Upload
syaiful-muhammad-furqon
View
10
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bab 2
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Rumah Sakit
Definisi Rumah Sakit menurut undang-undang republik Indonesia
no.44/2009 pasal 1, rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(Undang-
undang Republik Indonesia,2009). Gawat darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (Undang-undang Republik
Indonesia,2009). Dimana pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif,preventif,kuratif,dan rehabilitatif
(Undang-undang Republik Indonesia,2009).
II.1.2. Asas dan tujuan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 2,
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan
Kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak, anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan keselamatan
pasien,serta mempunyai fungsi sosial(Undang-undang Republik
Indonesia,2009).
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit menurut undang-undang
republik Indonesia no.44/2009 pasal 3 bertujuan :
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien,masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien,masyarakat,sumber daya
manusia rumah sakit, dan rumah sakit.
II.1.3. Tugas dan fungsi
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna menurut undang-undang republik Indonesia
no.44/2009 pasal 4, dan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 5 rumah sakit
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
II.1.4. Klasifikasi rumah sakit
Berdasarkan bentuk pelayanan,rumah sakit dibedakan jemisnya
yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum
adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar
dan spesialistik,pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan
pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap .rumah sakit
khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik tertentu,pelayanan penunjang medik,pelayanan
instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat
inap(Depkes,2008).
Rumah sakit umum pemerintah diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan
:
1. Rumah sakit kelas A, rumah sakit tipe ini memiliki pelayanan
medik spesialis luas dan sub spesialis luas
2. Rumah sakit kelas BII, rumah sakit tipe ini memliki pelayanan
medik spesialis luas dan sub spesialis terbatas
3. Rumah sakit kelas BI,rumah sakit tipe ini minimal memiliki 11
(sebelas) macam pelayanan medik spesialistik
4. Rumah sakit kelas C,rumah sakit tipe ini minimal memiliki 4
(empat) macam pelayanan medik spesialistik dasar
5. Rumah sakit kelas D,rumah sakit tipe ini minimal memiliki
pelayanan medik dasar
Untuk rumah sakit umum swasta,klasifikasinya berbeda, yaitu :
1. Rumah sakit umum tingkat utama, rumah sakit tipe ini
memiliki pelayanan medik umum,spesialistik, dan
subspesialistik
2. Rumah sakit umum tingkat madya, rumah sakit tipe ini
minimal memiliki 4 (empat) macam pelayanan medik
spesialistik
3. Rumah sakit umum tingkat pratama,rumah sakit tipe ini
memiliki pelayanan medik umum
II.1.5. Bangunan
Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 9 harus dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
paripurna,pendidikan,pelatihan, serta penelitian dan pengenmbangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan(Undang-undang Republik
Indonesia,2009).
Bangunan rumah sakit sebagaimana yang dimaksud di atas adalah
paling sedikit terdiri atas ruang :
a. Ruang Rawat jalan
b. Ruang rawat inap
c. Ruang gawat darurat
d. Ruang operasi
e. Ruang tenaga kesehatan
f. Ruang radiologi
g. Ruang laboratorium
h. Ruang sterilisasi
i. Ruang farmasi
j. Ruang pendidikan dan latihan
k. Ruang kantor dan administrasi
l. Ruang ibadah
m. Ruang tunggu
n. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
o. Ruang menyusui
p. Ruang mekanik
q. Ruang dapur
r. Laundry
s. Kamar jenazah
t. Taman
u. Pengolahan sampah
v. Pelataran parkir yang mencukupi
II.1.6. Sumber daya manusia
Tenaga kesehatan merupakan komponen utama pemberi pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan yang sesuai dengan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh konstitusi. Selaku komponen utama pemberi pelayanan
kesehatan tentunya keberadaan,peran,dan tanggung jawab tenaga
kesehatan sangatlah penting dalam kegiatan pembangunan kesehatan.
Dan agar pelaksanaan dan pendayagunaan terhadap keberadaan,peran,
dan tanggung jawab tenaga kesehatan tersebut berjalan dengan
baik,seimbang,teratur,terjaga mutunya, dan terlindungi baik bagi tenaga
kesehatan itu sendiri maupun bagi masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan tersebut tentu perlu pengaturan yang dituangkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan (Depkes,2010). Menurut Undang-
Undang RepublikIndonesia no.44/2009 pasal 12 ayat (1),yaitu rumah
sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis,tenaga
keperawatan,tenaga kefarmasian,tenaga manajemen rumah sakit, dan
tenaga nonkesehatan(Undang-undang Republik Indonesia,2009). Jumlah
dari sumber daya manusia harus disesuaikan dengan jenis dan klasifikasi
rumah sakit(Undang-undang Republik Indonesia,2009).
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(Menkes,2010).
Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah sakit
wajib memiliki surat izin praktik, sertifikat kompetensi, dan surat tanda
registrasi. adapun yang dimaksud sertifikat kompetensi adalah surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi seseorang tenaga kesehatan untuk dapat
menjalankan praktik dan / atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi (Menkes,2010). Dan surat tanda registrasi
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga
kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi
(Menkes,2010).
Setiap tenaga kesehatan atau tenaga medis sebelum mendapatkan
surat izin praktek harus dilakukan terlebih dahulu uji kompetensi yaitu
suatu proses untuk mengukur pengetahuan,keterampilan, dan sikap tenaga
kesehatan sesuai dengan standar profesi (Menkes,2010).
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi,standar pelayanan rumah sakit, standar
prosedur operasional yang berlaku,etika profesi,menghormati hak pasien,
dan mengutamakan keselamatan pasien sesuai dengan undang-undang
republik Indonesia no.44/2009 pasal 13 ayat (3)(Undang-undang
Republik Indonesia,2009).
II.1.7. Fasilitas
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif,kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan / atau masyarakat (Menkes,2010) . Berdasarkan
undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 16 ayat (1)
persyaratan peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu,keamanan,keselamatan,dan layak
pakai(Undang-undang Republik Indonesia,2009).Peralatan medis harus
diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas
kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang
ayat (2) (Undang-undang Republik Indonesia,2009).Peralatan yang
menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi
oleh lembaga yang berwenang ayat (3)(Undang-undang Republik
Indonesia, 2009).Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di rumah
sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien ayat (4)
(Undang-undang Republik Indonesia,2009).Pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya ayat (5) (Undang-undang Republik
Indonesia,2009).Pemeliharaan peralatan harus didokumentasikan dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan ayat (6) (Undang-
undang Republik Indonesia,2009.
II.1.8. Kewajiban dan hak
Setiap rumah sakit sesuai dengan undan-undang republik Indonesia
no.44/2009 pasal 29 ayat (1) mempunyai kewajiban :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat.
b. Memberi pelayanan kesehatan yang
aman,bermutu,antidiskriminasi,dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana,sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin.
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin,pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka,ambulans gratis,pelayanan korban bencana dan kejadian
luar biasa,atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
g. Membuat,melaksanakan,dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
h. Menyelenggarakan rekam medis.
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah,parkir,ruang tunggu, sarana untuk org cacat, wanita
menyusui,anak-anak,lanjut usia.
j. Melaksanakan sistem rujukan.
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
dan etika serta peraturan perundang-undangan.
l. Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
n. Melaksanakan etika rumah sakit.
o. Memiliki system pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana.
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional.
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.
s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas
rumah sakit dalam melaksanakan tugas.
t. Memberlakukan seluruh lingkunganrumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
II.1.9. Hak rumah sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 30
menyatakan bahwa setiap rumah sakit mempunyai hak :
a. Menentukan jumlah,jenis,dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
dengan klasifikasi rumah sakit.
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan penghargaan
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
e. Mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan.
f. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
II.1.10. Kewajiban pasien
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal
31, butir-butir kewajiban pasien adalah Setiap pasien mempunyai
kewajiban terhadap rumah sakit atas pelayanan yang diterimanya.
Adapun hak pasien yang telah diatur oleh Undang-Undang Republik
Indonesia no.44/2009 pasal 32 yaitu :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi,adil,jujur,dan tanpa
diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada doketr
lain yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik di dalam maupun di
luar rumah sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis ,tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi,dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
o. Mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya.
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II.2. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit
yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,
termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik (Ismail,
dkk,2010).Dalam pelayanan rawat jalan ada beberapa prosedur yang harus
diketahui atau harus kita pahami, agar proses pelayanan itu berjalan dengan
baik, dan sesuai dengan aturan yang berlaku di pemerintah. prosedur yang
berlaku sekarang ini yaitu (Ismail, dkk,2010) :
a. Pasien mendaftar di loket rawat jalan.
b. Pasien menunggu panggilan pada poliklinik yang di tujunya.
c. Pasien menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan.
d. Bila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka
akan berlaku prosedur pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik,
dalam bidang orthopaedi penunjang diagnostik disini adalah bagian
radiologi.
e. Pasien meninggalkan poli.
II.3. Pelayanan Tenaga Medik
Pelayanan tenaga medik adalah ahli kedokteran dengan fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan
menggunakan tatacara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik
yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan
(Aniroen,2002).Tenaga medik ini terdiri dari dokter umum dan dokter
spesialis yang terlatih dan diharapkan memiliki rasa pengabdian yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien(Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,2002).
Dalam intensitas interaksi dalam penyampaian jasa dapat
berlangsung dalam 3 tingkatan yaitu, (1) High-contact services, suatu
jasa yang membutuhkan interaksi yang signifikan anatara pelanggan,
petugas serta peralatan dan fasilitas jasa, (2) Medium-contact services,
suatu jasa yang membutuhkan interaksi yang terbatas antara pelanggan,
petugas serta peralatan dan fasilitas jasa, dan (3) Low-contact services,
suatu jasa yang membutuhkan interaksi yang minimal antara pelanggan,
petugas serta peralatan dan fasilitas jasa (Lovelock dan Wright,
2002:53).
II.3.1. Pelayanan tenaga perawat
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berdasarkan pelayanan
bio,psiko,sosio, dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu,keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat
(Depkes,2004). Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan serta
kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kegiatan
yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,pencegahan
penyakit,penyuluhan serta pemeliharaan dengan menekankan kepada
upaya pelayanan utama sesuai dengan wewenang,tanggung jawab dan
etika profesi.
Secara umum,tujuan asuhan keperawatan menurut Depkes
(2004) adalah :
a. Membantu individu,keluarga dan masyarakat agar mampu
melaksanakan kegiatan hidupnya karena tidak memiliki kepuasan
fisik dan mental serta tidak memiliki kemauan dan
pengetahuan,tidak dapat melakukan sendiri.
b. Membantu individu,keluarga dan masyarakat agar dapat
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah kesehatan
sehingga dapat berdiri sendiri dan percaya kepada dirinya untuk
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
II.3.2. Pelayanan tenaga Radiografer
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas,wewenang
dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan radiografi dan imejing di unit pelayanan kesehatan
(Menkes,2007).Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang member
kontribusi di bidang radiografi dan imejing dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan yang telah lulus dari akademi
radiodiagnostik dan radioterapi(Putu Adi Susanta,2008).
II.3.3. Pelayanan tenaga Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter yang bertugas melakukan
pemeriksaan image atau gambar-gambar medis seperti foto rontgen, CT-
Scan,MRI, dan prosedur-prosedur lain untuk membantu diagnosis penyakit
pasien dan pada keadaan tertentu mengobati pasien. Dokter ini juga
memberikan terapi radiasi untuk pasien penderita kanker
(Aminuddin,2009).
II.3.4. Pelayanan tenaga Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi
Dokter spesialis bedah orthopaedi adalah seorang dokter yang
mempelajari tentang cedera akut,kronis, dan trauma serta gangguan
sistem musculoskeletal.Dokter bedah orthopaedi menghadapi sebagian
besar penyakit musculoskeletal termasuk arthritis,trauma, dan kongenital
menggunakan peralatan bedah dan non-bedah (Aminuddin,2009).
II.4.Orthopaedi
Bedahorthopaedi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang cedera akut,kronis,dan trauma serta gangguan lain sistem
musculoskeletal.Dokter bedah orthopaedi menghadapi sebagian besar
penyakit musculoskeletal termasuk arthritis,trauma dan kongenital
menggunakan peralatan bedah dan non-bedah (Wikipedia).
Jean-andre venel menderikan lembaga orthopaedi pertama pada tahun
1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat
rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak orthopaedi
atau dokter orthopaedi pertama dalam pertimbangan pendirian RS-nya dan
atas metode-metodenya yang diterbitkan (Wikipedia).Sedangkan sejarah
bedah orthopaedi di Indonesia dirintis oleh Prof.Dr.Raden Soeharso,FICS.,
dengan dimulainya pendirian pusat rehabilitasi (Rehabilitation Centrum =
RC) bagi penderita cacat oleh pemerintah (tahun 1951) di Surakarta. Pada
tahun 1954,Departemen Kesehatan melengkapi RC dengan Lembaga Bedah
Orthopaedi.Pendidikan bedah orthopaedi kemudian berlanjut menjadi suatu
pendidikan yang formal di Jakarta pada tahun 1968(Prof.chairudin
rasjad,MD.,Ph.D, 2007).
Ditinjau dari segi rasio,maka rasio Ahli Bedah Orthopaedi dengan
penduduk di Indonesia masih tidak berimbang dimana jumlah Ahli Bedah
Orthopaedi Indonesia sebanyak 220 orang,melayani 220 juta orang sehingga
satu ahli bedah orthopaedi melayani satu juta penduduk.Di Negara-negara
Asia lainnya,rasio ini berkisar antara lima belas ribu sampai seratus ribu
penduduk untuk satu Ahli Bedah Orthopaedi,apalagi dibandingkan dengan
Negara-negara Eropa,Amerika dan Jepang. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa perkembangan bedah orthopaedi di Indonesia masih tertinggal
dibanding dengan Negara-negara lainnya(Prof.chairudin
rasjad,MD.,Ph.D,2007).
Oleh karena terbatasnya Ahli Bedah Orthopaedi, yang hanya berada di
pusat-pusat pendidikan dan di daerah-daerah tertentu maka pelayanan bedah
orthopaedimasih harus ditangani oleh Ahli Bedah Umum.Biaya untuk
tindakan operasi yang sangat mahal dan fasilitas di rumah sakit yang kurang
memadai,turut mempersulit dalam melakukan tindakan yang adekuat.
Penderita-penderita trauma yang pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas merupakan persoalan utama dan pada umumnya diperlukan
tindakan operasi yang segera(Prof.chairudin rasjad,MD.,Ph.D, 2007).
Pada saat ini bedah orthopaedi modern bertanggung jawab untuk
menangani atau mengelola diagnosis dan penatalaksanaan penyakit atau
kelainan orthopaedi serta trauma musculoskeletal. Ruang lingkup bedah
orthopaedi tidak saja terbatas pada tulang dan sendi,tapi juga struktur
struktur yang melekat pada tulang dan sendi,termasuk di dalamnya otot
,tendo,ligamentum,bursa,sinovia,saraf dan kadang-kadang pembuluh darah.
Dalam hal ini tidak termasuk trauma pada kepala yang merupakan
wewenang Ahli Bedah Saraf,dan trauma pada mandibula atau maksila yang
merupakan bagian dari Ahli Bedah Plastik dan Rekonstruksi serta Ahli
Bedah Gigi dan Mulut(Prof.Chairudin Rasjad,MD.,Ph.D,2007).
Ruang lingkup bedah orthopaedi meliputi (Prof.chairudin
rasjad,MD.,Ph.D,2007) :
a. Kelainan bawaan dan perkembangan.
b. Infeksi dan inflamasi.
c. Penyakit reumatik,artropati dan arthritis metabolik.
d. Kelainan metabolic dan endokrin pada tulang.
e. Kelainan degenerative tulang dan sendi.
f. Kelainan neuromuskuler.
g. Kelainan epifisis dan lempeng epifisis.
h. Tumor dan sejenisnya.
i. Trauma.
j. Rehabilitasi.
II.5. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk,jasa,manusia,proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Dadang Setiawan, dkk,2009).Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan
yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan. Pada dasarnya, definisi kualitas jasa berfokus
kepada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan(Dadang Setiawan,
dkk,2009).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
,meningkatkan kesehatan,mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan,keluarga,kelompok,dan ataupun masyarakat
(Data studi informasi,2008).Pelayanan merupakan setiap kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi kepentingan orang banyak, dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,pencegahan,pengobatan,
dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.Jenis pelayanan kesehatan
tergantung dari berbagai faktor, yaitu (Data studi informasi,2008).
a. Pengorganisasian pelayanan : pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan
secara sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.
b. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan : pencegahan penyakit,memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan,penyembuhan/pengobatan dan
pemulihan kesehatan.
c. Sasaran pelayanan : perorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat.
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan harus
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas.Manajemen rumah sakit
harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam hal ini masyarakat dengan
berbagai tingkat kebutuhannya (Data studi informasi,2008). Sebuah rumah sakit
didirikan dan dijalankan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
dalam bentuk perawatan,pemeriksaan,pengobatan,tindakan medis atau non-
medis,dan tindakan diagnosis lainnya yang dibutuhkan oleh masing-masing
pasien dalam batas-batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan di
rumah sakit, disamping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi
kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai dengan
tingkat rumah sakitnya (Data studi informasi,2008).Pelayanan kesehatan di
rumah sakit adalah kegiatan pelayanan yang berupa pelayanan rawat
jalan,pelayanan rawat inap, pelayanan administrasi, pelayanan gawat darurat
yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik (Data studi
informasi,2008).
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik
dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan
kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok
yang dimaksud adalah(Data studi informasi,2008):
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat
diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar.Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah
mudah dicapai oleh masyarakat yaitu dari segi lokasinya.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah
dijangkau oleh masyarakat.Pengertian keterjangkauan yang dimaksud
disini termasuk dari sudut biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu.
Pengertian yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan,dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang
telah ditetapkan. Mutu pelayanan kesehatan mengenai keefektifan
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu(
Data studi informasi,2008) :
1) Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empati,
respect dan tanggapan akan kebutuhannya,pelayanan harus sesuai
dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara ramah pada waktu
berkunjung ke rumah sakit.
2) Dari sudut pandang petugas kesehatan, mutu pelayanan berarti bebas
melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik
dan memenuhi standar yang baik.
3) Dari sudut pandang manajer, mutu pelayanan tidak berhubungan
langsung dengan tugas mereka sehari-hari, namun tetap sama
pentingnya. Untuk para manajer fokus pada mutu akan mendorongnya
untuk mengatur staf,pasien dan masyarakat dengan baik.
4) Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki
tenaga professional yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para
manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi dan kewajaran
penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari
berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga,peralatan,biaya dan
waktu.
Fungsi dari kegiatan rumah sakit sangat bervariasi,sesuai dengan
perkembangan zaman.Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai
tempat penyembuhan penyakit,tempat pengasuhan,tempat pelayanan,
pendidikan,penelitian sederhana,dan bersifat sosial. Rumah sakit fungsinya
menjadi berkembang sesuai dengan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi antara lain, sebagai pengembangan pendidikan dan
penelitian,spesialistik/subspesialistik ( Data studi informasi,2008).
Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek
pelayanan,baik yang bersifat fisik maupun non fisik agar efektivitas pelayanan
kesehatan dapat terwujud (Data studi informasi, 2008).Konsep mutu merupakan
konsep multi dimensi, Konsep ini merupakan pengembangan teori yang
terpijak pada prinsip-prinsip efektivitas pelayanan,yakni; costumer
fokus,process improvement,total improvement(Data studi informasi,2008).Mutu
pelayanan lebih mengacu pada konsep costumer fokus,dimana mutu pelayanan
merupakan penilaian terhadap kepuasan pelanggan (pasien) yang harus
dipenuhi setiap saat,baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal (Data
studi informasi,2008).
Menurut American society for quality control,mutu adalah keseluruhan
ciri-ciri karakteristik dari suatu produk/jasa dalam hal kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan bersifat laten.
(Lupiyoadi,2001)
Efektivitas pelayanan kesehatan dalam bentuk pemberian dan
pengobatanpasien bila semua pihak terkait dan mendukung kegiatan ini tidak
berada dalam posisi sebagai unit dari suatu sistem menuju tercapainya yang
telah disepakati. Mengacu pada pengelolaan rumah sakit yang senantiasa
berusaha member pelayanan dan pengobatan sebaik-baiknya, EHS IN
HOSPITAL dapat secara operasional didefinisikan sebagai suatu sistem
pengelolaan pelayanan di rumah sakit melalui jalur komunikasi untuk
membentuk perilaku institusi guna tercapainya efektivitas serta mutu pelayanan
yang optimal. (Ngatimin,2000)
Untuk mencapai tujuan yang optimal,jalur komunikasi memegang
peranan yang sangat penting dimana hal ini tidak terlepas dari faktor petugas
pelayanan,sehingga menurut Ngatimin (2000) mengemukakan seorang petugas
kesehatan ideal adalah mereka yang memiliki ability
(kemampuan),performance (kinerja),personality (kepribadian),credibility
(kepercayaan), dan maturity (kematangan).
Dari beberapa unsur diatas,dapat didefinisikan sebagai berikut :
a) Ability:Petugas kesehatan memiliki kemampuan teori
danpengalamanLapangan sehingga pada
pelaksanaan tugasnya,petugas kesehatanyang
dimaksud mampu menunjukkan prestasi.
b) Performance :Membina dan memelihara kinerja dari petugas dan institusi
yang diwakilinya merupakan kewajiban petugas
yang ideal.
c) Personality :Seorang petugas kesehatan sangat erat hubungannya
dengan rasa tanggung jawab sebagai petugas
kesehatan serta memelihara tugas-tugas dibidang
kesehatan yang berkaitan dengan keselamatan
jiwa orang lain yang menjadikan kepribadian yang
sangat penting.
d) Credibility :Layak dipercaya, jujur sebagai pemberi
layanan.
e) Maturity :Mampu mengendalikan kondisi, dalam halinikemampuan jiwa
yang dewasa dan cukup matang untuk
mengendalikan diri orang lain.
II.6. Dimensi Kualitas
Dimensi kualitas adalah kehandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), kepedulian (emphaty), dan produk-
produk fisik (tangible).(Farida, 2005)
a. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan cepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependably), terutama dalam memberikan pelayanan tepat waktu (ontime), dan
cara yang sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan
kesalahan.
b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan atau keinginan para tenaga
medis untuk membantu dan memberikan jasa/pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasien.
c. Jaminan (Assurance), yaitu suatu pengetahuan, kemampuan,keramahan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya untuk menghilangkan sifat keraguan pasien
dan pasien merasa terbebas dari bahaya dan risiko.
d. Kepedulian (Emphaty), yaitu suatu sikap kontak personal maupun perusahaan
untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen dengan komunikasi
yang baik dan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik,perhatian
dan memahami pasien.
e. Produk-produk fisik (Tangible), yaitu tersedianya fasilitas fisik, ruangan tunggu
yang nyaman, bersih,rapih, dan penampilan personal.
Kotler (2003) menyebutkan bahwa untuk menerangkan persaingan global, maka
penyedia jasa harus mengerjakan tiga tugas utama yaitu(Dadang setiawan,dkk,2009) :
a. Meningkatkan diferensiasi persaingan
b. Meningkatkan kualitas layanan
c. Meningkatkan produktifitas
Ketiga tugas tersebut difokuskan pada kualitas layanan. Beberapa manfaat dari
kualitas jasa antara lain :
1) Kualitas layanan memberikan keuntungan potensi terutama dalam meraih
penjualan profit yang besar, caranya yaitu dengan memberikan kualitas layanan
yang unggul, maka pelanggan akan datang kembali
2) Kualitas layanan membantu penyedia jasa dalam membuat pelanggan tetap
bertahan. Dengan adanya kualitas layanan yang baik, maka akan tercipta
kesetiaan pelanggan terhadap produk yang sudah ada, bahkan untuk produk-
produk baru yang diluncurkan penyedia jasa tersebut. Dengan kualitas yang
memuaskan maka akan mencerminkan citra dari suatu perusahaan.
II.7. Pengertian kepuasan
Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah puas,merasa senang,
perihal (hal yang bersifat puas,kesenangan,kelegaan,dan sebagainya).
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas,rasa senang dan kelegaan
seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk
mendapatkan pelayanan suatu jasa.
Mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.Tingkat
kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja atau hasil yang
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,maka pelanggan
akan sangat kecewa. Bila kinerja sudah sesuai hrapan,maka pelanggan akan
sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat
puas, harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa
lampau,komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,kurang sensitif terhadap harga dan
member komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.(Supranto,2001)
Menurut kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibanding dengan
harapannya.Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang
diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal
yang mudah.
Suatu pelayanan dinilai memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pasien
merupakan elemen yang penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih
baik,lebih efisien dan lebih efektifapabila pasien merasa tidak puas terhadap
suatu pelayanan yang disediakan ,maka pelayanan tersebut dapat dipastikan
tidak efektif dan tidak efisien (Yunianto triatmojo,2006).
II.8. Pengertian kepuasan pasien
Tujuan akhir dari suatu jasa dan pelayanan adalah kepuasan pelanggan
(pasien/keluarga).Beberapa pengertian mengenai kepuasan pelanggan telah
dikemukakan oleh para ahli, satu dengan yang lainnya saling
melengkapi.Pendapat tersebut hanya berbeda pada cara pandang terhadap suatu
tingkat kepuasan pelanggan.
Eric Arnould,Linda Price dan George zinkhan (2002) dalam bukunya
Customers memberikan definisi mengenai kepuasan (satisfaction) sebagai :
suatu pendapat mengenai derajat kesenangan terhadap pemenuhan sehubungan
dengan konsumsi, termasuk derajat pemenuhan yang kurang atau berlebih.
(satisfaction is a judgement of a pleasurable level of consumption-related
fulfillment,including level of underfulfillment or overfulfillment).
Sehubungan dengan pengertian diatas ada beberapa hal dirasa penting
untuk dikemukakan, sehingga dapat memperjelas definisi di atas. Pertama,
pelanggan akan berpendapat puas karena menghargai beberapa aspek atau
tahapan suatu produk atau layanan yang dialaminya. Pelanggan sebuah Rumah
Sakit (pasien/keluarga) dapat saja merasa puas,karena pelayanan atau jasa yang
diberikan oleh rumah sakit,misalnya : pelayanan dokter yang ramah, pelayanan
dokter yang memberikan informasi tentang penyakit yang diderita pasien
dengan sejelas-jelasnya, pelayanan keperawatan yang ramah,pelayanan
keperawatan yang ramah,cekatan,biaya pengobatan yang murah, alat-alat yang
lengkap,canggih,dan sebagainya. Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa
banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan pelanggan.
Hal kedua dari definisi di atas adalah pemenuhan. Pelanggan akan
merasakan terpenuhi harapannya atau puas dengan dihindarkannya keadaan
yang negativ. Pelanggan dapat juga merasa lebih puas, bilamana pelayanan
yang diberikan melebihi dari yang diharapkan.pemenuhan dapat bervariasi,
seperti : seseorang akan merasakan puas bilaman terhindar dari hal-hal yang
bersifat negativ (misalnya : pasien yang sedang menjalani operasi merasa puas
dapat terhindar dari suatu efek samping anastesi). Atau seseorang akan
merasakan kepuasan yang berlebih (overfulfillment), karena menerima
kesenangan yang melebihi apa yang diharapkannya, misalnya : seseorang yang
sedang menjalani operasi simpel fraktur pada daerah femoral,dan ternyata
dokter melakukan operasi dengan sukses, dan menguntungkan pasien dari segi
estetika karena bekas luka dari sayatan operasi yang nyaris tidak terlihat.
Hal ketiga adalah pernyataan bahwa kepuasan dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal yang terdapat pada pelanggan.Kita tidak dapat mengatakan
bahwa mutu produk atau jasa dapat menyebabkan kepuasan, tanpa mengetahui
pengalaman dari pelanggan.Pernyataan mengenai kepuasan dapat bervariasi.
Pada pelanggan tertentu dapat saling berhubungan antara kepuasan dengan hal-
hal yang bersifat sosial,seperti: nilai-nilai
budaya,pengertian,kepercayaan,emosi,hubungan kelompok dan konflik
(Arnould et al,2002). Demikian juga dengan faktor pendidikan,penghasilan,dan
pembiayaan kesehatan dapat menimbulkan variasi tingkat kepuasaan
pasien/keluarganya.
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien
adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,tetapi jika pasien merasa
tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain
tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu
perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem
untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya.Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan
kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat
merebut pelanggan.Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas
suatu produk dengan criteria yang dirasakan konsumen atas produk tersebut.
Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan
mengalami kepuasan.
Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh indarjati (2001) yang
menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bias dirasakan oleh
konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan,yaitu
jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka
konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen
kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka
konsumen menjadi tidak puas.Kepuasan konsumen merupakan perbandingan
antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima
oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa.
Menurut (Engel dkk 1995:273) kepuasan didefinisikan sebagai evaluasi
pasca konsumsi bahwa suatu alternative yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan.Menurut (Kotler,2000:37) kepuasan (satisfaction) adalah
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan performa (kinerja)
tenaga medis dengan harapan-harapannya. Berdasarkan definisi di atas,maka
kepuasan merupakan fungsi dari kesan performa dan harapan. Apabila performa
berada di bawah harapan maka pelanggan atau pasien tidak merasa puas, jika
performa memenuhi harapan maka pasien akan merasa puas, dan jika performa
melebihi harapan pasien maka pelanggan akan merasa sangat puas atau sangat
senang. Kotler juga melakukan sebuah survei secara periodik dengan kuesioner
atau melalui telefon untuk mengetahui apa saja yang disukai (puas) dan yang
tidak disukai (tidak puas) oleh para pelanggan (pasien), yaitu :
a. Directly report satisfaction, yaitu menanyakan tingkat kepuasan
konsumen atas pelayanan perusahaan baik secara keseluruhan maupun
secara khusus, yang akan memperoleh jawaban mulai dari sangat tidak
puas sampai dengan sangat puas yang kemudian disajikan dalam bentuk
diagram.
b. Derived dissatisfaction, yaitu dengan meminta partisipasi pelanggan
untuk menilai kualitas pelayanan saat ini dan menanyakan bagaimana
seharusnya menurut pelanggan.
c. Problem analysis, yaitu menanyakan apa yang menjadi masalah
pelanggan dalam mendapatkan pelayanan sekaligus meminta usulan
sebagai bahan koreksi di masa mendatang.
d. Importance/problem ratings, yaitu menanyakan para pelanggan mengenai
tingkat kepentingan tiap pelayanan dan bagaimana perusahaan
menyajikan setiap pelayanan tersebut.
II.9. Kepuasan Pasien Orthopaedi
Kepuasan pasien orthopaedi berbeda dengan kepuasan pasien pada poli
lainnya, karena dalam bidang orthopaedi rata-rata menangani kasus trauma
yang dapat dan sangat sering mengakibatkan gangguan atau pun cedera pada
salah satu bagian tubuh. Gangguan atau pun cedera pada salah satu bagian
tubuh ini yang sangat sering adalah bagian ekstremitas atas maupun ekstremitas
bagian bawah, dimana walaupun hanya terjadi gangguan atau cedera pada salah
satu sisi dan salah satu ekstremitas (atas/bawah) akan sangat berpengaruh
terhadap aktivitas, yang harus diberi bantuan atau pun penopang untuk
meminimalisir cedera dan nyeri pada pasien yaitu dengan menggunakan kursi
roda, tongkat atau pun pembidaian.
Pada saat salah satu bagian tubuh pasien menderita gangguan atau pun
cedera akan sangat berpengaruh terhadap beberapa aspek, yaitu :
a) Fisik, karena adanya gangguan atau pun cedera pada salah satu bagian
tubuh pasien akan mengakibatkan terbatasnya gerak pasien dan aktivitas
sehari-hari.
b) Mental, adanya perubahan mental yang dikarenakan rasa malu pada diri
pasien dimana pasien harus menggunakan alat bantu untuk bergerak dan
menjalankan aktivitasnya sehari-hari, yaitu dengan menggunakan kursi
roda, tongkat, atau pembidaian.
Karena adanya dua aspek diatas, maka pasien akan sangat termotivasi
dirinya untuk dapat sembuh dari gangguan atau pun cedera pada salah satu
bagian tubuhnya. Adanya motivasi yang tinggi inilah dimana pihak dari
pemberi pelayanan jasa yaitu pihak rumah sakit dari dokter, perawat ,dan
tenaga medis lainnya harus dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan.
Bagi pemberi pelayanan jasa disini yaitu dokter, perawat, dan tenaga
medis lainnya tidaklah suatu tugas yang mudah untuk dapat memberikan rasa
puas terhadap pasien, Karena pasien orthopaedi rata-rata disertai dengan
keluhan nyeri pada bagian yang didapati gangguan atau pun cedera, yang
dimana keterampilan dari dokter,perawat, dan tenaga medis sangat diperlukan.
Dimana rasa nyeri pada pasien orthopaedi berbeda dengan rasa nyeri di
bidang lainnya, maka disinilah pihak pemberi layanan jasa harus lebih
menyikapi dengan berhati-hati dan memberikan keterampilannya semaksimal
mungkin untuk tiap pasien.
II.10. Total Quality Control (TQC)
Untuk dapat memperoleh mutu yang baik, pihak manajemen Rumah
Sakit dapat menyelenggarakan Total Quality Control dimana merupakan
Sistem manajemen yang dimulai dari jepang sesudah kehadiran sarjana
Amerika Dr. W.E. Deming tahun 1950, diikuti oleh J.M. Juran tahun 1954 dan
sesudah mengalami perubahan dan modifikasi,kemudian dilaksanakan di
Jepang dengan sangat berhasil. Amerika sendiri baru mengikuti beberapa
tahun kemudian sekitar tahun 1980 .
Total Quality Control adalah system manajemen yang mengelola
perusahaan dan kegiatannya dengan mengikutsertakan seluruh jajaran
karyawan, untuk berperan serta dalam mengembangkan dan meningkatkan
mutu di segala bidang demi kepuasan pelanggan (dalam hal ini demi kepuasan
pasien). Pengertian Total Quality Control itu sendiri adalah :
a. Total berarti menyeluruh atau terpadu : mengikutsertakan seluruh jajaran
karyawan dari dasar sampai puncak ,dari bagian mengambil file sampai
ke kepala rumah sakit.
b. Quality atau mutu yang di bidang rumah sakit berarti mutu layanan
terhadap pasien. Mutu yang baik berarti antara lain pasien mendapat
layanan yang cepat,diagnosis dan terapi yang tepat,keramahtamahan yang
cukup,pelayanan apotik yang cepat dan biaya yang terjangkau. Pengertian
mutu meliputi kulitas layanan,biaya,waktu,semangat kerja.
c. Control berarti pengawasan/pengendalian/pembinaan.
TQC adalah diadakannya kegiatan kelompok-kelompok kecil atau
disebut Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu, yaitu kelompok
karyawan dari tingkat yang sama yang terdiri dari 5-8 orang yang
mengadakan diskusi secara rutin (berkala) seminggu sekali selama kira-kira 1
jam membahas persoalan-persoalan dan memecahkannya untuk disampaikan
ke tingkat lebih atas.
Quality control circle dapat dari 1 departemen saja misalnya 1
kelompok tediri dari 5 orang dari medikal record saja yang membahas untuk
kemajuan medikal record saja atau bisa antar departemen yang saling
terkait,misalnya 1 kelompok terdiri dari 1 orang farmasi, 1 orang logistik,1
orang gudang, 1 orang perawat lantai,1 orang perawat poliklinik dan 1 dokter.
II.10.1. Kelompok
a. Anggota tidak lebih dari 10 orang, yang ideal 5-8 orang untuk efisiensi.
b. Setiap anggota ikut berperan secara aktif.
c. Ditentukan seorang ketua dan sekretaris kelompok yang dipilih secara
demokratis.
d. Pertemuan diadakan secara berkala dan dijadwalkan dengan baik
(misalnya 1 minggu sekali selama 1 jam).
e. Tugasnya melakukan peningkatan mutu.
f. Melakukan kegiatan perbaikan cara kerja .
g. Menggunakan teknik peningkatan mutu yaitu PDCA
(plan,do,check,action).
h. Berkembang sendiri dan saling membantu.
i. Sebaiknya dibatasi untuk tidak membahas persoalan yang bersifat pribadi.
II.10.2. Ciri Khas TQC:
II.10.2.1. Brain Storming
Dalam pelaksanaannya diterapkan cara brain storming yaitu suatu
teknik mengumpulkan ide sebanyak mungkin dalam menemukan dan
memecahkan masalah-masalah.
Masing-masing peserta dalam kelompok itu diberi kesempatan
untuk mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi dan juga usulan-
usulan ,apa yang dikemukakan.
II.10.2.2. Siklus PDCA
Ket:
a. Plan :Buat rencana yang baik sebelum mulai bekerja
b. Do :Kerjakan sesuai dengan rencana yang diterapkan
c. Check :Periksa hasil keadaan apakah sesuai dengan rencana
ACTION PLAN
CHECK DO
d. Action : Ambil tindakan koreksi/perbaikan atas
penyimpangan,susun rencana baru
Perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Tidak menghalangi seseorang untuk berbicara dalam
kelompok tersebut.
- Bersedia menerima pendapat orang lain dan tidak melakukan kritik yang
merusak orang lain.
- Selalu mengambil manfaat dari ide-ide orang lain. Lebih banyak ide lebih
baik.
- Setiap orang bertanggung jawab terhadap ide yang
dikeluarkan.
II.10.2.3..Cause effect diagram
Sebagai contoh,bila ada laporan bahwa hasil laboratorium agak
lambat dan kadang-kadang kurang tepat.Karena rumah sakit ingin
memberikan layanan sebaik-baiknya maka ini sudah merupakan
masalah yang harus diperbaiki.Pihak manajemen harus menentukan
hal-hal yang bisa menjadi penyebab.
Bila faktor man yang menjadi penyebab maka mungkin
karyawan kurang produktif/kekurangan tenaga kerja atau kerja
samanya kurang baik. Karyawan disini bisa karyawan
laboratorium,perawat yang mengambil darah di lantai perawatan atau
kurir. Harus dicari jalan keluar(Dr. suparto adikoesoemo,2003).
Man
Material
Methode
Environment
Machine
Bila faktor mesin/alat yang menjadi penyebab harus dicari
jalan keluar apakah alat perlu diperbaiki/ditambah/diganti dengan yang
lebih baik lagi.
Bila faktor material yang menjadi penyebab harus diusahakan
material (dalam hal ini reagen) sebaik mungkin, baik dalam mutu
maupun pengadaannya.
Sebab lain yang mungkin adalah faktor metode yaitu system
yang dipakai laboratorium dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Bila ini dinilai kurang, bisa diperbaiki.
Faktor yang lain lagi adalah environment yaitu keadaan/suasana
lingkungan kerja di laboratorium. Bila ini dianggap kurang,
diusahakan untuk diperbaiki.
II.10.2.4. Training/Upgrading
Sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu baik bagi
dokter,perawat maupun karyawan lain.Sebagai contoh disini di ruang
ICU.Para perawat disini harus banyak latihan di pusat-pusat
pendidikan dan latihan, baik di lama maupun luar negeri.
Untuk dokter sudah jelas makin banyak mengikuti
trainingakan semakin baik terutama di bidang kedokteran. Untuk
karyawan lain tidak kalah pentingnya, misalnya di bagian medical
record perlu karyawan training/kursus di bidang ini. Demikian juga
training di bidang computer yang memang sangat perlu uintuk era
ini.Training ini akan lebih baik bila dikoordinir dan direncanakan
dengan seksama.
II.10.2.5. Cost Effectiveness
Penghematan biaya rumah sakit sangat diperlukan dalam
meningkatkan mutunya.Penekanan biaya ini harus dilakukan di segala
bidang. Yang dilakukan di rumah sakit ini antara lain biaya pembelian
obat-obatan dan barang/instrumen yang sudah berhasil ditekan(Dr.
Suparto Adikoesoemo,2003).
Hal-hal lain yang berhubungan dengan penekanan biaya ini
antara lain penekanan biaya operasional lain,misalnya mematikan
lampu-lampu dan AC pada saat tidak digunakan, efisiensi pemakaian
air,penghematan pemakaian bahan-bahan tertentu seperti alkohol,alat
suntik,kertas tissue, dan kertas lain(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).
Karyawan sendiri diharapkan kesadarannya untuk menghemat
segala biaya yang masih mungkin dihemat.Kesadaran untuk menekan
biaya ini ditekankan pada para perawat,tenaga administrasi,
teknisi,para dokter dibantu dengan pengendalian dari quality control
circle(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).
II.11. Total Quality Management (TQM)
Sistem manajemen ini tidak berbeda banyak dengan TQC. Definisinya
adalah proses kegiatan perbaikan mutu yang berkesinambungan meliputi
semua pekerja/karyawan di dalam organisasi,termasuk manajer sampai
dengan bawahan dalam suatu usaha yang terintegrasi secara menyeluruh,
memperbaiki penampilan/kinerja pada setiap tingkatan(Dr. Suparto
Adikoesoemo,2003).
Mergen dan Pray melukiskan 3 komponen model sebagai kunci TQM ,
yaitu (Dr. Suparto Adikoesoemo,2003):
a. Meningkatkan mutu yang terfokus pada kebutuhan dan kepuasan
pelanggan, yang meliputi perubahan pada permintaan pelanggan
termasuk di dalamnya adanya kekurangan/kesalahan produksi dan
berusaha mengembangkan mutu dengan dasar survey pada costumer
(pelanggan).
b. Perbaikan dan proses kemampuan membuat model secara
berkelanjutan yang mengakibatkan aktivitas menuju perbaikan mutu
secara terintegrasi.
c. Menambah kemungkinan dalam persaingan,dan membuat bench
marking dimana tim dapat memperkirakan siapa yang terbaik dalam
industry atau pelayanan jasa dan mempergunakan informasi yang di
dapat untuk membantuaktivitas perbaikan yang berkelanjutan.
Di rumah sakit peningkatan mutu disini adalah bagaimana pasien
dilayani sebaik-baiknya sehingga dia merasa puas dan penyakit yang diderita
bias sembuh mulai dari pasien mendaftar, sistem medikal record,sampai
bertemu dokter tidak terlalu lama dan juga waktu pemeriksaan dokter dan
perawat bersikap cukup ramah. Demikian juga pemeriksaan penunjang baik
laboratorium,rontgen dan sebagainya berjalan dengan baik dan cukup
cepat.Sampai juga mengambil obat di apotek.Untuk ini memang perlu
partisipasi dari karyawan segala tingkat dan menjadi tanggung jawab semua
karyawan.
Untuk ini manajemen harus mendorong agar TQM dijalankan dengan
baik, karena tanpa komitmen dari pimpinan puncak hal ini tidak akan
terwujud(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).
II.12. Kerangka Konsep
Penilaian kepuasan terhadap :
- Dokter spesialis orthopaedi
- Perawat - Radiograph
er - Dokter
spesialis radiografer
Dimensi kualitas :
1. Kehandalan (reliability)
2. Daya tanggap (responsivene
ss) 3. Jaminan
(assurance)
4. Kepedulian (emphaty)
5. Produk-produk fisik
(tangible)
KEPUASAN
PASIEN
Sarana dan prasarana :
- Tempat parkir - Tempat
pendaftaran
- Kamar mandi - Ruang tunggu
Manajemen Rumah
Sakit :
- Biaya pelayanan
- Sistem pengantrian
- Sistem pembayaran
Mental :
- Tidak percaya diri
- Rasa malu - stres
Fisik :
- Keterbatasan beraktivitas
- Cacat fisik
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Performance
II.13. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang,perumusan masalah, tujuan penelitian, dan
tinjauan pustaka maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelReliability
(Kehandalan) terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik
Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.
H2= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabel
Responsiveness ( Daya Tanggap)terhadap kepuasan pasien
rawat jalan Poliklinik Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta
Selatan.
H3= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelAssurance (
Jaminan)terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik
Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.
H4= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelEmphaty (
Kepedulian )terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik
Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.
H5= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelTangible (
Produk Fisik )terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik
Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.
Jika signifikan level > 0,05 maka H0 diterima, yaitu tidak terdapat pengaruh dari
variabel independen kehandalan, daya tanggap, jaminan, kepdulian, dan produk fisik
terhadap kepuasan pasien.
Jika signifikan level < 0,05 maka H0 ditolak, yaitu terdapat pengaruh dari variabel
independen kehandalan, daya tanggap, jaminan, kepdulian, dan produk fisik terhadap
kepuasan pasien.