atek PTK cicah

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan sebagai sarana pembinaan dan kesatuan bangsa, peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia siswa, sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan, dan sarana pengembangan penalaran. Tujuan idealis itu selanjutnya diturunkan ke dalam tujuan umum : (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial; dan (4) siswa mampu menikmati, memahami, dan memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa. Gambaran pembelajaran bahasa Indonesia di atas sejauh ini masih jauh terapannya di kelas riil sekolah. Harapan bahwa dengan pembelajaran bahasa Indonesia anak-anak dapat membaca dengan baik, menulis dengan lancar, dan berbicara dengan sopan, baik, dan berani, masih jauh panggang dari api. Sebagian besar, guru masih berkutat pada penyampaian teori yang tak relevan dengan kebutuhan berkomunikasi. Permasalahan yang dihadapi pengajaran bahasa 1

2

Indonesia masih kompleks dan perlu pembinaan terus-menerus. Masukanmasukan yang berupa laporan yang berasal dari keadaan nyata di sekolah akan sangat berarti bagi penentu kebijakan. Dalam pengajaran sastra, kondisi tersebut lebih memprihatinkan. Siswa lebih banyak dijejali teori sastra daripada karya sastra. Akibatnya, mereka (siswa) lebih paham teori sastra daripada karya sastra. Aktivitas langsung bergaul dengan karya sastra jarang dilakukan karena terbatasnya sarana kepustakaan. (Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 1). Maka tingkat apresiasi siswa sangat rendah. Kegiatan menikmati karya sastra melalui membaca, mendengarkan, menonton pementasan, menciptakan, dan mendokumentasikan karya sastra pun belum membudaya. Padahal, tradisi semacam itu amat diperlukan oleh guru dalam usahanya memberi contoh dan keteladanan kepada anak didik.

Karya sastra terdiri atas prosa dan puisi. Khusus mengenai pembelajaran menulis puisi, standar kompetensi untuk kelas V semester 2 adalah: Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. (Depdiknas, 2006: 142). Sedangkan salah satu kompetensi dasarnya adalah: Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. (Depdiknas, 2006: 142). Sesuai dengan tuntutan KTSP maka siswa kelas V sekolah dasar sudah harus mampu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Namun fakta empiris sebagaimana yang dialami oleh penulis sebagai guru kelas V sekolah dasar, menemukan bahwa siswa kelas V pada umumnya belum mampu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Bahkan siswa masih sangat sulit

3

mengungkapkan gagasan, sesuatu yang sangat prinsipil dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan hasil analisis penulis maka dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa penyebab utama kegagalan menulis puisi terutama di kelas V sekolah dasar adalah karena kurang tepatnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini, Sudirman dkk. (1990: 211-212) mengungkapkan betapa pentingnya pemilihan media pembelajaran dan dampak edukatifnya sebagai berikut. Kegiatan pemilihan media pengajaran ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar-mengajar, sebab apabila salah dalam memilih media pengajarannya, keberhasilan proses berikutnya akan terpengaruh. Memilih media pengajaran harus dikaitkan dengan tujuan instruksional, strategi belajar-mengajar yang akan digunakan, dan sistem evaluasi yang akan digunakan. Selanjutnya, Imam dkk. (2004: 90) menguraikan metode serta media dalam pembelajaran menulis puisi. Berikut ini penjelasan metode pembelajaran dalam penulisan puisi beserta berbagai medianya. Tahap pertama, mengamati keindahan alam dalam kelompok kecil. Tahap kedua, menyelenggarakan perlombaan antar-kelompok kecil di tingkat kelas. Tahap ketiga, pengenalan figur dan magang. Tahap keempat, mempublikasikan puisi yang diciptakan siswa. Tahap kelima, mengadakan wisata sastra. Gani (1988: 14) yang mengutip Probst dalam Resmini, Djuanda, dan Indihadi (2004: 91) menyatakan bahwa pengajaran sastra harus membuat siswa

4

mampu menemukan hubungan antara pengalamannya dengan karya sastra yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat di atas secara eksplisit terungkap bahwa pembelajaran sastra khususnya pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar dapat dilaksanakan melalui penggunaan media lingkungan. Lingkungan merupakan materi konkret untuk kepentingan manipulasi, konstruksi, dan keterlibatan aktif. kelas hendaknya menyediakan bahasa dalam konteks alami dan kelas yang kaya bahasa. Jika relevan, bahasa akan mudah dipelajari dan menjadi bagian suatu peristiwa nyata sehingga pembelajar memiliki kemampuan memanfaatkannya. (Suwardjo dalam Zulkifly, 2006: 52). Sejalan dengan itu, Hamalik (2001) dalam Zulkifly (2006: 52) mengemukakan lingkungan merupakan faktor terpenting dalam proses belajarmengajar karena lingkungan menyediakan proses rangsangan timbal-balik terhadap individu. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk menulis. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang dimuat dalam judul Upaya Mengoptimalkan Pembelajaran Menulis Puisi bebas dengan Media Lingkungan (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SDN 1 Parigi Tagogapu Padalarang Tahun Pelajaran 2011-2012)

5

1.2 Pembatasan Masalah Dalam proses penelitian ini agar tidak menyimpang dari pokok penelitian, maka masalah-masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini akan dibatasi sebagai berikut: 1) Sebagai objek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011 2012 2) Kompetisi dasar yang akan dianalisis dari karya sastra yaitu menulis puisi bebas; 3) Media pembelajaran yang akan dijadikan pelakuan adalah media lingkungan

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan ditelaah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini. 1) Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ? 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ? 3) Bagaimana penilaian pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui :

6

1) perencanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012; 2) pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012; 3) penilaian pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012.

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait, yaitu sebagai berikut ini. 1) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan menambah pengalaman, pengetahuan dan kekreatifan sebagai seorang pengajar bahasa dan sastra Indonesia. 2) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keaktifan dan kekreatifan dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas 3) Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan membantu para guru sebagai bahan perbandingan dalam pembelajaran menulis puisi bebas 4) Bagi Lembaga Penelitian ini di harapkan menambah wawasan penggunaan media lingkungan khususnya dalam pembelajaran menulis puisi bebas

7

1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan. peneliti tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Secara etimologi ada tiga istilah dalam PTK, yaitu : 1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistimatis, empiris, dan terkontrol. 2. Kelas adalah tempat belajar berlangsung 3. Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah dalam bidan pendidikan.

8

1.6.2 Teknik Penelitian Teknik penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart, Menurut Kemmis dan Taggart via Suyata (1994:16), penelitian tindakan kelas mengenal empat langkah penting yaitu: perencanaan, tindakan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Dalam penelitian ini akan dilakukan dua siklus.

OBA

P

T

O

R

RP

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Siklus Pembelajaran Keterangan: OBA P T O R RP : Observasi Awal : Perencanaan : Tindakan : Observasi : Refleksi : Revisi Perencanaan

9

1.7 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator. 1. Siswa Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar 2. Guru 3. Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran menulis puisi bebas dan hasil belajar serta aktifitas siswa dalam proses pembelajaran 4. Teman sejawat dan kolaborator Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif baik dari sisi siswa maupun guru

1.8 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari RPP, Observasi, Wawancara dan Pengamatan : (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan (RPP) adalah Rencana yang untuk

menggambarkan

prosedur

pengorganisasian

pembelajaran

mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (2) Lembar observasi

10

Lembar observasi adalah lembar kegiatan yang digunakan untuk mencatat aktivitas siswa melalui pengamatan langsung dengan menggunakan alat indera. (3) Lembar wawancara Wawancara ( Interview ) merupakan salah satu cara pengumpulan data yang langsung didapat dari sumber penelitian melalui percakapan secara lisan atau tanya jawab : (4) Pengamatan Pengamatan adalah hasil penelitian yang dilakukan selama siswa diluar sekolah

1.9 Definisi Operasional 1). Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan memberi tahu, meyakinkan atau menghibur. 2) Puisi adalah karangan yang terikat oleh pemilihan diksi, rima dan suku kata dengan bentuk yang berangkap. 3) Puisi Bebas adalah (puisi modern) adalah bentuk puisi yang benar-benar bebas, bebas dalam bentuk maupun isi. Jenis puisi ini tidak lagi terikat oleh jumlah baris, rima atau ikatan lain yang biasa dikenakan pada puisi lama maupn puisi baru. (Suroto:1989)

11

4)

Media

Pengertian

media

mengarah

pada

sesuatu

yang

mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force, 1977:162)(dalam Latuheru, 1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (Transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).

12

BAB 2 IHWAL MENULIS PUISI BEBAS DAN MEDIA LINGKUNGAN

2.1 Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Pada hakikatnya menulis adalah salah satu cara berkomunikasi untuk mengungkapkan ekspresi diri, pembentukan tingkah laku serta salah satu cara belajar. Untuk dapat menulis secara komunikatif, penulis harus

mengekspresikan dirinya pada saat ia berbagi dengan pembaca serta mengikuti aturan sehingga membuat pembaca belajar dapat menekankan tulisannya pada setiap fungsi berbeda sesuai dengan kegiatan menulis itu sendiri. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ada empat keterampilan ya n g ha r us di k u as ai ol e h si s w a yai t u

ket e r am p i l an m en d en ga r ka n , be r bi ca r a, membaca dan menulis (Depdiknas, 2006: 22). Keempat keterampilan tersebut satu d en ga n yan g l ai n n ya Um u m n ya s al i n g b e rk ai t a n m el al ui a t ur a n ya n g t er at u r.

keterampilan berbicara

menyimak kemudian

mendahului keterampilan

keterampilan

membaca dan terakhir keterampilan menulis. Hal ini s e j a l a n pendapat (Tarigan: 1985) yang mengatakan bahwa, secara umum keterampilan m en yi m ak d a n be r b i c a ra d i m ul ai u si a pr a

12

13

se kol a h s ed an g k an ket e r am p i l an membaca dan menulis setelah memasuki bangku sekolah. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus

dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memahami lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2008:22). Menulis adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi keduanya demi tercapainya suatu tujuan. Atar Semi (1990:13-14)

14

mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses. Dari proses tersebut, menulis juga melibatkan berbagai keterampilan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat. Menurut Suparno dan M. Yunus (2008: 1.3) menjelaskan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai atat atau medianya. Menulis juga merupakan sebuah proses. Oleh karena itu kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena ketika menulis khususnya mengarang sudah dituntut untuk menggunakan ejaan yang benar, dengan kosakata yang tepat, kalimat yang efektif serta dengan penggunaan paragraf yang baik. Itulah sebabnya kemampuan menulis dikatakan sangat kompleks Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar (Resmini, Novi dkk, 2006: 191). Menulis dapat didefinisikan atau dibatasi dari sudut pandang berbeda, sehingga menulis dapat dipandang sebagai (1) kemampuan individu, (2) keterampilam berbahasa, (3) alat penyampai pesan, (4) suatu proses yang bertahap, (5) kegiatan seseorang dalam menyampaikan tulisan, (6) sesuatu yang dapat dipelajari dan dilatihkan, atau (7) keterampilam yang diajarkan.

15

Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Tarigan dalam Isah dan Hodijah (2007: 127) menjelaskan perbedaan menulis dengan tiga keterampilan berbahasa lain. Menulis memiliki kesamaan media bahasa dengan membaca, yakni sama-sama menggunakan bahasa tulis (grafem), namun berbeda dari menyimak dan berbicara, yakni menggunakan bahasa lisan (fonem). Menulis memiliki kesamaan dengan berbicara yakni sama-sama memproduksi (menghasilkan) pesan, namun berbeda dari membaca dan menyimak. Pesan dihasilkan (produktif) dalam menulis, sementara pesan diterima (reseftif) dalam membaca dan menyimak Menurut Resmini, Novi dkk (2009: 226) pembelajaran menulis di SD dilaksanakan dengan berlandas tumpu pada kurikulum mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Artinya, pembelajaran tersebut harus sejalan dengan tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis

mempunyai arti yang sangat penting yaitu: a. Menulis dalam arti mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam tulisan; b. Menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran dan perasaan. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai siswa setelah kemampuan

mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan

16

berbahasa yang lain, menulis lebih sulit dikuasai (Nurgiantoro, 2008:294). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. 2.1.2 Jenis Menulis Secara garis besar ada 3 jenis menulis, yaitu menulis fiksi, faksi dan nonfiksi. Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut: a. Menulis fiksi adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi. Dalam jenis menulis ini penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat kejadian merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap ada kemungkinan terjadi persamaan antara imajinasi penulis dengan kenyataan yang pernah terjadi di suatu tempat. Menulis non fiksi Beberapa cerita fiksi bahkan mencegangkan dunia karena ternyata benar-benar menjadi kenyataan di masa depan. Misalnya novel Futility yang ditulis oleh Morgan Robertson pada tahun 1989. Novel ini berkisah tentang kapal mewah Titinaic yang tenggelam setelah menabrak gunung es di Atlantik Utara. Dalam kenyataan pada tahun 1912 atau 14 tahun setelah novel Futility ini terbit. Sebuah kapal mewah bernama Titanic benar-benar menabrak sebuah gunung es di Atlantik Utara. Termasuk dalan jenis menulis fiksi ini adalah cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novelet, novela, novel dan puisi. b. Menulis non fiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan

17

benar tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis menulis ini adalah berita, artike, feature (tulisan khas), opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi, otobiografi dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis nonfiksi ini. c. Menulis faksi ada satu lagi jenis menulis yang belakangan ini banyak digunakan yaitu menulis faksi. Faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan nonfiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan menambah bumbu-bumbu penyedap agar cerita semakin enak dibaca.

2.1.2 Manfaat Menulis Kemampuan menulis permulaan memiliki manfaat t e r u t a m a p a d a kemampuan menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, manfaat tersebut antara lain: 1) Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata. 2) Meningkatkan kelancaran tulis menulis dan menyusun kalimat 3) Sebuah karangan pada hakikatnya berhubungan bahasa dan kehidupan. 4) Kegiatan tulis menulis meningkatkan kemampuan u ntuk

pengaturan dan pengorganisasian. 5) Mendorong calon penulis terbiasa mengembangankan suatu gaya penulisan pribadi dan terbiasa mencari pengorganisasian yang

18

sesuai dengan gagasannya sendiri. Dalam makalahnya, Yus Rusyana mengungkapkan manfaat menulis sebagai berikut: a. Mencatat sesuatu agar tidak mudah dilupakan; b. Mencatat pikiran-pikiran; c. Mencatat renungan-renungan; d. Mencatat gagasan-gagasan.

2.1.3 Tujuan Menulis Abdurrahman dan Walu yo (2000: 223) men yatakan bahwa tujuan m en ul i s si s w a di sek ol ah d as a r u nt uk

m en ya l i n , m en c at at , da n m en ge rj a ka n sebagian besar tugas-tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa dengan baik. Graves (dal am A kh a di a , 199 1 : 1 4 - 15 ) menyatakan bahwa, dengan menguasai keterampilan menulis siswa dapat: (1) meningkatkan kecerdasannya, (2) mengembangkan daya inisiatif dan kreatif, (3) menumbuhkan keberanian dan (4) dapat mendorong motivasi anak untuk mencari dan menemukan informasi. Dari beberapa tujuan menulis di atas, terlihat bahwa menulis adalah salah satu keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh anak sekolah dasar, sesudah keterampilan menyimak dan berbicara. Syafeie (1989: 256) menyatakan bahwa, kemampuan dan keterampilan baca tulis harus segera dikuasai oleh siswa karena k em am pu an da n k et e r am p i l an

19

i ni s e ca r a l an gs un g b er k ai t an d e n gan sel ur uh kegiatan proses belajar mengajar di sekolah dasar. M e nul i s d a pat di p a nd an g s eb a gai r an gk ai an a kt i v i t as ya n g f l e ksi b el . Rangkaian aktivitas yang menulis draf, revisi

fleksibel maksudnya meliputi

pra menulis,

penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan. Perkembangan anak dalam menulis permulaan juga terjadi secara perlahan-lahan, dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran kedalam tulisan.

2.1.4 Rambu-rambu Pembelajaran Menulis Berikut ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah. 1) Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis. 2) Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan. 3) Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis). 4) Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu berpikir dan bernalar.

20

5) Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas. 6) Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus seimbang. 7) Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang mengacu pada konteks atau tema. 8) Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang disarankan utnuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi. 9) Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar kelas. 10) Sumber belajar menulis dapat berupa (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, (b) media cetak, surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan: alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta (g) hasil karya anak. 11) Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil. 12) Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis.

21

2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang

diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut secara ringkas berdasarkan beberapa referensi.

2.1.6 Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah dasar Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk

22

mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Banyak orang menganggap bahwa menulis puisi merupakan suatu bakat, sehingga orang yang tidak mempunyai bakat tidak akan bisa menulis puisi. Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya benar. Seseorang bisa saja terampil menulis puisi karena giat belajar dan berlatih karena sesungguhnya menulis puisi merupakan sebuah keterampilan (Wiyanto, 2005:48).Menulis puisi Yang dimaksud menulis puisi dalam penelitian ini adalah

pengungkapan perasaan, gagasan/ide terhadap sesuatu yang dialami, dirasakan, didengar, dan dilihat. Semuanya dituangkan secara tertulis dalam bentuk puisi dengan mempertimbangkan aspek ketepatan pilihan kata, penggunaan majas, persajakan, serta keindahan bahasa. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang terdapat pada subbab sebelumnya. Dalam penulisan puisi, Pradopo (19970 membedakan penulisan puisi menjadi tiga bentuk yaitu puisi anak-anak, puisi remaja, dan puisi dewasa. Jenis puisi tersebut dikategorikan berdasarkan pada tingkat usia penulis puisi yang berkaitan erat dengan isi dan gaya ekspresinya. Jika kita lihat dan jenisjenis puisi di atas, maka penulisan yang yang harus dilakukan oleh seorang

23

penulis untuk menghasilkan sebuah karya yang indah. (Wiyanto, 2005:48) menjelaskan ada beberapa langkah di dalam menulis puisi. Yang pertama yaitu menentukan tema puisi yang akan ditulis. Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan oleh seorang penulis di dalam puisinya. (Wiyanto, 2005:48). Tema puisi dapat diambil dari mana saja, ia tersebar luas di sekitar kita. Setelah menentukan tema, hal yang harus dilakukan selanjutnya mengembangkan tema tersebut menjadi bait-bait atau larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat. Dalam proses pengembangan tema,ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pengarang, di antaranya.

1. Memilih kata-kata yang tepat atau yang sesuai, yang dapat mewakili perasaan pengarang. 2. Menggunakan atau memilih gaya bahasa yang akan digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah dan enak untuk dinikmat; 3. Menentukan pengimajian puisi. 4. Menentukan bentuk tipografi dan lain-lain.

Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkahlangkah sebagai berikut. a) seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek tulisannya, b) sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,

24

c) merumuskan tujuan penulisan, d) tulisan selalu berfokus pada topik, e) untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh, f) gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas, g) hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.

2.1.7 Kemampuan Menulis Puisi di Sekolah Dasar Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan mengekspresikan

perasaan/mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis, yang meliputi empat unsur sebagai berikut : (1) Gagasan, dapat berupa pendapat, pengalaman pribadi yang ada dalam pikiran seseorang. (2) Tuturan, bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca . Dalam kepustakaan teknik mengarang telah lazim dibedakan menjadi empat bentuk yaitu; penceritaan, pelukisan , pemaparan, dan perbincangan. (3) Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. (4) Wahana merupakan sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosakata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa secara efektif)

25

2.1.7 Syarat Menulis Puisi Syarat menulis puisi yang baik secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Herfanda dalam Aminuddin dkk., (2004:77) menjelaskan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret. Seorang sastrawan senior, Ahmadun Herfanda dalam Aminuddin dkk (2004:77) memberikan tips cara-cara menulis puisi. Seorang penulis harus memperhatikan beberapa hal di dalam proses penulisan puisi. Pertama, menulis dengan perasaan, biarkanlah perasaan kita bekerja saat menulis puisi, rasakanlah sesuatu yang indah dan menggetarkan. Kedua, manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi. Ketiga, sedapat mungkin hindarilah pernyataan-pernyataan yang verbalistik (ide yang kosong, kering serta miskin imajinasi. Keempat memberikan sentuhan intelektualitas-kecerdasan, wawasan pengetahuan yang luas, pengetahuan setetik yang cukup dan sikap kritis. Terakhir, menulislah dengan cinta. Mulailah menulis dengan rasa cinta, kesukacitaan, dan gairah.

26

2.2 Puisi 2.2.1 Pengertian Puisi Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau poeisis pembuatan, dan dalam bahasa Inggris poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. (Aminuddin, 1991: 134). Hudson mengutip Mc Caulay dalam Aminuddin (1991:134)

mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaiannya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Herman J. Waluyo ( 2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. Pendapat lain mengenai pengertian puisi disampaikan oleh Pradopo (2002:7), yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Puisi merupakan rekaman dan interpretasi

pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya.

27

Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan, emosi, ide yang disampaikan dengan bahasa yang indah susunannya dan mempunyai makna yang luas. Puisi merupakan wujud dari pengalaman penulisnya dalam bentuk bahasa yang memiliki makna yang dalam. Bahasa puisi bersifat plastis, namun mampu mengakomodasikan berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Dimensi itu, misalnya imagery, yaitu gambar angan-angan pada saat orang membaca sebuah karya, sehingga merasa terlibat dengan pengalaman penyair. 2.2.2 Ciri-ciri Puisi Waluyo (2005:2-13) dalam bukunya yang berjudul Menulis Puisi menjelaskan bahwa ciri-ciri puisi juga dilihat dari segi kebahasan atau bentuk yaitu : 1. adanya pemadatan bahasa; 2. menggunakan pemilihan kata yang khas; 3. adanya konkret; 4. pengimajian; 5. memiliki irama; dan tata wajah

28

Jika dilihat dari apa yang disampaikan oleh pengarang pada setiap karyanya, ada empat ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi yaitu tema puisi, nada dan suasana, perasaan, dan amanat (Waluyo, 2005:17). 2.2.3 Ragam Puisi Aminuddin (1991: 134-136) menguraikan ragam puisi ditinjau dari bentuk maupun isinya, sebagai berikut. a. Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan antara folk epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. b. Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah apa yang biasa disebut balada, yang dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale sebagai puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat. c. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat

29

dalam khazanah sastra modern di Indonesia seperti tampak dalam puisipuisi Chairil Anwar, Sapardi Djokodamono, atau Goenawan Mohammad. d. Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog. e. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit. f. Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat. g. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih. h. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang. i. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan. j. Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa maupun tanah air.

30

2.2.4 Jenis-jenis Puisi Ditinjau dari jenisnya puisi dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu; 1. 2. 3. 4. Puisi lama, Puisi baru, Puisi modern dan Puisi kontemporer.

Masing-masing jenis puisi tersebut diuraikan sebagai berikut ; a. Puisi lama Puisi lama adalah puisi yang banyak terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain jumlah baris dalam 1 bait, jumlah kata dalam 1 baris, persajakan, banyaknya suku kata tiap baris maupun irama. Ciri-ciri puisi lama antara lain

Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun irama.

Yang termasuk puisi lama adalah;1. 2.

Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-ba-b, tiap bait terdiri 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama atau nasihat, teka-teki, jenaka.

3.

Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.

31

4. 5.

Seloka adalah pantun berkait. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.

6.

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

7.

Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6,8 ataupun 10 baris.

b. Puisi Baru Puisi baru sering juga disebut sebagai sajak. Puisi baru lebih menekankan pada isi yang terkandung di dalamnya. Puisi baru merupakan pancaran masyarakat baru dan banyak dihasilkan oleh para sastrawan angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru. Menurut bentuknya, puisi terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Distikhon (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas dua baris, Tersina (sajak dua seuntai), Yaitu tiap bait terdiri atas tiga baris, Quantrin (sajak empat seuntai), yaitu tiap bait terdiri empat baris, Quin (sajak lima seuntai), yaitu tiap bait terdiri dari lima baris, Sextet (sajak enam seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas enam baris, Septima (sajak tujuh seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas tujuh baris, Stanza atau octaf (sajak delapan seuntai), Yaitu tiap bait terdiri atas delapan baris, dan 8. Sonata (sajak empat belas seuntai)

32

c.

Puisi Modern Menurut Jalil (1990) puisi modern ini muncul, sejak kehadiran Jepang di

Indonesia. Walaupun kehadiran Jepang di Indonesia memberikan kesengsaraan bagi masyarakat, namun bagi penyair memberikan kandungan keuntungan yang sangat besar, yaitu adanya kebebasan menggunakan bahasa indonesia. Kebebasan menggunakan bahasa indonesia oleh penyair, digunakan sebagai alat untuk menghembuskan napas kebencian pada Jepang. Penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan 1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern. Diantara puisi modern; (1) berjudul Aku karya Chairil Anwar, (2) berjudul Padamu Jua Karya Amir Hamzah. d. Puisi Kontemporer Sesungguhnya bagi angkatan pujangga baru yang masih hidup antara tahun 1966-1970, kehadiran puisi kontemporer pada mulanya tidak diakuinya, karena mereka menganggap bahwa puisi dari jaman revolusi ini bukan lahir dari penyair yang benar-benar penyair, karena tokoh dari puisi ini dianggap brengsek, namun sebenarnya tidaklah demikian. Kehadiran puisi kontemporer merupakan perkembangan puisi Indonesia. Tahapan dari karya puisi kontemporer tidah hanya mementingkan diri si penyair, tetapi tuntutan keharusan, kemestian dan kebenaran menjadi tahap yang utama dalam menciptakan sebuah puisi. Tokoh puisi kontemporer adalah Taufik Ismail, Darmanto Jatman, Rendra, Sutarji Calzoum Bachri. Di antara puisi kontemporer yaitu; berjudul: Malam Sebelum Badai karya Taufik Ismail.

33

2.2.5 Bangun Struktur Puisi Menurut Aminuddin (1991: 136), jika ditinjau berdasarkan unsur intrinsik pembentuknya, puisi terdiri atas dua unsur yakni (1) bangun struktur dan (2) lapis makna. Bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut akan meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik atau baris, (4) bait, (5) tipografi. Bangun struktur disebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca. Unsur tersebut pada dasarnya merupakan unsur yang tersembunyi di balik apa yang dapat diamati secara visual. Unsur yang tersembunyi di balik bangun struktur disebut dengan istilah lapis makna. Richards dalam Aminuddin (1991: 150-151) memaparkan lapis makna tersebut sebagai berikut: (1) sense yaitu sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya, (2) subject matter yakni pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya, (3) feeling yaitu sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya, (4) tone ialah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya, (5) total of meaning adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi, dan (6) theme yaitu ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi.

34

2.2.6 Teknik Menulis Puisi Teknik penulisan puisi menurut Imam dkk. (2004: 39 - 45) adalah sebagai berikut. a. Bahan Banyak teori menyebutkan bahwa menulis puisi itu bermula dari tema karena tema merupakan hal yang hendak dikatakan penyair. Lalu orang sibuk mencari tema: cinta, keadilan, penderitaan. Setelah tema ditemukan, ternyata dia tak bisa menjabarkannya ke dalam larik-larik puisi. Sesungguhnya tema itu amatlah abstrak. Karena abstrak itulah kita mengalami kesulitan

menguraikannya ke dalam larik-larik atau bait-bait puisi. Puisi tak harus berangkat dari tema, ia bisa berangkat dari mana saja. Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman manusia sehari-hari. Banyak kejadian yang bisa digubah menjadi puisi. Hanya saja kita dituntut peka menangkap kejadian atau hal mana yang bisa dikembangkan jadi puisi. Kepekaan itulah sesungguhnya yang membedakan penyair dengan manusia massa. b. Bentuk Ekspresi Bentuk ekspresi menyangkut ciri visual puisi. Bagaimana kita menulis puisi, dalam arti menata hurufnya secara grafis. Puisi secara visual dibentuk oleh larik dan bait. Pada umumnya satu bait mengandung satu pokok pikiran. Fungsi bait tak jauh berbeda dengan fungsi paragraf dalam karya paparan. Satu bait dapat terdiri atas satu larik atau lebih.

35

c. Pengembangan Bahan Puisi sebenarnya bukan sekadar ungkapan perasaan penyair, tetapi juga pemikirannya. Akibatnya penyair bukan sekadar melukiskan apa yang ia amati atau ia rasakan, tetapi juga memberikan penilaian, kritik, pemikiran, terhadap apa yang menyentuh kesadaran estetik dan kritisnya itu. Dalam proses penciptaan puisi terdapat berbagai sikap penyair dalam menghadapi realitas sebagai bahan: pertama, penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena alam; kedua, penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan tertentu; ketiga, gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka; keempat, gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan potensi bahasa yang unik dan menarik.

2.3 Teknik Pembelajaran Media Lingkungan 2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media. Para ahli AECT (Association of Education and Communication Technology) digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi. Fleming

36

(1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran. Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Adapun menurut Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar belajar. Sementara itu Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang tujuannya dapat memberikan pengalaman konkret, meningkatkan motivasi belajar, mempertinggi daya serap, dan retensi belajar pembelajar. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran menurut Gagne dan Briggs (1975) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer.

37

Dalam proses pembelajaran, kegunaan media pembelajaran adalah : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya : a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar; c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelase d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal; e. Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk : a) menimbulkan kegairahan belajar; b) memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan; c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Sifat unik tiap pembelajar, lingkungan dan pengalaman yang berbeda, kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap pembelajar, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi bila latar belakang lingkungan guru dan pembelajar juga berbeda. Masalah ini dapat

38

diatasi

dengan

media

pendidikan,

yaitu

kemampuannya

dalam

:

a) memberikan rangsangan yang sama; b) mempersamakan pengalaman; dan c) menimbulkan persepsi yang sama.

2.3.2 Media Lingkungan Media adalah perantara dan juga wahana penyampai pesan atau informasi belajar. Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingnya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut Kerucut pengalaman Edgar Dale dikemukakan bahwa ada suatu kontinum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning). Menurut Arief S. Sadiman (2006) sumber belajar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu : 1) Jenis orang 2) Pesan atau informasi (message), 3) Jenis bahan (materials), ke dalam jenis ini sering disebut perangkat lunak (software) yang di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, misalnya : modul, majalah,OHP,

compact disk (CD) program atau data.

39

4) Alat (device) atau hardware yang menyajikan pesan, misalnya :projector film, video, TV, Komputer, dan lain-lain.

5) Teknik adalah prosedur rutin atau acuan untuk menggunakan alat, bahan, atau orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah,ceramah,tanya-jawab,dan sejenisnya. 6) Lingkungan (setting), yaitu tempat yang memungkinkan pembelajar belajar. Misalnya : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, museum, taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan sejenisnya.

2.3.3 Media Lingkungan sebagai sumber belajar Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di

40

lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 1). Keuntungan memanfaatkan media lingkungan Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain :(1)

Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan

(2)

Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.

41

(3)

Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).

(4)

Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau

peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.(5)

Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

(6)

Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

2.3.4 Prinsip-prinsip Rekayasa Media Pembelajaran Prinsip pembuatan media yang perlu diperhatikan, yaitu :1)

Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.

2)

Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak.

42

3)

Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi

(menemukan sendiri)4)

Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa.

5)

Usahakan kemenarikan

memenuhi

unsur

kebenaran

substansial

dan

6)

Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa

7)

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah

8)

Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik

43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metodologi Penelitian Metode penelitian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Aqib (2007:12) PTK adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Selain itu, menurut Wiriatmadja (2007:13) PTK yaitu sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut. Beberapa alasan pemilihan metode penelitian dengan menggunakan PTK adalah pertama karena PTK sangan kondusif untuk membuat guru menjadi peka terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional dalam kegiatan proses KBM. Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keempat, pelaksanaan PTK tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung. Kelima, dengan melaksanakan PTK pengajar menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipahaminya. 43

44

3.2

Model-model Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dibicarakan masalah pengembangan desain yang dapat disusun

untuk implementasi penelitian tindakan kelas (PTK) terlebih dahulu akan dikemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas dank arena dengan diketahui berbagai desain model penelitian tindakan, desain yang dikembangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah. Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahn yang terdapat didalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Desain-desain tersebut diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis dan Mc Taggart, 3). Model John Elliot, 4). Model Hopkins, 5). Model Mc Kernan.

3.3

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan rekan sejawat di SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat berdiskusi dalam memecahkan masalah penelitian ini sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, khususnya kemampuan menulis puisi bebas.

45

Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. OBA P T O R RP

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Siklus Pembelajaran Keterangan: OBA P T O R RP : Observasi Awal : Perencanaan : Tindakan : Observasi : Refleksi : Revisi Perencanaan

Gambar 3.3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan kelas Kemmis and Mc Taggart Suyata (1994:16)

46

Langkah-langkah tindakan kelas yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.3

Setting dan Subjek Penelitian 3.3.1 Setting Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Parigi Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini beralamat di Kp. Parigi RT 02/RW 21 Desa Tagogapu Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Waktu pelaksanaan yaitu dua minggu, dimulai dari minggu pertama bulan Februari tepatnya pada tanggal 13 Februari 2012 sampai minggu keempat bulan Maret. 3.3.2 Subjek Penelitian Siswa yang dijadikan subjek penelitian yaitu siswa kelas V SDN 1 Parigi sebanyak 57 siswa yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan. Ditinjau dari latar belakang siswa, siswa dari sekolah ini sangat heterogen, berasal dari strata social ekonomi yang berbeda-beda pula. Sosial ekonomi siswa pada umumnya termasuk kepada golongan menengah ke bawah sedangkan tempat tinggalnya berasal dari lingkungan pedesaan.

3.4

Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur yang meliputi tahap persiapan

atau perencanaan penelitian, pelaksanaan, dan tahap evaluasi serta refleksi.

47

3.4.1 Pada tahap perencanaan penelitian Penulis melakukan persiapan antara lain menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran untuk dua siklus, menyusun format observasi, instrument penelitian dan pedoman wawancara. 3.4.2 Rencana Penelitian a. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran Pada hari Senin, 13 Februari 2012. Peneliti melakukan pengamatan (observasi) dan mengidentifikasi berbagai masalah dan menganalisis masalah yang timbul pada saat pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini, kegiatan dilakukan pengamat sekaligus penulis melakukan direncanakan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran, 2. Pengisian lembar observasi untuk pengamat (observer) pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, 3. Pengisian lembar kerja siswa diberikan pada setiap siklus, 4. Tes tertulis diberikan pada setiap akhir siklus tindakan sesuai dengan langkah-langkah yang

Pelaksanaan fase-fase dalam kegiatan pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Data dari setiap tindakan pembelajaran yang berlangsung

48

dikumpulkan melalui lembar observasi, sehingga tahap observasi dan tahap pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Hasil observasi ini digunakan untuk mencari pemecahan atau solusi yang tepat untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Februari 2012. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini diawali dengan melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil kegiatan ini, selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. Pada tahap ini, pengamat sekaligus penulis melakukan tindakan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Dari hasil kegiatan tersebut, maka dilakukan tindakan sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan media lingkungan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Menyusun tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar. 2) Menentukan materi pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

49

3) Menentukan metode/teknik yang digunakan. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu media pembelajaran 4) Merumuskan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut : a) Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan meliputi apersepsi yang dilakukan dengan perencanaan teknik media lingkungan. b) Kegiatan inti (1) Guru menyiapkan karton yang sudah bertuliskan karya puisi bebas mengenai lingkungan. (2) Semua siswa mengamati karya puisi bebas yang dibuat oleh guru. (3) Guru menjelaskan tentang tema puisi bebas yang berkaitan dengan lingkungan kemudian siswa dibagi dengan beberapa kelompok. (4) Guru mengajak semua siswa keluar kelas melihat lingkungan sekitar dan memberi tugas membuat bait-bait puisi bebas dengan melihat lingkungan disekitar sekolah. (5) Setelah selesai siswa semua masuk dan setiap kelompok membacakan hasil karya puisi bebas yang telah dibuatnya. (6) Siswa dan guru melakukan pembahasan terhadap pekerjaan yang telah dibuat siswa dengan cara kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan yang telah

50

dibuat masing-masing kelompok. Tanggapan tersebut berupa pembetulan yang disertai penjelasan atau alas an. Guru memberikan komentar terhadap pekerjaan dan tanggapan siswa c) Kegiatan Penutup (1) Guru dan siswa melakukan refleksi dengan bertanya jawab tentang jalannya pembelajaran yang telah dilakukan. (2) Guru memberikan penguatan kepada siswa dengan

memberikan komentar positif tentang hasil pekerjaan siswa. 3.4.3 Tahap Evaluasi dan Refleksi Tahap evaluasi adalah pemberian tes formatif pada setiap siklus. Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali yakni sesuai dengan jumlah siklus yang dilaksanakan. Adapun tahap refleksi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran setiap siklus selesai dengan tujuan untuk membahas berbagai permasalahan atau kekurangan pada setiap siklus. Hasil refleksi kemudian dijadikan acuan pada siklus berikutnya.

3.5

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dipilih sesuai dengan data yang diinginkan, instrument

yang digunakan dalam penelitian ini adalah . 1) Tes Tes yang digunakan adalah tes evaluasi yakni tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas.

51

2) Non Tes Instrumen non tes yaitu berupa lembar observasi dan wawancara a. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui gambaran tentang aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Secara menyeluruh, observasi dilakukan untuk merekam segala kejadian mengenai pelaksanaan pembelajaran. Adapun sasaran utama dari observasi kegiatan siswa yaitu interaksi sosial, motivasi belajar, implementasi pembelajaran dan prsetasi belajar siswa.

52

Tabel 3.1 Contoh lembar observasi aktivitas guru LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Aspek yang diobservasi Mengkondisikan siswa untuk siap belajar Menginformasikan secara umum pembelajaran hari ini Memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis puisi bebas Memberikan materi yang sesuiai dengan fokus pembelajaran menulis puisi bebas Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya/berpendapat Memberikan contoh penulisan puisi bebas Memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis puisi bebas Membimbing siswa dalam menulis puisi bebas Guru mengevaluasi menulis puisi bebas Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut

Parigi, 2012 Observer

Dodo Subagio S.Pd Nip. 197211082007011005

53

Tabel 3.2 Contoh lembar observasi aktivitas siswa LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Aspek yang diobservasi Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran Siswa menyimak pertanyaan yang diajukan guru dalam rangka menggali konsepsi awal siswa Siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diajukan Siswa mampu memberikan pengimajian terhadap penulisan puisi bebas Siswa berdiskusi kelompok dalam menulis puisi bebas Siswa dalam kelompok masing-masing mengeluarkan ide dan gagasan menulis puisi bebas Siswa melakukan percobaan menulis puisi bebas Siswa berkonsentrasi dalam membuat puisi bebas Siswa berani untuk tampil ke depan membacakan hasil penulisan puisi bebas karya kelompok Perilaku siswa sesuai dengan KBM yang berlangsung

Parigi, 2012 Peneliti

Atek Tedy Kuswara

54

b. Wawancara Pedoman wawancara adalah instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui Tanya jawab atau wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang siswa dan teman sejawat (guru) yang mengadakan observasi tentang kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas. Tabel 3.3 Contoh lembar wawancara LEMBAR WAWANCARA Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5 6

Aspek yang diwawancara Apakah kamu senang belajar dengan media lingkungan Apakah kamu senang menulis puisi bebas dengan media lingkungan Apa kesulitanmu dalam menulis puisi bebas Apakah kamu senang belajar selalu di dalam kelas Dengan media lingkungan apakah lebih mudah menulis puisi bebas Apakah membosankan bila guru mengajar tidak memakai media pembelajaran Parigi, 2012 Peneliti

Atek Tedy Kuswara

55

3.6

Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes,

observasi. Secara jelas hal-hal tersebut disajikan berikut ini. Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. Adapun observasi dilaksanakan pada awal penelitian untuk menentukan permasalahan yang akan diteliti. Berbagai hal dilakukan selama observasi, dicatat untuk bahan perbaikan dalam setiap tindakan. Selain itu observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini berbagai kegiatan yang sudah muncul dan belum muncul pada setiap kegiatan dicatat untuk catatan dan perbaikan pada tindakan berikutnya. Data yang terkumpul melalui kegiatan observasi selanjutnya dianalisis dan dilakukan refleksi sebagai bahan masukan pada kegiatan berikutnya. Hasil refleksi tersebut merupakan pedoman dalam melaksanakan tindakan berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. Wawancara untuk mengetahui pendapat/sikap siswa dan teman sejawat tentang proses pembelajaran yang tepat, sehingga peneliti dapat memilih media pembelajaran yang efektif dan efisien pada pembelajaran menulis puisi bebas. Catatan lapangan merupakan kegiatan catatan temuan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun catatan lapangan sifatnya spontan dan tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan berikutnya.

56

3.7 Teknik Analisis Data Pengolahan data dilakukan selama penelitian dari awal sampai akhir. Langkah-langkah pengolahan data yaitu penyeleksian data dengan mengolah data akurat yang dapat menjawab fokus penelitian dan memberikan gambaran tentang hasil penelitian. Pada kegiatan ini peneliti berusaha menginterpretasi temuantemuan berdasarkan kerangka teoretik yang telah dipilih dengan mengacu kepada norma-norma praktis yang disetujui. Hasil tes selanjutnya diolah dengan langkahlangkah sebagai berikut. 1) Membaca puisi bebas hasil karya siswa masing-masing kelompok 2) Menganalisis puisi bebas berdasarkan aspek penulisan puisi bebas yang meliputi syarat-syarat puisi bebas yaitu bait, larik dan isi.

Tabel 3.4 Format Kriteria Penilain Membuat Puisi BebasAspek yang dinilai Gaya Diksi Imaji Bahasa

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Nama Siswa Tobi Injelita Acep Suryana Agus Tana Ai Widaningsih Asep Saepul Asep Teja Sukmana Asep Wahyudin G Azmi Destian Cahyadi Cahyati Dandi Dede Lesmana S Deden Gesit Detriana Dewi Nurbayu

Tema

Tata Wajah

Jumlah

57

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

Doni Hidayat Dwi Fajarwati Elis Cahyati Eneng Kartini Fitri Indriani Gilang Permata D Hera Widiawati Iin Ajeng Kartika Kamalludin Kurniawan M Fauzi Neng Chelsa Neng Susi Damayanti Neng Winarti Nita Karlita Rani Latifah Reina Ramdiani Riska Riyanti R Rita Aisyah Rohiman Sunarti Siska Yulianti Siti Rahmawati Sri Nur Muliyawati Sugiman Mukti Susi Safitri Tanti Rosmiati Tanti Septiani Taufik Hidayat Tia Mulyadi Tira Nurhayati Tira Nurjanah Wahyu Muhamad Wahyu Subagja Wandi Setiawan Wawan Wahyudin Wisnu Purnama Wiwin Winarti Selvia Halimatusolihah Andri Indrawan Deni Rodiana Dini Selni Aprilianti

58

Tabel 3.5 Kisi-kisi Penilaian Menulis PuisiNo. 1. Kategori Tema Kriteria Tema puisi tepat dan sesuai dengan isi puisi Tema puisi ada kaitan dengan isi puisi Tema hampir sesuai dengan isi puisi Tema kurang sesuai dengan isi puisi Tema tidak sesuai dengan isi puisi Diksi yang digunakan tepat, bervariasi dan Menimbulkan keindahan Diksi yang digunakan sudah bagus, bervariasi, namun belum menimbulkan keindahan Diksi yang digunakan belum bervariasi Masih ada diksi yang kurang tepat Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat Imaji yang digunakan sangat tepat, sangat menimbulakn suasana dan sangat memperkuat daya ungkap/bayangan Imaji yang digunakan tepat, menimbulkan suasana, dan memperkuat daya ungkap/bayang Imaji yang digunakan tepat, menimbulkan suasana, namun kurang memperkuat daya ungkap/bayang Imaji yang digunakan kurang tepat, kurang menimbulkan suasana dan kurang menimbulkan daya ungkap/baying Imaji yang digunakan tidak tepat, tidak menimbulkan suasana dan tidak memperkuat daya ungkap/bayang Sangat banyak menggunakan gaya bahasa dan ekspresif Banyak menggunakan gaya bahasa dan ekspresif Sedikit menggunakan gaya bahasa dan kurang ekspresif Jarang menggunakan gaya bahasa dan kurang ekspresif Tidak menggunakan gaya bahasa Tifografi yang digunakan sangat tepat, sangat bervariasi dan menimbulkan keindahan Tifografi yang digunakan cukup bagus, sangat bervariasi, namun kurang menimbulkan keindahan Tifografi yang digunakan masih sederhana,bervariasi namun belum menimbulkan keindahan Tifografi yang digunakan masih sederhana Tidak menggunakan tifografi Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5

2.

Diksi

3.

Imaji

4 3 2

1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

4.

Bahasa figuratif/ gaya bahasa

5.

Tifografi/ tata wajah

59

Tabel 3.6 Skala Penilaian Menulis Puisi Skala penilaian 1 2 3 4 5 Keterangan Sangat kurang Kurang Cukup Baik Baik sekali Tabel 3.7 Aspek Penilaian Menulis PuisiNo. 1 2 3 4 5 Aspek yang dinilai Tema Diksi Imaji Bahasa Figuratif Tifografi Jumlah Skala 3 Skor Nilai

1

2

4

5

60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian yang akan diuraikan adalah pelaksanaan tindakan kelas persiklus dan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui media lingkungan. Pembahasan merupakan uraian hasil analisis peningkatan tindakan kelas persiklus dan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui media lingkungan. Dalam pembahasan diuraikan pula mengenai kelebihan dan kelemahan media lingkungan dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, serta keterbatasan penelitian.

4.1.1 Implementasi Tindakan siklus I Pada tahap ini, peneliti dan observer telah mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis puisi dan mencari alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan subjek yang diinginkan. Peneliti dan observer merancang pelaksanaan pembelajaran menulis kreatif puisi melalui penerapan media lingkungan, menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas siklus I, dan menyusun tes akhir siklus I. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan dan alat untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung. Pada pertemuan pertama ini guru menuliskan dan menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Standar kompetensi yang harus dicapai yaitu mengungkapkan pikiran, dan perasaan 60

61

melalui kegiatan menulis puisi, sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu menulis puisi bebas dengan memperhatikan bait, irama dan tema. Setelah menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar kepada siswa, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang puisi.. Pada pertemuan pertama, terlihat siswa kelas V SDN 1 Parigi sudah mulai tertarik dengan puisi. Terbukti dari keaktifan mereka menjawab pertanyaan yang diberikan guru bahasa dan sastra Indonesia. Peristiwa tersebut seperti terlihat dalam catatan lapangan berikut ini.

Pada pertemuan pertama siklus I ini, guru memulai dengan salam dan dilanjutkan presensi. Setelah selesai presensi, guru menuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, juga tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum guru menjelaskan materi menulis puisi, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang puisi. Dengan tanya jawab, diharapkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Apakah kalian senang membuat puisi? guru bertanya. Senang, Pak, sebagian besar siswa menjawab. Membuat puisi apa yang paling mudah? guru bertanya kepada siswa lain. Puisi bebas, Pak, salah seorang siswa menjawab.

Tanya jawab tersebut dilanjutkan guru dengan siswa tentang puisi. Karena siswa akan menulis puisi bebas, terlebih dahulu guru bertanya jawab tentang pengertian dan jenis-jenis puisi serta hal-hal yang membedakannya dengan puisi bebas. Selanjutnya guru dengan alat peraga karya puisi bebas bertema lingkungan yang ditulis dikarton dan ditempelkan di depan kelas. Guru menjelaskan langkahlangkah menulis puisi dengan media lingkungan. Pada saat guru menjelaskan tentang puisi, beberapa siswa terlihat serius mengikuti pembelajaran. Siswa mencatat langkah-langkah menulis puisi yang dijelaskan guru. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari

62

guru. Mereka berbicara dengan teman sebangkunya dan bahkan asyik memainkan alat tulis dimejanya, padahal telah diberitahu untuk mendengarkan secara seksama penjelasan guru. Setelah penjelasan selesai, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang mereka pahami. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok berdasarkan tempat duduk siswa, siswa membagi diri dalam sembilan kelompok berdasarkan tempat duduk siswa. Selanjutnya, guru memberikan waktu selama lima menit untuk mempersiapkan keperluan kelompok masing-masing sebelum mereka dibawa ke luar kelas untuk praktik menulis puisi. Di luar kelas, guru memberikan pemodelan menulis puisi. Guru mencontohkan beberapa larik puisi yang dibuat dengan pemodelan rumput. Selanjutnya guru meminta tiap kelompok untuk menulis puisi menggunakan media lingkungan. Pada tahap pertama menulis puisi yaitu tahap preparasi, tiap kelompok melakukan observasi terhadap objek di luar kelas untuk mencari ide penulisan puisi. Siswa mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati. Tahap kedua menulis puisi adalah tahap inkubasi. Pada tahap ini, siswa memilih posisi masing-masing untuk duduk dan mendiskusikan ide-ide yang diperoleh untuk ditulis menjadi puisi. Ide dan imajinasi para siswa tidak dibatasi oleh aturan-aturan yang mengikat, mereka bebas mengekspresikan hasil pengamatan mereka dalam bentuk puisi. Masing-masing anggota kelompok menuliskan puisi secara individual. Dalam tahap ini, siswa dalam satu kelompok

63

dibebaskan untuk menulis puisi dengan tema tertentu namun menggunakan objek pengamatan sekitar area lingkungan luar kelas seperti pohon, rumput, bunga, dan benda lainnya. Pada tahap iluminasi atau tahap ketiga menulis puisi, seluruh anggota kelompok telah selesai menuangkan ide yang mereka miliki ke dalam bentuk puisi. Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang dimiliki tiap anggota menjadi satu karya puisi yang nyata. Hasil puisi masing-masing siswa dalam satu kelompok berbeda, sehingga masih perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut tentang penilaian hasil terbaik dalam satu kelompok yang disebut tahap verifikasi. Pada tahap verifikasi, tiap anggota kelompok melakukan evaluasi terhadap karya puisi mereka. Tiap anggota kelompok menyunting puisi yang dibuat oleh teman satu kelompok. Penyuntingan puisi dilakukan dengan merevisi kata-kata yang ditulis teman dalam satu kelompok. Setelah dilakukan proses penyuntingan puisi, puisi dikumpulkan. Dalam proses penulisan puisi siklus I ini, nampak beberapa siswa hanya bermain diluar kelas, saling ngobrol dan berlarian. Mereka tidak maksimal berperan aktif dalam kelompoknya masing-masing. Hal tersebut tampak dalam catatan lapangan berikut.Setelah 20 menit siswa berada di luar kelas, terlihat beberapa siswa hanya duduk melamun, ngobrol dengan siswa lain, dan bahkan berlarian di dekat pepohonan lingkungan sekolah. Padahal sebagian besar siswa lain asyik berdiskusi dan bertukar ide dengan satu kelompoknya. Ketika ditegur oleh teman satu kelompoknya, siswa yang kurang aktif tersebut mengatakan biarin ada juga yang menurutinya.

Selanjutnya siswa disuruh masuk kelas akan dilakukan refleksi atas puisi hasil kerja kelompok yang ditulis sebelumnya. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok. Guru selanjutnya membagikan puisi karya kelompok ke kelompok

64

masing-masing. Refleksi oleh siswa dilakukan dengan pembacaan hasil tulisan kelompok. Setiap kelompok membacakan puisi di depan kelas diwakili satu siswa. Selanjutnya, kelompok lain menilai performance siswa dan mengomentari puisi yang dibacakan (penilaian secara nyata). Terlihat siswa dari kelompok 1 kurang serius dan malu-malu membacakan puisi hasil kelompoknya. Sikap tersebut membuat suasana kelas menjadi ramai. Hal tersebut tampak dalam catatan lapangan berikut ini.Guru bertanya kembali, Siapa yang mewakili kelompok 1? Siswa dari kelompok 1 saling berpandangan, tak satu pun dari mereka yang berani mengangkat tangannya. Kemudian salah satu dari kelompok tersebut menjawab saya, pak.jawab Dewi Nurbayu. Dewi Nurbayu yang maju ke depan untuk membacakan puisi. Dewi Nurbayu masih malu-malu membaca puisi. Ketika Dewi membaca hingga baris pertama, ada siswa yang berkomentar, yang serius jangan ketawa Wi!. Siswa. Dewi berhenti membaca puisi. Guru selanjutnya menghimbau agar siswa memperhatikan. Guru meminta Dewi untuk tidak terpengaruh teman-teman lainnya.

Partisipasi siswa tiap kelompok siperlukan dalam pembelajaran. Kelompok 2 diwakili oleh Deden Gesit. Pembacaan kelompok 2 pada awalnya kurang serius, bahkan Deden sempat tertawa ketika siswa lain meledeknya sehingga guru meminta Deden untuk mengulang dari awal. Meskipun hanya membaca puisi, siswa harus serius. Hal tersebut tampak dalam catatan lapangan berikut ini.

Giliran kelompok 2 untuk membacakan hasil kerja mereka di depan kelas. Kelompok 2 diwakili oleh Deden Gesit. Cepet Den, ga bisa baca yah, salah satu siswa ada yang berkomentar. Ketawa...(Deden) Di tengah pembacaan puisi, Deden sempat tertawa karena ledekan siswa lain sehingga guru meminta Deden untuk mengulangi pembacaan puisi dari awal.

Selanjutnya masing-masing perwakilan kelompok maju satu persatu, dari

65

kelompok 3 hingga kelompok terakhir. Kelompok 3 diwakili oleh Rani. Kelompok 4 diwakili oleh Hera. Kelompok 5 diwakili oleh Sugiman. Kelompok 6 diwakili oleh Siti Rahmawati. Kelompok 7 diwakili oleh Azmi Destian. Kelompok 8 diwakili oleh Siti H., dan kelompok terakhir diwakili M Fauzi. Sebagian besar siswa tertarik pada pembelajaran di pertemuan terakhir siklus pertama ini. Hal ini dibuktikan dengan perhatian siswa ketika puisi dibacakan di depan kelas. Siswa menyimak dan memperhatikan teman yang sedang membacakan puisi di depan kelas meskipun ada siswa yang menyela pembacaan puisi teman mereka dengan komentar-komentar lucu. Indikator lain bahwa siswa menikmati pembelajaran adalah dengan diberikannya tepuk tangan yang meriah setiap kali teman mereka selesai membacakan puisi di depan kelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam catatan lapangan berikut iniSelanjutnya kelompok 9 lah yang harus membacakan puisi hasil kerja mereka di depan kelas.Wakil dari kelompok 9 adalah Fauzi. Fauzi membacakan puisi dengan cukup baik. Kelas V takjub dengan pembacaan puisi oleh Fauzi. Sebagian besar siswa berkomentar,iiihhiirrrr.... ketika Fauzi membacakan puisi terbaik dari kelompoknya Dibandingkan kelompok-kelompok sebelumnya, kelompok 9 mendapatkan tepuk tangan yang paling meriah. Tepuk tangan yang meriah ini merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran berlangsung secara menarik dan menyenangkan

Dengan penerapan media lingkungan, siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Penilaian secara nyata melibatkan siswa secara langsung dalam proses penilaian pembelajaran. Penilaian secara nyata membuat siswa bersikap objektif dalam menilai hasil karya temannya. Siswa juga dapat berpendapat ketika guru menanyai hal yang berhubungan dengan puisi yang mereka buat. Media lingkungan menjadikan siswa dapat menerapkan apa yang mereka pelajari untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Salah satunya untuk menjaga

66

lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dari segi produk, keberhasilan tindakan siklus I dapat dilihat melalui perolehan skor puisi hasil pembelajaran menulis puisi melalui penerapan media lingkungan. Adapun skor menulis puisi melalui penerapan media lingkungan dapat dilihat dalam tabel berikut. No1 2 3 4 5 6 7 8 9

KelompokI II III IV V VI VII VIII IX Jumlah

NiliaTema Diksi 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 36 27 Imaji 4 3 4 3 3 4 3 4 4 32 Gaya Bahasa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 Tata Wajah 3 3 4 3 3 4 3 3 4 30

Total15 14 13 14 14 15 14 13 16 152

Ket.

4.1.2 Implementasi Tindakan siklus II Perencanaan penelitian tindakan kelas siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspek-aspek yang belum terpenuhi dalam pembelajaran siklus I, juga untuk mencari solusi terhadap kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam proses penulisan puisi siklus I. Masih sama dengan siklus I, dalam siklus II ini siswa akan bekerja secara individu namun masih dalam sebuah kelompok. Pertemuan pada siklus II ini, guru bersama siswa mengulas kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan pada siklus I. Guru menjelaskan secara singkat hal- hal perlu diperhatikan dalam menulis puisi, yaitu unsur pembangun puisi. Hal ini dilakukan guru agar siswa lebih paham dan jelas hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi. Setelah siswa lebih paham dan jelas,

67

diharapkan kemampuan menulis puisi dapat lebih ditingkatkan. Untuk menindaklanjuti kendala siswa dalam menulis puisi, pada siklus ini guru memberikan tes lisan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap unsur pembangun puisi. Selanjutnya guru memberi pertanyaan menurut absen siswa tentang semua unsur pembangun puisi.Tidak semua siswa dapat menjawab tes dengan baik. Ada beberapa siswa yang lupa dengan unsur pembangun puisi, sehingga mereka sedikit kesulitan menjawab pertanyaan. Wah, aku lupa semua, diksi apa sih? seseorang siswa putra berkomentar ketikamendengar pertanyaan guru. Yah lupa diksi itu apa yah. siswa lain memberikan komentarnya. Guru selanjutnya menghimbau agar siswa yang tidak ditanya untuk diam, bila siswa tidak bisa menjawab pertanyaan baru dilempar kepada siswa lain untuk dijawab.

Dari hasil pengamatan, terlihat siswa yang masih kurang memahami unsur pembangun puisi, mereka lupa akan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Jawaban yang diberikan siswa masih ada yang sangat mengecewakan. Oleh karena itu, guru menjelaskan kepada siswa yang masih kurang paham mengenai unsure pembangun puisi. Diharapkan dengan membahas pertanyaan lisan bersama-sama, siswa yang kurang memahami unsur pembangun puisi dapat lebih jelas, sehingga dalam penulisan puisi nanti akan diperoleh hasil yang maksimal. Pada pertemuan siklus II ini, siswa menulis puisi secara individu masih dalam kelompok yang sama seperti pada siklus I. Sebelum siswa dibawa ke luar kelas, guru melakukan pemodelan menulis puisi dengan memperlihatkan unsure pembangun dan keindahan puisi pada puisi terbaik siklus I yakni puisi kelompok 9 yang berjudul Matahari. Setelah itu, guru menjelaskan kembali tentang cara menulis puisi dengan menggunakan media lingkungan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

68

Guru selanjutnya menjelaskan kepada siswa tentang skor rata-rata kelas setiap unsur pembangun puisi yang masih belum memenuhi target, terutama pada penurunan aspek bait di siklus I. Selain itu, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih kreatif dalam menulis puisi Siswa kemudian dibawa ke lingkungan belakang dan depan kelas V. Lingkungan yang sama dengan lingkungan yang digunakan saat pembelajaran puisi pada siklus I. Guru menekankan siswa untuk lebih kreatif dan imajinatif saat menulis. Pada tahap preparasi, masing masing siswa melakukan observasi terhadap objek yang ada disekitarnya. Siswa mengumpulkan informasi dan data yang mereka butuhkan dalam menulis puisi. Selanjutnya siswa memasuki tahap inkubasi. Pada tahap ini siswa membangun ide-ide yang diperoleh menjadi sebuah puisi. Ide-ide tersebut diolah dan diperkaya dengan unsur-unsur pembangun puisi seperti versifikasi, majas dan citraan agar tercipta puisi yang estetis. Setelah semua ide-ide tersusun menjadi suatu karya puisi, siswa telah memasuki tahap iluminasi. Ide-ide siswa akan muncul ketika siswa serius dalam mengamati sebuah objek. Guru menghimbau siswa untuk lebih kreatif menulis puisi dan memasukkan unsur-unsur yang belum terperhatikan pada puisi siklus I. Guru mempersilakan siswa untuk bertanya apabila ada siswa yang kurang paham dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II. Penawaran dari guru dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Siswa dalam siklus ini terlihat lebih serius dan mudah dikontrol, hal ini dapat terlihat dari catatan lapangan berikut ini.

69

Siswa berpencar, mereka mencari inspirasi dan terlihat serius menulis puisi. Siswa bertanya kepada guru jika mereka dalam praktik mengalami kesulitan. Pak, pencitraan dalam puisi saya gimana pak? tanya Hera sambil menyodorkan hasil tulisannya. Ini kamu kurang tepat, harusnya diganti dengan kata lain! jawab Guru. Siswa yang lain terlihat masih serius dengan hasil karya mereka, kondisi begitu menyenangkan. Sedikit siswa yang bermain sendiri dan ngobrol dengan teman lain

Kondisi siswa dalam pelaksanaan siklus II lebih terkontrol daripada saat pelaksanaan siklus I. Semakin sedikit siswa yang bermain sendiri dalam pelaksanaan siklus II. Hal ini disebabkan karena dalam siklus II siswa menulis puisi tidak terikat harus duduk satu kelompok dengan kelompoknya. Siswa boleh menyendiri dalam menciptakan karya yang maksimal. Ketika hasil karya siswa telah selesai maka siswa mengumpulkan kepada kelompoknya Pada pertemuan terakhir siklus II ini siswa memasuki tahap verifikasi. Siswa melakukan tinjauan secara nyata terhadap karya puisi mereka dengan menyunting puisi yang telah mereka buat pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan puisi secara acak dari kelompok lain. Guru meminta siswa menyunting puisi hasil karya teman tersebut. Guru menghimbau agar siswa serius dalam menyunting puisi. Setelah proses penyuntingan selesai, puisi di kembalikan ke pemiliknya. Selanjutnya pemilik puisi merevisi hasil tulisan berdasarkan hasil suntingan teman. Setelah hasil suntingan direvisi pemiliknya, guru meminta siswa untuk mengumpulkan puisi hasil revisi. Pelajaran dalam menilai puisi diharapkan dapat menjadikan siswa lebih bersikap objektif dalam menilai sesuatu. Penilaian secara objektif tersebut tidak

70

hanya dilakukan dalam pembelajaran di kelas namun juga dalam kehidupan sehari- hari. Guru menyatakan bahwa media lingkungan baik diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. Selain lebih mudah dalam menemukan inspir