bab 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian pustaka

Citation preview

8II. KERANGKA TEORETISTinjauan PustakaBelajarMenurut Slavin (2004) belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Belajar juga merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, kebiasaan, kemampuan, keterampilan dan sikap melalui hubungan timbal balik antara proses belajar dengan lingkungannya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gagne (1972):Belajar dapat diartikan sebagai mekanisme, dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Dalam setiap proses belajar yang berbeda, seseorang akan mendapat pengalaman yang berbeda pula secara terus-menerus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat William Burton (dalamHamalik, 2001: 29)experiencing meanliving through actual situations for purposes apparent to the learner. EVperiencing includes whatever one does or undergoes which results inchanged behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill. (Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid). Belajar sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, kebiasaan, kemampuan, keterampilan dan sikap melalui hubungan timbal balik antara proses belajar dengan lingkungannya. Sehingga setelah proses belajar dilaksanakan, maka diharapkan timbul suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan positif yang dapat menjadi nilai tambah bagi diri individu.Selanjutnya Soejanto (1997: 21) menyatakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan yang menyangkut banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan. Perubahan ini memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan yang relatif lama tersebut disertai dengan berbagai usaha, sehingga Hudoyo (1990: 13) mengatakan bahwa belajar itu merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif lama atau tetap. Dengan belajar, maka akan berdampak pada pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan manusia yang terbentuk. Dalam belajar akan melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen, dan perubahan tersebut dapat disebabkan oleh interaksi dengan objek belajar maupun dengan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cronbach (dalam Sardiman, 2004 : 35).tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by utilization).Dari beberapa pendapat para ahli di atas, pada intinya belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap.Aktivitas BelajarAktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh siswa dalam kegiatan proses pembelajaran, karena tanpa adanya aktivitas belajar proses pembelajaran tidak mungkin terlaksana. Menurut Suardi yang dikutip oleh Djamarah dan Zain (2002: 47), ciri-ciri belajar mengajar antara lain yaitu ditandai dengan aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fsik maupun secara mental. Tidak ada gunanya melakukan belajar mengajar kalau anak didiknya hanya pasif, karena anak didiklah yang belajar, maka mereka yang harus melakukannya. Aktivitas dalam belajar itu selalu berkaitan antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (1996 : 98) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Menurut Sardiman (1996: 95) pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.Keberhasilan dalam belajar dapat ditunjang dengan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Antusias peserta didik dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari seberapa besar ia melakukan aktivitas belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999 : 37)Aktivitas yaitu suatu rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang kemudian akan menimbulkan perubahan dalam diri seperti prilaku kognitif(pengetahuan), prilaku afektif(sikap), dan prilaku psikomotor(gerak). Aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar dua aktivitas tersebut saling terkait, sehingga dalam pembelajaran peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang optimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999 : 37)Aktivitas anak dalam proses belajar tidak hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan, seperti layaknya pada pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran saat ini guru hanya bertugas menyediakan bahan pelajaran tetapi yang mengolah dan mencerna adalah siswa sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan, dan latar belakangnya masing- masing sehingga akan tampak aktivitas yang dilakukan.Aktivitas yang dilakukan oleh siswa merupakan petunjuk yang menyatakan bahwa siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (dalam Diah Rahmawati, 2006 : 19): Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari anak didik bahwa pada hakikatnya ia telah melakukan kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja.Aspek aktivitas yang dilakukan siswa dapat dilihat dari seberapa besar ia berperan dalam pembelajaran. Ada beberapa indikator yang dapat dipertimbangkan dalam menilai aktivitas siswa, misalnya kemampuan untuk berdiskusi, keberanian untuk bertanya, dan kemampuan mengerjakan soal. Hal tersebut didukung oleh pendapat Memes (2001 : 21 )Aktivitas yang relevan dalam pembelajaran menurut indikator aktivitas dalam penelitian ini meliputi: (1) Interaksi anak mengikuti proses belajar mengajar dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama. (2) Keberanian anak dalam bertanya/ mengemukakan pendapat. (3)Partisipasi anak dalam proses belajar mengajar meliputi kegiatan melihat atau ikut melakukan kegiatan demonstrasi dan selalu mengikuti petunjuk guru. (4) Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti proses belajar mengajar meliputi kegiatan menyelesaikan tugas mandiri dan aktif memecahkan masalah menggunakan buku referensi fisika yang lain. (5) Hubungan anak dengan anak selama proses belajar mengajar. (6)Hubungan anak dengan guru selama proses belajar mengajar.Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001 : 36) sebagai berikut :Bila nilai siswa 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.Hasil BelajarSetelah berakhimya suatu proses belajar dan pembelajaran maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar akademik yang dimaksudkan dalam pembelajaran kooperatif meliputi pemahaman konsep konsep yang sulit serta peningkatan kinerja ilmiah dalam tugas tugas akademik.Menurut Dimyati (1999: 3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tidak mengajar. Bagi guru mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhimya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran. Dari pemyataan di atas hasil belajar adalah hasil dari sebuah interaksi yang tidak lain merupakan aktivitas baik aktivitas guru dengan siswa maupun aktivitas siswa dengan siswa. Sejalan dengan itu Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 12) hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam nilai rapor dan angka dalam ijazah. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan transfer belajar.Pembelajaran KooperatifPengertian Pembelajaran KooperatifMenurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersamaTujuan Pembelajaran KooperatifMenurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan social, diantaranya:1) Hasil belajar akademikDalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Ibrahim, 2000:7).2) Penerimaan terhadap perbedaan individuTujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000:9)3) Pengembangan keterampilan sosialTujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).c. Unsur-unsur Pembelajaran KooperatifAgar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur sebagai berikut.1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka sehidup sepenanggungan.2) Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.4) Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama pada semua anggota kelompok.5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. (Ibrahim, 2000:6)d. Landasan Teori dan Empirik Pembelajaran KooperatifPerkembangn model pembelajaran kooperatif pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20, diantaranya :1) John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas DemokratisJohn Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem social yang bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah.Seperti halnya Dewey, Thelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. (Ibrahim, 2000:12)2) Gordon Allport dan Relasi Antar KelompokAhli sosiologi Gordon Allport mengingatkan bahwa hokum saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar kelompok dan mendatangkan penerimaan serta pemahaman yang lebih baik. Gordon merumuskan 3 kondisi dasar untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnik, yaitu: a) kontak langsung antar etnik, b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu, c) setting secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar etnik.3) Belajar Berdasakan PengalamanJohnson&Johnson seorang pencetus teori-teori unggul tentang pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman didasarkan atas tiga asumsi:a) Bahwa belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu.b) Bahwa pengetahuan harus ditemukan sendiri apabila pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan tingkah laku.c) Bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. (Ibrahim, 2000:15)4) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan AkademikSatu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam bidang akademis mereka. Setelah menelaah sejumlah penelitian,Slavin (Muslimin , 2000:16) mengatakan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil lain penelitian jugamenunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah antara lain: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah, d) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi besar, e) pemahaman yang lebih mendalam, f) motivasi lebih besar, g) hasil belajar lebih tinggi, h) retensi lebih lama, i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. (Ibrahim, 2000:16) Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)Pembelajaran Kooperatif Metode (NHT) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dimulai dengan pemberian nomor masing-masing anggota kelompok dengan nomor yang berbeda, pengajuan pertanyaan oleh guru, diskusi kelompok, dan penyampaian jawaban dalam diskusi kelas dengan cara guru mengacak nomor siswa yang harus menjawab pertanyaan.Teknik Kepala Bernomor (Numbered Head Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Nurhadi, 2003: 67). Teknik ini melibatkan banyak siswa untuk mendiskusikan materi pelajaran sehingga materi pelajaran dapat tercapai secara keseluruhan. Dalam pembelajaran ini siswa secara adil diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka, dan mendiskusikan secara bersama-sama jawaban yang paling tepat. NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:Hasil belajar akademik stuktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (Numbered Head Together) dalam Nurhadi dkk (2003: 67) adalah sebagai berikut: 1) penomoran (Numbering); 2) Pengajuan pertanyaan (Questioning);3) Berfikir bersama (Head Together; dan 4) Pemberian jawaban (Answering).Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu : a). Pembentukan kelompok, b). Diskusi masalah, c).Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut :Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.Langkah 4. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. LKS yang diberikan terdiri atas dua macam, yakni leLKS individu untuk masing-masing nomor dalam kelompok serta LKS kelompok yang dikerjakan secara bersama anggota kelompok yang lain. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.Langkah 6. Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.Menurut Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18) manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah, antara lain adalah : rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi.Ilmu Pengetahuan AlamIlmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11).Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa (2006) menegemukakan empat Alasan sains dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu:Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.Bahasa IndonesiaBahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah kata penghubung yang digunakan untuk menghubungkan bagian bagian ujaran, sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa penghubung yang digunakan di Negara Indonesia secara umum. Mengingat pentingnya bahasa Indonesiasebagai bahasa pemersatu bangsa, maka pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan untuk dapat dipelajari di sekolah.Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Kerangka PemikiranUntuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dipilih model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan membantu siswa lebih mudah dalam menemukan dan memahami konsep yang sulit. Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan dapat memfasilitasi hal tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil untuk menolong satu sama lain dalam memahami suatu pelajaran, memeriksa, memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar yang tinggi (Lie, 2003 : 7). Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menanggulangi hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor atau Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini menuntut guru untuk membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar IPA dan Bahasa Indonesia siswa kelas VI SD Negeri 1 Sinar Ogan, guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkannya, karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.Hipotesis TindakanBerdasarkan kerangka teoretis yang telah diungkapkan di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran metode NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia SD Negeri 1 Sinar Ogan.