Upload
syahrul-anwar
View
23
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rencana
Citation preview
Laporan Akhir
BAB 3
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
3.1 Umum
Rencana Struktur Tata Ruang wilayah Kabupaten adalah kerangka tata ruang
wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi dan rencana penempatan prasarana wilayah.
Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango disusun untuk
kurun waktu 20 tahun mendatang (2011-2031) meliputi :
1. Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan, yang meliputi Pusat Kegiatan Wilayah
Promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
2. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Utama, yang meliputi Sistem Jaringan
Transportasi darat dan Sistem Jaringan Transportasi Laut
3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya, yang meliputi Sistem Jaringan
Energi, Sistem Jaringan Telekomunikasi, Sistem Jaringan Sumber Daya Air dan
Sistem Prasarana Pengelolaan lingkungan
3.2 Rencana Sistem Perkotaan
3.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Pengembangan sistem perkotaan (sistem kota-kota) bertujuan untuk mewujudkan
keseimbangan dan keselarasan pembangunan antarwilayah sesuai fungsi yang
diembannya, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup guna mendukung struktur
tata ruang yang telah direncanakan.
Pusat kegiatan perkotaan dalam hierarki dan skup pelayanannya berupa Pusat
Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), Pusat Kegiatan lokal (PKL), Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Rencana pengembangan sistem kota-kota di Kabupaten Bone Bolango adalah :
1. Menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat kegiatan di bagian timur
(Suwawa), Barat (Kabila), dan Utara (Tapa)
2. Mengembangkan secara terbatas pusat-pusat kegiatan di bagian selatan (Bone
Pantai).
3. Menata distribusi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Sub Pusat Kegiatan Lokal (PPK)
yang mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah
4. Menata Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kegiatan skala antar desa.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 1
Laporan Akhir
Sasaran dari rencana pengembangan tersebut adalah:
Mengusulkan pengembangan (menaikan) status Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
kecamatan Suwawa dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) menjadi Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), dimana Kecamatan Suwawa sebagai ibukota Kabupaten dan
merupakan pusat pemerintahan dan diarahkan pada perencanaan pusat jasa
pelayanan keuangan/bank, simpul transportasi, dan pusat pelayanan jasa lainnya.
Berkembangnya 2 (dua) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi: Kecamatan
Tilongkabila dan Bone Raya.
Berkembangnya 4 (empat) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi: Kecamatan
Tapa (Talumopatu), Kecamatan Kabila (Oluhuta), Kecamatan Kabila Bone (Batu
Barani) dan Kecamatan Bone Pantai (Bilungala).
1. PKWp Suwawa
Pusat Kegiatan Wilayah Promosi Kabupaten Bone Bolango adalah Suwawa, dimana
Suwawa merupakan ibukota kabupaten dan sebagai pusat pemerintahan.
2. PKL Tilongkabila dan Bone Raya
Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten Bone Bolango adalah Tilongkabila dan Bone Raya
berfungsi sebagai pusat pengolahan atau pengumpulan barang yang melayani
beberapa kecamatan kota/kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang
melayani beberapa kecamatan kota/kabupaten tetangga.
3. PPK Tapa, Kabila, Kabila Bone dan Bone Pantai
Kecamatan Tapa (Talumopatu), Kabila (Oluhuta), Kabila Bone (Batu Barani) dan
Bone Pantai (Bilungala), ditetapkan sebagai PKL Bone Bolango karena
kecenderungan perkembangan perkotaan yang terjadi di kecamatan tersebut cukup
intensif. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan pada berbagai sektor pembangunan
yang cukup tinggi sebagai bagian dari wilayah PKL Bone Bolango. Kegiatan PKL
saat ini pun menunjukkan kinerja perkembangan yang pesat yang diindikasikan
dengan kinerja fungsi pelayanan di sektor perdagangan/jasa, pendidikan, kesehatan
dan sosial.
4. PPL Bulawa, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Ulu, Suwawa Tengah,
Suwawa Timur dan Suwawa Selatan
Kawasan Desa Kaidundu Kec. Bulawa ; Desa Ayula Kec. Bulango Selatan ; Desa
Bulotalangi Kec Bulango Timur ; Desa Duano Kec. Suwawa Tengah, Desa
Dumbayabulan Kec. Suwawa Timur ; Desa Mongiilo Kec. Bulango Ulu ; Desa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 2
Laporan Akhir
Molintogupo Kec. Suwawa Selatan, berfungsi sebagai pusat pelayanan lingkungan
(PPL)
3.2.2 Kriteria PKW, PKL, dan PPK
A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan
simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Kriteria penentuan PKW adalah:
pusat jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa kabupaten, pusat
pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa kabupaten, simpul transportasi
untuk beberapa kabupaten serta pusat pelayanan jasa lain untuk beberapa kabupaten.
Fasilitas yang tersedia di Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah:
Perhubungan: pelabuhan udara (sekunder), dan atau pelabuhan laut (pengumpan),
dan atau terminal tipe B.
Ekonomi: pasar induk regional.
Kesehatan: rumah sakit umum tipe B.
Pendidikan: perguruan tinggi
B. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah minimal berfungsi sebagai:
1. Pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga;
2. Simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten
tetangga;
3. Jasa pemerintahan kabupaten/kota; serta
4. Pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan/kabupaten
tetangga.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di Pusat Kegiatan Lokal (PKL):
Perhubungan : Terminal bis tipe C.
Ekonomi : Pasar induk kabupaten/kota, perbankan skup kabupaten/kota.
Kesehatan : rumah sakit umum tipe C.
Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
C. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Sub Pusat Kegiatan Lokal (PPK) minimal berfungsi sebagai:
1. Pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa kecamatan
kabupaten tetangga ;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 3
Laporan Akhir
2. Simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan ;
3. Jasa pemerintahan kecamatan; serta
4. Pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kecamatan.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PPK:
Perhubungan: terminal angkot.
Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) kecamatan
Kesehatan : Puskesmas.
Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
3.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Bone Bolango
dititikberatkan pada pengembangan infrakstruktur transportasi darat maupun laut,
sehingga dapat menunjang sistem pusat pengembangan wilayah dan lokal Kabupaten
Bone Bolango, dan menghasilkan pola jaringan transportasi yang terpadu, baik
transportasi darat maupun transportasi laut. Pengembangan sistem prasarana transportasi
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah dan mobilitas penduduk terutama
pelaku pembangunan dan ekonomi terhadap pusat-pusat kegiatan produksi dan
pemasaran, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Bone Bolango.
Dengan demikian rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat dan laut
adalah :
1. Mengembangkan sistem jaringan arteri primer sebagai penghubung antar PKN dan
antara PKN dan PKW.
2. Mengembangkan jalan kolektor primer sebagai penghubung antar PKW dan antara
PKW dengan PKL.
3. Mengembangkan jaringan jalan by pass sebagai penghubung PKN.
4. Mengembangkan transportasi terpadu dalam rangka mendukung pengembangan
PKN.
5. Mengembangkan pelabuhan untuk mendukung PKN dan PKW.
3.3.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi Darat
A. Infrastruktur Jalan
Rencana pengembangan infrakstruktur jalan diarahkan pada rencana pembuatan
jaringan jalan baru untuk meningkatkan akses antara wilayah yang ada di Kabupaten
Bone Bolango dan wilayah sekitarnya. Bentuk jalan baru tersebut adalah jalan lingkar
yang melintasi Kecamatan Kabila, Kecamatan Tilongkabila dan Kecamatan Suwawa,
jalan akses Aladi-Tulabolo, dan jalan akses Tulabolo-Pinogu.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 4
Laporan Akhir
Rencana peningkatan fungsi dan kualitas jaringan jalan, diarahkan pada kegiatan
peningkatan daya dukung perkerasan, pelebaran jalan, pengaspalan perkerasan jalan
ataupun pelapisan ulang perkerasan jalan.
B. Terminal
Rencana fasilitas transportasi jalan raya diarahkan pada pengembangan
perencanaan terminal kendaraan umum. Terminal yang direncanakan adalah terminal
kendaraan umum tipe B di Kecamatan Suwawa, Desa Boludawa seluas 2,5 Ha dan
Kecamatan Bone Desa Taludaa Seluas 2,5 H. Serta rencana terminal penumpang tipe C
di Kecamatan Kabila Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Tapa Desa Talulobutu dan
Kecamatan Bone Raya, Desa Tambulilato. Fasilitas yang lain yaitu halte bus, pangkalan
kendaraan umum, tempat pemberhentian kendaraan umum. Rencana pengembangan
angkutan umum diarahkan pada penataan rute kendaraan umum meliputi rute angkutan
umum dalam kota dan angkutan perdesaan
3.3.2 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut
Dalam konteks wilayah regional, saat ini Kabupaten Bone Bolango belum
memerlukan pelabuhan laut yang berskala regional. Untuk jangka panjang (20 tahun ke
depan) untuk wilayah Kota Gorontalo sebagai ibukota provinsi, pelabuhan Kota
Gorontalo secara teknis sulit dikembangkan karena terletak di muara Sungai Bone, yang
sering mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga suatu saat nanti
pengembangan pelabuhan laut yang berskala regional dapat dikembangkan di Kabupaten
Bone Bolango untuk menggantikan fungsi pelabuhan Kota Gorontalo dalam melayani
kebutuhan terutama untuk angkutan penumpang dan barang. Fungsi pelabuhan regional
agar dapat menampung perkembangan arus orang dan barang, khususnya untuk
menghubungkan Bone Bolango dengan wilayah Timur Indonesia, Nusa Tenggara Timur
dan Jawa Timur dan ke seluruh provinsi di Sulawesi.
Saat ini rencana pengembangan jaringan transportasi laut di Kabupaten Bone
Bolango cukup berupa pelabuhan berskala lokal yang dapat menghubungkan dengan
wilayah-wilayah sekitar maupun wilayah-wilayah di luar Provinsi Gorontalo.
Adapun rencana tatanan kepelabuhan di Kabupaten Bone Bolango terdiri atas :
1. Rencana pelabuhan, yaitu ;
- Pelabuhan Kabila Bone (Tahap perencanaan), di Kec. Kabila Bone
2. Rencana pelabuhan khusus, terdiri atas ;
- Pelabuhan Perikanan Tongo (Tahap operasi) di Kec. Bone Pantai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 5
Laporan Akhir
- Pelabuhan Perikanan Inengo (Tahap Perencanaan) di Kec. Kabila Bone
- Pelabuhan Perikanan Sogitia (Tahap Perencanaan) di Kec. Bone
Adapun alur pelayarannya yaitu :
Botutonuo – Pulau Una Una (Kab. Tojo Una Una) – Parigi (Kab. Parugi Moutong) –
Pagimana (Kab. Teluk Banggai).
3.3.3 Kriteria Sistem Jaringan Transportasi
A. Transportasi Darat
Jaringan transportasi darat (Jaringan jalan) merupakan satu kesatuan sistem terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hirarki. Di dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 (pengganti Undang-
undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan), jalan didefinisikan sebagai suatu prasarana
transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada di permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan menurut peruntukannya terbagi atas: 1) jalan umum dan ; 2) jalan khusus.
Jalan menurut kelompok sistemnya terbagi atas: 1) sistem primer dan ; 2) sistem
sekunder.
Kelompok jalan menurut fungsi terbagi atas: 1) jalan arteri ; 2) jalan kolektor ; 3)
jalan lokal dan ; 4) jalan lingkungan.
Kelompok jalan menurut status terbagi atas: 1) jalan nasional ; 2) jalan provinsi ; 3)
jalan kabupaten ; 4) jalan kota dan ; 5) jalan desa.
Rencana sistem jaringan jalan primer dikembangkan untuk menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
- menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan
wilayah (PKW), pusat kegiatan lokal (PKL) sampai ke pusat kegiatan lingkungan;
dan
- menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.
Untuk itu dalam menunjang rencana jalan maka kriteria pengembangan jalan arteri
primer adalah:
- Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
- Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 6
Laporan Akhir
- Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
Km/jam.
- Lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 11 meter.
- Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas regional, untuk itu
lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas ulang alik dan lalulintas
lokal yang bersumber dari kegiatan lokal.
- Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui
jalan ini.
- Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.
- Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu-lintasnya.
- Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu-lintas
rata-rata.
- Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan
yang lain.
- Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.
- Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, lampu
pengatur lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan lain lain.
- Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
- Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.
Rencana sistem jaringan jalan sekunder yang dikembangkan, yaitu jaringan yang
menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder ketiga, dan
seterusnya sampai ke persil.
- Untuk itu kriteria jalan kolektor primer yang harus dipenuhi adalah:
- Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.
- Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
- Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
Km/jam.
- Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 m.
- Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.
- Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 7
Laporan Akhir
- Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu-lintasnya.
- Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-
rata.
- Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada
jam sibuk.
- Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, lampu
pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.
- Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri
primer.
- Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lainnya.
Jaringan jalan lokal (primer) dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan
antar pusat kegiatan lokal (PKL) dan/atau kawasan-sub pusat kegiatan lokal (PPK).
Dengan kriteria jalan kolektor lokal sebagai berikut:
- Kecepatan rencana rata-rata 20 km/jam
- Badan jalan minimal 7,5 meter
- Akses tidak terputus lewat lokal area
B. Transportasi Laut
Rencana pengembangan pelabuhan diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat
angkutan laut lokal dan regional dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan kecil.
Adapun kriteria pelabuhan sebagai penunjang tersier adalah:
- Menghubungkan pelabuhan tersier ke dan dari pelabuhan dalam provinsi.
- Menghubungkan antar pelabuhan utama sekunder tersier atau antar pelabuhan utama
tersier-tersier.
3.4 Rencana Sistem Jaringan Energi
3.4.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi
Rencana pengembangan sistem jaringan diarahkan pada pengembangan prasarana
energi adalah :
1. Mengembangkan instalasi listrik untuk meningkatkan pasokan daya.
2. Mengembangkan energi alternatif.
Sesuai dengan prediksi, kebutuhan listrik rumah tangga pada akhir tahun
perencanaan (2031) minimum 24.597.170 KWH. Sedangkan kebutuhan listrik untuk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 8
Laporan Akhir
fasilitas sosial, ekonomi, penerangan umum dan kehilangan energi listrik dalam transmisi
diasumsikan sebesar 25 % dari kebutuhan rumah tangga.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, sistem jaringan listrik yang ada akan
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya, dan perlu ada penambahan jaringan dan
pembangkit baru.
Adapun rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik di Kab.Bone Bolango yaitu :
Pembangkit Listrik Tenaga Air di Kec. Suwawa Timur, Desa Tulabolo (dalam
perencanaan)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di PLTS Kec. Suwawa Timur (Desa Pinogu,
Ds.Tulabolo Timur, Ds. Tulabolo Barat, Ds. Poduwoma) ; Kec. Suwawa Tengah
(Desa Tapadaa) ; Kec. Suwawa Selatan (DesaMolintogupo, Ds. Pancuran, Ds
Bulantala Timur) ; Kec. Tilongkabila (Desa Tunggulo) ; Kec. Kabila Bone (Desa
Biluango) ; Kec. Bone Pantai (Desa Olele).
Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro di PLTM Suwawa Timur Desa Tulabolo dan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di PLTM Taludaa I & PLTM Taludaa II di
Desa Ilohua serta PLTM Bulango utara di Desa Kopi.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap di PLTU Molotabu di Kec. Kabila Bone
Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (Goethermal) di Kec. Suwawa
Selatan Desa Libungo dan Kec. Suwawa Tengah Desa Duano.
Adapun rencana jaringan prasarana energi di atas terdiri dari jaringan :
Batas Sulawesi Tengah – Molosifat – Popayato – Lemito – Motolohu – Marisa –
Bumbulan – Tilamuta – Pentadu – Tangkobu – Isimu – Limboto – Gorontalo –
Suwawa – Tulabolo.
3.4.2 Kriteria Sistem Jaringan Energi
Kapasitas pelayanan sistem prasarana energi sampai menjangkau:
Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau jaringan listrik.
Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel listrik dan kondisi topografi
alamnya sulit untuk dilalui jaringan teresetrial listrik.
Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel listrik tetapi desa tersebut
tergolong miskin
3.5 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
3.5.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan sistem jaringan diarahkan pada pengembangan prasarana
telekomunikasi adalah mengembangkan fasilitas telekomunikasi perdesaan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 9
Laporan Akhir
Sesuai dengan prediksi, kebutuhan telepon rumah tangga pada akhir tahun perencanaan
(2031) minimum 13.515 SST. Sedangkan kebutuhan telepon untuk fasilitas sosial,
ekonomi, dan umum diasumsikan sebesar 1 ; 250 dari jumlah penduduk din wilayah
perencanaan.
Untuk memenuhi kebutuhan telepon tersebut, sistem jaringan telepon yang ada akan
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya, dan perlu ada penambahan jaringan dan stasion
transmisi.
Pengembangan jaringan telekomunikasi dilakukan secara bertahap, dengan:
- Memprioritaskan penambahan sarana pos dan jaringan telepon;
- Melanjutkan penambahan jaringan yang sudah ada secara meluas;
- Menyediakan fasilitas telepon (wartel, jastel, dan lain-lain) pada daerah-daerah yang
strategis.
Adapun rencana sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Bone Bolango
yaitu :
- rencana pembangunan stasiun telepon otomat di Kec. Tilongkabila yang
menggunakan sistem jaringan kabel ;
- rencana pembangunan base transceiver station yang menggunakan sistem jaringan
nirkabel di Kec. Tilongkabila, Kec. Suwawa, Kec. Tapa, Desa Batu Barani, Desa
Tambulilato, Desa Taludaa dan Desa Tulabolo.
3.5.2 Kriteria Sistem Jaringan Telekomunikasi
Prioritas pengembangan fasilitas telekomunikasi dilakukan pada :
Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau sinyal telepon
genggam/handphone (daerah blank spot).
desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel telepon dan kondisi topografi
alamnya sulit untuk dilalui jaringan terestrial telekomunikasi.
Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel telepon atau sinyal handphone
tetapi desa tersebut tergolong miskin.
3.6 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
3.6.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
3.6.1.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air dan Jaringan Irigasi
Rencana pengembangan prasarana sumber daya air dan irigasi adalah :
Mengembangkan waduk/bendungan, situ, dan embung dalam rangka penyediaan air
baku serta konservasi sumber air.
Mengembangkan daerah irigasi yang diprioritaskan adalah daerah irigasi Lomaya –
Alale seluas 2.688 ha.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 10
Laporan Akhir
Rencana sistem jaringan sumber daya air terdiri atas :
Wilayah sungai lintas provinsi yaitu wilayah sungai Limboto – Bolango – Bone.
Wilayah sungai lintas kabupaten/kota yaitu wilayah sungai Bone dan Bolango
Daerah aliran sungai yaitu DAS Bolango, DAS Bone.
3.6.1.2 Rencana Sistem Sumber Air dan Jaringan Air Bersih
Rencana sistem sumber air dan jaringan air bersih diarahkan pada pengembangan
sumber air dan jaringan (instalasi) pengolahan air bersih. Rencana ini bertujuan dalam
mendukung pengembangan prasarana perumahan dan permukiman yaitu dengan
menyediakan prasarana yang memiliki skala pelayanan lintas wilayah kecamatan dan
desa.
Upaya pemenuhan air bersih di Kabupaten Bone Bolango sampai akhir tahun
perencanaan diupayakan melalui: peningkatan kapasitas produksi air bersih,
pemberdayaan dan pemanfaatan sumber air baku lainnya dan serta pengoptimalisasian
sistem dan distribusi/pengaliran air bersih khususnya pada kawasan perkotaan.
Pemenuhan kebutuhan air bersih melalui usaha tersebut direncanakan untuk
melayani kawasan perkotaan dan perdesaan yang dialokasikan pada satuan wilayah
pengembangan guna menunjang operasionalisasi kegiatan-kegiatan perkotaan dan
perdesaan. Rencana pengembangan prasarana air bersih lebih difokuskan pada
penambahan jaringan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sampai saat ini belum
dapat terlayani jaringan air bersih di Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan untuk
penentuan sumber air bersih (sumur dalam) berhubungan dengan penempatan sistem
sanitasi lingkungan (air limbah/kotor) dalam hal ini penempatan septictank dan bak
rembesan, sebaiknya diletakkan ±10 meter atau tidak menggunakan air tanah dalam
sebagai sumber air bersih melainkan dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Adapun rencana sistem pengelolaan air minum (SPAM) akan dikembangkan pada
pusat-pusat permukiman dengan cara memanfaatkan air permukaan yang dimana
penempatan SPAM tersebut adalah di PKWp di Suwawa ; PKL di Tilongkabila dan
Kabila serta PPK di Talulobutu dan Tombulilato.
3.6.1.3 Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pengelolaan Air Limbah
Sistem prasarana drainase yang direncanakan menggunakan sistem terbuka (riol
terbuka) yang berfungsi sebagai wadah pengaliran air hujan dan limbah rumah tangga.
Pemilihan sistem ini dilakukan untuk memudahkan sistem pengawasan dan penyesuaian
anggaran biaya. Perencanaan prasarana drainase dilaksanakan guna
menghindari/mengurangi genangan ataupun luapan air hujan dengan perbaikan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 11
Laporan Akhir
pembangunan saluran drainase yang didasarkan atas kondisi topografi dan kemiringan
lereng wilayah untuk memudahkan pengaliran.
Perbaikan/pembangunan drainase diprioritaskan pada kawasan genangan air
hujan. Sungai, kanal saluran irigasi, waduk dan bendungan sebagai badan air terbuka
selain sebagai penerima air hujan juga berfungsi penerima buangan air drainase, maka
diperlukan pematangan pada bibir sungai untuk menjaga kapasitas tampung air.
3.6.1.4 Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Estimasi produksi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bone Bolango dengan
menggunakan asumsi produksi sampah tiap orang 2-3 liter/orang/hari, dimana jumlah
produksi sampah yang dihasilkan sampai akhir tahun perencanaan (2011 – 2031)
sebanyak 378.418 liter/hari atau 378,42 m3/hari.
Dari estimasi tersebut diperlukan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik
mulai dari pengumpulan sampah dari tempat produksi (rumah, perkantoran, perdagangan
dan kegiatan lainnya) ke tempat pembuangan sementara (TPS) sampai pada tempat
pembuangan akhir (TPA). Untuk mengurangi timbunan sampah, , maka pengelolaan
sampah dilakukan dengan menggunakan prinsip 3R (Recycle, Reduce, Reuse).
Rencana lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yaitu di Kecamatan
Bulango Utara dengan luas 5 ha dengan menggunakan pola sanitary landfill.
Sistem pengeloaan persampahan yang ada saat ini adalah dengan cara pengelolaan
persampahan secara individu yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dengan sistem
gali timbun serta pengelolaan persampahan skala kota yang dilakukan oleh dinas terkait.
Oleh karena itu rencana kedepan pengelolaan sampah di tangani langsung oleh
instansi terkait dimana di setiap wilayah/Kecamatan disiapkan bak sampah container
dengan sistem pengangkutan sampah 2 atau 3 kali seminggu dan langsung di bawa ke
tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Sampah-sampah yang telah dibawa ke TPA akan di lakukan proses 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) yang dimulai dengan cara pemilahan sampah, sebagian di daur ulang dan sisa
sampah organik sebagai bahan baku kompos.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) ini dilengkapi dengan tempat
pemilahan, tempat/ruang residu, tempat/ruang pengomposan dan tempat penampungan
akhir. Adapun sistem pengolahan sampah TPST adalah sebagai berikut:
Sampah organik (jenis sampah sisa sayuran, sisa makanan dan dedaunan) langsung
diolah menjadi kompos.
Sampah anorganik (jenis sampah kertas, kaleng, kardus, kaleng, botol)
dikumpulkan di suatu ruangan. Bekas bungkus minuman sachet dan deterjen
dipisahkan untuk di daur ulang menjadi kerajinan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 12
Laporan Akhir
Sisa sampah yang tidak bisa di daur ulang, dipindahkan ke tempat penampungan
akhir.
3.6.2 Kriteria Sistem Jaringan Sumber Daya Air
3.6.2.1 Kriteria Sistem Jaringan Irigasi
Pembangunan waduk/bendungan mensyaratkan:
Dibangun pada DAS dengan aliran mantap < 50%.
Dalam rangka mendukung pengembangan PKL dan PPK.
Rehabilitasi jaringan irigasi mensyaratkan:
Dilaksanakan pada DAS dengan aliran mantap <50%.
Diprioritaskan pada daerah irigasi di wilayah utara Kabupaten Bone Bolango (DAS
Bone, DAS Bolango), karena mempunyai nilai produktivitas yang cukup tinggi.
3.6.2.2 Kriteria Sistem Jaringan Air Bersih
Sistem jaringan (instalasi) air bersih diarahkan pada pengembangan prasarana
pengolahan air bersih dengan kriteria adalah:
Pengolahan air bertujuan untuk menghasilkan air minum yang aman bagi
masyarakat. Sistem pengolahannya tergantung dari mutu air baku semula. Namun
ada tiga proses dasar dalam pengolahan air, yaitu koagulasi dan pengendapan,
penyaringan, serta disinfeksi.
Pemanfaatan sumber air permukaan mempertimbangkan pemakaian air di sebelah
hilir, sedangkan pemanfaatan sumber air tanah harus memperhitungkan kapasitas
yield aquifer (air tanah).
Pembangunan pipa transmisi diupayakan di atas lahan negara atau lahan yang tidak
produktif dan melayani permukiman yang dilalui minimal melalui hidran umum.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi harus mampu menangani limbah lumpur
sampai tidak membahayakan/mengganggu lingkungan dan menjadi landfill.
Ditempatkan tidak terlalu dekat dengan permukiman penduduk
3.6.2.3 Kriteria Sistem Jaringan Drainase dan Limbah
Kriteria sistem jaringan drainase dan pengolahan limbah adalah sebagai berikut :
A. Kriteria Sistem Jaringan Drainase
Pemanfaatan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik sungai,
anak sungai maupun saluran-saluran pada jaringan jalan sebagai saluran
pembuang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 13
Laporan Akhir
Saluran-saluran primer yang direncanakan diusahakan mengikuti pengeringan
(pematusan) alami sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola
jaringan jalan.
Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke badan
air terdekat, dengan demikian menghemat panjang saluran.
B. Kriteria Sistem Pengelolaan Air Limbah
Untuk melayani 10.000 orang, pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja
(IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya harus dilakukan pada lahan seluas lebih
besar atau sama dengan 2 Ha. Sementara itu untuk kebutuhan yang sama
pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) limbah domestik termasuk
fasilitas penunjangnya harus dibangun di atas lahan seluas lebih besar dan sama
dengan 3 Ha.
Sistem pengolahan air limbah terpusat perlu dibangun untuk kawasan dengan
beban pencemaran air yang berat. Instalasinya dianjurkan satu lokasi dengan TPA
dengan jarak lebih dari 5 km dari daerah permukiman.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi sedapat mungkin menghindari dampak
berupa bau, timbunan sedimen/lumpur, kebisingan, sampah terapung, busa dan
pencemaran air tanah.
Instalasi harus dirancang untuk dapat menurunkan BOD sampai di bawah 50
mg/l.
Kompleks instalasi dirancang agar mempunyai nilai estetika lebih baik dari
sekitarnya.
Lumpur yang diproduksi sebagai hasil samping proses pengolahan dan
mengandung bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke sungai atau badan air.
3.6.2.4 Kriteria Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Regional
Kriteria penentuan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah menyangkut
aspek teknis, ekonomis, lingkungan, serta sosial, yaitu meliputi kriteria regional, kriteria
penyisih, dan kriteria penetapan.
Kriteria r egional meliputi :
Kondisi Geologi,
Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan dengan
daerah yang mempunyai sifat bahaya geologi yang dapat merusak fasilitas TPA.
Daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah formasi batu pasir, batu gamping,
atau dolomit berongga dan batuan berkekar lainnya (jointed rocks).
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 14
Laporan Akhir
Kondisi Hidrogeologi,
Lokasi TPA tidak boleh terletak di tempat yang mempunyai muka air kurang dari 3
meter, tidak boleh mempunyai kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/det serta
harus berjarak lebih dari 100 meter terhadap sumber air minum di hilir aliran.
Lereng,
Lokasi TPA tidak boleh terletak pada bukit dengan lereng tidak stabil dan akan
dinilai layak apabila terletak di daerah landai yang agak tinggi, bekas tambang
terbuka dengan kemiringan 0-20%. Tidak layak di daerah dengan depresi yang
berair, lembah rendah dan tempat yang berdekatan dengan air permukaan dengan
kemiringan alami lebih besar dari 20%.
Tata Guna Tanah,
TPA yang digunakan untuk sampah organik tidak boleh terletak di radius 3.000
meter dari landasan lapangan terbang untuk pesawat turbo jet dan 1.500 meter untuk
landasan pesawat lain, karena akan menarik kehadiran burung. Selain itu, tidak boleh
terletak di wilayah peruntukan bagi lokasi sarana dan daerah lindung perikanan,
satwa liar, dan pelestarian tanaman.
Daerah Banjir,
Lokasi TPA sebaiknya berada di daerah banjir dengan daur 25 tahun.
Kriteria P enyisih :
Dilakukan dengan mengikuti Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
(SNI T-11-1991-03), yang melakukan pembobotan berdasarkan kesesuaian iklim, utilitas
yang tersedia, lingkungan biologis, kondisi tanah, hidrogeologis, dan tata guna lahan.
Kriteria P enetapan :
Merupakan kriteria berkaitan dengan kewenangan instansi terkait untuk menetapkan
lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan dan ketentuan setempat yang berlaku.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 III - 15