Bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hemoragi postpartum

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar ibu berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium (masa nifas), pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak ibu, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi dan merupakan proses fisiologis yang normal. Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993. Hemoragi postpartum ( HPP) adalah masalah yang sering dialami oleh ibu nifas. Seorang ibu nifas dikatakan hemoragi postpartum (HPP) jika perdarahan pervaginam 500cc atau lebih, setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wikjosastro, 2000). Hemoragi postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu jatuh ke dalam syok, ataupun perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terjadi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhrinya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan ibu menjadi lemas dan jatuh dalam syok (Mochtar, 1995). Hemoragi postpartum ini merupakan resiko tersering yang terjadi pada ibu nifas.Angka kejadian ibu nifas yang mengalami hemoragi postparum di indonesia mencapai ( ) kejadian dengan berbagai faktor, adapun angka kejadian hemoragi postpartum di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan 2 bulan terkahir (desember 2014 januari 2015) yaitu 9 kasusFaktor-faktor terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifas , fakor tersebut antara lain : truma jalan lahir (episiotomi yang lebar, laserasi perineum vagina dan serviks, ruptur uterus), atonia uteri, retensi sisa plasenta dan gangguan koagulasi (Mochtar 1995). Dari terjadinya hemoragi postpartum sendiri akan berdampak pada ibu, dampak pada ibu antara lain : anemia, syok hipovolemik, sindroma sheesan, bahkan hal terburuk yang bisa terjadi adalah meningkatnya AKI (angka kematian ibu).Tindakan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hemoragi postpartum (HPP) adalah dengan pemeriksaan rutin selama masa kehamilan agar dapat diketahui secara dini adakah faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hemoragi postpartum (HPP). Oleh karena itu untuk mengetahui faktor tersering yang menyebabkan terjadinya hemoragi postpartum (HPP) maka peneliti tertarik untuk mengambil judul gambaran faktor tersering yang mempengaruhi terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifas.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalahnya yaitu, apa faktor tersering yang menyebabkan terjadinya hemoragi postpartum (HPP) pada ibu nifas di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan?1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Diketahuinya faktor tersering penyebab terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifas di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi pihak RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan

Sebagai data tentang faktor tersering penyebab terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifas dan meningkatkan ketanggapan proses persalinan pada ibu.1.4.2 Bagi responden

Meningkatkan pengetahuan ibu tentang resiko yang dapat terjadi selama masa nifas (puerperium).BAB 2TINJAUAN TEORI2.1 Konsep ibu nifas (periode postpartum)2.1.1 Definisi nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu.(Sarwono, 2002:122).2.1.2 Periode masa nifasa. Periode immediate postpartumMasa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering terdapat banyak masalah seperti perdarahanb. Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)

Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam,ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik

c. Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)

Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling KB.2.1.3 Pembagian masa nifasa. Peurperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

b. Peurperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu

c. Remote peurperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi2.1.4 Perubahan-perubahan Fisik Pada Masa Nifas

2.1.4.1 Involusi Corpus Uteri

Segera setelah placenta lahir, fundus korpus uteri berkontraksi, letaknya kira-kira pusat dan symfisis atau sedikit lebih tinggi. Umumnya organ ini mencapai ukuran tidak hamil seperti semula dalam waktu ukuran sekitar 6-8 minggu. Proses involusio uterus meliputi 3 aktivitas, yaitu :

a. Kontraksi uterus

b. Autolysis sel-sel myometrium

c. Regenerasi epitheliumTabel tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio.InvolusiTinggi Fundus UteriBerat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 mingguSetinggi pusat

2 jari dibawah pusat

Pertengahan pusat dan symfisis

Tidak teraba di atas symfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

2.1.4.2 Bekas Implantasi Uri

Tempat placenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.2.1.4.3 Lochea

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Ada beberapa macam lochea antara lain :

a. Lochea rubra (cruenta)Berwarna merah segar, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.b. Lochea sanguinolentaBerwarna merah kuning berisi darah dan lendir.Terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.c. Lochea serosaBerwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.d. Lochea albaBerupa cairan berwarna putih, berisi leukosit dan mukosa servik terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan.e. Lochea purulentaTerjadi dikarenakan adanya infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.f. LochiostasisYaitu lochea yang keluarnya tidak lancar.2.1.4.4 Perubahan Servik dan Segmen Bawah Rahim

Segera setelah placenta lahir, servik dan segmen bawah rahim menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut servik mengecil perlahan-lahan sebelum beberapa hari mulut serviks mudah dimasuki oleh 2 jari, tetapi pada akhir minggu pertam telah menjadi sedemikian sempitnya sehingga jari sulit untuk masuk, sewaktu servik menyempit, servik menebal dan salurannya terbentuk kembali, tetapi masih ada tanda-tanda servik parut.Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah rahim yang sangat menipis berkontraksi dan beretraksi tetapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu segmen bawah rahim diubah dari struktur yang jelas dan cukup besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus yang hampir tidak dapat dilihat.2.1.4.5 Perubahan Vagina dan Pintu Keluar Vagina

Pada perlukaan jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari, bila tidak disertai infeksi dan faktor gizi juga sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka jalan lahir tersebut, karena dengan gizi yang cukup akan mempercepat pertumbuhan sel-sel tubuh yang rusak.

Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran semula. Rugae terlihat kembali pada minggu ke 3 dan terdapatcarunculae mirtiformis yang khas pada wanita yang pernah melahirkan.

2.1.4.6 Rasa Sakit

Yang disebut juga after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu, mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan anti mulas.2.1.4.8 Ligament-ligament

Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan berkusuk atau berurut dimana sewaktu diurut tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamen, fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pasca persalinan/senam nifas. Biasanya striae yang terjadi pada saat kehamilan akan berkurang.2.1.4.8 Perubahan Saluran Kencing

Peregangan dan dilatasi selama kehamilan yang menyebabkan perubahan permanen di pelvis renalis dan ureter, kecuali ada infeksi kembali normal pada waktu 2-8 minggu, bergantung pada :a. Keadaan atau status sebelum persalinanb. Lamanya partus kala II

c. Besarnya kepala yang menekan pada saat persalinan2.1.4.9 Sistem Kardio Vaskuler

Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan darah. Pada saat persalinan volume plasma menurun 1000 ml karena kehilangan darah dan diuresis. Setelah 3 hari volume darah meningkat 1200 ml sebagai akibar cairan ekstra seluler ke intra seluler. Total volume darah menurun 16% setelah persalinan. Perkiraan kehilangan darah dapat dibandingkan setelah persalinan. Kehilangan darah 500 ml akan menyebabkan pengurangan Hb 1%, nadi dan cardiac output meningkat selama 1-2 jam post partum. Segera setelah melahirkan, cardiac outputmeningkat 50-60 % dan menurun setelah 10 menit.2.1.4.10 Payudara

Pada semua wanita setelah melahirkan, laktasi dimulai secara alami dan normal. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yang meliputi: produksi susu dan sekresi susu atau let down.

Fisiologi dari produksi ASI masih belum sepenuhnya dimengerti. Dipikirkan bahwa konsentrasiestrogen dan progesteron yang tinggi sebelum kehamilan menghambat produksi prolaktin, yang dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa seorang wanita tidak memproduksi ASI sepanjang kehamilannya.

Pada saat placenta lahir, terjadi perubahan drastis yang mendadak pada kadar estrogen danprogesteron. Keadaan ini membuat kelenjar hipofise anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh hisapan bayi yang dapat menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan prolaktin dari hipofise anterior.

Seorang bayi akan menekan sinus laktiferussewaktu menghisap ASI. Hisapan ini akan mendorong air susu melalui ductus laktiferus menuju tempat akhir, yaitu mulut bayi. Aliran susu dan sinus laktiferus disebut let down dan dalam hal ini dapat dirasakan oleh ibu2.2 Konsep hemoragi postpartum2.2.1 Definisi hemoragia postpartumHemoragi postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (William, 1981)Hemoragi postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah melahirkan (Doengoes, 2001)

2.2.2 Klasifikasi hemoragi postpartuma. hemoragi postpartum primerMencakup semua kejadian hemoragi postpartum dalam 24 jam setelah kelahiran.

b. hemoragi postpartum sekunderMencakup semua kasus hemoragi postpartum yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.

2.3 Faktor penyebab hemoragi postpartumBerbagai penyebab penting, baik berdiri sendiri maupun bersama-sama yang dapat menimbulkan hemoragi postpartum adalah sebagai berikut.

a. Truma jalan lahir

1) Episiotomi yang lebar

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cicin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum (Ilmu Bedah Kebidanan).

2) Laserasi perineum, vagina, dan serviks

Laserasi perineum adalah robeknya perineum pada saat janin lahir. Laserasi perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan dapat terjadi di bagian dalam serviks atau vagina, atau bagian luar genital atau perineum atau anus.

Laserasi perineum dapat mengakibatkan perdarahan sesuai derajat laserasi yang terjadi, pada laserasi perineum derajat I dan II jarang terjadi perdarahan, namun pada laserasi perineum derajat III dan IV sering menyebabkan perdarahan postpartum

3) Ruptur uterus

Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung dengan kavum peritoneum ( Cunningham, 1995, P: 470 ).b. Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat implantasi plesenta.1) Miometrium hipotonia (atonia uteri).

a. Anastesi umum (trauma dengan senyawa halogen dan eter).

b. Perfusi miometrium yang kurang (hipotensi akibat perdarahan atau anetesi konduksi

c. Uterus yang terlalu menegang (janin yang besar, kehamilan multipel, hidramion).

d. Setelah persalinan yang lama.

e. Setelah persalinan yang terlalu cepat.

f. Setelah persalinan yang dirangsang dengan oksitosin dengan jumlah yang besar.

g. Paritas tinggi.

h. Perdarahan akibat atonia uteri pada persalinan sebelumnya.

i. Infeksi uterus.

2) Retensi sisa plasenta.

a. Perlekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).

b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta senturia).c. Gangguan koagulasi.

Gangguan koagulasi yang didapat maupun kongenital akan memperberat perdarahan akibat semua sebab di atas.

Dari semua penyeba di atas, 2 penyebab pedarahan postpartum dini yang paling sering adalah sebagai berikut :

a) Miometrium yang hipotonia ( atonia uteri).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

b) Perlukaan vagina serta serviks.2.3.1 Faktor predisposisi

Faktor-faktor predisposisi hemoragi postpartum adalah sebagai berikut.

a. Kelahiran besar.

b. Kelainan forsep tengah.c. Rotasi forsep.d. Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap.

e. Insisi serviks.

f. Kelahiran per vaginam.

g. Post-seksio caesarea.

h. Insisi uterus lain.

Dari beberapa hal di atas, kekeliruan pada pengolahan kala III aalah dengan mempercepat keahiran plasenta seperti pengeluaran plasenta manual, dengan terus menerus meremas uterus yang telah berkontraksi baik, sehingga dapat menghambat mekanisme fisiologis pelepasan plasenta. Akibat pelepasan plasenta yang tidak lengkap akan terjadi penigkatan jmlah perdarahan.2.3.2 Tanda klinis

2.3.2.1 Pengaruh hemoragi postpartum bergantung pada.

a. Volume darah yang ada sebelum kehamilan.

b. Besarnya hipervolemia akibat kehamilan.

c. Tingkat anemia waktu kehamilan.

2.3.2.2 Tanda klinis hemoragi postpartuma. Hipovolemia yang berat, hipoksia, takipnea, dispnea, asidosis, dan sianosis.

b. Kehilangan darah dalam jumlah yang besar.

c. Distensi kavum uterus2.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu nifas akibat hemoragi postpartum.2.4.1 Syok hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan.2.4.2 Sindroma Sheehan.Sindroma Sheehan adalah suatu kondisi yang menyerang wanita yang sebelumnya mengalami perdarahan yang berat/banyak (sampai mengancam nyawanya) saat melahirkan atau paska melahirkan. Perdarahan yang banyak mengakibatkan penurunan kadar oksigen pada organ dan jaringan.

Pada Sindrom Sheehan, terjadi kerusakan pada kelenjar hipofise yang terletak di dalam otak, sehingga menyebabkan kurangnya produksi hormon yang dihasilkannya (hipo-pituitarisme). Nama lainnya postpartum hipo-pituitarisme.

2.4.3 Anemia postpartum.

Anemia Postpartum adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga. Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah rendah. Hemoglobin adalah zat pembawa oksigen dalam sel darah merah. Anemia postpartum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl, normalnya adalah 11-12g/dl. Ini di kaitkan dengan banyaknya kehilangan darah atau perdarahan postpartum (hemoragia postpartum2.5 Kerangka konsep. Faktor tersering yang menyebabkan terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifas di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.

BAB 3METODE PENELITIAN

Dalam bab ini digunakan tentang metode yang digunakan dalam penelitian meliputi: desain penelitian, kerangka kerja, definisi operasional, sampling desain pengumpulan data, analisa data, etika penelitian dan keterbatasan.

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dll (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini mendiskripsikan tentang gambaran faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hemoragia postpartum pada ibu nifas di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.3.2 Lokasi dan waktu penelitian

penelitian ini dilakukan pada bulan desember 2014 - januari 2015 di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.3.3 kerangka kerjakerangka kerja atau frame work adalah tahapan (langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah) mulai dari penerapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kerangka kerja sejak awal penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2003)kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Populasi

Ibu nifas yang mengalmai hemoragia postpartum di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono PasuruanSampel

sebagian ibu nifas yang mengalmai hemoragia postpartum di ruang bersalin RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan sebanyak 6 ibuTeknik sampling

PurposiveDesain penelitian

Deskriptif

Pengumpulan data

Observasi, quisionerPengolahan data

Coding, scoring, tabulating

Penyajian data dan hasilKesimpulan hasilGambar 3.3 Kerangka kerja penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan (hemoragia postpartum) pada ibu hamil usia muda di RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.3.4 Populasi, Sampel, Sampling

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil usia muda yang mengalami perdarahan (hemoragia postpartum) di RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan. Populasi penelitian ( ) ibu hamil usia muda yang mengalami perdarahan (hemoragia postpartum).3.4.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian ibu hamil usia muda yang mengalami perdarahan (hemoragia postpartum) di RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan. Sejumlah ( )3.4.2.1 Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi responden

b. Responden yang mengalami perdarahan (hemoragia postpartum) dengan usia dibawah 20 tahun.

c. Responden yang kooperatif

3.4.2.2 Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Responden tidak mengalami perdarahan (hemoragia postpartum) dengan usia dibawah 20 tahun

c. Responden tidak kooperatif

3.4.3 Teknik samplingTeknik pengambilan sampel pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dimana pengambilan samplingnya berdasarkan atas strata, atau daerah, tetapi sampelnya berdasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas dasarnya tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Karena keterbatasn waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel data digunakan rumus jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka pengambilan sampel 10% - 15% dari populasi jadi sampel yang adi ambl peneliti adalah 10% dari 300 populasi yaitu 30 sampel (Arikunto)3.5 Identifikasi variabelVariabel adalah perilaku atas karakteristik yang memberikan nilai baca terhadap sesuatu (Nursalam, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perdarahan (hemoragia postpartum) pada ibu hamil usia muda di RSUD.IR.Soedarsono Pasuruan.3.7 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang didefinisikan. (Nursalam, 2003).3.7 Tabel definisi operasionalvariabelDefinisi operasioanlParameterAlat ukurskalaskor

Gambaran faktor terserig yang menyebabkan terjadinya hemoragi postpartum pada ibu nifasMerupakan hal tersering dari berbagai faktor yang akan menyebabkan hemoragi postpartum.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perdarahan hemoragia postpartum pada ibu hamil usia muda

- trauma jalan lahir-atonia uteri-retensi sisa plasenta-Gangguan koagulasiHhhhhbbnbnkkkmmmnnbnbnbnbn bbhbbn jjnkkmkmkmkmkmkmkmkmkm

Observasi

Observasi hhObservasi

quesionerJhbbbjjsdhchhcjsdbhvbhvbdhvbdsfiofhjhfhfjdhfjdhfdhjdhfjdhdjfjdjfdhfjfNominali

Nominal hNominal

Nominal

Hgvbvdbvbdhbhvbhbvbvdjhdcdbcbbcncn n hbhfbhfbhfbhfbtersering : 1

Tidak : 0 n n n nn n n n Ya : 1 tidak : 0

3.7 Pengumpulan dan pengolahan data

3.7.1 Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengukur variabel yang diamati dalam penelitian (Nursalam, 2000). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quisioner dan Observasi.3.7.1.2 Quisioner

Quisioner yaitu pengumpulan data mengenai suatu masalah yang dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek unntuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya serta memperoleh data yang cukup luas (Notoatmodjo, 2005).

3.7.1.3 Observasi

Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan, mula-mula rangsangan dari luar mengeanai indra dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila rangsangan itu menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2002).

3.7.2 Pengumpulan data

Dalam hal ini peneliti membagikan quisioner kepada responding untuk di isi. Responden yang dimaksud harus sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian. Peneliti mengambil sampel dari masing-masing responden sesuai yang ditentukan kemudian dibagikan quisioner apabila ada sebagian sample kurang mengerti atau tidak bisa membaca, peneliti akan membantu dan membacakan pernyataan quisioner tersebut. Sedangkan untuk observasi peneliti mengamati langsung jalannya proses persalinan atau sesudah persalinan untuk menentukan terjadinya perdarahan pada sample yang telah ditentukan. Setelah data terkumpul kemudia ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.3.7.3 Pengolaha data

3.7.3.1 Coding

a. Quisioner

Alat ukur untuk faktor atonia uteri, retesi sisa plasenta, trauma jalan lahir, gangguan koagulasi, memberi jawaba secara angka sehingga lebih muda ditabulasi aat penelitian ini dilakukan.

1. Untuk jawaban Ya skornya = 1

2. Untuk jawaban Tidak skornya = 0

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi menggunakan rumus:

Keterangan :

N : nilai yang didapat

Sp: skor yang didapat

Sm : skor maksimum

Hasil pengolahan data dalam bentuk prosentase lalu diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Apabila hasil jawaban Ya dari quisioner lebih dari 50% maka hasil yang diperoleh yaitu dari berbagai faktor hemoragi postpartum maka hal tersebut menjadi faktor tersering yang menyebabkan hemoragi postpartum.2. Apabila hasil jawaban Tidak dari quisioner lebih dari 50% maka hasil yang diperoleh yaitu dari berbagai faktor hemoragi postpartum maka hal tersebut bukan menjadi faktor tersering yang menyebabkan hemoragi postpartum.b. ObservasiAlat ukur untuk faktor hemoragi postpartum adalah dengan melakukan observasi. Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan , mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2002). Apabila faktor tersebut tersering untuk tejadinya hemoragi postpartum, skornya = 1, untuk yang tidak menjadi faktor tersering, skornya = 0Catatan :

1. Trauma jalan lahir

a. Tersering = 1

b. Tidak = 0

2. Atonia uteri

a. Tersering = 1

b. Tidak = 0

3. Retensi sisa plasenta

a. Tersering = 1

b. Tidak = 0

4. Gangguan kaogulasi

a. Tersering = 1

b. Tidak = 0

3.8 Etika penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Dalam penelitian ini, peneliti membawa rekomendasi lembaga tempat penelitian yang dituju, kemudian barulah peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:3.8.1 Informed consentMerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian degan memberikan lembar persetujuan. Responden harus memenuhi kriteria inklusi, harus dilengkapi judul penelitian dan manfaat dari penelitian. Jika subyek menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus menghormati hak-hak subyek.

3.8.2 AnomitySubyek penelitian tidak mencantumkan atau tidak memberikan nama respoden pada lembar ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3.8.3 Kerahasian

Dalam penelitian ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah-masalah lain. Semua informasi yang telah diperoleh akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.Retensi sisa plasenta

Miometrium hipotonia (atonia uteri)

Episiotomi yang lebar

Keterangan :

: Yang di teliti

perdarahan

Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat implantasi plasenta

Trauma jalan lahir

Faktor-faktor yang mempengaruhi hemoragi postpartum

Ruptur uterus

Laseri perineum, vagina dan serviks

Gangguan koagulasi

1.Kelahiran besar

2.kelainan forsep tengah

3.rotasi forsep

4.kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap

5.insisi serviks

6.kelainan pervaginam

7.post-seksio caesarea

8.insisi uterus lain

8

Faktor predisposisi

: yang menghubungkan