Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISIHalaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHANPRAKATA ...................................................................................................................... iRINGKASAN.................................................................................................................. iiDAFTAR ISI.................................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL............................................................................................................. ivDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Tujuan dan Kegunaan............................................................................................. 4
II. METODE PENELITIAN.................................................................................................. 6
A. Metode Dasar.......................................................................................................... 6
B. Lokasi Penelitian..................................................................................................... 6
C. Bahan dan Peralatan Penelitian.............................................................................. 7
D. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................... 8
1. Tahap Persiapan.............................................................................................. 8
2. Tahap Pengumpulan Data............................................................................... 8
3. Tahap Analisa Data.......................................................................................... 10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 13
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI............................................................................ 56
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 56
B. Rekomendasi.......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
I. PENDAHULUAN
Kondisi masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal dan menetap pada
kawasan perdesaan dengan kondisi fasilitas yang sangat minim serta dengan
penghasilan pokoknya bersumber dari kegiatan pertanian dengan pemanfaatan
lahan dan sumber daya yang sangat terbatas. Kondisi ini mendorong Pemerintah
Indonesia untuk secara sadar berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui berbagai program pembangunan. Kendala yang muncul
disebabkan kurangnya partisipasi aktif masyarakat itu sendiri dalam pembangunan.
Realita yang ada dalam masyarakat terkesan masyarakat hanya dijadikan sebagai
komoditas dari pembangunan itu sendiri.
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan di berbagai bidang
yang ditandai dengan kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian dan
ketidakmampuan menyampaikan aspirasi. Secara sosial ekonomi kemiskinan dapat
menjadi beban masyarakat, menyebabkan rendahnya kualitas dan produktifitas
masyarakat, rendahnya partisipasi aktif masyarakat. Kegagalan pembangunan
untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia dan atau negara-negara berkembang
karena pembangunan yang dilaksanakannya kurang memperhatikan partisipasi
masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Korten dalam Prijono dan
Pranarka bahwa pembangunan tersebut kurang memberikan kesempatan kepada
rakyat miskin untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
pemilihan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Berangkat dari kegagalan tersebut, trend sekarang ini dalam upaya
pelaksanaan pembangunan dan pengentasan kemiskinan adalah melalui
pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia (people-centered
development). Trend ini kemudian melandasi wawasan pengelolaan sumber daya
lokal (community-based resources management) yang merupakan mekanisme
iv
perencanaan people-centered development yang menekankan pada teknologi
pembelajaran sosial (social learning) dan strategi perumusan program. Adapun
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengaktualisasikan dirinya (empowernment).
Kondisi semacam ini didukung oleh kondisi faktual bahwa hakekat
pengertian pembangunan adalah dari, untuk dan oleh masyarakat, dengan demikian
maka pembangunan di perdesaan menempatkan masyarakat desa sebagai subyek
pembangunan dan bukan sebagai obyek pembangunan. Atau dengan kata lain
bahwa pembangunan desa harus dapat dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri
dan bukan dilakukan oleh pemerintah supra desa.
Pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip desentralisasi, bergerak
dari bawah (bottom up), mengikutsertakan masyarakat secara aktif (participatory),
dilaksanakan dari dan bersama masyarakat (from and with people) dan koordinasi
antar sektor serta kelembagaan yang ada di desa. Melalui proses semacam ini
maka keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat desa dapat disalurkan dan
diwujudkan dalam program pembangunan desa.
Dalam konteks pembangunan daerah, bentuk dan pola perencanaan
pembangunan yang telah diterapkan selama ini dianggap tidak lagi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Anggapan seperti ini berkembang setelah munculnya
paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan dimana lebih menekankan pada
pendekatan participatory planning, yaitu pendekatan pembangunan yang
memberikan ruang seluas-luasnya bagi peran serta segenap komponen
masyarakat dalam menentukan kebijakan, program dan skala prioritas kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan. Salah satu pendekatan dalam pengelolaan
pembangunan adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat (community
v
empowerment). Melalui pendekatan pemberdayaan ini memberikan peluang
kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan dengan menumbuh
kembangkan potensi yang dimilikinya sebagai modal dasar pembangunan, serta
memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan
sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu inti dari setiap proses
pengembangan masyarakat. Dalam pengembangan masyarakat baik secara teoritis
konsepsional dan praktis operasional merupakan suatu realitas yang telah teruji
dalam sejarah pembangunan nasional maupun pembangunan Internasional.
Senada dengan hal tersebut Shaffer berpendapat bahwa ” To be able to trust yet to
be skeptical of your own experience i have to believe is one mark of the mature
workman”. Hal tersebut dijadikan dasar untuk mengacu kepada kerangka pemikiran
yang perlu dipahami dalam proses pemberdayaan masyarakat dimana merupakan
kerangka pikir yang dikembangkan dari teori-teori atau konsep-konsep
pengembangan masyarakat. Sehingga dalam setiap upaya pemberdayaan
masyarakat didasarkan pada kerangka pikir yang konsepsional dan konsisten dari
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan suatu upaya
perubahan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui
usaha bersama masyarakat untuk memperbaiki keragaan sistem
kemasyarakatannya. Dalam rangka pengembangan masyarakat dua pilar yang yang
merupakan indikator keberhasilan dari program ini perlu diterapkan yaitu (i)
Pengembangan masyarakat mementingkan proses pencapaian tujuan yang
disepakati bersama masyarakat, dan (ii) pengembangan masyarakat mementingkan
hasil dari proses pengembangan masyarakat yang telah disepakati tersebut.
Definisi di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan
suatu "proses" dimana usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki masyarakat
diintegrasikan dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki
vi
kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat di
dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka agar mampu
memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada level
nasional.
Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan
usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi
kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan
mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui
peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari
individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis
baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.
Untuk itulah Pusat Studi Perdesaan dan Wilayah Binaan LPPM Universitas
Lambung Mangkurat melalui Tri Dharmanya yakni; Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat sangat peduli terhadap perkembangan dan peningkatan
kualitas masyarakat desa termasuk yang berada di wilayah Kecamatan Jorong,
Kabupaten Tanah Laut. Maka melalui penelitian ini diharapkan dapat terhimpun
baseline data mengenai kepentingan substansial masyarakat dan sistem
penghidupan (livelihood system) masyarakat pedesaan mencakup data biofisik,
sosekbud dan lingkungan sehingga dapat memberikan dampak perekonomian,
sosial dan pengembangan wilayah yang sangat besar dimasa sekarang maupun
dimasa yang akan datang.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan umum yang diinginkan dengan adanya kegiatan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap tentang kondisi sosial-
ekonomi dan budaya masyarakat desa di Kecamatan Jorong yang diharapkan
nantinya menjadi desa binaan UNLAM.
vii
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan membuat peta sosial (social mapping) pada desa-desa yang
berada di Kecamatan Jorong berdasarkan tipologi masyarakat melalui kajian
aspek sosial,ekonomi , budaya dan lingkungan.
2. Melihat dan mengkaji aspirasi yang berkaitan dengan perioritas kebutuhan,
harapan atau usulan masyarakat pedesaan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat
3. Mengkaji aspek potensi biofisik, sehingga dapat disusun rencana
pengembangan ekonomi pedesaan sekitar tambang berbasis pertanian
perkebunan, perikanan, kehutanan, peternakan dll
4. Penyusunan program pemberdayaan masyarakat desa pada Kecamatan
Jorong sebagai calon desa binaan Unlam.
viii
II. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, dan budaya maupun lingkungan. Ciri khas
penelitian ini adalah pengumpulan data melalui observasi dan survey, dengan cara
wawancara secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
kuesioner.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok masyarakat desa di Kecamatan
Jorong yang didasarkan pada keterwakilan tipologi wilayah sebagai berikut:
1. Desa Batalang, mewakili desa hutan sekitar tambang. Berbatasan langsung
dengan kawasan hutan produksi dan perusahaan pemegang Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT. Hutan Rindang Banua.
Masyarakatnya berasal dari etnis Banjar, Jawa, Sunda, Flores dan Timor
2. Desa Swarangan, mewakili desa pesisir sekitar tambang. Lokasi desa ini berada
di pinggir pantai Laut Jawa. Sebagian besar penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai nelayan dan pekerja tambang. Masyarakatnya berasal dari
etnis Bugis, Banjar, dan Jawa
3. Desa Jorong, mewakili desa perkebunan sekitar tambang. Masyarakatnya
sebagian besar menjadi petani padi dan berkebun kelapa sawit. Pada umumnya
dihuni oleh warga yang berasal dari etnis Banjar, Jawa dan Madura
4. Desa Simpang Empat Sungai Baru, mewakili desa perdagangan dan industri.
Pada umumnya masyarakatnya bekerja pada perusahaan-perusahaan tambang
ix
batubara yang ada di Kecamatan Jorong dan sekitarnya. Di desa ini berasal dari
berbagai etnis seperti Banjar, Dayak, Jawa, Madura, Bali, Melayu, Flores, Bugis,
Makasar, dll
5. Desa Asam - Asam, mewakili desa pertanian sawah. Sebagian besar
penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Masyarakatnya
berasal dari etnis Banjar, dan Jawa
C. Bahan dan Peralatan Penelitian
1. Bahan Penelitian
a. Peta wilayah Kecamatan Jorong
b. Peta kawasan berdasarkan RTRWP dan RTRWK Tanah Laut
c. Peta Administrasi masing-masing Desa Lokasi Penelitian.
2. Peralatan Penelitian
a. Peralatan yang berkaitan dengan survey biofisik lokasi seperti bor tanah,
ring sampel, plastik, pemotong seperti parang, pisau/cutter, gunting dll
b. Peralatan yang berkaitan dengan survey sosial ekonomi dan budaya seperti
lembar kuesioner atau daftar pertanyaan untuk wawancara dengan informan
kunci maupun responden contoh
c. Seperangkat kuesioner untuk pemetaan sosial (Social mapping), Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara dengan informan kunci secara
mendalam (indepth interview) mengenai skala perioritas kebutuhan,
harapan dan usulan masyarakat pada masing-masing desa yang menjadi
lokasi penelitian.
d. Peralatan tulis menulis untuk mencatat dan memetakan obyek penelitian
seperti buku, pensil, penggaris, , spedol, step, kertas folio dan map
e. Peralatan Geografis Position System (GPS), untuk menetapkan posisi objek
penelitian
f. Peralatan untuk dokomentasi berupa Hyndicam dan Kamera photo
x
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan terutama menyiapkan bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian seperti peta-peta wilayah kerja perusahaan, peta
administrasi Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, dan peta administrasi
masing-masing desa lokasi penelitian.
Tahap selanjutnya menyiapkan bahan dan peralatan penelitian yang akan
digunakan, seperti kuesioner, peralatan survey termasuk menyiapkan jumlah tenaga
bantu/enumeratur dalam rangka pengumpulan data lapangan
2. Tahap Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data biofisik lokasi sebagai berikut :
Data biofiksik lokasi dikumpulkan seperti informasi iklim (curah hujan,
temperatur dan kelembaban dan angin), jenis tanah serta topografi dengan
melihat data yang sudah ada pada instansi terkait (data sekunder).
b. Pengumpulan data ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan sbb :
1) Menginventarisasi jumla desa-desa yang mencakup wilayah Kecamatan
Jorong untuk mencari informasi secara detail dan keberadaannya
sebagai petunjuk awal. Berdasarkan informasi awal didapatkan lingkup
wilayah kecamatan dan desa yang mewakili tipologi masyarakat (desa
sekitar hutan, sekitar tambang, pesisir, industri, dan pertanian
perkebunan).
2) Menentukan jumlah responden contoh.
Responden terpilih (kecuali focus group discussion) akan diambil secara
random sampling atau pengambilan secara acak dengan intensitas
sampling ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah rumah tangga
sesuai kriteria sebagaimana diperlihatkan pada tabel dibawah ini.
xi
Tabel 1 . Kriteria Pengambilan Jumlah Sampel
Jumlah Kepala Keluarga (kk) % Contoh
< 50 kk 50 -100
51 – 100 kk 20 – 25
101 – 200 kk 10 – 20
> 200 kk 2 – 10
Sumber : Storey dan Marzuki, 2002
Focous Group Discussion (FGD) akan dilakukan pada masing-masing
desa lokasi penelitian dengan melibatkan perangkat desa dan tokoh
informal seperti unsur pendidik, ulama/tetuha adat, pemuda dan
perwakilan perempuan, pengusaha/ pengrajin dan lain sebagainya..
3) Mengunjungi setiap desa terpilih untuk mengumpulkan data dan mencari
informasi secara detail dari masyarakat yang berkaitan dengan tujuan
penelitian sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Kelompok kegiatan, macam data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian
No Kelompok kegiatan
Macam data yang ditambangJenis dan
sumber data
1 PEMETAAN KONDISI BIOFISIK LOKASI
a. Iklim. Jenis tanah, Topografi, tanah dan kesesuaian lahan
Sekunder
2 PEMETAAN SOSIAL
a. Propil komunitas desa (karakteristik responden; usia, tingkat pendidikan, kependudukan , agama, jenis kelamin)
b. Propil sosial (kesehatan, pengobatan, pelibatan lembaga sosial, interaksi sosial, pelestarian budaya masyarakat, sanksi
Primer/sekunder/
responden
xii
sosial dan modal sosial)
c. Propil ekonomi (pekerjaan, penghasilan, sarana & prasarana ekonomi, sumber pinjam uang, tarip perhubungan)
d. Propil lingkungan ( lama tinggal, status rumah, kondisi rumah ; lantai atap, fasilitas rumah, sumber air bersih, gangguan kamtipmas, kenyamanan, tempat melapor dan konflik)
e. Propil budaya (upacara adat, benda yang dikeramatkan, tradisi masyarakat, budaya bercocok tanam, luas lahan milik, jenis tanaman yang ditanam dan konpensasi lahan
f. Peranan wanita dan pemuda (dalam usaha produktif rumah tangga, kelemba -gaan, pengambilan keputusan, kesetara an upah
3MENGGALI PERIORITAS KEBUTUHAN,
HARAPAN ATAU USULAN MASYARAKAT
a. Perioritas Kebutuhan Masyarakat
1)Kebutuhan sektor pendidikan2)Kebutuhan sektor kesehatan3)Kebutuhan sektor budaya4)Kebutuhan sektor spritual5)Kebutuhan sektor ekonomi6)Kebutuan sektor lingkungan7)Kebutuhan sektor politik8)Kebutuhan sektor kelembagaan
b. Harapan atau usulan masyarakat dalamsektor pendidikan, kesehatan, budaya, spitual, ekonomi, lingkungan, politik, kelembagaan, dll
Primer/respoden
FGD
3. Tahap Analisa Data
a. Analisa data biofisik
Data biofisik yang diperoleh dari data sekunder akan digunakan untuk melihat tingkat kesesuaian lahan.dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat, terutama pada sektor pertanian , perkebunan dan kehutanan.
b. Analisa data sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan
Data hasil pemetaan sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif melalui tabulasi sederhana yaitu dengan menghitung jumlah (frekuensi) dari jawaban responden dengan persentase (%).
xiii
c. Analisa kebutuhan, harapan dan usulan masyarakat
Data mengenai kebutuhan, harapan atau usulan masyarakat dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara dengan informan kunci secara mendalam (indepth interview ) pada masing-masing desa akan dianalisa secara cermat sesuai dengan perioritasnya dan disajikan dalam bentuk tabulatif.
Interpretasi seluruh data pada poin (a, b, c) sebagaimana tersebut diatas
dilakukan secara sylogistik sesuai dengan fakta dan teoritik yang ada, sehingga
mampu menggambarkan suatu keadaan secara sistematik, faktual dan akurat
mengenai kenyataan di lapangan.
E. TIM PELAKSANA DAN TATA WAKTU KEGIATAN PENELITIAN
1. Tim Pelaksana Penelitian
Tim Pelaksana penelitian berdasarkan kualifikasi keahliannya dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 3. Personalia Tim Peneliti
No N a m a Posisi Bidang Keahlian
1 Ketua LPPM UnlamPenanggung Jawab
-
2 Dr. Hafizianor,S.Hut, MP Ketua Tim Sosiologi
3 Dr. Hamdani Fauzi, S.Hut,MP AnggotaPemberdayaan Masyarakat
4 Dr. A.Yunani, M.Si AnggotaSosek Pembangunan
5Arfa Agustina Rezekiah,S.Hut,M.P. Anggota
Sosial Ekonomi Kehutanan
6 Eva Prihatiningtyas,S.Hut,M.Si Anggota Ekologi
xiv
2. Tata Waktu Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dijadwalkan membutuhkan waktu selama 7 minggu mulai dari
persiapan hingga penyerahan laporan akhir. Rincian rencana kegiatan disajikan
sebagaimana pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Uraian kegiatan dan rencana jadwal penelitian
Uraian KegiatanMinggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan, termasuk perizinan
2. Pelaksanaan penelitian
3. Analisa data
4. Penyusunan draft laporan
5. Pembahasan laporan (tim)
6. Seminar laporan akhir
7. Penggandaan dan percetakan
xv
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Biofisik Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok masyarakat desa yang bermukim
disekitar dan di dalam wilyah Kecamatan Jorong meliputi 5 desa terdiri dari Desa
Jorong, Desa Asam-Asam, Desa Simpang Empat Sungai Baru, Desa Batalang dan
Desa Swarangan. Adapun lokasi dan luas wilayah masing-masing desa dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Lokasi dan Luas Wilayah Desa-desa Wilayah Penelitian
No Desa Luas Wilayah (Km2)1.2.3.
4.5.
JorongAsam-AsamSimpang Empat Sungai BaruBatalangSwarangan
262,2055,5065,00
23,00175,00
Sumber : Profil Desa 2013 / 2014
Desa Asam-Asam, Simpang Empat Sungai Baru, Jorong, Batalang dan
Swarangan termasuk dalam Kecamatan Jorong dan kelima desa tersebut saling
berdekatan pada posisi barat, timur dan selatan. Desa Asam-asam luasnya 55.50
Km2, Desa Simpang Empat Sungai Baru luasnya 65.00 Km2 dan Desa Jorong
luasnya 262,20 Km2, Desa Batalang 23,00 Km2 dan Desa Swarangan luasnya
175,00 Km2.
1. Topografi dan Tipologi Lahan
Desa-desa tersebut berdasarkan Peta Land System terdiri dari 18 formasi
geologi/asosiasi tanah. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000,
areal kerja perusahaan desa-desa tersebut memiliki topografi wilayah yang
bervariasi, dari datar (kelerengan antara 0-8%) sampi dengan sangat curam
(kelerengan > 40 %). Sebagian besar areal bertopografi datar (85,63%). Secara
umum sebagian wilayah Desa Jorong, Asam-Asam dan Kecamatan Simpang Empat
Sungai Baru, Batalang dan Swarangan berada dikawasan dengan topografi
bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung-gunung. Kawasan
pegunungan pada umumnya ditemui pada daerah ujung selatan Pegunungan
Meratus.
xvi
2. Tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah adalah Podsolik Merah Kuning (PMK)
yang menempati lahan kering dan tanah Aluvial dan Gleisol yang terdapat pada
lahan basah di bagian sungai dan pantai serta daerah cekungan yang selalu
tergenang. Tanah PMK terbentuk dari bahan induk batuan pasir yang mengalami
pelapukan lanjut di bawah pengaruh iklim tropika basah. Sedang tanah Aluvial dan
Gleisol terbentuk dari tanah endapan yang terangkut ketika banjir. Kedalaman tanah
PMK bervariasi dari sedang hingga dalam. Tekstur tanah lapisan atas umumnya liat
dengan dibeberapa tempat terdapat konkresi besi yang muncul dipermukaan tanah.
Struktur tanah lapisan atas umumnya blocky dengan konsistensi teguh.
Permeabilitas tanah lambat hingga sedang. Kesuburan tanah umumnya rendah
hingga sedang dengan faktor pembatas utama adalah kemasaman tanah (pH 4-5),
kandungan hara N,P dan K rendah. Dari karakteristik lahan dan sifat-sifat tanahnya,
tanah PMK berpotensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan
tanaman tahunan/perkebunan seperti karet maupun kelapa sawit serta untuk
peternakan. Tanah Aluvial di bagian pantai bertekstur pasir sedang yang dibagian
pedalaman dan di leeve sungai bertekstur lempung hingga liat. Tanah Gleisol
umumnya bertekstur lempung hingga liat. Tanah Aluvial dan Gleisol ini mempunyai
kedalaman yang sedang hingga dalam dan umumnya berpotensi untuk perkebunan
kelapa, persawahan dan tambak ikan dan udang. Secara umum berdasarkan peta
tanah eksplorasi Kalimantan Selatan, desa-desa yang berada di Kabupaten Tanah
Laut terdiri atas tanah podsolik merah kuning (kawasan daerah kering dan
pegunungan), tanah regusol (kawasan hutan pantai dan pesisir), tanah organosol
(daerah rawa) dan tanah alluvial (daerah kanan kiri sungai).
3. Iklim
Iklim pada wilayah desa yang berada di Kabupaten Tanah Laut memiliki
temperatur maksimum berkisar antara 30,5˚C sampai 34,1˚C dan temperatur
minimum berkisar antara 23,3˚C sampai 24,6˚C dengan rata-rata temperatur tiap
bulan 26,1˚C sampai 28,2˚C. Jumlah curah hujan perbulan rata-rata 191 mm
dengan jumlah hari hujan 10 hh/bulan dimana kecepatan angin setiap bulan 31,4
knots dengan penyinaran matahari 40% setiap bulan. Kabupaten Tanah Laut
termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak terdapat perbedaan musim yang
jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun dengan bulan-bulan relatif basah antara
Bulan Desember–Februari dan bulan-bulan relatif kering antara Bulan Juni –
xvii
Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 – 1941, curah hujan bagian
Timur/pantai sebesar 2,324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun.
Di bagian Barat sampai dengan perbatasan Kabupaten curah hujan berkisar antara
2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayah Timur berkisar antara 2.000 – 2.500
mm/tahun.
Untuk kegunaan pertanian, dengan kondisi iklim di atas tergolong ke dalam tipe
iklim A2 menurut Oldeman (1977). Tipe ini dicirikan oleh tidak adanya bulan kering
(<100 mm) sepanjang tahun. Kondisi ini cukup memungkinkan untuk usaha
pertanian yang intensif hampir sepanjang tahun, meskipun dari neraca air yang
diperhitungkan berdasar metoda Thorwhite terlihat kemungkinan adanya defisit air
pada bulan-bulan September dan Oktober. Defisit air pada ke dua bulan tersebut
jumlahnya tidak begitu besar yaitu diperkirakan 17 dan 23 mm. Kekurangan air ini
dapat diatasi dengan teknik bercocok tanam yang baik misalnya dengan pemberian
mulsa untuk mengurangi kehilangan air karena evaporasi atau menggunakan
varietas tanaman yang tidak banyak memerlukan air. Satu hal yang perlu
diperhatikan dikemudian hari adalah karena curah hujan yang tinggi dan
distribusinya yang hampir merata sepanjang tahun pada lahan dengan jenis
tanahnya (PMK) besar kemungkinan akan terjadinya runoff dan erosi yang berakibat
pada degradasi lahan. Degradasi ini akan terjadi terutama bila tanah terbuka tanpa
perlindungan oleh vegetasi penutup tanah. Degradasi lahan juga akan terjadi pada
lahan-lahan pertanian yang tidak tepat cara pengelolaannya yang tanpa
menggunakan teknik konservasi.
4. Tata Guna Lahan dan Konservasi Lahan
Pada desa-desa yang berada di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada
umumnya memiliki sistem penggunaan lahan untuk kepenting perkebunan dan
pertanian. Vegetasi dari tanaman pertanian didominasi padi baik padi sawah
maupun lading dimana pada tahun 2005 produksi padi Kabupaten Tanah Laut
mencapai 124.554 ton. Vegetasi perkebunan yang dikembangkan berupa karet dan
kelapa sawit.Sedangkan vegetasi kehutanan berupa jenis meranti dan rimba
campuran lainnya. Vegetasi lainnya adalah jenis –jenis vegetasi berkayu yang
tumbuh di lahan pekarangan masyarakat berupa tanaman buah-buahan seperti
durian, langsat, kelapa, mangga, rambutan, jambu dan tanaman penghasil kayu
seperti sengon, sungkai, jati dan lain-lain. Tanaman jenis holtikultura juga tersedia
dibeberapa desa karena masyarakatnya ada melakukan kegiatan penanaman ubi
xviii
kayu, jagung dan kacang tanah. Di sekitar Desa Desa Jorong, Batalang, Asam-
Asam, Simpang Empat Sungai Baru dan Swarangan terjadi kegiatan penambangan
batubara.
5. Hidrologi dan Penyediaan Air Bersih
Sumber air yang terdapat di wilayah Desa Jorong, Batalang, Asam-Asam,
Simpang Empat Sungai Baru dan Swarangan juga berasal dari air hujan yang
meresap ke dalam tanah membentuk air permukaan yang tersimpan di sumur-
sumur dangkal, anak-anak sungai atau guntung. Pada wilayah Kabupaten Tanah
Laut banyak dialiri oleh sungai dan anak-anak sungai dengan DAS yang berbeda.
Dengan perbedaan geomorfologi dan DAS tersebut maka juga menghadirkan
keberagaman aktivitas masyarakatnya yang cenderung menyesuaikan dengan
potensi sumber daya alam yang tersedia. Air tanah umumnya cukup dangkal, hal ini
dapat dilihat pada sumur-sumur penduduk yang tinggi airnya mencapai kedalaman
kurang dari 5,0 meter. Keadaan air sumur secara fisik cukup baik dan pada musim
kemarau masih cukup tersedia dengan baik. Guntung-guntung di musim hujan
cukup berair tetapi di musim kemarau sebagian ada yang kering akibat rusaknya
daerah resapan dan tangkapan air akibat rusaknya hutan yang terjadi beberapa
puluh tahun yang lalu antara lain karena pembukaan lahan pada saat penyiapan
lahan untuk transmigrasi.
6. Perhubungan, Transportasi, Komunikasi dan Penerangan
Pada Desa Jorong, Batalang, Asam-Asam, Simpang Empat Sungai Baru
dan Swarangan aksesibilitas jalan cukup baik walaupun terdapat beberapa ruas
jalan yang perlu perbaikan dan masih membutuhkan renovasi dan pemeliharaan
jalan apalagi di musim hujan. Penerangan sudah berlangsung merata karena PLN
sudah bisa mengakses wilayah kelima desa tersebut. Untuk menuju ibu kota
kecamatan atau kabupaten dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 atau 4. Jarak
tempuh masing-masing desa sekitar 25-55 menit menit jika mau ke ibu kota
kecamatan dan 1,5 jam sampai 2 jam jika mau ke ibu kota kabupaten.
xix
B. Sistem Penghidupan
1. Umum
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jorong pada 5 desa yang
meliputi Desa Jorong, Asam – asam, Simpang Empat Sungai Baru, Batalang, dan
Swarangan. Struktur penduduk didekati berdasarkan jumlah, kepadatan penduduk
dan proporsi penduduk berdasarkan kelompok umur. Jumlah penduduk pada desa-
desa yang menjadi wilayah penelitian berkisar antara 936 – 7.822 jiwa dengan
jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Desa Simpang Empat Sungai Baru
sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Batalang seperti tertera
pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Jumlah Penduduk, Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk No Kecamatan Desa Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1 Jorong 1. Jorong2. Asam-Asam3. Simpang Empat
Sungai Baru4. Batalang5. Swarangan
3.8725.1287.822
9361.585
1.0881.3151.968
343421
-92
360
20-
Sumber : Profil Desa 2013/2014
Untuk memudahkan dalam analisa hasil penelitian, desa-desa yang menjadi
objek penelitian diberi nomor urut sebagai berikut :I. 1. Desa JorongII. 2. Desa Asam-asamIII. 3. Desa Simpang Empat Sungai
BaruIV. 4. Desa BatalangV. 5. Desa Swarangan
Sedangkan untuk studi profil komunitas desa profil sosial, profil ekonomi,
profil lingkungan, profil budaya, profil kelembagaan serta perioritas kebutuhan
menurut masyarakat dilakukan pada 5 desa dengan jumlah responden sebanyak
10 – 15 orang per desa, sehingga secara keseluruhan terdaftar sebanyak 55 orang
responden yang diwawancarai.
Kemudian Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka indept interview
dilakukan pada masing-masing desa lokasi penelitian dengan melibatkan perangkat
desa dan tokoh informal seperti unsur pendidik, tokoh agama, tokoh adat, pemuda
dan perwakilan perempuan, pengusaha/ pengrajin dan lain sebagainya masing-
masing sebanyak 10 – 15 orang, sehingga secara keseluruhan berjumlah 55 orang
yang terlibat dalam diskusi kelompok.
xx
Dengan demikian penelitian ini melibatkan jumlah responden dan informan
sebanyak 110 orang yang rinciannya seperti terlihat pada Tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden Pada Desa-desa Penelitian
No Uraian
Kecamatan/Desa
Jorong
1 2 3 4 51 Jumlah KK 1088 1315 1968 343 421
2 Jumlah Responden 10 10 10 15 10
3 Jumlah Peserta FGD 10 10 10 15 10
Total Responden 20 20 20 30 20
Sumber : Profil Desa Tahun 2013 dan 2014 dan Hasil Pengolahan Data Primer
2. Profil Komunitas Desa
a. Usia Responden
Karakteristik usia responden terbesar pada desa – desa yang menjadi lokasi
penelitian berkisar antara 19 sampai 35 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa 41% atau 23 responden berusia 19 sampai 35 tahun dan sisanya berusia
sebesar 59% berada diluar kisaran usia tersebut sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 8. Pada kondisi umur yang demilkian mereka merupakan kelompok usia
muda yang memiliki kematangan berfikir dan kematangan menganalisa terhadap
sesuatu objek tertentu.
Kemudian dilihat dari struktur umur, berdasarkan UU Ketenagakerjaan No 3
tahun 2003, dapat diketahui bahwa seluruh responden adalah angkatan kerja
produktif (usia 15 - 64 tahun). Dapat dijelaskan bahwa penduduk di desa-desa
penelitian yang berusia produktif tersebut karena usia mereka yang sudah mulai
matang maka akan lebih baik dan berkualitas dalam mengisi dunia kerja.
Tabel 8. Persentase Karakteristik Responden Menurut Usia
NoUsia Responden
(Tahun)
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 19 – 35 2 4 7 5 5 23
2 36 – 45 6 4 1 8 3 22
3 46 – 55 1 2 1 1 0 5
4 > 55 1 0 1 1 2 5
Total Persentase Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
xxi
b. Jenis Kelamin
Data pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa dari jumlah responden yang ada di
desa-desa yang termasuk wilayah penelitian lebih dari 89 % adalah kaum laki-laki
dewasa, sedangkan 11% adalah kaum perempuan atau ibu rumah tangga.
Tabel 9. Persentase Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 Laki-laki 8 10 7 15 9 49
2 Perempuan 2 0 3 0 1 6
Total Persentase Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
c. Status Perkawinan
Sebagian besar responden yang menjadi sasaran kegiatan penelitian
berstatus kawin ( 90%) dan mereka adalah kapala rumah tangga yang memiliki
tanggung jawab terhadap keluarga dan lingkungannya sebagaimana diperlihatkan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan
No Status Perkawinan
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 Kawin 10 9 9 14 8 50
2 Belum Kawin 0 1 1 1 2 5
Total Persentase Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
d. Jumlah Anggota Keluarga
Jika dilihat dari jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga, tabel
dibawah ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai anggota
keluarga berkisar antara 3 sampai 6 orang yang terdiri dari isteri, anak dan orang
tua. Meskipun demikian ada diantara responden yang memiliki anggota keluarga 7
sampai 9 orang. Sedang responden yang mempunyai 1 anggota keluarga ternyata
dari data primer berstatus belum kawin.
xxii
Tabel 11. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
NoJumlah Anggota
Keluarga Responden
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 1 orang 0 0 0 1 2 3
2 2 orang 0 1 1 2 1 5
3 3 orang 2 4 1 4 2 13
4 4 orang 4 3 5 5 3 20
5 5 orang 2 1 1 2 0 6
6 6 orang 1 0 2 1 1 5
7 7 orang 0 1 0 0 0 1
8 8 orang 0 0 0 0 1 1
9 9 orang 1 0 0 0 0 1
10 10 orang 0 0 0 0 0 0
Total Persentase Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
e. Asal Usul Penduduk
Asal usul responden yang bermukim di wilayah penelitian, 60 % adalah
penduduk asli, sedangkan 40% sisanya adalah para pendatang (transmigran),
menyebar di 5 desa.
Tabel 12. Karakteristik Responden Menurut Asal Usulnya
No Asal UsulResponden
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 Asli 8 8 7 2 9 332 Pendatang 2 2 3 13 1 22
Total Responden 10 10 10 15 10 55Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
f. Suku / Etnis
Suku atau etnis yang bermukim atau tinggal dan menetap pada desa-desa
penelitian sebanyak 6 suku, yaitu Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Sunda, dan Lombok.
Data pada Tabel 13 memperlihatkan bahwa dari jumlah responden yang ada
di desa-desa yang termasuk wilayah penelitian lebih dari 61,8 % adalah
bersuku/etnis Banjar, disusul dengan suku Jawa. Suku Jawa merata di semua
xxiii
desa. Keragaman suku terbanyak terdapat di Desa Simpang Empat Sungai Baru
Kecamatan Jorong, yakni suku Banjar, Bugis, Jawa dan Sunda.
Tabel 13. Karakteristik Responden Menurut Suku/Etnis
NoSuku / EtnisResponden
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 Banjar 8 8 7 2 9 34
2 Dayak 0 0 0 0 0 0
3 Bugis 0 0 1 0 0 1
4 Jawa 2 1 1 10 1 15
5 Sunda 0 0 1 3 0 4
6 Madura 0 0 0 0 0 0
7 Lombok 0 1 0 0 0 1
Total Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
g. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan terbanyak responden sudah berpendidikan sampai dengan
SLTA (36 %) dan sisanya berpendidikan SD dan SLTP sederajat bahkan sebagian
kecil telah berpendidikan hingga sarjana sebagaimana terlihat pada Tabel 14.
Namun dari data dibawah, ada beberapa responden yang tidak pernah mengeyam
pendidikan dasar (SD) diantaranya terdapat di Desa Batalang.
Tabel 14. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Kecamatan/Desa
TotalJorong
1 2 3 4 5
1 Tidak Sekolah 0 0 0 3 0 3
2 SD Tidak Tamat 0 0 0 0 1 1
3 SD 3 4 0 4 6 15
4 SLTP Sederajat 3 0 2 4 2 16
5 SLTA Sederajat 4 5 6 4 1 20
6 Perguruan Tinggi 0 1 2 0 0 3
7 Tidak Ada Jawaban 0 0 0 0 0 0
Total Responden 10 10 10 15 10 55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
h. Agama
Agama yang dianut responden umumnya adalah 100% Islam, sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 15.
xxiv
Tabel 15. Karakteristik Responden Menurut Agama yang Dianut
No AgamaResponden
Kecamatan/DesaTotalJorong
1 2 3 4 51 Islam 10 10 10 15 10 552 Kristen 0 0 0 0 0 03 Hindu 0 0 0 0 0 04 Budha 0 0 0 0 0 0
Total Responden 10 10 10 15 10 55Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
3. Profil Sosial
a. Kesehatan Masyarakat1) Sarana Kesehatan
Berdasarkan data profil Desa tahun 2013 maupun 2014, pada wilayah
penelitian belum ada penempatan bangunan rumah sakit, namun puskesmas
sudah ada di Desa Jorong, Simpang Empat Sungai Baru, Asam-asam,
Batalang dan Swarangan. Pada setiap desa memang sudah dilakukan
pengadaan puskesmas untuk kepentingan masyarakat di masa sekarang dan
dimasa yang akan datang. Gambaran sarana kesehatan yang digunakan
masyarakat pada desa-desa penelitian, dapat dilihat dari hasil pengolahan data
primer kuisioner pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Sarana Kesehatan Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Sarana Kesehatan/ Desa
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 a. Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0,00b. Puskesmas Induk 10 9 10 6 4 15,98c. Puskesmas Pembantu
0 0 0 0 0 0,00
d. poliklinik 0 5 0 1 0 2,46e. Posyandu 10 10 10 15 9 22,13f. BKIA 0 0 0 0 0 0,00
2
Tenaga Medisa. Dokter 0 6 1 0 0 2,87b. Mantri 10 9 10 0 0 11,89c. Bidan 10 9 10 15 11 22,54d. Paramedis 0 3 0 1 0 1,64
3
Tenaga Medis Tradisionala. Dukun 10 8 8 13 6 18,44b. Paranormal 0 3 1 0 0 1,64c. Batra 0 1 0 0 0 0,41
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
xxv
Berdasarkan data di atas, 15,98% masyarakat memanfaatkan sarana
kesehatan yaitu puskesmas, demikian pula pusat pelayanan terpadu
(posyandu) juga telah dipergunakan untuk keperluan ibu hamil dan anak balita
dengan persentase sebesar 22,13%.
Dokter sebagai tenaga medis telah ada di beberapa desa namun
jumlahnya tidak memadai (kurang) bahkan ada beberapa desa yakni Desa
Jorong, Batalang dan Swarangan belum terdapat dokter sebagai tenaga medis.
Sementara tenaga paramedis seperti mantri/perawat dan bidan telah ada
secara merata di semua desa.
Tenaga medis lainnya yakni tenaga medis tradisional masih dipergunakan
oleh sebagian besar masyarakat di desa-desa penelitian. Umumnya tenaga
medis tradisional adalah dukun beranak yang biasanya bekerjasama dengan
bidan desa untuk membantu persalinan penduduk. Sedangkan keberadaan
paranormal hanya sedikit responden yang mengetahuinya, yaitu di Desa Asam-
asam dan Simpang Empat Sungai Baru.
2) Penyakit Dominan
Penyakit dominan yang pernah dialami sebagian besar masyarakat di
semua desa/kecamatan pada kawasan penelitian adalah penyakit berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat
Indonesia dan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh
Puskesmas di Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi
lingkungan yang buruk seperti ISPA, TBC, diare, DBD, malaria, kecacingan,
dan penyakit kulit hampir merata dialami di semua desa pada wilayah
penelitian. Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 17 berikut di bawah ini
Tabel 17. Penyakit Dominan Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Penyakit DominanJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Malaria 10 5 10 1 2 6,132 Sakit Perut 10 9 5 9 6 8,533 TBC 9 5 9 5 4 7,004 THT 10 5 10 4 2 6,785 Kulit 10 5 10 1 4 6,566 Kelamin 8 0 8 0 0 3,507 Gizi Buruk 9 4 9 0 0 4,818 Batuk Akut 9 5 9 4 3 6,569 Flu 10 5 5 5 10 7,6610 Demam 10 10 5 5 5 7,6611 Typhus 10 5 5 5 7 7,00
xxvi
12 Reumatik 10 10 5 12 7 9,6313 Gatal-gatal 10 10 5 5 5 7,6614 Sakit Kepala 10 10 10 8 10 10,50
Total Presentase 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan di desa-desa pada kawasan
penelitian antara lain disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup
bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya
angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan air bersih masyarakat. Jika data ini menunjukan suatu gejala yang
permanen maka harus diwaspadai dan diambil tindakan sesegera mungkin dari
instansi terkait ataupun pihak-pihak yang terlibat didalam pemanfaatan sumber
daya alam seperti perkebunan besar dan pertambangan.
3) Pengobatan
Upaya kesehatan perorangan di puskesmas terkait dengan perilaku sakit
dan perilaku pencarian pengobatan pada orang sakit Sumber pengobatan di
Indonesia menurut Kalangie (1984), mencakup tiga sektor yang saling berkaitan
yaitu pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri, pengobatan tradisional,
dan pengobatan medis profesional. Perilaku berobat umumnya dimulai dari
pengobatan sendiri, kemudian apabila tidak sembuh dilanjutkan ke pengobatan
medis atau pengobat tradisional. Demikian juga dari pengobatan medis dapat
dilanjutkan ke pengobat tradional, atau sebaliknya seperti Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Tempat Berobat Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Tempat BerobatJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Berobat Sendiri 10 10 10 15 10 13,612 Puskesmas 10 8 10 15 10 13,123 Klinik 10 4 10 15 10 12,134 Dokter 10 3 10 15 10 11,885 Rumah sakit 10 3 10 15 10 11,886 Mantri 10 4 10 15 10 12,137 Bidan 10 6 10 15 10 12,628 Orang pintar / dukun 10 6 10 15 10 12,629 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian pengobatan
yang dilakukan penduduk di desa penelitian yang mengeluh sakit, diawali
dengan berobat sendiri, memilih berobat jalan ke puskesmas, sisanya
xxvii
melakukan pengobatan medis ke mantri/perawat dan bidan dan pengobat
tradisional. Sedangkan bila sudah menuju taraf berat baru mereka memilih
berobat ke dokter dan rumah sakit tedekat.
b. Pelibatan Lembaga Sosial Dalam Masyarakat
Dalam setiap aktifitas atau kegiatan pemerintahan desa pelibatan lembaga
sosial desa menjadi penting sebagai motor penggerak masyarakat di pedesaan.
Pelibatan/partisipasi lembaga sosial dalam masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan akan gagal/tidak
berhasil. Partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi, lembaga atau
panitia. Contoh lembaga kemasyarakatan yang ada di desa antara lain Karang
Taruna yang merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan jiwa
mudanya. Disamping di tingkat desa di masing-masing pedukuhan juga terdapat
karang taruna tingkat dusun dengan kegiatan tergantung dari program kerja karang
taruna tingkat dusun. LPMD ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa ), lembaga ini berkedudukan ditingkat desa yang berperan dalam rangka ikut
memperlancar program-program pembangunan ditingkat desa.
Kemudian GaPokTan ( Gabungan Kelompok Tani ), merupakan wadah bagi
kelompok tani ditingkat desa, kegiatan yang menjadi rutinitas adalah pertemuan
kelompok tani tingkat desa yang dilaksanakan secara bergilir setiap bulan di
masing-masing kelompok tani. Lembaga Sosial yang melibatkan masyarakat dalam
aktivitasnya pada Desa-desa Penelitian dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19. Pelibatan Lembaga Sosial pada Desa-desa Penelitian
No Jenis Lembaga Sosial
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1Badan Perwakilan Desa (BPD)
10 5 10 5 5 15,02
2Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
10 3 10 5 7 15,02
3Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
10 3 10 8 5 15,45
4 Karang Taruna 10 3 10 10 315,45
xxviii
5 Kelompok tani 10 4 10 15 619,31
6 Koperasi Desa 10 0 10 3 110,31
7Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2 2 10 7 1 9,44
Total Presentase100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan data responden memperlihatkan lembaga kelompok tani me
rupakan lembaga yang paling banyak melibatkan masyarakat dalam melakukan
aktifitasnya disusul oleh Karang Taruna, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM), Koperasi Desa, dan LSM. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sedikit
sekali melibatkan masyarakat dan sedikit responden yang mengetahui aktifitasnya.
c. Interaksi Sosial MasyarakatMenurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dan selalu berada diantara manusia lainnya yang dalam bentuk
kongkritnya manusia bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia
lainnya.
Masyarakat berinteraksi melalui cara berpartisipasi, baik berupa sumbangan
ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif maupun biaya untuk memperlancar
pelaksanaan suatu kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh
partisipan pada suatu perkumpulan sosial kemasyarakatan. Misalnya arisan,
menghadiri kematian, dan lainnya serta dapat juga sumbangan perhatian atau
tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Pada
desa-desa yang menjadi objek penelitian, jenis interaksi sosial masyarakat disajikan
pada Tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20. Interaksi Sosial Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Jenis Interaksi Sosial Masyarakat
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Silaturahmi; misalnya 10 8 10 15 10 18,692 Gotong royong; misalnya 10 3 10 15 10 16,613 Toleransi; misalnya 10 0 0 11 8 10,034 Rukun kematian 10 6 10 15 11 17,995 Kegiatan yasinan 10 7 10 15 11 18,34
6Kegiatan lainnya, hari-hari besar;
10 7 10 15 11 18,34
Total Presentasi 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dalam konteks jenis interaksi sosial masyarakat, 18,69% responden
menyebutkan kegiatan silaturahmi sebagai interaksi sosial yang paling banyak
xxix
dilakukan, baik siraturrahmi antara warga satu dengan warga yang lain disusul
dengan yasinan, kegiatan hari besar keagamaan atau hari besar nasional, gotong
royong, yasinan, dan rukun kematian. Jenis interaksi lain adalah toleransi pada
kehidupan sehari-hari masyarakat yang terjalin harmonis di hampir semua desa di
wilayah penelitian. Toleransi yang ditunjukkan pada desa-desa di wilayah penelitian
juga sangat tinggi dengan persentase sebesar 10,03%.
d. Pelestarian Budaya Masyarakat
E. B. Tylor (1871) menyebutkan kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai anggota masyarakat.
Sebagai kelompok masyarakat yang multi etnik/suku, di wilayah desa-desa
yang menjadi objek penelitian memiliki beragam budaya yang dimiliki dan masih
eksis dan dilestarikan. Menurut informasi responden, adat istiadat/budaya yang
sering dilaksanakan adalah sebagai berikut.
Tabel 21. Pelestarian Budaya Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Pelestarian Budaya Masyarakat
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Bapalas 10 2 9 2 0 15,442 Naik Ayun 10 1 9 1 0 14,093 Haulan 10 8 10 2 1 20,814 Pesta Tahunan 10 1 9 15 11 30,875 Selamatan Kematian 0 0 0 15 10 16,786 Selamatan/mantenan 0 0 0 1 2 2,01
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Data responden pada tabel 21 memperlihatkan pesta tahunan dengan
persentase terbesar yaitu 30,87% telah menjadi adat dan tradisi masyarakat di
desa-desa penelitian, hal ini sebagai bukti bahwa keakraban dan kerukunan antar
warga dapat dikatakan baik kemudian di susul dengan upacara haulan, selamatan
kematian, bapalas, naik ayun, dan selamatan/mentenan.
e. Sanksi Sosial
Norma dan nilai merupakan sesuatu yang sangat penting serta tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat,karena keduanya merupakan alat untuk
mengarahkan dan mengontrol perilaku warga masyarakat. Interaksi sosial yang
terjadi diantara masyarakat pada akhirnya melahirkan budaya dan pengaturan tata
xxx
kehidupan dalam bentuk norma-norma adat maupun agama dalam hubungan antar
individu, kelompok maupun individu dan kelompok.
Pelanggaran setiap tata kehidupan bermasyarakat/norma sosial, senantiasa
dibarengi dengan adanya sanksi yang dimulai dari yang ringan, agak berat sampai
berat tergantung seberapa besar pelangaran yang dilakukan. Penarapan sanksi
sosial mengandung bobot edukasi agar masyarakat tidak melakukan perbuatan
yang menyimpang.
Hasil penelitian memberikan informasi dan gambaran bahwa bentuk sanksi
sosial yang berlaku di desa-desa penelitian yaitu; penasehatan, denda, pengucilan,
pengusiran, dilaporkan ke polisi, dihakimi masa dan diadili di desa. Jawaban
responden dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini
Tabel 22. Sanksi Sosial yang Berlaku pada Desa-desa Penelitian
No Sanksi Sosial Yang Berlaku Dalam Masyarakat
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Penasehatan 0 4 10 0 0 82,352 Denda 0 1 0 0 0 5,883 Pengucilan 0 2 0 0 0 11,764 Pengusiran 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Sanksi sosial sebesar 82,35% masih berupa penasehatan/ memberi nasehat-
nasehat agar kembali ke norma yang berlaku di desa setempat. Sebaliknya jika
tidak bisa diselesaikan pada tingkat desa, maka selanjutnya akan segera dilaporkan
kepada aparat kepolisian. Informasi di atas memberikan gambaran pula bawa di
desa-desa yang menjadi objek penelitian bentuk pelanggaran berat terhadap norma
atau tata kehidupan masyarakat relatif kecil.
f. Modal Sosial
Modal sosial merupakan kenyataan yang dimiliki warga, dapat berupa
kehendak baik, simpati, persahabatan, hubungan sosial antar individu dan keluarga
yang dapat membantu mengatasi persoalan warga masyarakat. Dalam konteks
demikian, hubungan yang baik antar anggota masyarakat menciptakan jaringan
yang bersifat mutualis, dan bahkan mengalahkan individualitas, yang biasanya
melingkupi kharateristik budaya barat. Dengan kata lain, jika seseorang mengalami
persoalan & tidak mampu mengatasinya sendiri, warga tersebut dibantu warga
lainnya secara sukarela. Modal sosial merupakan suatu bentuk nilai-nilai tradisi
yang memiliki kemampuan untuk mengelola sumberdaya manusia maupun
xxxi
sumberdaya alam yang digambarkan dengan adanya rasa saling percaya,
kebersamaan dan toleransi antar sesama anggota masyarakat.
Informasi melalui jawaban reponden sebagaimana diperlihatkan pada tabel
dibawah ini memberikan gambaran modal sosial yang dimiliki masyarakat di desa-
desa wilayah penelitian adalah adanya rasa saling percaya diantara sesama warga
masyarakat dengan persentase sebesar 28,02%, kebersamaan sebagai warga desa
sebesar 28,57% dan adanya sikap toleransi sebesar 28,02% diantara warga
meskipun berbeda suku, agama maupun kebudayaan. Mengelola tanah ulayat
secara bersama-sama hanya dilakukan oleh beberapa desa pada Desa Jorong, hal
ini juga merupakan modal sosial karena didasari atas kebersamaan dan saling
percaya misalnya dalam kegiatan usaha pertanian dan perkebunan
Tabel 23. Modal Sosial Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Modal Sosial MasyarakatJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Saling percaya 10 5 10 17 9 28,022 Kebersamaan 10 7 10 17 8 28,573 Tanah ulayat 10 0 0 13 5 15,384 Toleransi 10 7 9 16 9 28,025 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
4. Profil Ekonomi
a. Pekerjaan Masyarakat
Sebaran pekerjaan yang dilakoni oleh masyarakat dari informasi sangat
beragam dan tercatat sebanyak 18 macam pekerjaan. Bervariasinya pekerjaan
masyarakat mencerminkan bahwa lapangan kerja cukup tersedia bagi penduduk
desa di wilayah penelitian. Banyaknya macam perkerjaan yang bisa ditawarkan
menjadikan wilayah ini sebagai faktor pendorong sekaligus sebagai faktor penarik
bagi pencari kerja bagi penduduk dari daerah lainnya di Kalimantan Selatan maupun
dari pulau Jawa.
Tabel 24. Pekerjaan Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Pekerjaan MasyarakatJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Petani sawah 0 8 9 17 10 5,702 Petani Ladang/lahan kering 10 8 10 17 7 6,743 Buruh bangunan 10 8 10 13 10 6,614 Wiraswasta 10 6 10 17 11 6,995 PNS/TNI/POLRI 10 8 10 17 11 7,25
xxxii
6 Pedagang 10 8 10 17 11 7,257 Nelayan 0 6 8 0 10 3,118 Aparat Desa 10 7 10 17 11 7,129 Buruh tani 10 7 10 17 8 6,7410 Guru 10 8 10 17 11 7,25
11Pensiunan (PNS/TNI/POLRI)
0 4 10 17 9 5,18
12 Sopir 10 8 10 11 7 5,9613 Tukang ojek 0 8 9 5 4 3,3714 Buruh angkut kayu bagunan 10 8 10 11 9 6,2215 Penebang kayu dihutan 0 8 9 6 3 3,3716 Dukun beranak 10 8 9 11 6 5,7017 Paranormal 10 3 10 12 5 5,1818 Pengrajin atap 0 0 0 0 2 0,26
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pekerjaan dominan adalah di sektor perdagangan, kemudian di sektor jasa
yaitu guru dan sopir. Banyaknya pekerjaan di sektor perdagangan menunjukkan
bahwa pada keempat kecamatan kegiatan ekonomi berjalan dengan baik.
Banyaknya pedagang terutama di Desa Jorong dan Simpang Empat Sungai Baru
ditunjang dengan letak wilayah yang berdekatan dengan perusahaan tambang,
sehingga perkembangan perekonomian di wilayah tersebut lebih cepat dan maju
jika dibandingkan dengan desa lain yang menjadi sampel penelitian.
Pekerjaan sebagai pensiunan PNS/TNI/Polri dan guru menempati posisi yang
sama. Karena sebagian desa yang ada di desa itu berpisah maka mau tidak mau
sarana dan prasarana di sektor pendidikan ditambah. Salah satu prasarana yang
perlu ditingkatkan adalah tenaga pendidik. Dengan demikian peluang kerja sebagai
guru baik mulai TK sampai dengan SMA terbuka luas. Sedangkan pekerjaan
sebagai pensiunan PNS/TNI/Polri juga mendominasi pekerjaan masyarakat hal ini
dikarenakan di sekitar wilayah penelitian ada perusahaan tambang batu bara dan
perkebunan kelapa sawit yang memberikan peluang bagi pensiunan untuk bekerja.
Pekerjaan selanjutnya yang banyak ditekuni oleh masyarakat adalah pekerjaan
sebagai buruh angkut kayu bangunan serta buruh tani.
b. Penghasilan Masyarakat
Dengan menilik aspek pekerjaan yang dilakoni oleh masyarakat sebagaimana
disebutkan terdahulu, maka pola pendapatan seperti tabel dibawah ini sangan
relevan. Gambaran besarnya penghasilan yang diperoleh responden dapat
mencerminkan sebaran pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Secara umum
terlihat penghasillan masyarakat pada desa-desa di wilayah penelitian 17,36 %
berada pada grade diatas 500.000,- s/d 1.000.000,- per bulan, kemudian 18,18 %
diatas 1.000.000,- s/d 1.500.000,- per bulan serta 47,93 % berpenghasilan diatas
xxxiii
1.500.000,- per bulan. Sementara itu terdapat pula 16,53% responden yang
berpenghasilan di bawah 500.000,- per bulan yang secara rinci disajikan pada Tabel
25.
Tabel 25. Penghasilan Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Penghasilan Masyarakat Perbulan
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 < Rp 500.000 10 7 4 11 8 16,532 > 500.000 - 1.000.000 10 10 4 11 7 17,363 > 1.000.000 – 1.500.000 10 7 6 11 10 18,184 > 1.500.000 - 2.000.000 10 6 10 17 8 21,075 > 2.000.000 - 2.500.000 10 5 4 11 7 15,296 > 2.500.000 0 5 4 11 8 11,57
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Rata-rata penghasilan yang diperoleh responden tersebut diatas apabila
dibandingkan dengan standar upah harian diberbagai sektor pekerjan diwilayah
penelitian, maka nilainya setara dengan 35.000,- s/d 50.000,- per hari.
c. Sumber Pinjam Uang
Ada beberapa lembaga yang bisa dimanfaatkan penduduk untuk meminjam
uang yaitu Bank, Kelompok simpan pinjam (Koperasi), Arisan, Rentenir, BMT dan
pinjam pada tetangga.
Pada desa-desa di wilayah penelitian dan di Kecamatan Jorong umumnya,
pemerintah daerah telah mengembangkan beberapa program diantaranya adalah
bantuan dana kepada Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk digulirkan
kepada masyarakat (ibu-ibu rumah tangga) yang diberi nama kegiatan Pra Koperasi
PKK, kemudian adapula lembaga simpan pinjam yang mengumpulkan dana
masyarakat..
Sementara ini berdasarkan informasi aparat desa dan ketua PKK pada
masing-masing desa diwilayah penelitian, kegiatan Pra Koperasi PKK sudah ada
yang berjalan sangat baik, baik dan bahkan ada yang macet. Bagi kegiatan yang
berjalan sangat baik dan baik modal yang dikucurkan yang semula berjumlah Rp
20.000.000,- bertambah hingga Rp 60.000.000,- bahkan lebih. Sebaliknya
xxxiv
terhentinya kegiatan Pra Koperasi PKK dikarenakan nasabah/peminjam tidak
mampu mengembalikan pnjaman sampai batas waktu yang ditentukan.
Bank pemerintah maupun swasta sebagai lembaga perkreditan
keberadaannya masih terbatas diwilayah penelitian, sehingga kalau mau pinjam
uang mereka harus pergi ke Satui atau ke Kabupaten (Batu licin).
Rentenir sebagai salah satu sumber peminjaman uang keberadaannya tidak
begitu banyak, tetapi ada namun tidak semua desa ada rentenir. Meskipun
demikian ada diantara mereka statusnya kabur karena berprofesi sebagai tukang
kredit seperti kendaraan dan berbagai macam peralatan rumah tangga.
d. Sarana dan Prasarana Ekonomi
Sarana dan prasarana ekonomi seperti pasar, kios/warung bahkan koperasi
pada umumnya cukup tersedia pada desa-desa wilayah penelitian.
Pasar desa sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dilakukan
seminggu sekali secara bergiliran mulai dari hari minggu sampai Senin, sedangkan
toko/warung tersedia dengan fasilitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
harian rumah tangga penduduk.
Koperasi adalah lembaga yang menyediakan bantuan dan fasilitas untuk
keperluan masyarakat memiliki bermacam bentuk, pada desa-desa yang
penduduknya menjadi anggota plasma perkebunan kelapa sawit memiliki Koperasi
Sawit sehingga Koperasi Unit Desa (KUD) tidak sempat terbentuk atau kalau
terbentuk badan hukumnya tidak berjalan dengan baik/mati suri. Bentuk lainya dari
koperasi adalah Pra Koperasi PKK dengan kegiatan utama simpan pinjam.
Tabel 26. Sarana dan Prasarana Ekonomi Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
NoJenis Sarana dan
Prasarana Ekonomi Desa
Persentase Jawaban Responden Masing-Masing
DesaPersentase (%)
Jorong1 2 3 4 5
1 Pasar 10 10 10 10 10 1002 Koperasi 10 10 10 10 10 1003 Toko/Kios/Warung 10 10 10 10 10 100
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
xxxv
5. Profil Lingkungan
a. Status Kependudukan
Etnis yang teridentifikasi pada wilayah penelitian adalah suku Banjar, Dayak,
Bugis, Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Batak. Dari 8 etnis yang ada mereka dapat
hidup secara damai dan berdampingan dengan saling menghormati dan menjaga
toleransi berkehidupan.
Status kependudukan responden yang bermukim dan bertempat tinggal pada
desa-desa diwilayah penelitian, sebagian besar berstatus sebagai pendatang. Etnis
Banjar mendominasi pada status kependudukan yang ada di desa-desa wilayah
penelitian. Etnis Banjar di sini bisa dikatakan sebagian sebagai masyarakat asli dan
sebagian merupakan masyarakat pendatang yang berasal dari kabupaten lain yang
berada di Provinsi Kalimantan Selatan, seperti Tapin, Martapura, Kandangan,
Barabai dan lain-lain.
Etnis kedua yang mendominasi status kependudukan masyarakat adalah suku
Jawa. Hal ini sangat berhubungan dengan program pemerintah pada era tahun
1980-1990 yaitu program transmigrasi. Dimana peserta program tersebut
didatangkan dari Jawa dengan tujuan mengurangi jumlah penduduk di pulau Jawa
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa. Alhasil dari program tersebut
banyak dijumpai masyarakat etnis Jawa di wilayah penelitian.
Etnis etiga yang mendominasi adalah suku Bugis, hal ini sangat berhubungan
dengan sifat orang Bugis yang suka melaut dan menempati wilayah-wilayah pesisir.
Khusus pada Desa Swarangan karena berada di wilayah pesisir sehingga banyak
dijumpai masyarakat etnis Bugis.
Tabel 27. Status Kependudukan Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Suku/EtnisJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Banjar 10 10 10 12 2 19,212 Dayak 10 5 10 0 0 10,923 Bugis 10 7 10 0 0 11,794 Jawa 10 10 10 2 8 17,475 Sunda 10 4 10 3 0 11,796 Madura 10 9 10 0 0 12,667 Bali 0 2 6 0 0 3,498 Batak 10 5 10 0 0 10,929 Lainnnya 0 1 3 0 0 1,75
Total Presentase 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
xxxvi
b. Lama Tinggal / Bermukim
Lama tinggal di wilayah penelitian dibagi atas beberapa kurun waktu. Tercatat
ada 7 (tujuh) kurun waktu lama tinggal masyarakat. Dari hasil penelitian diperoleh
hasil bahwa masyarakat di desa-desa wilayah penelitian didominasi dengan lama
tingga kurang dari 10 tahun. Kemudian diikuti dengan lebih dari 35 tahun.
Keadaan ini menunjukkan bahwa di wilayah penelitian didominasi oleh
pendatang. Para pendatang ini berasal dari Kalimantan Selatan sendiri maupun
pulau Jawa. Hal ini dikarenakan pada wilayah penelitian terdapat perusahaan
tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Kedua jenis perusahaan tersebut
memberikan peluang kerja sehingga banyak masyarakat dari luar wilayah penelitian
yang mencoba mengadu nasib di sana. Selain hal tersebut, banyaknya penduduk
pendatang disebabkan oleh berkembangnya dengan pesat Kecamatan Jorong dan
Satui sehingga terjadi peningkatan perekonomian yang secara otomatis menarik
penduduk dari luar wilayah untuk masuk.
Tabel 28. Lama Bermukim Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Lama Tinggal (Tahun)Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 < 10 10 7 4 12 8 15,772 11 - 15 10 6 4 11 8 15,003 16 - 20 10 4 3 10 7 13,084 21 - 25 10 3 3 10 8 13,085 26 - 30 10 3 3 11 8 13,466 31 - 35 10 4 5 12 7 14,627 > 35 10 4 5 11 9 15,00
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Bagi masyarakat yang lama tinggalnya lebih dari 35 tahun merupakan
masyarakat yang dulunya mengikuti program pemerintah transmigrasi. Maupun
para pendatang dari Kalimantan Selatan yang berprofesi sebagai pedagang dan
suku Jawa yang berprofesi sebagai nelayan.
c. Perumahan
1) Status Rumah Penduduk
xxxvii
Status rumah penduduk disini dilihat dari sudut kepemilikan. Terbagi
atas 6 (enam) kriteria yaitu rumah sendiri, warisan orang tua, milik dinas,
sewa/kontrak, pinjam pakai dan lainnya. Dari hasil penelitian status rumah
yang dihuni oleh responden pada desa-desa di wilayah penelitian adalah milik
sendiri (lebih dari 44,54%), meskipun demikian sebagian kecil diantaranya
berstatus warisan orang tua, sewa/kontrak, milik dinas dan pinjam pakai.
Tabel 29. Status Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Lama Tinggal (Tahun)
Jumlah Jawaban Responden Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Rumah sendiri 10 7 10 17 9 44,542 Warisan orang tua 10 6 2 5 5 23,533 Milik dinas 0 3 2 0 0 4,204 Sewa/kontrak 10 4 2 0 1 14,295 Pinjam pakai 10 3 2 0 0 12,616 Lainnya 0 0 1 0 0 0,84
Total Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Status rumah dinas hanya sebesar 4,20% dan biasanya dimiliki oleh
aparat pemerintah seperti guru, bidan desa, mantri atau perawat, sedangkan
status rumah sewa/kontrak biasanya oleh masyarakat pendatang yang bekerja
di perusahaan tambang, atau berdagang di desa yang dekat dengan
perusahaan tambang.
2) Kondisi Bangunan Rumah
Bangunan merupakan struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding
dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga bisa
disebut dengan rumah. Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan
manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat
tinggal, privasi, tempat menyimpan barang dan tempat bekerja. Suatu
bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai sarana
pemberi rasa aman dan nyaman.
Berdasarkan profil desa di masing-masing wilayah penilitian kondisi
rumah yang ada di masyarakat terbagi atas 3 kategori yaitu rumah permanen,
rumah semi permanen dan rumah sederhana. Sedangkan dalam kuisioner
kepada responden kondisi bangunan rumah terbagi atas permanen, semi
permanen, pondok, rumah panggung dan darurat. Tiga golongan terakhir
dimasukkan ke dalam kategori rumah sederhana di dalam profil desa.
xxxviii
Kondisi bangunan rumah yang dihuni oleh responden seperti
diperlihatkan pada Tabel 30 memiliki berbagai bentuk, ada yang permanen,
semi permanen, pondok, rumah panggung bahkan ada yang darurat. Kondisi
rumah yang permanen seperti dalam kategori diatas adalah keadaan umah
yang terbuat dari bahan semen/kayu dari bawah sampai atasnya. Adapun semi
permanen adalah bangunan rumah yang hanya separohnya saja terbuat dari
bahan semen sisanya adalah terbuat dari kayu.
Rumah panggung adalah rumah yang bangunananya berada diatas
tiang-tiang berupa kayu ulin yang berfungsi sebagai pondasi rumah dan
biasanya banyak dimiliki oleh masyarakat asli setempat (urang banjar).
Sebalik pondok adalah bangunan sangat sederhana yang bentuknya
lebih kecil dari rumah dan pada umumnya terbuat dari kombinasi kayu dan atau
bahan lainnya seperti bambu, daun atau kulit kayu yang pondasinya tanah
maupun berbentuk panggung.
Tabel 30. Kondisi Bangunan Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Kondisi Bangunan Rumah
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Permanen 10 9 5 17 7 43,642 Semi permanen 10 1 6 11 8 32,733 Pondok 10 1 2 0 1 12,734 Rumah Panggung 10 1 1 0 0 10,915 Darurat 0 0 0 0 0 0,006 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Hasil dari Tabel 30 menunjukkan bahwa kondisi bangunan rumah yang
ada di wilayah penelitian didominasi oleh bangunan permanen kemudian
disusul oleh bangunan semi permanen. Secara keseluruhan kondisi ini
menunjukkan bahwa masyarakat yang ada termasuk golongan sejahtera.
Rumah panggung juga masih banyak dijumpai di desa-desa wilayah penelitian
terutama pada wilayah yang dekat dengan sungai.
3) Lantai Bangunan RumahLantai rumah merupakan salah satu dari beberapa elemen penyusun
arsitektur bangunan, keberadaannya adalah mutlak, esensial sehingga akan
membentuk identitas dan karakter dari sebuah bangunan rumah. Secara
xxxix
umum bahan penutup lantai yang banyak terdapat dipasaran yaitu lantai yang
terbuat dari lapisan penutup alami dan lapisan penutup buatan. Hasil
penelitian mengenai kondisi lantai bangunan rumah yang ada di wilayah
penelitian terlihat dengan jelas pada Tabel 31 di bawah ini.
Tabel 31. Lantai Bangunan Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
NoKondisi Lantai
Bangunan Rumah
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Keramik 10 2 7 11 4 22,672 Teraso 10 0 0 11 2 15,333 Plestar 10 2 3 11 5 20,674 Papan 10 7 2 11 9 26,005 Bambu 0 0 5 0 0 3,336 Tanah 10 3 5 0 0 12,00
Total Presentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Kondisi lantai rumah tempat tinggal responden kebanyakan terbuat
dari kayu yaitu berupa papan, kemudian lantai keramik. Dengan kondisi yang
demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang ada di
wilayah penelitian cukup baik.
4) Atap Rumah
Atap adalah bangunan yang berfungsi sebagai pelindung bagi isi dan
pengguna bangunan dari hujan, panas dan dingin. Bahan yang biasa
digunakan untuk atap rumah oleh masyarakat pada desa-desa wilayah
penelitian didominasi oleh bahan atap berupa ; seng, genteng dan sirap. Baru
sedikit diantara mereka yang mengunakan bahan atap berupa multiroof.
Bahan atap rumah berupa sirap kebanyakan adalah rumak dimiliki
oleh oleh penduduk asli setempat (Banjar), sebaliknya bahan atap berupa
genteng kebanyakan rumahnya dimiliki oleh penduduk pendatang dari pulau
Jawa. Sedangkan bahan atap berupa seng sifatnya sudah umum diketahui
oleh masyarakat serta relatif murah dan mudah didapatkan.
Bahan atap rumah yang terbuat dari dedaunan (nipah/sagu) yang
disebut dengan “kajang dan atau atap rumbia” sebagai upaya pemanfaatan
xl
sumberdaya lokal sudah jarang digunakan, kecuali memang tidak mampu
membeli bahan atap lainnya. Jaman dulu bahan atap ini merupakan salah
satu pilihan selain sirap, bahan ini memberikan keteduhan karena terbuat dari
daun, hanya saja keawetannya relatif kurang (10 tahun-an ) dan pada saat
tetentu hari diganti dengan yang baru.
Tabel 32. Bahan Atap Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Kondisi Atap Rumah
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Multiroof 10 2 10 6 3 16,672 Seng 0 8 6 11 10 18,823 Sirap kayu 10 3 5 11 4 17,744 Genteng 10 3 6 17 6 22,585 Daun rumbia 10 3 4 1 4 11,83
6Daun nipah/kajang
10 0 5 3 5 12,37
7 Alang-alang 0 0 0 0 0 0,00Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari Tabel 32 di atas atap rumah yang mendominasi pada desa-desa
wilayah penelitian adalah seng kemudian multiroof dan genteng. Hal ini
dikarenakan harga seng relatif murah dibandingkan dengan multiroof.
Sedangkan atap rumah yang terbuat dari sirap sudah semakin jarang
dijumpai, hal tersebut dikarenakan bahan baku untuk pembuatan atap sirap
yaitu kayu ulin semakin langka keberadaannya. Kalau masih dijumpai
beberapa rumah pnduduk yang beratapkan sirap adalah rumah penduduk
yang sudah lama bermukim di desa tersebut, dan kondisi atap sirapnya juga
sudah banyak yang tidak bagus lagi.
Sedangkan untuk atap berbahan daun rumbia, daun nipah dan alang-
alang masih dijumpai di beberapa desa wilayah penelitian. Biasanya rumah
yang beratap rumbia, nipah maupun alang-alang adalah rumah yang berjenis
panggung.
5) Fasilitas yang Ada di Rumah PendudukData responden yang tertera pada Tabel 33 memberikan gambaran
terhadap Fasilitas yang ada dirumah-rumah penduduk pada masing-masing
desa diwilayah penelitian cukup memadai bahkan dapat dikatakan sudah
lengkap. Fasilitas hiburan dan mendapatkan informasi seperti Televisi sudah
xli
banyak yang memiliki, begitu juga dengan kulkas, kipas angin,
meubelair,kompor biasa/gas, alat pemanas nasi/magic jar serta alat
komunikasi seperti HP.
Tabel 33. Fasilitas yang Ada di Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Fasilitas Rumah Penduduk
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Tempat Mandi 10 8 10 17 11 7,122 Tempat mencuci 10 8 9 17 10 6,873 Kakus 10 8 9 17 9 6,744 Kamar tdur 10 9 10 17 9 7,005 TV 10 9 10 17 8 6,876 Kulkas 10 9 10 14 5 6,117 Radio 10 6 10 8 3 4,718 Telepon/HP 10 9 10 14 8 6,49
9Kompor gas/kompor biasa
10 9 10 17 10 7,12
10Meubelair (meja kursi)
10 9 9 16 7 6,49
11 Ranjang / dipan 10 9 10 16 10 7,0012 Kipas angin 10 9 10 16 9 6,8713 Magic jar 10 9 10 16 7 6,6214 Air bersih 10 9 9 17 10 7,0015 Penerangan listrik 10 9 10 17 9 7,00
Total Presentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari beberapa fasilitas yang dimiliki oleh responden tersebut diatas,
ada beberapa hal yang dapat dijelaskan mengenai fasilitas tersebut sebagai
berikut:
o Tempat mandi, responden menyebutkan setiap rumah memiliki fasilitas
tempat mandi Tempat mandi yang dimaksudkan disini adalah bisa berupa
kamar mandi bisa pula tempat mandi terbuka yang ada di dalam rumah dan
sekaligus tempat mencuci pakaian ataupun bekas makan serta tempat mandi
di sungai atau “jamban”.
o Tempat mencuci, responden meyebutkan rumah penduduk memiliki fasilitas
tempat mencuci. Tempat mencuci yang dimaksudkan adalah bisa didalam
rumah (lihat poin 1) maupun disungai bagi desa desa yang berada
disepanjang sungai.
o Kakus, responden menyebutkan rumah penduduk memiliki kakus. Kakus
dalam pengertian ini adalah tempat buang hajat yang ada dirumah dengan
kloset maupun di luar rumah/disungai (jamban) tanpa kloset/nyemplung.
xlii
o Air bersih, responden mengakui memiliki sumber air bersih adalah air yang
umumnya bersumber dari sumur galian, sedikit sekali air yang bersih yang
bersumber dari sumur bor atau PDAM. Ada program PAMSIMAS
o Penerangan listrik, diperoleh responden/masyarakat bukan hanya bersumber
dari PLN
6) Fasilitas Pemakaian Listrik yang Ada di Rumah Penduduk
Fasilitas pemakaian beban listrik yang bersumber dari PLN yang
dipasang di rumah-rumah penduduk umumnya adalah 900 kwh, bahkan masih
ada yang menggunakan kapasitas 450 kwh dan hanya sedikit rumah tangga
yang memiliki beban 1200 kwh sebagai mana tertera pada Tabel 34 di bawah
ini.
Tabel 34. Fasilitas Pemakaian Listrik di Rumah Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Fasilitas Listrik Rumah Penduduk
Jumlah Jawaban Responden Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 250kwh 10 3 1 6 3 18,112 450 kwh 10 6 1 14 8 30,713 900 kwh 10 6 10 15 7 37,804 1200 kwh 10 2 5 0 0 13,39
Total Presentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Secara keseluruhan masyarakat di desa sudah bisa menikmati aliran
listrik. Walaupun demikian masih ada sebagian kecil masyarakat yang belum
memiliki aliran listrik dikarenakan sarananya kurang seperti tiang listrik dan
tegangan yang masih sedikit sehingga masih sering terjadi listrik padam.
7) Pelayanan Listrik yang Dirasakan Penduduk
Pelayanan listrik yang diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara
umumnya selalu dikeluhkan oleh masyarakat, tak terkecuali oleh responden
yang menjadi gambaran keadaan masyarakat diwilayah penelitian. Sering
terjadi beberapa kali pemadaman bahkan kadang kadang terjadi setiap saat
pemadaman.
Pemadaman listrik yang sering terjadi adalah suatu masalah yang
serius di Kalimantan Selatan karena bersumber dari PLTU Asam-asam dan
PLTA Riam Kanan yang mungkin pemakaian sudah melebihi kapasitas
xliii
terpasang, namun pemadaman bergilir biasanya terjadi karena adanya
pemeliharaan/perawatan mesin pembangkit listrik yang bersangkutan.
8) Sumber Air Bersih Penduduk
Sumber air bersih penduduk pada desa-desa yang menjadi objek
penelitian sebagian besar berasal dari sumur galian, akan tetapi pada desa
Asam-Asam yang letak desanya memanjang di badan sungai maka mereka
memanfaatkan sumber air bersih dari sungai yang ada. Sumber air bersih
lainnya adalah dari sumur bor, hanya saja tidak semua warga bisa memiliki
dan atau menikmatinya. Pengadaan sumur bor untuk saat ini lebih banyak
dilakukan secara swadaya, belum ada bantuan perusahaan sekitar.
Pemeritah pusat sudah mencanangkan Program Nasional Penyediaan
Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) sudah mengucur
ke beberapa desa diwilayah penelitian. Sedangkan Pemerintah Daerah
meluncurkan dana untuk program Pembangunan Desa Sejahtera Bersujud
(PDSB) dalam berbagai aspek seperti pembuatan jalan, jembatan dan
pengadaan air bersih (sumur bor). Pelaksana kegiatan diserahkan pada
masyarakat sesuai dengan perioritas kebutuhan masyarakat dan
diantaranya ada desa-desa yang memperioritaskan untuk pengadaan sumur
bor walaupun masih terbatas jumlahnya.
Tabel 35. Sumber Air Bersih Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Sumber Air Besih
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Sungai 10 3 5 11 4 18,752 Mata air digunung 10 0 0 0 0 5,683 Tadah hujan 10 3 6 0 0 10,804 PAM/Beli 0 10 10 0 6 14,775 Dam 10 0 6 0 0 9,096 Sumur galian 10 7 7 16 11 28,987 Sumur bor 10 3 6 2 0 11,93
Total Prsentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari tabel di atas, sumber air bersih yang biasanya digunakan oleh
masyarakat didominasi bersumber dari sumur galian. Hanya sedikit yang
menggunakan air dari PAM atau beli. Hal yang saat ini dirasakan oleh
masyarakat desa adalah jika pada musim kemarau yaitu kesulitan memperoleh
xliv
air bersih. Banyak sumur yang kering dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
mereka terpaksa membeli.
d. Gangguan Kamtibmas
1) Jenis/Macam Gangguan Kamtibmas
Sebagaimana diketahui, pada kecamatan dan desa-desa diwilayah
penelitian sebagian besar merupakan desa unit pemukiman transmigrasi yang
mulai berkembang pesat pertumbuhan ekonomi dan infrastrukturnya karena
adanya berbagai perusahaan disekitar mereka. Kondisi demikian
menyebabkan daerah ini faktor pendorong (push factor) sekaligus faktor
penarik (pull factor) bagi pencari lapangan kerja dan menyebabkan
perpindahan/keluar masuk penduduk menjadi tinggi sehingga gangguan
keamanan juga cenderung meningkat.
Tabel 36. Jenis/Macam Gangguan Kamtipmas pada Desa-desa Penelitian
No Jenis Gangguan Kamtibmas
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Pencurian 10 2 10 0 1 19,832 Perampokan 0 4 2 0 0 5,173 Minuman keras 10 1 10 0 3 20,694 Narkoba 10 0 10 0 2 18,97
5Konflik dengan perusahaan sekitar
3 0 9 0 0 10,34
6 Aman saja 0 4 0 17 8 25,007 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00
Total Prsentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gangguan kamtibmas
didominasi oleh pencurian dan minuman keras. Hal ini wajar terjadi
dikarenakan desa-desa tersebut berada di Kecamatan Jorong yang
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tanah Laut yang cukup
berkembang dengan pesat. Biasanya perkembangan suatu wilayah juga
diiringi dengan peningkatan gangguan lingkungan.
Secara keseluruhan pada wilayah penelitian jarang terjadi konflik
dengan perusahaan sekitar terutama konflik mengenai lahan. Jika terjadi
xlv
konplik maka hal ini kebanyakan terjadi dengan perusahaan perkebunan
kelapa sawit.
2) Kenyamanan Lingkungan
Berdasarkan jawaban responden, umumnya masyarakat merasakan
nyaman melakoni kehidupan dan tidak merasa cemas/takut tinggal pada desa
dimana mereka menetap, walaupun masih ada gangguan kamtibmas disekitar
mereka.
Tabel 37. Kenyamanan Lingkungan pada Desa-desa Penelitian
No Kenyamanan Lingkungan
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Aman 8 5 8 16 8 77,592 Biasa saja 2 4 1 0 3 17,24
3Cemas / resah / takut
0 0 1 0 0 1,72
4 Tidak aman 0 0 1 1 0 3,45
Total Presentase Responden100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
3) Tempat Melapor Penduduk
Konsekwensi dari adanya perbuatan yang menggangu keamanan dan
ketertiban, masyarakat akan melaporkan kepada 3 lembaga yaitu mulai dari
ketua RT dan atau Kepala Desa kemudian pada Polisi.
Tingkat pelaporan sangat tergantung dari besar kecilnya pelanggaran
yang terjadi, jika kasusnya relatif ringan/seputar kejahatan kecil dan ingin
diselesaikan secara kekeluargaan maka mereka cukup mendatangi Kepala
Desa/ketua RT. Akan tetapi apabila kasusnya sudah mengarah pada tindakan
kriminal baru dilaporkan ke polisi.
Tabel 38. Tempat Melapor Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Tempat MelaporJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Kepala desa 10 7 10 10 4 23,702 Ketua RT 10 9 3 16 10 27,753 Kepala adat 0 3 0 6 3 6,94
xlvi
4 Tokoh agama 10 4 7 6 3 17,345 Polisi 0 9 10 15 8 24,286 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase Responden 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
4) Konflik dengan Perusahaan di Sekitar Desa
Dari informasi responden di bawah ini menjelaskan bahwa secara
umum tidak ada konflik dengan perusahaan-perusahaan disekitar desa, baik
perusahaan kelapa sawit maupun batu bara, akan tetapi jika ada konfik pada
beberapa desa, itu dikarenakan; masyarakatnya merasa belum adil didalam
pengelolaan sumber daya alam, kemudian sengketa tanah yang sengaja/
belum ada penyesaiannya dengan perusahaan sawit/batubara, tuntutan
kesempatan kerja bagi penduduk lokal diperusahaan, janji-janji yang belum
ditepati sampai kepada dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan
perusahaan tanpa adanya kompensasi.misalnya perbaikan jalan dan atau
jembatan, penanganan debu serta persoalan limbah.
Tabel 39. Konflik dengan Perusahaan di Sekitar Desa-desa Penelitian
No Konflik yang Terjadi
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Ada konflik: 0 10 10 0 0 27,78
2Kadang-kadang ada
9 7 7 0 133,33
3 Tidak ada konflik 1 1 1 17 8 38,89
4Sering terjadi konflik
0 0 0 0 00,00
5 Lainnya 0 0 0 0 0 0,00Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
6. Profil Budaya
a. Benda yang Dikeramatkan
Benda-benda keramat adalah benda-benda yang dipercaya memiliki kekuatan
ghoib yang dapat membantu menyelesaikan segala persoalan hidup seperti :
keris,pedang,batu mulia,batu kristal, dan lain sebagainya. Berdasarkan data
responden pada tabel 40 memberikan penjelasan bahwa penduduk pada desa-desa
yang menjadi objek penelitian sebagian besar sudah tidak ada yang
memperlakukan benda untuk dikeramatkan, hanya sebagian kecil saja, yakni pada
xlvii
makam dan peninggalan benda pusaka (keris,mandau, batu-batuan). Dalam tradisi
agama Islam, makam yang dikeramatkan adalah makam para alim ulama atau
makam para habib yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan benda pusaka seperti keris dan mandau seringkali dikeramatkan karena
memiliki nilai magis oleh pemiliknya, demikian pula halnya dengan batu-batu
tertentu. Hasil persentase benda yang dikeramatkan oleh penduduk pada desa-
desa penelitian adalah sebagai berikut
Tabel 40. Benda yang Dikeramatkan oleh Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Benda yang DikeramatkanJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Makam 10 2 8 0 0 39,22
2Peninggalan benda pusaka; misalnya
0 0 0 0 0 0,00
3 Pohon tertentu. Misalnya 0 0 0 0 0 0,004 Tanah tertentu; misalnya 0 0 0 0 0 0,005 Mata air tertentu; misalnya 0 0 0 0 0 0,006 Tidak ada 0 1 2 17 11 60,78
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
b. Tradisi Masyarakat
Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang paling mendasar dari tradisi
adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Tradisi atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat pada dasarnya adalah
ucapan terima kasih/syukur atas tercapainya hajad/keinginan seseorang atau
terhindarnya atau dihindarkannya dari malapetaka/ musibah/marabahaya dengan
cara mengundang beberapa warga serta pembacaan doa-doa sesuai dengan
kepercayaan yang dianut. Data responden mengenai tradisi masyarakat pada
desa-desa penelitan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 41. Tradisi Masyarakat pada Desa-desa Penelitian
No Tradisi MasyarakatJumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Palas bidan 10 4 10 2 0 15,292 Mahanyari padi 10 5 8 1 0 14,123 Aruh ganal 10 3 0 2 1 9,414 Selamatan kematian 10 7 8 15 11 30,005 Selamatan / mantenan 10 5 10 15 10 29,416 Lainnya (Tampung 0 0 0 1 2 1,76
xlviii
Tawar)Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Data Tabel 41 memperlihatkan 30,00% responden menyatakan selamatan
kematian dan selamatan mantenan merupakan tradisi masyarakat yang paling
banyak dijumpai, disusul palas bidan, mahanyari padi dan aruh ganal. Selamatan
kematian/ haul telah menjadi adat dan tradisi masyarakat kalimantan termasuk di
sekitar desa penelitian, hal ini sebagai bukti kecintaan anak terhadap orang tua
yang telah tiada dan juga kecintaan murid terhadap guru/ulama. Demikian pula
dengan selamatan mantenan, diadakan sebagai bentuk ucapan syukur dan
permintaan doa atas pelaksanaan acara mantenan tersebut. Sedang tradisi bapalas
Bidan merupakan ritual doa pada anak yang baru lahir agar diberikan keselamatan.
Bapalas Bidan, sebagai bentuk ucapan terimakasih orang tua si anak kepada bidan,
yang membantu kelahiran anaknya. Orangtua si anak menyerahkan kepada si bidan
beberapa persyaratan seperti beras, kelapa gula jawa, serta telur ayam kampung.
Setelah upacara Bapalas Bidan selesai, dilanjutkan dengan upacara Batasmyah,
yaitu sebuah upacara untuk memberikan nama pada anak yang baru lahir. Palas
bidan adalah tradisi selamatan setelah melahirkan anak yang bersumber dari ajaran
Hindu yang biasanya dilaksanakan orang Banjar dan waktunya sampai satu bulan
setelah melahirkan. Palas bidan bukan aqiqah, akan tetapi palas bidan bisa
dilaksanakan sekaligus dengan aqiqah atau pemberian nama anak.
Mahanyari padi adalah tradisi yang juga bersumber dari ajaran Hindu yang
diadopsi oleh penganut ajaran Islam sebagai rasa sukur atas hasil panen padi,
maka untuk itu mereka mesti memasak beras dari padi yang baru dipanen untuk
dimakankan pada undangan/keluarga yang hadir. Mahanyari padi umumnya terjadi
pada usaha tani lahan kering (up land) yang dilakukan oleh para peladang
berpindah dengan varietas padi tertentu seperti siduyung (padi gunung).
d. Budaya Bercocok Tanam
Dalam usaha bercocok tanam, dari data responden diperoleh hasil bahwa
bentuk kegiatan bercocok tanam yang mempunyai persentase terbesar adalah
berkebun karet (25,56 %), selanjutnya berkebun kelapa, usaha tani menetap dan
usaha sawah. Berladang berpindah menempati persentase terkecil yaitu sebesar
24,12%.
xlix
Usaha tani menetap umumnya dilakukan oleh penduduk pada desa-desa
transmigran dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang luasnya 0.25 ha hingga
1 ha. Budaya bercocok tanam berkebun kelapa merata di masyarakat yang
bertempat tinggal/berlokasi di daerah pesisir pantai pada desa-desa di kecamatan
Jorong, sedang berkebun karet biasanya memanfaatkan lahan kebun/hutan, lahan
pekarangan maupun lahan usaha bagi penduduk transmigran. Usaha tani sawah
dilakukan oleh penduduk desa pada wilayah yang terdapat lahan rawa seperti desa
Asam-Asam. Persentase jawaban responden pada masing-masing desa dapat
dilihat pada Tabel 42 berikut ini. Sedangkan untuk menanam kelapa sawit telah
dilakukan oleh perusahan dan mereka umumnya terlibat sebagai kelompok tani
plasma.
Tabel 42. Budaya Bercocok Tanam Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Budaya Bercocok Tanam
Jumlah Jawaban RespondenPersentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Ladang berindah-pindah 10 2 8 0 0 11,112 Usaha tani menetap 10 9 9 7 6 22,783 Berkebun karet 10 6 10 16 4 25,564 Berkebun kelapa 10 6 9 7 4 20,005 Usaha Sawah 0 3 8 15 10 20,006. Kebun Sayur 0 0 0 0 1 0,56
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Jenis tanaman semusim atau tanaman pangan yang diusahakan dalam
bercocok tanam dan berkebun, terbanyak ditanam adalah padi,pisang, karet dan
kelapa. Untuk lebih lengkapnya jenis tanaman yang biasa ditanam/diusahakan
oleh penduduk dapat dilihat pada Tabel 43 berikut ini.
Tabel 43. Jenis Tanaman yang Biasa Ditanam Penduduk pada Desa-desa Penelitian
No Jenis Tanaman
Jumlah Jawaban Responden
Persentase (%)Jorong1 2 3 4 5
1 Padi 10 5 10 17 11 9,652 Pisang 10 5 10 15 8 8,743 Kelapa 10 9 10 10 9 8,744 Karet 10 9 10 16 8 9,655 Durian 10 4 9 17 1 7,476 Cempedak 10 4 9 12 1 6,567 Kemiri 10 2 2 7 0 3,838 Nangka 10 4 8 13 5 7,299 Aren 0 3 2 6 1 2,19
l
10 Pepaya 10 3 8 13 4 6,9211 Kopi 0 3 0 6 0 1,6412 Lada 0 0 1 1 1 0,5513 Langsat 0 3 1 11 1 2,9114 Rambutan 10 8 8 17 3 8,3815 Kacang tanah 10 6 2 8 6 5,8316 Sayuran Lainnya 10 8 9 17 9 9,65
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
e. Kompensasi Lahan
Menurut responden seandainya terjadi sesuatu yang berkaitan dengan lahan
yang terkena dampak suatu proyek mereka tidak mau memilih relokasi/ pemindahan
sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas ke
tempat lain. Ditolaknya relokasi oleh penduduk disebabkan mereka telah lama
tinggal, sudah betah/senang tinggal pada desa yang mereka tinggali selama ini dan
mereka sudah merasakan bagaimana dulu susahnya pertama kali tinggal di daerah
tersebut, khususnya pada pemukiman transmigrasi.
Dilihat dari nilai persentase pada Tabel 44, responden lebih memilih
kompensasi (43,64%) dibandingkan dengan relokasi (38,18%). Mereka memilih
adanya kompensasi dengan nilai yang sebanding, yang bisa dipergunakan untuk
membeli rumah dan lahan yang baru serta fasilitas keperluan hidup lainnya.
Sebagian yang lain tidak menghendaki adanya relokasi maupun
kompensasi, artinya mereka memberikan isyarat tidak menghendaki adanya
sesuatu yang mengganggu keberadaan status lahan yang dimiliki saat ini. Menurut
responden seandainya terjadi sesuatu yang berkaitan dengan lahan yang terkena
dampak suatu proyek mereka tidak mau memilih relokasi, karena sudah betah dan
senang tinggal pada desa yang mereka tinggali selama ini dan mereka sudah
merasakan bagaimana dulu susahnya pertama kali tinggal di pemukiman
transmigrasi.
Sebagian diantara mereka memilih adanya kompensasi dengan nilai yang
sebanding, sehingga mendapatkan kelebihan uang yang bisa dipergunakan untuk
membeli rumah dan lahan yang baru serta fasilitas keperluan hidup lainnya.
Sebagian yang lain tidak menghendaki adanya relokasi maupun kompensasi,
artinya mereka memberikan isyarat tidak menghendaki adanya sesuatu yang
mengganggu keberadaan status lahan yang dimiliki saat ini.
Tabel 44. Kompensasi Lahan Penduduk pada Desa-desa PenelitianNo Kompensasi Lahan Jumlah Jawaban Responden Persentase (%)
li
Jorong1 2 3 4 5
1 Relokasi 2 1 8 5 5 38,182 Kompensasi 8 5 1 5 5 43,643 Tidak keduanya 0 4 1 5 0 18,184 Lainnya 0 0 0 0 0 0
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
7. Peranan Wanita
a. Peranan Wanita dalam Kegiatan Usaha Produktif Rumah Tangga
Pembangunan perdesaan dalam konteks pemberdayaan masyarakat untuk
membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan agar
terbentuk dan terciptanya masyarakat yang madani. Pada prosesnya harus
menitikberatkan pada keikutsertaan dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat
yang berada di desa sebagai fakor penggerak. Kunci pelaksanaan pembangunan
agar dapat berjalan dengan optimal adalah dengan memanfaatkan seluruh sumber
daya lokal yang ada di desa, sumber daya manusia juga harus termanfaatkan
dengan baik, dengan tidak memandang bias gender sebagai pemisah antara kaum
laki-laki dengan kaum perempuan. Unsur pemberdayaan sesungguhnya harus
memberi celah pada kaum wanita untuk tetap bisa berkarya dan berkreatifitas.
Pada desa-desa wilayah penelitian wanita memegang peranan penting dalam
membantu perekonomian rumah tangga, peranan tersebut diantaranya adalah
dalam bentuk adanya berbagai pekerjaan yang dilakukan oleh kaum wanita di
pedesaan. Peranan wanita dalam kegiatan usaha produktif rumah tangga di desa-
desa wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 45 berikut
Tabel 45. Peranan Wanita dalam Kegiatan Usaha Produktif Rumah Tangga
No Jenis Kegiatan
Jumlah Jawaban Responden Masing-Masing Desa terhadap
Wanita yang Terlibat Pada Setiap Desa (Orang) Persentase (%)
Jorong
1 2 3 4 5
1 Pertanian
a. Pekarangan 3 2 3 1 1 10,75
lii
b. Pekerjaan ringan di sawah
0 2 3 3 2 10,75
c. Pekerjaan berat di sawah / ladang (mencangkul)
0 2 3 2 1 8,60
2 Perdagangan 0,00
a. Menjual hasil produksi ke pasar
3 1 1 2 1 8,60
b. Memiliki kios di rumah / pasar
3 2 3 1 1 10,75
3 Bekerja sebagai pegawai (negeri/swasta)
4 3 4 0 1 12,90
4 Bekerja sebagai buruh (tani) dll
4 2 3 2 1 12,90
5 Bekerja sebagai pengrajin
2 2 2 2 1 9,68
6 Pengasuh anak / balita
0 0 1 2 1 4,30
7 Juru / tukang masak
3 3 4 0 0 10,75
8 Mendulang emas 0 0 0 0 0 0,00
Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Dari tabel di atas terlihat bahwa wanita di desa-desa wilayah penelitian telah
berperan penting dalam berbagai sektor pekerjaan. Persentase terbesar terdapat
pada peranan wanita pada sektor pekerjaan Buruh Tani dan pegawai negeri dan
bertani disusul sebagai pekerja ringan di sawah sebesar seperti mengambil upah
pada kegiatan penanaman, pemeliharan dan pemanen padi. Sementara itu disektor
perkebunan, mereka juga bekerja sebagai buruh sawit untuk kegiatan penanaman,
pemeliharan/pemebersihan rumput dan daun serta pemupukan/pengapuran dan
buruh pada kebun karet.
Di sektor perdagangan, para wanita lebih banyak memilih dan memiliki
pekerjaan dengan cara membuka kios/toko/warung di rumah maupun dipasar,
berdasarkan informasi responden mereka relatif jarang yang bekerja untuk menjual
hasil produksi ke pasar.
liii
Di sektor Pertanian para wanita yang umumnya ibu-ibu rumah tangga
bekerja membantu suami bekerja dipekarangan dengan melakukan kegiatan usaha
tani seperti menanam tanaman semusim (sayuran) maupun tanaman tahunan
(lombok, terong, singkong, pisang dll). Mereka juga membantu pekerjaan ringan
disawah seperti menanam padi, pemeliharaan dan panenan, meskipun demikian
diantara mereka ada juga yang terpaksa mengerjakan pekerjaan berat (seperti
mencangkul) di sawah maupun di pekarangan.
Di pedesaan yang didiami oleh para transmigran asal Jawa diantara mereka
juga ada yang menekuni pekerjaan sebagai pengrajin untuk pembuatan tempe,
tahu, kerupuk dan batu bata.
b. Peranan Wanita dalam Kelembagaan
Di sektor kelembagaan desa, terlihat bahwa wanita berperan aktif dalam semua
kelembagaan, baik dari lembaga pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan
(LKMD,PKK, Yasinan). Peranan wanita di desa-desa penelitian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 46. Peranan Wanita dalam Kelembagaan Desa
No Nama Lembaga
Persentase Jawaban Responden Masing-Masing Desa terhadap Wanita yang Terlibat
Pada Setiap Desa Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Pemerintahan desa (Kades / Sekdes ) 0 2 0 0 1 4,232 LKMD 0 2 0 0 2 5,633 BPD 2 2 3 0 1 11,274 PKK 4 1 1 3 1 14,085 Karang Taruna 4 4 4 2 1 21,136 Koperasi Desa 0 4 4 4 1 18,317 Kelompok tani 1 4 2 4 1 16,908 Arisan/yasinan 1 1 1 2 1 8,45
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pada tabel terlihat, bahwa wanita di semua desa-desa wilayah penelitian
melakukan kegiatan kemasyarakatan arisan/yasinan/pengajian dengan persentase
sebesar Mereka juga aktif di kegiatan PKK Kelompok Tani dan Karang Taruna
misalnya di desa Asam-asam sudah membentuk beberapa Pokja PKK yakni PKK
Pokja 4 (kesehatan) jalan, Pokja 2 (pendidikan) jalan, Pokja 1 Jalan. Dari jawaban
respoden para wanita juga memiliki kesempatan yang sama didalam pemerintahan
liv
desa. Peranan Wanita lainnya pada Desa-desa penelitian dapat dilihat pada Tabel
47 berikut ini.
Tabel 47. Peranan Wanita Lainnya pada Desa-desa Penelitian
No Uraian Pertanyaan
Persentase Jawaban Responden Masing-Masing Desa terhadap
Wanita yang Terlibat Pada Setiap DesaKeterangan
Jorong
1 2 3 4 5
1 Apakah wanita memiliki peran dalam membuat keputusan desa?
2 1 1 3 1
2Apakah mereka memiliki tanah ?
2 3 2 2 2
3Apakah mereka memiliki jalur kredit/usaha?
0 0 0 1 1
4Apakah upah wanita (dalam setiap pekerjaan / usaha) dibandingkan dengan upah laki-laki untuk pekerjaan yang sama?
1 0 0
5 0 0
1 0 0
2 0
0
200
K = Kurang
S = Sama
LB = Lebih Besar
5Apakah para wanita didesa ini terbiasa mengembangkan pekarangan dengan menanam tanaman berkhasiat obat?
4 6 5 2 1
6Jika Ya, Jenis tanaman apa yang biasanya ditanam?
Lom
bok,
em
pon-
empo
n
7Jika Tidak, apakah mereka mengetahui tentang apotik hidup dan peranannya bagi keluarga di pedesaan?
3 4 6 5 3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
lv
Dari aspek kesetaraan didalam bekerja apabila dilihat dari upah kerja yang
diberikan, menurut informasi dari jawaban responden seperti tabel diatas. relatif
tidak ada perbedaan antara upah yang diperoleh oleh wanita dengan yang
diperoleh laki-laki. Namun separuh lainnya menyatakan upah yang diberikan kepada
wanita lebih rendah dibanding laki-laki dengan alasan laki-laki memiliki
volume/bobot pekerjaan lebih berat dibanding wanita.
Para ibu rumah tangga diantaranya ada juga yang memanfaatkan lahan
pekarangan dengan menanam tanaman berkhasiat obat dan bagi mereka yang
menanam umumnya mengetahui tentang apotik hidup dan peranannya bagi
keluarga. Hanya saja pengembangan tanaman tersebut relatif masih terbatas pada
tingkat subsisten (keperluan sehari-hari) bukan berorientasi pasar (market oriented),
padahal dilihat dari aspek luasan lahan pekarangan sangan memungkinkan
dikembangkan.
Jenis tanaman obat yang ditanam umumnya jenis empon-empon atau dari
familia zingeberaceae atau jahe-jahean seperti ; jahe, laos, kencur, temulawak,
beras kencur, kunyit putih, kunyit kuning, temuireng. Sedangkan jenis lainnya
antara lain serai, sirih , brotowali, mahkota dewa, drigo, bengkelai, kumis kucing,
penicilin, lavender, seledri, serta buah-buahan seperti mengkudu, pepaya, jeruk
nipis, belimbing dan jarak. Secara rinci daftar jenis tanaman berkhasiat obat yang
ditanam oleh para ibu-ibu rumah tangga pada desa-desa di wilayah penelitian
disajikan pada Tabel 48 berikut.
Tabel 48. Jenis Tanaman Obat Yang ditanam di Pekarangan
No Nama Desa Jenis Tanaman Obat yang Ditanam
1 Jorong Jahe, Lengkuas, Laos,Timpakem, Kencur
2 Asam-asam Jahe, Kencur, Sirih, Laos, Brotowali, Kunir, Lengkuas
3 Simpang EmpatJahe, Laos, Kunyit, Kencur, Temulawak, Jarak, Mengkudu Kunir, Mahkota Dewa
4 BatalangJahe, Laos, Kunyit, Kencur, Temulawak, Jarak, Mengkudu Kunir, Mahkota Dewa
5 Swarangan Jahe, Laos, Kunyit, Kencur, Temulawak, Jarak
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
8. Peranan Pemuda
a. Peranan Pemuda dalam Kegiatan Usaha Produktif
lvi
Tidak berbeda dengan wanita, pemuda pada desa-desa wilayah penelitian
sangat memegang peranan penting dalam membantu perekonomian rumah tangga,
peranan tersebut diantaranya adalah dalam bentuk adanya berbagai pekerjaan
yang dilakukan di pedesaan. Di sektor pertanian para pemuda bekerja dipekarangan
dengan melakukan kegiatan usaha tani seperti menanam tanaman semusim
(sayuran) maupun tanaman tahunan (lombok, terong, singkong, pisang dll). Mereka
juga melakukan pekerjaan ringan sampai berat di sawah seperti menanam padi,
pemeliharaan dan panenan. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, para
pemuda banyak yang bekerja sebagai buruh tani dengan persentase sebesar 91%,
seperti mengambil upah pada kegiatan penanaman, pemeliharan dan pemanen
padi. Sementara itu disektor perkebunan, mereka juga bekerja sebagai buruh sawit
untuk kegiatan penanaman, pemeliharan/pembersihan rumput dan daun serta
pemupukan/pengapuran dan pemanenan serta angkutan.
Di sektor perdagangan, pemuda memiliki pekerjaan dengan cara membukan
kios/toko/warung di rumah maupun dipasar, berdasarkan informasi responden
sedikit sekali diantara mereka yang bekerja untuk menjual hasil produksi ke pasar.
Para pemuda juga ada yang menekuni pekerjaan sebagai pengrajin untuk
pembuatan tempe, tahu, kerupuk dan batu bata serta pembuatan kusen. Banyak
diantara mereka yang berstatus sebagai pegawai negeri maupun karyawan swasta
pada perusahahan-perusahan di sekitar desa, baik perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan kelapa sawit ataupun pertambangan.
Tabel 49. Peranan Pemuda dalam Kegiatan Usaha Produktif
No Jenis Kegiatan
Persentase Jawaban Responden Masing-Masing Desa terhadap Pemuda yang Terlibat Pada Setiap Desa
Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 5
1 Pertanian
a. Pekarangan 1 2 1 1 1 12
b. Pekerjaan ringan di sawah
2 1 3 2 1 18
c. Pekerjaan berat di sawah / ladang (mencangkul)
2 1 1 3 1 16
2 Perdagangan 0
a. Menjual hasil produksi ke pasar
2 1 1 1 0 10
lvii
b. Memiliki kios di rumah / pasar
0 1 1 1 1 8
3 Bekerja sebagai pegawai (negeri/swasta)
1 1 1 1 3 14
4 Bekerja sebagai buruh (tani) dll
1 2 1 1 2 14
5 Bekerja sebagai pengrajin
1 1 1 0 1 8
Total Presentase Responden 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
b. Peranan Pemuda dalam Kelembagaan
Pemuda di wilayah penelitian banyak terlibat dalam kegiatan kelembagaan
desa melalui kegiatan Karang Taruna dan kegiatan lainnya misal kegiatan Mauled
habsyi di Desa Sumber Arum , namun peralatan mauled habsyi belum ada padahal peminat
banyak. Organisasi karang taruna yang dibentuk kurang berjalan dengan baik,
mereka lebih banyak melakukan aktifitas pada saat perayaan hari-hari besar Agama
dan Nasional saja. Mereka juga seperti kaum wanita memiliki/diberi peranan dalam
membuat keputusan/kebijakan pemerintahan desa (rapat desa), memiliki wadah
organisasi untuk menyalurkan bakat dan kreatifitas mereka sebagai generasi muda.
Peranan pemuda dalam kelembagaan di desa dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.
Tabel 50. Peranan Pemuda dalam Kelembagaan Desa
No Nama Lembaga
Persentase Jawaban Responden Masing-Masing Desa terhadap Pemuda yang Terlibat Pada Setiap
Desa (Orang) Persentase (%)Jorong
1 2 3 4 51 Pemerintahan
desa (Kades / Sekdes )
2 1 0 2 1
10,912 LKMD 1 1 0 1 3 10,913 BPD 2 2 1 2 1 14,554 PKK 0 1 1 2 0 7,275 Karang Taruna 1 1 2 1 1 10,916 Koperasi Desa 1 1 2 2 1 12,737 Kelompok tani 3 1 2 1 1 14,558 Arisan/yasinan 1 1 2 5 1 18,18
Total Presentase Responden 100Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
lviii
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Potensi lahan di wilayah 5 desa yang menjadi objek penelitian sebagian besar
lahannya sudah digunakan untuk kegiatan hutan tanaman industri, perkebunan
kelapa sawit, perkebunan karet dan kegiatan pertambangan batubara.
Karakteristik lahan apabila dilihat dari sifat-sifat lingkungan fisik (iklim dan
tanah) tidak memiliki faktor penghambat yang berarti sehingga sesuai
digunakan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, perkebunan
maupun kehutanan.
Sistem penghidupan terkait akses pada lahan penting bagi kesejahteraan
rumah tangga, pertumbuhan ekonomi, dan penurunan kemiskinan secara
berkelanjutan. Pola pemanfaatan lahan dan jenis vegetasi pertanian yang
banyak diusahakan penduduk adalah karet dan kelapa sawit. Vegetasi lainnya
adalah jenis –jenis vegetasi berkayu yang tumbuh di lahan pekarangan
masyarakat berupa tanaman buah-buahan seperti durian, langsat, kelapa,
lix
mangga, rambutan, jambu dan tanaman penghasil kayu seperti sengon,
sungkai, jati dan lain-lain. Tanaman jenis holtikultura juga tersedia dibeberapa
desa karena masyarakatnya ada melakukan kegiatan penanaman ubi kayu,
jagung dan kacang tanah.
Sebaran pekerjaan masyarakat pada wilayah penelitian sebanyak 17 macam
pekerjaan. Bervariasinya pekerjaan masyarakat mencerminkan bahwa
lapangan kerja cukup tersedia bagi penduduk desa di wilayah penelitian.
Banyaknya macam perkerjaan yang bisa ditawarkan menjadikan wilayah ini
sebagai faktor pendorong sekaligus sebagai faktor penarik bagi pencari kerja
bagi penduduk dari daerah lainnya di Kalimantan Selatan maupun dari pulau
Jawa.
B. Saran
Dari hasil penelitian analisa data skala prioritas dan harapan/usulan yang
telah disepakati oleh masyarakat melalui focus group discussion, tim memberikan
bebarapa rekomendasi yang paling urgen agar bisa dilakukan pada desa-desa
wilayah penelitian bagi mitra penelitian dan tentunya dalam pelaksanaannya
dilakukan melalui kerjasama/berkoordinasi dengan masyarakat dan pemda (desa,
kecamatan dan kabupaten) setempat agar terjadi peningkatan pada sistem
kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
.
Biro Pusat Statistik. Profil Desa 2011, 2012, 2013. Tanah Laut
Faisal, S. 2003. Format-format Penelitian Sosial. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta
Mubyarto, dkk. 1992. Desa dan Perhutanan Sosial. Suatu kajian Antropologis di Propinsi Jambi
Nazir, 1988. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
Sardjono, M.A. 2004. Mosaik Sosiologi Khutanan, Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Debut Press. Yogjakarta
Storey, G dan Marzuki, 2002. Survey Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan. Berau Forest Manajement Project. Berau
Soekanto Soerjono . 1990. Sosiologi , Suatu pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta .
lx
lxi