32
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian adalah tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemu kenali sesuatu misalnya daerah tak dikenal, sumber daya alam berupa minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun untuk mencari informasi tentang sesuatu. Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi. Dilihat dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut

Asli Azhot Explo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan eksplorasi

Citation preview

Page 1: Asli Azhot Explo

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia

kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta

keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika

kehidupan di laut yang saling berkesinambungan

Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian adalah tindakan

mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemu kenali sesuatu

misalnya daerah tak dikenal, sumber daya alam berupa minyak bumi (eksplorasi

minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun untuk mencari

informasi tentang sesuatu.

Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif,

unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain

menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan

rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi.

Dilihat dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem yang

unik dan saling terkait, dinamis dan produktif.

Dusun Puntondo kabupaten Takalar merupakan sebuah dusun yang memiliki

keanekaragaman ekosistem pesisir yang masih baik. Ekosistem-ekosistem

tersebut antara lain : ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan ekosistem

terumbu karang yang tumbuh disekitar daerah ini. Ketiga ekosistem ini memiliki

arti penting dalam keseimbangan daerah pesisir dalam hungan timbal balik antar

ekosistem maupun manfaatnya terhadap manusia.

Page 2: Asli Azhot Explo

Praktikum Ekplorasi Sumberdaya Hayati Laut ini dilakukan untuk

mengenali segala ekosistem mangrove, lamun, karang dan ekosistem pantai

serta organisme-organisme yang hidup diperairan.

B. Tujuan Praktik

Tujuan dari praktik lapang eksplorasi sumber daya hayati laut ini yaitu :

1. Menetapkan metode dan teknik eksplorasi sumberdaya hayati laut.

2. Identifikasi organisme yang ditentukan.

3. Mengetahui keragaman biodiversity keragaman sumberdayahayati laut

dan potensi sumberdaya hayati laut.

C. Kegunaan Praktik

Adapun kegunaan dari praktik lapang ini adalah sebagai informasi dasar

tentang kondisi lingkungan pantai dan pesisir pantai. sehingga dapat dijadikan

sebagai data base untuk keperluan pengelolaan selanjutnya.

Page 3: Asli Azhot Explo

II. METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat

Praktik lapang eksplorasi sumber daya hayati laut dilaksanakan pada hari

Sabtu sampai Minggu tanggal 23-24 April 2011 di Dususn Puntondo, Desa

Laikang, Kecamatan Manggarabombang, Kabupaten Takalar. Analisis sampel

dilaksanakan tanggal 5-13 Mei 2011 di Laboratorium Geomorfologi dan

Manajemen Pantai, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin.

B. Peta Lokasi

Gambar 10. Peta Lokasi PPLH Puntondo

Page 4: Asli Azhot Explo

A. PENGAMATAN EKOSISTEM MANGROVE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktik lapang ini adalah rol meter untuk

mengukur jarak antar stsiun yang diamati, serta untuk membuat transek garis

pada ekosistem karang yang diamati, GPS untuk mengetahui titik lokasi

pengamatan, ayakan bentos untuk menyaring sedimen agar didapatkan bentos,

transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan

ekosistem lamun, sabak dan pensil untuk mencatat hasil pengamatan, meteran

kain untuk mengukur diameter batang mangrove, dan kamera untuk

mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang dilakukan.

Sedangkan bahan yang digunakan antara lain alcohol 70% untuk

mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, dan kantong sampel untuk

menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium.

Prosedur Kerja

1. Pada setiap stasiun pengamatan letakkan transek garis dari darat kelaut

(tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove di daerah

intertidal) dari garis pantai kea rah laut

2. Buat plot 10x10 untu kategori pohon, anakan 5x5 dan untuk semaian 1x1

3. identifikasi jenis mangrove yang ada, kemudian hitung jumlah individu

setiap jenis, dan ukur lingkar batang pada setiap pohon mangrove pada

setinggi dada (sekitar 1,5 m) dan ukur tinggi pohon.

Pengamatan Tekstur Sedimen

a. Di lapangan

Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian

dimasukkan ke dalam kantong sampel yang selanjutnya dibawa ke laboratorium

untuk diamati tekstur sedimennya.

Page 5: Asli Azhot Explo

b. Di Laboratorium

Metode Ayakan Kering

Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan

persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :

Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar

matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin

jika pengeringan di udara bebas.

Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±

100 gram sebagai berat awal.

Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata

selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga

didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen

berdasarkan ukuran ayakan.

Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada

ayakan disikat dengan perlahan).

Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-

masing tiap ukuran ayakan.

Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos

Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring

dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentosdanbenthos yang

tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian

dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi.

Page 6: Asli Azhot Explo

Analisis Data

Data vegetasi mangrove yang diperoleh dari lapangan selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui : kerapatan Jenis i (Di), Frekuensi jenis i (Fi),

penutupan jenis i (Ci) dan nilai penting (Bengen, 2001 dan English, 1994):

a. Kerapatan Jenis i (Di) adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit

area. Kerapatan Relatif Jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah

tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n), dengan

rumus:

dimana : Di =Kerapatan jenis i (Ind/m2)

ni = Jumlah total tegakan jenis i

A = Luas total area pengambilan sampel

RDi = Kerapatan relatif jenis i (%)

∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis

b. Frekuensi Jenis i (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam plot

yang diamati. Frekuensi Relatif Jenis (RFi) adalah perbandingan antara

frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) dengan

rumus :

Di = ni / A

RDi =(ni /∑n) x 100

Fi = pi / ∑p

RFi =(Fi/∑F) x 100

Page 7: Asli Azhot Explo

dimana : Fi = Frekuensi jenis i

pi = Jumlah plot ditemukannya jenis i

∑p = Jumlah plot yang diamati

RFi = Frequensi relatif jenis i (%)

∑F = Jumlah frekuensi seluruh jenis

c. Penutupan Jenis i (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit

area. Penutupan Relatif Jenis (Rci) adalah perbandingan antara luas area

penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis

(∑C), dengan rumus :

Dimana : Ci = Penutupan jenis dalam satu unit area

A = Luas total plot (m2)

∑C =Jumlah penutupan dari semua jenis

RCi = Penutupan relatif jenis i (%)

DBH =Diameter batang pohon dari jenis i

CBH = Lingkaran pohon setinggi dada

d. Nilai Penting Jenis (INP) merupakan nilai penting suatu jenis mangrove

berkisar antara 0 sampai 300. Nilai penting ini memberikan suatu

gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan

mangrove dalam komunitas mangrove itu sendiri, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Ci = ∑ BA / A

RCi = Ci / ∑C x 100

BA = π DBH2 / 4

Page 8: Asli Azhot Explo

Dimana : RDi = Kerapatan relatif jenis

RFi = Frekuensi relatif Jenis

RCi = Penutupan relatif jenis

a) Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering dengan rumus

sebagai berikut:

b) Mengitung % berat sedimen pada metode pipet digunakan rumus sebagai

berikut:

c) Menghitung % berat komulatif digunakan rumus sebagai berikut:

B. PENGAMATAN EKOSISTEM KARANG

Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat

yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak

antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem

karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.

Transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan

% Berat = Berat Hasil AyakanBerat Awal

X 100%

% Berat = Berat Hasil pemipe tanBerat Awal

X 100%

% Kumulatif = % Berat 1 +% Berat 2 .. .. . .. + %Ni

INP= RDi + Rfi + RCi

Page 9: Asli Azhot Explo

ekosistem lamun.Kamera untuk mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang

dilakukan.

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol

70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong

sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,

kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.

Prosedur kerja

1. Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang

a. Menarik transek garis sepanjang 100 m

b. Mencatat posisi dan mengamati spesies karang yang ditemukan pada

tiap jarak 5 m dengan bantuan life form karang

c. Mengukur suhu dan salinitas perairan dan mengamati jenis substrat

tempat karang ditemukan (pasir, lumpur, lempung, dll)

d. Mencatat jenis organisme yang berasosiasi dengan karang

e. Mencatat daerah penutupan terumbu karang berdasarkan pengamatan

secara visual.

Pengamatan Tekstur Sedimen

a. Di lapangan

Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian

dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan di pantai

untuk memisahkan makrozoobenthosnya yang selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.

b. Di Laboratorium

Metode Ayakan Kering

Page 10: Asli Azhot Explo

Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan

persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :

Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar

matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin

jika pengeringan di udara bebas.

Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±

100 gram sebagai berat awal.

Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata

selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga

didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen

berdasarkan ukuran ayakan.

Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada

ayakan disikat dengan perlahan).

Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-

masing tiap ukuran ayakan.

Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos

Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring

dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang

tersaring di ambil selanjutnya dimasukkan kedalam kantong sampel kemudian

dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi.

Analisis Data

Data vegetasi terumbu karang yang diperoleh dari lapangan selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui persen penutupan karang, panjang penutupan tiap

kategori, dan panjang total transek: (Bengen, 2001 dan English, 1994):

Page 11: Asli Azhot Explo

PC =

LiLtotal

x 100 %

Dimana :

PC = Persen penutupan karang

Li = Panjang penutupan tiap kategori

Ltotal = Panjang total transek

C. PENGAMATAN EKOSISTEM LAMUN

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat

yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak

antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem

karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.

Transek kuadran digunakan ekosistem lamun. Kamera untuk mendok

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol

70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong

sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,

kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.

Prosedur kerja

Page 12: Asli Azhot Explo

Pengamatan Ekosistem Lamun

Menentukan stasiun pengamatan

Menarik transek garis sejajar arah garis pantai kearah luar perairan

sesuai dengan keberadaan terumbu karang.

Menarik roll meter sepanjang 100 meter untuk menetapkan stasiun

dengan interval jarak 5 m

Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat

posisi pada GPS.

Melakukan pengamatan dan mencatat jenis dengan menggunakan

ukuran transek kuadran 1 x 1 meter.

Mengambil jenis substrat lamun (contoh : pasir, lumpur, dsb)

Pengamatan Tekstur Sedimen

a. Di lapangan

Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen kemudian

dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan di pantai

untuk memisahkan makrozobnthosnya yang selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.

b. Di Laboratorium

Metode Ayakan Kering

Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan

persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :

Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan sinar

matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari tiupan angin

jika pengeringan di udara bebas.

Page 13: Asli Azhot Explo

Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis ±

100 gram sebagai berat awal.

Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata

selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga

didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen

berdasarkan ukuran ayakan.

Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada

ayakan disikat dengan perlahan).

Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-

masing tiap ukuran ayakan.

Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos

Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring

dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang

tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian

dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi.

Analisis Data

Tabel 1. Skala penutupan ekosistem lamun

Skala Penutupan - Kelimpahan

5 Total penutupan > 75 % (Kondisi Asli / Utuh)

4 Total penutupan 50 % - 75 % (Kondisi Bagus)

3 Total penutupan 25 % - 50 % (Kondisi sedang / Terganggu)

2 Total penutupan 5 % - 25 % (Kondisi Jarang / Tereksploitasi)

1 Total penutupan < 5 %, Jumlah individu > 5 (Kondisi Sedikit / Rusak)

Page 14: Asli Azhot Explo

D. TUMBUHAN PANTAI

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktik lapang ini seperti Alat

yang digunakan pada praktik lapang ini adalah meteran untuk mengukur jarak

antar daerah yang diamati, serta untuk membuat transek garis pada ekosistem

karang yang diamati. Ayakan bentos untuk memisahkan bentos dengan sedimen.

Transek kuadran digunakan pada daerah pengamatan ekosistem mangrove dan

ekosistem lamun.Kamera untuk mendokumentasikan sampel dan kegiatan yang

dilakukan.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktik lapang ini adalah alkohol

70% untuk mengawetkan sampel yang didapatkan dari lapangan, kantong

sampel untuk menyimpan sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium,

kertas Label untuk menandai sampel pada kantong sampel.

Prosedur kerja

Pengamatan Ekosistem Pantai

a) Menentukan stasiun pengamatan

b) Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat posisi

pada GPS.

c) Melakukan pengamatan dan mencatat jenis tumbuhan pantai dengan

menggunakan ukuran transek kuadran 10 x 10 meter.

d) Mengambil contoh enis tumbuhan pantai

Pengamatan Ekosistem Mangrove

a) Pada setiap stasiun pengamatan letakkan transek garis dari darat kelaut

(tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove di daerah

intertidal) dari garis pantai kea rah laut

Page 15: Asli Azhot Explo

b) Buat plot 10x10 untu kategori pohon, anakan 5x5 dan untuk semaian 1x1

c) identifikasi jenis mangrove yang ada, kemudian hitung jumlah individu

setiap jenis, dan ukur lingkar batang pada setiap pohon mangrove pada

setinggi dada (sekitar 1,5 m) dan ukur tinggi pohon.

Pengamatan Ekosistem Lamun

a) Menentukan stasiun pengamatan

b) Menarik transek garis sejajar arah garis pantai kearah luar perairan

sesuai dengan keberadaan terumbu karang.

c) Menarik roll meter sepanjang 100 meter untuk menetapkan stasiun

dengan interval jarak 5 m

d) Meletakkan transek kuadrat pada sub stasiun sambil mencatat posisi

pada GPS.

e) Melakukan pengamatan dan mencatat jenis dengan menggunakan

ukuran transek kuadran 1 x 1 meter.

f) Mengambil jenis substrat lamun (contoh : pasir, lumpur, dsb)

Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang

a) Menarik transek garis sepanjang 100 m

b) Mencatat posisi dan mengamati spesies karang yang ditemukan pada

tiap jarak 5 m dengan bantuan life form karang

c) Mengukur suhu dan salinitas perairan dan mengamati jenis substrat

tempat karang ditemukan (pasir, lumpur, lempung, dll)

d) Mencatat jenis organisme yang berasosiasi dengan karang

e) Mencatat daerah penutupan terumbu karang berdasarkan pengamatan

secara visual.

Pengamatan Tekstur Sedimen

Di lapangan

Page 16: Asli Azhot Explo

Sedimen di sekitar ekosistem diambil menggunakan sekop semen

kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampel dan dilakukan pengayakan

di pantai untuk memisahkan makrozobnthosnya yang selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk diamati tekstur sedimennya.

Di Laboratorium

Metode Ayakan Kering

Metode ini digunakan untuk mendapatkan persen fraksi pasir (sand) dan

persen kumulatif. Adapun prosedur kerjanya adalah :

a) Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dengan suhu 105 0C atau dikeringkan dengan bantuan

sinar matahari sehingga sampel sedimen betul-betul kering. Hindari

tiupan angin jika pengeringan di udara bebas.

b) Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisis

± 100 gram sebagai berat awal.

c) Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang secara merata

selama minimum 10 menit untuk sempurnanya pengayakan, sehingga

didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen

berdasarkan ukuran ayakan.

d) Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran

pada ayakan disikat dengan perlahan).

Hasilnya kembali dihitung untuk mendapatkan berapa gram hasil masing-

masing tiap ukuran ayakan.

Pengamatan Makrozobenthos dan Benthos

Sedimen diambil menggunakan sekop semen kemudian sedimen disaring

dengan ayakan bentos 1 mm. Organisme makrozoobentos dan benthos yang

tersaring di ambil selanjutnya dmasukkan kedalam kantong sampel kemudian

Page 17: Asli Azhot Explo

dipindahkan ke dalam toples dan diberi pengawet alcohol 70 % dan dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi.

Analisis Data

Data vegetasi yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis untuk

mengetahui : kerapatan Jenis i (Di), Frekuensi jenis i (Fi), penutupan jenis i (Ci)

dan nilai penting (Bengen, 2001 dan English, 1994):

e. Kerapatan Jenis i (Di) adalah jumlah tegakan jenis I dalam suatu unit

area. Kerapatan Relatif Jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah

tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n), dengan

rumus:

dimana : Di =Kerapatan jenis i (Ind/m2)

ni = Jumlah total tegakan jenis i

A = Luas total area pengambilan sampel

RDi = Kerapatan relatif jenis i (%)

∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis

f. Frekuensi Jenis i (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam plot

yang diamati. Frekuensi Relatif Jenis (RFi) adalah perbandingan antara

frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) dengan

rumus :

Di = ni / A

RDi =(ni /∑n) x 100

Fi = pi / ∑p

RFi =(Fi/∑F) x 100

Page 18: Asli Azhot Explo

dimana : Fi = Frekuensi jenis i

pi = Jumlah plot ditemukannya jenis i

∑p = Jumlah plot yang diamati

RFi = Frequensi relatif jenis i (%)

∑F = Jumlah frekuensi seluruh jenis

g. Penutupan Jenis i (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit

area. Penutupan Relatif Jenis (Rci) adalah perbandingan antara luas area

penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis

(∑C), dengan rumus :

Dimana : Ci = Penutupan jenis dalam satu unit area

A = Luas total plot (m2)

∑C =Jumlah penutupan dari semua jenis

RCi = Penutupan relatif jenis i (%)

DBH =Diameter batang pohon dari jenis i

CBH = Lingkaran pohon setinggi dada

h. Nilai Penting Jenis (INP) merupakan nilai penting suatu jenis mangrove

berkisar antara 0 sampai 300. Nilai penting ini memberikan suatu

gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan

mangrove dalam komunitas mangrove itu sendiri, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Dimana : RDi = Kerapatan relatif jenis

RFi = Frekuensi relatif Jenis

RCi = Penutupan relatif jenis

d) Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering dengan rumus

sebagai berikut:

Ci = ∑ BA / A

RCi = Ci / ∑C x 100

BA = π DBH2 / 4

INP= RDi + Rfi + RCi

Page 19: Asli Azhot Explo

e) Mengitung % berat sedimen pada metode pipet digunakan rumus sebagai

berikut:

f) Menghitung % berat komulatif digunakan rumus sebagai berikut:

% Berat = Berat Hasil AyakanBerat Awal

X 100%

% Berat = Berat Hasil pemipe tanBerat Awal

X 100%

% Kumulatif = % Berat 1 +% Berat 2 .. .. . .. + %Ni

Page 20: Asli Azhot Explo

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kondisi lokasi Praktik Lapang

Dusun Puntondo merupakan daerah teluk yang memiliki keanekaragaman

hayati yang tinggi, dimana tiga ekosistem penting perairan terdapat pada daerah

tersebut yaitu ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang.Dusun Puntondo

merupakan daerah yang sangat luas dimana terdapat kawasan pertanian, rawa,

dan pemukiman penduduk.

Dusun Puntondo, dapat ditempuh ±4 jam dari pusat kota Makassar. Lokasi

pengambilan sampel kelompok II berada di sebelah Utara dan berjarak kurang

lebih 500 m dari Base Campyang secara geografis terletak pada S:05°36’03’’

dan E:119°29’13’’ dimana kondisi arus cukup tenang.

2. Kondisi lokasi pengamatan

Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem mangrove yang berjarak

± 50 meter dari ekosistem pantai pers caprae dan barringtonia dengan kondisi

perairan yang keruh, kedalaman ± 60 cm dengan kondisi substrat pasir

kasar,lumpur halus yang berwarna hitam kecoklatan. Waktu pangamatan adalah

pukul 16.30 WITA, dengan jenis mangrove yang diamati adalah jenis Rhizopora

stylosa.

Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem karangyang berjarak ±

400 meter dari ekosistem lamun dengan kondisi perairan yang keruh, kedalaman

± 2 meter dengan kondisi substrat pasir kasar yang berwarna keputihan. Waktu

pangamatan adalah pukul 16.30 WITA, dengan jenis karang yang diamati adalah

jenis Acropora sp

Page 21: Asli Azhot Explo

Lokasi pengamatan adalah berada pada ekosistem lamun yang berjarak ± 80

meter dari ekosistem mangrove dengan kondisi perairan yang keruh, kedalaman

± 1,5 meter dengan kondisi substrat pasir halus yang berwarna kehitaman.

Waktu pangamatan adalah pukul 16.30 WITA, dengan jenis lamun yang diamati

adalah jenis Enhalus acoroides

Page 22: Asli Azhot Explo

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan :

1. Kondisi ekosistem mangrove pada daerah puntondo berdasarkan hasil

yang didapatkan tergolong sedang/terganggu dengan persen total

penutupan 20 %-50 %.

2. Organisme yang didapatkan pada ekosistem lamun kebanyakan berasal

dari kelas gastropoda dan kelas bivalvia.

3. Ekosistem ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan ekoistem

mangrove dan ekosistem terumbu karang , apabila salah satu ekosistem

ini terganggu maka ekosistem yang lain akan ikut terganggu dan

sebaliknya.

4. Metode yang digunakan dalam mengamati ekosistem mangrove yaitu

metode transek garis dan yang didapatkan penutupan karang Coral Sub

Massive (CSM), Dead coralin alga (DCA), Acropora Tabulate (ACT), Turf

Alga (TA), Sand (SD), Other (OT) dengan persentase penutupan

5.

B. Saran

Dalam proses kegiatan pengambilan data sebaiknya dilakukan pada

banyak titik agar lebih mewakili kondisi yang ada. Selain itu perlunya digunakan

alat-alat yang lebih banyak dan canggih agar data yang didapatkan lebih akurat.

Page 23: Asli Azhot Explo

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008.Explorasi.http://id.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi. [Diakses pada tanggal 21 April 2011].

Bengen, D. G. 2003. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengolahan Secara Terpadu dan Bekelanjutan Makalah.Prosiding Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu.29 Oktober “C 3 Nopember 2001.Bogor : PKSSPL-IPB. 2001.

BENGEN, D. G. 2004. Mengenal dan Memelihara Mangrove.Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.

Nybakken, J, W. 1988. Biologi Laut Suatu pendekatan Ekologis. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta.

Page 24: Asli Azhot Explo