91
Invertebrate Akuatik di Banyumas dan Pantai Sodong Cilacap Oleh : Linda Elina Oktavia H1H014009 Afief Achyad Kurniadi H1H014011 Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015 Muhammad Hanif S. H1H014016 Astri Nurhayati H1H014017 Muhamad Imam Rifa’i H1H014023 Ike Yuliana Farida H1H014027 Anandiyani Pangestika H1H014029 Dimas Tri Utomo H1H014031 Handhita Artya P. H1H014039 Muhammad Zamzam F. N. H1H014042 Desita Rahmah Putri H1H014045 Satrio Haryu Wibowo H1H014046 BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015

Aver Lapangan 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Format Aver Lapangan

Citation preview

Page 1: Aver Lapangan 2

Invertebrate Akuatik di Banyumas dan Pantai Sodong Cilacap

Oleh :

Linda Elina Oktavia H1H014009

Afief Achyad Kurniadi H1H014011

Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015

Muhammad Hanif S. H1H014016

Astri Nurhayati H1H014017

Muhamad Imam Rifa’i H1H014023

Ike Yuliana Farida H1H014027

Anandiyani Pangestika H1H014029

Dimas Tri Utomo H1H014031

Handhita Artya P. H1H014039

Muhammad Zamzam F. N. H1H014042

Desita Rahmah Putri H1H014045

Satrio Haryu Wibowo H1H014046

BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2015

Page 2: Aver Lapangan 2

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS TERSTRUKTUR

AVERTEBRATA AKUATIK TAHUN 2015

Oleh :

Kelompok 1

Linda Elina Oktavia H1H014009

Afief Achyad Kurniadi H1H014011

Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015

Muhammad Hanif S. H1H014016

Astri Nurhayati H1H014017

Muhamad Imam Rifa’i H1H014023

Ike Yuliana Farida H1H014027

Anandiyani Pangestika H1H014029

Dimas Tri Utomo H1H014031

Handhita Artya P. H1H014039

Muhammad Zamzam F. N. H1H014042

Desita Rahmah Putri H1H014045

Satrio Haryu Wibowo H1H014046

Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Avertebrata Akuatik

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujui

Tanggal, 06 Juni 2015

Dosen Pengampu,

Drs. Setijanto, MSc. St.

NIP. 195507191987031001

Asisten,

Dara Astri Nurazizah

NIM. H1H013024

Page 3: Aver Lapangan 2

BAB I

SINOPSIS

Page 4: Aver Lapangan 2

I. SINOPSIS

Pengambilan biota avertebrata dilakukan di daerah Banyumas dan pantai Sodong,

Cilacap. Kolam dan sawah di daerah Kampus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Jenderal Soedirman dengan titik koordinat Latitude 7.41049 S dan Longitude

109.25085 E. Sungai Banjarin dengan titik koordinat Latitude 7.45737 S dan Longitude

109.2176 E. Habitat mangrove Cilacap dengan titik koordinat Latitude 7.66861 dan S

Longitude 109.17394 E. Rawa Pasang Surut Desa Sodong Cilacap dengan koordinat

Latitude 7.0403 S dan Longitude 109.074604 E dan di Pantai Sodong Cilacap denngan

titik koordinat Latitude 7.3928 S dan Longitude 109.06052. Pengambilan sampel ini

dilakukan sebanyak satu kali pemberangkatan. Biota ini diambil secara langsung

menggunakan tangan atau hand sorting, jala surber, eckman grab, dan plankton net.

Tempat dan biota yang didapat langsung difoto menggunakan camera digital, setelah itu

dimasukkan ke dalam wadah dan diberi formalin. Biota diawetkan agar tidak bau dan

mudah untuk diidentifikasi. Biota yang diperoleh sebanyak 21 spesies yaitu,

Pilsbryoconcha exilis dari famili Unionidae, Orthetrum sabina dari famili Libellulidae,

Pomacea flagellata dari famili Ampullariidae, Birgella subglubosa dari famili

Hydrobiidae, Parathelpusa convexa dari famili Gecarcinucidae, Lumbricidae sp dari

famili Lumbricina, Eremopyrgus eganensis dari famili Hydrobiidae, Stenomelania

rufescens dari Thiaridae, Scylla sp. dari famili Portunidae, Polymesoda sp dari famili

Cordiculidae, Neritina natalensis dari famili Neritidae, Telescopium telespocium dari

famili Potamididae, Clithon chlorostoma dari famili Neritidae, Faunus ater dari famili

Pachychilidae, Haliotis rufescens dari famili Haliotididae, Chrysallida excavata dari famili

Pyramidellidae, Coenobita violascens dari famili Coenobitidae, Cerithidea quadrata dari

famili Potamididae, Natica unifasciata dari famili Naticidae, Penaeus merguiensis dari

famili Penaeidae, dan Cyclops sp. dari famili Cyclopidae.

Kondisi geologi daerah Banyumas Struktur geologi dikontrol oleh tenaga endogen /

tektonik dari dalam bumi. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian

berupa, Struktur Lipatan. Struktur lipatan pada umumnya berkembang pada batuan

berumur Tersier (Formasi Tapak,Formasi Kumbang,Formasi Halang dan Formasi Pemali)

membentuk perbukitan dengan relief rendah dan terjal. Struktur sesar, struktur sesar ini

juga banyak dijumpai pada batuan berumur Tersier, dimana struktur sesar trsebut akan

membentuk gawir yang sangat curam.

Page 5: Aver Lapangan 2

Kondisi Geologi dari Cilacap adalah Secara umum kondisi topografi Kabupaten

Cilacap bila dilihat dari arah barat laut merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian

lebih dari 100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan puncak tertinggi berada di G.

Subang (1.210 meter dpl) yang berada di Kecamatan Dayeuhluhur. Selanjutnya ke arah

tenggara terbagi menjadi dua kawasan bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan

dan di bagian selatan berupa dataran miring landai ke arah baratdaya – Selatan, berelevasi

kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan Pantai Segara Anakan. Bagian paling

timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Pulau Nusakambangan memanjang dengan jarak kurang lebih 30 km dari barat ke timur,

membatasi Segara Anakan dan Samudera Hindia, pulau tersebut memiliki bentang alam

pegunungan namun tidak begitu tinggi (kurang dari 100 meter dpl). Kabupaten Cilacap

mempunyai topografi yang beragam namun kondisi topografi rata-rata merupakan dataran

rendah. Kondisi ini juga didukung oleh letak Kabupaten Cilacap yang berada pada daerah

pesisir yang merupakan daerah pantai.

Page 6: Aver Lapangan 2

Table of Specimens

No Family Spesies

1. Ampullariidae 1. Pomacea flagellata

2. Coenobitidae 2. Coenobita violascens

3. Cordiculidae 3. Polymesoda sp.

4. Gecarcinucidae 4. Parathelpusa convexa

5. Haliotididae 5. Haliotis rufescens

6. Hydrobiidae6. Birgella subglubosa

7. Eremopyrgus eganensis

7. Libellulidae 8. Orthetrum sabina

8. Lumbricina 9. Lumbricidae sp.

9. Naticidae 10. Natica unifasciata

10. Neritidae11. Neritina natalensis

12. Clithon chlorostoma

11. Pachychilidae 13. Faunus ater

12. Penaeidae 14. Penaeus merguiensis

13. Portunidae 15. Scylla sp

14.Potamididae

16. Telescopium telespocium

17. Cerithidea quadrata

15. Pyramidellidae 18. Chrysallida excavata

16. Thiaridae 19. Stenomelania rufescens

17. Unionidae 20. Pilsbryoconcha exilis

Page 7: Aver Lapangan 2
Page 8: Aver Lapangan 2

BAB II

Peta Lokasi

Page 9: Aver Lapangan 2

Rawa Pasang Surut dan Pantai Sodong

Mangrove

Sawah dan Kolam Kampus FPIK

UNSOED

Sungai Banjaran

Gambar 1. Peta wilayah Kabupaten Banyumas

Gambar 2. Peta wilayah Kabupaten Cilacap

Page 10: Aver Lapangan 2

BAB 3

BIODIVERSITAS

MAKRO

INVERTEBRATA

Page 11: Aver Lapangan 2

III. BIODIVERSITAS MAKRO INVERTEBRATA

III. I. KOLAM

1. Kerang Kijing

Page 12: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Eulamellibranchiata

Famili : Unionidae

Genus : Pilsbryoconcha

Spesies : Pilsbryoconcha exilis

http://www.iucnredlist.org/details/171874/0

Nama Daerah : Kerang Kijing

Deskripsi : Kulitnya berwarna kuning ada juga bagian yang berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.

Habitat :

Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.

https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar

Suhu yang optimal adalah 11-29ºC dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.

https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

Page 13: Aver Lapangan 2

2. Odonata

Page 14: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata

Famili : Libellulidae

Genus : Orthetrum

Spesies : Orthetrum Sabina

http://www.iucnredlist.org/details/165470/0

Nama Daerah : Larva capung

Deskripsi : Hewan ini memiliki tubuh yang kecil, dan memiliki sayap untuk terbang

Habitat :

Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupannya, antara lain

adalah temperatur, salinitas, pH, dan kelembaban udara. Temperatur yang sesuai untuk

larva capung ini adalah 28,3-32,1ºC dan juga salinitas tidak ada. Hewan ini dapat hidup

pada pH yang netral yaitu 7, dan kelembaban udara yang mencapai 42-68%.

www.academia.edu/4976064/jurnal-capung.html

Page 15: Aver Lapangan 2

III. II. SAWAH1. Pomacea Flagellata

Page 16: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda

Famili : Ampullariidae

Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea flagellata

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=741238

Nama Daerah : Apple Snail

Deskripsi : Siput ini memiliki tubuh yang bulat dan ukuran tubuhnya kecil seperti kelereng.

Habitat :

Siput ini menyukai daerah yang berawa, parit dan kolam, serta sungai dan danau. Siput ini juga senang berada pada suhu tidak dibawah 10ºC. Siput ini yang memiliki nama daerah apple snail atau yang dapat kita artikan dalam bahasa indonesia yaitu siput apel. Insang mencermikan adaptasi oksigen miskin kondisi air.

http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat

Page 17: Aver Lapangan 2

2. Birgella subglubosa

Page 18: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda

Famili : Hydrobiidae

Genus : Birgella

Spesies : Birgella subglubosahttp://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Birgella+subglobosa

Nama Daerah : Siput lumpur

Deskripsi : Siput ini memiliki ukuran yang kecil, dan warnanya menyerupai kerikil

Habitat :

Birgella subglubosa atau siput lumpur ini hidup di daerah perairan tawar, biasanya hidup pada sungai-sungai yang besar. Siput ini juga biasanya berada di dasar perairan ataupun perairan yang cukup dalam.

http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+

Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang disukai oleh hewan ini adalah 7,8 – 8,0. Serta temperatur sekitar 23ºC. Siput lumpur ini juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar.

( Pyron, Mark, 2009 )

Page 19: Aver Lapangan 2

3. Yuyu

Page 20: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Gecarcinucidae

Genus : Parathelphusa

Spesies : Parathelphusa convexa

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=440703

Nama Daerah : Yuyu ( kepiting sawah )

Deskripsi : Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantara 5 pasang kaki tersebut terdapat capit. Ukuran tubuh dari kepiting ini cukup besar kurang lebih dua kepal tangan.

Habitat :

Kepiting sawah atau biasa juga disebut yuyu, hewan ini kerap didapati di sungai-sungai, danau, dan persawahan. Kepiting sawah ini merupakan jenis kepiting yang bercangkang lembut, biasanya kepiting ini juga dipakai sebagai umpan untuk memancing ikan gabus. Selain itu, yuyu juga bisa didapatkan dipinggiran kali kecil, perbatasan air dan tanah, yang tanahnya basah dan banyak airnya.

http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/

Faktor lingkungan yang mendukung untuk kepiting sawah ini ialah dari pH, oksigen terlarut, salinitas, temperatur, dan lain-lain. Kepiting sawah dapat hidup pada pH 7,5 dan oksigen terlarut dari kepiting ini 9,33 mg/l. Sedangkan salinitas bagi kepiting ini cukup kecil, yaitu 1,33 ppt dan suhu yang optimal untuk kepiting ini 28,7ºC. Alkalinitas yang sesuai atau yang optimum adalah 162 mg/l.

http://www.slideshare.net/putranana/laporan-monitoring-residu-20008

Page 21: Aver Lapangan 2

4. Cacing

Page 22: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Clitellata

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricina

Genus : Lumbricidae

Spesies : Lumbricidae sp.

http://www.gbif.org/species/110601560

Nama Daerah : Cacing Tanah

Deskripsi : Cacing ini memiliki panjang tubuh hampir mencapai 1 meter, cacing ini memiliki warna merah kemerahan dengan ukuran tubuhnya tidak lebih dari jari kelingking.

Habitat :

Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16ºC untuk menetas. Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 – 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31ºC. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

Page 23: Aver Lapangan 2

III. III. SUNGAI1. Eremopyrgus

Page 24: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Neotaenioglossa

Famili : Hydrobiidae

Genus : Eremopyrgus

Spesies : Eremopyrgus eganensis

http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Eremopyrgus+eganensis

Nama Daerah : Steptoe Hydrobe

Deskripsi : Hewan ini memiliki bentuk tubuh seperti terompet kecil, dengan bagian ujungnya agak runcing dan warna dari cangkangnya sedikit pudar.

Habitat :

Hewan ini menyukai perairan yang bersih, faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupan hewan ini adalah suhu sebesar 28ºC. Dan salinitas yang optimal untuk hewan ini yaitu kurang dari 26,4%. Hewan ini biasanya ditemukan di danau, sungai, estuari, kolam, dan juga danau di pinggir laut. Selain itu hewan ini juga ditemukan di bawah ataupun dasar pasir yang berlumpur. Gastropoda ini juga dapat hidup walaupun di tempat yang keruh bahkan hewan ini bisa hidup dalam kondisi yang tidak memungkinkan, seperti hidup di saluran pembuangan dan pada sistem pencernaan beberapa spesies ikan.

http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/ANSIS/html/potamopyrgus_antipodarum_new_zealand_mud_snail.htm

Page 25: Aver Lapangan 2

2. Stenomelania rufescens

Page 26: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Famili : Thiaridae

Genus : Stenomelania

Spesies : Stenomelania rufescens

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=835428

Nama Daerah : -

Deskripsi : Keong ini memiliki ukuran yang kecil, dan warna dari cangkangnya kehitam – hitaman

Habitat :

Gastropoda ini menyukai tempat – tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga sungai – sungai besar. Namun selain di daerah – daerah tersebut, hewan ini juga menyukai tempat seperti rawa – rawa dan kawasan mangrove.

http://eol.org/pages/4874408/data

Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur yang mendukung sebesar 16ºC. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).

Page 27: Aver Lapangan 2

III. IV. MANGROVE1. Kepiting Bakau

Page 28: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Portunidae

Genus : Scylla

Spesies : Scylla sp.

http://www.sms.si.edu/irlspec/Scylla_serrata.htm

Nama Daerah : Kepiting Bakau

Deskripsi : Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantaranya ada kaki renang, kaki jalan dan capit. Kepiting ini juga memiliki warna yang unik dengan bintik – bintik di kakinya.

Habitat :

Kepiting bakau hidup di daerah mangrove, kepiting ini membutuhkan faktor lingkungan yang sesuai, antara lain harus memiliki suhu, salinitas, DO, pH yang optimal. Suhu yang optimal untuk hewan ini adalah 24,4-35ºC. Salinitas sebesar 25-37%, dan juga oksigen terlarut sebesar 0,96 – 8,01 ppm. Dan pHnya 7-8.

www.academia.edu/3020064/html.

Page 29: Aver Lapangan 2

2. Kerang totok

Page 30: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Veneroidea

Famili : Cordiculidae

Genus : Polymesoda

Spesies : Polymesoda sp.

http://eol.org/pages/4757172/names

Nama Daerah : Kerang totok

Deskripsi : Kerang totok ini memili ukuran tubuh yang cukup besar, dan warna dari kerang ini kuning cerah. Kerang ini juga merupakan salah satu kerang konsumsi.

Habitat :

Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur. Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga 32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda. Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk kerang totok adalah 28ºC sampai dengan 29ºC. Kerang ini hidup di daerah substrat berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan 16,4 %.

( Suryono dan Irwani, 2006 ).

Page 31: Aver Lapangan 2

3. Neritina natalensis

Page 32: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Cycloneritimorpha

Famili : Neritidae

Genus : Neritina

Spesies : Neritina natalensis

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206842

Nama Daerah : Siput Zebra

Deskripsi : Siput ini memiliki warna yang agak belang – belang dan juga bentuk tubuhnya seperti batu kerikil

Habitat :

Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat. Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang berada pada daerah tersebut.

http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm

Page 33: Aver Lapangan 2

4. Telescopium telescopium

Page 34: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Famili : Potamididae 

Genus : Telespocium

Spesies : Telescopium telespocium

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=215140

Nama Daerah : Keong bakau

Deskripsi : Keong bakau ini memiliki ukuran yang besar dan bentuknya mengerucut seperti piramid.

Habitat :

Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan

mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat

dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak

memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.

Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor

lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32ºC. Sedangkan

salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 – 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong

bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25

mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).

Page 35: Aver Lapangan 2

5. Nerita chlorostoma

Page 36: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Cycloneritimorpha

Famili : Neritidae

Genus : Clithon

Spesies : Clithon chlorostoma

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=737544

Nama Daerah : -Deskripsi : Hewan ini memiliki warna kehitaman seperti biji buah salak dan juga berbentuk bulat kecil seperti kelereng.

Habitat :Gastropoda ini menghuni daerah muara yang menuju ke arah laut dan biasanya

spesies ini mendiami sungai, serta ditemukan di zona intertidal dimana aliran memenuhi pantai, serta rataan terumbu karang. Kerang ini juga hidup pada perairan tawar dan laut.

http://www.iucnredlist.org/details/189453/0Hewan ini juga hidup di daerah pasang surut sangat tinggi, hal ini disebabkan

karena tempat tersebut merupakan tempat berlindung dan juga tempat untuk mencari makan bagi hewan ini. Suhu air yang sesuai untuk hewan ini adalah 35ºC, pHnya sebesar 6. Selain itu ada salinitas yang mendukung kehidupan dari hewan ini, yaitu 33 %. Sedangkan untuk oksigen terlarutnya sebesar 4,67 ppm.

digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16124-paper.pdf

Page 37: Aver Lapangan 2

6. Sumpil

Page 38: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Famili : Pachychilidae 

Genus : Faunus

Spesies : Faunus ater

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=581169

Nama Daerah : Sumpil

Deskripsi : Hewan ini biasa disebut dengan sumpil, memiliki warna coklat agak kehitaman dan juga bentuk tubuhnya seperti silinder dan mengerecut

Habitat :

Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo – Pasifik Barat, hewan ini umumnya ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat berpasir dan bebatuan.

http://www.iucnredlist.org/details/175104/0Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung

kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28ºC. Sedangkan faktor lainnya adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.

( Saenab, Sitti, 2013 )

Page 39: Aver Lapangan 2

7. Haliotis rufescens

Page 40: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Archaeogastropoda

Famili : Haliotididae

Genus : Haliotis

Spesies : Haliotis rufescens

http://www.anakpintar.web.id/2012/03/abalon.html

Nama Daerah : Red abalone

Deskripsi : Hewan ini menyerupai bebatuan di sekitar pantai dengan warna yang agak kusam kehijauan.

Habitat :

Hewan ini mendiami daerah berbatu dengan rumput laut, hewan ini jarang berada di zona intertidal rendah. Pada suhu yang optimum, abalon dapat berkembang biak yaitu pada suhu 14-16ºC.

http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html

Temperatur perairan yang sesuai untuk hewan ini adalah kisaran 21-31ºC. Selain itu ada faktor lingkungan yang lain, yaitu salinitas dan pH. Red abalone ini memiliki salinitas rata-rata antara 27 – 32 %. Sedangkan pH yang sesuai untuk hewan ini adalah 7-8. Oksigen terlarut yang mendukung bagi kehidupan hewan ini adalah sebesar 5,1 – 8,51 mg/l.

( Jurnal Perikanan Kelautan Vol. 4, 2013 )

Page 41: Aver Lapangan 2

8. Chrysallida excavata

Page 42: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Heterostropha

Famili : Pyramidellidae

Genus : Chrysallida

Spesies : Chrysallida excavata

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=140909

Nama Daerah : Tomb Shell

Deskripsi : Hewan ini memiliki bentuk tubuh yang unik dengan mengerucut ke atas dan juga agak membulat pada setiap cangkangnya, seperti bersegmen.

Habitat :

Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17ºC dengan kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar 5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.

http://eol.org/pages/4812424/details#habitat

Page 43: Aver Lapangan 2

9. Coenobita violascens

Page 44: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Coenobitidae

Genus : Coenobita

Spesies : Coenobita violascens

http://www.gbif.org/species/5716745

Nama Daerah : Kelomang

Deskripsi : Kelomang ini memiliki ukuran yang cukup besar, dan memiliki kaki yang banyak. Cangkang dari kelomang ini memiliki warna yang berbeda dengan warna batu pada bagian atas dan kuning pada bagian bawah.

Hewan ini terlihat di dekat pantai, dan juga berada pada di batu-batuan serta puing-puing laut. Hewain ini juga memiliki habitat berada pada mangrove dekat dengan sungai. Hewan ini kadang memiliki kesulitan dalam molting.

http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/

Kelomang yang hidup pada daerah mangrove ini, menyukai suhu rata – rata sebesar 27,56ºC. Selain itu, ada pH yang mempengaruhi kehidupan kelomang ini yaitu kurang lebih 6,67. Sedangkan salinitas yang optimum untuk kehidupan hewan ini adalah kurang lebih 21 % .

https://id.scribd.com/doc/167422988/Kompisisi-Keberadaan-Krustasea-Di-Mangrove-Delta-Mahakam-Kaltim-Rianta-Pratiwi

Page 45: Aver Lapangan 2

10. Cerithidea quadrata

Page 46: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Famili : Potamididae

Genus : Cerithidea

Spesies : Cerithidea quadrata

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=456559

Nama Daerah : Horn Shell

Deskripsi : Hewan ini merupakan hewan yang berada pada daerah mangrove, dan memiliki warna hitam pekat, serta bagian cangkangnya yang seperti terlihat retak. Cangkangnya juga seperti tanduk.

Habitat :

Hewan ini banyak melimpah di lingkungan air payau dan juga lumpur. Biasanya hewan ini terlihat pada daerah muara dan rawa – rawa bakau dekat pasang tinggi, spesies ini dapat hidup pada kedalaman 0 – 2 m. Hewan ini biasanya ditemukan di dalam lumpur dan berada di dasar. Spesies ini sangat bergantung pada kehadiran vegetasi, oleh karena itu, diperlukan pemeliharaan rawa – rawa untuk keberlangsungan hidupnya.

http://www.iucnredlist.org/details/189357/0

Faktor lingkungan yang dapat membantu kehidupan bagi gastropoda ini ada temperatur atau suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan juga pH. Temperatur atau suhu yang optimal berkisar antara 25 – 53 ºC, oksigen terlarut yang sesuai 3,2 – 3,3 ppm ( Fikri, Nurul 2014 ).

Page 48: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Littorinimorpha

Famili : Naticidae

Genus : Natica

Spesies : Natica unifasciata

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=575231

Nama Daerah : Moon Snail

Deskripsi : Siput ini memiliki bentuk tubuh seperti bulan dan juga warna cangkang dari hewan ini sedikit belang.

Habitat :

Moon snail didistribusikan secara luas di dunia, dan biasanya ditemukan di daerah yang tropis. Meskipun begitu, siput ini juga banyak terdapat di daerah kutub utara dan perairan Amerika. Moon snail hidup di substrat berpasir, diberbagai kedalaman tergantung pada spesiesnya. Siput ini biasanya sebagai predator dan memakan bivalvia.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi dari kehidupan Moon Snail atau Natica unifasciata ada temperatur, salinitas, pH, dan lain-lain. Moon snail menyukai temperatur yang optimum sekitar 19-24ºC dan juga salinitas berkisar antara 19-37 ppt. Selain itu, moon snail menyukai perairan dengan pH 6,2 sampai dengan 9,2.

http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full

Page 49: Aver Lapangan 2

III. V. RAWA PASANG SURUT

1. Kerang Kijing

Page 50: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Eulamellibranchiata

Famili : Unionidae

Genus : Pilsbryoconcha

Spesies : Pilsbryoconcha exilis

Nama Daerah : Kerang Kijing

Deskripsi : Kulitnya berwarna kuning ada juga bagian yang berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.

Habitat :

Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.

https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar

Suhu yang optimal adalah 11-29ºC dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.

https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

Page 51: Aver Lapangan 2

III. VI. PANTAI SODONG

1. Udang Putih

Page 52: Aver Lapangan 2

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus merguiensis

http://marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210377

Nama Daerah : Udang Putih

Deskripsi : Udang ini memiliki bagian pada ekornya yang berwarna putih dan juga ukuran tubuhnya yang sangat kecil.

Habitat :

Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia. Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan dirinya di dasar perairan.

https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensis-udang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM

Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27ºC, sedangkan faktor lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).

Page 53: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN

`

Page 54: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 1

Kijing atau Pilsbryoconcha exilis tergolong dalam moluska yang hidup di

dasar  perairan dan makan dengan cara menyaring makanan yang ada di dalam air

atau filter feeder. Hewan ini berbentuk simetri bilateral yang terdiri dari dua cangkang.

Kijing memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan asam lemak tak jenuh yang

sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kijing dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang biasa

dijadikan kerupuk oleh masyarakat, namun produksi kijing belum banyak dimanfaatkan

masyarakat walaupun kijing memiliki potensial yang besar sebagai bahan pangan yang

bergizi tinggi. Penentuan karakteristik kijing ditujukan supaya kita mengetahui ukuran,

rendemen, komposisi kimia dan kemunduran mutu yang bermanfaat dalam menentukan

besar kecilnya nilai gizi yang dikandung kijing untuk dijadikan bahan pangan. Dalam

praktikum ini menunjukkan nilai-nilai yang terkandung dalam kijing antara lain, yaitu

ukuran dan berat kijing, rendemen kijing,komposisi kimia kijing dan kemunduran mutu

kijing. Berat total rata-rata kijing sebesar 27.5 gr, panjang total rata-rata kijing sebesar

92.46 mm, tinggi total rata-rata kijing sebesar 16.86 mmdan lebar total rata-rata kijing

sebesar 41.54 mm. Rendemen atau bagian tubuh yang dimanfaatkan pada kijing didapat

yang terbesar pada cangkang yaitu 54.12%, sedangkan pada daging dan jeroan masing-

masing sebesar 20.19% dan 25.69%. Kandungan proksimat padakijing berupa kadar air

yang didapat dari hasil pengamatan yaitu sebesar 8208%, kadar abu didapat sebesar 2,74%,

protein didapat sebesar 8,20%, lemak sebesar 1,44% dan kandungankarbohidrat didapat

sebesar 5,54%. Pada tahapan yang terakhir diketahui nilai kemunduranmutu yang diamati

setiap hari selama satu minggu. Diperoleh hasil bahwa kijing kecil tanpa jeroan lebih cepat

mengalami kemunduran mutu daripada kijing kecil utuh dan kijing besar utuhlebih cepat

mengalami kemunduran mutu daripada kijing besar tanpa jeroan.

https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar

Page 55: Aver Lapangan 2

Suhu

Suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air dan jugakehidupan biota yang ada di dalamnya. Peningkatan suhu mengakibatkanviskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi juga meningkat, tetapimenurunkan kelarutan gas dalam air. Dekomposisi bahan organik dalam perairanoleh mikroba juga meningkat dengan meningkatnya suhu. Peningkatan suhu perairan sebesar 10ºC meningkatkan konsumsi oksigen oleh organisme akuatiksekitar 2-3 kali.

Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanamandan hewan dalam air. Kehidupan makhluk hidup dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimum yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen di perairan bersumber dari difusi udaradan hasil dari proses fotosintesis oleh organisme nabati, seperti fitoplankton dantumbuhan air di zona eufotik (Effendi 2003).

https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

Page 56: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 2

Capung merupakan jenis serangga yang hidup dekat air, tempat mereka bertelur

dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh

dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur.Telurnya diletakkan pada

tetumbuhanyang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang

menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya diair yang agak

deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya

di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir

antara 1- 3 cm.Capung merupakan seranggayang menarik, memiliki 4 sayap yang

berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar

pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan

kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi

memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.

http://www.academia.edu/4976064/Jurnal-Capung

Page 57: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 3

Apple snails inhabit a wide range of ecosystems from swamps, ditches and ponds to lakes and rivers. Not every species has similar preferences. However, most apple snails prefer lentic waters above turbulent water (rivers).Click here to see a photograph of the natural habitat of Pomacea canaliculata (province of Buenos Aires, Argentina). The lung/gills combination reflects an adaptation to oxygen poor water conditions often present in swamps and shallow water. Oxigen is reduced by to decay of organic materials like dead vegetation and high temperatures. Their lung prove very useful to survive in these harsh conditions.The shell door (operculum) / lung combination increases the ability to survive periods of drought not uncommon in swamps and small ponds in dry seasons. The snails bury themselves into the substrate decrease their metabolism and enter a period of aestivation. Some genera like Felipponea and Asolene in South America and somePila species in Asia have thick and heavy shells as adaptation to streaming habitats. One thing all apple snail have in common: the need (sub-)tropical temperatures (also see the map at the species section). No Ampullarriidae species survives in area's were the temperature drops below 10°C in the winter months.Respiration isn't the only function of the lung, it also enables the snails to adjust the buoyancy level (floating level). Without a filled lung, the gracious movements of the snails under water would be impossible. The weight of the shell would let them sink to the bottem like a stone. When the oxygen tension of the water drops and the snails are forced to use aerial respiration, apple snails often start to float to remain at the surface.

http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat

Page 58: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 4

Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang disukai oleh hewan ini adalah 7,8 – 8,0. Serta temperatur sekitar 23ºC. Siput lumpur ini juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar. ( Pyron, Mark, 2009 ).

Habitat Type: FreshwaterNon-Migrant: NLocally Migrant: NLong Distance Migrant: NRiverine Habitat(s): BIG RIVERLacustrine Habitat(s): Deep waterHabitat Comments: This is a deep water species found only in large lakes and large rivers (Clarke, 1981); as such it is often collected as beach drift (Berry, 1943).

http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+

Page 59: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 5

Kepiting sawah atau anakan yuyu merupakan sejenis kepiting bercangkang lembut,

embes bulu. Biasa dipakai sebagai umpan untuk mancing ikan gabus. Yuyu biasanya

terdapat di pinggiran kali kecil, perbatasan antara air dan tanah, yang tanahnya basah dan

banyak airnya (biasanya dia bikin lubang di situ).

http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/

Page 60: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 6

Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing

tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan

mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16ºC untuk menetas.

Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen

terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH

yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 – 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup

pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31ºC. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai

dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat

yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan

parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

Page 61: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 7

New Zealand mud snails are live bearers (they release embryos and not eggs), and therefore, the presence of newly released young may indicate a possible population (Fig. 6) (other genera that include live-bearing snails in the western United States are Tryonia, Eremopyrgus, andMelanoides)

Habitat Characteristics Preferred Environment

From eutrophic mud bottoms to rocky bottomed, clear running waters Lakes, ponds, streams, rivers, lagoons, estuaries, canals, ditches, water tanks, and

reservoirs Occupies a wide variety of substrates including silt, sand, mud, concrete,

vegetation, cobble, and gravel Temperature

Capable of tolerating a wide range of temperatures with upper thermal limits of 28°C and lower thermal limits near freezing

 Salinity

Wide range tolerance from saline and brackish to fresh Salinity tolerance of <26.4% Populations in saline conditions produce fewer offspring, grow more slowly, and

undergo longer gestation periods Water Quality

Able to tolerate turbidity, clear water, and degraded conditions (including sewage and may pass through the digestive tracts of many fish species).

http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/ANSIS/html/potamopyrgus_antipodarum_new_zealand_mud_snail.htm

LAMPIRAN 8

Page 62: Aver Lapangan 2

Gastropoda ini menyukai tempat – tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga

sungai – sungai besar. Namun selain di daerah – daerah tersebut, hewan ini juga menyukai

tempat seperti rawa – rawa dan kawasan mangrove.

http://eol.org/pages/4874408/data

Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara

lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah

satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini

adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur

yang mendukung sebesar 16ºC. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan

anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).

Page 63: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 9

 Kadar karbohidrat yang tinggi dalam pakan dapat merangsang proses hidrolisis

enzimatik karbohidrat berlangsung maksimal pada saluran pencernaan. Glukosa yang telah

masuk kedalam sel akan segera dimetabolisme untuk mencukupi kebutuhan energi

sehingga menghindari penggunaan sejumlah asam amino sebagai sumber energi metabolik.

Keadaan inipada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan deposisi materi

pertumbuhan sepertiprotein dan lemak. Melakukan analisis aktivitas glikolisis dan

glukoneogenesis secara tidak langsung dengan mengukur aktivitas enzim hati

yang berperan,yaitu PK (pyruvate kinase), FBPase (fructose 1.6 bis-phosphatase) dan

G6PDH (glukosa 6-phosphate dehydrogenase). Aktivitas glikolisis meningkat dengan

bertambahnya kadar karbohidrat dibandingkan protein pakan dan aktivitas

glukoneogenesis dapat dikurangi mulai dari 20 sampai 30% untuk setiap peningkatan

kadar karbohidrat dibanding protein pakan. Produk hidrolisis karbohidrat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh dan kebutuhan energi, setelah terpenuhi akan

merangsang terjadinya proses glikogenesis dan lipogenesis (Stryer, 2000). Glikogenesis

adalah perubahan bentuk glukosa menjadi glikogenseperti yang terjadi dalam

hepatopankreas dan otot. Peningkatan aktivitas glikogenesis inilahyang

menyebabkan meningkatnya kadar glikogen hepatopankreas dan otot pada kepiting bakau

yang diberi pakan dengan kadar karbohidrat lebih tinggi. Nilai yang

didapat menurundengan berkurangnya karbohidrat pakan. Peningkatan komposisi kimia

tubuh, serta kadar glikogen hepatopankreas dan otot dengan meningkatnya karbohidrat

pakan juga ditemukanpada spesies ikan lain., 2005; dan Aslamyah, 2006).Kondisi kualitas

air yang ekstrim dan fluktuatif (Tabel 5), terutama salinitas dan suhupada lokasi percobaan

kurang mendukung pemeliharaan kepiting bakau. Akibatnya,dibandingkan beberapa hasil

penelitian terdahulu, waktu yang dibutuhkan untuk menginduksimolting pada penelitian

ini relatif lebih lama. Menurut Kuntinyo bahwa salinitas optimal untuk budidaya kepiting

bakau ditambak berkisar antara 15-30 ppt, sedangkan suhu

optimum untuk pertumbuhan adalah 26-32oC. Hasil penelitian Karim (2008a) dan salinitas

optimum untuk pertumbuhan kepiting adalah 25oC.

http://www.academia.edu/3020064/RESPON_MOLTING_PERTUMBUHAN_DAN_KO

MPOSISI_KIMIA_TUBUH_KEPITING_BAKAU_PADA_BERBAGAI_KADAR_KAR

BOHIDRAT-LEMAK_PAKAN_BUATAN_

Page 64: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 10

Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah

di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur.

Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga

32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda.

Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan

bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk

kerang totok adalah 28ºC sampai dengan 29ºC. Kerang ini hidup di daerah substrat

berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan

16,4 %.

( Suryono dan Irwani, 2006 ).

Page 65: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 11

Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di

pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur

dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di

daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat.

Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang

jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna

cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang

berada pada daerah tersebut.

http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm

Page 66: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 12

Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan

mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat

dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak

memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.

Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor

lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32ºC. Sedangkan

salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 – 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong

bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25

mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).

Page 67: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 13

Range Description:

This species is widespread across the Pacific (Cowie 1998). It has been found on the islands of Pentecost and Efate, Vanuatu and the Nagura Estuary, Ishigaki Island of the Ryukyu Islands and the on Amami-oshima Island in the Nansei-shoto Islands of Japan (Haynes 2000, Kano et al. 2003, Ohgaki and Kosuge 2005). It has also been recorded on the Makatea Atoll and Tahiti, part of French Polynesia, Samoa and Taiwan Province of China (Montaggioni, 1987, Haynes 1988, Lee and Chao 2003). Recently it has been noted in Khao Bae Na and Laem Yong Lam, Thailand (Nakaoka et al. 2002).

Habitat and Ecology:

This species inhabits rivers and is also found in an intertidal zone where streams meet the beach, as well as reef flats (Montaggioni 1987, Haynes 2000, Kano et al. 2003).

Systems: Freshwater; Marine

http://www.iucnredlist.org/details/189453/0

Page 68: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 14

Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo – Pasifik Barat, hewan ini umumnya ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat berpasir dan bebatuan.

http://www.iucnredlist.org/details/175104/0

Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28ºC. Sedangkan faktor lainnya adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.

( Saenab, Sitti, 2013 )

Page 69: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 15

Description

Shell exterior is brick red to pink and commonly overgrown with epiphytes reaching a maximum of 30 cm. There are usually 3-4 oval, open respiratory pores which are externally raised above the shell’s surface. The shell interior is iridescent with a large, oval muscle scar. (Morris et al. 1980). The mantle and tentacles are black and the underside of the foot is yellowish. 

Habitat and Geographic Range

Red abalone inhabit rocky areas with kelp. They are uncommon in the low intertidal zone and more abundant subtidally to around 40 m depth (up to 180 m). Their current range is from Oregon to Baja (California Fish and Game Commission 2005).

Similar species

Haliotis cracherodii, (black abalone), is the primary species encountered in the intertidal, and has a smooth dark shell with 5-9 round, flat shell holes. Pink (H. corrugata) and green (H. fulgens) abalone occasionally occur in the intertidal. Pinks are dull green to reddish brown, highly corrugated, with 2-4 large, elevated holes, and the edge of the shell is usually quite scalloped. Greens are olive green to reddish brown, with numerous, broad, flat-topped ribs, and 5-7 small, circular, slightly elevated holes.

http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html

Page 70: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 16

Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17ºC dengan kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar 5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.

http://eol.org/pages/4812424/details#habitat

Page 71: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 17

Distribution: West coast of America from Mexico (Lower California) to Chile. Only species definitely known from American West Coast, and restricted to this coast. Records from the Indo-West Pacific are misidentifications

Habitat: Up to 1 km inland, mostly within 100 m of shore; sandy beaches, moist, heavily vegetated.

Ecology: Mostly nocturnal, terrestrial

Ontogeny from egg release to final form: compressus passes through four or five laval stages, maximum time 31 days. Megalopa stage lasts 27-32 days. [4]Characteristics: Juvenile compressus are often green or blue and the big pincer is tan. Legs often have dark stripes and the tips will begin to turn tan. As compressus grows its color becomes rich oranges and browns. The big pincer has noticeable stitch marks. They eyes are elongated. Unlike rugosus, there is no black marking on the eye stalk. The eyes are sometimes reddish in color like clypeatus. Behind the antenna on the carapace there is a black diagonal marking.

Behavior:Compressus are notorious for being very picky about shells as they like a D shaped opening. This is the smallest of the species and does not grow much bigger than a ping pong ball. Compressus is fast no matter which direction they are running and is capable of chirping and seem to do so more readily than other species. Several hermit crab owners have noted this species has a specific molting difficulty which causes them to become trapped in their exo, unable to fully shed and therefore dying.Ovigerous females often hide during the day, only becoming active at night. Small sized compressus are much more sensitive to desiccation than larger animals and great aggregations can be found under ledges and in caves where there is slightly more moisture.

http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/

Page 72: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 18

This species is common on the Gulf Coast (Rothschild 2004), although at other

sites it has been recorded in only low densities (e.g., Minello 2000). In the San Andres, La

Mancha, Carmen Machona and Tampamachoco lagoons in Mexico this species is among

the most abundant molluscs (Contreras and Castañeda 2004). This species lives at depths

of 0 to 2 m on intertidal salt flats, marshes, and mangroves (Rosenberg 2009). It is usually

found in mud at the bases of Salicornia (and less oftenSpartina and Juncus) stalks where it

grazes on filamentous algae, rarely climbing vegetation (Martin 2003, Rothschild 2004). In

Texas, this species is parasitized by several species of trematode worms (Rothschild 2004).

It is tolerant to variations in salinity (Longoria et al. 2009), and can withstand long periods

of tidal submersion (Martin 2003). Freshwater; Marine.

http://www.iucnredlist.org/details/189357/0

Page 73: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 19

Predatory naticid gastropods typically attack other infaunal molluscs by drilling holes that record their activities in the shells of their prey. Other modes of naticid predation, which need not leave complete boreholes, have been noted in the literature and may complicate interpretation of the record of naticid predation in fossil and modern assemblages. ‘Smothering’ is an alternative form of predation that has never been defined clearly with respect to naticid gastropods. Feeding occurs in the absence of a completed drillhole; in most cases suffocation is implied, but reported deaths may be linked to an array of mechanisms (e.g. direct feeding, anaesthetizing mucus). We examine the pervasiveness of alternative modes of predation employed by naticids reported in the literature and offer recommendations regarding the terminology used in referring to such mechanisms. Because it is unclear if predatory behaviours such as suffocation are common in natural settings or are mostly artefacts of laboratory conditions such as insufficient substrate, we examined experimentally the influence of different sediment depths on drilling vs suffocation of Mercenaria mercenaria prey by Neverita duplicata. More than 99% (n = 404) of the clams recorded as consumed in our experiments were drilled, regardless of sediment depth, with <1% (n = 3) noted as cases of potential suffocation. Our results indicate that shallower sediment depths do not affect drilling in this species. Analysis of previous studies indicates that prey health and other laboratory effects are likely responsible for many instances of suffocation reported in the literature. Thus concerns regarding use of drillholes as an indicator of predation by naticids in modern and fossil deposits should be alleviated. Future work on other alternative modes of predation by naticids, in both laboratory and field experiments, should focus on validating reported occurrences of such predation and identifying different mechanisms that may be involved.

http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full

Page 74: Aver Lapangan 2

LAMPIRAN 20

Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia.

Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang

ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan

dirinya di dasar perairan.

https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensis-

udang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM

Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27ºC, sedangkan faktor

lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi

udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).