan efusi sendi.

2,3

Gambar 3.1 Gambaran Sendi pada ARJSumber :http://www.ehow.com/about_4613621_who-discovered-rheumatoid-arthritis.html 

You're Reading a Free Preview Pages 4 to 31 are not shown in this preview.

Page 38: ASKEP OSTEOMIELISIS

Read the Full Version

Activity (9)

Filters

Review Add note Like Embed

1 hundred reads|about 1 year ago

1 thousand reads|8 months ago

Nisa Shufrotun liked this|2 months ago

Dhani Hs liked this|3 months ago

Ramadhan Akmal liked this|6 months ago

Pinkan Mouren Manorek liked this|9 months ago

Fauziah Usman liked this|10 months ago

Rima Zusri Valori liked this|about 1 year ago

Page 41: ASKEP OSTEOMIELISIS

Download and print this document

Read offline in your PDF viewer Edit this document in Adobe Acrobat, Microsoft Word, Notepad Keep a copy in case this version is deleted from Scribd Read and print without ads Email the file

Choose a format to download in.

.PDF .DOCX .TXT

Download

Recommended

Askep Artritis Reumatoid

Fernando R. A. Hengkelare

Juvenile Rheumatoid Arthritis 1

Detri Adnan Kashogi

Artritis Reumatoid Juvenil-print

arhaza

ARJ

Sari Haryati

Page 42: ASKEP OSTEOMIELISIS

Previous|NextPage 1 of 3

Download and print this document

Read offline in your PDF viewer Edit this document in Adobe Acrobat, Microsoft Word, Notepad Keep a copy in case this version is deleted from Scribd Read and print without ads Email the file

Choose a format to download in.

.PDF .DOCX .TXT

Download

About

About Scribd Team Blog Join our team! Contact Us

Subscriptions

Subscribe today

Advertise with us

Get started AdChoices

Support

Help FAQ Press

Partners

Developers / API