50

Click here to load reader

BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

25 Universitas Indonesia

BAB 3

ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN”

3.1 Pengantar

“Mencari Taman” bercerita tentang seorang anak bernama Kasih. Ia

tinggal di sebuah kota yang sangat maju. Kota ini dideskripsikan sebagai kota

yang padat penduduk, memiliki kegiatan industri modern yang mengakibatkan

polusi, dan pihak berkuasa di sana menindas pihak yang lemah. Naskah yang

terdiri dari empat babak ini memiliki tokoh utama bernama Kasih. Di adegan awal

dideskripsikan Kasih sedang bersiap-siap untuk tidur. Ia ditemani kedua orang

tuanya. Mereka bertiga dalam kondisi tidak sehat karena penyakit batuk yang tak

kunjung sembuh. Kasih dan anak-anak lain yang tinggal di kota itu tidak bisa

bermain bebas karena orang tua mereka selalu memaksa mereka tetap berada di

kamar. Hal ini sebenarnya demi kebaikan anak-anak itu sendiri karena keadaan

kota itu membahayakan Kasih dan teman-temannya.

Keadaan buruk ini disebabkan oleh adanya modernisasi yang tidak

memperhatikan keadaan alam dan lingkungan sekitar. Kendaraan bermotor dan

pabrik-pabrik telah menimbulkan suara bising dan asap kotor yang mencemari

udara. Kereta api, mobil, kapal terbang, raksasa hitam (yang dalam konteks cerita

ini diumpamakan hidup dan muncul sebagai tokoh cerita) sering bertindak

seenaknya menimbulkan kerusakan alam. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi

masyarakat yang miskin sehingga mereka tidak mempunyai kemampuan untuk

pergi berobat saat mereka sakit.

Kasih lalu diajak oleh teman-temannya untuk pergi mencari sebuah taman

yang dapat memberi mereka ruang untuk bermain. Teman-teman dalam konteks

ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah,

boneka, beruang, jerapah, kelinci, dan kancil. Mereka berdelapan kemudian

mengajak anak-anak lain di kota itu untuk pergi bersama mencari taman impian.

Bersama bulan (yang dalam konteks ini juga diumpamakan hidup dan muncul

sebagai tokoh cerita) mereka menari dan menyanyi gembira sampai akhirnya

berhasil menemukan taman yang mereka cari, Taman Sukrasana.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 2: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

26

Saat Kasih dan teman-temannya tiba ternyata para penghuni Taman

Sukrasana telah bersiap menyambut mereka. Tokoh-tokoh yang menjadi

penduduk asli Taman Sukrasana disebut dengan nama Penghuni Rimba. Setelah

saling berkenalan mereka langsung bergembira bersama. Mereka bernyanyi

sambil bermain berbagai jenis permainan anak yang dapat dilakukan di alam

terbuka, permainan-permainan yang tidak mungkin dilakukan di kota tempat

tinggal mereka dulu. Sementara anak-anak itu bergembira, orang tua mereka

justru merasakan sebaliknya. Para orang tua panik dan khawatir dengan

keberadaan anak mereka sehingga orang-orang ini mencari anak-anak itu dibantu

oleh tokoh-tokoh lain. Tokoh-tokoh tersebut adalah mobil polisi, mobil pemadam

kebakaran, dan ambulance.

Atas informasi dari bulan akhirnya Kasih tahu bahwa taman yang indah ini

bernama Taman Sukrasana. Diberi nama seperti itu karena Sukrasanalah yang

memindahkannya dari Suargaloka ke Bumi. Sukrasana adalah raksasa kecil

bermuka buruk dan baik hati. Bulan lalu memberi informasi bahwa orang tua

Kasih juga orang tua teman-teman Kasih sedang dalam perjalanan mencari

mereka dan akan segera tiba di Taman Sukrasana. Esok paginya Kasih dan teman-

temannya mempersiapkan diri menyambut orang tua mereka. Anak-anak ini

mandi bersama Bidadari lalu menunggu rombongan itu di gapura taman.

Pertemuan ini terjadi dengan penuh suasana gembira sekaligus mengharukan.

Rombongan para orang tua pun setuju saat diajak untuk ikut tinggal di Taman

Sukrasana dan hidup bersama dengan rukun.

Sayang, kebahagiaan itu hanya terjadi sesaat karena tiba-tiba para hewan

dan Penghuni Rimba di sana tewas berlumuran darah. Mereka ditembaki oleh

angkatan perang yang merupakan bagian dari penduduk kota. Di tengah

kepanikan itu, muncul tokoh pedagang, rombongan pekerja pabrik, kereta api,

mobil, dan pesawat terbang yang menyanyikan lagu mars mereka dengan gembira

dan penuh kepuasan. Terakhir, muncullah Raksasa Hitam yang membuat orang-

orang yang masih hidup lari ketakutan menyelamatkan diri. Raksasa ini kemudian

memakan mayat-mayat binatang yang masih tergeletak di Taman Sukrasana.

Babak terakhir mendeskripsikan adegan yang sama seperti adegan awal.

Kasih ditemani kedua orang tuanya sedang berada di kamar dan bersiap untuk

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 3: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

27

tidur. Mereka menderita penyakit batuk dan wajah mereka terlihat pucat. Saat

orang tuanya pergi, Kasih berjalan ke arah jendela dan mendengar nyanyian yang

entah dari mana asalnya. Lagu itu adalah lagu yang ia dan teman-temannya

nyanyikan saat dulu bersama-sama mencari Taman Sukrasana. Anak-anak lain

pun pergi menuju jendela kamar mereka masing-masing. Dengan wajah pucat

mereka berharap lagu penuh harapan itu akan memberi mereka keajaiban untuk

lepas dari situasi ini. Akan tetapi sampai nyanyian itu hilang tidak terjadi apapun.

Anak-anak itu akhirnya hanya bisa pasrah dengan keadaan yang terjadi.

“Mencari Taman” adalah naskah yang terbagi menjadi empat babak.

Babak pertama yang terdiri dari sembilan belas adegan menceritakan perjuangan

Kasih dan teman-temannya. Mereka pergi dari kota tempat tinggal mereka dan

pindah ke Taman Sukrasana. Babak kedua berisi tentang kepanikan para orang tua

saat menyadari anak-anak mereka menghilang. Para orang tua ini kemudian

mencari anak-anak mereka dengan bantuan tokoh-tokoh lain. Babak ini terdiri dari

lima belas adegan. Dua belas adegan di babak ketiga berisi pertemuan orang tua

dan anak-anak mereka di Taman Sukrasana. Babak ini diakhiri dengan

terbunuhnya hewan-hewan dan rusaknya alam di Taman Sukrasana akibat orang-

orang yang ingin menguasai tempat itu. Di babak terakhir, deskripsi adegan

kembali seperti pada babak pertama (alur spiral) dan terbagi dalam tujuh adegan.

Adegan-adegan ini berupa dialog antartokoh, lagu-lagu yang dinyanyikan, dan

deskripsi adegan. Gaya bahasa dalam naskah ini adalah gaya bahasa yang mudah

dimengerti oleh anak karena kata-kata yang digunakan sering dipakai sehari-hari.

Dialog tokoh-tokohnya banyak berupa nyanyian dan syair lagunya memiliki rima

dengan pola-pola tertentu.

Semiotika teks drama mendasarkan analisisnya pada tiga unsur, yaitu

konstruksi karakter (tokoh), alur, dan dialog.1

1 Aston and Savona, Theatre as a Sign S ystem: A Semiotics of Text and Performance,

(London: Routledge, 1991), hlm.15-70 dikutip oleh Nur Sahid, Semiotika Teater ( Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 2004) hlm. 30

Akan tetapi, dalam naskah

“Mencari Taman” ada unsur lain yang juga dapat dijadikan sebagai tanda, yaitu

latar. Latar turut dikategorikan sebagai tanda karena memiliki makna konotatif

yang membantu dalam upaya penyampaian gagasan. Berikut ini akan dibahas

tanda-tanda berkonotasi yang ada di dalam naskah “Mencari Taman.” Setelah

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 4: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

28

tiap-tiap tanda ini dianalisis, semuanya akan dikaitkan dengan gagasan-gagasan

yang ada dalam naskah “Mencari Taman.”

3.2 Gagasan dalam Naskah Drama “Mencari Taman

Setelah membaca naskah “Mencari Taman” secara utuh dan mendalam,

ternyata ada empat gagasan yang terdapat di dalamnya. Pertama, Noorca ingin

menunjukkan bahwa orang tua selalu berusaha melakukan hal yang terbaik untuk

anaknya. Meski tindakan mereka seolah tidak memperhatikan kebutuhan anak-

anak, sebenarnya justru itu dilakukan demi kepentingan anak mereka sendiri.

Kedua, pengarang ingin menunjukkan bahwa persahabatan merupakan hal penting

dalam kehidupan. Dalam cerita ini Kasih ditolong oleh sahabat-sahabatnya untuk

mendapatkan tempat yang dapat memberikan kenyamanan untuk mereka bermain.

Ketiga, Noorca ingin menunyampaikan bahwa kebutuhan anak adalah rasa

aman, bahagia, dan tenang. Perasaan-perasaan ini dapat tumbuh dalam lingkungan

yang mendukung, seperti lingkungan yang sehat, bersih, dan memungkinkan

mereka untuk bebas bermain. Akan tetapi, seringkali lingkungan tercemari oleh

efek negatif modernisasi. Hal ini berkaitan dengan gagasan keempat, yaitu sumber

daya alam yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana untuk kegiatan modernisasi

akan memberikan kerugian bagi kelangsungan makhluk hidup di dalamnya. Oleh

karena itu, modernisasi yang terjadi harus diimbangi dengan pelestarian alam.

Keempat gagasan itu akan disampaikan Noorca melalui tanda-tanda yang menjadi

pembentuknya. Berikut adalah proses analisis tanda-tanda tersebut.

3.2.1 Gagasan 1: Orang tua selalu berusaha melakukan hal terbaik

untuk anak

Dalam cerita ini orang tua Kasih banyak memberi larangan pada

anaknya untuk bermain bebas di luar. Larangan dari orang tua juga diterima

oleh anak-anak lain di kota tempat tinggal Kasih. Meski begitu, larangan ini

sebenarnya merupakan wujud kasih sayang dan kepedulian para orang tua

kepada anak-anak mereka. Para orang tua ini tidak ingin anak mereka

terluka/ sakit akibat lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat. “Jangan buka jendela kalau siang.” “Banyak debu di luar.”

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 5: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

29

“Jangan main di jalanan, bisa mati kamu.” “Lihat ke langit, langit mendung.” “Banyak asap kotor, tutup hidung kamu.” “Pokoknya harus tinggal di rumah terus.” “Tak usah minta jajan, mengerti?” “Jangan main sama si anu, dia penyakitan.” “Rumahnya penuh kuman, jangan ke sana.” “Baru tadi siang ada yang ketabrak mobil.” “Tutup jendela, malam-malam melamun.” “Siapa bilang boleh jalan kaki, hah?” “Tutup kuping kamu kalau ada kapal, budek.”

(Massardi “Mencari Taman” 2000: 17)

Dalam menyampaikan gagasan ini, Noorca menggunakan beberapa

tanda, yaitu tokoh Kasih, Bulan, Bintang, Matahari, Raksasa, dan mobil-

mobil bersirine.

3.2.1.1 Kasih

Tokoh Kasih merupakan sentral cerita yang juga menjadi

representasi nasib anak-anak di dalam naskah “Mencari Taman”. Ia

dideskripsikan sebagai anak perempuan baik hati, lembut, dan penyabar.

Kata kasih berarti ‘perasaan sayang’ (KBBI, 2007: 512). Tokoh Kasih

memang merupakan cerminan dari seorang anak yang dilimpahi kasih

sayang oleh orang tuanya. Namaku Kasih Papa mama yang beri Bajuku manis Ini mama yang beli Boneka cantik Jerapah dan Kasimir Beruang kelinci Ini papa yang beli Kamarku bagus Tetapi selalu berdebu Hatiku pilu Karena di rumah selalu (Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 9) Kasih adalah sebuah ekspresi (E1) dan ‘perasaan sayang’ adalah

sebuah content (C1). Ini merupakan penafsiran dalam sistem primer. Saat

masuk ke dalam penafsiran sistem sekunder, C1 di atas akan berubah

menjadi tanda baru yang disebut sebagai E1. Perasaan sayang sebagai E1

kemudian disignifikasi menjadi hal-hal yang berkaitan dengan tanda itu

sendiri. Perasaan sayang merupakan suatu bentuk emosi seseorang

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 6: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

30

terhadap orang lain. Hal ini membuat seseorang ingin hal yang ia sayangi

dalam keadaan aman. Perasaan sayang terhadap seseorang/sesuatu

menunjukkan bahwa ada kelebihan pada orang/hal yang disayangi itu.

Oleh karena itu, perasaan sayang memiliki C2

Dari kamar lain, papa dan mama yang baik mendatangi Kasih, dibelainya anak itu yang segera merengek memohon perlindungan, sementara kedua orang tua itu pun tak luput dari serangan batuk yang sulit dicegah.

‘sesuatu yang

menyenangkan’, ‘ingin melindungi dan dilindungi’, ‘sesuatu yang dapat

dibagi kepada orang lain’, dan ‘semangat hidup’.

Papa : Tidurlah, sayang. Malam sudah larut benar. Papa dan Mama juga mau bobo. Bobo ya, sayang. Nanti Kasih sakit.

Kasih : Tapi Kasih tidak bisa bobo. Di luar ribut sekali, Papa. Kasih jadi sakit (Kasih batuk). Tuh, kan, Kasih sudah sakit ya, Ma?

Mama : Tidak apa-apa, sayang. Makanya jangan lagi buka jendela kalau siang. Banyak debu dan asap di luar. Kasih kan bisa main di kamar sama Beruang, Jerapah, Boneka, dan siapa lagi , sayang?

(Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 3)

Berbagai C2

Berdasarkan konteks cerita, C

yang muncul kemudian dikaitkan lagi dengan konteks

cerita dalam teks. Di naskah ini, tanda Kasih merupakan nama seorang

anak perempuan yang menjadi pusat cerita. Ia dan teman-temanya

berjuang mencari tempat tinggal baru agar mereka terbebas dari segala

keterbatasan. Keterbatasan di sini maksudnya adalah hal-hal yang tidak

bisa mereka lakukan sebagai anak kecil karena kondisi lingkungan yang

tidak memungkinkan. Misalnya bermain sepeda, jalan-jalan, bermain bola,

dll. Anak-anak lain di kota itu pergi mengikuti Kasih karena berharap

dapat menemukan tempat baru yang sesuai dengan impian mereka.

2 yang muncul adalah ‘sesuatu yang

dicintai dan butuh perlindungan’ dan ‘sebuah harapan’. Pengarang

menggunakan tanda anak perempuan bernama Kasih sebagai alat untuk

menunjukan sesuatu yang dicintai dan dibutuhkan namun berada dalam

posisi lemah dan tak berdaya. Kasih kemudian membangkitkan harapan

anak-anak yang senasib dengan cara menemukan Taman Sukrasana.

Berdasarkan signifikasi yang muncul dalam sistem sekunder, dapat dilihat

bahwa konflik yang muncul diawali dengan kondisi suatu pihak yang

terposisikan tidak berdaya karena situasi tertentu di luar kendalinya. Tanda

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 7: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

31

ini (Tokoh Kasih) kemudian bergerak mengikuti alur cerita berjuang

melawan keadaan tersebut.

Sistem

Primer

E1 Kasih.

R1

C1 ‘Perasaan sayang.’ E2 Sistem

Sekunder R2

‘Sesuatu yang dicintai dan butuh perlindungan.’

‘Sebuah harapan’. C2

3.2.1.2 Bulan, Matahari, Bintang

Dalam signifikasi tahap primer, bulan berarti ‘benda langit yang

mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’

(KBBI, 2007: 173); bintang ‘benda langit terdiri atas gas menyala seperti

matahari, terutama tampak pada malam hari’ (KBBI, 2007: 154); dan

matahari ‘benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang

mendatangkan terang dan panas pada bumi di siang hari (KBBI, 2007:

722).

Berdasarkan pengartian di atas, ketiga benda langit yang menjadi

tanda tersebut sama-sama mampu menerangi sesuatu dengan cahayanya

atau cahaya yang dipantulkannya. Kata cahaya itu sendiri sebenarnya

dapat pula menjadi sebuah tanda berkonotasi. Cahaya merupakan sesuatu

yang terang dan mampu menerangi keadaan yang gelap. Keadaan gelap

adalah keadaan yang menyulitkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Ketika

ada cahaya, keadaan gelap tersebut akan berubah menjadi terang dan

memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Cahaya dalam hal ini

membantu seseorang untuk tahu apa yang harus ia lakukan sehingga orang

itu merasa lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, cahaya memiliki

C2

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa bulan,

matahari, dan bintang yang memancarkan/memantulkan cahaya

merupakan tanda yang digunakan pengarang untuk menjadi tokoh yang

‘petunjuk’, ‘jalan’, ‘kesenangan’, atau ‘suatu solusi atas sebuah

masalah.’

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 8: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

32

memberikan kemudahan bagi tokoh-tokoh lain yang mengalami kesulitan.

Kehadiran ketiga tokoh ini memberikan rasa aman, kesenangan, dan solusi

bagi Kasih dan teman-temannya. Mereka bertiga memiliki C2

Bulan : Baiklah anak-anak, mau menyanyi apa sekarang?

‘pelindung,

penghibur, tempat mengadu, dan pemberi solusi dalam masalah.’

Semua : Lagu yang gembira, dong. Bulan bisa nyanyi? Bulan : Tentu saja saya bisa menyanyi. Tapi mungkin tidak sebagus nyanyian

Kasih tadi. Bukankah setiap malam saya menyanyi bersama bintang- bintang? Nah, sekarang saya yang memimpin. Tapi kalian jangan marah lagi. Ikuti saya setiap satu bait. Oke?

Semua : Oke! Ayo mulai! Bulan : Anakku yang kusayangi

Apa yang kau tangisi Mari kita bersama menyanyi Lagu yang menarik hati

Semua : (Sambil menari dan berjalan mendatangi rumah anak-anak) Anakku yang kusayangi Apa yang kau tangisi Mari kita bersama menyanyi Lagu yang menarik hati

Bulan : Sakitmu tak seberapa Tak usah kau berduka Mari kita bersama tamasya Menghibur hati yang luka

Semua : Sakitmu tak seberapa Tak usah kau berduka Mari kita bersama tamasya Menghibur hati yang luka

Bulan : Ayo lanjutkan dengan kata-kata yang lain! Semua : Anak-anakku yang lucu

Jangan malu-malu Kita semua bersatu Tanpa rasa ragu-ragu

(Massardi “Mencari Taman” 2000: 21-22) Bulan juga dikisahkan memberi nasihat-nasihat pada Kasih saat

anak itu mengadukan nasibnya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Kasih : Tapi di manakah letaknya Suargaloka itu, Bulan? Bulan : Suargaloka itu adanya di atas langit yang ke tujuh. Kasih : Ooo, jauh sekali kalau begitu. Bulan : Ya, lebih tinggi dari Bulan. Kasih : Apakah Kasih boleh pergi ke sana? Bulan : O, tentu saja, anak manis. Setiap orang juga boleh pergi ke sana. Asal

dia orang baik, berbakti kepada orang tua, serta berilmu tinggi. Kasih : Dan apakah Kasih sudah jadi orang baik, Bulan? Bulan : Kasih memang anak baik tapi Kasih belum berilmu tinggi. Itu

sebabnya Kasih harus sekolah yang rajin dan berdoa kepada Tuhan. Kasih : Tuhan? Siapakah Tuhan itu, Bulan? Bulan : Tuhan adalah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh alam

semesta yang lain. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45-46)

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 9: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

33

Hal ini terjadi juga di adegan lain yang diwakili dengan tokoh

Bintang-bintang. Tapi rombongan Bintang yang tadi diam saja kini bergoyang di langit malam. Mereka menyanyi meninabobokan Bulan serta sekalian alam. Adalah engkau tahu Kapan Tuhan menciptakan Seru sekalian alam Adakah langit tahu Kapan Tuhan menciptakan Matahari, bulan, dan bintang Adakah, adakah Adakah engkau pun tahu Kapan Tuhan menciptakan Bumi dan segala insan Adakah ada yang tahu Kapan Tuhan menciptakan Tujuh hari tujuh malam Adakah, adakah Sedang segera serba gelap Sedang semesta masih senyap Sedang insan tertidur lelap Adakah engkau adakah Tahukah engkau tahukah Tuhan ada di segala Tuhan ada di segala (Massardi “Mencari Taman” 2000: 49-50) Matahari tidak melakukan interaksi langsung dengan Kasih dan

teman-temannya. Ia hanya berperan menggantikan Bulan menjaga anak-

anak itu saat siang hari. Sementara itu tanpa mereka sadari bulan sudah semakin menjauh dari

tempat mereka. Hari sudah menjelang pagi ketika bulan harus membagi tugas dengan matahari yang dari jauh sudah tersenyum-senyum kepada bulan. Dan semua penghuni taman satu demi satu jatuh tertidur. Mereka begitu letih dan begitu gembira nampaknya sehingga bulan tak berani mengganggu mereka untuk berpamit. Dan ketika bulan hendak menyingkir, dari balik bukit matahari memanggil.

Matahari : Hai! Bulan : (Berbalik) Hai! Matahari : Apa kabar, Bulan? Bulan : Kabar baik. Kamu rajin sekali, ya, pagi-pagi sudah keluar. Matahari : Ah, itu kan sudah biasa. Dan kamu, kenapa letih sekali

tampaknya? Bulan : Tadi malam saya tidak bisa tidur. Saya menyanyi bersama

anak-anak. Lihatlah di taman itu. Mereka capek sekali. Matahari : Sekarang mau kemana kamu? Bulan : Saya mau tidur dulu. Nah, tolong jaga baik-baik anak itu.

Tapi jangan dipanasi lama-lama. Kasihan.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 10: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

34

Matahari : Tentu, tentu, mereka anak-anak baik kelihatannya. Bulan : Ya, mereka memang anak-anak baik. Matahari : Siapa orang tuanya? Bulan : Orang tua mereka ada di kota. Mereka tidak betah tinggal di

sana. Dan sekarang mereka baru merdeka. Jauh dari segala larangan. Nah, sampai ketemu lagi!

Matahari : Jangan lupa, nanti malam dandan yang rapi, ya! Bulan : O, iya dong. Dah…! Matahari : Dah… Maka bulan pun pergi. Kini matahari mengganti. Burung-burung mulai bernyanyi, menyambut pagi hari, ayam berkokok berganti-ganti. Dan anak-anak tidur, sampai nanti (Massardi “Mencari Taman” 2000: 28-30). Karena ketiga tokoh ini memiliki sifat dan peranan yang sama

dalam cerita, signifikasinya pun tidak dilakukan satu persatu. Jika

dirangkum, signifikasi ini akan tampak seperti dalam tabel berikut.

3.2.1.3 Raksasa hitam

Pengarang menggunakan tanda raksasa hitam sebagai tokoh

antagonis. Raksasa dalam sistem primer berarti ‘makhluk yang menyerupai

manusia, konon berbadan tinggi besar’ (KBBI, 2007: 923). Dalam “Mencari

Taman” kemunculan tokoh ini selalu didahului oleh kemunculan empat

tokoh antagonis lainnya, yaitu Pedagang Pabrik, Kereta, Mobil, dan Kapal

Terbang (empat tokoh ini pun selalu muncul berurutan).

Di dalam kehidupan nyata, pabrik, kereta, mobil, dan kapal terbang

memiliki beberapa kesamaan, yaitu sama-sama menghasilkan polusi udara

dan menjadi salah satu penanda sebuah modernisasi. Sama-sama

menghasilkan polusi udara maksudnya adalah dalam proses operasionalnya,

keempat hal ini mengeluarkan asap yang mampu mencemari kebersihan

udara. Asap seperti ini identik dengan hal yang kotor, tidak sehat, dan

Sistem

Primer

E1 Bulan, matahari, dan bintang.

R1

C1 ‘Benda langit yang memiliki kemampuan menerangi sesuatu dengan cahayanya sendiri atau cahaya yang dipantulkannya.’

E2 Sistem

Sekunder R2

‘Pelindung, penghibur, dan tempat mengadu.’ ‘Pemberi solusi dalam sebuah masalah.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 11: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

35

berwarna hitam. Hal ini merupakan hal yang ingin ditampilkan dalam

“Mencari Taman.”

Raksasa merupakan tokoh dongeng yang dideskripsikan sebagai

sesuatu yang besar, jahat, jelek, dan menakutkan. Sifat-sifat ini dapat

disetarakan dengan sifat asap dengan konteks di atas. Jadi, tanda raksasa

pada “Mencari Taman” ketika disignifikasi tahap sekunder memiliki C2

Kapal terbang menghilang, suaranya berkumandang bercampur dengan suara pabrik, kereta api, dan mobil. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi berdebum. Itulah langkah raksasa hitam yang berbadan tinggi besar dan kepalanya menyundul awan.

‘asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan’.

Bum bum bum bum Bumi gonjang-ganjing Segera ombak-ombakan Bum bum bum Asap menggelembung Bikin awan jadi mendung Bum bum bum bum Akulah raksasa hitam Di panggung udara kelam Bum bum bum bum Awas lubang hidung Nanti bisa sakit jantung Bum bum bum bum Aku ada di lautan Di udara dan daratan Bum bum bum bum Bumi gonjang-ganjing Segera ombak-ombakan Bum bum bum bum Akulah raksasa hitam Di garang jelaga hitam Bum bum bum bum (Massardi “Mencari Taman” 2000: 35-36)

Dalam “Mencari Taman,” Raksasa Hitam berperan sebagai tokoh

yang kehadirannya ditakuti oleh orang-orang, terutama para orang tua. Saat

Raksasa Hitam muncul, para orang tua berusaha melindungi anak mereka

dengan cara meminta anak-anak itu berlari menghindar dan menutup hidung.

Hal ini memperkuat alasan bahwa memang benar bahwa Raksasa Hitam

merupakan tanda yang mengacu pada asap polusi.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 12: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

36

Rombongan kapal terbang pun hilang di balik awan. Kemudian terdengar bunyi langkah raksasa hitam di kejauhan dengan bunyi lagunya.

Bum bum bum bum Bumi gonjang ganjing

Ketika bunyi itu terdengar, orang-orang di taman yang sejak tadi diam

saja tiba-tiba terperanjat. Serentak mereka memekik dan berteriak-teriak ketakutan, juga anak-anak. Dan ketika raksasa hitam yang kepalanya menyundul awan itu muncul, kontan saja mereka semua pada kalang kabut. Orang tua semua menyelamatkan anaknya masing-masing. Mereka berlarian hiruk pikuk dan lintang pukang sambil berteriak-teriak dan menjerit-jerit dengan panik luar biasa.

“Lari-lari! Ayo lari…! Tutup hidung kalian! Tutup hidung! Ayo

berlindung! Awas hidung kalian! Kasiiihhhh…! Awas bisa sakit jantung! Hati-hati-hati paru-paru kalian!

Lalu orang-orang pun menghilang dan taman itu jadi sunyi. Raksasa hitam itu pun pergi sambil memakan mayat-mayat binatang di taman itu sampai bersih. Taman itu kini benar-benar menjadi sunyi dan senyap. Seperti daerah yang habis terkena wabah. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 64-65)

Sistem

Primer

E1 Raksasa Hitam.

R1

C1 ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’

E2 Sistem

Sekunder R2

‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, dan ‘hal yang menakutkan’.

C2

Raksasa dalam naskah ini merupakan tanda yang digunakan

pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang sifatnya negatif. Pemilihan

tanda raksasa memudahkan anak sebagai pembaca karena tokoh ini sering

muncul dalam cerita-cerita dongeng sebagai tokoh antagonis. Misalnya

dalam cerita rakyat “Timun Mas”2 dan “Magnus si Penguasa”.3

2 Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, ed. Sumbi Sambangsari (Jakarta, 2008), hlm.102.

Raksasa

dalam cerita “Timun Mas” dikisahkan sebagai tokoh jahat yang ingin

memakan gadis kecil bernama Timun Mas. Berkat bantuan penangkal dari

Dewata akhirnya Timun Mas dapat menyelamatkan diri dan raksasa

tersebut mati tenggelam dalam lumpur. Cerita “Magnus si Penguasa”

mengisahkan seorang raksasa egois bernama Magnus. Ia tinggal di perut

3 Kumpulan Dongeng Dunia, ed. Widya Kirana (Jakarta, 2008), hlm.72.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 13: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

37

bumi dan berkuasa di sana. Ia selalu bersikap semena-mena terhadap

orang-orang kerdil yang bekerja melayaninya.

Raksasa dalam “Mencari Taman” juga dideskripsikan sebagai

tokoh yang memiliki karakter antagonis. Akan tetapi, raksasa di sini tidak

hanya sekedar menjadi tokoh, ia juga merupakan sebuah tanda atas suatu

hal yang ingin disampaikan pengarang. Seperti dalam uraian di atas,

raksasa di sini diguakan sebagai alat untuk mendeskripsikan asap tebal

dari polusi yang dihasilkan pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor.

3.2.1.4 Mobil Polisi, Mobil Pemadam Kebakaran, dan Ambulance

Dalam naskah “Mencari Taman,” ketiga tokoh ini adalah tokoh-

tokoh yang membantu para orang tua mencari anak-anak mereka yang

hilang. Dengan sirine mereka muncul dan membuat iring-iringan yang

menggemparkan kota. Mereka dan para orang tua kemudian menemukan

anak-anak yang hilang tersebut di Taman Sukrasana. Dalam lapis denotasi,

kata-kata di atas memiliki C1

Berdasarkan hubungan itu, saat masuk ke dalam tataran sekunder

akan muncul C

‘kendaraan-kendaraan yang muncul untuk

mengatasi suatu masalah tertentu.’ Mobil polisi adalah kendaraan yang

digunakan oleh sekelompok orang yang bertugas menegakkan hukum,

mobil pemadam kebakaran digunakan untuk memadamkan api, dan

ambulance digunakan untuk membawa orang yang membutuhkan bantuan

medis. Ketiga kendaraan ini sama-sama memiliki sirine sebagai penanda

darurat. Oleh karena itu, kendaraan jenis ini bisa mendapatkan prioritas

saat sedang berada di jalan umum. Kehadirannya mengisyaratkan ada

sebuah situasi darurat yang sedang terjadi.

2 ‘terjadi sebuah situasi darurat’, ‘sekelompok orang

dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan,’

‘sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak’, ‘sesuatu yang

bersuara bising dan dapat menimbulkan kepanikan’, ‘sesuatu yang

memiliki akses cepat di dalam berlalu lintas.’ Berdasarkan konteks cerita

secara utuh, kelima tokoh ini menjadi pihak yang berperan mencari Kasih

dan teman-temannya. Kelima tokoh ini akhirnya berhasil menemukan

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 14: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

38

mereka di Taman Sukrasana. Karena memiliki peranan dan karakter yang

sama, ketiga tanda ini diaggap menjadi satu tanda saat masuk dalam

signifikasi tahap sekunder. Signifikasi itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

3.2.1.5 Gagasan 1 (orang tua selalu berusaha melakukan hal terbaik

untuk anak) dan Tanda-tanda Pembentuknya

Fokus cerita “Mencari Taman” terdapat pada permasalahan yang

dialami tokoh anak-anaknya. Dalam cerita ini dikisahkan anak-anak di

kota merasa tertekan dengan larangan-larangan orang tua yang membatasi

kebebasan mereka. Anak-anak tidak bisa lagi melakukan kegiatan-

kegiatan yang selayaknya dilakukan anak kecil, seperti berjalan-jalan di

luar rumah atau bermain sepeda. Hal ini karena keadaan lingkungan di luar

rumah sangat tidak mendukung. Banyak kendaraan tidak tertib dalam

berlalu lintas dan udara tercemar akibat polusi asap pabrik dan kendaraan.

Sebenarnya larangan-larangan yang disampaikan para orang tua

merupakan wujud kasih sayang dan kepedulian mereka terhadap anak-

anak. Mereka tidak ingin anak-anak yang mereka cintai terluka/ sakit.

Melalui cerita ini Noorca ingin menyampaikan gagasan bahwa orang tua

selalu berusaha memberikan hal terbaik bagi anak-anak.

Dalam memberikan gagasan pertama ini Noorca menggunakan

beberapa tanda sebagai alat bantunya. Tanda pertama adalah penggunaan

nama Kasih sebagai tokoh sentral dalam cerita. Kata Kasih dalam sistem

sekunder dapat disignifikasi menjadi ‘sesuatu yang dicintai, sesuatu yang

Sistem

Primer

E1 Mobil Polisi, Mobil Pemadam Kebakaran, dan Ambulance.

R1

C1 ‘Kendaraan-kendaraan yang muncul untuk mengatasi suatu masalah tertentu.’

E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Situasi darurat.’ ‘Sekelompok orang dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan.’ ‘Sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak.’ ‘Kebisingan dan kepanikan.’ ‘Kemudahan dan kecepatan dalam berlalu lintas.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 15: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

39

membutuhkan perlindungan, dan sebuah harapan.’ Tanda berikutnya

adalah bulan, matahari, dan bintang. Benda-benda yang dapat mereka lihat

sehari-hari sekaligus juga banyak muncul dalam cerita dan lagu anak

(“Ambilkan Bulan”, “Bintang Kecil”, dan “Bintang Kejora”). Dalam

“Mencari Taman” tiga tanda ini menjadi teman Kasih yang selalu memberi

nasihat dan petunjuk atas segala permasalahan yang dialami Kasih. Saat

bersama mereka Kasih dan teman-temannya merasa tenang dan bahagia.

Tanda ketiga untuk gagasan pertama ini adalah raksasa.

Berdasarkan uraian sebelumnya, raksasa di sini merupakan tanda untuk

asap yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor yang

ada di kota. Karena orang tua sangat menyayangi anak-anaknya, mereka

mengupayakan agar anak-anak terhindar dari polusi itu dengan cara

melarang anak-anak bermain ke luar rumah. Polusi yang dalam konteks

cerita ini adalah sesuatu yang sifatnya negatif dikonotasikan dengan tokoh

raksasa yang dalam cerita-cerita anak sering menjadi tokoh yang bersifat

jahat.

Saat anak-anak menghilang, para orang tua sangat khawatir.

Mereka lalu mencari anak-anak itu dengan bantuan mobil-mobil bersirine.

Dalam kehidupan sehari-hari, mobil-mobil bersirine seperti mobil polisi,

pemadam kebakaran, dan ambulance muncul untuk mengatasi situasi

darurat tertentu. Oleh karena itu, kehadiran kendaraan-kendaraan ini

memudahkan anak dalam memahami bahwa peristiwa kehilangan anak

merupakan hal sangat penting yang harus segera diselesaikan. Ketiga

kendaraan ini juga dekat dengan keseharian anak. Selain karena mereka

dapat melihatnya langsung dalam kehidupan nyata, benda-benda ini juga

sering dijadikan mainan dan tokoh dalam buku cerita/film

Jadi, penggunaan nama Kasih sebagai pusat cerita mewakili

seorang anak yang disayangi dan butuh perlindungan. Hal ini juga

ditegaskan kembali dalam dialog-dialog Kasih dengan tokoh Bulan. Bulan,

bintang, dan matahari merupakan tanda-tanda untuk mewakili

sahabat/pelindung/pemberi nasihat saat Kasih mengalami masalah. Karena

rasa sayang itulah kemudian orang tua memberi batasan saat ada sesuatu

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 16: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

40

yang membahayakan anaknya. Dalam konteks cerita ini hal

membahayakan itu adalah asap polusi yang dimetaforkan oleh tokoh

raksasa hitam. Berdasarkan rasa sayang itu pula, orang tua berusaha

mencari saat anak-anak mereka hilang. Kekhawatiran dan kepedulian ini

dikonotasikan dengan adanya mobil-mobil bersirine untuk membantu

mereka mencari anak-anak itu. Berdasarkan deskripsi di atas, keempat

tanda ini secara fungsional sesuai untuk menyampaikan gagasan bahwa

orang tua selalu berusaha untuk memberikan hal terbaik untuk anak-anak

mereka.

3.2.2 Gagasan 2: Persahabatan merupakan hal penting dalam

kehidupan

Penderitaan Kasih dan anak-anak lainnya di kota itu akhirnya

berakhir saat mereka menemukan tempat bernama Taman Sukrasana.

Dalam proses ini Kasih dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Mereka

berdialog, menyanyi, dan menari bersama sehingga Kasih merasa senang.

Tokoh-tokoh ini adalah Boneka, Beruang, Jerapah, Kelinci, dan Kancil.

Mereka adalah tokoh yang sering muncul dalam cerita anak.

3.2.2.1 Boneka

Tokoh Boneka dalam naskah ini adalah teman yang selalu

menolong Kasih. Dalam sistem primer, boneka memilki C1 ‘tiruan anak

untuk permainan’(KBBI, 2007: 162). Saat disignifikasi di sistem sekunder,

C1 ini berubah menjadi E2. C2 kemudian disignifikasi melalui hal-hal yang

berkaitan dengan E2

Oleh karena itu muncul C

itu sendiri. Sesuatu yang dapat digunakan untuk

bermain adalah hal yang memberikan kesenangan pada orang yang

memainkannya. Selain itu benda ini harus bisa dikuasai oleh si pemain.

Pemain memiliki hak penuh atas apa saja yang ingin ia lakukan pada

benda/hal tersebut.

2 berupa ‘hal yang dapat memberi

kesenangan’ dan ‘hal yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ Jika

bertolak pada konteks cerita, Boneka adalah nama seorang tokoh.

Seharusnya ia merupakan tokoh yang tidak memiliki kuasa atas

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 17: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

41

keberadaan dirinya sendiri. Akan tetapi, dalam “Mencari Taman” keadaan

justru sebaliknya. Boneka merupakan pemimpin dari teman-teman Kasih.

Ia banyak mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu sehingga ia

berperan penting dalam alur cerita. Dengan inisiatif ini ia menolong Kasih

dan anak-anak lain untuk mencari tempat yang nyaman untuk mereka

bemain. Kasimir: Atau adakah di antara kita yang bersedih hati malam ini? Boneka : Ada kawan-kawan. Lihatlah yang di tempat tidur itu. Bukankah dia

kawan baik kita juga? Bukankah ia sedang sakit? Semua : Oooo…. Kamu benar, Boneka, Kasih sakit… Boneka : Dan kita harus menghiburnya. Kita harus mengajaknya menyanyi dan

menari. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 6-7) Boneka : Nah, kawan-kawan, teman kita kini bertambah. Artinya jangan sia-

siakan malam gembira ini. Mari kita ke luar menghirup udara malam bertandang di bawah bulan. Ayo.

Semua : Kita bermain-main di luar? Boneka : Ya, kita berjalan-jalan, kita menari-nari, kita menyanyi-nyanyi, dan

berbuat apa saja. Kasih : Tapi Kasih tidak bisa ikut. Nanti dimarahi Papa dan Mama. Boneka : Tidak apa-apa. Papa dan Mama lagi tidur, kita ke luar pelan-pelan dan

kita bangunkan semua anak-anak. Kasih setuju? Kasih : Kasih takut…! ………………………. Kasih : Tapi Kasih takut sama Papa Mama. Kalau ketahuan bisa disetrap. Boneka : Nah, itu sebabnya kita harus ke luar pelan-pelan lewat jendela. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 11-12)

Selain banyak memberikan inisiatif, ia juga tidak suka dikomando

oleh pihak lain. Berdasarkan arti sebenarnya, boneka adalah sesuatu yang

keberadaannya selalu dalam kuasa pihak di atasnya tetapi dalam cerita ini

tokoh Boneka justru ditampilkan sebaliknya. Ia menolak komando dari

pihak lain. Bulan : Ngintip anu… Kamu mau tau saja. Ayo dong nyanyi. Satu, dua, tiga! Tiba-tiba semuanya diam. Tidak ada yang mau menyanyi. Dan Bulan terheran-heran. Ia bingung. Bulan : Hai! Kenapa kalian tiba-tiba diam? (Semua diam). Hai! Kenapa kalian

tidak jadi menari dan menyanyi? (Semua diam) Hai! Ada apa? Apa saya tidak boleh nonton? Atau kalian marah kepada saya? (Sedih) Tapi apa salah saya?

Setelah beberapa saat sunyi, akhirnya Boneka angkat bicara. Boneka : Habis kamu begitu sih, Bulan… Bulan : Begitu bagaimana? Bukankah kalian sendiri yang mau menyanyi

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 18: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

42

untuk saya? Boneka : Memang. Tapi kenapa kamu memberi komando satu, dua, tiga? Bulan : Lho, apakah itu salah? Saya kan membantu kalian agar semuanya

teratur menyanyi. Boneka : (Sedih) Iya, maksud kamu mungkin baik. Tapi… Bulan : Tapi apa, anak-anak? Boneka : Kami tidak mau diatur dan dikomando dari atas. Saya kan bukan sembarangan boneka dan saya kan bukan bonekanya kamu? (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 14-15) Kemunculannya Boneka pun paling awal jika dibandingkan

dengan kemunculan tokoh lain (teman-teman Kasih). Kemunculannya ini

membangunkan tokoh-tokoh lain. Berikut adalah kutipannya. Nyanyian itu merasuk makin lama makin dekat. Sebuah boneka, punya

Kasih, terjatuh dari atas lemari. Ia tersentak dan termangu mendengar lagu. Lalu pelan-pelan ia mengikuti. Ia menyanyi dan menari.

Suara nyanyian dan bunyi kakinya yang menari tentu saja mengagetkan binatang-binatang mainan Kasih yang lain. Dan Beruang, Jerapah, Petit Lapin dan kawan-kawannya segera terjaga. Mereka terpesona melihat boneka. Dan tanpa sadar mereka pun ikut menari dan menyanyi. Mereka keluar dari tempatnya masing-masing dan membuat atraksi itu tambah meriah.

(Massardi “Mencari Taman” 2000: 5-6) Karakter Boneka dalam cerita ini sangat bertolak belakang dengan

C2 yang memberi signifikasi ‘sesuatu yang berada dalam kekuasaan pihak

lain.’ Akan tetapi, pihak yang selalu berada dalam kekuasaan orang lain

justru memiliki potensi untuk melepaskan diri dari keterbatasan tersebut.

Hubungan inilah yang kemudian menghasilkan C2

lain, yaitu ‘keinginan

untuk berubah’ dan ‘pemberontakan atas keadaan yang diterima.’ Hasil

signifikasi ini tepat jika dikaitkan dengan kutipan-kutipan di atas. Jika

dirangkum, proses signifikasi ini akan tampak dalam tabel berikut.

Sistem

Primer

E1 Boneka.

R1

C1 ‘Tiruan anak untuk permainan.’ E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Hal yang dapat memberi kesenangan.’ ‘Orang yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ ‘Pemberontakan.’ ‘Semangat untuk melakukan perubahan.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 19: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

43

3.2.2.2 Beruang, Jerapah, Kelinci, Kancil

Empat hewan ini adalah tokoh-tokoh dalam naskah “Mencari

Taman.” Mereka menjadi penolong kasih dalam upaya mencari tempat

hidup yang lebih baik. Tiga dari empat hewan ini adalah tokoh fabel yang

kisahnya sudah umum di masyarakat. Mereka adalah beruang, kelinci, dan

kancil. Dalam tataran signifikasi primer, beruang berarti ‘binatang buas

jenis Ursus, berbulu tebal dapat berdiri di atas kedua kakinya, bercakar,

dan bermoncong putih’ (KBBI, 2007: 142). Dalam dunia anak di

kehidupan nyata beruang kemudian dikenal melalui kisah Teddy Bear atau

Teddy si Beruang yang berasal dari Amerika Serikat.

Kisah terkenal tentang kelinci adalah kisah kekalahan kelinci

angkuh ketika berlomba lari dengan siput (di beberapa versi, siput diganti

dengan kura-kura). Keangkuhan kelinci itu berhasil dikalahkan oleh

kecerdikan siput. Dalam signifikasi primer kelinci berarti ‘binatang

mamalia yang mengunggis, mempunyai telinga panjang dan ekor pendek’

(KBBI: 2007: 533). Pada kisah “Mencari Taman,” Noorca juga

menggunakan tokoh bernama Petit Lapin. Petit Lapin merupakan tokoh

cerita anak-anak berwujud kelinci.

Masih dalam sistem primer, kancil berarti ‘binatang pemakan

tanaman yang cepat larinya, berbadan langsing, kaki depan lebih pendek

daripada kaki belakang, bulunya berwarna cokelat kemerah-merahan

(KBBI, 2007: 500). Kancil dalam fabel dikisahkan memiliki sifat cerdik,

dan memiliki banyak akal untuk mengatasi situasi sulit yang dihadapinya.

Tokoh berikutnya adalah jerapah. Dalam tataran primer jerapah berarti

‘binatang pemamah biak, hidup di Afrika berkaki panjang, kaki depan

lebih panjang daripada kaki belakang sehingga punggungnya menurun

belakang, leher sangat panjang, kepalanya dapat mencapai 5-6 meter dari

tanah’ (KBBI, 2007: 471). Berdasarkan konteks cerita, signifikasi sekunder

dari keempat tanda ini tidak akan dilakukan satu persatu. Hal ini karena

mereka merupakan tokoh-tokoh dengan karakter dan peranan yang sama.

Mereka berempat hanya sebagai pendukung atas hal-hal yang dikatakan

oleh Boneka. Tidak ada kemiripan karakter antara tokoh di fabel yang

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 20: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

44

sudah dikenal umum dengan tokoh yang sama dalam “Mencari Taman.”

Misalnya, tidak ada penanda yang menunjukan bahwa kancil dalam

“Mencari Taman” merupakan tokoh yang cerdik atau kelinci dalam naskah

ini merupakan tokoh angkuh yang memiliki kemampuan berlari cepat.

Mereka berempat hanya muncul sebagai teman Kasih yang menggerakan

alur cerita dengan cara mendukung segala inisiatif tokoh Boneka.

Kecuali beruang, tiga hewan lainnya memiliki kesamaan, yaitu

hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia, herbivora (pemakan

tumbuhan), dan berkaki empat. Persamaan mereka secara menyeluruh

adalah termasuk hewan mamalia dan menjadi tokoh dalam cerita fabel.

Hewan-hewan ini sudah dikenal oleh anak karena sering muncul dalam

cerita-cerita fabel tradisional ataupun internasional. Pemaparan di atas

merupakan deskripsi dalam konteks signifikasi sistem primer.

Saat masuk ke sistem sekunder dan konteks cerita, C2

Sistem

yang muncul

untuk keempat metafora tersebut adalah ‘sesuatu yang ramah, dikenal, dan

disukai anak’, ‘hewan yang mempunyai daya juang dalam

mempertahankan hidup’, dan ‘pemberani’. Signifikasi ini muncul

berkaitan dengan signifiksi primer ‘hewan herbivora’ yaitu hewan

pemakan tumbuhan yang juga berarti hewan yang menjadi incaran hewan

karnivora sehingga mereka terbiasa dengan perjuangan keras

mempertahankan hidup. Berikut ini akan disajikan rangkuman signifikasi

berdasarkan empat tokoh di atas. Karena mereka memiliki kesamaan sifat

dan peranan dalam “Mencari Taman,” tanda ini dianggap sebagai

kesatuan.

Primer

E1 Beruang, Jerapah, Kelinci, dan Kancil.

R1

C1 ‘Hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia.’ ‘Hewan herbivora (pemakan tumbuhan).’ ‘Mamalia berkaki empat.’ ‘Menjadi tokoh dalam cerita fabel.”

E2

Sistem

Sekunder R2

‘Sesuatu yang ramah, dikenal, dan disukai anak.’ ‘Sesuatu yang mempunyai daya juang dalam mempertahankan hidup.’ ‘Pemberani.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 21: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

45

Karena ternyata tidak terdapat persamaan sifat antara tokoh dalam

“Mencari Taman” dengan fabel yang sudah berkembang di masyarakat,

dapat dikatakan bahwa pengarang mengambil tokoh ini hanya sebagai

upaya membuat pembacanya tertarik dengan cerita.

3.2.2.3 Gagasan 2 (persahabatan merupakan hal penting dalam

kehidupan) dan Tanda-tanda Pembentuknya

Noorca ingin menyampaikan gagasan bahwa persahabatan

merupakan hal penting dalam kehidupan. Ia menggunakan tanda yang

ditempatkan sebagai sahabat-sahabat Kasih. Mereka adalah tokoh-tokoh

hewan seperti beruang, jerapah, kancil, dan kelinci. Tokoh-tokoh ini

merupakan tokoh yang sering muncul dalam cerita-cerita dongeng

meskipun karakter mereka dalam dongeng-dongeng tersebut tidak sama

dengan karakter dalam naskah “Mencari Taman.”

Boneka dan empat hewan teman Kasih dalam cerita ini dikisahkan

sebagai tokoh-tokoh yang menolong Kasih dan anak-anak lain dalam

mencari tempat tinggal impian mereka. Persahabatan yang terjalin antara

Kasih dan tokoh-tokoh ini berperan besar terhadap diri Kasih. Melalui

sistem signifikasi sekunder yang telah diuraikan sebelumnya, tokoh-tokoh

ini memiliki semangat hidup yang tinggi, berani melakukan perubahan,

dan memiliki sifat ramah. Berdasarkan sifat-sifat ini mereka banyak

menolong Kasih. Saat sedih ia merasa terhibur dengan nyanyian dan tarian

dari sahabat-sahabatnya, saat merasa sendirian sahabatnya muncul

menemani, dan saat merasa sudah tidak nyaman dengan lingkungannya

sahabat-sahabat Kasih datang memberi solusi untuk mencari tempat

tinggal baru. Oleh karena itu, persahabatan merupakan hal yang penting

dalam kehidupan.

3.2.3 Gagasan 3: Kebutuhan anak adalah rasa aman, bahagia, dan

tenang

Kota tempat tinggal Kasih adalah kota yang maju dan modern. Akan

tetapi, ternyata kondisi ini merusak lingkugan alam kota tersebut, seperti

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 22: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

46

banyaknya suara bising dari pabrik, debu, dan asap polusi dari kendaraan

bermotor. Keadaan ini membuat mereka tak lagi bebas bermain dan

beraktivitas seperti biasanya. Noorca ingin menyampaikan gagasannya bahwa

sebenarnya kebutuhan anak sangat sederhana, yaitu rasa aman, bahagia, dan

tenang. Untuk menciptakan suasana seperti ini lingkungan sekitar mereka pun

harus kondusif. Lingkungan yang penuh polusi akan membatasi ruang gerak

mereka karena para orang tua akan melarang anak-anak ini bermain bebas di

luar rumah. Hal ini membuat anak-anak itu tidak lagi merasa aman, bahagia,

dan tenang. Untuk menyampaikan gagasan ini Noorca menggunakan beberapa

metafora, yaitu Sukrasana, Suargaloka, Bidadari, kamar, jendela, gapura,

musik rimba, dan aneka permainan tradisional.

3.2.3.1 Sukrasana

Sukrasana merupakan salah satu tokoh dalam cerita pewayangan.

Ia adalah raksasa kecil berwajah buruk namun bersifat lembut dan baik

hati. Ia sangat sayang pada kakaknya, Sumantri, yang sedang mengabdi

pada Arjuna Sasrabahu (Raja Negeri Maesapati). Suatu hari Sukrasana

yang selalu bersikap kekanak-kanakan menyusul kakaknya ke negeri

Maesapati. Saat tiba di sana ia mendapati kakaknya sedang mengalami

masalah.

Menurut Sukrasana, Arjuna Sasrabahu jatuh cinta pada Dewi

Citrawati. Sebagai persyaratan, perempuan itu meminta Taman Sri Wedari

yang ada di Suargaloka dipindahkan ke Negeri Maesapati. Jika syarat itu

dipenuhi, Dewi Citrawati mau menerima cinta Arjuna Sasrabahu. Arjuna

Sasrabahu pun menyanggupi dan meminta tolong Sumantri untuk

melakukannya. Sumantri bingung karena ia tak tahu bagaimana cara

melakukannya. Setelah mendengar keluhan kakaknya, Sukrasana pun

berniat menolong dengan tulus. Ia meminta bantuan pada Candra Birawa

(kumpulan raksasa yang disatukan dalam satu badan) yang saat itu telah

menitis dalam tubuhnya. Dalam sekejap, Candra Birawa berhasil

memindahkan Taman Sriwedari dari Suargaloka ke Negeri Maesapati.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 23: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

47

Setelah berhasil, Sukrasana berniat tinggal di Maesapati bersama

kakaknya. Akan tetapi, Sumantri menginginkan adiknya pulang saja ke

padepokan. Sukrasana tetap bersikeras ingin tinggal di Maesapati. Untuk

menakut-nakuti Sukrasana, Sumantri mengarahkan panah Cakrabiswara

pada adiknya itu. Sayang, tanpa sengaja panah itu terlepas dan mengenai

Sukrasana. Akhirnya raksasa baik hati itu tewas di tangan kakak yang

sangat disayanginya. Meski begitu, ia sama sekali tidak merasa dendam.

Sebelum meninggal Sukrasana justru sempat memohon kepada Dewa agar

di kehidupan selanjutnya ia bisa kembali berdekatan dengan kakaknya.

Berdasarkan cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh

Sukrasana yang kekanak-kanakan ini memiliki sifat baik, penyayang, dan

rela berkorban. Ia adalah tokoh yang memiliki kekuatan besar dalam

dirinya tetapi tidak dimanfaatkan secara semena-mena. Kata Sukrasana ini

kemudian dijadikan nama tempat dalam naskah “Mencari Taman.” Taman

yang selama ini dicari Kasih dan kawan-kawannya hingga berhasil mereka

temukan adalah sebuah tempat bernama Taman Sukrasana. Taman dalam

kedua cerita ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merupakan tempat

yang indah dan diperebutkan.

Taman Sukrasana dalam “Mencari Taman” merupakan tempat

yang menyediakan banyak kenyamanan bagi anak-anak. Penduduk yang

ramah, udara yang bersih, dan lahan bermain yang luas. Di akhir cerita

taman ini justru dirusak oleh pihak-pihak yang ingin menguasai segala

potensi yang ada di tempat ini. Dapat disimpulkan bahwa terdapat

kesamaan sifat antara tokoh Sukrasana dalam cerita wayang dengan

Taman Sukrasana dalam “Mencari Taman.” Kedua Sukrasana ini sama-

sama memiliki potensi positif untuk menolong pihak yang membutuhkan

namun pada akhirnya harus mati/musnah dengan cara yang mengenaskan.

Akan tetapi, Taman Sukrasana di sini dapat juga kita kaitkan dengan

Taman Sri Wedari dalam cerita Sukrasana. Melalui konteks Taman Sri

Wedari sebagai taman yang berada di Suargaloka (surga), dapat

disimpulkan itu adalah tempat yang indah, damai, dan diisi dengan orang-

orang yang baik.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 24: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

48

Berdasarkan hubungannya dengan Sukrasana dan Taman Sri

Wedari, C2

Kasih : (menyanyi) Hai lihat! Di sana ada rumput!

Taman Sukrasana dalam naskah “Mencari Taman” adalah

‘sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat’, ‘tempat yang indah

seperti surga’, ‘tempat yang hanya berisi orang-orang baik’, ‘tempat

impian’, ‘hadiah bagi orang yang bersikap baik’, dan ‘sesuatu yang

didapatkan dengan susah payah.’

Boneka : Hai Lihatlah! Di sana ada pepohonan! Jerapah : Hai Lihatlah! Di sana ada pancuran! Beruang : Hai Lihat! Di sana ada buahan! Bangau : Hai Lihat! Di sana ada harapan! Kan+Kel: Hai Lihat! Di sana ada rambutan! Kas+Pt Lpn: Hai Lihat! Di sana ada tujuan! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 25) Kasih : Tapi tahukah kamu ke mana anak-anak itu menghilang? Bulan : Anak-anak itu sekarang sedang berada di sebuah hutan yang indah

bukan kepalang. Tidak sembarang orang bisa ke sana karena taman itu dijaga binatang buas.

Kasih : Taman apakah itu namanya, Bulan? Bulan : Taman itu bernama Taman Sukrasana, adanya di ujung dunia.

Pernahkah kamu mendengarnya, Kasih? Kasih : Tidak pernah, tapi kenapa taman itu disebut Taman Sukrasana?

Siapakah gerangan dia, Bulan? Bulan : Sukrasana adalah raksasa kecil bermuka buruk, tapi dia sangat baik

hati dan sakti. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45)

Sistem

Primer

E1 Sukrasana

R1

C1 ‘Nama raksasa kecil buruk rupa namun baik hati.’ E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat’, ‘tempat yang indah seperti surga’, ‘tempat yang hanya berisi orang-orang baik’, ‘tempat impian’, ‘hadiah bagi orang yang bersikap baik’, dan ‘sesuatu yang didapatkan dengan susah payah.’

C2

3.2.3.2 Suargaloka

Dalam naskah “Mencari Taman,” Taman Sukrasana yang menjadi

tempat tujuan para tokohnya diceritakan berasal dari Suargaloka. Hal ini

masih berkaitan dengan cerita tentang Sukrasana yang telah diuraikan

dalam subbab sebelumnya. Suargaloka merupakan surga tempat tinggal

para Dewa. Di dalamnya terdapat sebuah taman bernama Taman Sri

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 25: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

49

Wedari. Taman ini kemudian dijadikan persyaratan oleh Dewi Citrawati

saat Arjuna Sasrabahu menyatakan cinta. Dewi Citrawati bersedia

menerima cinta Arjuna Sasrabahu bila lelaki itu berhasil memindahkan

Taman Sri Wedari dari Suargaloka ke Negeri Maesapati (tempat Arjuna

Sasrabahu berkuasa). Arjuna Sasrabahu kemudian meminta bantuan

Sumantri. Akan tetapi karena Sumantri tidak sanggup melakukannya,

Sumantri lalu dibantu oleh adiknya, raksasa bermuka buruk namun baik

hati bernama Sukrasana.

Suargaloka dalam sistem primer dapat diartikan sebagai ‘surga

untuk para dewa’ (KBBI, 2007: 1.094). Surga dalam sistem primer berarti

‘kayangan tempat kediaman Batara Guru’ (KBBI, 2007: 1.109). Dalam

posisinya sebagai penguasa, dewa/Batara Guru tinggal di sebuah tempat

yang indah dan damai. Tempat ini juga disediakan bagi makhluk-makhluk

yang bersikap baik di dunia. Tempat semacam ini tentunya menjadi impian

banyak makhluk. Berdasarkan uraian itu, dalam signifikasi sistem

sekunder, surga memiliki C2

Kasih : Apakah Sukrasana membuat taman sendirian saja?

‘kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’,

dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’. Melalui makna konotasi

tersebut dapat dibayangkan bahwa taman yang ada di Suargaloka

merupakan taman yang sangat indah dan wajar bila diperebutkan.

Bulan : Oo, tidak sendirian, Kasih. Taman itu dulunya adalah milik dewa- dewa di Suargaloka.

Kasih : Lalu? Bulan : Lalu Sukrasana memindahkannya ke atas bumi dari sana. Kasih : Tapi dimanakah letaknya Suargaloka itu, Bulan? Bulan : Suargaloka itu adanya di atas langit yang ke tujuh. Kasih : Oo, jauh kalau begitu. Bulan : Ya, lebih tinggi dari Bulan. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45)

Sistem

Primer

E1 Suargaloka

R1

C1 ‘Khayangan tempat kediaman Batara Guru’ E2 Sistem

Sekunder R2

‘Kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’, dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’.

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 26: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

50

3.2.3.3 Bidadari

Bidadari merupakan tokoh yang beberapa kali muncul dalam cerita

anak. Bidadari diartikan sebagai ‘perempuan elok yang berasal dari

khayangan’ (KBBI, 2007: 148). Seperti telah dijelaskan sebelumnya,

khayangan/surga adalah tempat orang-orang baik berkumpul. Baik bisa

diasosiasikan dengan ramah, sopan, lembut, dan penuh cinta.

Khayangan/surga merupakan sebuah tempat yang sifatnya abadi. Oleh

karena itu, saat masuk proses signifikasi tahap sekunder akan muncul C2

Deskripsi adegan yang muncul dalam “Mencari Taman”

mengingatkan kita pada potongan cerita Jaka Tarub

yaitu ‘perempuan lembut dan baik hati’, ‘kesucian, keabadian’, ‘kasih

sayang dan cinta’. Dalam “Mencari Taman” tokoh Bidadari muncul

sebagai bagian dari penghuni Taman Sukrasana yang menyambut baik

kedatangan Kasih dan teman-temannya.

4

Kata mandi di sini juga termasuk tanda. Dalam sistem primer, kata

mandi berarti ‘membersihkan tubuh dengan air dan sabun’ (KBBI, 2007:

709). Jika dikaitkan dengan konteks cerita “Mencari Taman,” kata mandi

dalam signifikasi di sistem sekunder memiliki C

, sebuah cerita rakyat

yeng berasal dari Jawa Tengah. Adegan ini yaitu adegan para bidadari

yang mandi di sebuah telaga. Bedanya, dalam Jaka Tarub tokoh utamanya

(Jaka Tarub) hanya mengintip para bidadari itu mandi dan

menyembunyikan selendang salah satu bidadari sedangkan dalam

“Mencari Taman” tokoh utamanya (Kasih) justru mandi bersama para

bidadari itu.

2

4 Sambangsari., Loc.Cit., hlm.106.

‘keadaan yang baru’,

‘kesucian’, dan ‘persiapan untuk menghadapi hal yang penting’. Di dalam

cerita Kasih dan teman-temannya mandi bersama para bidadari saat akan

menyambut orang tua mereka yang akan datang menjemput ke Taman

Sukrasana. Kasih dan anak-anak lain bersiap menyambut orang tua mereka

masing-masing untuk kemudian tinggal bersama di Taman Sukrasana yang

indah, bersih, dan damai. Dapat disimpulkan bahwa tokoh Bidadari dalam

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 27: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

51

naskah ini adalah pihak yang penuh kasih sayang mempersiapkan Kasih

dan kawan-kawannya untuk masuk ke dalam dunia baru yang suci. Kasih : Hai! Tunggu! Lihat di sana itu! Ada bidadari sedang mandi! Semuanya melihat ada tujuh bidadari turun dari pelangi. Tentu saja semua anak sangat terkejut. Semua : Astaga! Bidadari itu? Kasih : Ssst, kita harus permisi dulu kepada mereka kalau mau mandi di sini. Beruang : Tapi cepatlah. Badanku sudah gemetar pengen mandi bersama-sama. Kasih : Sssst! Jangan kurang ajar.

(Kepada Bidadari) Hai Bidadari yang sedang mandi! Bidadari : Hai… Buset! Ada apa kalian datang ramai-ramai kemari? Beruang : Kalau ada sumur di ladang

Bolehlah kami memadu janji Kalau ada umurku panjang Bolehkah kami menumpang mandi?

(Bidadari-bidadari itu tertawa. Juga anak-anak itu) Bidadari : Kalau kalian memang mau mandi, silakan mandi dan kami akan

membantu memandikan kalian. Semua : Benar kalian mau memandikan kami? Bidadari : Kami tidak pernah bohong, anak-anak. Ayolah mandi bersama kami. Semua : Horeeeee… Ayo terjun kita mandikan Bidadari dari langit! Horeee….! Maka riuhlah danau kecil itu. Mereka mandi dengan sangat gembira, bercanda, dan tertawa-tawa tidak seperti di kota, di rumah-rumah mereka. Mereka pun menyanyi. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 54-55)

3.2.3.4 Kamar Kasih , Jendela, dan Gapura Taman

Signifikasi kamar dalam sistem primer adalah ‘sebuah ruangan

tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan’ (KBBI, 2007: 496).

Dalam kehidupan nyata, kamar adalah ruang pribadi seseorang. Di dalam

kamar, orang bebas melakukan hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak

ingin diketahui orang lain. Barang-barang yang ada di dalam kamar pun

biasanya adalah barang yang disukai atau bermanfaat bagi pemiliknya.

Sistem

Primer

E1 Bidadari.

R1

C1 ‘Perempuan elok yang berasal dari khayangan.’ E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Kesucian, keabadian.’ ‘Kasih sayang dan cinta.’ ‘Keadaan yang baru.’ ‘Sambutan positif.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 28: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

52

Oleh karena itu, dalam signifikasi tahap sekunder, C2

Malam itu di dalam kamar dari sebuah rumah tinggal di suatu kota yang sangat maju, seorang gadis kecil bernama Kasih tidur di tempat tidurnya yang khusus. Ia sulit tidur karena di luar udara begitu buruk, langit pekat, suara bising, dan kota tak pernah tidur (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 3).

yang muncul untuk

tanda kamar adalah ‘hal pribadi’, ‘representasi diri’, ‘rahasia’,

‘kepercayaan’, dan ‘kenyamanan’. Dalam naskah ini, Kasih merasa tidak

nyaman di kamarnya sendiri karena gangguan dari luar. Jika dikaitkan

dengan signifikasi tahap sekunder di atas, hal ini berarti Kasih sudah

merasa tidak nyaman dengan hal yang dekat dengan dirinya atau bahkan

dengan dirinya sendiri.

Di dalam naskah ini semua tokoh sahabat Kasih (Boneka, Beruang,

Jerapah, Kancil, Kelinci) muncul dari kamar Kasih sendiri. Ini

dikonotasikan bahwa tokoh-tokoh itu merupakan hal-hal yang dipercaya

Kasih. Nyanyian itu merasuk, makin lama makin dekat. Sebuah boneka punya

Kasih terjatuh dari atas lemari. Ia tersentak dan termangu mendengar lagu. Lalu pelan-pelan ia mengikuti. Ia menyanyi dan menari.

Suara nyanyian dan bunyi kakinya yang menari tentu saja mengagetkan binatang-binatang mainan Kasih yang lain. Beruang, Jerapah, Petit Lapin, dan kawan-kawannya segera terjaga. Mereka pun terpesona melihat boneka. Tanpa sadar mereka ikut menyanyi dan menari. Mereka keluar dari tempatnya masing-masing membuat atraksi itu tambah meriah (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 5).

Ketika lagu habis tiba-tiba terdengar suara cekikikan, entah dari mana.

Tentu saja semuanya terkejut lalu sunyi. Dari dalam lemari muncul seekor kelinci dan seekor kancil. Mereka langsung menari dan menyanyi sambil tertawa-tawa. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 10)

Saat hendak meninggalkan kamar untuk menemukan Taman

Sukrasana, Kasih keluar lewat jendela. Jendela dalam sistem primer

adalah ‘lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat

keluar masuk udara’ (KBBI, 2007: 468). Jadi, jendela bukanlah hal yang

lazim digunakan untuk keluar dari suatu ruangan. Jika ada seseorang yang

keluar melalui jendela, berarti orang itu ingin pergi secara diam-diam

karena tidak ingin diketahui orang.

Jika dikaitkan dengan konteks cerita signifikasi sistem sekunder

akan menghasilkan C2 ‘jalan keluar tidak resmi’, ‘pemberontakan,’

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 29: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

53

‘sumber cahaya’, dan ‘harapan’. Dalam konteks cerita ini, Kasih pergi

mencari sesuatu yang dapat membuat hidupnya dan hidup teman-

temannya lebih nyaman (tempat yang bersih dan indah) dengan cara diam-

diam tanpa diketahui orang tua mereka masing-masing. Kasih : Tapi Kasih takut sama Papa Mama. Kalau ketahuan bisa disetrap. Boneka : Nah itu sebabnya kita harus keluar pelan-pelan lewat jendela. Kasih : Lewat jendela? Kasih tidak mau. Nanti kaki Kasih bisa patah, dong. Jerapah : Tenang. Leher saya kan cukup panjang. Nah, Kasih bisa saya

gendong. Setuju? Kasih : (setelah menimbang-nimbang) Kasih mau. Tapi harus ada kawan-

kawan yang lain. Semua : Pokoknya beres! Kita bangunkan semua anak-anak. Ayo! Maka mereka pun pergi lewat jendela. Kasih digendong oleh Jerapah. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 12) Saat Kasih dan teman-temannya bersiap menyambut orang tua

mereka yang datang menjemput, mereka menunggu di sebuah gapura yang

dalam naskah ini disebut dengan istilah gapura taman. Dalam signifikasi

sistem primer, gapura adalah ‘pintu gerbang yang besar untuk masuk

pekarangan rumah, taman, dsb’ (KBBI, 2007: 335). Saat masuk ke sistem

sekunder, signifikasi yang muncul dari kata gapura menghasilkan C2

Maka bertemulah mereka di gapura taman. Alangkah gembiranya mereka semua, saling berpelukan, berciuman, bertangisan. Sementara para binatang tetap memainkan musiknya yang riang dan hiruk pikuk.

‘pembatas’, ‘dunia baru’, dan ‘harapan’.

(Massardi “Mencari Taman,” 2000: 59)

Jadi, jendela merupakan tanda yang membatasi antara kamar Kasih

dan dunia luar sedangkan gapura taman adalah tanda yang membatasi

Sistem

Primer

E1 Kamar, jendela, gapura taman

R1

C1 ‘Sebuah ruangan tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan.’; ‘pintu.’

E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Hal pribadi.’ Kamar:

‘Representasi diri.’ ‘Rahasia.’ ‘Kepercayaan.’ ‘Kenyamanan.’

‘Pemberontakan.’ Jendela dan gapura taman:

‘Pembatas.’ ‘Dunia baru.’ ‘Harapan’.

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 30: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

54

antara dunia luar dengan Taman Sukrasana. Tanda jendela dan gapura

sama-sama memiliki makna konotasi sebagai pembatas dan adanya

harapan baru.

3.2.3.5 Musik rimba

Dalam tahap primer musik memiliki C1 ‘susunan nada/suara dalam

urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama’ (KBBI, 2007: 766).

Musik rimba dalam naskah ini dideskripsikan sebagai musik yang

dimainkan oleh Penghuni Rimba saat Kasih dan rombongan tiba di Taman

Sukrasana. Salah satu instrumen yang ada adalah terompet. Terompet

digunakan untuk menciptakan suasana menjadi lebih bersemangat. Dalam

kehidupan nyata, alat musik ini biasa digunakan dalam upacara-upacara

penyambutan tamu penting di kerajaan. Musik mengisyaratkan kebahagiaan

Penghuni Rimba menyambut kedatangan Kasih dan teman-temannya dan

tidak ada unsur penolakan terhadap kedatangan rombongan ini.

Signifikasi sekunder musik dalam konteks memiliki C2

Sampailah rombongan ini di tempat yang luar biasa indahnya. Mereka berhenti ketika ternyata bahwa itulah taman impian yang mereka cari. Tapi tak jauh dari tempat itu, satu barisan penghuni rimba berjejer dengan pakaian kebesarannya masing-masing. Begitu megah tampaknya.

‘penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’,

‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan dan cinta’.

Rombongan pendatang itu sangat tercengang. Ada apa gerangan? Belum sempat bertanya-tanya satu sama lain, salah satu binatang di taman itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Maka tiba-tiba terdengarlah bunyi terompet dan bunyi musik rimba lainnya. Dengan gemuruh dan riuh rendah, musik mereka dimaksudkan sebagai musik penyambut tamu. Begitu musik selesai, mereka langsung menyanyi dengan semangat menyala-nyala.

Taman ini taman kami Rimba ini rimba kami Tempat hidup mati kami Cit cit cuit cit cit cuit Tit tit tuit tit tit tuit Dung dung dung dung dung dung dung Kalian yang baru datang Kami bilang dengan lantang Ucapan selamat datang Halo halo halo halo Hidup damai dengan kami Dung dung dung dung dung dung (Massardi “Mencari Taman” 2000: 26-27)

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 31: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

55

3.2.3.6 Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan,

renang, memanjat pohon, naik binatang

Permainan galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang,

memanjat pohon, dan naik binatang merupakan permainan tradisional

yang dilakukan oleh anak-anak. Permainan ini membutuhkan lahan yang

luas di alam terbuka dan akan lebih menyenangkan jika dimainkan lebih

dari satu orang. Dalam signifikasi tahap sekunder, C2 yang muncul

adalah ‘keakraban’, ‘kekompakan dan kerja sama’, ‘kesenangan’, dan

‘strategi’.Kasih dan teman-temannya memainkan permainan ini saat

mereka tiba di Taman Sukrasana. Melalui C2

Tak terkatakan lagi bagaimana gembiranya anak-anak itu. Begitu yakin mereka diterima di tempat itu. Mereka langsung berangkulan satu sama lain memperkenalkan diri. Lalu dengan membentuk berbagai kelompok mereka bermain berbagai macam. Ada main kucing-kucingan, main galahsin, main bola, main ayunan, berenang, memanjat pohon, naik binatang, dll. Permainan anak-anak di tengah alam. Yang nyata, sambil bermain-main begitu mereka semua bernyanyi bersenang hati (Massardi “Mencari Taman” 2000: 27).

dapat disimpulkan bahwa

Taman Sukrasana merupakan harapan baru bagi mereka, yaitu sebuah

tempat yang memberi kesenangan dan kebersamaan.

Sistem

Primer

E1 Musik rimba.

R1

C1 ‘Susunan nada/suara dalam urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama.’

E2 Sistem

Sekunder R2

‘Penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’, ‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan, ‘cinta’.

C2

Sistem

Primer

E1 Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang, memanjat pohon, naik binatang.

R1

C1 ‘Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak.’

E2 Sistem

Sekunder R2

‘Keakraban’, ‘kekompakan’, ‘kerja sama’, ‘kesenangan’, dan ‘strategi’.

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 32: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

56

3.2.3.7 Gagasan 3 (Kebutuhan anak adalah rasa aman, bahagia, dan

tenang) dan Tanda-tanda Pembentuknya

Untuk menyampaikan gagasan ketiga ini Noorca menggunakan

enam tanda, yaitu Sukrasana, Suargaloka, Bidadari, kamar, jendela,

gapura, musik rimba, dan aneka permainan tradisional. Dalam cerita ini

dikisahkan bahwa Taman Sukrasana dulunya adalah taman milik para

Dewa dan berada di Suargaloka (surga). Melalui makna konotasi dari

Suargaloka, dapat disimpulkan bahwa Taman Sukrasana merupakan taman

yang luar biasa indah dan mampu memberikan kedamaian pada

penghuninya.

Bidadari yang ada di dalam taman tersebut memberi makna

konotasi bahwa orang-orang yang ada di sana menyambut anak-anak itu

dengan ramah dan dengan tangan terbuka. Para penghuni Taman

Sukrasana juga menyambut baik orang-orang yang ingin datang

menjemput Kasih dan teman-teman. Tidak hanya itu, orang-orang

dewasa ini juga diizinkan untuk tinggal di sana. Gapura taman dan

musik rimba menjadi tanda sambutan positif ini Tempat semacam inilah

yang diinginkan oleh anak-anak.

Permainan anak seperti galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan,

renang, memanjat pohon, dan naik binatang yang dimainkan Kasih dan

kawan-kawannya tersebut saat tiba di Taman Sukrasana merupakan

metafora atas hal-hal yang dibutuhkan anak dalam masa

pertumbuhannya, nilai-nilai kebersamaan, kerjasama, keakraban, dll.

Kasih sebagai pusat cerita (sekaligus juga perwakilan dari anak-anak

lain) berusaha keluar dari kehidupan mereka selama ini dan mencari

tempat baru.

Adegan Kasih dan teman-temannya menyelinap keluar lewat

jendela merupakan bentuk usaha awal mereka mencari kebebasan.

Metafora kamar dan jendela bermakna konotasi ruang yang terbatas dan

celah untuk keluar dari ruang itu menuju kebebasan. Jendela yang

digunakan Kasih sebagai celah untuk keluar kamar merupakan penanda

yang menunjukkan bahwa hal yang dilakukan Kasih dan teman-

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 33: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

57

temannya bukanlah sesuatu yang resmi dan dengan persetujuan orang

tua mereka masing-masing. Setelah keluar dari jendela, mereka

berkelana sampai akhirnya menemukan Taman Sukrasana yang indah.

Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa yang dibutuhkan anak-anak

memang sebuah suasana yang aman, tenang, dan mampu memberi

kebahagiaan bagi mereka.

3.2.4 Gagasan 4: Sumber daya alam yang tidak dimanfaatkan secara

bijaksana akan menimbulkan kerugian bagi makhluk hidup

Dalam kehidupan, modernisasi merupakan sebuah proses yang tidak

dapat dihindari. Akan tetapi, hal ini seharusnya juga memperhatikan

lingkungan tempat tinggal manusia itu sendiri. Keberadaan pabrik-pabrik tentu

memberi banyak manfaat bagi manusia karena dapat menghasilkan produk

yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Keberadaan transportasi modern seperti

kereta api, mobil, dan pesawat terbang juga memberi kemudahan bagi

kehidupan manusia. Namun jika perkembangan ini tidak memperhatikan

kelestarian alam, kehidupan makhluk di dalam lingkungan tersebut akan

terganggu.

Dalam “Mencari Taman” diceritakan bahwa anak-anak terganggu

dengan polusi yang ada di kota mereka. Hal ini menyebabkan anak-anak itu

sakit dan orang tua mereka tak lagi membolehkan anak-anak bermain bebas di

luar rumah. Noorca ingin menyampaikan gagasan ini melalui beberapa tanda,

yaitu sebagai berikut.

3.2.4.1 Pabrik, Kereta Api, Mobil, Pesawat Terbang

Kota tempat tinggal Kasih disebut sebagai kota yang sangat maju.

Dalam deskripsinya dikatakan bahwa kota ini memiliki banyak pabrik

dan berbagai jenis transportasi modern. Di kota yang sangat maju terdengar lonceng kota berdentang enam kali,

pertanda hari sudah pagi. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota. Maka pabrik-pabrik pun mulai bangkit. Kereta api segera berbunyi dan mobil-mobil mulai bergerak sementara kapal terbang siap melayang. (Massardi, “Mencari Taman”, 2000: 31)

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 34: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

58

Dalam naskah ini kota tempat tinggal Kasih adalah tempat

yang sedang mengalami modernisasi dan industrialisasi. Modernisasi

berarti ‘proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga

masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini’ (KBBI,

2007: 751). Salah satu kegiatan dalam upaya modernisasi adalah

kegiatan industri. Industri adalah ‘kegiatan memproses atau mengolah

barang dengan menggunakan sarana dan peralatan’ sedangkan

industrialisasi adalah ‘usaha menggalakan industri dalam suatu

negara’(KBBI, 2007: 431).

Hal ini kemudian dideskripsikan melalui banyaknya bangunan

pabrik dan adanya alat transportasi modern seperti kereta api, mobil, dan

pesawat terbang. Benda-benda ini menyebabkan polusi udara yang

semakin hari semakin mengganggu kesehatan penduduknya. Jadi,

industrialisasi dan modernisasi diwakili dengan tanda pabrik, kereta api,

mobil, dan pesawat terbang.

Dalam sistem denotasi pabrik adalah ‘bangunan dengan

perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu

dalam jumlah besar untuk diperdagangkan’(KBBI, 2007: 807); kereta api

adalah ‘rangkaian gerbong yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan

dengan tenaga uap/ listrik, dan berjalan di atas rel’ (KBBI, 2007: 552);

mobil adalah ‘kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin,

beroda genap, dan menggunakan bahan bakar minyak untuk

menghidupkan mesinnya’ (KBBI, 2007: 750); dan pesawat terbang

adalah ‘kapal/ mesin terbang’ (KBBI, 2007: 866).

Persamaan keempat hal di atas adalah benda ini sama-sama

menggunakan mesin dalam operasionalnya dan sama-sama memberikan

kemudahan bagi kehidupan manusia. Hal inilah yang kemudian

membantu proses signifikasi dalam tahap sekunder. Karena

perkembangan zaman, manusia mengalami modernisasi. Segala hal

menjadi lebih mudah dan praktis. Kemudahan dan kepraktisan ini

kemudian dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia itu

sendiri, salah satunya dalam bidang ekonomi. Keberadaan pabrik sebagai

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 35: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

59

tempat untuk memproduksi barang secara massal tentu memiliki nilai

ekonomis bagi masyarakat. Begitupun dengan keberadaan kereta api,

mobil, dan pesawat terbang. Ketiga alat transportasi modern ini

memudahkan segala aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, C2

Dalam “Mencari Taman”, pengarang tidak hanya menjadikan

pabrik, kereta api, mobil, dan pesawat terbang sebagai latar. Noorca juga

menjadikan empat hal itu sebagai tokoh. Tokoh-tokoh ini merupakan

tanda yang digunakan Noorca untuk menyampaikan sesuatu. Mereka

berdialog melalui nyanyian dan lewat syair-syair tersebut mereka

mendeskripsikan hal-hal buruk yang telah dilakukan.

yang muncul

adalah ‘modernisasi’, ‘kepraktisan’, ‘kegiatan ekonomi’.

Pabrik: Brik brak brik brak Pabrik bergerobak Brik brak brik brak Gubuk obrak-abrik Brik brak brik brak Pabrik bapak-bapak Brik brak brik brak Pabrik dongkrak-dongkrak Brik brak brik brak Anak berontak dobrak Brik brak brik brak Pabrik kiblik-kiblik Brik brak brik brak Perompak segerobak Brik brak brik brak Botak kocak-kocak Brik brak brik brak (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31-32)

Kereta Api: Was was was Was was was Gedebak gedebuk Gedebak gedebuk Awas awas awas Awas awas awas Bak buk bak buk Bak buk bak buk Was was was Jantung degap-degup Jantung degap-degup Nyut, nyut, nyut, nyut, nyut, nyut

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 36: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

60

Awas awas awas Kereta segera berangkat Bak buk bak buk Berontak segera disikat Was was was Was was was Gedebak gedebuk Gedebak gedebuk (Massardi “Mencari Taman” 2000: 32-33) Mobil: Ram ram geram geram Ram ram geram geram Ram ram ini mobil setan Ram ram ini memang edan Ram ram stooop…!!! “Setan! Jalan-jalan di jalanan Kalau tidak punya sedan Nanti bisa jadi setan jalanan!” Ram ram geram geram Ram ram jangan geram (Massardi “Mencari Taman” 2000: 33-34)

Pesawat Terbang: Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung Kapal terbang meraung Di langit mendung Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung Ini suara kapal terbang Mengangkut para pedagang Ngung… ngung… ngung Jangan bingung-bingung Ngung… ngung… ngung Perut kami kembung Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung (Massardi “Mencari Taman” 2000: 34) Empat tokoh ini selalu muncul secara berurutan sambil

menyanyikan lagu-lagu yang mendeskripsikan diri mereka sendiri.

Berdasarkan alur cerita, keempat tokoh ini memiliki karakter yang sama

yaitu kasar, suka merusak, dan mementingkan kepentingan sendiri. Oleh

karena itu, saat masuk ke dalam signifikasi sekunder, keempat tanda ini

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 37: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

61

dianggap sebagai satu tanda yang memiliki C2 yang sama. Dalam posisi

mereka sebagai tokoh, keempat hal ini memiliki C2

Sistem

dalam konteks negatif.

Modernisasi, kepraktisan, dan kegiatan ekonomi yang mereka hadirkan

dilakukan dengan tujuan buruk karena mereka justru menindas kaum yang

lemah dengan kekuatan yang mereka miliki. Jika dirangkum, proses

signifikasi pabrik, mobil, kereta api, dan pesawat terbang adalah sebagai

berikut.

Primer

E1 Pabrik, mobil, kereta api, pesawat terbang.

R1

C1

Pabrik: ‘Bangunan tempat memproduksi barang dagangan dalam jumlah besar.’ Mobil, kereta api, pesawat terbang: ‘Alat transportasi modern.’

E2

Sistem

Sekunder R2

‘Modernisasi.’ ‘Kepraktisan.’ ‘Kegiatan ekonomi’.

C2

Pengarang menggunakan tanda pabrik, kereta api, dan pesawat

terbang sebagai tokoh antagonis yang dijadikan sebagai alat penyampai

gagasan. Pengarang ingin menyampaikan situasi sosial masyarakat saat itu

yang penuh dengan penderitaan. Tanda ini tepat sekali digunakan karena

masih dekat dengan keseharian anak. Banyak mainan anak yang berupa

miniatur mobil, kereta api, atau pesawat terbang. Selain itu ada juga film

kartun yang menggunakan tokoh-tokoh berwujud alat transportasi ini

sebagai tokoh utamanya, seperti tokoh kartun Cars, Thomas the Train, dan

Bob the Builder.

3.2.4.2 Raksasa hitam

Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya (subbab

3.3.1.3) raksasa hitam dalam cerita ini merupakan tanda untuk

mendeskripsikan asap polusi. Asap ini muncul sebagai akibat dari

keberadaaan pabrik-pabrik dan berbagai macam alat transportasi.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 38: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

62

3.2.4.3 Pasukan Angkatan Perang

Pasukan angkatan perang merupakan pasukan yang menjaga

keamanan suatu wilayah. Pasukan ini umum dimiliki oleh negara-negara

yang bertujuan mengamankan wilayah negara itu dari serangan musuh.

Mereka dilengkapi dengan persenjataan dan dilatih untuk terbiasa

mematuhi perintah/ komando dari pihak yang berada di atasnya. Meski

identik dengan kekerasan, mereka berjuang untuk membela kepentingan

negara mereka. Dalam praktiknya, kendaraan ini memiliki senjata lengkap

untuk menghancukan pertahanan musuh. Hal ini membuat banyak orang

menjadi korban.

Saat masuk ke sistem sekunder dan dikaitkan dengan konteks

cerita, C2

Tak satu pun yang bisa menyelamatkan diri. Semuanya hanya ternganga menyaksikan teman-temannya berjatuhan dan mereka sendiri menanti ajal yang datangnya sekonyong-konyong itu dengan penuh pesona. Lalu dari balik semak-semak muncullah angkatan perang dengan senjata-senjata yang masih berasap. Mereka tetap berbaris dengan gagahnya dan tak sedikit pun terlukis di wajah mereka rasa duka cita seperti para penduduk kota. Mereka melanjutkan perjalanannya dengan penuh kemenangan sambil menyanyikan lagu mars mereka.

yang muncul yaitu ‘senjata’, ‘sesuatu yang menakutkan dan

menimbulkan kepanikan’, ‘komando,’ ‘konflik fisik,’ ‘pertumpahan

darah’. Akan tetapi pasukan angkatan perang dalam teks ini tidak

digambarkan sebagai pihak yang membela kepentingan rakyat di kota

tempat tinggal Kasih itu. Mereka justru membela kepentingan segelintir

orang (pedagang) dengan cara membunuh hewan-hewan dan penghuni

rimba lainnya. Setelah itu mereka menguasai Taman Sukrasana.

Signifikasi dalam sistem sekunder tersebut dapat dibuktikan dengan

tindakan mereka yang dideskripsikan dalam petunjuk pemanggungan

berikut ini.

Dan bersamaan dengan hilangnya angkatan perang dari pandangan, muncullah rombongan para pedagang yang tertawa dan berlagak penuh wibawa. Sementara penduduk kota serta anak-anak masih dalam rasa pesona, para pedagang itu muncul dengan nyanyian mereka:

Kamilah pedagang barang-barang Datang dengan pundi uang Mari kita bersenang-senang Membangun taman impian Dengan membangun kita berjuang Agar hidup bisa tenang Murah sandang murah pangan Semua orang kebagian

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 39: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

63

Ayolah jangan berpangku tangan Kita bangun pabrik-pabrik Kereta dan kapal terbang Nuklir jangan ketinggalan Janganlah terus hidup di hutan Dengan hewan dan tanaman Seperti dalam impian Para penjaga lingkungan Sekarang zaman sudah berganti Semua harus membangun Biar penuh pengorbanan Ini keharusan zaman Kota yang lama kita tinggalkan Sudah tidak menghasilkan Juga penuh pencemaran Tak ada yang ketinggalan Ayo bangun jangan sngkan-sungkan Tidak usah pikir uang Perut kami penuh uang Sampai ke tujuh turunan Ayo ayo ayo Ini uang, ini uang Siapa yang membangun Akan mendapat uang Pembangunaaaaaaan….. Pembangunaaaaaaan….. Uaaaaaaaaaang… uaaaaaaang…! Ayo pada antri Abang tua kasih abang Uang dari negeri seberang Ayo ayo ayo……..! (Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 60-62)

Dalam hal ini berarti pihak yang memberikan komando adalah

pedagang. Hal ini karena tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pasukan

angkatan perang adalah tindakan-tindakan yang menguntungkan bagi

kaum pedagang dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan

masyarakat lainnya.

Sistem

Primer

E1 Pasukan angkatan perang.

R1

C1 ‘Pasukan yang menjaga keamanan suatu wilayah.’ E2 Sistem

Sekunder R2

‘Senjata,’ ‘komando,’ ‘pertumpahan darah,’ ‘pembelaan kepentingan,’ ‘sesuatu yang menakutkan dan menimbulkan kepanikan.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 40: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

64

3.2.4.4 Lonceng dan Sirine

Kota tempat tinggal Kasih dalam naskah ini disebut sebagai kota

yang sangat maju. Kota ini dideskripsikan sebagai tempat yang memiliki

bangunan dan fasilitas modern, tempat yang memiliki kegiatan ekonomi

produktif dengan banyak pabrik, dan tempat dengan tingkat polusi udara

yang tinggi. Polusi ini merupakan akibat dari kegiatan industri.

Masyarakat bahkan tidak bisa melakukan aktivitas yang wajar, misalnya

anak-anak tak lagi bisa main sepeda ataupun hanya berjalan-jalan santai di

luar rumah. Menurut para orang tua, sudah terlalu banyak mobil di sana

sehingga mereka khawatir anaknya akan tertabrak jika bermain sepeda di

luar. Selain itu anak-anak tersebut juga tidak dapat berjalan-jalan di luar

rumah karena udara yang kotor.

Malam itu di dalam kamar dari sebuah rumah tinggal di suatu kota

yang sangat maju, seorang gadis kecil bernama Kasih tidur di tempat tidurnya yang khusus. Ia sulit tidur karena di luar udara begitu buruk, langit pekat, suara bising, dan kota tak pernah tidur. Suara kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik begitu gemuruh merongrong masyarakat kota yang maju peradabannya. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 3) Jerapah : Jangan kuatir, sayang. Di luar sekarang ada bulan. Kita bisa main

galah atau sepeda. Kasih punya sepeda? Kasih : Dulu Kasih punya. Bagus sekali. Tapi sekarang tidak boleh dipakai,

soalnya di luar banyak mobil. Nanti Kasih bisa mati. Beruang : Mati kenapa? Kasih : Ketabrak mobil. Kancil : Tapi sekarang tak ada mobil dan tak usah main sepeda, kita jalan kaki

saja. Lebih enak. Kelinci : Iya, lebih enak dan Kasih tidak akan sakit lagi. Sekarang tidak ada

debu di jalan. Kasih : Tapi kata Mama asap pabrik juga berbahaya dan Kasih tidak boleh

jalan-jalan di luar, apalagi malam-malam. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 11) Selain deskripsi di atas, keadaan kota ini juga dideskripsikan

melalui keberadaan tanda lonceng dan sirine. Lonceng dalam signifikasi

tahap primer adalah ‘jam dinding yang besar’ (KBBI, 2007: 682). Lonceng

berfungsi untuk menunjukan waktu. Bentuknya yang besar membuat

lonceng biasa diletakkan di tempat yang luas dan mudah untuk dijadikan

pusat perhatian. Bunyi lonceng merupakan penanda akan suatu waktu

tertentu. Hal ini dijadikan acuan bagi orang-orang yang mendengarnya

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 41: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

65

untuk melakukan aktivitas seperti yang telah mereka jadwalkan masing-

masing.

Dalam “Mencari Taman”, lonceng dan sirine dibunyikan untuk

membangunkan penduduk untuk kerja. Selain itu bunyi ini juga menjadi

tanda bagi dimulainya aktivitas pabrik. Berdasarkan konteks cerita, C2

lonceng dan sirine dalam signifikasi sekunder adalah ‘jadwal’, ‘disiplin’,

‘aktivitas’, dan ‘komando.’ Masyarakat di kota tempat tinggal Kasih

bergerak mekanis tiap harinya. Masyarakat yang berkuasa melakukan

kegiatan yang berkaitan dengan keuntungan pribadi mereka masing-

masing sedangkan masyarakat di bawahnya hanya bisa pasrah dan tidak

berdaya melawan keadaan.

Di kota yang sangat maju, terdengar lonceng kota berdentang enam kali, pertanda hari sudah pagi. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota. Maka pabrik-pabrik pun mulai bangkit. Kereta api segera berbunyi dan mobil-mobil mulai bergerak sementara kapal terbang siap melayang. Segala bunyi yang bangkit di pagi itu adalah nyanyian penduduk kota yang takkan pernah berganti, entah sampai kapan. Setiap pagi itulah langit kota mulai berubah warna menjadi mendung yang kering yang dari jauh nampak sebagai raksasa yang siap menelan kota dan seisinya, setiap hari, setiap saat. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31)

Selain lonceng, pengarang juga menggunakan tanda sirine untuk

mendeskripsikan keadaan. Sirine dalam tahap primer memiliki C1 ‘alat

untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras, misalnya sebagai

tanda bahaya dsb (KBBI, hlm.1.074). Saat masuk ke sistem sekunder,

sirine memiliki C2

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, lonceng dalam konteks

cerita ini memiliki C

‘alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu

yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.

Dalam naskah ini, sirine muncul pertama kali saat pagi hari setelah

lonceng berdentang enam kali.

2 sebagai komando dimulainya aktivitas masyarakat

dalam kota itu. Maksudnya, masyarakat sudah memiliki kewajiban

masing-masing sesuai aturan waktu yang telah ditentukan pihak yang

berkuasa. Sementara itu, sirine dalam konteks ini memiliki C2 sebagai

sesuatu yang menjadi penanda rasa takut dan ketidakberdayaan

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 42: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

66

masyarakat kota. Mereka dibangunkan oleh sirine yang menjadi penanda

bahwa saat bangun mereka akan menghadapi situasi yang sama, seperti

hari-hari sebelumnya, menakutkan dan merasa tidak aman. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31). Makna konotasi sirine ini juga tergambar dalam adegan berikutnya,

yaitu saat para orang tua mencari anak-anak mereka dengan bantuan

mobil-mobil. Jenis mobil yang muncul membantu adalah mobil bersirine.

Ini menggambarkan bahwa situasi yang sedang terjadi bersifat darurat dan

menimbulkan kepanikan. Lalu sirine dibunyikan di mana-mana. Seluruh kota tambah gempar.

Lalu mobil-mobil pemadam kebakaran, ambulance, dan mobil polisi berseliweran dengan sirinenya meraung-raung. Di tengah teriakan panik orang-orang kota, pasukan angkatan perang pun muncul berbaris bersama pasukan tank baja, dan lain-lain dalam suasana tempur. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 39) 3.2.4.5 Kuburan

Saat Kasih dan teman-temannya berhasil menemukan Taman

Sukrasana, mereka menyebut kota tempat mereka tinggal sebelumnya

dengan metafora kuburan. Kuburan adalah ‘tanah tempat menguburkan

mayat’ (KBBI, 2007: 606) atau dengan kata lain tempat bagi sesuatu yang

sudah tidak memiliki kehidupan lagi. Kuburan dideskripsikan sebagai

suatu tempat yang gelap, sesak, sunyi, dan menyeramkan.

Oleh karena itu, dalam signifikasi tahap sekunder kuburan

memiliki C2

Sistem

‘kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat

Primer

E1 Lonceng dan sirine

R1

C1 Lonceng: ‘Jam dinding yang besar.’ Sirine: ‘Alat untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras, misalnya sebagai tanda bahaya dsb.’

E2

Sistem

Sekunder

R2

‘Jadwal’, ‘disiplin’, ‘aktivitas’, dan ‘komando.’ Lonceng:

‘Alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.

Sirine: C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 43: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

67

yang menakutkan’. Hal ini menunjukkan bahwa kota tempat tinggal Kasih

tersebut merupakan tempat yang menakutkan dan tidak mampu

memberikan hal berarti lagi bagi mereka. Kasih : (Menyanyi) Hai! Lihat! Di sana ada rumput! Boneka : Hai! Lihatlah! Di sana ada pepohonan! Jerapah : Hai! Lihatlah! Di sana ada pancuran! Beruang : Hai! Lihat! Di sana ada buahan! Bangau : Hai! Lihatl Di sana ada harapan! Kancil+Kelinci : Hai! Lihat! Di sana ada rambutan! Kas+Pt Lpn : Hai! Lihat! Di sana ada tujuan! Anak-anak : (Berbalik ke belakang) Hai! Lihatlah! Semua : (Berbalik ke belakang) Ada apa? Ada apa? Anak-anak : Hai lihat! Di sana ada kuburan Semua : (Bergidik) Idih!

(Mundur) Idih! (Mundur) Idih! Di sana ada kuburan Kami banyak larangan Mendingan kita ke depan (berbalik lagi) Di sana tempat tujuan Alam yang penuh impian Ha ha ha Hi hi hi Holopis kuntul baris Ayo maju, maju…! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 25-26)

3.2.4.6 Batuk

Dalam “Mencari Taman” tokoh-tokohnya dideskripsikan menderita

akibat ulah orang-orang yang berkuasa di atas mereka. Salah satu bentuk

deskripsinya adalah melalui penyakit batuk. Tokoh-tokoh protagonis

mengalami batuk-batuk yang berkepanjangan dan sulit disembuhkan karena

mereka tidak punya uang untuk berobat. Oleh karena itu, untuk menghindari

kondisi tersebut para orang tua memilih untuk melarang anak mereka ke luar

rumah.

Sistem

Primer

E1 Kuburan.

R1

C1 ‘Tanah tempat menguburkan mayat.’ E2 Sistem

Sekunder R2

‘Kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat yang menakutkan’.

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 44: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

68

“Jangan buka jendela kalau siang!” “Banyak debu di luar!” “Jangan main di jalanan, bisa mati kamu!” “Lihat ke langit! Hari mendung!” “Banyak asap kotor, tutup hidung kamu!” “Pokoknya harus tinggal di rumah terus!” “Tak usah minta jajan!” “Jangan main sama si anu, dia penyakitan!” “Rumahnya penuh kuman, jangan ke sana!” “Baru tadi siang ada yang ketabrak mobil!” “Tutup jendela! Malam-malam melamun!” “Siapa bilang boleh jalan kaki, hah? “Tutup kuping kamu kalau ada kapal. Budek!” (Massardi “Mencari Taman” 2000: 17)

Batuk dalam signifikasi sistem primer memiliki C1 ‘penyakit pada

jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal

pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang

keras seperti menyalak’ (KBBI, 2007: 114). Penyakit ini menyerang bagian

penting (pernafasan manusia) sehingga mengganggu kinerja dan kreativitas

penderitanya. Berdasarkan hal ini, saat masuk ke dalam sistem sekunder, C2

Kami ini warga kota

yang muncul adalah ‘ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang

sifatnya penting.’ Pengarang menggunakan metafora batuk sebagai salah

satu akibat dari konflik cerita. Hal ini menyiratkan bahwa masalah yang

muncul menyerang bagian penting dari kehidupan manusia, yaitu kesehatan

dan kesejahteraan.

Mempunyai jiwa raga Kalau berjalan tuk tuk tuk Tidak lupa batuk-batuk Tiap hari kami bekerja berat Dengan bercucur keringat Kalau gajian terlambat Tak bisa terbeli obat Kami tinggal di pinggiran Jauh dari keramaian Kalau siang kepanasan Kalau malam kedinginan Tu wa tu wa Satu dua satu dua Hidupku tua di kota Tak bisa tertawa Ha ha ha ha ha Jangan tertawa Ha ha ha ha ha

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 45: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

69

Kami tertawa (Massardi “Mencari Taman” 2000: 36-37) Di kamar lain, Papa dan Mama yang baik mendatangi Kasih, dibelainya anak itu dan ia segera merengek minta perlindungan. Sementara kedua orang itu pun tak luput dari serangan batuk yang sulit dicegah. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 3) Bonekaku yang lucu Di kamar yang berdebu Duduk termangu-mangu Sambil terbatuk-batuk Bonekaku yang baru Tak habis kuterharu Uhuk-uhuk-uhuk-uhuk-uhuk! Anak-anak yang lucu Di kamar yang berdebu Tidur tak bisa tidur Main tak bisa main Hidup dalam penjara Udara yang membusuk Uhuk-uhuk-uhuk-uhuk-batuk! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 5)

3.2.4.7 Gagasan 4 (Sumber daya alam yang tidak dimanfaatkan

secara bijaksana akan menimbulkan kerugian bagi makhluk

hidup) dan Tanda-tanda Pembentuknya

Konflik cerita berawal dari tindakan kesewenang-wenangan suatu

pihak terhadap pihak di bawahnya. Dalam hal ini adalah peraturan/sistem

yang berlaku dalam masyarakat terhadap hak masyarakat miskin terutama

anak-anak, yang dalam naskah ini diwakili oleh tokoh Kasih. Para pelaku

industri (dalam hal ini adalah orang dewasa) melakukan hal-hal yang

menguntungkan kepentingan mereka sendiri. Segala yang terjadi sehari-

hari merupakan hal yang sudah diatur dan harus dilakukan. Hal ini

ditunjukkan oleh tanda lonceng. Saat lonceng berdentang, sirine juga

Sistem

Primer

E1 Batuk.

R1

C1 ‘Penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.

E2 Sistem

Sekunder R2

‘Ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang sifatnya penting.’

C2

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 46: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

70

mulai berbunyi. Metafora sirine ini memiliki makna konotasi ketakutan,

bahaya, dan ketidakberdayaan masyarakat lemah.

Keberadaan kereta api, mobil, dan pesawat terbang sebagai tokoh

merupakan tanda yang digunakan pengarang untuk mendeskripsikan

modernisasi yang terjadi di kota itu. Modernisasi ini ternyata tidak

diimbangi dengan pelestarian alam. Mereka tidak memikirkan dampak dari

polusi yang timbul. Hal ini dikonotasikan dengan raksasa dan penyakit

batuk. Raksasa hitam adalah tanda yang mengacu pada asap yang

dihasilkan pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Penyakit batuk yang

dialami para tokohnya tidak hanya dapat dimaknai sebagai sebuah

penyakit yang menyerang sistem pernafasan tetapi juga dapat dimaknai

melalui sistem sekunder. Melalui batuk tersebut dapat disimpulkan bahwa

keadaan yang ada sudah sangat mengganggu bagian penting dari

kehidupan anak-anak itu: kebebasan, keceriaan, dan rasa aman. Hal ini

berkaitan juga dengan gagasan ketiga.

Saat menemukan Taman Sukrasana, Kasih dan teman-temanya

ingin tinggal di sana dan menganggap bahwa yang ada di belakang mereka

(kota tempat dulu mereka tinggal) adalah kuburan. Makna konotasi

kuburan dalam konteks ini adalah tempat yang tidak memiliki kehidupan,

segalanya serba terbatas, dan penuh tekanan dan rasa takut. Hal ini karena

kota itu bising, penuh debu dan asap polusi, dan tidak memberikan rasa

aman bagi mereka. Saat rombongan orang tua datang, rupanya ada juga

kaum pedagang dan angkatan perang dalam rombongan itu. Mereka

kemudian merusak Taman Sukrasana dan menjadikan taman itu seperti

kota tempat tinggal Kasih sebelumnya. Mereka menebang pohon-pohon

lalu membangun pabrik-pabrik tanpa mempedulikan lingkungan. Mereka

justru memanfaatkan keindahan Taman Sukrasana demi kepentingan

mereka sendiri. Kamilah pedagang barang-barang Datang dengan pundi uang Mari kita senang-senang Membangun taman impian Dengan membangun kita berjuang Agar hidup bisa tenang Murah sandang murah pangan Semua orang kebagian

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 47: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

71

Ayolah jangan berpangku tangan Kita bangun pabrik-pabrik Kereta dan kapal terbang Nuklir jangan ketinggalan Janganlah terus hidup di hutan Dengan hewan dan tanaman Seperti dalam impian Para penjaga lingkungan Sekarang zaman sudah berganti Semua harus membangun Biar penuh pengorbanan Ini keharusan zaman Kota yang lama kita tinggalkan Sudah tidak menghasilkan Juga penuh pencemaran Tidak ada yang ketinggalan Ayo bangun jangan sungkan-sungkan Tidak usah pikir uang Perut kami penuh uang Sampai ke tujuh turunan (Massardi “Mencari Taman” 2000: 61-62) “Ayo tebang! Jangan sungkan-sungkan!” “Hidup pembangunan! Hidup pembangunan!” “Ayo bikin pabrik! Babat hutan-hutan!” “Bang! Bang! Bang! Bang!” “Bikin lapangan terbang! Bikin kapal terbang!” “Hidup para pedagang! Ganyang pembenci uang!” “Ayo tebang! Ayo tebang!” (Massardi “Mencari Taman” 2000: 63)

Berdasarkan uraian di atas, tanda-tanda yang digunakan sesuai untuk

menyampaikan gagasan keempat Noorca dalam naskah ini, yaitu

modernisasi harus diimbangi dengan pelestarian sumber daya alam. Pabrik,

kereta api, mobil, pesawat terbang dan raksasa menjadi metafora untuk

modernisasi. Lonceng dan sirine menjadi penanda dari sebuah situasi hidup

yang berjalan teratur berdasarkan komando dari pihak tertentu. Begitu

buruknya situasi di kota tersebut sehingga Kasih dan teman-temannya

menyebut tempat itu sebagai kuburan.

3.3 Gagasan-gagasan dalam “Mencari Taman” dan Tanda-Tanda

Pembentuknya.

Dalam naskah ini ditemukan beberapa tanda yang digunakan oleh

pengarang dalam upaya membantu menyampaikan gagasannya. Makna

sekunder yang muncul dianalisis berdasarkan konteks cerita naskah ini

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 48: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

72

sendiri. Jika tanda-tanda itu dirangkum, akan tampak seperti dalam tabel

berikut ini.

Gagasan Tanda yang

digunakan

Signifikasi

Tahap Primer (C1 Tahap Sekunder (C) 2)

Ora

ng tu

a se

lalu

ber

usah

a m

elak

ukan

hal

terb

aik

untu

k an

ak.

Kasih

‘Perasaan sayang.’

‘Sesuatu yang dicintai dan butuh perlindungan.’ ‘Sebuah harapan’.

Bulan,

Matahari,

Bintang

‘Benda langit yang memiliki kemampuan menerangi sesuatu dengan cahayanya sendiri atau cahaya yang dipantulkannya.’

‘Pelindung, penghibur, dan tempat mengadu.’ ‘Pemberi solusi dalam sebuah masalah.’

Raksasa ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’

‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan.’

Mobil polisi, mobil pemadam kebakaran, ambulance

‘Kendaraan-kendaraan yang muncul untuk mengatasi suatu masalah tertentu.’

‘Situasi darurat.’ ‘Sekelompok orang dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan.’ ‘Sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak.’ ‘Kebisingan dan kepanikan.’ ‘Kemudahan dan kecepatan dalam berlalu lintas.’

Pers

ahab

atan

mer

upak

an

hal p

entin

g da

lam

kehi

dupa

n.

Boneka ‘Tiruan anak untuk permainan.’

‘Hal yang dapat memberi kesenangan.’ ‘Orang yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ ‘Pemberontakan.’ ‘Semangat untuk melakukan perubahan.’

Kelinci, Beruang, Kancil, Jerapah

‘Hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia.’ ‘Hewan herbivora (pemakan tumbuhan).’ ‘Mamalia berkaki empat.’ ‘Menjadi tokoh dalam cerita fabel.’

‘Sesuatu yang ramah, dikenal, dan disukai anak.’ ‘Sesuatu yang mempunyai daya juang dalam mempertahankan hidup.’ ‘Pemberani.’

Keb

utuh

an a

nak

ada

lah

rasa

am

an ,

baha

gia,

dan

te

nang

Sukrasana ‘Nama raksasa kecil buruk rupa namun baik hati.’

‘Sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat.’ ‘Tempat yang indah seperti surga.’ ‘Tempat yang hanya berisi orang-orang baik.’ ‘Tempat impian.’ ‘Hadiah bagi orang yang bersikap baik.’ ‘Sesuatu yang didapatkan dengan susah payah.’

Suargaloka ‘Khayangan tempat kediaman Batara Guru’

‘Kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’, dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’.

Bidadari ‘Perempuan elok yang berasal dari khayangan’

‘Kesucian, keabadian.’ ‘Kasih sayang dan cinta.’

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 49: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

73

‘Keadaan yang baru.’ ‘Sambutan positif.’

Kamar, jendela, gapura taman

Sebuah ruangan tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan.

Kamar:

‘Lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara.’

Jendela:

‘Pintu gerbang yang besar untuk masuk pekarangan rumah, taman, dsb.’

Gapura taman:

‘Hal pribadi.’ Kamar:

‘Representasi diri.’ ‘Rahasia.’ ‘Kepercayaan.’ ‘Kenyamanan.’

‘Pemberontakan.’ Jendela dan gapura taman:

‘Pembatas.’ ‘Dunia baru.’ ‘Harapan.’

Musik rimba ‘Susunan nada/suara dalam urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama.’

‘Penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’, ‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan dan cinta’.

Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang, memanjat pohon, naik binatang.

Jenis permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak, membutuhkan lahan yang luas di alam terbuka dan lebih menyenangkan jika dimainkan lebih dari satu orang

Keakraban, kekompakan, kerja sama, kesenangan, dan strategi.

Su

mbe

r da

ya a

lam

yan

g tid

ak d

iman

faat

kan

seca

ra b

ijaks

ana

akan

m

embe

rika

n ke

rugi

an b

agi m

akhl

uk h

idup

.

Pabrik, Kereta

api, Mobil,

Pesawat

terbang

‘Bangunan tempat memproduksi barang dagangan dalam jumlah besar.’

Pabrik:

‘Alat transportasi modern’

Mobil, kereta api, pesawat terbang:

‘Modernisasi.’ ‘Kepraktisan.’ ‘Kegiatan ekonomi’.

Raksasa ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’

‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan.’

Pasukan Angkatan Perang

‘Pasukan yang menjaga keamanan suatu wilayah.’

‘Senjata,’ ‘komando,’ ‘pertumpahan darah,’ ‘pembelaan kepentingan,’ ‘sesuatu yang menakutkan dan menimbulkan kepanikan.’

Lonceng, dan sirine.

Lonceng:

‘Jam dinding yang besar.’

Sirine: ‘Alat untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras (sebagai tanda bahaya dsb).’

‘Jadwal’, ‘disiplin’, ‘aktivitas’, dan ‘komando.’

Lonceng:

‘Alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.

Sirine:

Kuburan ‘Tanah tempat menguburkan mayat.’

‘Kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat yang menakutkan’.

Batuk

‘Penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.’

‘Ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang sifatnya penting.’

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 50: BAB 3 ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN” … drama... · ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah, boneka, beruang, jerapah, kelinci,

Universitas Indonesia

74

Setelah Taman Sukrasana dirusak, keadaan tempat itu pun menjadi sama

dengan kota tempat tinggal Kasih sebelumnya. Pohon-pohon ditebang, pabrik dan

jalan raya dibangun di mana-mana, kendaraan-kendaraan modern berkeliaran

mengeluarkan asap polusi hitam, suara bising mengganggu ketenangan, dan lain-

lain. Kasih dan teman-temannya pun kembali menderita seperti dulu lagi. Mereka

tidak bebas bermain dan berjalan-jalan ke luar rumah lagi. Hal ini dideskripsikan

dengan adanya pengulangan adegan awal sebagai penutup cerita. Alur seperti ini

disebut alur spiral. Alur spiral menyiratkan bahwa konflik yang terjadi dalam

naskah tersebut adalah hal yang masih sering terjadi dan terus berlanjut.

Sampai sekarang situasi ini (keadaan lingkungan yang buruk akibat

modernisasi dan industrialisasi) masih juga terjadi. Kondisi dunia beberapa waktu

terakhir bahkan direpotkan dengan isu global warming. Gagasan yang ada dalam

“Mencari Taman” yang ditulis tahun 1976 ternyata masih relevan dengan kondisi

yang terjadi pada tahun 2009 ini. Gagasan mengenai kepentingan anak yang

dikombinasikan dengan gagasan tentang kerusakan lingkungan merupakan hal

yang dekat dengan dunia anak. Gagasan-gagasan ini dibentuk oleh tanda-tanda

yang diambil dari berbagai sumber. Sumber-sumber yang dapat diambil sebagai

gagasan cerita yang sesuai untuk anak-anak antara lain cerita rakyat, mitologi,

legenda, di samping kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan dunia anak-

anak.5

Untuk membuat sebuah gagasan dalam cerita menjadi mudah dipahami

anak sebagai pembaca bukan hanya melalui hal yang dekat dengan keseharian

mereka, pemilihan tokoh pun menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. Pada

umumnya cerita anak-anak lebih senang menempatkan tokoh anak karena faktor

identifikasi diri yang terdapat pada anak sebagai pembaca. Hal ini akan membuat

anak lebih dekat dengan alam dunia yang dibacanya.

Cerita-cerita ini terdapat dalam naskah “Mencari Taman.”

6

Dalam “Mencari Taman”

hal itu diperkaya dengan adanya tokoh-tokoh fiktif berupa mainan yang hidup

atau tokoh-tokoh dari dunia dongeng.

5 Sarumpaet, Op. Cit., hlm.30. 6 Liotohe, Op. Cit., hlm.16.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009