BAB 1 fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hormon

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDefisiensi hormon pertumbuhan atau growth hormone deficiency (GHD) merupakan suatu kelainan dengan penyebab kongenital, didapat dan idiopatik. Kelainan ini didapatkan saat pituitary gland tidak menghasilkan hormon yang dibutuhkan tubuh atau hormon yang dihasilkan terlalu sedikit. Pituitary gland terletak di rongga bertulang didasar otak tepat dibawah hipotalamus dan dihubungkan oleh infundibulum. Pituitary gland sering disebut dengan master gland karena pengaruhnya untuk merangsang organ endokrin lain guna menghasilkan hormon yang merupakan suatu senyawa organik atau chemical messengger yang dibutuhkan tubuh dalam perkembangan juga pertumbuhan. Pituitary gland mensekresikan 6 hormon yang diproduksi oleh sel yang berbeda- beda yang terdapat di lobus anterior hipofise yaitu: hormon Growth hormone (GH), Thyroid Stimulating Hormone (STH), Adrenocorticotropic hormone (ACTH), Follicle-stimulating hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), Prolactin, dan oleh dua hormon yang diproduksi oleh lobus posterior hipofise yaitu: ADH dan Oksitisisin. Ketidakseimbangan produksi GH dapat menyebabkan kejadian defiensi akibat kebutuhan terhadap hormon yang meningkat tidak diimbangi oleh produksi yang memadai. Gangguan ini dapat terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak angka kejadian defisiensi growth hormon didapat dibawah umur 18 tahun, sedangkan pada orang dewasa pada umur diatas 18 tahun. Penyebab tersering terjadinya GDH pada orang dewasa diakibatkan oleh yaitu non-functioning pituitary adenoma, sedangkan pada GHD onset anak anak adalah idiopathic hypopituitarism. Orang dewasa diatas 18 tahun lebih banyak mengalami GHD akibat etiologi yang didapat bukan akibat kongenital, berbeda dengan anak-anak yang memiliki resiko lebih tinggi mengalami GHD akibat kelainan kongenital.

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa masalah yang dirangkum dalam rumusan masalah. Adapun rumusan tersebut antara lain :1. Apakah definisi dan etiologi serta faktor risiko dari defisensi hormon pertumbuhan ?2. Bagaimana insidensi defisiensi hormon pertumbuhan di Indonesia ?3. Bagaimanakah klasifikasi dari defisiensi hormon pertumbuhan ?4. Bagimana patofisiologi terjadinya defisensi hormon pertumbuhan ?5. Bagaimana manifestasi klinis dan penegakan diagnosis dari defisiensi hormon pertumbuhan ?6. Apakah diagnosis banding dari defisensi hormon pertumbuhan ?7. Bagimana penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan ?8. Bagaimana prognosis serta komplikasi yang ditimbulkan dari defisiensi hormon pertumbuhan?

1.3 Tujuan PenulisanSesuai dengan rumusan masalah di atas maka penulis mendapatkan beberapa tujuan yang dapat dikelompokkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus:1.3.1 Tujuan UmumSecara umum penulisan paper ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan defisensi hormon pertumbuhan beserta tanda dan gejala yang ditimbulkan menhingat gangguan ini dapat terlihat pada anak dan remaja dewasa. Hasil dari penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa sehingga ke depannya dapat menegakkan diagnosis apabila menemukan pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan dalam menjalankan praktek kedokteran sehingga dapat dilakukan pencegahan lebih dini sehingga tidak menimbulkan peningkatan kasus defisiensi hormon pertumbuhan. 1.3.2 Tujuan Khusus Sesuai dengan tujuan penulisan paper ini, maka secara khusus dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek mengenai GHD antara lain :1. Dapat mengetahui definisi dan etiologi dari defisiensi hormon pertumbuhan.2. Dapat mengetahui insidensi kasus defisiensi hormon pertumbuhan khususnya di Indonesia.3. Dapat mengetahui klasifikasi dan patofisiologi dari defisiensi hormon pertumbuhan.4. Mengetahui manifestasi klinis dan dapat menegakkan diagnosis pada pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan .5. Dapat mengetahui diagnosis banding dari defisiensi hormon pertumbuhan dan melakukan penatalaksanaan sesuai dengan kompetensi dokter umum. BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Etiologi serta Faktor Risiko dari Growth Hormone Deficiency 2.1.1 DefinisiGrowth Hormone Deficiency (GHD) merupakan suatu gangguan yang terjadi saat pituitary gland yang terdapat di basis daripada hypothalamus tidak dapat menghasilkan hormon atau kadar hormon yang dihasilkan sangat rendah. Hormon yang beredar diseluruh tubuh merupakan pesan kimia tubuh yang dihasilkan oleh berbagai macam organ endokrin. Pituitary gland merupakan salah satu dari organ endokrin yang berbentuk seperti kacang polong dan memiliki dua bagian yaitu bagian anterior dan posterior yang terletak tepat dibawah hypothalamus. Bagian anterior (adenohipofise) dari pituitary gland menghasilkan hormon Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), Thyroid Stimulating Hormone (TSH), Growth Hormone (GH), Prolactin, Foliclle Stimulating Hormone (FSH) , dan Luteinizing Hormone (LH). Sedangkan bagian posterior pituitary gland (neurohipofise.) menghasilkan Anti Diuretic Hormone (ADH) dan Oxytocin. Kelainan yang terjadi pada defisiensi GH melibatkan bagian adenohipofise dari pituitary gland, baik akibat kelainan genetik ataupun kelainan yang didapat. 2.1.2 EtiologiPenyebab terjadinya GHD dibagi menjadi dua kelompok etiologi yaitu kongenital dan didapat. Kelompok etiologi akibat gangguan kongenital terdiri atas gangguan genetik dimana terjadi kerusakan faktor transkripsi (PIT-1), PROP-1, LHX3/4, HESX-1, PHTX-2, kerusakan reseptor gen GHRH, kerusakan reseptor gen GHRH secretagogue, kerusakan gen GH, dan kerusakan baik reseptor maupun post reseptor GH. Selain kerusakan pada gen, kerusakan yang berhubungan dengan otak juga merupakan etiologi dari defisiensi hormon pertumbuhan, seperti arachnoid cyst, hydrocephalus,serta encephalocele. Sedangkan kerusakan yang berhubungan dengan wajah bagian tengah seperti cleft lip/palate dan single central incisor dikatakan dapat menyebabkan GHD.Kelompok etiologi yang didapat terdiri atas trauma perinatal dan postnatal, infeksi sistem saraf pusat, tumor pada hypothalamus atau pituitary, inflitrative/granulomatous disease (Langerhans cell histiocytosis, tuberculosis dan sebagainya) radiasi pada kranial, seperti operasi yang melibatkan pituitary. Penyebab Idiopatik juga disebutkan pada etiologi GHD. 2.1.3 Faktor Risiko Beberapa kelainan dapat menjadi faktor risiko untuk berkembangnya penyakit GHD. Mutasi pada faktor transkripsi awal cenderung menyebabkan defisiensi hormon hipofisis multipel, sedangkan faktor lainnya dapat menyebabkan defisiensi yang terisolasi. Terdapat empat jenis gangguan Mendel dari gen GH. Isolated GHD ( IGHD ) IA dan IB diwariskan secara resesif autosomal mengakibatkan tingkat GH tidak terdeteksi atau sangat rendah . IGHD II diwariskan secara autosomal dominan dengan keparahan klinis yang bervariasi. IGHD III adalah gangguan terkait-X yang sering dikaitkan dengan hypogammaglobulinemia. GHD juga dapat dikarenakan mutasi pengkodean gen reseptor GHRH, mutasi pada gen GS yang mengarah ke resistensi GHRH, dan mutasi pada gen untuk reseptor GH secretagogue.GHD kadang-kadang dikaitkan dengan perubahan anatomi kongenital pada hipofisis atau struktur otak lainnya, biasanya berhubungan dengan defisiensi hormon hipofisis lainnya. GHD kongenital sering dikaitkan dengan berbagai kelainan anatomi pada tangkai hipofisisi hipotalamus, mulai dari hipofisis hipoplasia sampai stalk agenesis.Tumor di daerah hipofisis dan hipotalamus mungkin menyebabkan hypopituitarism secara primer atau setelah tumor ditangani dengan operasi dan/atau radiasi . Tumor yang paling umum adalah adenoma hipofisis dan craniopharyngiomas. Penyakit infiltratif (sel Langerhans histiositosis,sarkoidosis,\tuberkulosis) dari hipotalamus dan tangkai hipofisis sering menyebabkan hypopituitarism dan diabetes insipidus . Lymphocytic hypophysitis biasanya melibatkan hipofisis dan tangkai hipofisis. Status GH berkembang seiring dengan waktu setelah radioterapi kranial dan tergantung pada dosis. Semakin muda pasien, semakin panjang interval setelah radioterapi , dan semakin tinggi dosis , semakin besar pula peluang untuk berkembangnya GHD setelah iradiasi. (Molitch, 2011). Cedera otak traumatis dan perdarahan subarachnoid juga dapat mengakibatkan GHD, dengan prevalensi masing-masing 6-20% dan 12-37 %. Tingkat keparahan dari cedera otak traumatis mempengaruhi tingkat risiko dari hypopituitarism. (Mathioudakis, 2008)

2.2 Insidensi Kasus Defisiensi Hormon Pertumbuhan Data angka kejadian dari GHD masih terbatas karena kurangnya pendekatan diagnosis yang standar. Meskipun demikian, suatu studi pada 1823 pasien di Denmark menemukan distribusi etiologi , yang berkorelasi erat dengan data epidemiologi. Dalam studi ini, rata rata angka kejadian pada pasien GHD onset anak - anak (