Upload
komang-darma
View
51
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kuyfiyflikoug
Citation preview
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Teori
1) Konsep Dasar Pneumonia
a. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2006, hal. 804)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. (Doenges,
Marilynn E, 2012, hal.164)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan parudan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2004, hal. 801)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya
disebabkan oleh virus bakterial(stapilococcus,pneumococcus,atau
streptococcus) atau infeksi viral (respiratory sinsitial virus). (Taqiyyah
Bararah,M.Kep & Mohammad Jauhar,S.PD,2013,hal.241)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus jamur, dan benda
asing. (Ngastyah, 2012, hal. 57)
b. Patofisiologi
1) Klasifikasi
Klasifikasi menurut (Zul Dahlan, 2004, hal.803) :
a) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
(1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia
lobaris yang klasik antara lain berupa awitan yang akut
dengan gambaran radiologis berupa opasitas lobus atau
lobularis, dan disebabkan kuman yang tipikal terutama
S.pneumoniae, Klebsiella Pneumoniae atau H.influenzae.
(2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru
bilateral yang difus. Biasanya disebabkan oleh organism
yang atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumonia,
virus, Legionella pneumophila, Chlamydia psittaci dan
Coxiella burnetti.
b) Berdasarkan faktor lingkungan :
(1) Pneumonia komunitas (sporadic atau endemic ; muda
atau orang tua)
(2) Pneumonia nosokomial (didahului perawatan di RS)
(3) Pneumonia rekurens ( terdapat dasar penyakit paru
kronik)
(4) Pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua)
(5) Pneumonia pada gangguan imun (pada pasien
transplantasi, onkologi, AIDS)
c) Berdasarkan sindrom klinis :
(1) Pneumonia bakterial berupa :
Pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
(2) Pneumonia non bakterial,
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella
2) Etiologi
Menurut Astuti, etiologi dari pneumonia adalah virus
pernapasan yang paling sering dan lazin yaitu mikoplasma
pneumonia yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan
anak sekolah dan anak lebih tua. Bakteri streptococcus
pneumoniae , S.pyogenes , dan stapilococcus aures yang lazim
yang terjadi pada anak normal. Haemophilus influenza tipe b
menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi
akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin.
Virus non-sfesifik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria ,
Chlamydia spp, ricketsia spp, coxiella, pneumocytis carinii , dan
sejumlah jamur . Virus penyebab pneumonia yang paling lazim
adalah virus sinsitial pernapasan (respiratori syncitial
virus/RSV), parainfluenzae , influenza , adenovirus. (Taqiyyah
Bararah,M.Kep & Mohammad Jauhar,S.PD,2013,hal.241)
3) Proses Terjadi
Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia
memiliki tiga bentuk transmisi primer yaitu aspirasi sekret yang
berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada
orofaring, inhalasi aerosol yang infeksius, dan penyebaran
hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi
agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang
terjadi. Akibatnya faktor-faktor predisposisi termasuk juga
berbagai definisi mekanisme pertahanan sistem pernapasan.
Respon yang ditimbulkan juga bergantung pada agen
penyebabnya yaitu streptococcus pneumonia (pneumokokus)
adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri, baik
yang didapat dari masyarakat (Streptococcus pneumonia,
Micoplasma pneumonia, Haemophilus influenae, Logionella
pneumophila, Clamydia pneumonia, anaerob oral/aspirasi,
influenza tipe A dan B, Adenovirus) maupun dari rumah sakit
seperti staphylococcus aureus, Peudomonas aeruginosa, basil usus
gram negatif misalnya Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae.
Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus
atau saliva. Lobus pada bagian bawah paru paling sering terkena
karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli maka
pneumokokus menimbulkan respons khas yang terdiri dari empat
tahap berurutan, yaitu :
a) Kongesti (4-12 jam pertama) ; eksudat serosa masuk ke dalam
alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b) Hepatisasi (48 jam berikutnya) ; paru-paru tampak merah dan
bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit
polimorfonuklear mengisi alveoli.
c) Hepatisasi kelabu (3-8 hari) ; paru-paru tampak kelabu karena
leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli
yang terserang.
d) Resolusi (7-11 hari) ; eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya
semula.
Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai
menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronchi basah dan gesekan pleura dapat
terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan
fibrin dalam alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura.
Hampir selalu terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat
pirau darah melalui daerah paru yang tidak mengalami ventilasi
dan konsulidasi.
Dalam empat tahapan tersebut, sebelum pada tahap
resolusi, yang dikarenakan adanya peradangan pada alveoli maka
akan terjadi peningkatan sekresi trakeobronkial dan aliran darah
ke alveoli akan meningkat. Dengan adanya peningkatan sekresi
trakeobronkial akan menyebabkan jalan nafas tersumbat sehingga
bersihan jalan nafas pasien tidak efektif, pola nafas pasien tidak
efektif dan adanya respon batuk sehingga rasa nyaman pasien
terganggu yang akan menyababkan tidur pasien terganggu.
Dengan adanya peningkatan aliran darah pada alveoli maka
metabolismepun akan meningkat sehingga dengan adanya
peningkatan metabolisme yang mungkin tidak diikuti oleh intake
cairan yang cukup, maka akan mengakibatkan suhu tubuh pasien
meningkat. Dengan adanya peningkatan suhu tubuh pasien, maka
intake nutrisi pasien akan menurun sehingga akan menyebabkan
gangguan dalam pemenuhan nutrisi pasien.
4) Manifestasi Pneumonia
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Pneumonia disebut
menurut (Padila, S.Kep,Ns, 2013, hal 283)
a) Kesulitan dan sakit pada saat bernafas
(1) Nyeri pleuritik
(2) Nafas dangkal dan mendengkur
(3) Takipnea
b) Bunyi nafas diatas area yang mengalami konsolidasi
(1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
(2) Krekles, ronchi, egofoni
c) Gerakan dada tidak simetris
d) Menggigil dan demam 38,80C sampai 41,10C, derilium
e) Anoreksia
f) Malaise
g) Batuk kental, produktif
h) Gelisah
i) Sianosis
5) Komplikasi
Komplikasi sering dikaitkan dengan jenis organisme yang
mengakibatkan yang mengakibatkan infeksi. Komplikasi yang
paling sering yaitu : (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2012)
a) Efusi pleura ringan
b) Abses paru
c) Emfisema
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang adalah data yang membantu untuk
menegakkan diagnosa dalam pengobatan (Zul Dahlan, 2004, hal. 805),
seperti pada :
1) Pemeriksaan Radiologis
Dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease), misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae, bronkopneumonia (segmental disease) oleh
staphylacoccus, virus atau mikroplasma dan pneumonia
interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikroplasma.
Distribusi infiltrat pada segment apikal lobus bawah atau
inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada
pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Lekositosis menandai adanya infeksi bakteri, leukosit rendah /
normal dapat disebabkan oleh infeksi virus / mikroplasma atau
pada infeksi yang berat, sehingga tidak terjadi respons leukosit.
Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman gram negatif atau S. Aureus
pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan.
3) Pemeriksaan Bakteriologis
Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang
kemungkinan merupakan penyebab infeksi.
4) Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus, legoinoela dan mikroplasma. Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisa
gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen.
d. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis (Ngastiyah, 2012, hal. 58)
1) Pemberian penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenikol50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic
yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan
ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, yang biasanya
diperlukan campuran glucose 5% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 meq/500 ml/botol
infuse.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan
koreksi sesuai dengan analisis gas darah arteri.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan data yang dikumpulkan melalui wawancara
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta riviu catatan sebelumnya yang
meliputi data subjektif (melaporkan), dan objektif (menunjukkan).
(Doenges, Marilynn E, 2012, hal.7)
1) Pengumpulan Data Pasien (Doenges, Marilynn E, 2012, hal.164)
Data yang mungkin di peroleh pada kasus Pneumonia, yaitu :
a) Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
c) Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial.
d) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit
kering dengan turgor buruk, penampilan
kaheksia (mal nutrisi).
e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
f) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk,
mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
g) Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, penggunaan
otot dada, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak
diatas area yang konsolidasi), fremitus (traktil
dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak
ada di atas area yang terlibat, atau napas
bronkial), warna (pucat atau sianosis
bibir/kuku).
h) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
potensial atau aktual. (Doenges, Marlynn E, 2012, hal. 8). Dari
pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan
yang muncul seperti: (Doenges, Marlynn E, 2012, & Carpenito, Lynda
Juall, 2013)
a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, inflamasi trakeobronkia.
b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler.
c) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
proses inflamasi.
d) Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi.
e) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun,
penyakit kronis, malnutrisi).
f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
h) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, peningkatan metabolisme.
i) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
j) Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Dalam perencanaan diawali dengan
memprioritaskan masalah keperawatan berdasarkan pada masalah yang
mengancam kehidupan pasien (Rohmah dan Walid, 2009). Adapun
rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien pneumonia
(Doenges, Marlynn E, 2012).
1). Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan peningkatan
produksi sputum, inflamasi trakeobronkial.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif.
Rencana tindakan:
a). Observasi vital signs terutama pernafasan setiap 8 jam.
Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien.
b). Kaji frekuensi/kedalaman nafas dan gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada
tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan atau cairan paru.
c). Auskultasi area paru setiap hari.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan.
d). Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas pasien.
e). Anjurkan banyak minum air hangat.
Rasional : air hangat dapat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
f). Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).
Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan
lebih kuat serta menurunkan ketidaknyamanan dada.
g). Penghisapan lendir sesuai indikasi.
Rasional : merangsang batuk dan pembersihan jalan nafas
secara mekanik.
h). Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan
sekret.
i). Kolaborasi/delegatif dalam pemberian nebulizer.
Rasional : nebulizer dapat mengencerkan dahak sehingga
dahak mudah dikeluarkan.
2). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler.
Tujuan: ventilasi dan pertukaran gas efektif.
Rencana tindakan:
a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.
Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital
signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status
kesehatan umum.
b). Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku.
Rasional : cyanosis menunjukkan vasokonstriksi,
hipoksemia sistematik.
c). Pertahankan istirahat tidur.
Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan
kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan
infeksi.
d). Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi.
Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi.
e). Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
Rasional : mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg
3). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, proses inflamasi.
Tujuan: Pola nafas efektif.
Rencana tindakan:
a) Observasi perubahan status mental.
Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat
menunjukkan gangguan aliran darah, hipokia.
b) Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.
Rasional : adanya cyanosis menunjukkan
vasokonstriksi perifer (syok) dan atau gangguan aliran darah
sistemik.
c) Auskultasi frekuensi dan irama jantung.
Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan
kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi
jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia.
d) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).
Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi.
e) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional : peningkatan cairan diperlukan untuk
menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume
sirkulasi/perfusi jaringan.
4). Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).
Rencana tindakan:
a). Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam.
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan pasien.
b). Beri kompres hangat.
Rasional : perpindahan panas secara konduktif.
c). Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
ketat dan menyerap keringat.
d). Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
e). Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah, dan lain-lain).
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
meningkat.
f). Batasi aktivitas fisik.
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga
meningkatkan panas.
g). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik.
Rasional : menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus
dan sebagai propilaksis.
5) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, peningkatan
metabolisme.
Tujuan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak
terjadi.
Rencana tindakan:
a) Identifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebab
masalah.
b) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi definisi, menduga
kemungkinan intervensi.
c) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : keadaan umum merupakan gambaran
keseluruhan dari kondisi pasien, apakah mengalami
perubahan selama perawatan.
d) Observasi dan catat masukan makan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
e) Bersihkan mulut setelah muntah.
Rasional : menurunkan rasa mual.
f) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus mungkin menurunkan atau tidak
ada bila proses infeksi berat atau memanjang.
g) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam
keadaan hangat.
Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.
h) Timbang BB tiap hari
Rasional : mengetahui ada/tidaknya respon terhadap
terapi.
6) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder.
Tujuan: Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Rencana tindakan:
a). Observasi vital sign, khususnya selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensi komplikasi
fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.
b). Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).
Rasional : menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.
c). Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas
sedang.
Rasional : memudahkan proses penyembuhan dan
meningkatkan pertahanan ilmiah.
d). Lakukan isolasi pencegahan.
Rasional : teknik isolasi dilakukan untuk mencegah
penyebaran/melindungi pasien dari proses infeksi lain.
f). Kolaborasi pemberian antibiotika.
Rasional : antibiotika dapat membunuh mikroorganisme
penyebab pneumonia.
7). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Rencana tindakan:
a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.
Rasional : tekanan darah ortotastik berubah dan
peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan
sistematik.
b). Kaji status hidrasi seperti turgor kulit.
Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.
c). Kaji intake dan output cairan
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan penggantian.
d). Tingkatkan intake cairan sesuai kebutuhan anak.
Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
menurunkan risiko dehidrasi.
e). Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.
Rasional : memperbaiki/mencegah kekurangan volume
cairan.
8). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2.
Tujuan: Aktivitas dapat ditingkatkan.
Rencana tindakan:
a). Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b). Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan
istirahat.
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat
energi untuk penyembuhan.
c). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
d). Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,
tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal.
e). Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
Rasional : keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri.
9). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
Tujuan: Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.
Rencana tindakan:
a). Kaji karakteristik nyeri.
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat
pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
b). Observasi vital signs setiap 8 jam.
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah
menunjukkan bahwa mengalami nyeri, khususnya bila alasan
lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
c). Berikan tindakan yang nyaman seperti relaksasi, distraksi.
Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgetik.
d). Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
10) Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: kecemasan anak/orangtua berkurang/hilang,
pengetahuan keluarga bertambah, dan keluarga memahami
kondisi pasien.
Rencana tindakan:
a). Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan keluarga.
Rasional : mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan.
b). Beri HE/ informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan
membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.
c). Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan pasien.
Rasional : keluarga/pasien mampu melakukan perawatan
mandiri.
d). Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping,
membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.
e). Beri motivasi/dorongan pada keluarga/pasien.
Rasional : meningkatkan proses belajar, meningkatkan
pengambilan keputusan dan mencegah ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan.
f). Anjurkan keluarga/pasien untuk berdoa.
Rasional : membantu keluarga/pasien lebih tenang.
g). Evaluasi penjelasan yang sudah dilakukan.
Rasional : mengetahui sejauh mana penjelasan dapat
diterima.
h). Beri reinforcement positif kepada keluarga.
Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya diri keluarga.
d. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam peleksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah dan walid,
2009).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien atau hasil yang diamati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan walid,
2009). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu:
1). Bersihan jalan nafas efektif.
2). Ventilasi dan pertukaran gas adekuat.
3). Pola nafas efektif.
4). Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).
5). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.
6). Penyebaran infeksi tidak terjadi.
7). Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
8). Aktivitas dapat ditingkatkan.
9). Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.
10). Ansietas orangtua berkurang/hilang, pengetahuan keluarga
bertambah dan keluarga memahami kondisi pasien.