Upload
eldacitrasari
View
49
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PBL
SISTEM GASTROENTERO HEPATOLOGI
MODUL BAB BERDARAH
KELOMPOK 10 :
1. ADELFINA MARETTI HANA (K1A112073)
2. ASKAR (K1A112078)
3. FAHD ASY’ARY (K1A112081)
4. DARWANGSAH ADHE ARYA (K1A113008)
5. DEWI YUNITA (K1A113012)
6. IMAM FAJARULLAH SAFRIL (K1A113023)
7. USTRA ISPAWATI PUTRI A.T (K1A113062)
8. NUR INDAH PRATIWI (K1A113099)
9. DEWI AKKA (K1A113100)
10. SHOLA SHOBRINA SUKARYA (K1A113102)
11. ELDA CITRA SARI (K1A113110)
12. INDAH PERMATASARI (K1A113135)
13. ARINI (K1A113144)
14. MUKARAMMAH UMMI UMAYYAH (K1A113149)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
SKENARIOSeorang wanita berusia 45 tahun datang ke Puskemas dengan keluhan utama
berak encer yang disertai darah dan lendir. Keluhan ini dirasakan sejak beberapa
bulan yang lalu. Wanita ini juga mengeluh sakit perut yang sifatnya hilang timbul
dan penurunan berat badan kurang lebih 5 kg dalam satu bulan terakhir. Ia
berusaha mengobati penyakitnya dengan meminum obat anti diare namun tidak
memberikan hasil. Pemeriksaan fisis menunjukkan adanya anemia dan nyeri perut
khususnya pada regio bawah abdomen.
KATA SULIT :
Diare adalah buang air besar encer (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Regio abdomen bawah adalah regio hypogastrium, inguinal dextra dan
inguinal sinistra.
KATA/KALIMAT KUNCI :
o Wanita, 45 tahun
o Berak encer + darah +lendir beberapa bulan lalu
o Sakit perut hilang timbul
o BB menurun ± 5 kg sebulan terakhir
o Riwayat obat anti diare ( tidak sembuh)
o Anemia
o Nyeri perut di bagian abdomen bawah
PERTANYAAN
1. Jelaskan Anatomi, histologi dan fisiologi organ terkait!
2. Jelaskan klasifikasi diare serta tanda dan klasifikasi dehidrasi dan cara
penanganannya!
3. Bagaimana patomekanisme dari tiap gejala pada skenario?
4. Bagaimana hubungan antar gejala pada skenario?
5. Penyakit-penyakit apa saja ynag dapat memberikan gejala BAB berdarah?
6. Bagaimana mekanisme kerja obat antidiare dan mengapa pasien tidak sembuh
setelah mengkonsumsi obat?
7. Langkah-langkah diagnosis apa saja yang dapat dilakukan pada keluhan BAB
berdarah?
8. Jelaskan DD dan DS?
PEMBAHASAN
1. Anatomi, histologi dan fisiologi organ terkait
A. ANATOMI
Lambung (Gaster)
Lambung terletak oblique dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di
bawah diafragma. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung berbentuk J,
dan bila penuh berbentuk seperti buah peer raksasa. Kapasitas normal lambung adalah
1 – 2 L.
Secara anatomis, lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau
pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian
kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor.
Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang
terjadi. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke
dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung masuk ke esofagus kembali.
Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah
kardia. Di saat sfingter pilorikum terminal berelaksasi, makanan masuk ke dalam
duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik
isi usus ke dalam lambung.
Intestinum Tenue
Dimulai dari ujung distal pylorus sampai di caecum. Terdiri dari duodenum, jejenum
dan ileum. Panjang seluruh intestinum tenue adalah kira-kira 7 meter.
DUODENUM
Disebut usus 12 jari oleh karena panjangnya adalah selebar 12 jari atau kurang lebih
25 cm.
Morfologi
Berbentuk huruf C dengan bagian konkaf menghadap ke kiri. Dimulai dari ujung
distal pylorus sampai flexura duodeno-jejenalis.
Terdiri dari:
1. pars superior
2. pars descendens
3. pars horizontalis
4. pars ascendens.
PARS SUPERIOR DUODENI
Letaknya ke kanan mengarah ke dorsal, mulai dari sebelah ventral columna
vertebralis dan vena cava inferior. Pangkal pars superior duodeni mudah mengikuti
gerakan dari pylorus. Di sebelah ventralnya terletak hepar dan vesica fellea, di sebelah
dorsal terletak ductus cysticus, vena portae dan pancreas.
PARS DESCENDENS DUODENI
Bagian ini berbatasan :
o di sebelah dorsal dengan renalis dexter dan sinister
o di sebelah ventral dengan hepar, vesica fellea, colon transversum, intestinum
tenue.
PARS HORIZONTALIS DUODENI
Bagian ini terletak mengarah ke kiri menyilang m.psoas major, vena cava inferior,
aorta abdominalis dan m.psoas minor. Di sebelah dorsal terdapat ureter dexter, vasa
testicularis dextra dan vena mesenterica inferior. Di sebelah ventral terdapat vena
mesentrica superior dan radix mesenterii. Bagian ini lebih panjang bila dibandingkan
dengan ketiga bagian lainnya.
PARS ASCENDENS DUODENI
Berada di sebelah kiri aorta abdominalis, membelok ke ventral menjadi flexura
duodeno-jejenalis. Letak flexura ini kurang lebih setinggi pars superior duodeni.
Lokalisasi
Pangkal duodenum dimulai setinggi vertebra lumbalis I, kurang lebih 2,5 cm di
sebelah kanan linea mediana dan berakhir di sebelah kiri linea mediana setinggi
vertebra lumbalis II. Pars descendens turun sampai setinggi vertebra lumbalis III.
Bagian konkaf dari duodenum ditempati oleh caput pancreatic. Batas antara pars
superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut flexura duodeni superior,batas
antara pars descendens duodeni dan pars horizontalis duodeni disebut flexura duodeni
inferior.
Antara pars superior duodeni dan hepar terdapat ligamentum hepatoduodenale yang
merupakan penebalan dari tepi bebas omentum minus. Jadi bagian ini terletak
intraperitoneal, sedangkan bagian duodenum lainnya terletak retroperitoneal.
Ductus choledochus bermuara ke dalam pars descendens duodeni melalui papilla
duodeni major, yang terletak kurang lebih 7 cm dari pylorus di bagian konkaf dari
duodenum. Kadang-kadang terdapat papilla duodeni minor di sebelah cranial papilla
duodeni major.
Flexura duodeno-jejenalis di fixir oleh ligamentum Treitz [ = lig.suspensorium
duodeni ] pada diaphragma. Ligamentum ini terdiri dari jaringan ikat dan otot.
VASCULARISASI
1. Arteria supra duodenalis, memberi suplai darah kepada pars superior duodeni;
arteri ini adalah suatu end arteri sehingga bagian dari duodenum ini sering mengalami
ulcus [ = ulcus duodeni ].
2. Arteria retroduodenalis memberikan aliran darah kepada dinding posterior
duodenum.
3. Arteria pancreatico duodenalis superior, yang berada di sebelah posterior pars
superior duodeni, berjalan di antara pancreas dan pars descendens duodeni, memberi
suplai darah kepada duodenum dan pancreas.
4. Arteria pancreatico duodenalis inferior, dipercabangkan oleh m.mesenterica
superior, berjalan ke cranialis di antara pancreas dan duodenum, mengadakan
anastomose dengan a.pancreatico duodenalis superior. Memberi suplai darah kepada
duodenum dan pancreas.
5. Arteria gastrica dextra, juga memberikan cabang-cabang kepada duodenum.
6. Arteria gastro epiploica dextra, memberikan cabang-cabang kepada duodenum.
INNERVASI
Menerima serabut-serabut saraf dari plexus coeliacus dan plexus mesentericus
superior, berjalan sesuai dengan pembuluh darah yang dipercabangkan oleh arteria
coeliaca dan arteria mesenterica superior.
LYMPHONODUS
Pembuluh lymphe dari duodenum membawa lymphe menuju ke lymphonodus
pancreatico duodenalis yang terletak di antara caput pancreatis dan duodenum,
kemudian mengalir menuju ke lymphonodus hepaticus dan l.n.preaorticus.
Jejenum – Ileum
Organ ini berkelok-kelok dan difiksasi pada dinding dorsal cavum abdominis oleh
mesenterium.
Panjang seluruh jejenum – ileum adalah 6 – 7 meter; jejenum berada di bagian
proximal dengan panjang kurang lebih 2/5 bagian dari keseluruhnya, sedangkan ileum
berada di bagian distal [ anal ] dengan panjang kira-kira 3/5 bagian yang sisa.
Pada umumnya jejenum berada dalam keadaan kosong, warnanya lebih merah
[ lebih banyak mengandung pembuluh darah ], dindingnya lebih tebal, diameter
lumen lebih besar, plica circularis Kerkringi lebih besar dan jumlahnya lebih banyak,
vili intestinales lebih besar dan lebih banyak jumlahnya, percabangan pembuluh-
pembuluh darah kurang kompleks. Hal yang tersebut tadi jelas terlihat perbedaannya
bila dibandingkan jejenum bagian proximal dengan ileum bagian distal, di bagian
tengah perbedaan-perbedaan tersebut kurang jelas.
Mesenterium pada jejenum kelihatan lebih terang oleh karena jaringan lemak
extraperitoneal hanya terbatas pada pangkal pembuluh darah, sedangkan pada ileum
jaringan lemak tersebut mengikuti seluruh panjang pembuluh darah sampai pada
dinding ileum.
Kurang lebih 1 meter di sebelah proximal dari ujung terminal ileum
terdapatdiverticulum ilei [ = diverticulum Meckeli ], sebagai sisa dari ductus
omphalomesentericus. Ukuran diverticulum ini sebesar 5 cm.
LOKALISASI
Jejenum dan ileum menempati sebagian besar cavum abdominis bahkan sampai ke
dalam cavum pelvicum. Mesenterium berbentuk kipas dengan bagian yang terlebar di
bagian tengah sebesar 20 cm, melekat pada dinding dorsal abdomen dan tempat
melekatnya disebut radix mesenterii. Panjang radix mesenterii kira-kira 15 cm,
terletak miring dari kiri atas ke kanan bawah, dimulai dari flexura duodeno-jejenalis
[ setinggi corpus vertebrae lumbalis II ] sampai setinggi articulatio sacroiliaca dextra.
Oleh karena jejenum – ileum bentuknya lebih panjang daripada radix mesenterii maka
jejenum – ileum terletak berkelok-kelok, sangat mobil atau mudah bergerak.
Di dalam mesenterium terdapat cabang-cabang dari a.mesenterium superior, nervus,
lymphonodus, pembuluh lymphe dan jaringan lemak.
Radix mesenterii menyilang di sebelah ventral pars horizontal duodeni, corpus
vertebrae lumbalis III dan ureter dexter.
VASCULARISASI
Aliran darah bersumber pada a.mesentrica superior melalui cabang aa.jejenales
dan aa.ileae. Pembuluh-pembuluh darah berjalan di dalam mesenterium.
INNERVASI
Jejenum – ileum mendapatkan innervasi dari plexus mesentericus superior, dan
percabangan serabut saraf berjalan mengikuti cabang-cabang arteri.
LYMPHONODUS
Di dalam mesenterium terdapat banyak lymphonodus dari berbagai ukuran dan dibagi
menjadi 3 kelompok, sebagai berikut :
o Dekat jejenum dan ileum
o Mengikuti pembuluh-pembuluh darah
o Pada radix mesenterii
Intestinum Crassum
Lebih pendek daripada intestinum tenue, panjang kira-kira 1,5 meter.
Pangkalnya lebih lebar daripada ujung distalnya.
Terdiri dari :
1. caecum dan processus vermiformis
2. colon
3. rectum.
Pada intestinum crassum dapat dilihat struktur-struktur sebagai berikut :
o Taenia coli, yang dibentuk oleh bersatunya serabut-serabut stratum
longitudinale lapisan muscularis; terdapat 3 taenia yang terletak pada ketiga
sisi dari intestinum crassum, yakni taenia omentalis, taenia libera dan taenia
mesocolica.
o Haustra, yang terbentuk oleh adanya taenia tersebut tadi; taenia lebih pendek
daripada panjang dinding intestinum crassum sehingga dinding intestinum
crassum tertarik.
o Incisura, yang terdapat di antara haustra dan dibentuk oleh pertumbuuhan
stratum circulare yang terjadi lebih cepat daripada stratum longitudinale,
dengan demikian terbentuk plica ke arah mucosa dan disebut plica
semilunaris.
o Appendices epiploicae, yaitu lipatan peritoneum yang berisi jaringan lemak
dan terdapat pada incisura; banyak terdapat pada colon transversum.
CAECUM
Bangunan ini merupakan permulaan dari colon; salah satu ujungnya buntu dan
menghadap ke caudal. Sedangkan ujung yang lain terbuka menghadap ke cranial.
Terletak di dalam fossa iliaca dextra, dibungkus oleh peritoneum [ intra peritoneal ],
mudah bergerak.
Pada dinding sebelah kiri caecum terdapat muara dari ileum; mucosa dinding di
bagian ini membentuk lipatan yang dinamakan valvula ileo colica Bauhini. Valvula
tersebut tadi terdiri dari labium superior dan labium inferius, bertemu membentuk
frenula valvulae coli, yaitu frenulum anterior [ sinister ] dan frenulum posterior
[ dexter ].
Pada caecum terdapat juga muara dari processus vermiformis [ = appendix ], dan pada
pangkalnya terdapat valvula processus vermiformis. Processus vermiformis berbentuk
silindris, mempunyai lumen dan berujung buntu. Baik letak, maupun panjang dan arah
dari processus vermiformis sangat bervariasi. Letaknya bisa retro caecal, sub caecal,
retro colica, pre ileal dan post ileal. Processus vermiformis mempunyai alat
penggantung, yang disebut mesenteriolum atau mesoappendix sehingga processus
vermiformis terletak intra peritoneal. Pada pangkal processus vermiformis ketiga
taeniae coli bersatu.
COLON
Terdiri dari :
1. colon ascendens
2. colon transversum
3. colon descendens
4. colon sigmoideum
COLON ASCENDENS
Merupakan kelanjutan dari caecum ke arah cranial, mulai dari fossa iliaca dextra,
berada di sebelah ventral m.quadratus lumborum, di ventral polus inferior ren dexter,
membelok ke kiri setinggi vertebra lumbalis II, membentuk flexura coli dextra,
selanjutnya menjadi colon transversum.
Pada facies ventralis terdapat taenia libera, pada facies dorsolateral terdapat taenia
omentalis dan pada facies dorsomedial terdapat taenia mescolica.
Colon ascendens ditutupi oleh peritoneum, disebut letak retroperitoneal.
COLON TRANSVERSUM
Mulai dari flexura coli dextra, berjalan melintang ke kiri melewati linea mediana,
agak miring ke cranial sampai di tepi kanan ren sinister, d sebelah caudal lien, lalu
membelok ke caudal. Belokan ini disebut flexura coli sinistra, terletak setinggi
vertebra lumbalis I, difiksasi pada diaphragma oleh ligamentum phrenico colicum.
Pada facies ventralis terdapat taenia omentalis, pada facies inferior terdapat taenia
libera dan pada facies dorsalis terdapat taenia mesocolica.
Di sebelah cranial dari kanan ke kiri colon transversum berbatasan dengan :
o hepar
o vesica fellea
o curvatura major ventriculi
o extremitas inferior lienalis.
Di sebelah caudal berbatasan dengan jejenum. Di sebelah ventral ditutupi oleh
omentum majus. Di sebelah dorsal dari kanan ke kiri berbatasan dengan :
o pars descendens duodeni
o caput pancreatic
o ren sinister.
Colon transversum dibungkus oleh peritoneum viscerale, disebut mesocolon
transversum, dan difiksir [ digantung ] pada dinding dorsal abdomen.
COLON DESCENENS
Dimulai dari flexura coli sinistra, berjalan ke caudal, berada di sebelah ventro-lateral
polus inferior ren sinister, di sisi lateral m.psoas major, di sebelah ventral m.quadratus
lumborum sampai di sebelah ventral crista iliaca dan tiba di fossa iliaca sinistra.
Kemudian membelok ke kanan, ke arah ventrocaudal menjadi colon sigmoideum,
berada di sebelah ventral dari vasa iliaca externa.
Taenia omentalis terletak pada permukaan dorsolateral, taenia libera berada pada
facies ventralis dan taenia mesocolica berada pada bagian medio-dorsal. Colon
descendens ditutupi oleh peritoneum parietale [ letak retro peritoneal ].
COLON SIGMOIDEUM
Bangunan ini berbentuk huruf S dan terletak di dalam cavum pelvicum. Membuat dua
buah lekukan dan pada linea mediana menjadi rectum, setinggi corpus vertebrae
sacralis 3. pada colon ini masih terdapat haustra dan taenia.
Dibungkus oleh peritoneum viscerale dan membentuk mesocolon sigmoideum,
difiksasi pada dinding pelvi
RECTUM
Merupakan bagian caudal [ anal ] dari intestinum crassum, terletak retroperitoneal,
memanjang mulai setinggi corpus vertebrae sacralis 3 sampai Anus. Anus adalah
muara dari rectum ke dunia luar. Pada rectum terdapat flexura sacralis yang mengikuti
curvatura os sacrum dan flexura perinealis yang mengikuti lengkungan
perineum.Bagian cranialis disebut pars ampularis recti dan bagian caudalis
disebut pars analis recti.
Pada pars ampularis terdapat 3 buah plica transversalis yang dibentuk oleh penebalan
stratum circulare tunica muscularis. Plica yang tengah sangat tebal, disebut plica
transversalis Kohlraush, berfungsi sebagai penahan isi rectum.
Pada pars analis terdapat plica yang arahnya longitudional dan disebut columna
rectalis Morgagni. Di sebelah analis columna rectalis bersatu membentuk anulus
rectalis [ = anulus haemorrhoidalis ]. Di sebelah profunda mucosa terdapat plexus
venosus yang disebut plexus haemorrhoidalis.
VASCULARISASI
Bersumber pada :
I. Arteria mesenterica superior
1. A.ileocolica, yang mempercabangkan r.ascendens [ r.superior ] menuju ke colon ascendens, dan r.descendens [ r.inferior ] yang mempercabangkan :
A.coecalis anterior
A.coecalis posterior
A.appendicularis
R.ilealis
2. A.colica dextra, mempercabangkan r.ascendens dan r.descendens
3. A.colica media, memberikan cabang terminal berupa ramus sinister dan ramus dexter.
II. Arteria mesenterica inferior :
1. A.colica sinistra, mempercabangkan r.ascendens dan r.descendens
2. A.sigmoidea.
Aliran darah venous mengikuti perjalanan arteri.
INNERVASI
N.vagus [ chorda posterior ] memberikan cabang-cabang yang mengikuti
percabangan arteria coeliaca dan arteria mesenterica superior untuk caecum,
processus vermiformis, colon ascendens, colon transversum.
Colon descendens dan colon sigmoideum menerima serabut-serabut parasympathis
dari segmental Sacral 3 – 4, melalui plexus mesentericus inferior. Saraf sympathis
berpusat pada medulla spinalis Th. 6 – 12 dan Lumbal 1 – 3.
B. HISTOLOGI
1. Usus halus
Panjang ±5 m. Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili intestinalis,
dan mikrovili. Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa (dengan inti
submukosa) permanen. Vili intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari
pada lamina propia ke arah lumen diisi lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili
merupakan juluran sitoplasma (striated brush border). Pada lamina propia terdapat
kelenjar intestinal lieberkuhn, didasarnya terdapat sel paneth (penghasil lisozim-
enzim antibakteri pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba
usus halus) dan sel enteroendokrin (penghasil hormone-gastric inhibitory
peptide,sekretin dan kolesistokinin/pankreozimin).
a. Duodenum
Tunika Mukosa
Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis dan sel
goblet. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn.
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner (ciri utama pada
duodenum yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat). Trdapat plak payeri
(nodulus lymphaticus agregatia/ gundukan sel limfosit)
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Serosa
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi
pembuluh darah dan sel-sel lemak.
b. Jejunum dan Ileum
Secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar
duodenal brunner.
c. Appendiks
Secara struktur mirip kolon. Ada banyak kesamaan dengan kolon
seperti epitel pelapis dengan sel goblet.
Lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn (tapi kurang
berkembang, lebih pendek, letak sering berjauhan) dan jaringan
limfoid difus sangat banyak. Terdapat pula Muskularis mukosa.
Tunika Submukosa sangat vascular.
Tunika Muskularis terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot
longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah oleh pleksus
mienterikus auerbach.
Tunika Serosa
2. Usus Besar (Kolon)
Terdapat sekum; kolon asendens, tranversal, desendens, sigmoid; rectum serta
anus.
Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak
dibanding usus halus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili
intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang
lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi terdapat
sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan
saraf pleksus meissner
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar
(taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi
pembuluh darah dan sel-sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke
dinding tubuh melalui mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan
terluar bagian kolon ini. Sedangkan adventisia membungkus kolon ascendens
dan descendens Karena ketaknya peritoneal.
3. Rectum
Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi
tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia
terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus.
Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa.
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan
saraf pleksus meissner
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar
(taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Adventisia
Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi
serosa.
4. Anus
Tunika Mukosa
Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak ada terdapat
muskularis mukosa.
Tunika Submukosa
Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung
pembuluh darah, saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.
Tunika Muskularis
Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot
sirkuler), sfingter ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani. Otot
sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia
koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Adventisia
Terdiri jaringan ikat longgar
C. FISIOLOGI
3. Patomekanisme dari tiap gejala pada scenario
PATOMEKANISME GEJALA
Ketika mukosa usus (terutama pada mukosa usus besar) teriritasi, maka
dapat menyebabkan sel goblet menjadi lebih aktif. Sel-sel goblet menghasilkan
banyak mucus yang berfungsi untuk proteksi mukosa. Ketika mucus jumlahnya
terlalu berlebihan, maka dapat muncul dalam feses dan bermanifestasi sebagai
feses berlendir
Feses yang disertai darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
padazghjl; dinding saluran cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus
gastrointestinal mulai terdapat pada lamina propria tunika mukosa namun jumlah
pembuluh darah yang banyak ditemukan pada tunika submukosa. Hal ini berarti
bahwa jika terdapat ulkus yang mengenai tunika submukosa, maka dapat
bermanifestasi sebagai feses disertai darah. Darah dapat bermanisfestasi sebagai
melena maupun hematokezia. Darah yang berwarna lebih gelap terjadi akibat
oksidasi hemoglobin oleh bakteri usus. Melena atau “darah hitam” menunjukkan
bahwa perdarahan saluran cerna terjadi pada bagian usus proximal atau bagian
usus distal dengan masa transit yang lama sehingga memberi kesempatan bakteri
untuk mengoksidasi hemoglobin. Sedangkan hematokezia atau “darah segar”
dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian distal (misalnya rektum)
atau pada proximal usus tetapi dengan masa transit yang singkat sehingga tidak
member kesempatan bakteri usus untuk mengoksidasi hemoglobin secara
maksimal.
1. Nyeri Perut Hilang Timbul
Obstruksi atau penyempitan lumen dapat menyebabkan passage kimus
terganggu. Akibatnya bagian usus proximal dari obstruksi tersebut mengalami
dilatasi/ peregangan. Meregangnya dinding usus menyebabkan otot polos
tereksitasi sehingga peristaltic usus meningkat. Jika peristaltic usus terlalu kuat
maka dinding usus terlau meregang sehingga dapat merangsang reseptor nyeri
(secara mekanik). Sealin itu, peristaltic yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh
darah sekitar sehingga suplai darah ke otot berkurang. Rangsangan nyeri ini
kemudian dijalarkan melalui saraf aferen ke system saraf pusat yang kemudian
muncullah sensasi nyeri. Ketika otot polos telah berkontraksi dengan kuat,
energinya mulai berkurang. Otot polos pun mengalami relaksasi. Dengan
demikian, nyeri menghilang.
2. Anemia
Anemia yaitu berkurangnya kadar hemoglobin (hb)/jumlah eritrosit dalam
darah tepi di bawah nilai normal sesuai umur dan jenis kelamin. Sehubungan
dengan traktus gastrointestinal, anemia dapat disebabkan oleh:
• Asupan nutrisi yang kurang
Misalnya kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung besi dan
vitamin B12.
• Kekurangan factor intrinsic
Sel-sel parietal lambung menghasilkan HCl dan factor intrinsic. Faktor
intrinsic akan berikatan dengan vitamin B12 sehingga dapat diserap di
ilem. Kekurangan factor intrinsic menyebabkan gangguan absorpsi
vitamin B12.
• Gangguan absorpsi
Absorpsi besi dan berbagai vitamin terjadi pada usus halus bagian atas,
sementara absorpsi vitamin B12 terjadi pada ileum terminalis. Jika usus
halus mengalami gangguan, misalnya peradangan, maka dapat
menyebabkan gangguan absorpsi zat-zat yang dibuthkan dalam
pembentukan hemoglobin sehingga dapat menyebabkan anemia.
• Perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran cerna yang massif ataupun yang sedikit namun
perlangsungannya kronis dapat menyebabkan anemia.
Selain itu, anemia prevalensinya lebih tinggi pada wanita.
3. Berat Badan Menurun
Penurunan berat badan terjadi jika pengeluaran energy melebihi kalori
intake. Berat badan menurun dapat disebabkan oleh banyak hal. Sehubungan
dengan scenario, penyebabnya dapat berupa:
• Kurang nafsu makan
• Gangguan absorbsi
• Kehilangan cairan berlebih
Perlu diingat bahwa penurunan berat badan tanpa diiringi gejala lain, dan utamanya
bila ringan (< 3 kg dalam 6 bulan), biasanya tidak mengindikasikan adanya penyakit
tertentu.
5. Penyaki-penyakit yang dapat menyebabkan keluhan berak darah pada scenario
Penyakit inflamasi usus : kolitis ulseratif, corhn’s disease
Infeksi bakteri : Shigelosis, Kolitis tuberkolosis,
Neoplastik : Carsinoma Colon dan Adnoma colon
Polip colon
Pelebaran vena hemoroidalis : hemoroid
Efek samping obat antibiotik : kolitis pseudomembrane