Upload
dessy-wiranti
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan berbicara dan berfikir di kelas tinggi sekolah dasar dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Berbicara dan berfikir merupakan
kebiasaan yang sering dilakukan sehari-hari. Dalam kegiatan berbahasa
sehari-hari berbicara dan berfikir berlangsung dalam waktu bersamaan. Hal
tersebut juga dapat berhubungan dengan kegiatan menyimak. Bila ada
menyimak pasti ada berbicara demikian sebaliknya. Kemampuan tersebut
masih perlu terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi.
Peningkatan kemampuan berbicara dan berfikir dimaksudkan agar
anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan baik langsung
maupun lewat media, misalnya radio, televisi dan pita rekaman. Berbagai
strategi, dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara.
Pengetahuan dan keterampilan dalam strategi pembelajaran bahasa lisan
merupakan prasyarat agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas
tinggi khususnya sekolah dasar. Maka dari perlu kita ketahui mengenai proses
berbicara serta strategi meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.
Dengan demikian, setelah dipelajari sajian materi ini diharapkan
mahasiswa sebagai calon guru SD/MI mampu memahami kemampuan
berbahasa lisan khususnya di sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja yang termasuk proses berbicara?
1.2.2 Apa saja yang termasuk strategi meningkatkan kemampuan berbicara
dan berfikir?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam proses berbicara
1
1.3.2 Untuk mengetahui yang termasuk strategi meningkatkan kemampuan
berbicara dan berfikir
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagai hasil dari
pengamatan langsung serta diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan secara umum dan khususnya ilmu kependidikan.
2. Manfaat Praktis
Dapat berguna sebagai masukan bagi pendidik untuk meningkatkan
hasil belajar siswanya dan pemikiran serta perbaikan dalam
penanganan masalah, motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa di
masa yang akan datang
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Berbicara
Berbicara mengadung arti yang luas. Berbicara adalah beromong,
bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran melisankan sesuatu yang
dimaksudkan (KBBI, 2005: 165). Menurut Djago Tarigan dkk (1998: 34),
menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi –bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan untuk menyampaikan pesan.
Proses berbicara sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan
berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan
suatu layanan. Yang termasuk golongan yang pertama misalnya percakapan dalam
suatu pesta, di kafetaria, pada saat antre di bank, da sebagainya. Sedangkan yang
termasuk kelompok kedua misalnya mengikuti wawancara untuk memperoleh
pekerjaan, memesan makaa di rumah maka membeli prangko, mendaftarkan
sekolah dan sebagainya.
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan
kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah
dapat mengugkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin
lama kemampuan tersebut menjadi semak sempura dalam arti stukturya menjadi
benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semaki bervariasi, dsb.
Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem,
kata, fase, kalimat, dan wacana.
Ellis (lewat numan. 1991 ; 46 ) mengemukakan ada tiga cara untuk
mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara
yaitu :
3
1. meningkatkan pembicara orang lain (khususnya guru);
2. mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan
3. mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujara
sediri yang belum benar dan ujaran orang dewa (terutama guruyang sudah
benar).
Kesulitan dalam berbicara disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
faktor yang menimbulkan kesulitan daalam berbicara adalah yang datang dari
teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan berbicara teman bicara
menafsirkan makna pembicaraan agar komuikasi dapat berlangsung terus sampai
tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap maka
pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komuikasi
tidak tercapai.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan,
yaitu percakapan, berbisik estetik, berbicara untuk meyampaikan informasi atau
utuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatic (Tompkins da hoskisso, 1995 ;124-
147).
2.1.1 Percakapan
Murid-murid mempelajari strategi dan ktampilan untuk melakukan
sosialisasi dan percakapan dengan teman sekelasnya ketika mereka
berpatisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Murid-murid
mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh
giliran, menjaga agar percakapan berlangsung terus, mendukung komentar
dan pertanyaan anggota kelompok, mengatasi perbedaan pendapat, dan
mengakhiri percakapaan. Mereka juga belajar tentang peran pembicaraan
dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-
langkah dalam melakukan percakapan.
(a) Memulai Percakapan
4
Untuk memulai percakapan, seorang murid selalu suka rela atau
ditunjuk untuk membuka pembicaraan. Kadang-kadang guru
menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang
murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut,
sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
(b) Menjaga Berlangsungya Percakapan
Murid-murid secara bergiliran meyampaikan komentar atau
mengajukan pertanyaan. Mereka mendukung pendapat teman-teman
kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat percakapan,
murid-murid menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut
dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku
yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru. Anak-anak
diarahkan agar bertindak sopan dalam melakukan percakapan. Mereka
menerima komentar teman-teman dengan bersemangat dan penuh rasa
hormat. Mereka juga perlu membina suasana saling mempercayai
dengan mengungkapkan persetujuan, menjaga perasaan teman,
menyatakan persetujuan, dan menggunakan komentar anggota
kolompok yang telah dikemukakan sebelumnya sebagai rujukan.
Anak-anak perlu menyadari bahwa perbedaan pandangan merupakan
hal yang wajar.
(c) Mengakhiri Percakapan
Pada akhir percakapan, murid-murid seharusnya sudah dapat
mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau
sudah melaksanakan tugas dengan baik. Kadang-kadang murid-murid
menghasilkan suatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan
catatan hasil percakapan.
2.1.2 Berbicara Estetik (medongeng)
Salah satu bentuk kegiatan berbicara estetik ialah bererita, guru
menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan teknk berbicara,
5
dan muridnya juga diminta untuk bercerita mengenai karya sastra yang
telah dibaca. Adapun langkah-langkah dalam bercerita adalah sebagai
berikut :
(a) Memilih Cerita
Cerita-cerita tradisional misalnya cerita rakyat, sering dipilih
untuk kegiatan bercerita (mendongeng). Namun, bentuk karya sastra
anak-anak yang lama juga dapat digunakan.
Hal yang paling penting memilih cerita adalah memilih cerita yang
menarik. Antara lain :
Cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas.
Cerita tersebut memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang
jelas
Tema cerita jelas
Jumblah pelaku tidak banyak
Cerita mengandung dialog
Cerita menggunakan gaya bahasa perulangan
Cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan
(b) Menyiapkan diri untuk bercerita
Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali
cerita yang akan diceritakan ntuk memahami perwatakan pelaku-
pelakunya dan dapat menceritakan secara urut. Kemudian murid-
murid memilih frasa-frasa atau kalimat yang akan diambil untuk
membuat ceritanya nanti serasa hidup, sehingga lebih menarik
perhatian pendengar, termasuk penggunaan suara bervariasi.
(c) Menambah Barang-barang yang Diperlukan
Murid-murrid dapat menggunakan beberapa teknik untuk
membuat cerita lebih hidup. Tiga barang yang dapat digunakan untuk
bercerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang ditempelkan di
papan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku
binatang atau barang-barang yang di ceritakan. Misalnya untu certa si
kancil dapat digunakan gambar binatang kancil.
(d) Bercerita atau Mendongeng
6
Murid-murid bercerita sesuai dengan persiapan yang mereka
lakukan kepada teman-teman sekelas atau kepada anak-anak yang
lebih kecil. Kegiatan bercerita (mendongeng) dapat dilakukan dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat
efesien.
2.1.3 Berbicara untuk Menyampaikan Informasi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini
ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat.
Langkah-langkah dalam melaporkan informasi secara lisan ialah :
Memilih topik
Mengumpulkan dan menyusun informasi
Mengumpulkan benda-benda untuk menvisualkan
informasi (diagram, peta, gambar, dll), dan
Menyajikan laporan
Tema pembelajaran yang telah ditentukan, kemudian topik tersebut
dikembangkan dengan beberapa hal penting mengenai topik tersebut.
Pengembangan topik ini dapat dikembangan dengan menggunakan kata
Tanya : siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana.
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan membaca
berbagai sumber, antara lain buku, majalah, surat kabar, dan atlas.
Disamping sumber tercetak dapat juga digunakan sumber informasi berupa
film, rekaman, video atau hasil wawancara.
Penggunaan benda-benda untuk menvisualkan informasi dapat
membantu pendengar menangkap informasi tersebut. Disamping itu juga
penyajian infomasi juga lebih menarik. Bagi penyaji, benda-benda tersebut
dapat menolong mempermudah penyajian informasi. Misalnya untuk
menginformasikan kondisi gunung merapi dapat ditunjuk lokasi gunung
tersebut dengan menggunakan peta atlas.
7
Sebelum penyajian dimulai guru perlu menyampaikan cirri-ciri
penyaji yang baik. Misalnya penyaji harus berbicara cukup jelas dan tidak
menyimpang dari pokok-pokok pembicaraan yang telah disiapkan. Kepada
pendengar (murid-murid yan tidak sedang menyajikan informasi) perlu
diingatkan bahwa mereka harus mendengarkn dengan penuh perhatian,
mengajukan pertanyaan, dan memberikan penghargaan kepada penyaji
misalnya dengan bertepuk tangan.
2.1.4 Kegiatan Dramatik
Kegiatan drama merupakan media bagi murid-murid untuk
menggunakan bahasa verbal dan non verbal dalam konteks yang
bermakna. Ketika memainkan drama anak-anak berinteraksi dengan teman
sekelas, berbagai pengalaman, dan coba menafsirkan sendiri naskah drama
yang dimainkan. Kegiatan drama memilki kekuatan sebagai suatu teknik
pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan
berfikir logis dan kreatif, memberika pengalaman belajar secara aktif, dan
memadukan 4 ketrampilan berbahasa (khususnya apabila anak-anak
meminta mengarang sendiri naskah drama sederhana akan dimainan).
2.2 Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berfikir
Kesempatan yang baik untu mengembangkan ktrampilan berbicara ialah
pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah
karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Pada
kesempatan memerankan adegan inilah anak-anak memiliki kesempatan untuk
berlatih berbicara. Mereka dapat pula memperlihatkan dan mempelajari
ktrampilan berakting dari teman-temannya.
2.2.1 Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan keterampilan berfikir
Untuk mengembangkan keterampilan berfikir, dikelas seharusnya
anak-anak tidak hanya dilatih mengemukakan fakta tetapi perlu ditekankan
8
pada kemampuan untuk menjelaskan dan mengevaluasi. Hal ini biasanya
kurang memperoleh perhatian guru dalam proses pembelajaran.
Langkah pertama untuk meningkatkan keterampilan berfikir anak-
anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada
mereka, misalnya ketika membaca bacaan tentang suatu expedisi, lebih
baik diajukan pertanyaan “apa yang ingin anda bawa dalam expedisi
tersebut seandainya ikut didalamnya?” dari pada pertanyaan “mengapa
anggota expedisi itu memakai baju tebal?’. Dengan demikian anak-anak
akan terpacu memikirkan berbagai kemungkinan, tidak sekedar mencari
jawaban yang benar dalam teks.
Setelah beberapa minggu, guru mulai mengenal perubahan pada
murid-murid dalam saling menanggapi pertanyaan sesama murid atau
pertanyaan guru. Murid-murid memikirkan dengan sungguh-sungguh
jawaban yang akan mereka sampaikan dan mengungkapkan jawaban
dengan lebih jelas. Mereka tidak menjawab secara tepat tetapi bernada
memprotes, sebaliknya mengemukakan jawaban dengan hati-hati dan
jujur. Segera setelah anak-anak mulai dapat berfikir tentang proses mereka
sendiri dalam berfikir (metakognisi), mereka siap untuk menggunakan
strategi berfikir yang khas, misalnya membedakan fakta dan pendapat,
mengenai sebab akibat, dan melakukan kegiatan berfikir yang lebih sulit,
yaitu menilai hasil, mengevaluasi argument, dan menyelidiki hal-hal yang
melandasi tanggapan emosional.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-
murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara
alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat
informal. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu
antara lain menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan
berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan (Ross dan Roe,
1990: 133-143).
(a) Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan peyajian informasi yang sesuai bagi
anak-anak kelas 3-6 sd ialah menyampaikan laporan secara lisan.
9
Untuk meningkatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang
efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka
menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka
inginkan dari seorang pembicara.
Beberpa contoh tentang hal-hal yangdiinginkan oleh anak-anak
tersebut adalah seperti dibawah ini :
Marsi : saya senang jika pembicaraan melihat kami, tidak
melihat anak atau atap.
Jumiran : ya, tidak senang pembicara sering mengatakan e, oo.
Saya senang jika suara pembicara wajar, tidak dibuat-buat.
Lilis : sebaiknya pembicara mengusahkan agar lebih menarik,
misalnya dengan menunjukan benda-benda yang sesuai dengan isi
pembicara.
Sarti : saya senang jika pembicara tidak berbicara terlalu lama
Andi : Bu guru selalu menasehati kami agar berdiri tegak dan
tidak memasukan tangan di saku. Saya kira hal itu baik.
Sari : kadang-kadang saya tidak menangkap pembicara dengan
jelas karena berbicara seperti bergumam atau tidak jelas dalam
berbicara. Saya ingin menangkap yang dikatakan.
Guru juga perlu menyatakan kepada anak-anak bahwa guru
benar-benar ingin mendengarkan penyajian laporan oleh anak-anak
dan menyakinkan mereka bahwa mereka dapat melakukan dengan
baik.
Bentuk kegiatan yang lain untuk melatih penyajian informasi
ialah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-
anak ialah mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan
orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan,dan
mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara dihadapan sejumblah
pendengar.
10
Empat langkah dalam menyiapkan dan menyajikan pidato yang
seharusnya dikerjakan oleh anak-anak belajar berpidato adalah sebagai
berikut :
a) Merencanakan Pidato
Tentukan tujuan berpidato, untuk menginfomasikan, menghibur, atau
mendorong suatu tindakan. Pilihlah topic yang menarik, tidak terlalu
sulit, dan dapat di ceritan secara ringkas.
b) Menyusun Pidato
Buatlah kerangka pidato. Tentukan urutan untuk menyajikan hal-hal
yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan
merencanakan menggunakan media visual apabila menyakinkan.
c) Mempraktikan
Praktikan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan
kelas sebagai latihan.
d) Menyampaikan Pidato di Depan Pendengar dengan
Sebenarnya
Apabila tidak memungkinkan, penyampaian pidato dapat dalam
bentuk simulasi di kelas. Anak-anak lain yang menjadikan pendengar
diamati berperan sebagai pendengar yang sebenarnya, sesuai dengan
tujuan pidato tersebut.
2.2.2 Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada untuk berinteraksi dengan
murid-murid yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap,
mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan
pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau
tanggapan yang mask akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil
11
penelitian menunjukan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat
murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran.
Diskusi kelompok, merupakan teknik yang paling sering digunakan
sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan
murd untuk membuat generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat
mengenai suatu topic atau permasalahan. Diskusi untuk memecahkan
masalah akan berhasil dengan baik apabila guru dan murid-murid
bersama-sama merumuskan masalah-masalah yang akan didiskusikan.
Guru dapat mengontrol pelaksanaan diskusi dengan memfokuskan
perhatian pada ketertarikan murid pada topil yang didiskusikan. Apabila
pelaksanaan diskusi menyimang dari topic, guru dapat mengarahkan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik
diskusi.
2.2.3 Menghibur ( Menyajikan-Pertanyaan)
Murid-murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman sekelas
atau teman sekelas, teman- teman dari kelas yang lain, orang tua dan
anggota masyarakat sekitar gedung sekolah. Mereka boleh memilih
menyajikan sandiwara boneka, bercerita, atau membaca puisi secara kor
atau berpartipasi dalam pementasan drama (Ross and Roe, 1990: 139-
143).
(a) Sandiwara Boneka
Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk berbagi gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai
dengan gerakan boneka. Di dalam kelas anak-anak dapat
menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari)
cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah bersedia, atau
mereka dapat membuat beberapa boneka-boneka yang sudah tersedia,
atau mereka dapat membuat beberapa boneka kemudian mengarang
cerita yang sesuai. Cerita yang baik untuk sandiwara boneka adalah
12
yang dialognya terasa hidup dan sederhana, yang alur ceritanya
bergerak cepat (tidak berputar-putar).
Agar dapat memainkan sandiwara boneka dengan baik, anak-
anak perlu berlatih mengucapkan dialog atau monolog dan
menggerakkan tangan. Anak-anak harus berbicara seolah-olah menjadi
pelaku yang sebenarnya. Misalnya dalam cerita Kancil dan Gajah,
kancil berbicara dengan suara tinggi dan cepat, sedangkan gajah dengan
suara rendah dan mantap. Ucapan anak-anak harus benar dan jelas agar
dapat ditangkap dengan baik oleh terdengar.
Boneka dapat dibeli atau dibuat sendiri oleh anak-anak. Tentu
saja guru perlu memberikan bimbingan dan menyediakan bahan yang
diperlukan, atau meminta anak-anak membawa sebagian bahan tersebut
seperti jarum, benang, kertas, dan pensil, lem, pita, atau kain perca.
(b) Bercerita atau Membaca Puisi secara Kor
Melalui kegiatan bercerita atau membaca puisi secara kor, anak-
anak dapat mengekspresikan karya sastra. Mereka dapat merasakan
keindahan karya sastra lewat ritme, rima, aliterasi, dan suasana batin
yang diungkapkan. Beberapa cerita rakyat dapat digunakan untuk
kegiatan ini, tetapi yang paling mudah digunakan untuk kegiatan ini
adalah puisi.
Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-
anak, yang mudah dihadapi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan.
Mereka perlu mendengarkan cerita atau puisi yang akan dibaca secara
kor itu berulang-ulang agar dapat menafsirkan isinya. Mereka harus
menangkap perasaan batin yang terkandung dalam cerita atau puisi
tersebut, mungkin bersifat humor , menyedihkan, misterius, mengetahui
perhentian serta mengetahui kata-kata yang harus diberi tekanan.
Tujuan untuk bercerita dan membaca puisi secara kor adalah untuk
memperoleh kesenangan oleh karena itu, guru hendaknya tidak
mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus
13
menolong murid-murid belajar menapsirkan karya sastra secara lisan
untuk memperoleh kesenangan.
Norton ( lewat Roos dan Roe, 1990: 143) menyajikan lima
bentuk bercerita atau membaca puisi secara lisan seperti tertera dibawah
ini.
Refren. Guru atau murid yang mampu melakukan dengan baik
menyajikan bagian utama cerita atau puisi, kemudian anak-anak yang
lain menirukan bersama-sama.
Contoh :
Satu baris per anak atau satu baris per kelompok. Seorang anak atau
satu kelompok mulai membacakan baris pertama; anak-anak atau
kelompok yang lain membacakan baris berikutnya. Demikian
seterusnya sampai cerita atau puisi terbaca seluruhnya.
Antifonal atau dialog. Setiap bagian dibaca oleh kelompok yang
berbeda, seperti anak-anak laki-laki dan perempuan , suara tinggi dan
suara rendah, atau anak-anak yang dududk disebelah kiri adan anak
yang duduk di sebelah kanan.
Komulatif. Kelompok I membacakan bagian awal cerita atau bait
pertama puisi, kemudian Kelompok II bergabuh pada bagian tengah
cerita atau bait kedua puisi. Demikian seterusnya sampai semua
kelompok berpartisifasi. Contoh : Serentak. Semua anak di kelas
membacakan cerita atau puisi bersama-sama.
(c) Bermain Drama
Bentuk lain apresiasi serta secara lisan ialah membacakan
naskah drama atau bermain drama. Diantara anak-anak ada yang
berperan sebagai narator, yakni yang membacakan diskripsi cerita.
Anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita yang telah di
tentukan. Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah
14
drama yang memiliki perwatakan yang kuat dan menggunakan gaya
penyajian yang lembut. Anak-anak harus dapat memahami karakter
pelaku yang akan diperankannya sehingga dapat memerankannya
dengan baik.
Dalam membacakan atau memerankan drama, setiap anak harus
dapat membayangkan latar dan tindakan pelaku dan dapat
menggunakan suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan
dan pikiran pelaku tersebut. Dengan kegiatan ini para murid dapat
menunjukkan kemampuannya dalam menerjemahkan tulisan ke dalam
bahasa lisan yang ekspresif, sebagai ungkapan perasaan dan pikiran.
Di samping yang telah diutarakan di atas , pengembangan
kemampuan berbahasa lisan juga dapat berbentuk curah pendapat dan
percakapan. Curah pendapat digunkan untuk merangsang kemampuan
berfikir dan berekspresi secara lisan. Guru perlu menyampaikan atuara-
aturan sederhana dalam melakukan curah pendapat, sebagai berikut :
1. Berpikirlah untuk menggunakan gagasan sebanyak mungkin yang
berhubungan dengan topik.
2. Dengarkan yang dikatakan teman – temanmu, kemudian
kembangkan gagasan mereka.
3. Pikirkanlah gagasan-gagasan yang asli dan belum dikemukakan
orang lain.
4. Kemukakan satu gagasan setiap kali berbicara.
5. Jangan mengkritik gagasan seseorang.
(d) Wawancara
Wawancara dapat digunakan oleh murid memperoleh informasi
yang berhubungan dengan suatu tugas tertentu. Melakukan wawancara
membutuhkan keterampilan berbicara dan menyimak. Hal ini dapat
dilakukan dengan baik apabila murid-murid mengikuti langkah-
langkah sesuai dengan rencana. Langkah pertama adalah tujuan
mewawancarai seseorang, seperti memperoleh informasi untuk majalah
15
dinding, mengumpulkan bahan mengenai cara hidup pada zaman
dahulu, atau untuk mempelajari tanggung jawab dalam pekerjaan-
pekerjaan yang berbeda agar dapat memilih pekerjaan. Langkah
berikutnya ialah mengusun daftar pertanyaan terbuka ( yang tidak dapat
dijawab dengan ya atau tidak saja), Kemudian melakukan perjanjian
dengan orang yang akan diwawancarai mengenai waktu yang tepat
untuk melakuakan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, anak-
anak dapat berlatih dengan mewawancarai temannya.
Bercakap-cakap adalah berbicara secara alami antara dua atau
lebih pembicara. Bercakap-cakap merupakan bentuk ekspresi yang
paling alami dan bersifat tidak resmi, tetapi anak-anak kurang dapat
kesempatan untuk melakukan percakapan ( khususnya percakapan
dalam bahasa Indonesia bagi anak-anak yang berbahasa ibu bahasa
daerah), selama berada disekolah. Oleh sebab itu sebaiknya tersedia
tempat bercakap-cakap dengan tempat duduk yang nyaman (anak-anak
dapat duduk di karpet atau di tikar). Anak-anak bercakap-cakap dalam
kelompok-kelompok kecil selama waktu tertentu untuk merangsang
terjadinya percakapan, guru dapat meletakan bahan-bahan bacaan
tertentu di sudut ruangan kelas, yang diganti secara periodik misalnya
sebulan sekali.
Dalam melakukan percakapan, anak-anak harus menunjukan
perhatiannya terhadap hal-hal yang dikatakan oleh temannya. Mereka
tidak boleh menyela pembicaraan, tidak pola memonopoli percakapan.
Pada kesempatan tertentu mereka harus menunjukan sikap ramah
tamah, misalnya meminta izin untuk berbicara, mengungkapkan rasa
syukur atau terima kasih, memberikan dan menerima pujian, dan
mengajukan suatu permintaan. Guru dapat memberikan teladan
mengenai berbagai jenis hubungan sosial ini dan anak-anak dapat juga
mempraktikannya melalui kegiatan bermain peran.
Karena banyak anak yang telah pernah menggunakan telepon,
mereka belum mempratikannya sopan dalam menelepon. Beberapa 16
kesopan-santunan dan perilaku menelpon yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut (Ross and Roe, 1990: 146-147).
1. Berbicaralah dengan kecepatan yang wajar, tidak terlalu cepat atau
terlalu lambat.
2. Berbicaralah dengan jelas, penyebutan angka harus tepat.
3. Bersikaplah ramah, bersahabat, dan menyenangkan.
4. Tulislah pesan secara tepat. Ejalah nama penelepon dengan benar
dan tanyakan nomor teleponnya yang benar.
5. Berbicaralah dengan tidak terlalu keras atau terlalu lemah, berikan
tekanan pada kata-kata dan kelompok kata yang penting.
6. Tunjukkan kepribadian yang baik. Usahakan agar tidak
meragukan , kurang memperhatikan, atau menyakitkan hati.
7. Jika anda sedang menerima telepon, jangan berbicara atau tertawa
dengan orang di sekitar anda.
8. Jika anda sedang menelepon, mintalah secara sopan untuk
berbicara dengan orang yang anda telepon, jangan bertanya, siapa
ini ?, ketika seseorang menerima telepon anda.
9. Ketika anda menelepon seseorang, kemukakan diri anda dengan
segera. Orang yang menerima telepon mungkin tidak mengenal
suara anda !
10. Jika anda akan melakukan pembicaraan telepon dalam waktu yang
lama, tanyakan apakah orang yang anda telepon memiliki waktu
yang cukup untuk berbicara sebelum anda memulai bercakap-
cakap.
11. Tunggulah sampai orang yang menelepon anda mengkhiri
pembicaraan (kecuali apabila anda tidak mungkin menunggunya),
kemudian letakkan pesawat telepon pelan-pelan tanpa
menimbulkan bunyi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah :
3.1.1 Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi –bunyi artikulasi
atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk
menyampaikan pesan.
3.1.2 Proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu
percakapan, berbisik estetik, berbicara utuk meyampaikan informasi
atau utuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik.
3.1.3 Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara
lain menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan
berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan.
3.2 Saran
3.2.1 saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah
sebaiknya pembaca khususnya mahasiswa sebagai calon pendidik dapat
memahami dan menerapkan materi Proses Berbicara dan Strategi
Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berfikir nantinya di sekolah-
sekolah dasa. Supaya kemampuan berbahasa lisan anak-anak di kelas
tinggi sekolah dasar dapat ditingkatkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’uddin, Ahmad. Dan Darmayanti, Zuhdi. 1998. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud
19