Upload
ikmal
View
112
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ass
Citation preview
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan BBLR di Ruangan NICU
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).
A. PENGGOLONGAN
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).
2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta).
B. PENYEBAB
Prematur murni dapat disebabkan oleh:
a. Faktor Ibu
1). Umur (< 20 tahun).
2). Paritas.
3). Ras.
4). Infertilitas.
5). Riwayat kehamilan tak baik.
6). Rahim abnormal.
7). Jarak kelahiran terlalu dekat.
8). BBLR pada anak sebelumnya.
9). Malnutrisi sebelum hamil (pertambahan berat badan kurang selama hamil).
10). Penyakit akut dankronik.
11). Kebiasaan tidak baik (pengobatan selama hamil, merokok, alkohol, radiasi).
12). Keadaan penyebab insufisiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, DM, preeklamsi).
13). Keadaan sosial ekonomi (status gizi dan pengawasan ANC yang kurang baik).
b. Faktor Placenta
1) Penyakit vaskuler.
2) Kehamilan ganda.
3) Malformasi.
4) Tumor.
c. Faktor Janin
1) Kelainan kromosom.
2) Malformasi.
3) Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (misal; TORCH).
4) Kehamilan ganda.
2. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.
(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).
C. GEJALA KLINIS
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan £ 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.
2. Masa gestasi < 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.
3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.
4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin.
5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia).
(Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta).
D. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari.
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah (8–12 jam post natal).
c. Analisa gas darah
d. Elektrolit darah (k/p)
e. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin
artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
F. KOMPLIKASI
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
2. Hipoglikemi simtomatik.
3. Asfiksis neonatorum
4. Penyakit membran hialin.
5. Hiperbilirubinemia.
(Manejoer Arif, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculaplus).
G. PENATALAKSANAAN
Setelah bayi lahir dilakukan:
1. Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
2. Tindakan Khusus
a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi barulahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu.
b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan foto thorax.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.
2) Periksa kadar gula darah 8–12 jam post natal.
3) Periksa refleks hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI.
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yangdapat diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuan.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).
H. PROGNOSIS
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll).
(Manejoer Arif, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculaplus)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien By. S. T.
Dengan BBLR di Ruangan NICU
RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado
I. Biodata
A. Identitas Klien
- Nama lengkap : S. T.
- TTL : RSU. Prof. Dr. R.D. Kandow, 28 Juli 2008
BB:1.300gr PB: 38cm LK:24cm LD:27cm
LLA:5cm
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Agama : Kristen Protestan
- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV
- Tgl/jam MSR : 28 Juli 2008/jam 11.05 WITA
- Tgl Pengkajian : 28 Juli 2008/jam 13.00 WITA
- No. REC. Med : 00.17.16.51
- Diagnoa Medis : Aterm. KMK (BBLR)
B. Identitas Orang Tua/pPenanggung jawab
1) Ayah
- Nama : O. T.
- Umur : 30 tahun
- Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : Nelayan
- Agama : Kristen Protestan
- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV
2) Ibu
- Nama : Y. T.
- Umur : 31 tahun
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : IRT
- Agama : Kristen Protestan
- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV
C. Genogram
Ayah Ibu
D. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : : Berat Badan Lahir Pasien Rendah ( BBLR )
2. Riwayat Keluhan Utama : Telah lahir seorang bayi laki – laki pada tanggal
28 Juli 2008 pada pukul 09.30 Wita, lahir secara spontan letak belakang kepala, di RSU Prof. Dr. Kandou Manado, dengan BBL 1300 Gram, selanjutnya pada pukul 11.05 pasien di bawa rawat ke ruangan NICU ( Neonati Intensif Care Unit ).
3. Riwayat Keluhan yang Menyertai : -
4. Riwayat Kesehatan Keluhan
Sekarang/saat dikaji : Saat dilakukan pengkajian pasien BBL 1300 gr
dan PBL 38 cm berada dalam
inkubator dengan suhu 33,4 c terpasang infus 4
gtt/m di bagian temporalis pasien tampak aktif
5. Riwayat KesehatanDahulu
a. Pre Natal Care
- Px Kehamilan : 4x di RSU Kandou
- Keluhan Selama Hamil : Demam,muntah – muntah pada kehamilan 3 bln
- Kenaikan BB Selama Hamil : -
- Imunisasi TT : 2 Kali
- Golongan Darah Ayah : O
- Golongan Darah ibu : O
- Nutrisi yang Dikonsumsi Ibu
Nasi : Setiap hari
Ikan : Setiap hari
Sayur : Setiap hari
Buah : Sering
Daging : Sering
b. Natal
- Tempat Melahirkan : RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
- Lama dan Jenis kehamilan : Spontan 2 jam
- Cara untuk mempermudah persalina : Menggunakan obat perangsang.
- Penolong Persalinan : Dokter
c. Post Natal
- Kondisi Bayi, BB Lahir 1.300 gram, PB 38 cm, As 5-7
- Bayi mengalami penyakit : tidak ada
- Problem menyusui : Berat badan lahir tidak stabil
E. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Aktif, refleks
- TTV : HR : 152 RR: 49 x/menit S: 36,4°C
LK: 24 LD: 27 LLA: 5
LP: 21 PL: 11 PK: 15
- Px. Head Totoe
- Kepala : Konjungtifa, bulat, simetris kiri/kanan.
- Mata : Normal
- Hidung : Barsih, tidak ada sekret
- Telinga : Bersih
- Mulut : Normal
- Lidah : Normal
- Thoraks : Simetris, retraksi
- Jantung : Bising, Redup
- Abdomen : Datar ,lemas, bulat, normal
- Genitalia/Anus : Normal, Panjang Penis : 2,3 Cm
- Ekstremitas : Atas : Normal
Bawah : Normal
G. Pemeriksaan Penunjang
-
-
H. Terapi/Pengobatan
- Bari kehangatan
- Posisikan kepala
- Bersihkan jalan napas
- keringkan tubuh
- O2,2-4 L/m. K/P
- IVFD 0% = 4 gtt/m
Analisa Data
NO
Data
Etiologi
Masalah
1
DS : -
DO: - R: 49 x/m
- Sesak napas
- Terpasang O2 2
lt/m
Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)
Paru yang masih immature
Pola napas tidak efektif
Pola napas tidak efektif
2
DS : -
DO: BB 1300 gr
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan
Simpanan garam dan empedu sedikit
Penurunan produksi amylase pancreas dan lipase
Penurunan kadar lactose
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3
DS : -
DO: - Bayi terpasang
infus
- Perawatan tali
pusat
Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)
Immunologis yang kurang
Resiko infeksi
Resiko infeksi
4
DS :-
DO: - SB: 36,4ºc
- Bayi berada dalam
inkubator
Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)
Menurunnya simpanan zat gizi
Lemak glikogen dan mineral dideposit
Selama 8 minggu terakhir kehamilan dan control suhu yang immature
Termoregulasi tidak efektif Hipotermia
Termoregulasi tidak efektif Hipotermia
5
DS :-
DO:- Bayi terpasang infus pada
umbilikalis.
- Bayi terbaring dalam inkubator.
Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)
Struktur kulit yang immature, imobilitas, penurunan status nutrisi
Resiko gangguan integritas kulit
Resiko gangguan integritas kulit
Diagnosa Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Implementasi
Evaluasi
1.
Pola nafas tidak
efektif b.d imaturitas
paru dan
neorumuskular,
dengan kriteria hasil :
DS : -
DO : - R: 49 x/m
- Sesak napas
- Terpasang O2
2 lt/m.
Klien menunjukkan
oksigenasi yang adekuat.
Kriteria hasil: jalan nafas tetap paten.
1. Bersihkan jalan napas
bagian atas dan bawah
2. Posisi untuk
pertukaran udara
yang optimal,seperti
posisi telungkup dan
posisi telentang
dengan leher sedikit
ekstensi dan hidung
menghadap ke atap
dalam posisi
“mengendus”
3.Lakukan pengisapan
4. Gunakan teknik
penghisapan yang
tepat.
5. Hindari
hiperekstensi
leher
6. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral.
Memperlancar pernapasan.
telungkup:posisi ini menghasilkan
perbaikan oksigenasi,
pembrian makan
ditoleransi dengan
lebih baik, dan
lebih mengatur
pola tidur.
Telentang: untuk
mencegah adanya
penyempitan jalan
nafas.
Untuk
menghilangkan
mukus yang
terkumulasi dari
nasofaring, trahkea, dan
selang endotrakheal.
penghisapan yang
tidak tepat dapat
menyebabkan infeksi dan
kerusakan
jalan nafas.
Karena akan
mengurangi
diameter trakhea.
Untuk menghemat
penggunaan oksigen.
1. Membersihkan
jalan napas bagian
atas dan bawah
2. Posisi untuk
pertukaran udara
yang optimal, seperti
posisi telungkup dan
posisi telentang
dengan leher sedikit
ekstensi dan hidung
menghadap ke atas
dalam posisi
“mengendus”
3. Melakukan
Pegisapan
4. Melakukan
pengisapan
dengan teknik
yang benar
5. menghindari
hiperekstensi
leher
6. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral.
S: -
O: - R: 49 x/m
- Pasien masih Sesak napas.
- Masih Terpasang O2 2 lt/m
A: Masalah
Belum
Teratasi
P: Lanjutkan
intervensi
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
ubuh
b.d. Intake yang tidak
adekuat,dgn kriteria :
DS : -
DO : - BB I300 gram
- Terpasang infus
pada umbilikalis
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria:
BB normal sesuai umur
1. Kaji riwayat nutrisi.
2. Observasi dan catat
cairan yang masuk
dan keluar makanan.
3. Ajarkan keorangtua
tentang asupan nutrisi
yang adekuat.
4. Timbang BB setiap
hari.
5. Auskultasi paru dan
Jantung.
6. Kolaborasi untuk
pemberian obat
antidiuretik.
7. Berikan obat sesuai
indikasi Konsul pada
ahli gizi.
Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
Mengawasi masukan cairan
atau kualitas
makanan.
Mencegah
distensi
gaster.
Penimbangan BB
harian adalah
pengawasan status cairan
terbaik.
Kelebihan cairan
Dapat menimbulkan edema paru.
Perubahan
kelebihan 0,5 kg
dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan.
Meminimalkan anoreksia dan
mual
1. Megkaji riwayat
nutrisi.
2. mengobservasi dan
catat cairan yang
masuk dan keluar.
3. mengjarkan
keorangtua
tentang asupan
nutrisi
yang adekuat.
4. Menimbang BB
Setiap hari.
5. mengauskultasi paru
dan jantung.
6. Kolaborasi untuk
pemberian obat
antidiuretik.
7. Berikan obat sesuai
indikasi.
Konsul pada ahli
gizi.
S : -
O : Terpasang
Infus pada
umbilikalis
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
3.
Risiko infeksi b.d. Prosedur invasif, penurunan sistem imun tubuh, dengan kriteria hasil :
DS : -
DO : - Tali pusat belum
Kering
- Terpasang
infus pada
umbilikalis
- HR: 152 x/m
RR: 49 x/m
SB: 36,4°C
Menunjukkan kontrol
infeksi selama dalam
perawatan dengan keiteria:
1. Bebas dari tanda infeksi.
2. Mendemonstrasikan tindakan hygienes seperti mencuci tangan, oral
care.
1. Kaji TTV
2. Anjurkan orang tua
untuk mencuci
tangan sebelum dan
sesudah kontak dgn
bayi.
3. Gunakan sarung
tangan dalam setiap
tindakan.
4. Pakai gaun khusus
ketika akan masuk
kontak dengan
pasien
5. Ajarkan kepada
keluarga tanda-tanda
infeksi.
6. Kolaborasi
Pemberian
antibiotik.
Peningkatan TTV salah satu tanda
infeksi.
Mencegah masuknya kuman
patogen secara
langsung pada
pasien
Mempertahankan
prinsip septik &
aseptik dpt
mencegah
masuknya kuman
Mencegah dan
meminimalkan kolonisasi bakteri.
Peningkatan TTV salah satu tanda infeksi.
Membunuh kuman
penyebab infeksi.
1. Mengkaji TTV
HR: 152 x/m
RR:49x/m
S: 36,4°C
2. Menganjurkan
orang tua untuk
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan bayi.
3. Menggunakan
sarung tangan
dalam setiap
tindakan.
4. Menganjurkanm
memakai gaun
khusus ketika akan
masuk kontak dgn
pasien
5. Mengajarkan
kepada keluarga
tanda-tanda infek
6. Mengatur
pemberian
antibiotik..
S : -
O :- Terpasang
infus pada
umbilikus
- SB: 36,4º c
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
4.
Termoregulasi tidak
efektif b.d kontrol
suhu yang imatur dan
penurunan lemak
tubuh subkutan,
dengan kriteria hasil :
DS :
DO : - SB,36,4 ºc
- Bayi berada
dlm inkubator
mempertahankan suhu
tubuh stabil.
Kriteria hasil:
Suhu tubuh bayi tetap dalam rentang normal
1. Tempatkan bayi
pada inkubator atau
pakaian hangat
dalam
2. Atur unit
servokontrol atau
kontrol suhu udara
sesuai kebutuhan.
3. Periksa suhu bayi
dan unit pemanasnya.
Untuk mempertahankan suhu tubuh stabil.
Untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal
yang dapat
diterima.
Untuk kehilangan panas radiasi
langsung.
1. Menempatkan
bayi
pada inkubator /
pakaian hangat
dalam
2. Mengatur unit
servokontrol atau
kontrol suhu udara
sesuai kebutuhan.
3. Memeriksa suhu
bayi dan unit
pemanasnya.
S : -
O : - Bayi
dalam
inkubator
- SB 36,4 ºc
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
5.
Risiko gangguan
integritas kulit b.d
struktur kulit imatur,
imobilitas,
penurunan status
nutrisi, prosedur
invasif, dengan kriteria hasil :
DS : -
DO : - Bayi
terpasang
infus pada
umbilikalis
- Terbaring
lama dalam
inkubator
mempertahankan intergritas kulit, dengan
Kriteria hasil:
kulit tetap bersih dan utuh tanpa tanda-tanda iritasi atau cedera.
1. Bila perlu
bersihkan kulit
dengan sabun
pembersih,
bilas dengan baik
dengan air hangat.
2. Bersihkan mata
setiap hari, dan juga
area oral dan popok
atau perianal, dan
area di mana
terjadi kerusakan
kulit.
3. Beri zat
pelembab setelah
dibersihkan untuk
menpertahankan
kelembaban kulit.
4. Gunakan plester
atau perekat
minimal pada kulit
yang sangat
sensitif.
5. Gunakan linen serta
pakaian yang halus
dan lembut.
Untuk menjaga
kebersihan kulit.
Untuk mencegah
tetjadinya rash
pada kulit.
Untuk menjaga
integritas kulit.
Untuk menghindari alergi kulit.
Untuk mencegah
luka gesekan
pada bayi.
1. Bila perlu
membersihkan
kulit
dengan sabun,
bilas dengan baik
dengan air hangat
2. Membersihkan mata
setiap hari,area oral
dan popok,perianal,
& area di mana
terjadi kerusakan
kulit.
3. Berikan zat
pelembab setelah
dibersihkan untuk
menpertahankan
kelembaban kulit.
4. Menggunakan
perekat
minimal pada kulit
yang sangat
sensitif.
5. Menggunakan
linen
serta
pakaian yang
halus
dan lembut.
S : -
O : - terpasang
infus pada
umbilikalis
- Bayi dalam
Inkubator
- SB 36,4 ºc
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Daftar Pustaka
Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta
Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia