10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang. Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan

BAB I, 2, 3,

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xxcb

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang. Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life trap. Penyakit pes terdapat pada hewan rodent dan dapat menularkan ke manusia melalui gigitan pinjal. Penyakit ini merupakan penyakit yang terdaftar dalam karantina nasional, dan masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga penyakit pes di Indonesia termasuk penyakit yang dicantumkan dalam Undang-undang Karantina dan Epidemi (Undang-undang RI. No. 2 Tahun 1962) karena dapat menimbulkan wabah yang berbahaya. Pertama kali wabah penyakit pes menyerang Eropa, kemudian India dan sampai ke Indonesia pada tahun 1910 (Depkes RI,1998)BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi Pes Pes atau sampar adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes disebarkan oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Kasus yang paling dramatis adalah Kematian Hitam ("Black Death") yang terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan.2.2 Etiologi Dan Cara Penularan Pes Yersinia pestis berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung membulat dengan badan mencembung, berukuran 1,5 5,7 dan bersifat Gram negative, memiliki lipopolisakarida dengan aktivitas endotoksik bila dilepaskan. Organisme ini menghasilkan banyak antigen dan toksin yang bertindak sebagai faktor virulensi. Bakteri ini menghasilkan koagulase pada suhu 28 C (suhu normal pinjal) tetapi tidak pada suhu 35C (penularan lewat pinjal akan rendah atau tak pernah terjadi dalam cuaca yang sangat panas). Yersinia pestis juga menghasilkan bakteriosin (pestisin); enzim isositrat liase, yang bersifat khusus.

Gambar 1.1 yersinia pestis Cara penularan : Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Pes tidak hanya dapat menginfeksi tikus, namun juga bisa menginfeksi kucing, anjing, dan tupai. Kontak titik-titik air liur (droplet) di udara: berupa batuk atau bersin dari penderita pes dengan radang paru Kontak langsung: berupa sentuhan kulit yang terluka terhadap nanah/luka penderita pes, termasuk kontak seksual Kontak tidak langsung: sentuhan terhadap tanah atau permukaan yang terkontaminasi bakteri .2.3 Klasifikasi dan manifestasi klinis PES1. Bubonic plague : Masa inkubasi 2-8 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain. 2. Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.3. Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.B. Patogenesis Pes (Plague)

2.4 Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Penyakit Pes a. Faktor Agent: Bakteri Yersinia Pesti / Bakteriolog Perancis A.J.E Yersin. Dibawa oleh hewan pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu tikus. Penyakit ini menular melalui gigitan tikus.b. Faktor Host: Manusiac. Faktor Environment: rumah yang kotor atau tempat-tempat yang biasanya di huni sebagai sarang tikusd. Port op Entry and Exit: Kulite. Tranmisi: Kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita dan bisa terjadi dari percikan air liur oenderita yang terbawa

2.5 Patofisiologi Bakteri ini pada awalnya menginfeksi tikus. Ketika pinjal menggigit tikus, maka pinjal tersebut akan terinfeksi bakteri pes. Dengan demikian, jika pinjal lain menggigit tikus sakit tersebut, maka pinjal tersebut juga terinfeksi. Organisme (yersinia pestis) yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal dan dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas ke tubuh dan darah yang dihisapnya terkontaminasi yersinia pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan kemudian mengikuti aliran getah bening dan menyebar melalui sirkulasi darah. Organisme difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Meskipun infasinya dapat berhenti di situ P pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas. Y.pestis bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Di kelenjar getah bening, bakteri ini menimbulkan reaksi radang berupa bengkak, kemerahan dan nanah. Bakteri ini kemudian menyebar melalaui aliran darah ke organ-organ lain seperti limpa, paru-paru, hati, ginjal dan otak. Ketika sampai paru-paru, bakteri ini dapat menyebabkan radang (pneumonia) dan dapat menularkan penyakit kepada orang lain melalui batuk atau bersin. Bakteri yang dibatukkan dapat bertahan di udara dan dapat terhirup oleh orang lain.

Gambar 1.2 Pinjal

2.7 Pencegahan Tindakan pencegahan pes dapat berupa menghindari daerah yang rawan pes menghindari hewan yang sakit atau mati menggunakan obat pengusir serangga atau baju pelindung jika berisiko terpapar kutu serta menggunakan sarung tangan jika harus menangani hewan mati. Tempat tinggal dan makanan hewan pengerat (sampah, makanan hewan) harus dimusnah- kan dari sekitar tempat tinggal. Jika seseorang diketahui terpapar oleh kutu atau hewan mati, dapat diberikan pengobatan antibiotik pencegahan selama 5 hari. Vaksinasi pes tersedia dan saat ini digunakan untuk petugas laboratorium yang berisiko terpapar bakteri pes serta orang-orang dengan pekerjaan yang berkaitan dengan binatang pengerat

2.8 Prognosis Dalam semua kasus penyakit PES, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan