Bab 10. Skizofrenia (1)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    1/22

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    2/22

    148 10. Skizofrenia

    orang

    yang

    lahir di daerah

    perkotaan di negara

    maju). Skizofrenia

    ditemukan

    pada

    semua

    masyarakat

    dan area

    geografis dan angka

    insidens serta

    prevalensinya

    secara

    kasar

    merata di seluruh

    dunia.

    Di

    A.S.,

    kurang lebih 0,05

    persen populasi total

    menjalani

    peng-

    obatan

    untuk skizofrenia

    setiap tahun

    dan hanya

    sekitar setengah

    dari

    semua

    pasien

    skizofreniamendapatkan

    pengobatan, meskipun

    penyakit

    ini

    termasuk

    berat

    (Tabel

    l0

    l).

    Gender dan Usia

    Skizofrenia setara

    prevalensinya

    pada

    pria

    dan

    wanita. Namun,

    kedua

    .jenis

    kelamin

    tersebut berbeda

    awitan

    dan

    perjalanan

    penl,akitnya.

    Awitan

    terjadi

    lebih dini

    pada

    pria

    dibanding

    wanita.

    Lebih

    dari separuh

    pasien

    skizofrenik

    pria r.ramun hanya seperliga

    dari semua

    pasien

    skizofrenik

    wanita

    pertama kali

    dirawat

    di

    rurnah sakit

    psikiatri sebelum

    usia 25 tahun.

    Usia

    puncak

    awitan

    adalah 8 sampai

    25 tahun

    untuk

    pria

    dan 25 sarnpai

    35 tahun

    untuk wanita. Tidak

    seperli

    pria, wanita menunjukkan

    dua

    puncak

    distribusi usia dengan

    puncak kedua terjadi

    pada

    usia

    paruh

    baya.

    Kurang lebih

    3

    sampai

    10

    persen rvanita mengalami

    awitan

    penyakit

    di atas usia

    40 tahun.

    Hampir

    90

    persen

    pasien yang men-

    .ialani

    pengobatan

    skizofrenia

    berusia

    antara

    l5

    dan 55 tahun.

    Awitan skizofrenia di bawah usia

    10 tahun atau

    di atas usia 60

    tahun sangat

    jarang.

    Seiumlah

    studi mengindikasikan

    bahwa

    pria

    lebih

    cenderung

    mengalarni

    hendaya akibat

    gejala

    negatif

    dari-

    pada

    rvanita dan bahwa

    wanita

    lebih

    cenderung

    memiliki

    ke-

    lnampuan

    fungsi sosial

    yang

    lebih baik

    daripada

    pria

    sebelum

    awitan

    penyakit.

    Secara umum,

    hasil akhir

    pasien

    skizofrenik

    wanita lebih baik

    dibandirrg

    hasil akhir

    pasien skizol'renik

    pria.

    Bila

    awitan ter.jadi setelah

    usia

    45,

    gangguan ini dicirikan sebagai

    sk

    izofrenia

    au

    itan-lambat.

    lnfeksi dan

    Musim

    Saat

    Lahir

    Suatu

    temuan

    yang

    kuat dalam

    penelitian

    skizofrenia

    adalah

    bahwa orang-orang

    yallg rnengalami skizofrenia

    kemungkinan

    besar dilahirkan

    di musim

    dingin

    dan awal musim semi

    dan

    lebih

    .iarang

    yang

    dilahirkan

    pada

    akhir

    musim semi

    dan musim

    panas.

    Di Belahan Bumi Utara,

    termasuk

    di Amerika

    Serikat, orang

    de-

    ngan skizofrenia

    lebih

    sering

    dilahirkan

    pada

    bulan Januari sampai

    April.

    Di Belahan Bumi Selatan,

    orang

    dengan

    skizofrenia

    lebih

    sering

    dilahirkan

    pada

    bulan Juli

    sampai September.

    Satu

    hipotesis

    menyatakan bahwa

    faktor risiko

    spesifik-musim,

    seperti

    virus atau

    perubahan musiman dalam

    diet, mungkin

    berlaku

    dalam hal

    ini.

    Tabel 10-1

    Prevalensi

    Skizofrenia

    pada

    Populasi Spesifik

    Populasi

    Prevalensi

    (%)

    I{ipotesis

    viral mencakup s/otv va'us, t'etrovirus, dan reaksi

    autoimun

    yang

    diaktitkan

    virus. Beberapa studi menunjukkan

    bahwa

    liekuensi skizolienia

    rneningkat

    setelah

    pa.janan

    terhadap

    influenza

    yang

    ter-ladi di

    musim dingin-selama trimester kedua

    kehamilan.

    Hipotesis lain adalah bahwa orang deirgarr

    predisposisi

    genetik

    terhadap skizofrcnia

    rnengalami

    penurunan

    keuntungan

    biologis

    untuk

    bertahan

    dari cobaan spesifik-musim.

    Distribusi Geografik

    Skizofrenia

    tidak terdistribusi secara

    rnerata di

    seluruh

    penjuru

    Amerika Serikat maupun dunia. Secara

    historis,

    prevalensi

    skizo-

    frenia

    di

    bagian

    timur laut dan barat Amerika Serikat lebih besar

    daripada

    di daerah lain, meski distribusi

    i,ang

    iidak nterata ini

    telah terkikis. Se.jumlah

    regio

    geografis

    bumi, seperti

    lrlandia,

    rnemiliki

    prevalensi

    skizofrenia

    yang

    luar biasa tinggi, dan

    para

    peneliti

    menginterpretasikan

    kantung

    skizofrenia

    geografis

    ini

    sebagai

    kemungkinan

    dukungan

    terhadap teori kausa skizofrenia

    infektif

    (contohnya,

    viral).

    Faktor Reproduktif

    Penggunaan obat

    psikoterapeutik, kebilakan terbuka

    di

    rumah

    sakit, deinstitusionalisasi

    di rumah sakit

    pemerintah, penekanan

    pada

    rehabilitasi, dan

    perawatan

    berbasis masyarakat untuk

    pasien

    skizofrer-ria,

    semuanya telah

    menyebabkan

    peningkatan

    angka

    pernikahan

    dan kesuburan di ar.rtara

    pasien

    skizofrenia. Akibat

    faktor tersebut,

    jumlah

    anak

    yang

    dilahirkan dari orangtua skizo-

    frenik terus meningkat.

    Angka kesuburan

    pasien

    skizofrenik men-

    dekati angka

    populasi

    urnum. Terdapat hubungan antara angka ke-

    suburan dengan

    transmisi

    genetik.

    Keluarga biologis clerajat

    pertama

    pasien

    skizofrenik

    merniliki risiko terkena

    penyakit

    sepuluh

    kali

    lebih

    besar

    dibanding populasi

    umum.

    Pcnyakit Medis

    Orang dengan

    skizofrenia

    meniiliki angka kematian akibat ke-

    celakaan

    dan

    penyebab

    alarni

    yang

    lebih tinggi daripada

    populasi

    umum.

    Variabel terkait institusi

    atau

    terkait

    pengobatan

    tidak dapat

    menjelaskan angka kematian

    yang

    meningkat, namun angka

    yang

    lebih tinggi tersebut

    mungkin berhubungan dengan

    kenyataan

    bahwa diagnosis

    dan

    pengobatan

    untuk

    penyakit

    medis dan bedah

    pada pasien

    skizofrenik

    dapat

    merupakan suatu tantangan klinis

    tersendiri. Seiumlah studi

    menunjukkan bahwa hingga 80

    persen

    dari

    semua

    pasien

    skizofrenik

    mengalami

    penyakit

    medis

    yang

    signifikan

    pada saat

    yang

    bersamaan dan bahwa hingga

    50 persen

    kondisi ini mungkin tidak terdiagnosis.

    Risiko Bunuh Diri

    Bunuh diri merupakan

    penyebab utama kematian

    pada

    orang

    yang

    menderita skizofrenia.

    Taksirannya bervariasi, namun hingga

    l0

    persen

    orang

    dengan

    skizofrenia

    mungkin meninggal akiba

    percobaan

    bunuh

    diri. Meski

    risiko

    bunuh

    diri lebih

    besar

    pada

    orang dengan skizofrenia dibanding

    populasi

    umum, se.jumlah

    faktor

    risiko-sepertijenis kelamin

    pria,

    berkulit

    putih,

    dan

    meng

    alami

    pengasingan

    sosial-setara

    pada

    kedua kelompok. Faktor

    faktor seperti

    penyakit

    depresif,

    riwayat

    percobaan

    bunuh

    diri

    pengangguran,

    dan

    penolakan

    yang baru terjadi

    juga

    mening-

    Populasi

    umum

    Saudara

    karrdung bukan

    kembar

    pasien

    skizofrenia

    Anak dengan salalr

    satu orangtua

    penderita

    skizofrenia

    Kembaran dizigotik

    pasien skizofrenia

    Anak yang

    kedua orangtuanya

    menderita

    skizofrenia

    Kenrbar monozigotik

    pasien skizofrenia

    1,0

    B,O

    12,0

    12,O

    40,0

    47,0

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    3/22

    katkan risiko

    bunuh diri

    pada

    kedua populasi.

    Studi terdahulu

    telah

    menunjukkan

    faktor risiko lain

    yang

    unik terdapat

    pada

    gangguan

    ini.

    Di antaranya adalah usia muda

    dan

    jenis

    kelamin

    pria

    serta mengalami penyakit

    kronik

    dengan

    eksaserbasi ber-

    ulang.

    Perjalanan penyakit pascarawat

    inap dengan kadar

    psiko-

    patologi

    dan hendaya fungsional

    yang

    tinggi meningkatkan risiko

    bunuh

    diri.

    Sebagai

    tambahan, orang

    yang

    memiliki

    kesadaran

    realistis akan

    efek

    perburukan penyakit

    ini

    serta

    pengkajian

    di

    luar

    waham

    akan

    penurunan

    mental, ketidakberdayaan, keter-

    gantungan yang

    tinggi

    terhadap

    pengobatan,

    atau hilangnya ke-

    percayaan

    akan pengobatan

    di masa

    yang

    akan

    datangjuga me-

    ningkatkan risiko

    bunuh

    diri

    pada

    orang dengan skizofrenia.

    Risiko kematian

    terutama tinggi

    pada

    usia

    muda,

    selama

    periode

    pascarawat

    inap dini,

    dan

    pada

    awal

    perjalanan penyakit,

    meski

    risiko ini

    menetap

    seumur hidup

    pasien.

    Faktor risiko

    yang

    ter-

    identifikasi

    pada

    studi terdahulu rnungkin

    berguna untuk mengkaji

    risiko

    bunuh diri akut

    pada

    individu

    spesifik. Diperlukan

    pene-

    litian lebih

    lan

    jut

    untuk

    memahami secaia lebih baik faktor risiko

    yang paling

    bersifat

    prediktifakan

    kemungkinan

    bunuh diri

    pada

    orang

    dengan

    skizofrenia

    di

    masa

    yang

    akan datang

    serta

    inter-

    vensi

    yang paling

    bermanfaat untuk mencegah

    bunuh diri.

    Penggunaan

    Zat

    Merokok

    Kretek.

    Sebagian besar survei telah melaporkan

    bahrva lebih

    dari tiga

    perempat pasien

    skizofrenia merokok

    kretek,

    dibanding kurang

    dari setengah

    pasien psikiatri

    lain

    se-

    cara keseluruhan.

    Selain risiko kesehatan

    yang

    telah

    dikenal

    baik berkaitan

    dengan

    merokok, merokok

    kretek memengaruhi

    aspek

    lain perawatan

    pasien

    skizofrenik. Sejumlah studi me-

    laporkan

    bahwa merokok kretek

    dikaitkan dengan

    penggunaan

    obat antipsikotik

    dalam dosis

    yang

    lebih tinggi, mungkin karena

    merokok kretek meningkatkan la.iu metabolisme

    obat-obatan

    tersebut. Di lain pihak,

    merokok kretek

    dikaitkan dengan

    penu-

    runan

    parkinsonisme

    terkait

    obat antipsikotik, mungkin karena

    aktivasi neuron

    dopamin

    yang

    bergantung nikotin. Studi terkini

    menunjukkan

    bahwa

    nikotin

    dapat menurunkan

    gejala

    positif,

    seperti halusinasi, pada pasien

    skizofrenik karena efeknya

    ter-

    hadap reseptor

    nikotin di otak

    yang

    mengurangi

    persepsi

    sti-

    mulus luar. khususnya

    bising.

    Zat lain. Komorbiditas

    skizofrenia dengan

    gangguan

    terkait

    zatlainlazim

    dijumpai, meski

    dampak

    penyalahgunaan

    obat

    pada

    pasien

    skizofrenik

    masih belum.jelas. Kurang lebih

    30 sampai 50

    persen pasien

    skizofrenia mungkin memenuhi kriteria

    penyalah-

    gunaan atau ketergantungan

    alkohol;

    dua zat

    lain

    yang

    paling

    sering digunakan adalah kanabis

    (kurang

    lebih

    15 sampai 25

    persen)

    dan kokain

    (sekitar

    5 sampai

    10 persen). Pasien

    melapor-

    kan bahwa dirinya

    menggunakan zat tersebut untuk memeroleh

    kenikmatan dan mengurangi

    depresi dan ansietas. Sebagian besar

    studi mengaitkan

    komorbiditas

    gangguan

    terkait zat

    pada pasien

    yang

    mengalami skizofrenia dengan

    prognosis

    buruk.

    Faktor Populasi

    Prevalensi

    skizofrenia senantiasa berkorelasi dengan kepadatan

    populasi

    lokat di

    kota dengan

    populasi

    lebih dari I

    juta

    orang.

    Korelasi

    ini lebih lemah di kota

    yang

    berpenduduk

    100.000

    10.

    Skizofrenia 149

    sampai

    500.000 orang

    dan

    tidak

    terdapat di kota

    dengan

    pendLrduk

    kurang dari 10.000

    orang. Efek kepadatan

    penduduk

    se.jalan

    de-

    ngan

    pengamatan

    bahwa insiden

    skizofrenia

    pada

    anak dcngan

    salah

    satu atau kedua

    orangtua

    skizofrenik

    dua

    kali

    lebih

    tinggi di

    perkotaan

    dibanding

    di masyarakat pedesaan.

    Pengamatan

    ini

    me-

    nyatakan

    bahwa stresor

    sosial di suasana

    perkotaan

    memengaruhi

    timbulnya skizofrenia

    pada orang

    yang berisiko.

    Faktor

    Sosioekonomi

    dan Kultural

    Skizofrenia digambarkan

    terdapat pada

    semua kebudayaan

    dan

    kelompok

    status sosioekonomi.

    Di negara

    maju,

    .iumlah

    pasien

    skizofrenik

    yang

    tidak seimbang

    berada

    pada

    kelompok

    sosio-

    ekonomi lemah,

    suatu

    pengamatan yang

    dijelaskan

    oleh

    dua

    hipo-

    tesis alternatii

    Hipotesis

    aliran menurun

    (downward

    drift)

    me-

    nyatakan

    bahwa orang

    yang

    terkena

    bergeser ke,

    atau

    gagal

    berpindah dari, kelompok

    sbsioekonomi

    lemah akibat penyakit

    ini. Hipotesis penyebab

    soslal

    menyatakan

    bahwa stres

    yang

    di-

    alami anggota kelompok

    sosioekonomi lemah

    berperan

    dalam

    timbulnya skizoiienia.

    Sejumlah

    peneliti

    menya.iikan

    data

    yang

    mengindikasikan

    bahrva, selain

    stres industrialisasi

    sebagai kausa

    skizofrenia,

    stres

    imigrasi

    .iuga

    dapat

    menyebabkan

    kondisi lir-skizofrenia.

    Bebe-

    rapa

    studi

    melaporkan

    prevalensi

    skizolrenia

    yang

    tinggi

    pada

    imigran

    baru, suatu

    temuan

    yang

    melibatkan perubahan

    budaya

    mendadak sebagai

    stresor

    yang

    terlibat dalarn

    kausa

    skizofrenia.

    Hal

    yang

    mungkin

    se.ialan

    dengan kedua hipotesis

    tersebut

    adalah

    pengamatan

    bahwa

    prevalensi

    skizofienia meningkat

    di

    antara

    populasi

    Dunia

    Ketiga

    seiring meningkatnya

    kontak

    dengan ke-

    budayaan

    yang

    telah

    maju teknologinya.

    Para

    pembuat

    teori

    yang

    mendukung

    kausa

    sosial

    untuk

    skizofrenia berpendapat

    bahrva kebudayaan

    dapat

    bersifat lebih

    atau kurang skizofrenogenik,

    bergantung persepsi

    penyakit

    mental

    pada

    kebLrdayaan yang

    bersangkutan,

    silat

    peran

    pasien.

    sistem dukungan

    sosial dan keluarga,

    serta

    kompleksitas

    komu-

    nikasi

    sosial. Skizofrenia

    telah

    dilaporkan

    bersifbt lebih.iinak

    secara

    prognostik

    di

    negara

    berkembang

    yang pasiennya

    meng-

    alami reintegrasi

    ke masyarakat

    dan keluarga

    secara lebih

    sern-

    purna

    dibanding

    mereka

    di masyarakat Barat

    yang

    telah sangat

    maju.

    Ekonomi. Biaya

    finansial penyakit

    ini

    di Amerika

    Serikat di-

    perkirakan

    melampaui

    biaya sernua kanker

    bila

    digabungkan;

    penyakit

    ini

    bermula

    pada

    ar.val kehidupan;

    menyebabkan

    hendaya

    yang

    signi{ikan dan bertahan

    lama; membuat

    tuntutan perawatan

    rumah sakit

    yang

    berat;

    serta membutuhkan perarvatan

    rawat

    jalan,

    rehabilitasi,

    dan layanan dukungan

    terus-menerus;

    kurang

    lebih I

    persen pendapatan

    nasional

    dialokasikan

    untuk

    pengobatan

    penyakit

    mental

    (tidak

    termasuk

    gangguan

    terkait zat).

    Skizofrenia

    mengambil

    sekitar 2,5

    persen

    seluruh biaya

    pelayanan

    kesehatan.

    Jumlah

    biaya

    pengobatan

    dan biaya tidak langsung

    untuk

    n.rasya-

    rakat

    (sebagai

    contoh,

    hilangnya

    produktivitas

    serta mortalitas)

    mencapai hampir

    $50

    miliar per

    tahun. Kurang

    lebih

    75

    persen

    orang dengan skizofrenia

    berat

    tidak malnpu

    bekerja dan

    men

    jadi

    penganggur.

    Rawat

    lnap.

    Berkembangnya

    obat antipsikotik

    1,ang

    ef'cktif

    serla

    perubahan

    sikap

    politik

    dan

    populer

    terhadap

    pengobatan

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    4/22

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    5/22

    di otak terlibat dalam hubungan

    interaksional

    yang kompleks,

    dan fungsi

    yang

    abnormal

    dapat tirnbul akibat

    perubahan pada

    satu neurotransmiter

    yang

    lnanapun.

    SrnoroNtt'1.

    Serotonin

    telah

    menerima banyak

    perhatian

    dalam

    penelitian

    skizolienia sejak dilakukannya

    pengamatan

    yang

    menyatakan

    bahwa obat

    antagonis scrotonin-dopamin

    (SDA)

    (contohnya,

    klozapin,

    risperidon, sertindol)

    memiliki aktivitas

    terkait serotonin

    yang poten.

    Secara spesifik,

    antagonisr-ne

    pada

    reseptor

    5-HT,

    serotonin

    ditekankan

    sebagai sesuatu

    yang penting

    dalam mengurangi

    ge.jala psikotik

    dan meredakan

    timbulnya

    gang-

    guan pergerakan

    terkait

    antagonisme-Dr. Pemeriksaan

    profil

    afi nitas reseptor untuk masing-masing antagonis

    serotonin-dopa-

    min nrenuniukkan tidak adanya

    pola

    atau

    rasio aktivitas

    yang

    seragam selain afinitasnya

    terhadap reseptor 5-H'I', serotonin

    yang

    lebih tinggi dibanding terhadap reseptor

    D,. Klozapin memiliki

    afinitas

    tertinggi untuk

    reseptor

    histamin,

    sementara

    kuetiapin

    paling

    erat berikatan dengan reseptor adrenergik-u,

    dan

    ziprasidon

    merupakan satu-satunya anggota kelompok

    tersebut

    yang

    ber-

    interaksi kuat dengan reseptor 5-HT,. Afinitas

    terhadap reseptor

    5-FIT, dan D, bervariasi dengan kisaran

    lebih dari

    100

    kali lipat

    dalarn kelas

    obat

    ini. Meski demikian, masing-masing

    merupakan

    agen antipsikotik

    yang

    lebih efektif claripada

    ratusan

    senyawa

    terkait

    yang

    hanya

    berbeda

    sedikit alinitasnya. Oleh sebab

    itu,

    tampaknya berbagai sistem

    neurotransmiter berinteraksi dalam

    suatu

    keseimbangan

    tertentu untuk

    mengatur tanda dan

    gejala

    skizofrenia dan, lebih

    laniut,

    bahwa obat

    antipsikotik dapat me-

    modulasi

    sirkuit

    ini

    dengan

    mengacaukan secara samar salah satu

    dari

    beberapa sistem

    neurotransmiter tersebut. Seperti

    yang

    di-

    isyaratkan

    pada penelitian mengenai

    gangguan

    mood, aktivilas

    serotonin dianggap terlibat

    dalarn

    perilaku

    irnpulsif dan bunuh diri

    yang.juga

    dapat tampak

    pada

    pasien

    skizofrenik.

    NonrptNrrntN. Se.jumlah

    peneliti

    melaporkan bahwa

    pem-

    berian obat

    antipsikotik

    .jangka

    panjang

    menurunkan aktivitas

    neuron noradrenergik di lokus seruleus dan bahwa efek

    terapeutik

    beberapa obat antipsikotik

    mur.rgkin melibatkan aktivitasnya

    pada

    reseptor adrenergik-u dan adrenergik-crr. Meski

    hubungan

    antara

    aktivitas

    dopaminergik dan

    noradrenergik rnasih belum

    jelas,

    terdapat

    peningkatanjumlah

    data

    yang

    menyatakan bahrva sistem

    noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam suatu cara

    sehingga abnormalitas

    sistem

    noradrenergik mempredisposisikan

    pasien

    untuk mengalami relaps

    yang

    sering.

    CABA.

    Neurolransnriter

    asam

    amino

    inhibitorik,

    asam

    y-

    aminobutirat

    (GABA)

    iuga

    dianggap terlibat dalam

    patofisiologi

    skizofrenia.

    Data

    yang

    tersedia sejalan dengan

    hipotesis bahwa

    seiurnlah

    pasien

    skizofrenia

    mengalami

    kehilangan neuron

    GABAnergik

    cli hipokampus. Flilangnya

    neuron

    GABAnergik

    inhibitorik secara teoretis dapat

    mengakibatkan hiperaktivitas

    neuron dopanrinergik dan

    noradrenergik.

    ClurRmnr.

    I{ipotesis

    yang

    dia.iukan

    tentang

    gllrtamat

    mon-

    cakup hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan

    neurotoksisitas terinduksi

    glutamat.

    Glutamat dilibatkan

    karena ingesti akut fensiklidin,

    suatu

    antagonis

    glutamat,

    menirnbulkan sindrom

    yang

    menyerupai

    skizofrenia.

    10.

    Skizofrenia 151

    Nrunopeprtnn.

    Duaneuropeptida. kolesistokinin

    dan

    neuro-

    tensin,

    ditemukan di sejumlah regio otak

    yang

    terlibat dalam

    skizofrenia.

    Konsentrasinya mengalami perubahan pada

    keadaan

    psikotik.

    Neuropatologi.

    Pada abad ke-19, ahli neLrropatologi

    tidak

    mampu menemukan dasar neuropatologi

    skizofienia sehingga

    me

    reka mengklasifikasikan

    skizo lrcnia sebagai

    gangguan

    f'ungsi-

    onal.

    Namun.

    pada

    akhir

    abad ke-20,

    para peneliti

    membuat

    suatu

    langkah

    signifikan dalam

    mengungkap

    dasar neuropato-

    logi

    potensial

    skizofrenia, terutama di sistern limbik

    dan

    ganglia

    basalis,

    terrnasuk

    abnonnal

    itas neuropatologi

    atau ncurokimiawi

    di

    korteks

    serebri, talamus,

    dan

    batang

    otak.

    Berkurangnya

    volume otak

    yang

    dilaporkan secara iuas ierdapat

    pada

    otak

    skizofrcnik tampaknya rrerupakan akibat

    berkurangnya ke-

    paclatan

    akson. dendrit, dan

    sinaps

    yang

    urenrertntarai"lungsi

    asosiatil'otak. Densitas

    sinaptik

    pa)ing

    tinggi

    prda

    usia

    I

    tahun,

    kcmudian

    menurun

    hingga niencapai nilai

    der.vasa

    pada

    arval

    masa rema.ja. Satu

    teori,

    yang

    sebagian didasarkan

    pada peng-

    amatan bahrva

    pasien

    sering menunjukkan

    gejala

    skizol'renik

    selama masa remaja, menyatakan

    bahr.va skizolienia

    timbul

    akibat

    pemangkasan

    sinaps

    yang

    berlebihan selama fase

    per-

    kembangan

    ini.

    Stsrrm LtMstr. Berkat perannya

    dalan

    pengendalian

    emosi,

    sistem

    Iimbik

    dihipotesiskan terlibat dalam dasar neuropatologi

    skizofrenia.

    Bahkan, area

    otak

    ini

    terbukti

    menjadi

    subyek

    str:di

    neuropatologi

    paling

    subur untuk skizotienia. Banyak

    studi

    sampel

    otak

    skizofienik

    posmoftem yang

    terkontrol

    baik menun-

    jukkan

    adanya pengurangan

    ukuran regio

    yang

    meliputi

    amig-

    dala, hipokampus,

    dar-r

    girus parahipokanpus.

    Tenuan neuro-

    patologi

    ini

    se.jalan dengan

    pengiimatzin yang

    diambil

    dari studi

    pencitraarr

    resonansi rnagnetik

    (MRI)

    pasien

    skizofienia. Di-

    laporkan

    pula

    adanya disorgnnisasi neuron

    di dalam hipokanrpus

    pasien

    skizofienik.

    GnNcrln

    Basa,rts.

    Ganglia basalis telah rnenjadi pusat per-

    hatian teoretis skizofrenia

    setidaknya untuk dua alasan.

    Pertama,

    banyak

    pasien

    skizolrenia menunjukkan

    gerakan

    aneh,

    bahkan

    saat

    tidak

    ada

    gangguan

    pergerakan

    terinduksi

    obat

    (contohnya,

    diskinesia tarda).

    Gerakan anch tersebut dapat mencakup

    cara

    ber.jalan

    yang ganjil,

    seringai rvajah,

    dan stereotipi. Karena

    ganglia

    basalis

    terlibat

    dalam

    pengendalian

    gerakan, penyakit

    pada

    ganglia

    basalis disangkutpautkan

    dalam

    patofisiologi

    skizo-

    fienia.

    Kedua.

    dari semua

    gangguan

    neurologis

    yang

    mungkin

    memiliki

    psikosis

    sebagai

    ge.iala

    terkait,

    gangguan

    pergerakan

    yang

    melibatkan ganglia

    basalis

    (sebagai

    contoh, penyakit

    Huntington) adalah salah

    satu

    yang

    paling

    sering dikaitkan

    de-

    ngan

    psikosis pada

    pasien yang

    terkena. Lebih lanjut, ganglia

    basalis bcrhubungan

    secara timbal balik dengan lobus liontalis,

    dan abnormalitas fungsi lobus frontal yang

    terlihat

    pada

    sejumlah

    studi

    pencitraan

    otak rnungkin disebabkan

    penyakit

    di

    ganglia

    basalis

    daripada

    di lobus frontal sendiri.

    Studi

    neuropatologi

    tentang

    ganglia

    basalis menghasilkan

    laporan

    yang

    beragam dan inkonklusif rnengenai hilangnya

    sel

    atau reduksi volume

    globus palidus

    dan substansia nigra.

    Sebalik-

    nya, banyak studi

    yang

    menunlukkan

    adanya

    peningkatan

    jumlah

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    6/22

    152

    10. Skizofrenia

    reseptor D,

    di nukleus kaudatus,

    putamen,

    dan nukleus akumbens.

    Namun,

    pertanyaan yang

    tetap belum terjawab adalah apakah

    peningkatan

    tersebut terjadi sekunder setelah

    pasien

    menerima

    pengobatan

    antipsikotik. Se.jumlah

    peneliti

    telah mulai

    mem-

    pelajari

    sistem

    serotonergik

    di

    ganglia

    basalis; suatu

    peran

    sero-

    tonin dalam

    gangguan psikotik

    diusulkan berdasarkan kegunaan

    klinis

    obat

    antipsikotik

    dengan aktivitas serotonergik

    (contohnya,

    klozapin, risperidon).

    Pencitraan

    Neuro.

    Teknik

    pencitraan

    otak kini

    rncmung-

    kinkan

    peneliti

    membuat

    pengukuran

    neurokimiarvi atau fungsi

    otak

    spesifik

    pada pasien

    hidup.

    Mcski

    demikian, kalkulasi

    data

    yang

    diperoleh dari mesin

    pencitraan

    otak dihitung berdasarkan

    banyak asumsi,

    dan

    perbedaan

    model matematis antara dua

    kelompok

    penelitian

    berpotensi meniurus ke kesimpulan

    yang

    berbeda

    tentang

    data

    yang

    sama.

    TouocnnrtTrnxortpurrntsnst.

    Studi

    yang

    menggunakan

    tomografi terkomputerisasi

    (CT)

    secara konsisten menunjukkan

    bahwa

    otak

    pasien

    skizofrenia mengalami

    pembesaran

    ventrikel

    ketiga

    dan lateral serta reduksi volume korteks

    dalam

    dera.jat

    ter-

    tentu. Temuan ini

    dapat diinterpretasikan sejalan dengan

    penu-

    runan

    jumlah jaringan

    otak

    yang

    biasa

    pada pasien yang

    terkena;

    masih belum

    diketahui apakah

    penurunan

    ini disebabkan oleh

    perlumbuhan yang

    abnormal atau oleh degenerasi.

    Studi

    CT

    lain

    melaporkan asinretri serebri abnormal, ber-

    kurangnya volume

    serebelum, dan

    perubahan

    densitas otak

    pasien

    skizofrenia.

    Banyak

    studi CT menghubungkan abnormalitas

    CT

    scan dengan

    adanya

    gejala

    negatif atau defisit, hendaya neuro-

    psikiatri, peningkatan

    tanda neurologis,

    kekerapan

    gejala

    ekstra-

    piramidal

    akibat obat antipsikotik,

    sefta

    penyesuaian pramorbid

    yang

    buruk.

    PrNctrnnnN

    RrsorunNst Mncrurrtr.

    Salah satu studi

    MRI

    terpenting memeriksa kembar monozigotik

    yang

    hanya

    salah

    satunya menderita

    skizofrenia. Studi

    tersebut menemukan

    bahwa

    hampir

    semua

    kembar

    yang

    terkena

    merniliki ventrikel

    serebri

    yang

    lebih

    besar

    dibanding

    kembar

    yang

    tidak

    terkena,

    meski

    ventrikel serebri

    sebagian besar

    kembar

    yang

    terkena masih

    ter-

    masuk dalam kisaran normal.

    Sejumlah laporan menunjukkan bahwa volume kompleks

    hipokampus-amigdala dan

    girus paraliipokampus

    berkurang

    pada

    pasien

    skizofrenia. Salah satu studi terkini menemukan

    penurunan

    area otak di hemisfer kiri dan tidak di kanan, meski studi lain

    menemdkan

    adanya

    pengurangan

    volume

    bilateral.

    Beberapa

    studi

    menghubungkan berkurangnya

    volume

    sistem

    limbik

    de-

    ngan

    derajat

    psikopatologi

    atau ukuran

    keparahan penyakit lain.

    Juga terdapat laporan

    perbedaan

    waktu relaksasi T I dan

    '12

    pada

    pasien

    skizofrenik, terutana

    yang

    diukur

    di regio fiontal

    dan

    tcmporal.

    MRI FuNcsroNnr.

    Seiumlah studi

    yang

    melibatkan

    pasien

    skizofrenia menunjukkan adanya

    perbedaan

    aktivasi

    korleks

    sensorimotorik dibanding normal seda

    penurunan

    aliran darah

    ke

    lobus oksipital.

    Sprxrnosxopt RrsoNnNst

    MacNrrtx.

    Salu studi

    yang

    menggunakan

    spektroskopi resonansi

    magnetik

    (MRS)

    mene-

    mukan hipoaktivitas pada

    korteks

    pretiontal

    dorsolateral.

    Data

    mengenai hipoaktivitas

    regio

    otak ini mendukung

    temuan

    studi

    penoitraan

    otak lainnya-sebagai

    contoh,

    tomografi

    emisi

    posit-

    ron

    (PET).

    Temuan

    lain adalah

    terdapat

    penurunan

    konsentrasi

    N-asetil aspaftat

    di hipokampus

    dan lobus fiontal pada pasien

    skizofrenia

    serta di lobus

    temporal

    pada

    orang dengan

    episode

    ::*::i,

    pertama.

    N-asetil

    aspartat merupakan

    suatu

    peranda

    Tortocnnrt E,rarst

    Poslrnoru.

    Satu

    studi

    PET

    menemukan

    bahwa suatu sampel pasicn

    skizofienia

    memiliki

    penurunan

    aktivitas metabolik

    di bagian anterior kiri

    talamus

    sebagaimana

    terukur oleh PET

    [18F]luorodeoksiglukosa

    dan

    juga

    mcngalami

    pengurangan

    volume

    pada

    area

    yang

    sama sebagaimana

    lerukur

    oleh

    pemindaian

    MRL

    Berubahnya arsitektur

    dan

    aktivitas tala-

    mus mungkin

    berperan dalam skizofienia.

    Tipe

    kedua

    studi PET menggunakan ligan

    radioaktif

    untuk

    memperkirakan

    kuantitas reseptor

    D2

    yang

    ada. Dua

    studi

    yang

    paling

    sering didiskusikan

    saling

    berselisih mengenai

    hal ini.

    Satu

    kelompok melaporkan

    adanya

    peningkatan.jurnlah

    reseptor

    D,

    di

    ganglia

    basalis

    sementara kelompok

    lain melaporkan

    tidak

    ada

    perubahanjumlah

    reseptor

    D, di

    ganglia

    basalis. Kontroversi

    ini belum terselesaikan.

    Elektrofisiologi

    Terapan.

    Srudi elektroensefalografik

    mengindikasikan

    bahrva

    banyak

    pasien

    skizofienia memiliki

    rekaman

    abnormal,

    peningkatan

    sensitivitas

    terhadap

    prosedur

    aktivasi

    (contohnya,

    kekerapan

    aktivitas lonjakan

    (spite)

    setelah

    kurang tidur),

    penurunan

    aktivitas

    alfa,

    peningkatan

    aktivitas

    delta dan teta,

    aktivitas epileptifbrm

    yar.rg

    nrungkin lebih

    banyak

    daripada biasanya,

    dar.r

    abnormalitas

    sisi

    kiri

    yang

    mungkin lebih

    banyak daripada yang

    lazim.

    Juga terdapat ketidakmampuan

    pasien

    skizolienia

    menyaring

    suara

    yang

    tidak

    relevan

    dan

    mcn-

    jacli

    sangat sensitil'terhadap

    bunyi

    latar. Kebanjiran

    suara

    yang

    tinrbul mcmbuat

    sulit berkonsentrasi

    dan rnungkin

    rnenjadi

    salah

    satu faktor timbulnya

    halusinasi

    auditorik.

    Sensitivitas terhadap

    suara ini

    dapat dikaitkan

    dengan suatu defek

    genetik.

    Eplrrpst Plnstar

    Ko,r.tprrrs.

    Psikosislir-skizofreniadilapor-

    kan terjadi lebih

    sering dibanding

    yang

    diperkirakan pada pasien

    dengan kejang parsial

    kompleks,

    khususnya

    kejang

    yang

    me-

    libatkan lobus

    temporal. Faktor yang

    dikaitkan

    dengan timbulnya

    psikosis

    pada

    pasien

    tersebut

    mencakup lokus

    kejang di

    sisi

    kiri,

    lokasi lesi

    di temporal medial.

    dan kejang dengan

    ar.vitan dini.

    Gejala

    peringkat pertama

    yang

    digambarkan

    Schneider

    mungkin

    serupa dengtrn gejala pasicn

    epilepsi

    parsial

    kompleks

    dan dapat

    mencerminkan

    adanya

    gangguan

    lobus

    tcn'rporal

    bila tampak

    pada pasien

    skizolrenia.

    PortNstnr

    BnNcxtrnN.

    Telah

    dijelaskan aclanya

    sejumlah

    besar abnormalitas

    potensial

    bangkilan

    pasien

    skizofrenia.

    P300

    adalah

    yang

    paling

    sering diteliti dan didefinisikan

    sebagai

    gelom-

    bang

    potensial

    bangkitan

    yang positif

    dan besar

    yang

    tcriadi

    kurang lebih

    300 ms setelah

    suatu stimulus sensorik

    terdeteksi.

    Pada

    pasien

    skizofienia, P300

    secara statistik

    dilaporkan lebih

    kecil dan terjadi lebih larnbat

    dibanding

    pada

    kelornpok

    pem-

    banding.

    Abnormalitas

    gelon.rbang

    P300

    juga

    dilaporkan lebih

    sering ter.jadi

    pada

    anak-anak

    1,ang,

    karena

    memiliki

    orangtua

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    7/22

    yang

    juga

    terkena,

    mempunyai

    risiko

    skizofrenia

    yang lebih

    tinggi. Data

    potensial

    bangkitan selama

    ini

    diinterpretasikan

    se-

    bagai indikasi bahwa meski

    pasien

    skizofrenia

    sangat sensitifter-

    hadap stimulus

    sensorik

    (potensial

    bangkitan arval

    yang

    lebih

    besar),

    mereka mengompensasi

    peningkatan

    sensitivitas itu de-

    ngan menumpulkan

    pemrosesan

    informasi

    pada

    tingkat

    korteks

    yang lebih

    tinggi,

    seperti

    yang

    ditunjukkan

    oleh potensial

    bang-

    kitan akhir

    yang

    lebih kecil.

    Disfungsi Pergerakan

    Mata.

    Ketidakmampuan

    mengikuti

    suatu

    target visual

    bergerak

    secara akurat

    merupakan

    dasar

    definisi

    gangguan pencarian

    visual halus dan disinhibisi

    pergerak-

    an sakadik

    mata

    yang

    terlihat

    pada pasien

    skizofrenia. Disfungsi

    pergerakan

    mata

    dapat

    menjadi

    petanda

    khas skizofrenia; dis-

    fungsi ini

    independen terhadap

    terapi

    obat

    dan keadaan klinis

    sertajuga terlihat

    pada

    kerabat derajat-pertama

    pada

    subjek skizo-

    frenik. Berbagai

    studi

    melaporkan

    pergerakan

    mata abnormal

    pada

    50 sampai 85

    persen

    pasien

    skizofrenia,

    dibandingkan se-

    kitar 25

    persen pada

    pasien

    psikiatri

    nonskizofrenik dan kurang

    dari

    l0

    persen

    pada subyek

    kontrol yang

    mengidap

    sakit

    non-

    psikiatri.

    Karena

    pergerakan

    mata sebagian dikendalikan

    pusat-

    pusat

    di lobus frontal,

    gangguan pergerakan mata

    sejalan

    dengan

    teori

    yang

    menyebutkan adanya

    proses

    patologi

    lobus

    frontal

    pada

    skizofrenia.

    Psikoneuroimunologi.

    Se-iumlah abnormalitas

    imunologis

    telah dikaitkan

    dengan

    pasien yang

    mengalami skizofrenia.

    Abnormalitas

    tersebut

    meliputi

    penurunan produksi

    interleukin-2

    sel

    l',

    berkurangnya

    jumlah

    dan

    responsivitas lirntbsit

    perifer,

    reaktivitas

    selular dan

    humoral

    yang

    abnormal terhadap neuron,

    serta adanya antibodi

    yang

    memiliki target otak

    (antiotak).

    Data

    ini dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara sebagai

    cermin

    efek

    virus

    neurotoksik atau

    gangguan

    autoimun

    enclogen.

    Se-

    bagian besar

    penyelidikan

    yang

    mencari bukti adanya

    infeksi

    virus neurotoksik

    yang

    dilakukan dengan sangat

    teliti menunjuk-

    kan hasil negatif, meski data epidemiologi

    menunjukkan adanya

    insidens tinggi skizofrenia setelah

    pajanan pranatal

    terhadap

    influenza

    selama beberapa

    kali

    epidemi

    penyakit

    tersebut. Data

    lain

    yang

    mendukung hipotesis viral adalah

    meningkatnya

    jumlah

    anomali

    lisik

    saat lahir, meningkatnya

    angka

    penyulit

    kehamilan

    dan

    pelahiran,

    kelahiran

    musiman

    yang

    se.jalan

    dengan infeksi

    virus,

    pengelompokan geografis

    pada

    kasus

    dewasa, dan rawat

    inap musiman. Meski demikian, ketidakmampuan

    mendeteksi

    bukti

    genetik

    adanya infeksi

    v

    irus mengurangi

    makna

    semua

    data

    sirkumstansial. Kemungkinan adanya antibodi

    autoimun

    otak

    memiliki

    sejumlah data

    yang

    mendukung; namun,

    proses pato-

    lisiologinya, bila ada, mungkin hanya

    menielaskan suatu sub-

    kelompok

    populasi

    dengan skizofrenia.

    Psikoneuroendokrinologi.

    Banyak

    laporan

    yang

    men-

    .jabarkan

    adanya

    perbedaan neuroendokrin antara kelompok

    pasien

    skizofrenia dengan

    kelompok

    subjek

    kontrol. Sebagai

    contoh. uji supresi deksametason dilaporkan

    abnormal

    pada

    ber-

    bagai subkelompok

    pasien

    skizofrenia,

    meski nilai

    prediktifatau

    praktis

    uji tersebut terhadap

    skizofienia

    telah diperlanyakan.

    Namun, satu laporan

    yang

    dilakukan

    dengan seksama meng-

    hubungkan nonsupresi

    persisten

    dalam uji supresi deksametason

    pada

    skizofrenia dengan

    hasil

    akhirjangka

    panjang

    yang

    buruk.

    10.

    Skizofrenia

    153

    Sejumlah

    data

    menyiratkan

    adanya

    penurLlnan

    konsentrasi

    hormon FSH-LFI,

    mungkin

    berhubungan dengan usia

    saat awitan

    dan lamanya sakit.

    Dua abnormalitas tambahan yang

    dilaporkan

    mungkin berhubungan

    dengan timbulnya

    ge.iala

    negatif:

    me-

    numpulnya

    pelepasan

    prolaktin

    dan horrnon

    perlumbuhan (GH)

    pada

    stimulasi hormon

    pelepas

    gonadotropin (GnRH)

    atau

    hormon

    pelepas

    tirotropin (TRH)

    serta

    menumpulnya

    pelepasan

    hormon

    pertumbuhan (GH)

    pada

    stimulasi apomorfin.

    Faktor Genetik

    Serangkaian studi

    genetik

    secara

    meyakinkarr

    tnengusulkan

    ada-

    nya

    komponen

    genetik

    dalarn

    pewarisan

    sifat skizofrcnia. Pada

    tahun

    1930-an,

    studi klasik mengenai

    genctika

    skizolienia menr.rn-

    .iukkan

    bahwa seseorang memiliki

    kecenderungan rnenderita

    skizofrenia

    bila terdapat

    anggota keluarga

    yang

    mengidap gang-

    guan

    tersebut

    dan

    kecenderungan

    seseorang mengalanti

    skizo-

    tienia berkaitan dengan kedekatan hubungannya

    (sebagai

    contoh,

    kerabat dera.iat pertama

    atau kedr.ra; Tabel

    10-l). Kembar mono-

    zigotik memiliki

    angka ke.jadian

    bersama

    yang

    paling

    tinggi.

    Pada studi terhadap

    kernbar monozigotik yang

    diadopsi, kembar

    yang

    dibesarkan

    orangtua asuh tampak

    mengalami skizofrenia

    dalam

    jumlah

    yang

    sama derrgan

    kembarannya

    yang

    dibesarkan

    orangtua biologisnya. Temuan

    ini

    mengemukakan

    bahwa

    penga-

    ruh

    genetik

    lebih

    besar daripada

    pengaruh

    lingkungan,

    suatu

    temuan

    yang

    dikuatkan dengan

    penganratan

    bahwa

    semakin

    parah

    skizofrenianya. semakin besar kemungkinan kembartinnya

    meng-

    alami

    gangguan

    yang

    samir. Satu stucli

    menyokong model

    cliatesis-

    stres dan menunjukkan

    balrwa ke mbar monozigotik

    yang

    diadopsi

    dan

    kemr:dian

    mengalami

    skizofienia ternyata sangat mungkin

    merupakan

    anak

    yang

    diadopsi kelLrarga

    yang

    memiliki

    gangguan

    psikologis.

    Telah banyak

    dilaporkan adanva ltubunsan antara

    lokasi kro-

    mosom dan

    skizofrenia se.jak

    penerapan

    teknik biologi molekuler

    dilakukan secara luas.

    l,ebih dari

    separuh dari seluruh kromosom

    dikaitkan dengan skizoltenia

    pada

    bcrbagai laporan, namun

    lengan

    pani

    ang kromosom

    5, I I

    .

    dan

    1

    8,

    lengan pendek

    krorrosom

    19, serta kromosorr X

    paling

    sering disebut. Lokus pada

    kro-

    mosom 6, 8, dan 22

    juga

    dianggap terlibat. Literatur

    tersebut

    paling

    baik dirangkum

    sebagai indikasi adanya

    potensi

    dasar

    genetik yang

    heterogen untuk

    skizofienia.

    Faktor

    Psikososial

    Jika skizofrenia

    merupakan

    penyakit otak,

    rnaka

    penyakit ini

    mungkin se.jalan

    dengan

    penyakit

    organ lain

    (contohnya,

    infark

    miokardium dan

    diabetes)

    yang perjalanan

    penyakitnya

    di-

    pengaruhi

    stres

    psikososial.

    Seperti halnya

    penyakit

    kronik lain

    (misalnya. penyakit

    paru

    kongestif kronik).

    terapi obat

    sendiri

    .jarang

    memadai

    untuk memperoleh

    perbaikan

    klinis

    maksimal.

    Oleh

    sebab

    itu,

    klinisi sebaiknya

    rnempertimbangkan

    faktor

    psikososial

    yang

    memengaruhi

    skizofrenia. Meskipun,

    secara

    historis,

    para

    pembuat

    teori menyatakan

    laktor

    psikososial

    ber-

    peran

    dal'am terjadinya

    skizotienia, klinisi rnasa

    sekarang dapat

    memanf'aatkan

    penggunaan

    teori dan

    pedoman

    vang

    relevan

    yang

    dibuat

    berdasarkan

    pengamatan

    dan hipotesis

    di masa

    lampau ini.

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    8/22

    154

    10.

    Skizofrenia

    Teori

    Psikoanalitik.

    Sigmund Freud rnendalilkan

    bahrva

    skizofrenia

    mqrupakan akibat fiksasi

    perlurnbuhan

    berat

    yang

    ter.jadi

    pada

    masa

    awal kehidupan. Ia mempostulasikan

    bahwa

    terdapat suatu

    defek ego

    yang

    berperan dalam

    timbulnya

    ge.iala

    skizofrenia. Defek

    ego tersebut ter.jadi saat ego belurn.

    atau baru

    mulai terbentuk.

    Konflik intrapsikis

    yang

    tirnbul akibat fiksasi

    dini

    ego dan defek

    ego-yang mungkin ter.jadi akibat relasi awal

    objek

    yang

    buruk-menyebabkan

    gejala psikotik.

    Pusat

    tcori

    Freud

    tentang skizofrenia adalah dekatesis

    obyek dan

    regrcsi

    sebagai

    rospous terhadap frustasi

    dan konflik dengan orang lain. Namun,

    banyak ide

    Freud

    tentang

    skizofrenia

    diu'arnai oleh kurangnya

    keterlibatan

    intensif antara dirinya dengan

    pasien

    skizofrenik.

    Dalam tinjauan

    pikoanalitik

    klasik rnengenai

    skizofrenia, def'ek ego

    memengaruhi interpretasi

    terhadap realitas dan

    pengendalian

    hasrat

    dari

    dalam

    diri,

    rnisalnya

    seks dan agresi.

    Gangguan

    terjadi

    sebagai konse-

    kuensi distorsi

    pada

    hubungan timbal

    balik

    antara

    bayi

    dan

    ibunya.

    Seperti

    yang

    dijelaskan

    Margaret

    Mahler,

    anak

    tidak mampu mentisahkan

    diri

    dari dan berkembang

    melampaui kedekatan dan ketergantungan

    mutlak

    yang

    mencirikan

    hubungan ibu-anak

    pada

    l'ase

    oral

    perkembangan.

    Orang

    dengan

    skizofrenia tidak

    pernah mcncapai konstanitas

    objek, yang di-

    tandai rasa identitas yang kokoh

    serta tilnbul akibat kelekatan

    erat

    kepada

    ibu

    semasa bayi. Paul Federn rnenyimpulkan

    bahwa

    gangguan

    mendasar

    pada

    skizofrenia

    adalah ketidakmampuan awal

    pasien

    mencapai

    dif-eren-

    siasi dari orang lain.

    Sejumlah

    psikoanalis

    berhipotesis bahwa delek

    flngsi

    ego memungkinkan hostilitas

    dan agresi

    yang

    intens merusak

    hubungan

    ibu-anak dan mengaralr

    ke organisasi kepribadian

    yang

    rentan

    terhadap

    stres. Awitan

    gejala

    masa remaja

    terjadi ketika rentaja ntemer-

    lukan

    ego

    yang

    kuat

    untuk berfungsi secara independen,

    berpisah

    dari

    orang tua, rnengidentifikasi tugas,

    mengendalikan hasrat

    dari

    dalam

    din,

    serta mengatasi

    stimulasi eksternal

    yang

    intens.

    Harry

    Stack Sullivan memandang skizofrenia

    sebagai suatu

    gangguan

    dalam kaitan

    interpersonal. Ansietas hebat

    pasien

    menciptakan rasa tidak

    terkait

    yang

    ditransfbrmasr menjadi distorsi

    yang

    disebut distorsi

    pora-

    taksik

    yang

    benilat kejar

    (persekutorik).

    Bagi

    Sullivan, skizotienia me-

    rupakan metode

    adaptifuntuk merrghindari

    panik,

    teror, dan disintegrasi

    kesadaran

    diri. Sunrber ansietas

    patologik

    bersifat eksternal

    bagi bayi,

    yang

    merupakan

    hasil

    pengalanian

    traunla kumulatif

    selarrra masa

    per-

    kerlbangan.

    Teori psikoanalitik

    .juga

    mendalilkan

    balnva berbagai

    ge.jala

    skizo-

    fienia

    rnemiliki

    makna simbolik bagi

    pasien

    secara individual.

    Sebagai

    contoh, 1'antasi

    mengenai dunia

    yang

    akan kiamat mungkrn mengindikasr-

    kan suatu

    persepsi

    bahwa dunia internal seseorang

    telah

    runtulr.

    Rasa ke-

    besaran mungkin

    rnencerminkan narsisme

    yang

    tereaktivasi,

    yaitu

    ketika

    orang

    percaya

    bahwa diri mereka

    omnipoten.

    Halusinasi mungkin

    me-

    rupakan

    substitusi terhadap kelidakmampuan

    pasien

    mengatasi

    realitas

    objektif dan mungkin melambangkan ketakutan

    atau harapan

    di

    dalam

    diri mereka.

    Waham. seperti halnya halusinasr, rnerupakan

    upaya

    regresil

    dan restitLrtif

    untuk menciptakan realitas baru atau mengekspresikan

    impuls

    atau

    ketakutan yang tersembunyi.

    Tanpa

    memandang niodel teoretisnya,

    semua

    pendekatan

    psikodinamik

    ditemukan atas dasar

    pemikiran

    bahrva

    ge.iala psiko-

    tik

    memiliki

    makna

    pada

    skizofrenia. Pasien, sebagai

    contoh,

    mungkin

    mengalami waham kebesaran

    setelah

    harga

    dirinya ter-

    luka.

    Senada

    dengan hal itu, semua teori mengakui

    bahwa

    keter-

    kaitan

    antar manusia

    mungkin meniadi sesuatu

    yang

    menakutkan

    pada

    orang

    dengan skizolienia. Meski

    penelitian

    rnengenai

    efekti-

    vitas psikoterapi

    pada

    skizofrenia menuniukkan hasil

    yang

    simpang

    siur, orang yang prihatin

    dan

    menawarkan

    belas

    kasihan

    serta

    perlindungan

    dalam dunia

    yang

    memusingkan ini harus rnenjadi

    batu acuan

    pada

    semua renoana terapi menyeluruh. Studi tindak-

    laniut.jangka

    panjang

    menuniukkan

    bahrva

    pasien yang

    mengubur

    episode

    psikotiknya

    mungkin

    tidak akan mendapat

    manfaat

    psiko-

    terapi eksploratif,

    namun mereka

    yang

    mampu mengintegrasikan

    pengalaman

    psikotiknya

    ke dalam kehidupan

    mereka mungkin

    memperoleh

    keuntungan

    dari beberapa

    pendekatan

    berorientasi-

    tilikan.

    Teori

    Pembelajaran.

    Menurut

    para

    ahli teori pembelajar-

    an, anak

    yang

    di

    kemudian hari

    menderita

    skizofrenia mem-

    pelajari

    reaksi dan

    cara berpikir

    vang

    irasional

    dengan

    cara me-

    niru orang tua

    yang

    rnemiliki

    masalah emosional yang

    signifikan.

    Dalam

    teori

    pembelajaran,

    hubungan

    interpersonal yang

    buruk

    pada

    orang

    dengan

    skizofrenia muncul akibat

    model

    pembelajar-

    an

    yang

    buruk selama rnasa kanak-kanak.

    Dinamika

    Keluarga.

    Tidak

    acia

    bukti

    dengan

    kontrol

    yang

    baik

    yang

    mengindikasikan

    birhwa terdapat

    suatu

    pola

    keluarga

    khusus

    yang

    memainkan peran

    kausatif

    dalam timbulnya

    skizo-

    frcnia. Klinisi

    seyogianya rnemahami poin penting

    ini:

    Banyak

    orarlgtua

    yang

    memiliki

    anak

    skizofrenik

    menumpahkan ke-

    marahannya

    terhadap komunitas

    psikiatri

    karena

    sebelumnya

    menghubungkan

    keluarga disfungsional

    dengan

    timbulnya skizo-

    fienia.

    Organisa^si

    advokasi seperli

    National Alliance

    for the

    Mentally

    lll

    (NAMI)

    telah

    banyak mengedukasi

    orangtua

    bahwa

    mereka sebaiknya

    tidak menyalahkan

    diri sendiri

    bila skizofrenia

    terjadi

    pada

    salah seorang

    anaknya. Beberapa

    pasien

    skizofrenia

    memang berasal

    dari keluarga

    yang

    disf'ungsional,

    seperti halnya

    banyak orang

    dengan

    penyakit

    nonpsikiatri.

    Namun,

    secara klinis

    juga

    relevan

    untuk tidak berlebihan

    menganalisis

    perilaku

    pato-

    logi keluarga yang

    dapat meningkatkan

    stres emosional

    secara

    signifikan

    yang

    harus dihadapi

    pasien

    skizofrenia

    yang

    rapuh.

    lrnrnN

    CnNol.

    Konsep ikatan

    eanda dirumuskan Gregory

    Bateson dan Donald

    Jackson untuk

    menggarnbarkan

    sebuah

    keluarga hipotetis yang

    anaknya

    menerima

    pesan yang

    saling

    berlentangan dari kedua

    orangtua mengenai perilaku,

    sikap, dan

    perasaannya.

    Pacla hipotesis Bateson,

    anak munclur

    ke

    keadaan

    psikotik

    untuk melarikan

    diri dari kebingungan

    vang

    tak ter-

    pecahkan

    mengenai

    ikatan

    ganda

    tersebut.

    Sayangnya, studi

    keluarga

    yang

    dilakukan untuk

    merrsahkan teori

    tersebut

    sangat

    cacat

    secara metodologis.

    Teori

    tersebut hanya

    bermakna

    sebagai

    pola

    deskriptif,

    bukan sebagai

    penjelasan

    etiologis

    terhadap

    skizofrenia.

    Sxtsttlr

    DAN

    KILUARGA

    yANC

    Mrruyr,uplNc.

    Theodore

    Lidz

    mcndeskripsikan

    dua

    pola perilaku

    ke

    luarga yang abnormal.

    Pada satu

    tipe keluarga, dengan

    skisme

    yang prominen

    antara

    kedua

    orangtua, salah

    satLl

    orangtua

    sangat

    dekat dengan

    anak

    deirgan

    .ienis

    kelamin

    berbeda. Pada

    tipe keluarga lain,

    terdapat

    suatu hubungan

    yang

    menyirnpang

    antara anak dengan

    salah

    satr"r

    orangtua

    yang

    rnelibatkan

    perebutan

    kekuasaan

    antarorangtua

    yang

    mengakibatkan

    dominansi

    salah satu orangtua.

    Krrunncn

    PrNcrnrrnru

    Sr,vru unN Prn,rausuHnru

    Sr,rau.

    Seperti

    yang

    diielaskan Lyman

    Wynne. beberapa

    keluarga rne-

    nekan ckspresi emosional

    dengan cara terus-menerus

    mengguna-

    kan

    komunikasi

    verbal

    berupa saling

    pengerlian

    semu

    atau

    per-

    musuhan

    semu. Pada keluarga

    semacam itu,

    terbentuk

    suatu

    komunikasi verbal yang

    unik. ketika

    anak meninggalkan

    rumah

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    9/22

    dan harus membina hubungan clengan orang

    lain,

    dapat timbul

    masalah. Komunikasi

    verbal

    anak mun-ekin tidak dapat dipahami

    orang luar.

    Emost vnnc DlrxspnrstxnN.

    Orang

    tua alau

    pcngasuh lain

    mungkin

    berperilakLr dengan

    kritik.

    permusuhan,

    clan terlalu ter'

    libat terhadap orang

    dengan

    skizolrenia. Banl,ak studi

    1'ang

    rncrrg-

    indikasikan bahrva

    pada

    keluarga dcngan tingkat

    enrosi

    lang

    diekspresikan

    (seringkali

    disingkat dengan EF.. Etpressetl

    Emotion)

    yang

    tinggi,

    angka relaps skizofienianya linggi. Peng-

    kajian enrosi

    yang

    diekspresikan nrencakup analisis

    hal,vang

    di-

    katakan maupun

    sikap saat

    mengatakannya.

    Teori

    Sosial.

    Se.jurnlah

    teori menl'atal

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    10/22

    156 10. Skizofrenia

    Tabel 10-3

    Kriteria Diagnostik

    DSM-lV-TR Subtipe

    Skizofrenia

    Tabel 10-4

    Ciri

    untuk Mempertimbangkan Prognosis

    Ilaik

    hingga Buruk

    pada Skizofrenia

    Tipe Paranoid

    Tipe

    ski2ofrenia

    yang

    memenuhi

    kriteria

    ber kut.

    :

    A.

    Preoklrpasi

    lerhadap

    satu.atau

    lebih waham

    atau

    halusinasi

    auditorik

    yang

    sering

    B, Tidak

    ada

    hal

    berikut

    ini yang prominen: bicaia

    kacau,

    ffiu

    t

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    11/22

    10. Skizofrenia

    157

    ngannya, iayakin bahwa

    gadis

    tersobut

    telah ditukar dengan

    seseorang

    yang

    mirip dengannya. la menelepon

    polisi

    dan me-

    minta bantuan mereka unluk memecahkan

    masalah

    "pen-

    culikan" lersebut. Kinerja akademiknya

    di kampus menurun

    secara

    dramatis

    dan

    ia diminta mengundurkan diri scrta

    men-

    cari

    bantuan

    psikialrik.

    Pasien

    kemudian

    memperoleh

    pekerjaan

    sebagai

    pena-

    sehat investasi di sebuah bank,

    yang

    dipertahankannya selama

    7 bulan. Meski

    dem

    ikian. ia semak in sering mendapat

    "sinyal"

    yang

    mengganggu

    dari

    rckan kcrjanya. dan

    ia menjadi

    sc-

    makin curiga

    serra

    menarik cliri. Saat itu. ia

    perlama

    kali

    me-

    laporkan mendengar

    suara-suara,

    Ia akhirnya dipecat dan

    segera

    setelah

    itu

    dirawat

    inap untuk

    pertama kalinya"

    pada

    usia

    24

    tahun. Sejak saat

    itu ia

    tidak bekerja.

    Pasien

    telah dirrwat

    inap l2 kali;

    yang

    terlama adalrh

    selama 8 bulan. Namur, dalam 5 tahun

    belakangan ia hanya

    pemah

    dirawat

    sekali.

    selama 3 minggu. SelamaiJirarvat

    inap

    ia diberikan berbagai

    obat

    antipsikotik. Meski telah diresepkan

    pengobatan

    untuk

    rawat

    jalan. ia

    biasanya

    berhenti

    mengon-

    sumsi segerasgtelah keluar dari rumah

    sakit.

    Selain

    pertenluan

    makan siaig dua

    kali

    setahun dengan

    pamannya

    dan kontak

    dengan

    pekerja

    kesehatzur

    mental,

    ia

    sepenuhnya terisolasi

    se-

    cara sosial. la tinggal sendiri dan nrenangani urusan

    keuangan

    sendiri, termasiik warisan secukupnya.

    Ia membaca Wall

    Street

    Jottrna setiap hari. Ia memasak dan hersih-bersih

    sendiri.

    Pasien

    mempenahankan

    keyakinan bahwa aparterncnnya

    adalah

    pusat

    suatu sislcm

    komunikasi

    bcsar

    yang

    mencakup

    ketiga

    jaringan

    televisi utama,

    lingkungan rurnahnya. dan

    tampaknya ratusar "akor" di lingkungannya. Terdapat kamera

    rahasia di

    aparternennya

    yang

    secara seksama memantau

    seluruh aktivitasnya. Saat

    ia menonton

    televisi,

    banyak kegiat-

    an

    kecilnya (cth.,

    bangun

    untuk

    pergi

    ke

    kamar mandi)

    dengan

    segera akan dikomentari

    langsung olch

    penyiar.

    Setiap

    ia

    pergi

    ke luar, semua "aktor" tersebut telah diperingatkan

    untuk

    selalu

    memantaunya: semua orang di

    jalan

    mcngarvasirtya.

    Tetangganya

    mengoperasikan

    dua

    "mesin''i

    salah satunya ber-

    tanggungjawab

    untuk semua

    suara-suara tersebut

    kecuali

    si

    'joker",

    la tidak

    tahu

    secara

    pasti

    siapa

    yang

    mengendalikan

    suara

    tersebut

    ('joker".

    pen.).

    yang

    hanya mengunjunginya

    sesekali dan

    sringat

    lucu. Suara

    yang

    lain,

    yang

    sering ia

    dengar setiap hari, dihasilkan

    mesin itu.

    yang

    kadang-

    kadang

    iaanggap

    langsung

    dioperasikan

    oleh tetanggayang

    ia

    serang. Sebagai

    contoh, saat ia

    sedang

    memeriksa

    inveslasi-

    nya, suara-suara

    yang "mengganggu" itu

    terus-menerus

    mem-

    beritahukan

    saham

    mana

    yang

    harus dibeli. Mesin lain di-

    sebulnya

    sebagai

    ''mesin

    mimpi".

    Mesin

    tersebut

    menaruh

    mimpi erotis ke

    dalam

    kepalanya. biasanya lenlang wanila

    berkulit hitam.

    Pasien memaparkan

    pengalaman

    tak

    lazim

    lainnya. Se-

    bagai contoh,

    baru-baru

    ini ia

    pergi

    ke toko sepatu 30

    rnil

    dari

    rumahnya dengan harapan memperoleh sepatu

    yang

    belum

    "diutak-atik".

    Namun,

    ia

    segera

    mendapati

    bahrv4 seperti

    halnya semua sepatu

    yang

    dibeli, ada

    paku

    khusus

    yang

    di-

    letakkan

    di dasar sepatu

    untuk mL'ngganggunya. Ia mcrasa

    heran

    bahwa

    keputusannya mengcnai loko sepatu

    mana

    yang

    akan didatanginya tclah diketahui oleh

    "pengganggunya"

    se-

    belum ia Sendiii tahu akan

    hal itu,

    sehingga

    mereka

    memiliki

    waktu untuk

    menaruh sepatu

    yang

    tclah diubah

    yang

    khusus

    dibuat

    untuknya,

    la menyadari usaha

    yang

    keras terscbut clan

    bahwa'Jutaan dolar': telah

    dilibatkan untuk menjaganya

    tctap

    dalam

    pengawasan.

    Ia

    terkadarrg

    mcnganggap

    scmua itu rnc-

    rupakan

    bagian suatu

    percobaan

    besar untuk

    mcrrentukan

    rahasia

    intelegensinya yang

    superior.

    Srat

    warvancara.

    pasien bcrdrndan rapi.

    tJan

    pembicara-

    annya

    koheren

    serta mengarah ke tujuan. Afeknya,

    sebagian

    besar,

    hanya

    menumpul ringan. Ia

    pada

    awalnya

    maral

    kcpada

    polisi.

    Selclah bebcrapa minggu

    pengobatan

    dengan

    antipsiko-

    tik

    yang

    tak

    mampu mengendalikan

    gc'.iala

    psikotiknya,

    ia

    di-

    pindahkm

    ke lasilitas

    jiLngka

    panjang

    dcngan rencana unluk

    mcngatur suatu situasi hidup

    yang

    terstruktur

    untuknya.

    D ISKUSI

    Pcnyakit

    pasierr yang

    panjarrg

    tampaknya dinrulri derrgarr

    wahanr rujukan

    (teman-teman

    sekelasnya

    mengoloknya

    de-

    ngar) cara mendengus

    clan bcrsin saat ia memasuki

    ruang

    kelas). Selama bertahun-tahurr,

    rvahamnya semakin

    bertam

    bah

    kompleks

    dan

    bizar

    (tetangga-tetangganya sebenarnya adalah

    aktor;

    pikirrnnya

    dipantau; mesin menaruh mimpi

    erotis

    l(e

    dalam

    kepalanya).

    Sebagai tambahan, ia mengalam

    i

    halusinasi

    promincn

    akan

    suara-suara

    yang

    menganggunla.

    Waharrr

    bizar dan halusinasi

    prominen

    merupakan

    ge.jalr

    psikotik

    karakleristik

    untuk skizolrenia. Diagnosis

    rlipastikan

    dengan

    gangguan

    nyata lungsi bckcrja

    dan sosial scrla tidak ada

    gangguan

    mood

    yu.rg

    berlangsung lanra clan tidak

    ada

    laktor

    organik

    yang

    diketahui dapat menyebabkan'

    gangguan

    tersebut.

    Scmua

    waiam

    dan halusinasi

    pasien

    tampaknya

    mclibat-

    kan suatu tenra tunggrl

    yai

    t u

    konspi rasi

    untu k ntcnggcnggun)

    a.

    Wahan.r

    kejar yang

    tersistenratisasi tersebut-tidak

    adarrya

    inkoherensi,

    asosiasi

    longgar,

    afek

    ciatar atau sangat tidak

    sesuai, atau

    perilakuyang

    sangat kacau atau

    katatonik-meng-

    indikasikan tipe

    paranoid.

    Skizofrenia, tipe

    paranoid,

    lebih

    lrn

    jut

    digolongkan

    scb.rgni bcrkclun.jutan

    .jiku.

    seperti

    pada

    kasus irri.

    semua

    Iasc

    al,til'pcnyakit di masa lalu

    dan sckarang

    rnerupalian

    tipe

    paranoid.

    Prognosis tipe

    paranoid

    berkelan-

    jutan

    lebih

    baik dibanding

    prognosis

    tipe

    hebefrenik dan tak

    terdiferensiasi. Ilahkan,

    pasien

    tetap berada dalam keaclaan

    baik

    meski

    menderita

    peni

    akit

    psikotik

    kronik: selarna

    5

    tahun terakhir ia ntanrpu

    mcrawat dirinya sendiri.

    Tipe

    Disorga

    nized.

    Skizofrenia Lipe disorgancerl (sc-

    belurrrrl'a disebut

    hebef'enilr) ditanclai dengan regresi nyata

    ke

    perilaku primitif,

    tak terinhibisi,

    dan kacar"r sefta dengan

    tidak

    adanya

    ge.iala yang

    memenLrhi kriteria lipc katatonik.

    Arvitan

    subtipe

    ini biasanyadini,

    scbslurn usia25 tahun. I'asien hcbelicnik

    biasanya aktil namun dalam sikap

    vang

    nonkonstruktif

    dan

    tak

    bertujuan. Cangguan

    pikir

    rncnoniol

    dan kontak dengan realitas

    buruk.

    Penampilan pribadi

    dan

    perilaku

    sosial berantakan. respons

    emosional

    mereka

    tidak

    sesuai

    dan tarva rnercka

    sering meleclak

    tanpa alasan.jelas.

    Scringai atau meringis

    yang

    talt

    pantas

    lazinr

    dijurnpai

    pada

    pasicn

    ini,

    yang perilakunya paling

    baik didcskrip-

    sikan

    sebagai konyol

    atau tolol.

    Tipe

    Katatonik.

    Skizofrenia tipe katatonik,

    1,ang

    lazim di-

    .jumpai

    beberapa

    dckade lalu. kini telah

    .jarang

    di

    Eropa

    dan

    Amerika

    lJtara.

    Gambaran

    klasik

    tilc

    katatonik

    adalah gangguan

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    12/22

    158

    1

    0. Skizofren

    ia

    CAMI]AR 1O-1

    Seorang pasien

    sl

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    13/22

    laten. Konsep

    skizofienia

    laten mucul

    pada

    suatu rvaktu

    ketika

    para

    teoris memahami

    gangguan

    tersebut dalam

    terminologi

    diagnostik

    yang

    luas. Saat ini.

    pasien

    harus

    mengalami

    penyakit

    mental

    yang

    sangat

    parah

    untuk dapat ditegakkan diagnosis skizo-

    frenia, namun dengan konsep diagnostik skizofrenia

    yang

    luas,

    kondisi

    pasien yang

    mungkin

    pada

    saat

    ini tidak

    dianggap begitu

    parah dapat

    didiagnosis

    sebagai skizolienia. Sebagai

    contoh.

    skizo-

    tienia laten merupakan diagnosis

    yang

    sering diberikan kepada

    pasien

    dengan apayang kini disebut

    sebagai

    gangguan

    kepribadian

    skizoid dan

    skizotipal. Pasien tersebut sesekali

    dapat menr-rn

    jukkan

    perilaku

    aneh atau

    gangguan pikir

    namm

    tidak secara

    konsisten

    menuniukkan manilestasi

    gejala

    psikotik. Dahulu,

    sindrom

    ir.ri

    juga

    diistilahkan

    sebagai skizofrenia ambang.

    Oneiroid.

    Keadaan

    oneiroid rreru{uk kepada sualu

    keadaan

    menyerupai mimpi

    ketika

    pasien

    mungkin menjadi sangat bingung

    dan tidak berorientasi

    penuh

    terhadap

    waktu

    dan ternpat.

    Istilah

    skizofrenik

    oneiroid

    digunakan

    untuk

    pasicn

    yang

    sangat

    dirasuki

    pengalaman

    halusinasi

    hingga niencapai eksklusi keterl

    ibatannya

    di dunia nyata. Bila

    terjadi suatu keadaan oneiroid,

    klin

    i

    si seyogi

    r-

    nya memeriksa

    pasien

    secara seksama terhadap

    kemungkinan

    adanya kausa medis

    atau neurologis dari

    gejala

    tersebut.

    Parafrenia.

    Istilah

    ini kadang-kadang

    digunakan

    sebagai

    sinonirn skizolrenia

    paranoid

    atau

    perjalar-rarr penyakit yang

    se-

    cara

    progresif

    memburuk maupun adanya sistem lvaham

    yang

    ter-

    sistematisasi baik. Makna

    ganda

    istilah ini mernbuatnya menjadi

    ti dak elektif untuk men

    gkonrun

    ikasikan inform asi.

    Skizofrcnia

    Pse udoneurotik. Aclakalanya.

    pasicn

    l

    iing

    arvalnya

    mengalami

    ge.jala

    seperti ansietas-

    ibbia,

    obsesi, dan

    kompulsi, di kemudian hari menunjLrkkan

    ge.iala ganggLran pikir

    dan

    psikosis.

    Pasien tersebut ditanclai dengan

    ge.iala

    panrnsietas.

    panfobia, panambivalensi.

    clan kadang-kadang seksr"ralitas

    yang

    kacau.

    'l'ak

    seperti orang dengan

    gangguan

    ansietas.

    pasien pseudo-

    neurotik mengalami

    ansietas

    )'ang

    mengambang

    bebas

    yang

    .larang

    menghilang. Dalam

    deskripsi

    klinis,

    pasieniarang

    menjadi

    psikotik

    sccara nyata atau

    parah.

    Pasien

    semacam

    ini

    dalaur

    DSM-IV-TR kini

    didiagnosis mengalami

    gangguan

    kepribaclian

    ambang.

    Cangguan Deterioratif

    Simpleks

    (Skizofrenia

    Simpleks).

    Gangguan deterioratil

    simpleks ditandai dengan

    hilangnva

    hasrat

    dan ambisi secara

    perlahan

    dan bertahap. Pasien dengan

    gangguan

    ini

    biasanya tidak menladi sangat

    psikotik

    serla tidak rnengalan.ri

    halusinasi atau rvaham persisten.

    Gc.iala

    primcrnya

    adalah

    pena-

    rikan

    diri

    dari situasi sosial clan situasi terkait-peker.jaan. Sindrom

    ini harus dibedakan

    dari depresi.

    fbbia,

    demensia, atau eksaserbasi

    ciri kepribadian. Klinisi sebaiknya memastikan

    bahwa

    pasien

    benar-benar memenuhi kritcria

    diagnostik skizolrenia sebelum

    menegakkan

    diagnosis

    ini.

    Gangguan dcterioratif simplcks tanrpil

    scbagai

    kategori

    diagnostik

    pada

    apendiks

    DSM-lV-'lR

    ('fabcl

    l0-5)

    yang

    rrenginclikasikan perlunya

    studi lebih lanjut.

    Gangguan Depresif Pascapsikotik

    pada Skizofrenia.

    Setclah suatu episode

    skizofienia aliut, bcbcrapa

    pasien

    rncnjadi

    depresi.

    Ce.jala

    gangguan

    depresi

    pascapsikotik pada

    skizolienia

    dapat sangat

    menyerr"rpai

    gejala

    skizofienia fase residual

    clan

    efek

    10.

    Skizofrcnia

    Tabel

    .l

    0-5

    Kriteria

    Penclitian

    DSM-lV-TR Gangguan

    Deterioratif

    Simpleks

    (Skizofrenia

    Simpleks)

    159

    A. Tinrbulnya

    secara progresif

    dalam periode

    seklrrang-

    kurangnya satu 1a[un

    iemua h.rl

    di

    bawah

    ini:

    (1.t penururran nyala iungsi okupasional

    atau

    rkadcnrik

    (2)

    kemunculan

    berkala serta pendalamair gejala

    negatif

    seperti afek

    mendatar, alogia, dan

    avolition

    (3)

    hubungan

    (rapport)

    interpersonal yang

    buruk, isolasi

    sosiai. atau perrarikan

    diri secara sosijl

    B.

    Tirlak pernalr

    terpenuhinya Kriteria

    A skizolrenia

    C. Cejala

    tidak

    lebih

    mungkin discbabkan

    gangguan kepribadian

    skizotipal atau

    skizoid, gangguan nrood,

    gangguan ansietas,

    demensia, atau

    retardasi

    mental

    dan bukan

    disebabkan efek

    Iisiologi tarrgsrirrg

    suatu zdt .rtau kondisi rneclis

    untum.

    Dari

    American

    Psychiatric Association.

    Diagnostic and

    Statistical

    Manual

    of

    tvlenlal

    Di,orclers.

    4tlr ed. Text rev.

    W.rshingrorr, DC:

    American Psychiatric

    Association;

    copyright 2000,

    dengan

    izin.

    simpang

    pengobatan

    antipsikotik

    yang

    biasa

    digunakan. Diag-

    nosis ini ticlak

    boleh ditegakkan

    bila diindLrksi z,atatau me rupakan

    bagian

    gangguan

    ntood akibat kondisi

    medis ulnum. I(eadaan

    dcpresil'ini

    ter.jadi

    pada

    hingga

    25

    persen

    pasien

    skizolrenia dan

    dikaitkan dengan

    peningkatan

    risiko bunLrh diri.

    Skizofrenia Awitan

    Dini.

    Minoritas kecil pasien

    nrenlur-

    .jukkan

    manifestasi

    skrzofrcnia

    pada

    masa kanak-l

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    14/22

    160

    10.

    Skizofrenia

    kognitif. Pasien

    skizofienia

    biasanya r.nenunjukkan kiner.ia buruk

    pada

    serangkaian luas u.ii neuropsikologis.

    Kewaspadaan,

    ingatan,

    dan forrnasi

    konsep

    paling

    terpengaruh serta

    konsisten

    dengan

    keterlibatan patologi

    di korleks fiontotemporal.

    Pengukuran

    obiektif

    kinerja neuropsikologis,

    seperti

    rangkai-

    an Halstead-Reitan

    dan rangkaian Luria-Nebraska, sering menun-

    jukkan

    temuan

    abnormal, seperli disfungsi

    lobus

    temporal dan

    frontal

    bilateral, termasuk hendaya atensi, waktu retensi, dan

    kemampuan

    memecahkan masalah. I(emampuan motorik

    juga

    terganggu,

    kemungkinan berkaitan dengan asimetri otak.

    Uji lntelcgcnsi.

    Saat sekelornpok

    pasien

    skizolrenia di-

    bandingkan dengan kelompok

    pasien

    psikiatrik

    nonskizofrenik

    atau dengan

    populasi

    umum,

    pasien

    skizofrenik

    cenderung meng-

    hasilkan

    skor uii intelegensi

    yang

    lebih rendah.

    Secara statistik,

    bukti tersebut mengemukakan

    bahwa

    intelegensi rendah

    sering

    terdapat saat

    awitan,

    dan intelegensi dapat

    terus

    memburuk

    seiring

    per.jalanan

    gangguan.

    Temuan lain

    berupa

    hendaya

    pem-

    belajaran

    dan ingatan,

    khususnya

    kemampuan mempertahankan

    atensi

    pada

    tugas visual dan rnotorik.

    Uji

    Proyektif

    dan

    Kepribadian.

    Uji

    proyektif,

    seperti

    lJji

    Rorschach

    dan

    UiiApersepsi

    Tematik

    (I/u

    entatic Apperception

    Iesl, TAT),

    dapat mengindikasi adanya ide bizar. Inventaris ke-

    pribadian,

    seperti Minnes ota Multip has ic P ers onal ity Inve

    nt ory

    (MMPI),

    sering menunjukkan hasil abnormal

    pada

    skizofrenia,

    namun

    kontribusinya terhadap diagnosis dan

    perencanaan

    pena-

    nganan

    bersifat minimal.

    GAMBARAN KLINIS

    Pembahasan

    tanda dan gejala

    klinis

    skizofrenia

    mencuatkan

    tiga

    isu utama. Peftama,

    tidak ada tanda atau

    gejala

    yang patognomonik

    untuk

    skizofrenia; tiap tanda atau

    gejalayang

    tampak

    pada

    skizo-

    frenia dapat ter.ladi

    pada gangguan psikiatrik

    dan

    neurologis lain.

    Pengamatan ini

    bertentangan dengan opini

    klinis

    yang

    sering

    terdengar

    bahwa tanda dan

    gejala

    tertentu bersilat diagnostik

    untuk skizofrenia.

    Oleh sebab

    itu. riwayat

    pasien

    esensial untuk

    diagnosis

    skizofienia; klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofre-

    nia hanya

    berdasarkan

    pemeriksaan

    status

    mental

    saja,

    yang

    hasi[-

    nya dapat bervariasi. Kedua,

    gejala pasien

    dapat

    berubah seiring

    berjalannya

    waktu.

    Sebagai

    contoh,

    Seorang

    pasien

    mungkin

    mengalami

    halusinasi intermiten dan kemampuan

    yang

    beragam

    untuk tampil

    secara

    memadai pada

    situasi sosial, atau

    gejala

    gang-

    guan

    ntood

    yang

    signifikan dapat datang dan

    pergi

    selama

    per-

    .ialanan

    penyakit

    skizofrenia. Ketiga, klinisi harus memper-

    timbangkan

    tingkat

    pendidikan pasien,

    kemampuan

    intelektual,

    serta keanggotaan kultural

    dan subkultural. Kemampuan

    yang

    ter-

    ganggu

    untuk memahami konsep abstrak, contohnya, dapat men-

    cerminkan

    tingkat

    pendidikan pasien

    maupun

    intelegensinya.

    Organisasi religius dan sekte rnungkin memiliki adat istiadat

    yang

    tampak aneh

    bagi orang

    luar namun normal

    bagi

    mereka yang

    berada

    dalam situasi

    kultural

    tersebut.

    Tanda

    dan Cejala Pramorbid

    Dalam rumusan

    teoretis mengenai

    perjalanan

    skizofrenia,

    tanda

    dan

    ge.jala

    pramorbid

    muncul

    sebelum

    t'ase prodromal penyakit.

    Pembedaannya

    menyiratkan

    bahr.va

    tanda dan

    ge.jala pramorbid

    telah ada sebelum proses penyakit

    muncul dan

    bahwa tanda dan

    gejala prodromal

    merupakan

    bagian

    gangguan

    yang

    sedang

    ber-

    ke

    mbang.

    Pada rir.vayat prarnorbid

    skizoficnia

    yang

    tipikal namun

    bukan tanpa

    pengecualian,

    pasien

    telah

    memiliki

    kepribadian

    skizoid atau.skizotipal

    yang

    ditandai dengan

    sifat

    pendiam, pasil,

    dan introverl;

    sebagai anak hanya memiliki

    beberapa

    orang teman.

    Remaja

    praskizofrenik

    mungkin

    tidak merniliki

    teman dekat

    dan

    pacar

    sefta menghindari

    olahraga kelompok.

    Mereka mungkin

    menikmati

    menonton

    film

    dan

    televisi

    atau mendengar-

    kan musik hingga

    rnenghindari

    aktivitas sosial.

    Se.iumlah

    pasien

    remaja dapat

    menunjukkan awitan

    akut

    perilaku

    obsesif-kompul-

    sif

    sebagai

    gambaran

    prodromal.

    Kesahihan

    tanda

    clan

    ge-jala prodromal,

    yang

    harnpir

    selalu

    dikenali setelah diagnosis

    skizolrenia ditegakkan,

    bersifat

    tidak

    pasti;

    sekali skizofrenia

    clidiagnosis. kenangan retrospektif

    tanda

    dan

    gejala

    akan

    terpengaruh. Meski demikian,

    walaupun

    rawat

    inap

    yang pertama

    sering dianggap menandai

    dirrulainya gang-

    guan,

    tanda

    dan

    gejala

    mungkin

    telah ada

    selama berbulan-bulan

    bahkan

    bertahun-tahun. Tanda itu

    dapat dimulai

    dengan keluhan

    gejala

    somatik,

    seperti

    nyeri

    kepala,

    nyeri

    punggung

    dan

    otot,

    kelemahan,

    dan masalah

    pencernaan.

    Diagnosis

    awalnya

    dapat

    berupa kepura-puraan

    (malingering)

    atau

    gangguan

    somatisasi.

    Keluarga dan

    teman

    pada

    akhirnya

    dapat menyadari

    bahwa orang

    tersebut telah

    berubah dan

    tidak lagi

    berfungsi

    baik dalam akti-

    vitas

    personal,

    sosial,

    dan okupasional. Pada

    stadium ini,

    pasien

    dapat mulai

    menumbuhkan minat

    pada

    ide abstrak, filosofi,

    ilmu

    gaib,

    atau

    pertanyaan

    religius. Tanda dan

    gejala

    prodrornal

    tambahan dapat mencakup perilaku

    sangat aneh,

    af'ek abnormal,

    cara bicara tidak

    biasa, ide bizar, dan

    pengalaman

    perseptual yang

    aneh.

    Cejala

    Positif

    dan Negatif

    Pada

    tahun

    1980,

    T.J.

    Crow

    mengajukan

    klasifikasi

    pasien

    skizofrenik ke dalam

    tipe I dan II,

    berdasarkan

    ada atau tidaknya

    ge.jala positif (atau

    produktil)

    dan negatif

    (atau

    defisit).

    Walaupun

    sistem ini tidak

    diterima

    sebagai bagian klasifikasi

    DSM-IV-TR,

    pembedaan

    klinis

    kedua

    tipe

    tersebut

    secara signifikan meme-

    ngaruhi

    penelitian

    psikiatrik.

    Gejala

    positif

    mencakup r.vaham

    dan

    halusinasi.

    Gejala negatif meliputi

    afek mendatar

    atau

    menumpul, miskin

    bicara

    (alogia)

    atau

    isi bicara,

    bloking, kurang

    merawat

    diri,

    kurang motivasi,

    anhedonia, dan penarikan

    diri

    secara sosial. Pasien

    tipe

    I

    cenderung

    memiliki

    sebagian besar

    gejala positif,

    struktur otak normal

    pada

    CT scan,

    dan respons

    relatifbaik

    terhadap

    pengobatan.

    Pasien

    tipe

    II cenderung meng-

    alami sebagian

    besar

    gejala

    negatif,

    abnormalitas

    struktural otak

    pada

    CT scan, dan respons

    buruk terhadap

    terapi. Kategori

    ketiga,

    disorganized,

    mencakup

    pembicaraan

    kacau

    (gangguan

    isi

    pikir),

    perilaku

    kacau, defek kognitif,

    dan

    defisit

    atensi.

    Nancy Anderson

    telah

    mempelajari gejala

    positif

    dan negatif

    secara mendalam.

    Pemeriksaan

    Status Mental

    Deskripsi

    Umum.

    Penampilan

    pasien

    skizoi'renia

    dapat ber-

    kisar dari

    orang

    yang

    sangat berantakan,

    menjerit-jerit.

    dan

    teragitasi hingga

    orangyang

    terobsesi

    tampil rapi,

    sangat

    pendiam,

    dan

    imobil.

    Di

    antara kedua kutub

    ini,

    pasien

    dapat bersifat

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    15/22

    cerewet serta mungkin

    mempenontonkan

    postur

    bizar

    (Gbr.

    l0-

    l).

    Perilaku mereka dapat

    menjadi teragitasi atau

    kasar,

    yang

    tampaknya tanpa

    provokasi namun biasanya

    merupakan respons

    terhadap

    halusinasi. Sebaliknya,

    pada

    stupor

    katatonik,

    yang

    sering

    disebut sebagai

    katatonia,

    pasien

    tampak tak

    bernyawa

    dan

    mungkin menuniukkan tanda seperti

    membisu,

    negativisme,

    dan

    kepatuhan

    otomatis. Fleksibilitas

    serea,

    yang dahulu merupa-

    kan tanda umum katatonia,

    kinijarang ditemukan. Seseorang

    de-

    ngan

    subtipe

    katatonia

    yang

    tidak

    terlalu ekstrim dapat

    menuniuk-

    kan

    penarikan

    sosial

    yang nyata dan egosentrisitas,

    kurang

    pembicaraan

    atau

    pergerakan spontan, serta

    tidak ada

    perilaku

    yang

    bertu.juan. Pasien dengan

    katatonia dapat

    duduk tak bergerak

    dan

    membisu

    di

    kursi, hanya

    merespons

    pertanyaan

    dengan

    .jawaban

    singkat, dan bergerak

    hanya bila diarahkan.

    Perilaku

    nyata lainnya dapat meliputi

    kekikukan

    yang

    aneh atau kekakuan

    pergerakan

    tubuh, suatu

    tanda

    yang kini dianggap mengindikasi-

    kan

    proses penyakit ganglia

    basalis. Pasien

    skizofrenia seringkali

    tampil

    tidak rapi, tidak mandi, dan berpakaian

    terlalu tebal untuk

    temperatur

    yang

    ada. Perilaku aneh

    lainnya mencakup tik,

    stereo-

    tipi,

    manerisme, dan, kadang-kadang,

    ekopral

  • 8/17/2019 Bab 10. Skizofrenia (1)

    16/22

    162 10. Skizo{renia

    sialitas dapat

    menjadi sulit

    bahkan untuk

    klinisi

    yang paling

    ber-

    pengalaman

    sekalipun.

    Pnosrs

    Ptrtn.

    Gangguan

    proses

    pikir

    menyangkut

    bagaimana

    suatu

    ide

    dan

    bahasa dirumuskan.

    Pemeriksa

    menyimpulkan

    suatu

    gangguan

    dari apa dan

    bagaimana

    pasien

    berbicara,

    menulis,

    atau

    menggambar. Pemeriksa

    juga

    dapat mengkaii

    proses

    pikir

    pasien

    dengan mengamati

    perilakunya, terutama

    dalam mengerja-

    kan

    tugas

    yang

    diskret, contohnya

    pada

    terapi

    okupasional.

    Gang-

    guan proses pikir meliputi/ight of

    ideas, bloking

    pikiran,

    atensi

    terganggu,

    miskin

    isi

    pikir,

    kemampuan

    abstraksi

    buruk,

    per-

    severasi, asosiasi

    idiosinkratik

    (sebagai

    contoh,

    predikat

    identik

    dan asosiasi bunyi),

    overinklusi,

    dan sirkumstansialitas.

    lmpulsivitas,

    Kekerasan,

    Bunuh

    Diri, dan Pembunuhan.

    Pasien

    skizofrenia

    mungkin meniadi

    teragitasi

    dan memiliki

    pengendalian impuls

    yang

    minim saat sedang

    sakit.

    Mereka

    juga

    mungkin

    rnengalami sensitivitas

    sosial

    yang

    berkurang

    dan

    tampak

    impulsif

    saat,

    contohnya.

    merebut

    rokok

    pasien lain, tiba-

    tiba

    mengganti saluran

    televisi.

    atau melempar

    makanan

    ke lantai.

    Beberapa

    perilaku

    yang

    tampak

    impulsif, termasuk

    percobaan

    bunuh

    diri

    dan

    pembunuhan, mungkin

    merupakan

    respons ter-

    hadap

    halusinasi

    yang

    memerintahkan

    pasien

    untuk bertindak.

    Krxrnnsnl. Perilakukekerasan(tidaktelmasukpembunuhan)

    lazim dijumpai di

    antara

    pasien

    skizofienik

    yang

    tak diobati.

    Waham

    yang

    bersifat

    kejar, episode

    kekerasan sebelumnya,

    dan

    defisit

    neurologis merupakan

    faktor

    risiko

    perilaku kekerasan

    atau

    impulsif. Penatalaksanaan

    mencakup

    pengob4tan antipsikotik

    yang

    sesuai.

    Penanganan

    darurat terdiri

    dari

    penahanan dan

    pengucilan.

    Sedasi

    akut dengan

    lorazepam

    (Ativan),

    I

    sampai

    2

    mg

    intramuskular, diulang

    tiap.i am

    bila

    perlu, mungkin dibutuhkan

    untuk

    mencegah

    pasien

    melukai

    orang

    lain. Bila seorang

    klinisi

    rnendapati dirinya

    ketakutan

    atas kehadiran

    seorang

    pasien

    ski-

    zofrenik,

    hal itu seyogianya

    dianggap

    sebagai

    petunjuk internal

    bahr.va

    pasien

    mungkin berada

    di

    ambang batas

    untuk melakukan

    kekerasan.

    Pada kasus semacam

    itu, wawancara

    sebaiknya

    di-

    akhiri

    atau dilakukan dengan

    disertai

    petugas

    yang

    siap sedia.

    BuNun

    DInt