Upload
eka-sasmita
View
43
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP OSTEOMIELITISPosted by nurse87 on 9 Mei 2012Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Medikal Bedah. Tinggalkan Sebuah Komentar
1. A. Konsep Dasar Medis
2. 1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,
suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai
berkut :
- Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
(Depkes RI, 1995).
- Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
- Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
- Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat
lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen)
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini
biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah
yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local
serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut
mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri
yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah
prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus
1. 2. Etiologi
2. 3. Patofisiologi
1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain
seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.
3. Proses spesifik (M.Tuberculosa)
4. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)
1. Proses penyakit
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1)
dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi
2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu
dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,
kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar
spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
1. 4. Manifestasi klinis
1. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak
dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang
selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya
asupan darah.
1. 5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap
darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan
tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
1. 6. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap
mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu
terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan
sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal,
debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan.
Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen]
+ cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala
klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau
kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan
dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati
dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk
digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan
antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus,
osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa
lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan
kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter
hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative
sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada
fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal,
keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat
dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak
menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan
swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi
sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke
daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus
menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah
terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk
meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua
tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan
yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon
agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya
namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan
asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan
tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong
eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian
diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga
nilai laju endap darah (LED) normal.
1. 7. Komplikasi
1. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3) Atritis septik
2. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
1. B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
c) Pola aktivitas : pola kebiasaan
6) Pemeriksaan fisik
a) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya
pus dari sinus disertai nyeri.
b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
e) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia
dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E.
Doengoes : hal ) :
a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c) Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
d) Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang, kerusakan kulit
3. Rencana Keperawatan
1. a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan
ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian
yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36ºC-
37ºC) dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi :
1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
2) Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
3) Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami
nyeri
4) Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik,
termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda
vital dan emosi atau perilaku.
5) Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada
tulang.
6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7) Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan
posisi.
8) Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.
9) Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau
buruk tidak hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.
1. b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien
mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional,
meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.
Intervensi :
1) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap mobilisasi
2) Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)
3) Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan
pusing
4) Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara
periodic
5) Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
6) Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin
7) Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
8) Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
1. c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi
kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah
kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan
warna kulit
2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi
4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau
bedak dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan
dukung bantal setelah pemasangan
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah
beban atau gips.
1. d. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan
penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang
berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga
tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan
Intervensi :
1) Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2) Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya
edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3) Berikan perawatan luka
4) Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau
drainase yang tidak enak atau asam
5) Kaji tonus otot, reflek tendon
6) Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna
ekstermitas cedera
Kolaborasi :
7) Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
8) Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
J. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan
berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
1. Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif )
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :
a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
c. Tidak terjadi perluasan infeksi
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit membaik
1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
e. Mematuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
About these ads
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di
tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya
: fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid
jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang
mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau
dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia
bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi
laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Osteomielitis
2. Mengetahui klasifikasi Osteomielitis
3. Mengetahui etilologi Osteomielitis
4. Mengetahui patofisiologi Osteomielitis
5. Mengetahui manifestasi klinis Osteomielitis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Osteomielitis
7. Mengetahui penatalaksanaan Osteomielitis
8. Mengetahui komplikasi Osteomielitis
9. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Osteomielitis
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan dengan Osteomielitis.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Tenaga keperawatan
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan
Osteomielitis.
2. Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner,
suddarth. (2001).
2.2 Klasifikasi
a. Berdasarkan cara penyebarannya, yaitu:
1) Osteomielitis primer, yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2) Osteomielitis sekunder, yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
b. Berdasarkan lama infeksi, yaitu:
1) Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah. (osteomielitis hematogen).
2) Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3) Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
2.3 Etiologi
1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) dan jarang oleh streptococcus
hemolitikus.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang
lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3
cara:
a) Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong
logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau
patah tulang lainnya.
b) Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke
tulang di dekatnya.
c) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari
atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang
atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
2.4 Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan
Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram
negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis
tipe kronik.
2.5 Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (misalnya, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.
Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan
sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan
nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan
darah.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.
2) Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas.
3) Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella.
4) Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5) Pemeriksaan ultra sound
Merupakan pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan
tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7) Pemeriksaan tambahan, yaitu:
a. Bone scan, dapat dilakukan pada minggu pertama.
b. MRI, dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
2.7 Penatalaksanaan
1) Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2) Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3) Istirahat local dengan bidai atau traksi
4) Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5) Drainase bedah
2.8 Komplikasi
1) Komplikasi dini
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
c. Atritis septik
2) Komplikasi lanjut
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh
yang terkena
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
OSTEOMIELITIS
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat keperawatan
- Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
- Riwayat kesehatan sekarang: apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan
demam.
- Riwayat kesehatan keluarga: adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
- Riwayat psikososial: adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
c) Data dasar pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat.
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2. Sirkulasi
Tanda : - Hipertensi, (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi.
- Takhikardia, (respon stres, hipovolemia).
- Penurunan / tak ada pada nadi bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler lambat, pucat
pad abagian yang terkena.
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3. Neorosensori.
Gejala : - Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
- Kebas / kesemutan (parastesis).
Tanda : - Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.
- Agitasi, (mungkin berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain).
4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pada area jaringan /
kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.
- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
5. Keamanan.
Tanda : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
d) Pemeriksaan fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis
akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
7) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
3.3 Intervensi
No DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan pembengksksn
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang, pasien dapat tenang dan
keadaan umum cukup baik
Kriteria Hasil:
• Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
• Klien tidak menyeringai kesakitan
• TTV dalam batasan normal
• Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)
• Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala
2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
5. Anjurkan istirahat selama fase akut
6. Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi
7. Berikan situasi lingkungan yang kondusif
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan 1. Nyeri insisi bermakna pada
pasca operasi awal diperberat oleh gerakan
2. Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan
tegangan otot
3. Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan
penghilangan nyeri
4. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
5. Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
6. Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan
kemampuan koping
7. Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan
koping)
8. Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
• Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
• Mempertahankan posisi fungsional
• Meningkatkan / fungsi yang sakit
• Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak
pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
5. Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan
6. Ubah posisi secara periodik
7. Fisioterapi / aoakulasi terapi
1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
2. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
4. Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan
5. Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi
6. Mengurangi gangguan mobilitas fisik
7. Mengurangi gangguan mobilitas fisik
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien daoat mendemonstrasikan bebas dari
hipertermia.
Kriteria Hasil:
• Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut
• Suhu tubuh normal
• Tidak mual 1. Pantau TTV:
- Suhu tubuh setiap 2 jam
- Warna kulit
- TD, nadi dan pernapasan
- Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit
2. Lepaskan pakaian yang berlebihan
3. Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.
4. Motivasi asupan cairan
5. Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran 1. Memberikan dasar untuk mengetahui
kondisi pasien.
2. Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat
memberikan rasa nyaman pada pasien
3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan
kenyaman pasien.
4. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien.
5. Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya
ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan.
Kriteria Hasil:
• Ekspresi wajah relaks
• Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
2. Kaji patologi masalah individu.
3. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-
tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
5. Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran 1. Mengorientasi program pengobatan.
Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
2. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar
untuk pemahaman kondisi dinamik
3. Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah /
menurunkan potensial komplikasi.
4. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah
kekambuhan.rapeutik.
5. Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur pasien kembali normal
Kriteria Hasil:
• Jumlah jam tidur tidak terganggu
• Insomnia berkurang
• Adanya kepuasan tidur
• Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi
2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan
guling
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan
malam hari
5. Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas
beberapa jam sebelum tidur
6. Instruksikan tindakan relaksasi
7. Kurangi kebisingan dan lampu
8. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin
9. Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi
1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis
3. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas
dapat berkurang
4. Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda
pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun
5. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur
malam hari
6. Membantu menginduksi tidur
7. Memberikan situasi kondusif untuk tidur
8. Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu
merubah posisi
9. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi
dari rumah ke lingkungan baru
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktifitas.
Kriteria Hasil:
• Menurunnya keluhan terhadap kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.
• Berkurangnya nyeri 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
2. Anjurkan program hemat energi
3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
4. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas
5. Berikan kompres air hangat
6. Beri waktu istirahat yang cukup 1. Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan
vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung
2. Mencegah penggunaan energi berlebihsn
3. Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang
memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
4. Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat
5. Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
6. Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan
7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang
dialami.
Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
1. Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan
air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.
2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.
3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,
gelisah, peka, disorientasi.
4. Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.
5. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan
pengeringan kulit sepanjang waktu
6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi
7. Berikan antibiotic sesuai indikasi
1. Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.
2. Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung
kemih.
3. Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic
sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi.
4. Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan
dengan eritema, drainase purulen.
5. Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan
bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.
6. Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan
resiko infeksi.
7. Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi
pada prostatektomi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan
perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden
osteomielitis pascaoperasi.
4.2 Saran
4.2.1 Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
osteomielitis.
4.2.2 Mahasiswa
Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien pada pasien dengan osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta
: EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi. 4.
Jakarta : EGC
Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Share this:
Browse
OF 31
Download
1
Arthritis Rheumatoid JuvenilRatings: 0|Reads: 1,456|Likes: 11
Published by Jody Hernanto
2
BAB IIANATOMI FISIOLOGI SENDI
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang, dimana pertemuantersebut memungkinkan terjadinya gerakan pada manusia. Sendi dapat dibagi menjaditiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulangdihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitusutura dan sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus olehkartilago hialin, disokong oleh ligamen, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadisubtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan (3) sendi sinovial.
1
Gambar 2.1 Anatomi sendi synovialSumber :http://www.orthspec.com/knee_anatomy.htm
Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakan, memilikirongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendimembungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
3
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asamhialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagirawan sendi.
1,2
Jenis sendi sinovial : (1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ; (2)Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ; (3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd& add; rotasi biaxial ; (4) Trochoid : rotasi, mono aksis ; (5) Elipsoid : fleksi,ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis sendi yang dilumasicairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang.
4
BAB IIIARTRITIS RHEUMATOID JUVENIL
3.1 DEFINISI
JRA adalah penyakit atau kelompok penyakit yang ditandai dengansinovitis kronis dan disertai dengan sejumlah manifestasi ekstra-artikuler.JRA adalah salah satu penyakit Reumatoid yang paling sering pada anak, danmerupakan kelainan yang paling sering menyebabkan kecacatan. Ditandaidengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertaidengan pembengkakan dan efusi sendi.
2,3
Gambar 3.1 Gambaran Sendi pada ARJSumber :http://www.ehow.com/about_4613621_who-discovered-rheumatoid-arthritis.html
You're Reading a Free Preview Pages 4 to 31 are not shown in this preview.
Read the Full Version
Activity (9)
Filters
Review Add note Like Embed
1 hundred reads|about 1 year ago
1 thousand reads|8 months ago
Nisa Shufrotun liked this|2 months ago
Dhani Hs liked this|3 months ago
Ramadhan Akmal liked this|6 months ago
Pinkan Mouren Manorek liked this|9 months ago
Fauziah Usman liked this|10 months ago
Rima Zusri Valori liked this|about 1 year ago
Adi Sucipto liked this|about 1 year ago
Recommended
Askep Artritis Reumatoid
Fernando R. A. Hengkelare
Juvenile Rheumatoid Arthritis 1
Detri Adnan Kashogi
Artritis Reumatoid Juvenil-print
arhaza
ARJ
Sari Haryati
Arthritis Rheumatoid Juvenil
Jody Hernanto
JRA
vanessa_aji
Arthritis
Bawal Babon
Reumatoid Arthritis Kmb Refisi
Putri Haryani
makalah blok 14
calista sakura
Idiopatik trombositopenia akut
Student Rei
SLE
bayu interisti
More From This User
Arthritis Rheumatoid Juvenil
Jody Hernanto
Download and print this document
Read offline in your PDF viewer Edit this document in Adobe Acrobat, Microsoft Word, Notepad Keep a copy in case this version is deleted from Scribd Read and print without ads Email the file
Choose a format to download in.
.PDF .DOCX .TXT
Download
Recommended
Askep Artritis Reumatoid
Fernando R. A. Hengkelare
Juvenile Rheumatoid Arthritis 1
Detri Adnan Kashogi
Artritis Reumatoid Juvenil-print
arhaza
ARJ
Sari Haryati
Previous|NextPage 1 of 3
Download and print this document
Read offline in your PDF viewer Edit this document in Adobe Acrobat, Microsoft Word, Notepad Keep a copy in case this version is deleted from Scribd Read and print without ads Email the file
Choose a format to download in.
.PDF .DOCX .TXT
Download
About
About Scribd Team Blog Join our team! Contact Us
Subscriptions
Subscribe today
Advertise with us
Get started AdChoices
Support
Help FAQ Press
Partners
Developers / API
Legal
Terms Privacy Copyright
Get Scribd Mobile
Mobile Site
© Copyright 2013 Scribd Inc.Language:
English