46
90 BAB 3 ANALISA DATA 3.1 Data Fisik Rumah Sakit Hewan Jakarta 3.1.1 Analisa Lokasi 1. Data Geografis Rumah Sakit Hewan Jakarta berlokasi di dalam area pemerintahan ibukota Jakarta, tepatnya berada di bagian Selatan kota Jakarta. Secara administratif, letak Rumah Sakit Hewan Jakarta masuk ke dalam wilayah kelurahan Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut ; Sebelah Utara : Pusat Lab Universitas Nasional Sebelah Timur : Jl. Harsono R. M Sebelah Selatan : SDN 08 Ragunan Sebelah Barat : Jl. Unas Gambar 3.1 Peta Lokasi (sumber : dokumentasi google maps)

BAB 3 ANALISA DATA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2012-2-00313-DI Bab3001.pdf · Rumah Sakit Hewan Jakarta berlokasi di dalam area pemerintahan ibukota Jakarta, tepatnya

Embed Size (px)

Citation preview

90

BAB 3

ANALISA DATA

3.1 Data Fisik Rumah Sakit Hewan Jakarta

3.1.1 Analisa Lokasi

1. Data Geografis

Rumah Sakit Hewan Jakarta berlokasi di dalam area pemerintahan ibukota

Jakarta, tepatnya berada di bagian Selatan kota Jakarta. Secara administratif,

letak Rumah Sakit Hewan Jakarta masuk ke dalam wilayah kelurahan

Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun batas-batas

wilayah sebagai berikut ;

Sebelah Utara : Pusat Lab Universitas Nasional

Sebelah Timur : Jl. Harsono R. M

Sebelah Selatan : SDN 08 Ragunan

Sebelah Barat : Jl. Unas

Gambar 3.1 Peta Lokasi (sumber : dokumentasi google maps)

91

2. Data Topografis

Daerah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki

kemiringan 20-60. Jenis tanah di lokasi adalah latosol merah, yang memiliki

sifat sebagai berikut ; pH masam pada seluruh profil, kandungan bahan organic

dan kadar nitrogen lapisan atas sedang yang semakin rendah pada lapisan

bawah, kadar pospat di seluruh profil rendah dan kadar kalsium di semua

lapisan sangat rendah (Schmidt and Ferguson. 1951).

3. Data Lokasi

Jl. Harsono RM No. 28 Belakang Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan DKI

Jakarta, 12560

4. Data Tapak

Bangunan Rumah Sakit Hewan Jakarta ini terletak di wilayah Jakarta Selatan

yang dekat dengan tempat wisata kebun binatang Ragunan, merupakan area

yang cukup padat hilir mudik, mudah dicapai dengan kendaraan umum

maupun pribadi, di sekitar lokasi merupakan area pemukiman warga.

3.1.2 Analisa Sekitar Lokasi

Lokasi terletak dekat dengan salah satu tempat wisata yang cukup terkenal

di kota Jakarta, yaitu kebun binatang ragunan, dimana setiap hari sabtu dan

minggu selalu ramai didatangi oleh para pengunjung. Selain itu, terdapat sebuah

pasar yang letaknya di depan kebun binatang yang digelar setiap hari minggu,

dimana menyebabkan lokasi tidak asing bagi banyak orang. Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam membangun fasilitas kesehatan khusus hewan di lokasi

ini adalah ;

• Target market di sekitar lokasi

Lokasi terletak di pinggir jalan besar yang berbatasan langsung dengan

pemukiman warga sekitar. Hal ini menjadi poin tambahan, karena mudah

92

dijangkau oleh masyarakat sekitar, yang notabene adalah warga yang tinggal di

dalam komplek perumahan, salah satu kriteria masyarakat yang memelihara

hewan peliharaan.

• Jalan Raya

Akses jalan raya pun sangat mudah dicapai, selain merupakan rute yang dilewati

oleh bus Trans Jakarta, jalan raya ini sangat mudah diakses dan untuk menuju

lokasi, harus melewati sebuah jalan 2 arah menuju ke dalam kurang lebih sekitar

150m.

• Suasana

Suasana lokasi cenderung sangat tenang, karena untuk menuju ke lokasi dari jalan

raya utama, harus melalui sebuah jalanan 2 arah sepanjang 150m ke dalam,

dimana sekeliling bangunan merupakan taman yang cukup luas. Tentunya selain

jauh dari kebisingan jalan raya, bangunan di tengah-tengah area hijau sangatlah

ideal untuk sebuah fasilitas kesehatan yang mengupayakan ketenangan dan

kenyamanan bagi pasien yang tengah dirawat.

Dapat disimpulkan bahwa secara lokasi, proyek perancangan ini dapat menjadi

bisnis yang sangat menjanjikan dari segi komersil, karena berada di lokasi yang

sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh konsumen dari berbagai daerah

bagian, serta memiliki target pasar yaitu masyarakat sekitar yang sangat

berpotensial.

3.1.3 Analisa Struktur Bangunan

Bangunan merupakan bangunan tua yang dibangun pada 25 Desember 1992 dan

mulai beroperasi pada 28 Desember 1993. Bangunan ini belum pernah dipugar

ataupun mengalami renovasi samasekali, hanya terjadi beberapa kali perbaikan

kecil yang dilakukan guna menunjang jalannya aktivitas di dalam rumah sakit

tersebut. Dapat dikatakan usia bangunan sudah mencapai hampir 20 tahun dengan

struktur dan bentuk yang tetap sama persis dengan saat dibangun dahulu dapat

93

dikatakan cukup tua, namun secara fungsi, struktur bangunan masih sangat prima.

Perawatan bangunan dan lingkungan sekitarnya pun dilakukan dengan sangat

baik, sehingga tetap terlihat asri dan rapih.

Gambar 3.2 Tampak depan rumah sakit (sumber : dokumentasi pribadi)

Secara keseluruhan, bentuk bangunan menyerupai huruf L, dengan pondasi

sederhana, kemungkinan besar pondasi yang digunakan adalah pondasi batu kali,

karena sesuai dengan criteria bangunan, yang hanya terdiri dari 2 lantai. Serta

pondasi batu kali cocok dengan kontur tanah di wilayah Jakarta selatan, yang

merupakan tanah yang tidak terlalu keras, namun juga tidak terlalu basah. Pondasi

batu kali ini dudukung dengan struktur kolom penopang dengan ukuran 30x30cm.

Tinggi dari lantai 1 ke lantai 2 kurang lebih 3,5m, dengan tinggi lantai ke ceiling

pada lantai 1 adalah 3,2 m.

Gambar 3.3 Bentuk layout bangunan menyerupai huruf L

(sumber : dokumentasi pribadi)

94

Pada ruangan, ceiling berupa beton finishing cat putih dengan ketinggian 3,2m

memberikan kesan luas dan lenggang pada ruangan, didukung dengan

penggunaan cat warna putih yang juga memberikan kesan bersih, terang, dan

rapih.

Gambar 3.4 Ruangan praktek akupuntur (sumber : dokumentasi pribadi)

Pada bagian lorong bangunan, ceiling lebih rendah sekitar 40cm dibandingkan

dengan ceiling di dalam ruangan2 dalam rumah sakit tersebut, hal ini

kemungkinan dilakukan untuk menekan biaya pembangunan.

95

Gambar 3.5 Ceiling lorong rumah sakit (sumber : dokumentasi pribadi)

Praktek klinik hanya beroperasi di lantai 1, sedangkan lantai 2 didominasi oleh

kegiatan non praktikal, seperti fasilitas untuk istirahat dokter, kegiatan rapat, dan

lain-lain, kemungkinan juga dikarenakan akses menuju lantai 2 hanyalah sebuah

tangga, sehingga akan menyulitkan membawa pasien terutama untuk pasien-

pasien dengan ukuran besar.

Gambar 3.6 Akses menuju lantai 2 (sumber : dokumentasi pribadi)

96

3.1.4 Permasalahan yang Ditemui Pada Lokasi

Jika dibahas mengenai lokasi, Rumah Sakit Jakarta ini berada pada area yang

sangat kondusif dan cocok untuk fasilitas perawatan, dimana jauh dari kebisingan

dan eksisting bangunan berada di tengah-tengah area hijau yang cukup luas.

Berbeda dengan tahun 1993 dulu dimana rumah sakit ini mulai beroperasi, dan

juga merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan khusus hewan peliharaan yang

ada di kota Jakarta, dibandingkan dengan berbagai fasilitas khusus hewan yang

ada sekarang, beberapa hal di dalamnya dapat ditemukan sebagai hal yang

mungkin kurang ideal.

Salah satu hal yang paling menonjol adalah kurangnya pemanfaatan ruang di

dalam bangunan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai akses

menuju lantai 2 yang hanya menggunakan tangga, nyatanya membuat keseluruhan

lantai 2 tidak dapat digunakan untuk kegiatan praktek, padahal kebutuhan ruang

untuk kantor, ruang rapat, dan ruang istirahat tidaklah memerlukan 1 lantai

sendiri, yang penulis temukan saat melakukan survey ke sana adalah ruang-ruang

kantor kosong yang terbengkalai. Akhirnya yang terjadi adalah lantai 1

dipaksakan untuk mencukupi segala kebutuhan ruang praktek, padahal dari segi

bisnis pun, hal tersebut tentunya tidak akan membuat rumah sakit beroperasional

secara maksimal.

Gambar 3.7 Tampak lorong lantai 2 (sumber : dokumentasi pribadi)

97

Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan mengadakan fasilitas lift pengganti

salah satu tangga akses ke lantai 2. Dengan adanya lift, lantai 2 yang tadinya tidak

dapat dioperasikan untuk keperluan fasilitas perawatan, dapat dioperasikan

menjadi bagian dari fasilitas pusat perawatan.

3.2 Data Pemakai

3.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Diagram3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Pada dasarnya masing-masing jabatan memiliki tugasnya masing-masing,

yaitu sebagai berikut ;

98

1. Komisaris

Sebagai pemilik perusahaan, yang memiliki modal perusahaan, sebagai

penyandang dana. Menerima laporan bulanan, menerima laporan tahunan,

membuat keputusan dalam perusahaan, penanggung jawab segala keputusan

yang terjadi dalam perusahaan.

2. Direktur Utama

Menerima laporan dan pertanggung jawaban dari direktur masing-masing

divisi, bertanggung jawab mengatur dan menjalankan

3. Direktur Klinik

Mengatur segala aktivitas klinik perawatan dan bertanggung jawab atas

segala kegiatan yang berlangsung di dalam klinik, serta memiliki kuasa

untuk membuat keputusan dalam penanganan klinik.

4. Dokter

Memberikan keputusan dan melakukan praktek medis terhadap pasien.

5. Paramedis

Membantu tugas dokter dalam memeriksa pasien, memberikan obat,

memantau perkembangan kondisi pasien, menulis laporan.

6. Tenaga Teknis

Memanggil nomor antrian, membantu menangani dan mengendalikan

pasien, bertanggung jawab terhadap mobilisasi pasien selama di klinik,

member makan pasien, membersihkan kandang pasien, melakukan

perawatan non medical pada pasien.

7. Staff Penjualan

99

Mendisplay produk yang dijual, membersihkan area toko, menyambut

pengunjung yang masuk, memberikan informasi seputar produk yang

dijual, melayani pengunjung

8. Direktur Umum dan Keungan

Mengatur urusan finansial klinik, memiliki kuasa dalam memutuskan

pengeluaran klinik dan bertanggung jawab atas pengelolaan dan

pemberdayaan tenaga kerja.

9. Staff Sekuriti

Berdiri di pintu masuk, menyambut tamu masuk, mengawasi kegiatan

yang berlangsung di lobi, menjaga keamanan gedung.

10. Staff Rumah Tangga

Melakukan perawatan baik dari segi kebersihan maupun perbaikan yang

berhubungan langsung dengan bangunan klinik.

11. Staff Front Office

Menerima pasien, melayani klien yang datang, mendata pasien, mengurus

penagihan biaya perawatan, sebagai lini depan perusahaan.

12. Menejer Akunting

Mengelola keuangan perusahaan, menulis laporan harian, membuat

laporan bulanan, membuat laporan tahunan, memberikan dan mengatur

gaji karyawan, mengalokasikan pemasukkan.

3.2.3 Analisa Aktifitas dan Fasilitas Pusat Perawatan Hewan Peliharaan

100

A. Aktivitas dan Fasilitas Pada Klinik Hewan

Pada fasilitas salon, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama

beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula

proses klien datang hingga klien pulang.

1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku

tamu dan mengisi form data pasien.

2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu

dalam urutan nomor antri.

3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data

pasien.

4. Tenaga teknis membawa masuk pasien ke dalam ruang periksa.

5. Dokter umum melakukan anamnesa, melakukan pemeriksaan standard dan

mencatat hasilnya pada form data pasien.

6. Jika kondisi pasien baik, dapat dilanjutkan dengan vaksinasi atau

pemeriksaan dapat berakhir.

7. Dokter umum melakukan pemeriksaan laboratorium, misalnya memeriksa

tinja, kerokan pada kulit, dan merujuk pemeriksaan lain yang dibutuhkan

untuk penelitian di laboratorium.

8. Dokter umum menetapkan diagnose, prognosa, dan tindakan atau terapi

yang dibutuhkan untuk menangani kondisi pasien, dan melakukan

pemberitahuan pada klien akan alternative penanganan yang dapat

dilakukan.

9. Dokter umum mengirim pasien ke dokter rawat inap (jika diperlukan).

10. Setelah pemeriksaan selesai, klien dipersilahkan untuk mengurus biaya

administrasi di kasir.

101

Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah

ini ;

Diagram 3.2 Alur aktivitas pada klinik hewan

Klien datang membawa

hewan peliharaan(pasien)

Tenaga teknis mencatat

data pasien

Klien menunggu dalam

urutan antri

Kondisi pasien dianggap

baik

Dokter melakukan

pemeriksaan standar

Pasien dibawa ke dalam

ruang periksa

Vaksinasi Kondisi pasien dianggap

tidak baik

Selesai

Klien menyelesaikan

biaya administrasi

Dokter menjalankan tes

laboratorium

Dokter melakukan

diagnosa dan

memberikan alternatif

penanganan pada klien

Pasien dialihkan pada

dokter rawat inap

Klien mengurus biaya

administrasi Penanganan telah selesai

dilakukan, Dokter

memberikan resep

Keadaan pasien

membaik, sudah dapat

dibawa pulang

Penanganan telah selesai

dilakukan, Dokter

memberikan resep

Klien membawa pulang

pasien dan

menyelesaikan biaya

administrasi

Klien menebus resep

obat yang diberikan di

apotek

102

Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur

penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.3 Alur penggunaan fasilitas pada klinik hewan

Area lalu lalang manusia

dengan hewan

Meja pendaftaran, lemari

penyimpanan data pasien

kursi untuk staf bekerja,

timbangan hewan,

Area tunggu untuk

manusia dan hewan

dengan fasilitas seperti :

kursi, tv, snack bar,

dispenser air, washtafel

Meja periksa, meja dokter

untuk bekerja, kursi kerja,

kursi tamu, lemari

penyimpanan untuk

peralatan dan

perlengkapan, washtafel

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis hewan

besar (ukuran M&L)

Kondisi pasien dianggap

baik

Kondisi pasien dianggap

tidak baik

Vaksinasi Selesai

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

Meja untuk melakukan

penelitian, Mikroskop,

USG, ECG, x-Ray Screen

Meja Operasi, Meja alat

operasi, lampu operasi

Ruang rawat inap yang

dibagi menjadi ruang

perawatan penyakit

menular dan tidak

menular dengan fasilitas :

kamar inap, alat

penyaring udara, tiang

infus, tabung oksigen

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

Meja kerja dokter, kursi

tamu

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis

hewan besar (ukuran

M&L)

Meja kerja dokter, kursi

tamu

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

Meja Loket Pembayaran,

Lemari obat, meja

meracik obat

103

B. Aktivitas Pada Salon Hewan

Pada fasilitas salon, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama

beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula

proses klien datang hingga klien pulang.

1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku

tamu dan mengisi form data pasien.

2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu

dalam urutan nomor antri.

3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data

pasien.

4. Tenaga teknis membawa masuk pasien ke dalam ruang salon.

5. Tenaga teknis menyiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang

dibutuhkan oleh ahli grooming.

6. Ahli grooming dibantu oleh tenaga teknis untuk memandikan hewan.

7. Ahli grooming dibantu oleh tenaga teknis untuk memotong kuku,

membersihkan mata, telinga, dan mulut, mengeringkan dan menyisir bulu

hewan.

8. Tenaga teknis membawa pasien yang telah selesai di grooming untuk

dikembalikan pada klien yang sedang menunggu.

9. Klien dipersilahkan untuk mengurus biaya administrasi di kasir.

104

Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.4 Alur aktivitas pada salon hewan

Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur

penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.5 Alur penggunaan fasilitas pada salon hewan

Klien datang membawa

hewan peliharaan

Tenaga teknis mencatat

data pasien

Klien menunggu dalam

urutan antri

Hewan peliharaan

dikembalikan ke klien

Hewan peliharaan di

grooming

Hewan Peliharaan dibawa

ke dalam salon

Klien menyelesaikan biaya

administrasi

Area lalu lalang manusia

dengan hewan

Meja pendaftaran, lemari

penyimpanan data pasien

kursi untuk staf bekerja,

timbangan hewan,

Area tunggu untuk

manusia dan hewan

dengan fasilitas seperti :

kursi, tv, snack bar,

dispenser air, washtafel

Meja grooming, kursi

duduk untuk ahli

grooming, blower, hair

dryer, gunting, sisir,

shampo, bedak, selang

air, tali kekang

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis hewan

besar (ukuran M&L)

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis hewan

besar (ukuran M&L)

105

C. Aktivitas dan Fasilitas Pada Penitipan Hewan

Pada fasilitas penitipan, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama

beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula

proses klien datang hingga klien pulang.

1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku

tamu dan mengisi form data pasien.

2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu

dalam urutan nomor antri.

3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data

pasien.

4. Tenaga teknis membawa pasien ke dalam penginapan.

5. Tenaga Teknis merawat hewan selama di penginapan

6. Masa penginapan berakhir, hewan dijemput pemiliknya.

7. Klien mengambil hewan peliharaannya dan menyelesaikan biaya

administrasi.

Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.5 Alur aktivitas pada penitipan hewan

Klien datang membawa

hewan peliharaan

Tenaga teknis mencatat

data hewan

Klien menunggu dalam

urutan antri

Hewan peliharaan

dikembalikan ke klien

Hewan dirawat dengan

baik selama menginap

Hewan Peliharaan dibawa

ke penginapan

Klien menyelesaikan biaya

administrasi

106

Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur

penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.7 Alur penggunaan fasilitas pada penitipan hewan

D. Aktivitas dan Fasilitas Pada Toko Hewan

Pada toko, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama beroperasi, di

bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula proses

pengunjung datang hingga pengunjung pulang.

1. Pengunjung datang

2. Pengunjung melihat-lihat produk

3. Pengunjung memilih produk yang akan dibeli

4. Pengunjung membawa barang ke kasir dan melakukan pembayaran

Area lalu lalang manusia

dengan hewan

Meja pendaftaran, lemari

penyimpanan data pasien

kursi untuk staf bekerja,

timbangan hewan,

Area tunggu untuk

manusia dan hewan

dengan fasilitas seperti :

kursi, tv, snack bar,

dispenser air, washtafel

Tempat tidur, tempat

makan, tempat minum,

area rekreasi,

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis hewan

besar (ukuran M&L)

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

Kandang hewan portable

untuk jenis hewan kecil

(ukuran S), dan tali

kekang untuk jenis hewan

besar (ukuran M&L)

107

Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.9 Alur aktivitas pada toko hewan

Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur

penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;

Diagram 3.8 Alur penggunaan fasilitas pada toko hewan

3.2.4 Tabel Program Aktivitas dan Fasilitas

Dari hasil tabel program aktifitas dan fasilitas, dapat ditemukan kesimpulan akan

kebutuhan ruang masing-masing yang akan menentukan besaran ruang yang akan

diaplikasikan pada layout bangunan eksis yang telah dipilih menjadi lokasi

perencanaan proyek pusat perawatan hewan ini.

Selain itu, dari tabel tersebut juga muncul pengklasifikasian ruangan berdasarkan

karakter ruangan membentuk zona ruangan yang dimulai dari zona public, zona

semi privat, zona privat, dan zona servis. Pengklasifikasian zona ini berguna

untuk melakukan penataan layout ruangan.

Pengunjung datang Pengunjung melihat-lihat

produk

Pengunjungmemilih

barang yang akan dibeli

Pengunjung

membayarkan barang

yang dibeli ke kasir

Area lalu lalang manusia

dengan hewan Rak display Keranjang belanja

Meja loket pembayaran,

kursi untuk staf bekerja,

laci penyimpanan uang,

peralatan menghitung

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

3.3 Analisa Layout

3.3.1 Analisa Lalu Lintas Antar Ruang

Diagram 3.9 Lalu lintas antar ruang

Keterangan warna garis

Pemilik Hewan Peliharaan (Klien)

Hewan Peliharaan (Pasien)

Pekerja di Pusat Perawatan (Staff)

Berdasarkan struktur antar ruang di atas, dapat dilihat hubungan antar masing-

masing ruang dengan ruangan sekitarnya, yang membentuk serangkain pola

ruangan berdasarkan aktifitas dan alur kegiatan. Data kesimpulan ini di dapat dari

hasil survey pola perilaku kegiatan di dalam pusat perawatan khusus hewan

peliharaan.

Pola ruangan yang terbentuk di atas ini sebagai bantuan untuk menentukan

peletakkan area-area dalam layout, dan merupakan gambaran kasar lalu lintas

119

pemakai fasilitas, dimana garis-garis yang ada menentukan lalu lintas subyek

antar ruangan dan area yang ada. Garis yang membentang antar ruang berwarna

hitam-biru-merah mengartikan bahwa ruangan tersebut dapat diakses oleh klien,

pasien, dan staf klinik. Sedangkan garis hitam-merah menandakan ruangan hanya

dapat diakses oleh staf klinik dan klien, pasien (hewan peliharaan) dilarang

mengakses ruangan ini, sebaliknya, garis merah-biru menandakan ruangan hanya

dapat diakses oleh staf klinik dan pasien (hewan peliharaan), klien tidak dapat

memasuki area atau ruangan tersebut.

3.3.2 Hubungan Antar Ruang

Dalam hubungan antar ruang, akan terlihat hubungan antar masing-masing

ruangan dengan yang lainnya. Berdasarkan diagram matriks di halaman berikut,

dapat dilihat lebih spesifik akan hubungan antar satu area dengan area lainnya.

dengan keterangan sebagai berikut ;

Sangat Intens

Rata-rata

Sama Sekali Tidak Intens

120

121

3.3.3 Zoning Layout

Berdasarkan data site bangunan yang ada, menghasilkan sebuah keputusan

pembagian zona ruang yang dibagi menjadi zona semi public, zona semi privat,

zona privat, dan zona servis. Pertimbangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh

arah matahari terbit, posisi bangunan, dan faktor lainnya di sekitar bangunan.

Gambar 3.8 Site bangunan

122

Gambar 3.9 Zoning layout lantai 1

Lantai 1

+ Zona Semi publik terdapat 2 buah lobi yang memisahkan area fasilitas

hewan sakit dan hewan sehat

+ Zona semi publik terutama penginapan hewan, dan salon hewan

menghadap timur, sehingga mendapatkan sinar matahari pagi.

+ Diseberang lobi utama terdapat bukaan berupa teras yang membuka jalur

sinar matahari.

+ Masing-masing zona mendapat 2 view (ke dalam dan ke luar)

+ Tidak terdapat area privat di lantai 1

123

- Zona Semi Privat berada pada muka jalan sehingga memungkinkan tingkat

kebisingan yang lebih tinggi

Gambar 3.10 Zoning layout lantai 2

Lantai 2

+ Tidak terdapat area semi publik pada lantai ini, sehingga area privat tidak

mudah diakses oleh publik

124

3.3.4 Grouping Layout

Berdasarkan kesimpulan dari zoning area, dapat dilakukan pemetaan ruang di

dalam layout bangunan tersebut berdasarkan kriteria masing-masing. Peletakkan

ruang ataupun area ini dibantu dengan adanya analisa hubungan dan sirkulasi

antar ruang.

Gambar 3.11 Grouping layout lantai 1

Lantai 1

+ Lobi UGD dekat dengan gerbang masuk.

125

+ Ruang UGD berada dekat lobi UGD.

+ Lobi khusus fasilitas medis berhadapan langsung dengan muka jalan

utama.

+ Lobi khusus fasilitas perawatan hewan terpisah dari lobi utama, sehingga

tidak memungkinkan hewan sakit dan sehat berada dalam satu ruangan.

+ Masing-masing lobi terdapat loket masing-masing.

+ Ruang periksa dekat dengan lobi utama.

+ Cafetaria berada di tengah-tengah gedung, sehingga dapat dicapai dari

masing-masing lobi.

+ Salon, dengan ruang-ruang penginapan dekat, sehingga memudahkan

perpindahan hewan.

+ pet shop dekat dengan salon.

+ Toilet terletak masing-masing di bagian ujung gedung.

+ Di bagian belakang gedung di ruang UGD terdapat akses keluar, sehingga

hewan yang telah ditangani, yang tidak butuh untuk diinapkan namun

harus melakukan rawat jalan, dapat langsung dijemput dari akses tersebut.

- Posisi lobi lift terhalang kolom.

126

Gambar 3.12 Grouping layout lantai 2

+ Ruang lab dan radiologi dekat dengan lift, dikarenakan 2 ruangan tersebut

masih berhubungan erat dengan ruang periksa di lantai 1.

+ Ruang nutrisi dekat dengan lift, dikarenakan ruang tersebut juga

berhubungan erat dengan ruang penitipan hewan di lantai 1.

+ Ruang intensif dekat dengan ruang operasi.

+ Ruang isolasi menghadap arah sebaliknya dengan ruang intensif, sehingga

tidak memungkinkan penularan.

+ Kamar staff dan kamar dokter dekat dengan ruang isolasi dan intensif.

127

+ Ruang-ruang yang masih dilewati oleh hewan terkonsentrasi di sayap utara

dan mendapat akses lift, sedangkan ruang-ruang kantor terkonsentrasi di

sayap timur dan mendapat akses tangga.

+ Ruang jenazah dekat dengan ruang operasi.

- Posisi lobi lift terhalang kolom.

3.4 Analisa Permasalahan Khusus

3.4.1 Material

Pemilihan material merupakan hal yang sangat penting dalam mendesain sebuah

pusat perawatan khusus hewan, dimana membutuhkan material yang mudah

dalam perawatannya dan tahan lama.

A. Lantai

Material yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan

ini antara lain ;

1. Rubber tile

Material ini sangat aman, karena berbahan dasar karet, sehingga

meminimalisasi kemungkinan terjadinya slip, terutama untuk area yang

memiliki lalu lintas padat, selain sangat kuat, material ini sangat mudah

dibersihkan, kekurangan dari penggunaan material ini hanyalah harganya

yang cukup mahal.

2. Vynil

Material ini merupakan material lantai yang kuat dan cocok untuk area

public dimana lalu lintas sangat padat, karena material ini mudah

dibersihkan. Kekurangannya adalah mengandung pvc yang merupakan zat

kimia yang disinyalir berbahaya bagi kesehatan.

128

3. Linoleum

Hampir menyerupai vynil, linoleum merupakan material pelapis lantai

yang mudah dalam perawatannya dan sangat kuat, bahkan semakin terkena

air, material ini akan semakin kuat. Bedanya dengan vynil adalah material

ini berasal dari bahan-bahan alami yang turut mendukung gerakan go

green. Material ini juga mengandung biji rami yang dikenal antimikroba,

sehingga meminimalisasi pertumbuhan jamur.

Material Linoleum merupakan pilihan yang sangat tepat untuk

diaplikasikan pada lantai rumah sakit, dimana dibutuhkan kriteria material

yang tahan air, tahan api (tidak mudah terbakar), gesekkan benda-benda

berat, mudah dibersihkan, dan mudah diperbaiki, semua poin tersebut

dapat dipenuhi oleh material tersebut. Pengaplikasian material ini

nyatanya tidak hanya dapat digunakan di lantai, namun dapat diaplikasikan

untuk dinding. Untuk membedakan area, terutama area public dan area

yang lebih privat, dapat dilakukan penggabungan motif, karena jenis

material ini sangat mudah dalam pemasangannya dan banyak terdapat

pilihan.

B. Dinding

Material finishing yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan

peliharaan ini antara lain ;

1. Cat

Selain murah, penggunaan finishing cat sudah menjadi tren yang tidak

akan pernah ketinggalan jaman. Saat ini, material ini pun sudah

mengusung komponen yang ramah lingkungan, sehingga turut mendukung

gerakan go green. Selain banyak pilihan warna, jenisnya pun sangat

beragam, dan perawatannya sangat mudah.

2. Metal

Material ini merupakan material yang tepat digunakan dalam fasilitas

perawatan yang menonjolkan kesan ruangan yang bersih. Namun

129

kekurangan dari material ini adlah biayanya yang mahal dan

permukaannya yang dingin menjadi tidak nyaman untuk disentuh.

3. Kaca

Merupakan material yang ramah lingkungan. Walaupun banyak

keuntungan dalam menggunakan material ini, salah satunya seperti untuk

meneruskan cahaya matahari dari luar ke dalam ruangan, material ini

membutuhkan perhatian lebih karena mudah pecah. Namun salah satu

jenis kaca seperti tempered glass memiliki kekuatan 5x lebih kuat dari

kaca biasa, selain itu secara perawatan, kaca sangat mudah dirawat.

Pemilihan finishing menggunakan cat dapat menjadi pilihan utama, selain

perawatannya mudah, biayanya pun tidak terlalu besar, mengingat kemungkinan

perawatan akan fasilitas ini akan menjadi perhatian utama. Namun pada area-area

yang membutuhkan higienitas yang tinggi seperti ruang-ruang perawatan di

klinik, pada bagian dinding bawah, dapat menggunakan material linoleum, selain

memberikan kesan bersih, perawatan material ini sangatlah mudah dan tahan

lama.

Pada ruangan-ruangan yang sengaja didesain untuk memperlihatkan aktivitas di

dalamnya, dapat menggunakan material kaca transparan, namun ketinggian

pemasangan dari lantai harus diperhatikan terutama unuk area dimana hewan

beraktivitas bebas di luar kandang.

C. Plafon

Material yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan

ini antara lain ;

1. Gipsum

Material ini sangat mudah dibentuk dan dapat dikreasikan dengan berbagai

treatment dengan mudah. Material ini masuk dalam golongan material

yang ramah lingkungan, tentu saja dengan menggunakan material ini, turut

mencanangkan gerakan go green.

130

2. Triplek

Biaya pemasangan yang lebih murah dari gypsum tentu menjadi nilai plus,

namun dibanding gipsum, material ini lebih sulit untuk dikreasikan

terutama dalam hal penurunan dan penaikan plafon untuk kesan ruangan

yang berbeda.

3. Beton

Beton adalah material utama pembentuk bangunan. Material ini

menciptakan kesan ruang yang sederhana dan polos. Kekurangannya,

mungkin penggunaan beton sebagai plafon akan cocok dengan area yang

memiliki banyak treatment sehingga akan menyeimbangkan bobot

ruangan, namun dalam fasilitas kesehatan yang tidak membutuhkan

treatment berlebihan terutama pada lantai dan dindingnya, penggunaan

beton akan membuat ruangan semakin polos.

Pada area-area seperti lobi, ruang tunggu, yang mengalami lalu lalang tingi

sebaiknya mengunakan material gypsum board, selain mudah di variasikan

penggunaannya, material ini juga memberikan kesan bersih, terutama apabila

difinishing dengan cat berwarna cerah, termasuk dengan fasilitas klinik, dimana

kriteria ruangan haruslah bersih, penggunaan gypsum board dapat menjadi

alternatif yang tepat. Selain itu memiliki fungsi sebagai peredam suara, tentu saja

material ini cocok diaplikasikan dalam sebuah ruangan yang penuh dengan

kebisingan hewan.

3.4.2 Warna

Warna-warna yang dapat diterapkan dalam fasilitas pusat perawatan hewan

peliharaan ini antara lain ;

1. Putih

Warna ini memberikan kesan bersih dan luas pada ruangan. Selain itu

dominan warna putih akan menciptakan suhu ruangan yang lebih dingin.

Bagi fasilitas kesehatan warna putih menonjolkan identitas yang bersih

dan higienis.

131

2. Biru

Warna ini cocok untuk fasilitas kesehatan, terutama dalam area perawatan,

karena memberika efek psikologis yang menenangkan. Namun

dikarenakan fasilitas ini khusus hewan, maka penerapan tersebut tidak

menjadi terlalu penting untuk hewan.

3. Hijau

Warna hijau member kesan sejuk dan segar karena diidentikan dengan

warna tumbuhan. Namun mengingat lokasi perancangan dikelilingi oleh

kebun dan taman yang sangat rindang, maka penerapan warna hijau ini

kurang menjadi sorotan utama dalam bangunan.

Pada area public, dapat menggunakan warna-warna cerah seperti merah, kuning,

hijau dan biru , untuk memberikan kesan yang berbeda, namun secara keseluruhan

didominasi oleh warna putih, Dengan mengaplikasikan warna-warna cerah pada

ruang-ruang publik maupun semi public sebagai aksen, dapat memberikan

suasana yang berbeda bagi para pengunjung yang datang.

Namun untuk area ruang semi privat dan privat, penggunaan warna yang

berlebihan dapat dikurangi dan dijadikan aksen yang tetap menarik dan nyaman

dipandang mata manusia.

3.4.3 Pola

1. Horizontal

Pola ini memberi kesan luas pada ruangan, dan memberikan suasana yang

rileks dan informal. Pola ini berguna untuk diterapkan pada ruangan-

ruangan yang tidak terlalu luas dan banyk terdapat peralatan medis di

dalamnya. Sehingga ruangan tidak terasa sempit.

2. Melengkung

Pola ini memberikan kesan yang menyenangkan dan sangat berguna

diaplikasikan pada ruang-ruang publik.

132

Perpaduan pola horizontal dan lengkungan sangat tepat, terutama dikarenakan

bentuknya yang memiliki efek psikologis yang memberikan energy baik bagi

orang yang berada di dalamnya. Penggunaan pola horizontal dapat diaplikasikan

pada ruang-ruang yang bersifat privat, sedangkan pola lengkungan dapat

diaplikasikan pada ruang dan area publik.

Pemilihan pola dan bentuk pada ruangan haruslah memperhatikan efeknya pada

obyek di dalamnya. Manusia memiliki indera penglihatan yang dapat

mendefinisikan segala sesuatu pola dan bentuk yang ada, demikian juga dengan

hewan, terutama anjing dan kucing, mereka adalah jenis hewan yang dapat

mengingat bentuk. Memadukan bentuk lingkaran dengan warna-warna cerah

dapat memancing hewan untuk memberikan respon yang berbeda-beda pada

masing-masing ruangan.

3.4.4 Penghawaan

Sistem penghawaan yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan

peliharaan ini antara lain ;

1. Vegetasi

Sistem ini adalah dengan mengandalkan lansekap, dimana pemanfaatan

tumbuh-tumbuhan di sekitar gedung sebagai penyerap panas dan menjaga

suhu sekitar bangunan tetap rendah.

2. Cara Buatan

Sistem ini adalah dengan meletakkan mesin penggerak udara di dalam

ruangan untuk memperlancara sirkulasi udara. Sistem ini memang kurang

alami, namun sangat efektif di dalam ruangan.

Berdasarkan system tata udara di atas, dapat dikihat bahwa penerapan vegetasi

pada lansekap tanah di sekitar bangungan akan meminimalisir kemungkinan

terjadinya alur udara yang buruk. Penerapan pendingin ruangan dapat menjadi

jalan keluar untuk mempertahankan suhu udara dalam bangunan terutama pada

133

ruangan yang memiliki kebutuhan isolasi yang tinggi. Namun penerapan bukaan

berupa jendela pada area-area publik, dan tempat yang membutuhkan sirkulasi

udara yang baik, dapat memaksimalkan pertukaran udara yang baik dan

mengoptimalkan fungsi vegetasi pada lahan sekitar bangunan.

Penggabungan sistem vegetasi dan cara buatan merupakan perpaduan yang tepat,

disebabkan penghawaan dengan cara buatan akan memaksimalkan manfaat

penghawaan sistem vegetasi dengan membantu pergerakkan udara di dalam

bangunan. Hal ini lebih efektif ketimbang hanya memanfaatkan sistem vegetasi.

3.4.5 Akustik

Untuk menangani permasalahan akustik, dibutuhkan sistem ruangan yang dapat

menanggulangi kebisingan suara baik dari dalam maupun dari luar. Hewan

memiliki sistem pendengaran yang lebih baik dari manusia, segala tingkah

lakunya di pengaruhi oleh suara-suara yang didengarnya, banyak hewan yang

mengalami kecemasan dan bersikap agresif ketika mendengar suara-suara seperti

suara hujan yang terlalu keras, suara petir, suara lengkingan, dan bahkan ketika

mendengar suara keras hewan lainnya. Hal ini tentunya menjadi salah satu

perhatian utama dalam merancang sebuah fasilitas perawatan khusus hewan,

dimana di dalam fasilitas ini, hewan membutuhkan ketenangan selama perawatan

berlangsung.

Maka itu, dibutuhkan material dinding yang dapat mengurangi tingkat kebisingan

semaksimal mungkin, dalam hal ini, penggunaan material gypsum adalah pilihan

yang terbaik, keuntungannya, selain tidak terlalu besar dalam biaya material ini

cukup efektif untuk meredam suara, walaupun tidak sebaik menggunakan sistem

dinding penyerap suara dengan menggunakan material berpori yang jelas lebih

mahal dalam pembuatannya namun tidak memungkinkan untuk diaplikasikan

pada fasilitas kesehatan.

134

3.4.6 Pencahayaan

1. Ambient lighting,

Merupakan pencahayaan utama, bisa berasal dari 1 lampu, ataupun

beberapa lampu yang dipadukan menjadi penerangan utama dalam sebuah

ruangan. Penerangan ini sangat berguna terutama untuk di malam hari.

Penerangan yang baik merupakan hal yang penting bagi sebuah fasilitas

kesehatan.

2. Local lighting

Pencahayaan jenis ini ditujukan untuk aktivitas yang banyak dilakukan

selama jam kerja. Pencahayaan dimaksud untuk membuat mata tidak

cepat lelah dan berguna untuk kepentingan di meja kerja.

3. Accent lighting

Pencahayaan jenis ini bermanfaat sebagai salah satu unsure desain, selain

itu, pencahayaan jenis ini bisa dipakai sudut tertentu, barang tertentu

menjadi menonjol. Pencahayaan seperti ini dapat membimbing

pengunjung untuk melihat suatu barang atau koleksi tertentu.

4. Natural lighting

Pencahayaan alami yaitu matahari. Untuk perancangan desain yang hemat

energi, penggunaan jenis pencahayaan ini sangatlah penting dan efektif

digunakan.

Pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan utama di pagi-siang hari adalah

pilihan yang terbaik, selain sinar matahari memiliki banyak manfaat baik di pagi

hari, hal tersebut juga mendukung penghematan penggunaan energi listrik. Tidak

hanya ramah terhadap lingkungan, hal ini juga menguntungkan pihak pengelola

rumah sakit yang tentunya dapat menekan biaya tenaga listrik yang digunakan

oleh klinik.

135

Penggunaan penerangan buatan juga tetap dibutuhkan untuk malam hari,

terutama di ruang-ruang rawat inap intensif dan isolasi yang membutuhkan

penerangan yang hangat dengan lampu-lampu kuning yang menghasilkan panas

untuk mendukung perawatan hewan sakit secara maksimal. Penerangan buatan

juga sangat dibutuhkan di ruang-ruang lainnya, terutama jika dirasa sinar matahari

masih kurang ataupun jika hari sudah mulai gelap, karena fasilitas kesehatan

haruslah selalu terlihat bersih, terang, dan rapih.