Upload
hafizyrahmat
View
121
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
semoga bermanfaat
Citation preview
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IIMINERAL DAN BATUAN BEKU
2.1 Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu.
Maksud terbentuk secara anorganik adalah terbentuk bukan dari hasil
aktivitas organik seperti hewan dan tumbuhan melainkan karena adanya
kemungkinan senyawa lain yang menjadi mineral. Senyawa lain disini bisa
seperti senyawa organik, misalnya seperti kalsium oksalat hidrokarbon dan
senyawa – senyawa yang terdapat pada batubara.
Adapun sifat fisik dari mineral tersebut yang bisa diidentifikasi antara
lain : warna, gores, kilap, kekerasan, belahan, pecahan, ketahanan,
ketransparanan, perawakan mineral dan kemagnetan.
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur – unsur tertentu, tetapi
juga mempunyai bentuk tertentu yang disebut bentuk kristal. Bentuk kristal
beraneka corak tetapi selalu polihedral (bidang banyak). Nicolas Steno (1631-
1678) orang yang pertama melakukan pengukuran terhadap sudut – sudut
yang dibuat oleh bidang – bidang yang seharga pada kristal kuarsa (SiO2).
Bentuk – bentuk yang dimiliki hablur alam itu tidak lain merupakan
pencerminan struktur dalam kristal. Dalam kristalografi, bentuk kristal yang
banyak jumlahnya itu dapat dikelempokan ke dalam tujuh sistem sumbu,
yaitu : tetragonal, ortorombik, rombohedral, heksagonal, monoklin, triklin,
dan kubik.
Jenis mineral alam yang menyusun kerak bumi ini sudah sangat
banyak sekali bahkan lebih dari 2000 jumlahnya. Bila dilihat dari susunan
kimianya dapat dibagi menjadi sebelas golongan, yaitu : elemen – elemen
native, sulfida, halida, oksida dan hidroksida, karbonat, nitrat, tungsten dan
molidan, phospat, sulfat, borak, dan silikat. Golongan silikat merupakan
golongan yang terpenting peranannya dalam kerak bumi.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusunan
atom – atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat –
sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat – sifat tersebut maka setiap
jenis mineral dapat dikenal, dimana sekaligus kita mengetahui susunan
kimiawinya dalam batas – batas tertentu.
Di sini ciri – ciri fisik mineral seperti sistem kristal, bentuk, belahan,
kekerasan, berat jenis, kilap, warna. Dan untuk lebih jelas diperlukan
pengamatan secara optik, untuk hal ini memerlukan waktu yang lebih lama.
1. Bentuk Kristal
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan
secara ilmu ukur, dengan mengetahui sudut – sudut bidangnya. Untuk
dapat membayangkan kristal dengan cara demikian tidaklah mungkin. Hal
ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang – bidang
tersebut dengan pertolongan sistem – sistem koordinat.
2. Belahan dan Pecahan
Apabila sebuah kristal mendapatkan suatu tekanan yang melampaui
batas – batas elastis dan plastisnya, maka pada akhirnya kristal akan pecah.
Cara pecahnya ini ada yang beraturan ada pula yang tidak beraturan. Jika
pecahnya beraturan, maka akan memperlihatkan suatu pecahan, dan jika
pecahnya mengikuti permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya
akan memperlihakan suatu belahan.
Pecahan dibagi menjadi :
a. Pecahan concoidal, dimana pecahan seperti kulit bawang, misalnya
kuarsa.
b. Hackly, pecahannya seperti pecahnya besi (tajam – tajam).
c. Unevon, permukaan pecahnya kasar dan tidak beraturan seperti
kebanyakan mineral.
d. Even, bidang pecah agak kasar, tetapi kecil – kecil, masih mendekati
bidang datar.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang
belahan, maka dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna,
masih dapat pecah pada arah lain.
c. Jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tdak begitu rata
dapat pecah pada arah lain dengan mudah.
d. Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan akibat adanya tekanan, adalah sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata,
sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil
daripada untuk membentuk pecahan.
3. Kekerasan
Pada umumnya kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan
mineral terhadap goresan. Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu
permukaan rata terhadap goresan. Jika suatu mineral dapat digores oleh
mineral lain, maka yang belakangan ini dikatakan lebih keras dari mineral
yang dapat digores tadi.
Kekerasan relatif telah dipergunakan dalam penentuan mineral sejak
masa permulaan adanya mineralogi sistematik. Mohs (1882) telah
mengadakan suatu penentuan mineral secara kualitaif berdasarkan
kekerasan mineral. Ia menentukan suatu skala relatif sebagai berikut:
Tabel 2.1Skala Kekerasan Mohs
Derajat Kekerasan Jenis Mineal
1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Flourit
5 Apatit
6 Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korundum
10 Intan
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Setiap skala Mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral –
mineral dengan skala Mohs yang lebih rendah. Berdasarkan penentuan
kualitatif dari kekerasan ternyata interval – interval pada skala Mohs
hampir bersamaan, kecuali interval antara 9 dan 10.
Untuk pengkuran kekerasan ini dapat kita pergunakan alat – alat yang
sederhana, seperti kuku tanagan, pisau baja dan lain – lain.
Tabel 2.2Alat – akat penguji kekerasan
Alat penguji Derajat kekerasan
Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat tenbaga 3
Pecahan kaca 5,5 – 6
Pisau baja 6 – 6,5
Kikir baja 6,5 – 7
4. Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, dan
ukuran ini disebut sebagai berat jenis. Cara melakukan pengukuran sebagai
berikut, pertama timbanglah berat mineral dalam keadaan kering di udara
dan kemudian catatlah. Kedua timbanglah mineral tersebut dalam air,
sambil ditenggelamkan dalam air akan tampak kehilangan berat daripada
di udara karena untuk gaya mengapung. Demikian dalam waktu yang sama
akan dipindahkan sejumlah air yang sama dengan volumenya sendiri.
Berat air yang dipindahkan itu adalah sama dengan selisih antara berat
mineral di udara dan berat mineral dalam air. Untuk memperoleh berat
jenis dari mineral tersebut, bagilah berat mineral dalam keadaan kering
dengan berat air yang dipindahkan.
5. Kilap
Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan
kilap suatu mineral sangat penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang
biasa dipergunakan adalah sebagai berikut:
a. Kilap logam (metallic), kilap yang dihasilkan dari mineral – mineral
logam, seperti kalkopirit - CuFeS2. Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Kilap sub logam (sub metallic), kilap yang dihasilkan dari mineral
hasil alterasi mineral sebelumnya, seperti ilmenit – FeO.TiO2.
c. Kilap intan (adamantine), kilap sangat cemerlang seperti pada intan
pertama.
d. Kilap kaca (vitreous), kilap seperti pada pecahan kaca atau kuarsa –
SiO2.
e. Kilap dammar (resineous), kilap seperti dammar, misalnya monasit –
(Ce, La, Y, Th) PO4.
f. Kilap lemak (greasy), kilap seperti lemak, seakan – akan terlapis oleh
lemak, misalnya nefelin – (Na,K) (AlSiO4)
g. Kilap mutiara (pearly), kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada
bidang – bidang belah dasar mineral, misalnya brukit – Mg(OH)2.
h. Kilap sutera (silky), kilap sepeti sutera,biasanya terlihat pada mineral
mineral yang menyerat, misalnya gypsum – CaSo4.2H2O.
i. Kilap tanah (earthy) atau kilap guram (dull), biasanya terlihat pada
mineral – mineral yang kempal, misalnya bauksit – Al2O3.2H2O
Dari tiap jenis kilap tersebut dapat pula dibebankan intensitasnya,
dalam hal ini dipakai istilah – istilah sangat baik, baik, atau tidak baik.
6. Warna
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, misalnya mineral
azurit berwarna biru dan mineral epidot berwarna kuning hijau. Ada pula
mineral – mineral yang mengandung substansi – substansi lain yang dapat
merubah warna aslinya. Misalnya mineral kuarsa (SiO2) murni berwarna
putih akan tetapi kuarsa yang mengandung zat – zat asing dapat berwarna
abu – abu, ungu dan sebagainya.
Sudah banyak sekali jenis batuan yang telah dkenal, dan batuan
tersebut disusun oleh mineral – mineral dari mineral utama, mineral
tambahan sampai ke mineral sekunder.
Mineral – mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral
pembentuk batuan, terutama mineral golongan silikat. Golongan mineral
yang berwarna tua disebut mineral mafik karena kaya magnesium atau
besi. Sedangkan yang berwarna muda disebut mineral felsik yang miskin
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
akan unsur besi atau magnesium.
Beberapa mineral hitam sering dijumpai adalah olivin, augit,
hornblende dan biotit. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai
adalah plagioklas, ortoklas, muscovite, kuarsa dan leusit.
a. Mineral – mineral mafik
1). Olivin
(Mg,Fe)2..SiO4. Kadar Mg – Fe paling tinggi, terdapat pada
batuan basa, ultra basa dan batuan beku dengan kadar silika rendah.
Kristal yang pertama terbentuk, sehingga tidak tahan terhadap
pelapukan.
2). Piroksin
Suatu seri silikat Fe – Mg. Augit adalah mineral yang paling
banyak tersebar. Berwarna hitam atau hijau hitam, berbentuk
prisma pendek dengan penampang bersegi delapan yang memiliki
bayangan belah yang hampir tegak lurus. Berkilap kaca dan sukar
digores dengan jarum baja.
3). Amphibol
Suatu seri silikat Fe Mg yang lebih banyak mengandung
silikat.
Hornblende adalah salah satu mineral penting dari
kelompok ini. Sistem kristal monoklin, berwarna hitam, hijau tua
atau coklat. Umumnya terdapat pada batuan asam dan batuan
intermediet.
4). Biotit
Salah satu mineral dari golongan mika yang tersebar luas.
Berwarna hitam, coklat tua atau hijau tua. Mineral biotit dapat
digunakan untuk penentuan umur dengan menggunakan metode
Potasium – Argon.
b. Mineral – mineral felsik
1). Plagioklas
Plagioklas adalah mineral pembentuk batuan yang paling
umum, yang dikenal dengan enam kombinasi mineral seperti
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
anortit, bitownit, labradorit, andesine, oligoklas, dan albit.
2). K – Feldspar
Berwarna putih atau keputihan, kekerasan 6, sistem kristal
monoklin atau triklin, mempunyai belahan yang baik dan dua
arah. Mineral yang termasuk ke dalam kelompok ini dan paling
banyak tersebar adalah ortoklas.
3). Muscovite
Berwarna muda sampai tidak berwarna, sistem kristal
monoklin, belahan sempurna berlembar, banyak terdapat pada
batuan granit, metamorf, dan batupasir.
4). Kuarsa
Sering mineral ini disebut silika. Bila terbentuk pada
temperatur di atas 5730C memiliki bentuk setangkap piramida
yang 12 buah jumlah bidang – bidangnya. Di bawah temperatur
tersebut berbentuk prisma yang enam buah jumlah bidangnya
dengan piramida pada salah satu ujungnya. Bersifat tembus
cahaya, tak berwarna atau bila terdapat ion renik dapat berwarna
jingga atau ungu yang dipergunakan sebagai permata.
5). Feldspatoid
Kelompok mineral yang tak jenuh SiO2. Salah satu
contohnya adalah leusit, berwarna abu – abu, kilap kaca atau
lemak, pecahannya tidak merata, dan tidak tergores jarum baja.
Penampangnya bersegi delapan.
Mineral – mineral di atas terutama terdapat di dalm batuan beku.
Mineral – mineral lain yang terdapat pada batuan sedimen,seperti :
a. Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping,
dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan
karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal heksagonal dan belahan
rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Unsur kalsium dalam
kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang
dalam persentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus kimia
yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3,
Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi
oleh Mn). Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71, kekerasan 3
(skala Mohs), bentuk prismatik, tabular, pejal, berbutir halus sampai
kasar, dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal,
oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning,
coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang
didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut,
meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan
lainnya. Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat
dengan batugamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data
hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera,
Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat
datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan
klasifikasi cadangan terekam di daerah Indarung (10,1 juta ton),
Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto
(0,1 Juta ton).
b. Gypsum
Gypsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari
gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gypsum
umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti
warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung
mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum. Gypsum umumnya
mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat
jenis 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang
meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400oC, tapi menurun lagi ketika suhu
semakin tinggi. Gypsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian
dan ketebalan yang bervariasi. Gypsum merupakan garam yang
pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh
anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan
sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam
batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-
satuan batuan sedimen. Gypsum dapat diklasifikasikan berdasarkan
tempat terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan danau garam,
berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik,
efflorescence pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam,
penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah
batugamping.
Mineral tambahan adalah mineral – mineral yang terbentuk
oleh kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali,
umumnya kurang dari 5%. Kehadirannya atau ketidakhadirannya
tidak menentukan sifat atau nama dari batuan. Suatu contoh adalah
mineral magnetit (Fe3O4), sebuah oksida besi yang berwana hitam
mempunyai sifat magnetik kuat dan terdapat dalam jumlah sedikit
pada batuan beku.
Mineral – mineral tambahan dari batuan beku adalah zirkon,
sphen, magnetit, ilmenit, hematit, apatit, pirit, rutil, korundum, dan
garnet.
Mineral sekunder adalah mineral – mineral yang dibentuk
kemudian dari mineral uatama oleh proses pelapukan, sirkulasi air,
atau larutan dan metamorfosa. Suatu contoh yang baik ialah mineral
klorit yang biasanya terbentuk dari mineral biott oleh proses
pelapukan. Mineral ini terdapat pada batuan – batuan yang telah lapuk
dan batuan sedimen juga atuan metamorf.
2.2 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika
cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma.
Pengolongan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga
sekarang. Berbagai cara telah dilakukan seperti penggabungan jenis – jenis
yang sama dalam satu golongan dan pemisahan dari jenis – jenis yang tidak
menunjukkan persamaan. Karena tidak adanya kesepakatan di antara para ahli Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
petrologi alam mengklasifikasikan batuan beku mengakibatkan sebagian
klasifikasi dibuat atas dasar yag berbeda – beda. Perbedaan ini sangat
berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan
pekerjaan dan menurut kegunaanya masing – masing. Bila kita dapat memilih
salah satu klasifikasi dengan tepat, maka kita akan mendapatkan hasil yang
sangat memuaskan. Penggolonan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga
patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia
yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
1. Pembagian Genetik Batuan Beku
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari
batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal
sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik
batuan beku adalah sebagai berikut :
a. Batuan Ekstrusi
Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang
dikeluarkan ke permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah
permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang
berbentuk padat, debu, atau suatu larutan yang kental dan panas,
cairan ini biasa disebut lava. Bentuk dan susunan kimia dari lava
mempunyai ciri tersendiri.
Ada dua tipe magma intrusi, yang pertama memiliki
kandungan silika yang rendah dan viskositas relaif rendah. Sebagai
contoh adalah lava basaltik yang sampai ke permukaan melalui celah
dan setelah di permukaan mengalami pendinginan yang cepat.
Biasanya lava basaltik memilik sifat sangat cair, sehingga bila sampai
ke permukaan akan menyebar dengan daerah yang sangat luas.
Gunung – gunung di kepulauan Hawaii merupakan suatu contoh yang
sangat baik untuk magma yang bersifat basaltik. Lava basaltik di
daerah Hawaii ini mengeluarkan material seperti batuan yang
berukuran bongkah, butiran halus sampai kekacaan. Bila sampai ke
permukaan dan mengalami pelapukan akan menjadi tanah (lempung),
jika berakumulasi di bawah permukaan akan merupakan suatu lapisan
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
di dalam pengendapan batuan sedimen.
Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki
kandungan silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. Akibat dari
vikositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran
sepanjang lembah.
Vikositas yang tinggi dan terbentuknya urat – urat pusat, ini
akibat letusan gunung api dan berhubungan dengan lava. Cone sering
terjadi akibat kegiatan gunung api, dimana terjadi pemecahan di dalam
blok batuan yang besar. Lapisan dari butiran halus berasal dari debu
vulkanik, sedangkan campuran antara batuan dengan butiran halus
yang sering berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan
piroklastik.
Percampuran dari fragmen batuan yang besar dengan lava dan
debu vulkanik, sehingga membentuk aglomerat. Dan dari butiran halus
seperti debu dan fragmen batuan maka akan membentuk tuf.
b. Batuan Intrusi
Proses batuan beku sangat berbeda dengan kegiatan batuan
vulkanik, karena perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis
ini. Tiga prinsip dari geometri adalah :
1) Bentuk tidak beraturan
Bentuk tidak beraturan pada umumnya berbentuk
diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan
bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton (intrusi dengan
bentuk tidak beraturan) memperlihatkan bentuk yang sangat besar
dan kedalaman yang tidak diketahui batasnya. Bentuk tidak
beraturan biasanya dimiliki oleh batolit, singkapan di permukaan
memiliki luas sampai 100 km2. Sedangkan stock memiliki sifat
yang hampir sama dan hanya di ukurannya saja yang berbeda.
Bentuk yang sangat besar itu terdiri dari sebagian besar adalah
batuan asam dan menengah. Felsik batolit banyak terlihat di
kepulauan Riau atau pulau Sumatra dan pulau Kalimantan, salah
satu contoh yang paling baik yang terdapat di Indonesia adalah
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
intrusi granit yang terdapat di Pulau Karimun (Riau).
2) Bentuk Tabular
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang
berbeda, yaitu dyke (retas) mempunyai bentuk diskordan dan sill
mempunyai bentuk konkordan. Dyke adalah intrusi yang
memotong bidang perlapisan dari batuan induk. Kadang – kadang
kontak hampir sejajar, Tapi perbandingan antara panjang dan
lebar tidak sebanding. Kenampakan di lapangan dyke dapat
berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran sangat besar.
Sill adalah lempemgan batuan beku yang diintrusikan di
antara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan
dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Penyebaran ke arah
lateral sangat luas,sedangkan penyebaran ke arah vertical sangat
kecil.
3) Bentuk Pipa
Relatif memiliki tubuh yang kecil, hanya pluton – pluton
diskordan. Bentuk yang khas dari grup ini adalah intrusi – intrusi
silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu
gunung api tua, biasa disebut vulcanic neck (teras gunung api).
Sedangkan vulkanik itu sendiri adalah suatu masa batuan beku
yang berbentuk silinder, kemungkinan berukuran besar, tetapi
kedalamannya tidak diketahui. Masa batuan beku ini mengisi
saluran gunung api, umumnya mempunyai sumbu tegak lurus atau
condong ke arah tegak. Proses erosi mengakibatkan batuan di
sekelilingnya hanyut terbawa air, sedangkan sumbat gunung api
yang lebih tahan terhadap erosi akan membentuk topografi yang
menonjol. Jadi teras gunung api (vulcanic neck) adalah sisa – sisa
gunung api. Salah satu contoh yang ada di Jawa adalah di daerah
Purwakarta dan Plered dekat kota Cirebon, Jawa Barat.
Batuan intrusi memiliki butiran yang kasar dan kandungan
kimianya sejenis dengan lava. Pembagian dari besar butir untuk
batuan beku, adalah butiran kasar dengan rata – rata besar butir
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
lebih besar dari lima millimeter, sedangkan butiran halus dengan
ukuran dari sangat halus sampai satu millimeter, dan butiran
sedang dengan ukuran dari satu sampai lima millimeter.
2. Pembagian Kimia Batuan Beku
Batuan beku disusun oleh senyawa – senyawa kimia yang
membentuk mineral dan mineral menyusun batuan beku. Salah satu
klasifikasi batuan beku dari kimi adalah dari senyawa oksidanya, seperti
SiO2, TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O, P2O5.
Dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan jenis batuan
beku itu dan dapat pula mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan
mineral.
Analisan kimia batuan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma,
kedalaman magma asal dan banyak lagi kegunaan yang lainnya. Dalam
analisa kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai
komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentuknya.
Batuan beku yang telah mengalami pelapukan ataupun ubahan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan
dianalisa haruslah batuan yang sangat segar dan belum menngalami
ubahan.
Tabel 2.1.Komposisi kimia untuk beberapa batuan beku, intrusi.
Oksida Granit Diorit Gabro Peridotit
SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54
TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51
FeO 1,72 6,97 7,92 9,84
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,12 8,06 34,02
CaO 1,33 8,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 5,46 1,33 0,56 0,25Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat di
dalam, yang diperlihatkan pada table 2.1. hanya batuan beku intrusi saja.
Dari sini terlihat perbedaan persentase dari setiap senyawa oksida, salah
satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan
granit dan semakin menurun ke batuan perioditit (batuan ultra basa).
Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah
kandungannya ke arah batan perioditit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan di dalam besar
butir dari setiap jenis mineral.
Tabel 2.2.Perbandingan batuan intrusi engan batuan ekstrusi
Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi
Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal
Dari sini terlihat sebagai contoh komposisi kimia dan persentase dari
oksida untuk batuan granit indentik dengan batuan riolit. Hal yang sama
berlaku untuk batuan lainnya asalkan batuan ini masih satu kelompok.
Klasifikasi batuan berdasarkan komposisi kimia telah banyak
dilakukan oleh beberapa ahli dari yang paling sederhana sampai ke paling
terbaru adalah berdasakan CIPW NORMATIF. Tabel 2.3. adalah salah
satu klasifikasi yang paling sederhana untuk mengetahui nama batuan
beku, klasifikasi ini tidak membedakan apakah batuan itu intrusi ataupun
ekstrusi. Sedangkan klasifikasi yang paling terbaru adalah Normatif
dihitung berdasarkan CIPW, dimana setiap senyawa oksidasi kita hitung Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
nilai normatifnya dan kita kembalikan kepada mineral – mineral asal
pembentuk batuan tersebut. Tabel 2.4. memperlihatkan komposisi kimia
dan normatif batuan dari kepulauan Riau terhadap beberapa contoh batuan
beku granit.
Tabel 2.3.Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan silika.
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asam > 66 %
Batuan Menengah 52 – 66 %
Batuan Basa 45 – 52 %
Batuan Ultra Basa <45 %
Tabel 2.4.Komposisi kimia dan normative batuan di kepulauan Riau
Contoh PT.7 KD KR.7
SiO2 69,39 73,31 74,33
TiO2 0,31 0,46 0,16
Al2O3 15,01 14,21 13,26
Fe2O3 1,02 0,25 0,46
FeO 3,92 2,97 2,84
MnO 0,07 0,03 0,02
MgO 0,90 0,30 0,25
CaO 2,18 0,92 0,78
Na2O 2,92 2,20 2,92
K2O 3,53 3,91 4,00
H2O+ 0,11 0,01 0,06
H2O- 0,56 0,46 0,52
HD 0,73 1,04 0,51
Normatif dihitung berdasarkan CIPW
Kuarsa 30,52 41,70 38,09
Ortoklas 21,15 23,38 23,94
Albit 24,65 18,88 23,17
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Anortit 10,85 4,73 3,89
Biotit - - -
Nepelin - - -
Korundum 2,45 4,79 2,65
Acmit - - -
Diopsit - - -
Hypersten 8,43 5,89 5,34
Sphen - - -
Magnetit 1,39 0,64 0,69
Ilmenit 0,61 0,30 0,30
D.I 76,32 83,96 87,20
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa
aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku.
Seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama
perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman Zona Benioff.
3. Pembagian Mineralogi Batuan Beku
Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu,
maka sebagian besar klasifikasi batuan beku didasarkan atas susunan
mineral dari batuan itu. Mineral – mineral yang biasanya dipergunakan
ialah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar, dan foid untuk
mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral
amphibole, piroksen dan olivin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan lebih
dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar
kimia. Tekstur batuan beku adalah menggambarkan keadaan yang
mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular
memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfirtik
memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan
tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Klasifikasi dari Streckkeisen (1967) memperlihatkan klasifikasi
untuk batuan beku baik intrusi maupun ekstrusi. Di mana dalam klasifikasi
ini batuan intrusi dan ekstrusi dipisahkan.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Ruseell B. Travis (1955),
dalam klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran
butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a. Batuan Dalam
Bertekstur feneritik yang berarti mineral-mineral yang menyu-
sun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat
pembesar.
b. Batuan Gang
Bertekstur porfirtik dengan masa dasar faneritik.
c. Batuan Luar
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.
d. Batuan Lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
4. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang
besar. Seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava
bongkah, struktur aliran dan ain – lainnya. Suatu bentuk dari struktur
batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
a. Struktur Bantal
Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan
pada batuan eksrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk
bantal. Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30 –
60 cm. Biasanya jarak antara bantal berdekatan dan terisi oleh bahan –
bahan yang berkomposisi sama dengan bantal tersebut, dan juga oleh
sedimen – sedimen klastik. Karena adanya sedimen – sediman klastik
ini maka struktur bantal dapat dianggap terbentuk dalam air dan
umumnya terbentuk di laut dalam.
b. Struktur Vesikuler
Di dalam lava banyak terkandung gas – gas yang segera
dilepaskan setelah tekanan menurun, ini disebabkan perjalanan magma
ke permukaan bumi. Keluarnya gas – gas dari lava akan menghasilkan
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
lubang – lubang yang berbentuk bulat, elips, silinder ataupun tidak
beraturan. Terak (skoria) adalah lava yang sebagian besar terdiri dari
lubang – lubang yang tidak beraturan, hal ini disebabkan lava tersebut
sebagian besar mengandung gas – gas sehingga sewaktu lava tersebut
membeku membentuk rongga – rongga yang dulu ditempati oleh gas.
Biasanya pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung –
gelembumg berbentuk silinder yang tegak lurus aliran lava. Hal ini
disebabkan gas – gas yang dilepaskan dari batuan sedimen yang berada
di bawahnya karena proses pemanasan dari lava itu.
c. Struktur Aliran
Lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan
homogen. Dalam perjalanannya menuju ke permukaan selalu terjadi
perubahan seperti komposisi, kadar gas, kekentalan, derajat kristalisasi.
Ketidakhomogenan lava menyebabkan terbentuknya struktur aliran, hal
ini dicerminkan dengan adanya goresan berupa garis – garis yang
sejajar, perbedaan warna dan tekstur.
Struktur aliran juga dijumpai pada batuan diman perlapisan –
perlapisan digambarkan dengan perbedaan – perbedaan dalam
komposisi atau tekstur mineralnya. Struktur aliran dapat pula berbentuk
sangat halus dan disebut tekstur aliran.
Bentuk mineral – mineral dalam batuan yang mempunyai
bentuk memanjang atau pipih akan condong untuk mengarah menjadi
sejajar dengan arah aliran lava pada waktu itu.
d. Struktur Kekar
Kekar adalah bidang – bidang pemisah yang terdapat dalam
semua jenis batuan. Kekar biasanya disebabkan oleh proses
pendinginan, tetapi ada pula retakan – retakan yang disebabkan oleh
gerakan – gerakan dalam bumi yang berlaku sesudah batuan itu
membeku. Kenampakan di lapangan menunjukkan bahwa kekar – kekar
itu tersusun dalam sistem tertentu yang berpotongan satu dengan yang
lainnya.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Retakan – retakan ada yang memotong sejajar dengan
permukaan bumi, dan menghasilkan struktur perlapisan, sedangkan
yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur
bongkah. Perlapisan ini pada umumnya akan makin tipis pada bagian
yang mendekati permukaan bumi.
Retakan – retakan dapat pula membentuk kolom – kolom yang
dikenal dengan struktur meniang (columnar jointing). Struktur ini
disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata
dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan empat, lima atau enam
sisi prisma, kemungkinan juga dipotong oleh retakan yang melintang.
Bentuk seperti tiang ini umumnya terdapat pada batuan basal, tetapi
kadang – kadang juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya. Kolom –
kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan,
sehingga pada sill atau lava aliran tersebut akan berdiri vertikal
sedangkan pada dike kurang lebih akan horizontal.
5. Tekstur Batuan Beku
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada
batuan beku pada umumnya ditentukan oleh empat hal yang penting, yaitu :
a. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku
pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal
dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan
tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannya, batuan di kenal
tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1) Holokristalin , yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tekstur holokristakin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
2) Hipokristalin , yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3) Holohialin , yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dyke dan
sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir ukuran pada
batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran
butir, yaitu :
1) Fanerik/fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa.
Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
a) Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
b) Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 - 5
mm.
c) Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 - 30 mm.
d) Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter butir lebih dari
30mm.
2) Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan
mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh
kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat
dibedakan:
a) Mikrokristalin, apabila mineral – mineral pada batuan beku bisa
diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran seki-
tar 0,1 – 0,01 mm.
b) Kriptokristalin, apabila mineral – mineral dalm batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan
mikroskop. Ukuran butiran berkisar 0,01 – 0,002 mm.
c) Amorf atau glassy atau hyaline, apabila batuan beku tersusun
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
oleh gelas.
c. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi
bukan sifat batuan secara keseluruhan.
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:
1) Euhedral, apabila batas mineral adalah bentuk asli bidang kristal.
2) Subhedral, apabila sebagian batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
3) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal
asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk
kristal, yaitu:
1) Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama
panjang.
2) Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
3) Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
4) Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
d. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan
sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain
dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
b) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI DASARLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
2) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai
pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut
fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa
berupa mineral atau gelas.
6. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup
dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar
warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivin.
Agung Dwi PrasetiyoH1C110054
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTURLABORATORIUM GEOLOGI TEKNIKPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rudi FriantoH1C108019
Asisten I
NamaNim
Asisten II
NamaNim