Upload
rustam
View
12
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bendungan
Citation preview
BAB 3
DATA DESAIN
3.1 PARAMETER BETON
A. Umum
Paremeter beton yang digunakan harus spesifik termasuk berat, compressive,
regangan, dan tegangan geser, modulus elastisitas, creep, Poisson’s ratio, koefisien peluasan
termal, konduktifitas termal, panas, dan diffusivitas.
B. Kekuatan
1. Kekuatan beton bervariasi dengan umur , tipe semen, agregat dan bahan lain yang
digunakan.
2. Kekuatan compressive didapatkan dari Standard Unconfined Compression Test
termasuk efek rangkak metoda ASTM.
3. Kekuatan geser sepanjang join konstruksi atau permukaan batu pondasi bisa
dijadikan persamaan linear. T=C + δ tan Ф dimana C adalah unit kohesif, δ tegangan
normal dan tan Ф koefisien friksi internal.
4. The splitting tension test (ASTM C 496) atau the modulus of rupture test (ASTM C
78) bisa digunakan sebagai uji kekuatan beton utuh.
C. Parameter Elastisitas
1. Grafik hubungan tegangan dan regangan pada beton meningkat secara terus menerus
dan membentuk kurva.
2. Modulus elastisitas dan Poisson’s ratio diuji dengan metoda ASTM
3. Respon deformasi dari beton dibagi dua yaitu defomasi elastis langsung terjadi setelah
pembebanan dan berangsur angsur sepanjang periode
D. Parameter Termal
Studi thermal ini diperlukan untuk mengkaji efek dari teeangan yang timbul akibat
perubahan temperatur pada beton dan untuk menunjukan kebutuhan kontrol temperatur untuk
menghindari retakan.
E. Parameter Dinamis
1. Parameter beton yang dibutuhkan untuk analisis elastis dinamis linear adalah berat,
modulus elastisitas dan Poisson’s ratio.
2. Parameter beton yang dibutuhkan untuk mengevaluasi hasil dari analisis dinamis
adalah compressive dan tensile strength
3. Besaran yang didapatkan dari modulus rupture test bisa digunakan sebagai tensile
strength pada analisis elemen terbatas untuk mendapatkan terjadinya retakan pada
beton masa. Modulus rupture bisa didapat dari f t = 2.3 f’c2/3 dimana ft = tensile
strength, psi (modulus rupture) dan f’c = compressive strength, psi
3.2 PARAMETER PONDASI
A. Modulus Deformasi
Modulus deformasi dari pondasi batu harus didapatkan untuk mengevaluasi besarnya
perkiraan penurunan struktur
B. Parameter Kekuatan Statis
Yang paling penting untuk parameter kekuatan pondasi untuk desain bendungan
grafitasi adalah compressive strength and shear strength.
C. Parameter Kekuatan Dinamis
1. Analisis seismik, modulus elastisitas, dan Poisson’s ratios untuk material pondasi
dibutuhkan untuk analisis. Bila melakukan pemodelan maka dibutuhkan juga
kepadatan dari batuan.
2. Penjabaran modulus elastisitas dari pondasi batuan harus dilakukan dengan berbagai
metode atau pendekatan.
3. Poisson’s ratios harus didapatkan berdasarkan uniaxial compression tests, pulse
velocity tests, seismic field tests, atau data empiris.
4. Efek pembebanan pada pondasi harus diperhatikan.
5. Modulus bagian bawah dan atas pondasi diperlukan untuk analisis struktur.
3.3 BEBAN
A. Umum
Pada desain bendungan gravitasi pada intinya mengdapatkan beban untuk analisis
stabilitas dan tegangan. Gaya yang mempengaruhi bendungan diantaranya :
1. Beban sendiri
2. Tekanan permukaan air hulu dan hilir.
3. Gaya angkat
4. Temperatur
5. Tekanan tanah
6. Tekanan es
7. Gaya gempa
8. Tekanan angin
9. Tekanan subatmosfir
10. Tekanan gelombang
11. Reaksi pondasi
B. Beban Sendiri
Beban dari beton umumnya diasumsikan 150 pound/ft3 sampai didapatkan berat
sebenarnya dari investifigasi material.Pada perhitungan beban sendiri, relatifmya lubang kecil
seperti gallery normal untuk tidak dikurangi kecuali untuk bendungan rendah dimana lubang
seperti ini bisa mempengaruhi struktur. Beban sendiri mempertimbangkan berat dari beton,
superimposed backfill, dan perlengkapan seperti pintu dan jembatan.
C. Permukaan Air Hulu dan Hilir
Umumnya beban yang terjadi didapat dari analisis hidrologi, meteorologi dan studi
reservoar.
1. Hulu
a. Tekanan hidrostatis pada bendungan adalah fungsi dari kedalam air dikalikan berat jenis
air. Berat jenis diambil 62.5 pounds/ft3 meskipun bisa terjadi perbedaan akibat temperatur.
b. Pada sebagian kasus pancaran air dari aliran berlebih akan memberikan tekanan pada
struktur. Normalnya gaya seperti itu bisa diabaikan pada analisis stabilitas
2. Hilir
a. Untuk desain dari bagian yang tidak memiliki kelebihan aliran. Tekanan hidrostatis pada
permukan hilir bisa didapat menggunakan total ketinggian permukaan air hilir.
b. Untuk desain dari bagian yang memiliki kelebihan aliran. Tekanan hidrostatis harus diatur
untuk retrograsi saat hasil kondisi aliran terjadi hydrolic jump signifikan pada bagian hilir.
c. Genangan air hilir. Saat kondisi hilir secara signifikan berkurang atau mengeliminasi
hydrolic jump pada kolam tampungan, genangan air hilir bisa diabaikan dan 100 persen
kedalam hilir bisa digunakan untuk mendapatkan gaya air di hilir.
d. Gaya angkat karena adanya genangan di hilir. Total kedalaman genangan hilir akan
digunakan untuk menghitunh gaya angkat pada ujung struktur pada semua kasus,tanpa
memperhatikan kondisi limpasan berlebih.
D. Gaya Angkat
Gaya angkat dihasilkan dari hulu dan hilir sepanjang melintang bendungan, pada
permukaan antara bendungan dan pondasi dan diantara pondasi di dasar. Tekanan ini
menghasilkan patahan, pori, joint, pada beton dan material pondasi.
1. Sepanjang dasar
a. Gaya angkat akan diperkirakan terjadi seratus persen terjadi pada dasar.
b. Tanpa drainase, tidak ada reduksi gaya angkat
c. Dengan drainase, gaya angkat pada pondasi bisa dikurangi dengan memasang drainase
pondasi
Gaya angkat tanpa drainase pondasi
d. Tirai gouting, untuk drainase agar dapat dikontrol secara ekonomis, memperlambat aliran
ke saluran.
Gaya angkat dengan galeri drainase
Distribusi gaya angkat dengan darainase podasi dekat permukaan hulu
e. Zona nol kompresi
Distribusi cracked base dengan drainase, zona nol kompresi tidak diluar drainase
Distribusi cracked base dengan drainase, zona nol kompresi diluar drainase
2. Pada bendungan.
a. Beton konvensional, gaya angkat pada tubuh bisa diasumsikan pada perubahan linear dari
50 persen maksimum permukaan air hulu sampai 50 persen permukaan air hilir, atau nol,
tergantung kasus di hilir.
b. Beton RCC, persentase nilai gaya angkat akan didapatkan tergantung pada permeabilitas
campuran, perlakuan pada join, peletakan, spesifikasi teknis untuk meminimalisir pemisahan
pada pencampuran, metode kompaksi, dan perlakuan untuk menahan air di hulu dan hilir.
3. Pada pondasi.
Stabilitas sliding harus mempertimbangkan sepanjang layer atau patahan pada pondasi.
Material pada bagian tersebut mungkin batu yang bisa bergeser atau kuat geser rendah. Pada
beberapa kasus, material pada zona tersebut berporus.
Diagram gaya angkat. Garis putus-putus mewakili distribusi gaya angkat yang harus
dipertimbangkan untuk perhitungan stabilitas.
Garis putus-putus pada diagram gaya angkat mewakili distribusi gaya angkat yang harus
dipertimbangkan untuk perhitungan stabilitas.
Perkembangan dari bahaya tekanan gaya angkat sepanjang pondasi pada patahan.
Efek sepanjang pondasi patahan jika material lolos air dan zona lolos air adalah pergerakan
oleh dasar bendungan atau patahan yang tidak lolos air.
E. Temperatur
1. Konsentrasi utama pada bendungan benton adalah mengontrol retakan yang
dihasilkan dari perubahan temperatur. Selama proses hidrasi, temperatur meningkat
karena hidrasi semen.
2. Pada bendungan beton konvensional, berbagai teknik telah dikembangkan untuk
mengurangi potensi retakan dengan metode ACI 224R-80
3. Jika pada bendungan RCC dibangun tanpa kontraksi join vertikal, tambahan regangan
di dalam dibutuhkan.
F. Tanah dan Lanau
Tekanan tanah melawan bendungan bisa terjadi dimana timbunan disimpan pada
galian pondasi dan dimana pengisian timbunan menutup sekitar beton.
G. Tekanan Es
Tekanan es ini tidak terlalu penting dalam desain bendungan grafitasi dibandingkan
pada desain pintu atau perlengkapan lain karena tidak menimbulkan kerusakan serius. Untuk
tujuan desain besar tekanan tidak lebih dari 5000 pounds/ft2 yang terjadi kontak pada
permukaan struktur.
H. Gempa
1. Umum
a. Beban gempa yang digunakan untuk desain bendungan grafitasi adalah berdasarkandari
desain gempa dan gerakan spesifik masing-masing daerah berdasarkan evaluasi seismologi.
b.Analisis metode koefisien seismik dari analisis harus digunakan dalam mendapatkan loksai
resultan dan stabilitas sliding bendungan.
2. Koefisien seismik
Analisis metode koefisien seismik biasa dikenal sebagai analisis pseudostatik. Beban
gempa diperlakukan sebagai gaya dalam uang diterapkan secara statis pada struktur.
a. Inersia dari beton untuk percepatan gempa horizontal. Gaya yang dibutuhkan untuk
percepatan beton massa bendungan didapatkan dari persamaan :
Beban seismik bendungan grafitasi, tanpa limpasan berlebih dan beton monolith
Pex = Max = Wg
αg = Wα Dimana
Pex = Gaya gempa horizontal
M = Massa bendungan
ax = Percepatan gempa horizontal =
W = Berat bendungan
g = percepatan grafitasi
α = koefisien seismik
b. Inersia dari reservoar untuk percepatan gempa horizontal. Inersia dari reservoar
mempengaruhi peningkatan dan penurunan tekanan pada bendungan terjadi bersamaan
dengan gaya inersia beton. Gaya ini bisa dihitung dengan pendekatan parabolik Westergaard's
:
Pew =23
Ce (α) y (√hy) Dimana
Pew = total beban air tambahan sepanjang kedalaman y (kips)
Ce = faktor tergantung pada kedalaman air dan periode vibrasi gempa, te, dalam detik
H = total ketinggian reservoar (feet)
Persamaan pendekatan Westergaard's untuk Ce, dimana cukup akurat untuk semua
kondisi, dalam poundsecond feet :
Ce =
51
√1−0.72( h1000t e
)2 dimana te adalah periode vibrasi
3. Beban dinamis
Langkah awal untuk mendapatkan beban gempa termasuk investigasi geologikal dan
seismologikal adalah untuk mengontrol maximum credible earthquake (MCE) dan operating
basis earthquake (OBS) dan gerakan tanah untuk setiap dan kemungkinan gempa yang
menyebabkan perpindahan pondasi di lokasi
a. Lokasi – desain respon spektrum. Sebuah respon spektrum adalah plot dari besar
percepatan maksimum, kecepatan, dan peletakan derajat kebebasan sistem pada sebuah
gempa.
b. Percepatan – catatan waktu. Accelerograms, digunakan untuk input untuk analisi
dinamis,mendukung simulasi respon asli dari struktur yang diberi gerakan seismik tanah
sejalan waktu.
I. Tekanan Subatmosfir
Teori tekanan sepanjang hilir dari puncak ogee spillway mendekati tekanan atmosfir.
J. Tekanan Gelombang
Selama tekanan gelombang lebih penting efeknya pada pintu dan peralatan lain,
munkin juga berefek pada bagian atas bendungan. Tinggi gelombang dan angin juga penting
untuk memperkirakan jagaan bebas pada bendungan
K. Reaksi Pondasi
Umumnya resultan dari semua gaya horizontal dan vertikal termasuk gaya angkat
harus seimbang dan reaksinya berlawanan pada pondasi.
1. Masalah untuk mendapatkan distribusi yang sebenarnya berkomplikasi dengan reaksi
tangesial, hubungan tegangan internal, dan mempertimbangkan teori lainnya.
2. Pada bagian limpasan berlebih, lebar dasar umumnya didapatkan dari proyeksi
kemiringan spillway ke garis pondasi, dan semua beton di hilir dari garis ini tidak
diperhatikan.
3. Besar tekanan gaya angkat harus ditambahkan pada perhitungan reaksi pondasi untuk
endapatkan besar tekanan maksimum pada semua poin.
4. Tegangan internal dan tekanan pondasi harus dihitung dengan dan tanpa gaya angkat
untuk mendapatkan kondisi maksimum.