Upload
mohazharidwiputra
View
236
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan eksplorasi
Citation preview
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh
karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia
kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta
keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika
kehidupan di laut yang saling berkesinambungan
Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian adalah tindakan
mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemu kenali sesuatu
misalnya daerah tak dikenal, sumber daya alam berupa minyak bumi (eksplorasi
minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun untuk mencari
informasi tentang sesuatu.
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif,
unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain
menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan
rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi.
Dilihat dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem yang
unik dan saling terkait, dinamis dan produktif.
Dusun Puntondo kabupaten Takalar merupakan sebuah dusun yang memiliki
keanekaragaman ekosistem pesisir yang masih baik. Ekosistem-ekosistem
tersebut antara lain : ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan ekosistem
terumbu karang yang tumbuh disekitar daerah ini. Ketiga ekosistem ini memiliki
arti penting dalam keseimbangan daerah pesisir dalam hungan timbal balik antar
ekosistem maupun manfaatnya terhadap manusia.
Praktikum Ekplorasi Sumberdaya Hayati Laut ini dilakukan untuk
mengenali segala ekosistem mangrove, lamun, karang dan ekosistem pantai
serta organisme-organisme yang hidup diperairan.
B. Tujuan Praktik
Tujuan dari praktik lapang eksplorasi sumber daya hayati laut ini yaitu :
1. Menetapkan metode dan teknik eksplorasi sumberdaya hayati laut.
2. Identifikasi organisme yang ditentukan.
3. Mengetahui keragaman biodiversity keragaman sumberdayahayati laut
dan potensi sumberdaya hayati laut.
C. Kegunaan Praktik
Adapun kegunaan dari praktik lapang ini adalah sebagai informasi dasar
tentang kondisi lingkungan pantai dan pesisir pantai. sehingga dapat dijadikan
sebagai data base untuk keperluan pengelolaan selanjutnya.
II. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat
Praktik lapang eksplorasi sumber daya hayati laut dilaksanakan pada hari
Sabtu sampai Minggu tanggal 23-24 April 2011 di Dususn Puntondo, Desa
Laikang, Kecamatan Manggarabombang, Kabupaten Takalar. Analisis sampel
dilaksanakan tanggal 5-13 Mei 2011 di Laboratorium Geomorfologi dan
Manajemen Pantai, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
B. Peta Lokasi
Gambar 10. Peta Lokasi PPLH Puntondo
A. PENGAMATAN EKOSISTEM MANGROVE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktik lapang ini adalah rol meter untuk
mengukur jarak antar stsiun yang diamati, serta untuk membuat transek garis
pada ekosistem karang yang diamati, GPS untuk mengetahui titik lokasi
pengamatan, ayakan bentos untuk menyaring sedimen agar didapatkan bentos,
transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan
ekosistem lamun, sabak dan pensil untuk mencatat hasil pengamatan, meteran
kain untuk mengukur diameter batang mangrove, dan kamera untuk
mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang dilakukan.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain alcohol 70% untuk
mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, dan kantong sampel untuk
menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium.
Prosedur Kerja
1. Pada setiap stasiun pengamatan letakkan transek garis dari darat kelaut
(tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove di daerah
intertidal) dari garis pantai kea rah laut
2. Buat plot 10x10 untu kategori pohon, anakan 5x5 dan untuk semaian 1x1
3. identifikasi jenis mangrove yang ada, kemudian hitung jumlah individu
setiap jenis, dan ukur lingkar batang pada setiap pohon mangrove pada
setinggi dada (sekitar 1,5 m) dan ukur tinggi pohon.
Pengamatan Tekstur Sedimen
a. Di lapangan
Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian
dimasukkan ke dalam kantong sampel yang selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk diamati tekstur sedimennya.
b. Di Laboratorium
Metode Ayakan Kering
Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan
persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :
Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan
pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar
matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin
jika pengeringan di udara bebas.
Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±
100 gram sebagai berat awal.
Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata
selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga
didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen
berdasarkan ukuran ayakan.
Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada
ayakan disikat dengan perlahan).
Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-
masing tiap ukuran ayakan.
Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos
Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring
dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentosdanbenthos yang
tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian
dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
Analisis Data
Data vegetasi mangrove yang diperoleh dari lapangan selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui : kerapatan Jenis i (Di), Frekuensi jenis i (Fi),
penutupan jenis i (Ci) dan nilai penting (Bengen, 2001 dan English, 1994):
a. Kerapatan Jenis i (Di) adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit
area. Kerapatan Relatif Jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah
tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n), dengan
rumus:
dimana : Di =Kerapatan jenis i (Ind/m2)
ni = Jumlah total tegakan jenis i
A = Luas total area pengambilan sampel
RDi = Kerapatan relatif jenis i (%)
∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis
b. Frekuensi Jenis i (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam plot
yang diamati. Frekuensi Relatif Jenis (RFi) adalah perbandingan antara
frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) dengan
rumus :
Di = ni / A
RDi =(ni /∑n) x 100
Fi = pi / ∑p
RFi =(Fi/∑F) x 100
dimana : Fi = Frekuensi jenis i
pi = Jumlah plot ditemukannya jenis i
∑p = Jumlah plot yang diamati
RFi = Frequensi relatif jenis i (%)
∑F = Jumlah frekuensi seluruh jenis
c. Penutupan Jenis i (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit
area. Penutupan Relatif Jenis (Rci) adalah perbandingan antara luas area
penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis
(∑C), dengan rumus :
Dimana : Ci = Penutupan jenis dalam satu unit area
A = Luas total plot (m2)
∑C =Jumlah penutupan dari semua jenis
RCi = Penutupan relatif jenis i (%)
DBH =Diameter batang pohon dari jenis i
CBH = Lingkaran pohon setinggi dada
d. Nilai Penting Jenis (INP) merupakan nilai penting suatu jenis mangrove
berkisar antara 0 sampai 300. Nilai penting ini memberikan suatu
gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan
mangrove dalam komunitas mangrove itu sendiri, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Ci = ∑ BA / A
RCi = Ci / ∑C x 100
BA = π DBH2 / 4
Dimana : RDi = Kerapatan relatif jenis
RFi = Frekuensi relatif Jenis
RCi = Penutupan relatif jenis
a) Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering dengan rumus
sebagai berikut:
b) Mengitung % berat sedimen pada metode pipet digunakan rumus sebagai
berikut:
c) Menghitung % berat komulatif digunakan rumus sebagai berikut:
B. PENGAMATAN EKOSISTEM KARANG
Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat
yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak
antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem
karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.
Transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan
% Berat = Berat Hasil AyakanBerat Awal
X 100%
% Berat = Berat Hasil pemipe tanBerat Awal
X 100%
% Kumulatif = % Berat 1 +% Berat 2 .. .. . .. + %Ni
INP= RDi + Rfi + RCi
ekosistem lamun.Kamera untuk mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang
dilakukan.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol
70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong
sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,
kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.
Prosedur kerja
1. Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
a. Menarik transek garis sepanjang 100 m
b. Mencatat posisi dan mengamati spesies karang yang ditemukan pada
tiap jarak 5 m dengan bantuan life form karang
c. Mengukur suhu dan salinitas perairan dan mengamati jenis substrat
tempat karang ditemukan (pasir, lumpur, lempung, dll)
d. Mencatat jenis organisme yang berasosiasi dengan karang
e. Mencatat daerah penutupan terumbu karang berdasarkan pengamatan
secara visual.
Pengamatan Tekstur Sedimen
a. Di lapangan
Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian
dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan di pantai
untuk memisahkan makrozoobenthosnya yang selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.
b. Di Laboratorium
Metode Ayakan Kering
Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan
persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :
Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan
pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar
matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin
jika pengeringan di udara bebas.
Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±
100 gram sebagai berat awal.
Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata
selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga
didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen
berdasarkan ukuran ayakan.
Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada
ayakan disikat dengan perlahan).
Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-
masing tiap ukuran ayakan.
Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos
Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring
dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang
tersaring di ambil selanjutnya dimasukkan kedalam kantong sampel kemudian
dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
Analisis Data
Data vegetasi terumbu karang yang diperoleh dari lapangan selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui persen penutupan karang, panjang penutupan tiap
kategori, dan panjang total transek: (Bengen, 2001 dan English, 1994):
PC =
LiLtotal
x 100 %
Dimana :
PC = Persen penutupan karang
Li = Panjang penutupan tiap kategori
Ltotal = Panjang total transek
C. PENGAMATAN EKOSISTEM LAMUN
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat
yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak
antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem
karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.
Transek kuadran digunakan ekosistem lamun. Kamera untuk mendok
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol
70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong
sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,
kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.
Prosedur kerja
Pengamatan Ekosistem Lamun
Menentukan stasiun pengamatan
Menarik transek garis sejajar arah garis pantai kearah luar perairan
sesuai dengan keberadaan terumbu karang.
Menarik roll meter sepanjang 100 meter untuk menetapkan stasiun
dengan interval jarak 5 m
Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat
posisi pada GPS.
Melakukan pengamatan dan mencatat jenis dengan menggunakan
ukuran transek kuadran 1 x 1 meter.
Mengambil jenis substrat lamun (contoh : pasir, lumpur, dsb)
Pengamatan Tekstur Sedimen
a. Di lapangan
Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian
dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan di pantai
untuk memisahkan makrozobnthosnya yang selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.
b. Di Laboratorium
Metode Ayakan Kering
Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan
persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :
Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan
pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar
matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin
jika pengeringan di udara bebas.
Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±
100 gram sebagai berat awal.
Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata
selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga
didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen
berdasarkan ukuran ayakan.
Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada
ayakan disikat dengan perlahan).
Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-
masing tiap ukuran ayakan.
Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos
Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring
dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang
tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian
dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
Analisis Data
Tabel 1. Skala penutupan ekosistem lamun
Skala Penutupan - Kelimpahan
5 Total penutupan > 75 % (Kondisi Asli / Utuh)
4 Total penutupan 50 % - 75 % (Kondisi Bagus)
3 Total penutupan 25 % - 50 % (Kondisi sedang / Terganggu)
2 Total penutupan 5 % - 25 % (Kondisi Jarang / Tereksploitasi)
1 Total penutupan < 5 %, Jumlah individu > 5 (Kondisi Sedikit / Rusak)
D. TUMBUHAN PANTAI
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat
yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak
antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem
karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.
Transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan
ekosistem lamun.Kamera untuk mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang
dilakukan.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol
70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong
sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,
kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.
Prosedur kerja
Pengamatan Ekosistem Pantai
a) Menentukan stasiun pengamatan
b) Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat posisi
pada GPS.
c) Melakukan pengamatan dan mencatat jenis tumbuhan pantai dengan
menggunakan ukuran transek kuadran 10 x 10 meter.
d) Mengambil contoh enis tumbuhan pantai
Pengamatan Ekosistem Mangrove
a) Pada setiap stasiun pengamatan letakkan transek garis dari darat kelaut
(tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove di daerah
intertidal) dari garis pantai kea rah laut
b) Buat plot 10x10 untu kategori pohon, anakan 5x5 dan untuk semaian 1x1
c) identifikasi jenis mangrove yang ada, kemudian hitung jumlah individu
setiap jenis, dan ukur lingkar batang pada setiap pohon mangrove pada
setinggi dada (sekitar 1,5 m) dan ukur tinggi pohon.
Pengamatan Ekosistem Lamun
a) Menentukan stasiun pengamatan
b) Menarik transek garis sejajar arah garis pantai kearah luar perairan
sesuai dengan keberadaan terumbu karang.
c) Menarik roll meter sepanjang 100 meter untuk menetapkan stasiun
dengan interval jarak 5 m
d) Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat posisi
pada GPS.
e) Melakukan pengamatan dan mencatat jenis dengan menggunakan
ukuran transek kuadran 1 x 1 meter.
f) Mengambil jenis substrat lamun (contoh : pasir, lumpur, dsb)
Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
a) Menarik transek garis sepanjang 100 m
b) Mencatat posisi dan mengamati spesies karang yang ditemukan pada
tiap jarak 5 m dengan bantuan life form karang
c) Mengukur suhu dan salinitas perairan dan mengamati jenis substrat
tempat karang ditemukan (pasir, lumpur, lempung, dll)
d) Mencatat jenis organisme yang berasosiasi dengan karang
e) Mencatat daerah penutupan terumbu karang berdasarkan pengamatan
secara visual.
Pengamatan Tekstur Sedimen
Di lapangan
Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen
kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan
di pantai untuk memisahkan makrozobnthosnya yang selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.
Di Laboratorium
Metode Ayakan Kering
Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan
persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :
a) Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan
pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan
sinar matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari
tiupan angin jika pengeringan di udara bebas.
b) Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis
± 100 gram sebagai berat awal.
c) Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata
selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga
didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen
berdasarkan ukuran ayakan.
d) Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran
pada ayakan disikat dengan perlahan).
Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-
masing tiap ukuran ayakan.
Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos
Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring
dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang
tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian
dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi.
Analisis Data
Data vegetasi yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui : kerapatan Jenis i (Di), Frekuensi jenis i (Fi), penutupan jenis i (Ci)
dan nilai penting (Bengen, 2001 dan English, 1994):
e. Kerapatan Jenis i (Di) adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit
area. Kerapatan Relatif Jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah
tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n), dengan
rumus:
dimana : Di =Kerapatan jenis i (Ind/m2)
ni = Jumlah total tegakan jenis i
A = Luas total area pengambilan sampel
RDi = Kerapatan relatif jenis i (%)
∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis
f. Frekuensi Jenis i (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam plot
yang diamati. Frekuensi Relatif Jenis (RFi) adalah perbandingan antara
frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) dengan
rumus :
Di = ni / A
RDi =(ni /∑n) x 100
Fi = pi / ∑p
RFi =(Fi/∑F) x 100
dimana : Fi = Frekuensi jenis i
pi = Jumlah plot ditemukannya jenis i
∑p = Jumlah plot yang diamati
RFi = Frequensi relatif jenis i (%)
∑F = Jumlah frekuensi seluruh jenis
g. Penutupan Jenis i (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit
area. Penutupan Relatif Jenis (Rci) adalah perbandingan antara luas area
penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis
(∑C), dengan rumus :
Dimana : Ci = Penutupan jenis dalam satu unit area
A = Luas total plot (m2)
∑C =Jumlah penutupan dari semua jenis
RCi = Penutupan relatif jenis i (%)
DBH =Diameter batang pohon dari jenis i
CBH = Lingkaran pohon setinggi dada
h. Nilai Penting Jenis (INP) merupakan nilai penting suatu jenis mangrove
berkisar antara 0 sampai 300. Nilai penting ini memberikan suatu
gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan
mangrove dalam komunitas mangrove itu sendiri, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana : RDi = Kerapatan relatif jenis
RFi = Frekuensi relatif Jenis
RCi = Penutupan relatif jenis
d) Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering dengan rumus
sebagai berikut:
Ci = ∑ BA / A
RCi = Ci / ∑C x 100
BA = π DBH2 / 4
INP= RDi + Rfi + RCi
e) Mengitung % berat sedimen pada metode pipet digunakan rumus sebagai
berikut:
f) Menghitung % berat komulatif digunakan rumus sebagai berikut:
% Berat = Berat Hasil AyakanBerat Awal
X 100%
% Berat = Berat Hasil pemipe tanBerat Awal
X 100%
% Kumulatif = % Berat 1 +% Berat 2 .. .. . .. + %Ni
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kondisi lokasi Praktik Lapang
Dusun Puntondo merupakan daerah teluk yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi, dimana tiga ekosistem penting perairan terdapat pada daerah
tersebut yaitu ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang.Dusun Puntondo
merupakan daerah yang sangat luas dimana terdapat kawasan pertanian, rawa,
dan pemukiman penduduk.
Dusun Puntondo, dapat ditempuh ±4 jam dari pusat kota Makassar. Lokasi
pengambilan sampel kelompok II berada di sebelah Utara dan berjarak kurang
lebih 500 m dari Base Campyang secara geografis terletak pada S:05°36’03’’
dan E:119°29’13’’ dimana kondisi arus cukup tenang.
2. Kondisi lokasi pengamatan
Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem mangrove yang berjarak
± 50 meter dari ekosistem pantai pers caprae dan barringtonia dengan kondisi
perairan yang keruh, kedalaman ± 60 cm dengan kondisi substrat pasir
kasar,lumpur halus yang berwarna hitam kecoklatan. Waktu pangamatan adalah
pukul 16.30 WITA, dengan jenis mangrove yang diamati adalah jenis Rhizopora
stylosa.
Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem karangyang berjarak ±
400 meter dari ekosistem lamun dengan kondisi perairan yang keruh, kedalaman
± 2 meter dengan kondisi substrat pasir kasar yang berwarna keputihan. Waktu
pangamatan adalah pukul 16.30 WITA, dengan jenis karang yang diamati adalah
jenis Acropora sp
Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem lamun yang berjarak ± 80
meter dari ekosistem mangrove dengan kondisi perairan yang keruh, kedalaman
± 1,5 meter dengan kondisi substrat pasir halus yang berwarna kehitaman.
Waktu pangamatan adalah pukul 16.30 WITA, dengan jenis lamun yang diamati
adalah jenis Enhalus acoroides
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1. Kondisi ekosistem mangrove pada daerah puntondo berdasarkan hasil
yang didapatkan tergolong sedang/terganggu dengan persen total
penutupan 20 %-50 %.
2. Organisme yang didapatkan pada ekosistem lamun kebanyakan berasal
dari kelas gastropoda dan kelas bivalvia.
3. Ekosistem ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan ekoistem
mangrove dan ekosistem terumbu karang , apabila salah satu ekosistem
ini terganggu maka ekosistem yang lain akan ikut terganggu dan
sebaliknya.
4. Metode yang digunakan dalam mengamati ekosistem mangrove yaitu
metode transek garis dan yang didapatkan penutupan karang Coral Sub
Massive (CSM), Dead coralin alga (DCA), Acropora Tabulate (ACT), Turf
Alga (TA), Sand (SD), Other (OT) dengan persentase penutupan
5.
B. Saran
Dalam proses kegiatan pengambilan data sebaiknya dilakukan pada
banyak titik agar lebih mewakili kondisi yang ada. Selain itu perlunya digunakan
alat-alat yang lebih banyak dan canggih agar data yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008.Explorasi.http://id.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi. [Diakses pada tanggal 21 April 2011].
Bengen, D. G. 2003. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengolahan Secara Terpadu dan Bekelanjutan Makalah.Prosiding Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu.29 Oktober “C 3 Nopember 2001.Bogor : PKSSPL-IPB. 2001.
BENGEN, D. G. 2004. Mengenal dan Memelihara Mangrove.Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.
Nybakken, J, W. 1988. Biologi Laut Suatu pendekatan Ekologis. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta.