34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit menurut undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 1, rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(Undang- undang Republik Indonesia,2009). Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (Undang-undang Republik Indonesia,2009). Dimana pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,preventif,kuratif,dan rehabilitatif (Undang-undang Republik Indonesia,2009). II.1.2. Asas dan tujuan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 2, Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan Kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan keselamatan pasien,serta mempunyai fungsi sosial(Undang-undang Republik Indonesia,2009). Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit menurut undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 3 bertujuan : a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

Bab 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi Rumah Sakit

    Definisi Rumah Sakit menurut undang-undang republik Indonesia

    no.44/2009 pasal 1, rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

    menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

    menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(Undang-

    undang Republik Indonesia,2009). Gawat darurat adalah keadaan klinis

    pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa

    dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (Undang-undang Republik

    Indonesia,2009). Dimana pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan

    kesehatan yang meliputi promotif,preventif,kuratif,dan rehabilitatif

    (Undang-undang Republik Indonesia,2009).

    II.1.2. Asas dan tujuan

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 2,

    Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan

    Kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

    persamaan hak, anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan keselamatan

    pasien,serta mempunyai fungsi sosial(Undang-undang Republik

    Indonesia,2009).

    Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit menurut undang-undang

    republik Indonesia no.44/2009 pasal 3 bertujuan :

    a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

    kesehatan.

    b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan

    pasien,masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia

    di rumah sakit.

    c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

    sakit.

  • d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien,masyarakat,sumber daya

    manusia rumah sakit, dan rumah sakit.

    II.1.3. Tugas dan fungsi

    Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

    perorangan secara paripurna menurut undang-undang republik Indonesia

    no.44/2009 pasal 4, dan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan

    undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 5 rumah sakit

    mempunyai fungsi sebagai berikut :

    a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

    sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

    b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

    pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

    kebutuhan medis.

    c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

    dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

    kesehatan.

    d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

    teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

    kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

    kesehatan.

    II.1.4. Klasifikasi rumah sakit

    Berdasarkan bentuk pelayanan,rumah sakit dibedakan jemisnya

    yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum

    adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar

    dan spesialistik,pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan

    pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap .rumah sakit

    khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan

    medik spesialistik tertentu,pelayanan penunjang medik,pelayanan

    instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat

    inap(Depkes,2008).

  • Rumah sakit umum pemerintah diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan

    :

    1. Rumah sakit kelas A, rumah sakit tipe ini memiliki pelayanan

    medik spesialis luas dan sub spesialis luas

    2. Rumah sakit kelas BII, rumah sakit tipe ini memliki pelayanan

    medik spesialis luas dan sub spesialis terbatas

    3. Rumah sakit kelas BI,rumah sakit tipe ini minimal memiliki 11

    (sebelas) macam pelayanan medik spesialistik

    4. Rumah sakit kelas C,rumah sakit tipe ini minimal memiliki 4

    (empat) macam pelayanan medik spesialistik dasar

    5. Rumah sakit kelas D,rumah sakit tipe ini minimal memiliki

    pelayanan medik dasar

    Untuk rumah sakit umum swasta,klasifikasinya berbeda, yaitu :

    1. Rumah sakit umum tingkat utama, rumah sakit tipe ini

    memiliki pelayanan medik umum,spesialistik, dan

    subspesialistik

    2. Rumah sakit umum tingkat madya, rumah sakit tipe ini

    minimal memiliki 4 (empat) macam pelayanan medik

    spesialistik

    3. Rumah sakit umum tingkat pratama,rumah sakit tipe ini

    memiliki pelayanan medik umum

    II.1.5. Bangunan

    Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 9 harus dapat digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang

    paripurna,pendidikan,pelatihan, serta penelitian dan pengenmbangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi kesehatan(Undang-undang Republik

    Indonesia,2009).

    Bangunan rumah sakit sebagaimana yang dimaksud di atas adalah

    paling sedikit terdiri atas ruang :

  • a. Ruang Rawat jalan

    b. Ruang rawat inap

    c. Ruang gawat darurat

    d. Ruang operasi

    e. Ruang tenaga kesehatan

    f. Ruang radiologi

    g. Ruang laboratorium

    h. Ruang sterilisasi

    i. Ruang farmasi

    j. Ruang pendidikan dan latihan

    k. Ruang kantor dan administrasi

    l. Ruang ibadah

    m. Ruang tunggu

    n. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit

    o. Ruang menyusui

    p. Ruang mekanik

    q. Ruang dapur

    r. Laundry

    s. Kamar jenazah

    t. Taman

    u. Pengolahan sampah

    v. Pelataran parkir yang mencukupi

    II.1.6. Sumber daya manusia

    Tenaga kesehatan merupakan komponen utama pemberi pelayanan

    kesehatan kepada masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan

    pembangunan kesehatan yang sesuai dengan tujuan nasional sebagaimana

    diamanatkan oleh konstitusi. Selaku komponen utama pemberi pelayanan

    kesehatan tentunya keberadaan,peran,dan tanggung jawab tenaga

    kesehatan sangatlah penting dalam kegiatan pembangunan kesehatan.

    Dan agar pelaksanaan dan pendayagunaan terhadap keberadaan,peran,

  • dan tanggung jawab tenaga kesehatan tersebut berjalan dengan

    baik,seimbang,teratur,terjaga mutunya, dan terlindungi baik bagi tenaga

    kesehatan itu sendiri maupun bagi masyarakat yang menerima pelayanan

    kesehatan tersebut tentu perlu pengaturan yang dituangkan dalam bentuk

    peraturan perundang-undangan (Depkes,2010). Menurut Undang-

    Undang RepublikIndonesia no.44/2009 pasal 12 ayat (1),yaitu rumah

    sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis,tenaga

    keperawatan,tenaga kefarmasian,tenaga manajemen rumah sakit, dan

    tenaga nonkesehatan(Undang-undang Republik Indonesia,2009). Jumlah

    dari sumber daya manusia harus disesuaikan dengan jenis dan klasifikasi

    rumah sakit(Undang-undang Republik Indonesia,2009).

    Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

    bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau keterampilan

    melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

    memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

    (Menkes,2010).

    Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah sakit

    wajib memiliki surat izin praktik, sertifikat kompetensi, dan surat tanda

    registrasi. adapun yang dimaksud sertifikat kompetensi adalah surat tanda

    pengakuan terhadap kompetensi seseorang tenaga kesehatan untuk dapat

    menjalankan praktik dan / atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia

    setelah lulus uji kompetensi (Menkes,2010). Dan surat tanda registrasi

    adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga

    kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi

    (Menkes,2010).

    Setiap tenaga kesehatan atau tenaga medis sebelum mendapatkan

    surat izin praktek harus dilakukan terlebih dahulu uji kompetensi yaitu

    suatu proses untuk mengukur pengetahuan,keterampilan, dan sikap tenaga

    kesehatan sesuai dengan standar profesi (Menkes,2010).

  • Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja

    sesuai dengan standar profesi,standar pelayanan rumah sakit, standar

    prosedur operasional yang berlaku,etika profesi,menghormati hak pasien,

    dan mengutamakan keselamatan pasien sesuai dengan undang-undang

    republik Indonesia no.44/2009 pasal 13 ayat (3)(Undang-undang

    Republik Indonesia,2009).

    II.1.7. Fasilitas

    Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

    menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

    preventif,kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,

    pemerintah daerah, dan / atau masyarakat (Menkes,2010) . Berdasarkan

    undang-undang republik Indonesia no.44/2009 pasal 16 ayat (1)

    persyaratan peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar

    pelayanan, persyaratan mutu,keamanan,keselamatan,dan layak

    pakai(Undang-undang Republik Indonesia,2009).Peralatan medis harus

    diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas

    kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang

    ayat (2) (Undang-undang Republik Indonesia,2009).Peralatan yang

    menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi

    oleh lembaga yang berwenang ayat (3)(Undang-undang Republik

    Indonesia, 2009).Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di rumah

    sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien ayat (4)

    (Undang-undang Republik Indonesia,2009).Pengoperasian dan

    pemeliharaan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh petugas yang

    mempunyai kompetensi di bidangnya ayat (5) (Undang-undang Republik

    Indonesia,2009).Pemeliharaan peralatan harus didokumentasikan dan

    dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan ayat (6) (Undang-

    undang Republik Indonesia,2009.

  • II.1.8. Kewajiban dan hak

    Setiap rumah sakit sesuai dengan undan-undang republik Indonesia

    no.44/2009 pasal 29 ayat (1) mempunyai kewajiban :

    a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit

    kepada masyarakat.

    b. Memberi pelayanan kesehatan yang

    aman,bermutu,antidiskriminasi,dan efektif dengan mengutamakan

    kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

    c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

    kemampuan pelayanannya.

    d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

    bencana,sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

    e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

    miskin.

    f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas

    pelayanan pasien tidak mampu/miskin,pelayanan gawat darurat tanpa

    uang muka,ambulans gratis,pelayanan korban bencana dan kejadian

    luar biasa,atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.

    g. Membuat,melaksanakan,dan menjaga standar mutu pelayanan

    kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

    h. Menyelenggarakan rekam medis.

    i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain

    sarana ibadah,parkir,ruang tunggu, sarana untuk org cacat, wanita

    menyusui,anak-anak,lanjut usia.

    j. Melaksanakan sistem rujukan.

    k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi

    dan etika serta peraturan perundang-undangan.

    l. Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai hak dan

    kewajiban pasien.

    m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

  • n. Melaksanakan etika rumah sakit.

    o. Memiliki system pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

    bencana.

    p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

    regional maupun nasional.

    q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

    kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

    r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.

    s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas

    rumah sakit dalam melaksanakan tugas.

    t. Memberlakukan seluruh lingkunganrumah sakit sebagai kawasan

    tanpa rokok.

    II.1.9. Hak rumah sakit

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal 30

    menyatakan bahwa setiap rumah sakit mempunyai hak :

    a. Menentukan jumlah,jenis,dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai

    dengan klasifikasi rumah sakit.

    b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan penghargaan

    yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    d. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.

    e. Mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan pelayanan

    kesehatan.

    f. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    II.1.10. Kewajiban pasien

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.44/2009 pasal

    31, butir-butir kewajiban pasien adalah Setiap pasien mempunyai

    kewajiban terhadap rumah sakit atas pelayanan yang diterimanya.

  • Adapun hak pasien yang telah diatur oleh Undang-Undang Republik

    Indonesia no.44/2009 pasal 32 yaitu :

    a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

    berlaku di rumah sakit.

    b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

    c. Memperoleh layanan yang manusiawi,adil,jujur,dan tanpa

    diskriminasi.

    d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

    profesi dan standar prosedur operasional.

    e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

    terhindar dari kerugian fisik dan materi.

    f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

    g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

    peraturan yang berlaku di rumah sakit.

    h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada doketr

    lain yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik di dalam maupun di

    luar rumah sakit.

    i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

    data-data medisnya.

    j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

    medis ,tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,risiko dan komplikasi

    yang mungkin terjadi,dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

    serta perkiraan biaya pengobatan.

    k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

    dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

    l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

    m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

    selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

    n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

    perawatan di rumah sakit.

  • o. Mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap

    dirinya.

    p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

    dan kepercayaan yang dianutnya.

    q. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

    memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

    perdata ataupun pidana.

    r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

    pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    II.2. Pelayanan Rawat Jalan

    Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit

    yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,

    termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik (Ismail,

    dkk,2010).Dalam pelayanan rawat jalan ada beberapa prosedur yang harus

    diketahui atau harus kita pahami, agar proses pelayanan itu berjalan dengan

    baik, dan sesuai dengan aturan yang berlaku di pemerintah. prosedur yang

    berlaku sekarang ini yaitu (Ismail, dkk,2010) :

    a. Pasien mendaftar di loket rawat jalan.

    b. Pasien menunggu panggilan pada poliklinik yang di tujunya.

    c. Pasien menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan.

    d. Bila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka

    akan berlaku prosedur pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik,

    dalam bidang orthopaedi penunjang diagnostik disini adalah bagian

    radiologi.

    e. Pasien meninggalkan poli.

    II.3. Pelayanan Tenaga Medik

    Pelayanan tenaga medik adalah ahli kedokteran dengan fungsi

    utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan

    menggunakan tatacara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik

  • yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan

    (Aniroen,2002).Tenaga medik ini terdiri dari dokter umum dan dokter

    spesialis yang terlatih dan diharapkan memiliki rasa pengabdian yang

    tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien(Direktorat Jenderal

    Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,2002).

    Dalam intensitas interaksi dalam penyampaian jasa dapat

    berlangsung dalam 3 tingkatan yaitu, (1) High-contact services, suatu

    jasa yang membutuhkan interaksi yang signifikan anatara pelanggan,

    petugas serta peralatan dan fasilitas jasa, (2) Medium-contact services,

    suatu jasa yang membutuhkan interaksi yang terbatas antara pelanggan,

    petugas serta peralatan dan fasilitas jasa, dan (3) Low-contact services,

    suatu jasa yang membutuhkan interaksi yang minimal antara pelanggan,

    petugas serta peralatan dan fasilitas jasa (Lovelock dan Wright,

    2002:53).

    II.3.1. Pelayanan tenaga perawat

    Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan professional

    yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

    didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berdasarkan pelayanan

    bio,psiko,sosio, dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada

    individu,keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat

    (Depkes,2004). Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan

    karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan serta

    kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kegiatan

    yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,pencegahan

    penyakit,penyuluhan serta pemeliharaan dengan menekankan kepada

    upaya pelayanan utama sesuai dengan wewenang,tanggung jawab dan

    etika profesi.

    Secara umum,tujuan asuhan keperawatan menurut Depkes

    (2004) adalah :

  • a. Membantu individu,keluarga dan masyarakat agar mampu

    melaksanakan kegiatan hidupnya karena tidak memiliki kepuasan

    fisik dan mental serta tidak memiliki kemauan dan

    pengetahuan,tidak dapat melakukan sendiri.

    b. Membantu individu,keluarga dan masyarakat agar dapat

    meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah kesehatan

    sehingga dapat berdiri sendiri dan percaya kepada dirinya untuk

    mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.

    II.3.2. Pelayanan tenaga Radiografer

    Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas,wewenang

    dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

    kegiatan radiografi dan imejing di unit pelayanan kesehatan

    (Menkes,2007).Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang member

    kontribusi di bidang radiografi dan imejing dalam upaya peningkatan

    kualitas pelayanan kesehatan yang telah lulus dari akademi

    radiodiagnostik dan radioterapi(Putu Adi Susanta,2008).

    II.3.3. Pelayanan tenaga Dokter Spesialis Radiologi

    Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter yang bertugas melakukan

    pemeriksaan image atau gambar-gambar medis seperti foto rontgen, CT-

    Scan,MRI, dan prosedur-prosedur lain untuk membantu diagnosis penyakit

    pasien dan pada keadaan tertentu mengobati pasien. Dokter ini juga

    memberikan terapi radiasi untuk pasien penderita kanker

    (Aminuddin,2009).

    II.3.4. Pelayanan tenaga Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi

    Dokter spesialis bedah orthopaedi adalah seorang dokter yang

    mempelajari tentang cedera akut,kronis, dan trauma serta gangguan

    sistem musculoskeletal.Dokter bedah orthopaedi menghadapi sebagian

    besar penyakit musculoskeletal termasuk arthritis,trauma, dan kongenital

    menggunakan peralatan bedah dan non-bedah (Aminuddin,2009).

  • II.4.Orthopaedi

    Bedahorthopaedi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari

    tentang cedera akut,kronis,dan trauma serta gangguan lain sistem

    musculoskeletal.Dokter bedah orthopaedi menghadapi sebagian besar

    penyakit musculoskeletal termasuk arthritis,trauma dan kongenital

    menggunakan peralatan bedah dan non-bedah (Wikipedia).

    Jean-andre venel menderikan lembaga orthopaedi pertama pada tahun

    1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat

    rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak orthopaedi

    atau dokter orthopaedi pertama dalam pertimbangan pendirian RS-nya dan

    atas metode-metodenya yang diterbitkan (Wikipedia).Sedangkan sejarah

    bedah orthopaedi di Indonesia dirintis oleh Prof.Dr.Raden Soeharso,FICS.,

    dengan dimulainya pendirian pusat rehabilitasi (Rehabilitation Centrum =

    RC) bagi penderita cacat oleh pemerintah (tahun 1951) di Surakarta. Pada

    tahun 1954,Departemen Kesehatan melengkapi RC dengan Lembaga Bedah

    Orthopaedi.Pendidikan bedah orthopaedi kemudian berlanjut menjadi suatu

    pendidikan yang formal di Jakarta pada tahun 1968(Prof.chairudin

    rasjad,MD.,Ph.D, 2007).

    Ditinjau dari segi rasio,maka rasio Ahli Bedah Orthopaedi dengan

    penduduk di Indonesia masih tidak berimbang dimana jumlah Ahli Bedah

    Orthopaedi Indonesia sebanyak 220 orang,melayani 220 juta orang sehingga

    satu ahli bedah orthopaedi melayani satu juta penduduk.Di Negara-negara

    Asia lainnya,rasio ini berkisar antara lima belas ribu sampai seratus ribu

    penduduk untuk satu Ahli Bedah Orthopaedi,apalagi dibandingkan dengan

    Negara-negara Eropa,Amerika dan Jepang. Oleh karena itu dapat dikatakan

    bahwa perkembangan bedah orthopaedi di Indonesia masih tertinggal

    dibanding dengan Negara-negara lainnya(Prof.chairudin

    rasjad,MD.,Ph.D,2007).

    Oleh karena terbatasnya Ahli Bedah Orthopaedi, yang hanya berada di

    pusat-pusat pendidikan dan di daerah-daerah tertentu maka pelayanan bedah

  • orthopaedimasih harus ditangani oleh Ahli Bedah Umum.Biaya untuk

    tindakan operasi yang sangat mahal dan fasilitas di rumah sakit yang kurang

    memadai,turut mempersulit dalam melakukan tindakan yang adekuat.

    Penderita-penderita trauma yang pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan

    lalu lintas merupakan persoalan utama dan pada umumnya diperlukan

    tindakan operasi yang segera(Prof.chairudin rasjad,MD.,Ph.D, 2007).

    Pada saat ini bedah orthopaedi modern bertanggung jawab untuk

    menangani atau mengelola diagnosis dan penatalaksanaan penyakit atau

    kelainan orthopaedi serta trauma musculoskeletal. Ruang lingkup bedah

    orthopaedi tidak saja terbatas pada tulang dan sendi,tapi juga struktur

    struktur yang melekat pada tulang dan sendi,termasuk di dalamnya otot

    ,tendo,ligamentum,bursa,sinovia,saraf dan kadang-kadang pembuluh darah.

    Dalam hal ini tidak termasuk trauma pada kepala yang merupakan

    wewenang Ahli Bedah Saraf,dan trauma pada mandibula atau maksila yang

    merupakan bagian dari Ahli Bedah Plastik dan Rekonstruksi serta Ahli

    Bedah Gigi dan Mulut(Prof.Chairudin Rasjad,MD.,Ph.D,2007).

    Ruang lingkup bedah orthopaedi meliputi (Prof.chairudin

    rasjad,MD.,Ph.D,2007) :

    a. Kelainan bawaan dan perkembangan.

    b. Infeksi dan inflamasi.

    c. Penyakit reumatik,artropati dan arthritis metabolik.

    d. Kelainan metabolic dan endokrin pada tulang.

    e. Kelainan degenerative tulang dan sendi.

    f. Kelainan neuromuskuler.

    g. Kelainan epifisis dan lempeng epifisis.

    h. Tumor dan sejenisnya.

    i. Trauma.

    j. Rehabilitasi.

  • II.5. Kualitas Pelayanan Kesehatan

    Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

    produk,jasa,manusia,proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

    harapan (Dadang Setiawan, dkk,2009).Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan

    yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

    memenuhi keinginan pelanggan. Pada dasarnya, definisi kualitas jasa berfokus

    kepada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

    penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan(Dadang Setiawan,

    dkk,2009).

    Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara

    sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

    ,meningkatkan kesehatan,mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

    memulihkan kesehatan perorangan,keluarga,kelompok,dan ataupun masyarakat

    (Data studi informasi,2008).Pelayanan merupakan setiap kegiatan yang

    dilakukan untuk memenuhi kepentingan orang banyak, dalam memenuhi

    kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,pencegahan,pengobatan,

    dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.Jenis pelayanan kesehatan

    tergantung dari berbagai faktor, yaitu (Data studi informasi,2008).

    a. Pengorganisasian pelayanan : pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan

    secara sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.

    b. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan : pencegahan penyakit,memelihara

    dan meningkatkan derajat kesehatan,penyembuhan/pengobatan dan

    pemulihan kesehatan.

    c. Sasaran pelayanan : perorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat.

    Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan harus

    memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas.Manajemen rumah sakit

    harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam hal ini masyarakat dengan

    berbagai tingkat kebutuhannya (Data studi informasi,2008). Sebuah rumah sakit

    didirikan dan dijalankan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan

    dalam bentuk perawatan,pemeriksaan,pengobatan,tindakan medis atau non-

  • medis,dan tindakan diagnosis lainnya yang dibutuhkan oleh masing-masing

    pasien dalam batas-batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan di

    rumah sakit, disamping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan

    kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi

    kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai dengan

    tingkat rumah sakitnya (Data studi informasi,2008).Pelayanan kesehatan di

    rumah sakit adalah kegiatan pelayanan yang berupa pelayanan rawat

    jalan,pelayanan rawat inap, pelayanan administrasi, pelayanan gawat darurat

    yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik (Data studi

    informasi,2008).

    Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik

    dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan

    kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok

    yang dimaksud adalah(Data studi informasi,2008):

    a. Tersedia dan berkesinambungan

    Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan

    kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

    berkesinambungan.

    b. Dapat diterima dan wajar

    Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat

    diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar.Artinya pelayanan

    kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

    masyarakat.

    c. Mudah dicapai

    Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah

    mudah dicapai oleh masyarakat yaitu dari segi lokasinya.

    d. Mudah dijangkau

    Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah

    dijangkau oleh masyarakat.Pengertian keterjangkauan yang dimaksud

    disini termasuk dari sudut biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang

  • seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai

    dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

    e. Bermutu

    Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu.

    Pengertian yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat

    kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu

    pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan,dan dipihak lain

    tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang

    telah ditetapkan. Mutu pelayanan kesehatan mengenai keefektifan

    pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu(

    Data studi informasi,2008) :

    1) Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empati,

    respect dan tanggapan akan kebutuhannya,pelayanan harus sesuai

    dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara ramah pada waktu

    berkunjung ke rumah sakit.

    2) Dari sudut pandang petugas kesehatan, mutu pelayanan berarti bebas

    melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan

    derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu

    pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik

    dan memenuhi standar yang baik.

    3) Dari sudut pandang manajer, mutu pelayanan tidak berhubungan

    langsung dengan tugas mereka sehari-hari, namun tetap sama

    pentingnya. Untuk para manajer fokus pada mutu akan mendorongnya

    untuk mengatur staf,pasien dan masyarakat dengan baik.

    4) Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki

    tenaga professional yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para

    manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi dan kewajaran

    penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari

    berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga,peralatan,biaya dan

    waktu.

  • Fungsi dari kegiatan rumah sakit sangat bervariasi,sesuai dengan

    perkembangan zaman.Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai

    tempat penyembuhan penyakit,tempat pengasuhan,tempat pelayanan,

    pendidikan,penelitian sederhana,dan bersifat sosial. Rumah sakit fungsinya

    menjadi berkembang sesuai dengan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi antara lain, sebagai pengembangan pendidikan dan

    penelitian,spesialistik/subspesialistik ( Data studi informasi,2008).

    Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek

    pelayanan,baik yang bersifat fisik maupun non fisik agar efektivitas pelayanan

    kesehatan dapat terwujud (Data studi informasi, 2008).Konsep mutu merupakan

    konsep multi dimensi, Konsep ini merupakan pengembangan teori yang

    terpijak pada prinsip-prinsip efektivitas pelayanan,yakni; costumer

    fokus,process improvement,total improvement(Data studi informasi,2008).Mutu

    pelayanan lebih mengacu pada konsep costumer fokus,dimana mutu pelayanan

    merupakan penilaian terhadap kepuasan pelanggan (pasien) yang harus

    dipenuhi setiap saat,baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal (Data

    studi informasi,2008).

    Menurut American society for quality control,mutu adalah keseluruhan

    ciri-ciri karakteristik dari suatu produk/jasa dalam hal kemampuannya untuk

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan bersifat laten.

    (Lupiyoadi,2001)

    Efektivitas pelayanan kesehatan dalam bentuk pemberian dan

    pengobatanpasien bila semua pihak terkait dan mendukung kegiatan ini tidak

    berada dalam posisi sebagai unit dari suatu sistem menuju tercapainya yang

    telah disepakati. Mengacu pada pengelolaan rumah sakit yang senantiasa

    berusaha member pelayanan dan pengobatan sebaik-baiknya, EHS IN

    HOSPITAL dapat secara operasional didefinisikan sebagai suatu sistem

    pengelolaan pelayanan di rumah sakit melalui jalur komunikasi untuk

  • membentuk perilaku institusi guna tercapainya efektivitas serta mutu pelayanan

    yang optimal. (Ngatimin,2000)

    Untuk mencapai tujuan yang optimal,jalur komunikasi memegang

    peranan yang sangat penting dimana hal ini tidak terlepas dari faktor petugas

    pelayanan,sehingga menurut Ngatimin (2000) mengemukakan seorang petugas

    kesehatan ideal adalah mereka yang memiliki ability

    (kemampuan),performance (kinerja),personality (kepribadian),credibility

    (kepercayaan), dan maturity (kematangan).

    Dari beberapa unsur diatas,dapat didefinisikan sebagai berikut :

    a) Ability:Petugas kesehatan memiliki kemampuan teori

    danpengalamanLapangan sehingga pada

    pelaksanaan tugasnya,petugas kesehatanyang

    dimaksud mampu menunjukkan prestasi.

    b) Performance :Membina dan memelihara kinerja dari petugas dan institusi

    yang diwakilinya merupakan kewajiban petugas

    yang ideal.

    c) Personality :Seorang petugas kesehatan sangat erat hubungannya

    dengan rasa tanggung jawab sebagai petugas

    kesehatan serta memelihara tugas-tugas dibidang

    kesehatan yang berkaitan dengan keselamatan

    jiwa orang lain yang menjadikan kepribadian yang

    sangat penting.

    d) Credibility :Layak dipercaya, jujur sebagai pemberi

    layanan.

    e) Maturity :Mampu mengendalikan kondisi, dalam halinikemampuan jiwa

    yang dewasa dan cukup matang untuk

    mengendalikan diri orang lain.

  • II.6. Dimensi Kualitas

    Dimensi kualitas adalah kehandalan (reliability), daya tanggap

    (responsiveness), jaminan (assurance), kepedulian (emphaty), dan produk-

    produk fisik (tangible).(Farida, 2005)

    a. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

    dijanjikan dengan cepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya

    (dependably), terutama dalam memberikan pelayanan tepat waktu (ontime), dan

    cara yang sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan

    kesalahan.

    b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan atau keinginan para tenaga

    medis untuk membantu dan memberikan jasa/pelayanan yang dibutuhkan oleh

    pasien.

    c. Jaminan (Assurance), yaitu suatu pengetahuan, kemampuan,keramahan,

    kesopanan dan sifat dapat dipercaya untuk menghilangkan sifat keraguan pasien

    dan pasien merasa terbebas dari bahaya dan risiko.

    d. Kepedulian (Emphaty), yaitu suatu sikap kontak personal maupun perusahaan

    untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen dengan komunikasi

    yang baik dan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik,perhatian

    dan memahami pasien.

    e. Produk-produk fisik (Tangible), yaitu tersedianya fasilitas fisik, ruangan tunggu

    yang nyaman, bersih,rapih, dan penampilan personal.

    Kotler (2003) menyebutkan bahwa untuk menerangkan persaingan global, maka

    penyedia jasa harus mengerjakan tiga tugas utama yaitu(Dadang setiawan,dkk,2009) :

    a. Meningkatkan diferensiasi persaingan

    b. Meningkatkan kualitas layanan

    c. Meningkatkan produktifitas

    Ketiga tugas tersebut difokuskan pada kualitas layanan. Beberapa manfaat dari

    kualitas jasa antara lain :

  • 1) Kualitas layanan memberikan keuntungan potensi terutama dalam meraih

    penjualan profit yang besar, caranya yaitu dengan memberikan kualitas layanan

    yang unggul, maka pelanggan akan datang kembali

    2) Kualitas layanan membantu penyedia jasa dalam membuat pelanggan tetap

    bertahan. Dengan adanya kualitas layanan yang baik, maka akan tercipta

    kesetiaan pelanggan terhadap produk yang sudah ada, bahkan untuk produk-

    produk baru yang diluncurkan penyedia jasa tersebut. Dengan kualitas yang

    memuaskan maka akan mencerminkan citra dari suatu perusahaan.

    II.7. Pengertian kepuasan

    Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah puas,merasa senang,

    perihal (hal yang bersifat puas,kesenangan,kelegaan,dan sebagainya).

    Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas,rasa senang dan kelegaan

    seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk

    mendapatkan pelayanan suatu jasa.

    Mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

    membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.Tingkat

    kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja atau hasil yang

    dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,maka pelanggan

    akan sangat kecewa. Bila kinerja sudah sesuai hrapan,maka pelanggan akan

    sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat

    puas, harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa

    lampau,komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media.

    Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,kurang sensitif terhadap harga dan

    member komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.(Supranto,2001)

    Menurut kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang

    setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibanding dengan

    harapannya.Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi

    antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang

    diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal

    yang mudah.

  • Suatu pelayanan dinilai memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat

    memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pasien

    merupakan elemen yang penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih

    baik,lebih efisien dan lebih efektifapabila pasien merasa tidak puas terhadap

    suatu pelayanan yang disediakan ,maka pelayanan tersebut dapat dipastikan

    tidak efektif dan tidak efisien (Yunianto triatmojo,2006).

    II.8. Pengertian kepuasan pasien

    Tujuan akhir dari suatu jasa dan pelayanan adalah kepuasan pelanggan

    (pasien/keluarga).Beberapa pengertian mengenai kepuasan pelanggan telah

    dikemukakan oleh para ahli, satu dengan yang lainnya saling

    melengkapi.Pendapat tersebut hanya berbeda pada cara pandang terhadap suatu

    tingkat kepuasan pelanggan.

    Eric Arnould,Linda Price dan George zinkhan (2002) dalam bukunya

    Customers memberikan definisi mengenai kepuasan (satisfaction) sebagai :

    suatu pendapat mengenai derajat kesenangan terhadap pemenuhan sehubungan

    dengan konsumsi, termasuk derajat pemenuhan yang kurang atau berlebih.

    (satisfaction is a judgement of a pleasurable level of consumption-related

    fulfillment,including level of underfulfillment or overfulfillment).

    Sehubungan dengan pengertian diatas ada beberapa hal dirasa penting

    untuk dikemukakan, sehingga dapat memperjelas definisi di atas. Pertama,

    pelanggan akan berpendapat puas karena menghargai beberapa aspek atau

    tahapan suatu produk atau layanan yang dialaminya. Pelanggan sebuah Rumah

    Sakit (pasien/keluarga) dapat saja merasa puas,karena pelayanan atau jasa yang

    diberikan oleh rumah sakit,misalnya : pelayanan dokter yang ramah, pelayanan

    dokter yang memberikan informasi tentang penyakit yang diderita pasien

    dengan sejelas-jelasnya, pelayanan keperawatan yang ramah,pelayanan

    keperawatan yang ramah,cekatan,biaya pengobatan yang murah, alat-alat yang

    lengkap,canggih,dan sebagainya. Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa

    banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan pelanggan.

  • Hal kedua dari definisi di atas adalah pemenuhan. Pelanggan akan

    merasakan terpenuhi harapannya atau puas dengan dihindarkannya keadaan

    yang negativ. Pelanggan dapat juga merasa lebih puas, bilamana pelayanan

    yang diberikan melebihi dari yang diharapkan.pemenuhan dapat bervariasi,

    seperti : seseorang akan merasakan puas bilaman terhindar dari hal-hal yang

    bersifat negativ (misalnya : pasien yang sedang menjalani operasi merasa puas

    dapat terhindar dari suatu efek samping anastesi). Atau seseorang akan

    merasakan kepuasan yang berlebih (overfulfillment), karena menerima

    kesenangan yang melebihi apa yang diharapkannya, misalnya : seseorang yang

    sedang menjalani operasi simpel fraktur pada daerah femoral,dan ternyata

    dokter melakukan operasi dengan sukses, dan menguntungkan pasien dari segi

    estetika karena bekas luka dari sayatan operasi yang nyaris tidak terlihat.

    Hal ketiga adalah pernyataan bahwa kepuasan dipengaruhi oleh faktor-

    faktor internal yang terdapat pada pelanggan.Kita tidak dapat mengatakan

    bahwa mutu produk atau jasa dapat menyebabkan kepuasan, tanpa mengetahui

    pengalaman dari pelanggan.Pernyataan mengenai kepuasan dapat bervariasi.

    Pada pelanggan tertentu dapat saling berhubungan antara kepuasan dengan hal-

    hal yang bersifat sosial,seperti: nilai-nilai

    budaya,pengertian,kepercayaan,emosi,hubungan kelompok dan konflik

    (Arnould et al,2002). Demikian juga dengan faktor pendidikan,penghasilan,dan

    pembiayaan kesehatan dapat menimbulkan variasi tingkat kepuasaan

    pasien/keluarganya.

    Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien

    adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas

    merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan

    terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,tetapi jika pasien merasa

    tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain

    tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu

    perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem

    untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk

  • mempertahankan pasiennya.Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan

    kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat

    merebut pelanggan.Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas

    suatu produk dengan criteria yang dirasakan konsumen atas produk tersebut.

    Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan

    mengalami kepuasan.

    Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh indarjati (2001) yang

    menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bias dirasakan oleh

    konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan,yaitu

    jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka

    konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen

    kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka

    konsumen menjadi tidak puas.Kepuasan konsumen merupakan perbandingan

    antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima

    oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa.

    Menurut (Engel dkk 1995:273) kepuasan didefinisikan sebagai evaluasi

    pasca konsumsi bahwa suatu alternative yang dipilih setidaknya memenuhi atau

    melebihi harapan.Menurut (Kotler,2000:37) kepuasan (satisfaction) adalah

    sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan performa (kinerja)

    tenaga medis dengan harapan-harapannya. Berdasarkan definisi di atas,maka

    kepuasan merupakan fungsi dari kesan performa dan harapan. Apabila performa

    berada di bawah harapan maka pelanggan atau pasien tidak merasa puas, jika

    performa memenuhi harapan maka pasien akan merasa puas, dan jika performa

    melebihi harapan pasien maka pelanggan akan merasa sangat puas atau sangat

    senang. Kotler juga melakukan sebuah survei secara periodik dengan kuesioner

    atau melalui telefon untuk mengetahui apa saja yang disukai (puas) dan yang

    tidak disukai (tidak puas) oleh para pelanggan (pasien), yaitu :

    a. Directly report satisfaction, yaitu menanyakan tingkat kepuasan

    konsumen atas pelayanan perusahaan baik secara keseluruhan maupun

    secara khusus, yang akan memperoleh jawaban mulai dari sangat tidak

  • puas sampai dengan sangat puas yang kemudian disajikan dalam bentuk

    diagram.

    b. Derived dissatisfaction, yaitu dengan meminta partisipasi pelanggan

    untuk menilai kualitas pelayanan saat ini dan menanyakan bagaimana

    seharusnya menurut pelanggan.

    c. Problem analysis, yaitu menanyakan apa yang menjadi masalah

    pelanggan dalam mendapatkan pelayanan sekaligus meminta usulan

    sebagai bahan koreksi di masa mendatang.

    d. Importance/problem ratings, yaitu menanyakan para pelanggan mengenai

    tingkat kepentingan tiap pelayanan dan bagaimana perusahaan

    menyajikan setiap pelayanan tersebut.

    II.9. Kepuasan Pasien Orthopaedi

    Kepuasan pasien orthopaedi berbeda dengan kepuasan pasien pada poli

    lainnya, karena dalam bidang orthopaedi rata-rata menangani kasus trauma

    yang dapat dan sangat sering mengakibatkan gangguan atau pun cedera pada

    salah satu bagian tubuh. Gangguan atau pun cedera pada salah satu bagian

    tubuh ini yang sangat sering adalah bagian ekstremitas atas maupun ekstremitas

    bagian bawah, dimana walaupun hanya terjadi gangguan atau cedera pada salah

    satu sisi dan salah satu ekstremitas (atas/bawah) akan sangat berpengaruh

    terhadap aktivitas, yang harus diberi bantuan atau pun penopang untuk

    meminimalisir cedera dan nyeri pada pasien yaitu dengan menggunakan kursi

    roda, tongkat atau pun pembidaian.

    Pada saat salah satu bagian tubuh pasien menderita gangguan atau pun

    cedera akan sangat berpengaruh terhadap beberapa aspek, yaitu :

    a) Fisik, karena adanya gangguan atau pun cedera pada salah satu bagian

    tubuh pasien akan mengakibatkan terbatasnya gerak pasien dan aktivitas

    sehari-hari.

    b) Mental, adanya perubahan mental yang dikarenakan rasa malu pada diri

    pasien dimana pasien harus menggunakan alat bantu untuk bergerak dan

  • menjalankan aktivitasnya sehari-hari, yaitu dengan menggunakan kursi

    roda, tongkat, atau pembidaian.

    Karena adanya dua aspek diatas, maka pasien akan sangat termotivasi

    dirinya untuk dapat sembuh dari gangguan atau pun cedera pada salah satu

    bagian tubuhnya. Adanya motivasi yang tinggi inilah dimana pihak dari

    pemberi pelayanan jasa yaitu pihak rumah sakit dari dokter, perawat ,dan

    tenaga medis lainnya harus dapat memberikan pelayanan jasa yang

    memuaskan.

    Bagi pemberi pelayanan jasa disini yaitu dokter, perawat, dan tenaga

    medis lainnya tidaklah suatu tugas yang mudah untuk dapat memberikan rasa

    puas terhadap pasien, Karena pasien orthopaedi rata-rata disertai dengan

    keluhan nyeri pada bagian yang didapati gangguan atau pun cedera, yang

    dimana keterampilan dari dokter,perawat, dan tenaga medis sangat diperlukan.

    Dimana rasa nyeri pada pasien orthopaedi berbeda dengan rasa nyeri di

    bidang lainnya, maka disinilah pihak pemberi layanan jasa harus lebih

    menyikapi dengan berhati-hati dan memberikan keterampilannya semaksimal

    mungkin untuk tiap pasien.

    II.10. Total Quality Control (TQC)

    Untuk dapat memperoleh mutu yang baik, pihak manajemen Rumah

    Sakit dapat menyelenggarakan Total Quality Control dimana merupakan

    Sistem manajemen yang dimulai dari jepang sesudah kehadiran sarjana

    Amerika Dr. W.E. Deming tahun 1950, diikuti oleh J.M. Juran tahun 1954 dan

    sesudah mengalami perubahan dan modifikasi,kemudian dilaksanakan di

    Jepang dengan sangat berhasil. Amerika sendiri baru mengikuti beberapa

    tahun kemudian sekitar tahun 1980 .

    Total Quality Control adalah system manajemen yang mengelola

    perusahaan dan kegiatannya dengan mengikutsertakan seluruh jajaran

    karyawan, untuk berperan serta dalam mengembangkan dan meningkatkan

    mutu di segala bidang demi kepuasan pelanggan (dalam hal ini demi kepuasan

    pasien). Pengertian Total Quality Control itu sendiri adalah :

  • a. Total berarti menyeluruh atau terpadu : mengikutsertakan seluruh jajaran

    karyawan dari dasar sampai puncak ,dari bagian mengambil file sampai

    ke kepala rumah sakit.

    b. Quality atau mutu yang di bidang rumah sakit berarti mutu layanan

    terhadap pasien. Mutu yang baik berarti antara lain pasien mendapat

    layanan yang cepat,diagnosis dan terapi yang tepat,keramahtamahan yang

    cukup,pelayanan apotik yang cepat dan biaya yang terjangkau. Pengertian

    mutu meliputi kulitas layanan,biaya,waktu,semangat kerja.

    c. Control berarti pengawasan/pengendalian/pembinaan.

    TQC adalah diadakannya kegiatan kelompok-kelompok kecil atau

    disebut Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu, yaitu kelompok

    karyawan dari tingkat yang sama yang terdiri dari 5-8 orang yang

    mengadakan diskusi secara rutin (berkala) seminggu sekali selama kira-kira 1

    jam membahas persoalan-persoalan dan memecahkannya untuk disampaikan

    ke tingkat lebih atas.

    Quality control circle dapat dari 1 departemen saja misalnya 1

    kelompok tediri dari 5 orang dari medikal record saja yang membahas untuk

    kemajuan medikal record saja atau bisa antar departemen yang saling

    terkait,misalnya 1 kelompok terdiri dari 1 orang farmasi, 1 orang logistik,1

    orang gudang, 1 orang perawat lantai,1 orang perawat poliklinik dan 1 dokter.

    II.10.1. Kelompok

    a. Anggota tidak lebih dari 10 orang, yang ideal 5-8 orang untuk efisiensi.

    b. Setiap anggota ikut berperan secara aktif.

    c. Ditentukan seorang ketua dan sekretaris kelompok yang dipilih secara

    demokratis.

    d. Pertemuan diadakan secara berkala dan dijadwalkan dengan baik

    (misalnya 1 minggu sekali selama 1 jam).

    e. Tugasnya melakukan peningkatan mutu.

    f. Melakukan kegiatan perbaikan cara kerja .

  • g. Menggunakan teknik peningkatan mutu yaitu PDCA

    (plan,do,check,action).

    h. Berkembang sendiri dan saling membantu.

    i. Sebaiknya dibatasi untuk tidak membahas persoalan yang bersifat pribadi.

    II.10.2. Ciri Khas TQC:

    II.10.2.1. Brain Storming

    Dalam pelaksanaannya diterapkan cara brain storming yaitu suatu

    teknik mengumpulkan ide sebanyak mungkin dalam menemukan dan

    memecahkan masalah-masalah.

    Masing-masing peserta dalam kelompok itu diberi kesempatan

    untuk mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi dan juga usulan-

    usulan ,apa yang dikemukakan.

    II.10.2.2. Siklus PDCA

    Ket:

    a. Plan :Buat rencana yang baik sebelum mulai bekerja

    b. Do :Kerjakan sesuai dengan rencana yang diterapkan

    c. Check :Periksa hasil keadaan apakah sesuai dengan rencana

    ACTION PLAN

    CHECK DO

  • d. Action : Ambil tindakan koreksi/perbaikan atas

    penyimpangan,susun rencana baru

    Perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

    - Tidak menghalangi seseorang untuk berbicara dalam

    kelompok tersebut.

    - Bersedia menerima pendapat orang lain dan tidak melakukan kritik yang

    merusak orang lain.

    - Selalu mengambil manfaat dari ide-ide orang lain. Lebih banyak ide lebih

    baik.

    - Setiap orang bertanggung jawab terhadap ide yang

    dikeluarkan.

    II.10.2.3..Cause effect diagram

    Sebagai contoh,bila ada laporan bahwa hasil laboratorium agak

    lambat dan kadang-kadang kurang tepat.Karena rumah sakit ingin

    memberikan layanan sebaik-baiknya maka ini sudah merupakan

    masalah yang harus diperbaiki.Pihak manajemen harus menentukan

    hal-hal yang bisa menjadi penyebab.

    Bila faktor man yang menjadi penyebab maka mungkin

    karyawan kurang produktif/kekurangan tenaga kerja atau kerja

    samanya kurang baik. Karyawan disini bisa karyawan

    laboratorium,perawat yang mengambil darah di lantai perawatan atau

    kurir. Harus dicari jalan keluar(Dr. suparto adikoesoemo,2003).

    Man

    Material

    Methode

    Environment

    Machine

  • Bila faktor mesin/alat yang menjadi penyebab harus dicari

    jalan keluar apakah alat perlu diperbaiki/ditambah/diganti dengan yang

    lebih baik lagi.

    Bila faktor material yang menjadi penyebab harus diusahakan

    material (dalam hal ini reagen) sebaik mungkin, baik dalam mutu

    maupun pengadaannya.

    Sebab lain yang mungkin adalah faktor metode yaitu system

    yang dipakai laboratorium dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

    Bila ini dinilai kurang, bisa diperbaiki.

    Faktor yang lain lagi adalah environment yaitu keadaan/suasana

    lingkungan kerja di laboratorium. Bila ini dianggap kurang,

    diusahakan untuk diperbaiki.

    II.10.2.4. Training/Upgrading

    Sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu baik bagi

    dokter,perawat maupun karyawan lain.Sebagai contoh disini di ruang

    ICU.Para perawat disini harus banyak latihan di pusat-pusat

    pendidikan dan latihan, baik di lama maupun luar negeri.

    Untuk dokter sudah jelas makin banyak mengikuti

    trainingakan semakin baik terutama di bidang kedokteran. Untuk

    karyawan lain tidak kalah pentingnya, misalnya di bagian medical

    record perlu karyawan training/kursus di bidang ini. Demikian juga

    training di bidang computer yang memang sangat perlu uintuk era

    ini.Training ini akan lebih baik bila dikoordinir dan direncanakan

    dengan seksama.

    II.10.2.5. Cost Effectiveness

    Penghematan biaya rumah sakit sangat diperlukan dalam

    meningkatkan mutunya.Penekanan biaya ini harus dilakukan di segala

    bidang. Yang dilakukan di rumah sakit ini antara lain biaya pembelian

    obat-obatan dan barang/instrumen yang sudah berhasil ditekan(Dr.

    Suparto Adikoesoemo,2003).

  • Hal-hal lain yang berhubungan dengan penekanan biaya ini

    antara lain penekanan biaya operasional lain,misalnya mematikan

    lampu-lampu dan AC pada saat tidak digunakan, efisiensi pemakaian

    air,penghematan pemakaian bahan-bahan tertentu seperti alkohol,alat

    suntik,kertas tissue, dan kertas lain(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).

    Karyawan sendiri diharapkan kesadarannya untuk menghemat

    segala biaya yang masih mungkin dihemat.Kesadaran untuk menekan

    biaya ini ditekankan pada para perawat,tenaga administrasi,

    teknisi,para dokter dibantu dengan pengendalian dari quality control

    circle(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).

    II.11. Total Quality Management (TQM)

    Sistem manajemen ini tidak berbeda banyak dengan TQC. Definisinya

    adalah proses kegiatan perbaikan mutu yang berkesinambungan meliputi

    semua pekerja/karyawan di dalam organisasi,termasuk manajer sampai

    dengan bawahan dalam suatu usaha yang terintegrasi secara menyeluruh,

    memperbaiki penampilan/kinerja pada setiap tingkatan(Dr. Suparto

    Adikoesoemo,2003).

    Mergen dan Pray melukiskan 3 komponen model sebagai kunci TQM ,

    yaitu (Dr. Suparto Adikoesoemo,2003):

    a. Meningkatkan mutu yang terfokus pada kebutuhan dan kepuasan

    pelanggan, yang meliputi perubahan pada permintaan pelanggan

    termasuk di dalamnya adanya kekurangan/kesalahan produksi dan

    berusaha mengembangkan mutu dengan dasar survey pada costumer

    (pelanggan).

    b. Perbaikan dan proses kemampuan membuat model secara

    berkelanjutan yang mengakibatkan aktivitas menuju perbaikan mutu

    secara terintegrasi.

    c. Menambah kemungkinan dalam persaingan,dan membuat bench

    marking dimana tim dapat memperkirakan siapa yang terbaik dalam

  • industry atau pelayanan jasa dan mempergunakan informasi yang di

    dapat untuk membantuaktivitas perbaikan yang berkelanjutan.

    Di rumah sakit peningkatan mutu disini adalah bagaimana pasien

    dilayani sebaik-baiknya sehingga dia merasa puas dan penyakit yang diderita

    bias sembuh mulai dari pasien mendaftar, sistem medikal record,sampai

    bertemu dokter tidak terlalu lama dan juga waktu pemeriksaan dokter dan

    perawat bersikap cukup ramah. Demikian juga pemeriksaan penunjang baik

    laboratorium,rontgen dan sebagainya berjalan dengan baik dan cukup

    cepat.Sampai juga mengambil obat di apotek.Untuk ini memang perlu

    partisipasi dari karyawan segala tingkat dan menjadi tanggung jawab semua

    karyawan.

    Untuk ini manajemen harus mendorong agar TQM dijalankan dengan

    baik, karena tanpa komitmen dari pimpinan puncak hal ini tidak akan

    terwujud(Dr. Suparto Adikoesoemo,2003).

  • II.12. Kerangka Konsep

    Penilaian kepuasan terhadap :

    - Dokter spesialis orthopaedi

    - Perawat - Radiograph

    er - Dokter

    spesialis radiografer

    Dimensi kualitas :

    1. Kehandalan (reliability)

    2. Daya tanggap (responsivene

    ss) 3. Jaminan

    (assurance)

    4. Kepedulian (emphaty)

    5. Produk-produk fisik

    (tangible)

    KEPUASAN

    PASIEN

    Sarana dan prasarana :

    - Tempat parkir - Tempat

    pendaftaran

    - Kamar mandi - Ruang tunggu

    Manajemen Rumah

    Sakit :

    - Biaya pelayanan

    - Sistem pengantrian

    - Sistem pembayaran

    Mental :

    - Tidak percaya diri

    - Rasa malu - stres

    Fisik :

    - Keterbatasan beraktivitas

    - Cacat fisik

    FAKTOR INTERNAL

    FAKTOR EKSTERNAL

    Performance

  • II.13. Hipotesis

    Berdasarkan latar belakang,perumusan masalah, tujuan penelitian, dan

    tinjauan pustaka maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

    H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelReliability

    (Kehandalan) terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik

    Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.

    H2= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabel

    Responsiveness ( Daya Tanggap)terhadap kepuasan pasien

    rawat jalan Poliklinik Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta

    Selatan.

    H3= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelAssurance (

    Jaminan)terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik

    Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.

    H4= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelEmphaty (

    Kepedulian )terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik

    Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.

    H5= Terdapat pengaruh yang signifikan antaravariabelTangible (

    Produk Fisik )terhadap kepuasan pasien rawat jalan Poliklinik

    Orthopaedi di RS. Siaga Raya Jakarta Selatan.

    Jika signifikan level > 0,05 maka H0 diterima, yaitu tidak terdapat pengaruh dari

    variabel independen kehandalan, daya tanggap, jaminan, kepdulian, dan produk fisik

    terhadap kepuasan pasien.

    Jika signifikan level < 0,05 maka H0 ditolak, yaitu terdapat pengaruh dari variabel

    independen kehandalan, daya tanggap, jaminan, kepdulian, dan produk fisik terhadap

    kepuasan pasien.