Upload
nona-namaquw
View
443
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos
tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air, menjuluki suatu kehamilan
dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air
ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel
(endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan peresapan
cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban
dihasilkan air kencing janin.
Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali
dalam bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang.
Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air
ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang
bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air
ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion
atau kadang disebut hidramnion saja. Kasus polihidramnion berkisar 0.5 - 1 % dari
kehamilan.
Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban
bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume
air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan 5
liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi sebelum umur kehamilan
mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar,
salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak
diketeahui sebabnya.
Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko
kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan
terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi
dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya
kesejahteraan janin
1Tugas Maternitas : Hidramnion
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Polihydramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu kedaan
dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan
cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.
Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI)>20 atau lebih. Merupakan
komplikasi pada kehamilan yang menyebabkan ibu dan janin dalam kondisi beresiko. Ini
dapat menyebabkan ketuban pecah dini, sehingga ,muncul resiko terjadinya infeksi
tambahan dan prolaps korda, dan persalinan prematur akibat peningkatan tekanan pada
interauterin.
Hidramnion dapat berkembang secara :
1. Mendadak/akut
a. Mendadak jika terjadi kenaikkan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau
berlangsung dalam waktu 14 hari
b. Terdapat keluhan di antaranya:
- Tidak nyaman
- dispneu ( sesak nafas )
- Takikardi dapat terjadi
c. Hidramnion mendadak/akut memerlukan terapi dengan segera untuk mengurangi
keluhan penderita
d. Komplikasi maternal hidramnion di antaranya :
- Morbiditas-mortalitas makin tinggi oleh karena kelainan congenital janin
- Terjadi persalinan prematuritas beserta akibatnya
- lebih sering terjadi solusio plasenta
- lebih sering terjadi ketuban pecah spontan
- Gangguan sirkulasi retroplasenta menyebabkan :
Hipoksia janin-fetal distress
Asidema – gangguan metabolism
2. Hidramnion menahun
a) Kejadiannya berlangsung lebih lama dari 14 hari
b) Keluhannya tidak terlalu berat dan mendadak
2.2 Etiologi
2Tugas Maternitas : Hidramnion
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam
ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
b. Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi
oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu.
Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,
anencephalus atau tumor-tumor placenta.
Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena
transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak
anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna
hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih
kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena
luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan
placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Produksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.
Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
e. Ada proses infeksi.
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
3Tugas Maternitas : Hidramnion
2.3 Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat
mirip dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan
molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit
janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan
amnion (Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini
hampir pasti secara bermakana mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada
kasusu hidramnion epitel emnion sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion
belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan
kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa
mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini
dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin yidak
dapat menelan, seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya
mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970)
mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasusu hidramnion berat, janin
menelan cairan amnion dalam jumlah yang cukup banyak.
Pada kasus anensefalus dan spina bifida, factor etiologinya mungkin adalah
meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion.
Penjelasan lain yang mungkin pada anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan,
adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak
terlindungi atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin
vasopresin. Hal yang sebaliknya telah dijelaskan, bahwa kelainan janin yang
menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion.
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga masih
belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk
(1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes
gestasional mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan
peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan
control nondiabetik. Yang menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita
nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai pada wanita diabetik.
4Tugas Maternitas : Hidramnion
5Tugas Maternitas : Hidramnion
2.4 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-
keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma,
seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis
d. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
e. Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
f. Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak.
2. Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit
jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah
membawa kandungannya
3. Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan
tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4. Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5. Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
6. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
6Tugas Maternitas : Hidramnion
2.5 Penatalaksanaan
Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan
terapi simptomatis.
b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi
uterus.
c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan masukan
serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep karena terdapat
kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan tekanan uterus.
d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat efektif
dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau
menghentikan persalinan premature.
f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit
untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai
adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan
perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari
dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan
dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai
placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu partus
a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b) Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau
menghentikan persalianan premature.
c) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai
7Tugas Maternitas : Hidramnion
jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan
keluar pelan-pelan
d) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,
syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum
karena atonia uteri.
3. Post partum
a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika .
b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d) Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap factor yang dapat membuatnya
tidak mampu menelan in utero.
Terapi Medis :
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap;
darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal, ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Hidramnion menahun.
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan jumlah air
ketuban
Kerugiannya :
- Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju
SSP
- Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi perubahan
hemodinamik setelah lahir.
8Tugas Maternitas : Hidramnion
b. Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk
menetapkan AFI atau poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat
dihindari terjadinya oligohidramnion.
2. Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a) Amniosestesis
Dinding abdomen didesinfeksi
Tutup dengan duk steril sekitarnya
Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke kavum
uteri dengan tuntunan USG
Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan.
Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan usia kehamilan
kurang dari 35 minggu
Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
-Sebagai induksi persalinan premature
-Terjadi solusio plasenta
-Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan intrauteri
-Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi profilaksis
mortalitas maternal.
b) Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu, tetapi
memiliki kelainan congenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi. Amniotomi
dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan mengharapkan
“euthanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan
kongenitalnya bersifat fatal.
Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan congenital yang berat, tanpa
memandang usia kehamilannya. Sudah tentu pertimbangan ini diambil setelah
mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk “informed consent” sehingga jika
terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.
3. Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi
merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran :
9Tugas Maternitas : Hidramnion
a.Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan janin
akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a. Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras akan
meningkatkan tindakan seksio sesarea pada hidramnion
BAB III
10Tugas Maternitas : Hidramnion
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN HIDRAMNION
3.1 Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik
I. Aktifitas
kelelahan,
aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
II. Sirkulasi
TD dan nadi mungkin menurun yang berhuungan dengan kompresi vena kava
DJJ sulit terdengar
Waspada terhadap adanya deselerasi variebelyang dapat berindikasi prolaps tali
pusat
Sionasis
III. Integritas ego
Kehamilan biasanya direncanakan
IV. Eliminasi
Konstipasi,
Oliguria berat
V. Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada
edema karena uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma
dan pembuluh darah pelvis
VI. Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia
gravis, paralisis)
VII. Pernapasan
Sesak nafas yang parah
VIII. Seksualitas
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
Vulva dan perineum membengkak
Kaji diameter pelvis
IX. Pemeriksaaan diagnostik
USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
11Tugas Maternitas : Hidramnion
Amniosintesis : cairan amnion dikeluarkan ±500cc tiap tindakan
Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional.
Ibu yang mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami
hidramnion.
Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit
meningkat
Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan
pembekuan bila ada perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko
terjadinya perdarahan sangat tinggi.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat adanya komplikasi klinis (diabetes, penyakit ginjal, masalah jantung,
asma, TBC, Nefritis)
Riwayat masalah menstruasi seperti kram, atau uterus peka rangsang.
Riwayat partus dengan bayi makrosomia, malformasi janin, dan gestasi
multiple.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
(Marilynn E. Doenges, 2001)
b) Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui (Marilynn E. Doenges, 2001)
c) Intoleransi aktivitas b/d dispneu
(Adelle Pillateri, 2002)
d) Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan
hidrmnion ( Marilynn E. Doenges, 2001)
e) Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion
12Tugas Maternitas : Hidramnion
3.3 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Intervensi (NIC) Rasional
1 Kerusakan pertukaran
gas b/d tekanan pada
diafragma, sekunder
akibat hidramnion
a) Kaji kelainan pernapasan yg dapat
mempengaruhi fungsi paru, seperti
asma atau tuberkulosis, frekuensi
pernapasan, atau upaya ibu dan
munculnya bunyi nafas.
b) Perhatikan kondisi yg menimbulkan
perubahan vaskular/penurunan
sirkulasi plasenta (mis : diabetes,
masaalah jantung) atau yg mengubah
kapasitas pembawa oksigen (mis :
anemia, hemoragi)
c) Pantau TD dan nadi
d) Tingkatkan istirahat di tempat
tidur/kursi pada posisi tegak atau
semifowler bila upaya pernafasan
menurun
e) Anjurkan pasien u/ melakukan posisi
miring kiri.
f) Tinjau ulang sumber vitamin C, zat
Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau selama kehamilan, yang meenurunkan atau mempengaruhi kapasitas pertukaran oksigen, menganggu pertukaran gas normal.
Luasnya masalah vaskular maternal dan penurunan kapasiatas pembawa oksigen berpengaruh langsung pada sirkulasi dan pertukaran gas uteroplasenta.
Peningkatan TD dpt menandakan HAK; penurunan TD dan peningkatan nad dpt menyertai hemoragi.
Menurunkan upaya pernapasan dan meningkatkan konsumsi oksigen sesuai penurunan diafragma, meningkatakan diameter dada vertikal.
Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta, juga merupakan posisi efektif untuk mencegah
13Tugas Maternitas : Hidramnion
2. Anxietas b/d hasil
kehamilan yang tidak
diketahui
besi,dan protein. Identifikasi zat-zat
yg membantu absorbsi zat besi (asam
sedang, vit. c) dan yg menurunkan
absorbsi (alkalin sedang, susu).
g) Beri obat-obat sesuai indikasi :
Teofilin
Besi dekstran (inferon)
h) Beri oksigen suplemental
a) Perhatikan tingkat ansietas dan
derajat pengaruh terhadap
kemampuan untuk membuat
keputusan
b) Berikan kehangatan secara emosional
dan situasi medukung dan terima
klien/pasangan seperti adanya
mereka.
syndrom hipotensi terlentang.
Ketidakadekuatan nutrsi mengakibatkan anemia defisiensi zat besi dan dapat menimbulkan masalah transpor oksigen.
Mendilatasi bronkial, ttp dpt dihubungkan dgn efek samping takikardi pada klien atau janin
Pemberian parenteral mungkin perlu pada adanya anemia defisiensi zat besi berat untuk meningkatkan oksigen ibu.
Dapat diindikasikan pada adanya anemia berat.
Stres yg tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas kehamilan dengan penerimaan normal dari kehamilan atau janin.
Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.
14Tugas Maternitas : Hidramnion
3. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
kelemahan umum
c) Berikan akses 24 jam pada tim
perawat kesehatan.
d) Kaji tingkat stres klien/pasangan
berkenaan dengan komplikasi medis.
e) Kaji respon fisilogis terhadap ansietas
(TD, nadi)
a) Anjurkan klien mengikuti aktifitas
dengan istirahat yg cukup.
b) Anjurkan istirahat yg adekuat dan
penggunaan posisi miring kiri.
c) Anjurkan menghindari perjalanan dan
perubahan ketinggian pada trimester
ke-3
d) Tekankan pentingnya aktifitas
hiburan yg tenang.
e) Anjurkan tirah baring yg
dimodifikasi/komplit sesuai indikasi
Ansietas dapat dikurangi apabila informasi atau bantuan telah ada.
Hubungan keluarga yg buruk dan tidak tersedianya sistem pendukung dapat meningkatkan tingkat stres.
Anxietas/stres dapat disertai dgn pelepasan katekolamin, menciptaka respon fisik yg mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian meningkatkan anxietas.
Menghemat energi dan menghindari penegrahan tenaga terus menerus untuk meminimalkan kelelelahan/kepekaan uterus.
Meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan/ aktifitas uterus
Gerakan perjalanan, posisi duduk yg lama, dan penrunana ksigen tampak menurunkan kepekaan uterus.
Mencegah kebosanan dan
15Tugas Maternitas : Hidramnion
4 Kurang pengetahuan
b/d tidak mengenal
resiko individu pada
penatalaksanaan
hidramnion
a) Beri informasi mengenai hidramnion
dengan penjelasan yg singkat dan
sederhana sesuai tingkat pendidikan
klien dan keluarga dari perubahan
patofisiologis dan implikasi.
b) Beri informasi yg tepat berkenaan dgn
skrining dan metode test seta
prosedur.
c) Identifikasi tanda-tanda bahaya yg
memerlukan pemberitahuan segera
terhadap pemberi keperawatan (KPD,
persalinan preterm, perdarahan
vagina)
d) Tekankan pentingnya melaporkan
peningkatan atau perubahan rabas
vagina.
e) Anjurkan klien untuk mengkaji
meningkatkan kerja sama dgn pembatasan aktifitas.
Tingkat aktifitas mungkin perlu modifikasi tergantung pada gejala aktifitas uterus, perubahan servix atau perdarahan.
Tingkat pengetahuan berdampak langsung pada hasil kehamilan beresiko tinggi khususnya hidrmanion.
Pemahaman ttg tes dapat menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama klien.
Pengenalan situas beresiko mendorong evaluasi/interensi segera, yg dapat meningkatkan atau membatasi hasil.
Dapat menunjukkan perubahan servix, menandakan kebutuhan untuk pemeriksaaan terhadap infeksi
16Tugas Maternitas : Hidramnion
4. Resiko tinggi cedera
terhadap janin b/d
hidramnion
tonus/kontraksi uterus satu jam sekali
atau dua kali sehari.
a) Kaji terhadap mual/muntah
berlebihan.
b) Bantu dalam skiring dan
mengidenfikasi kelainan
genetik/kromosom.
c) Kaju denyut jantung
janin(DJJ),perhatikan frekuensi dan
regularitas.Biarkan klien memantau
gerakan janin setiao hari sesuai
indikasi.Perhatikan adanya kondisi
ibu yang berdampak pada DJJ.
d) Kaji atau periksa adanya kontraksi
uterus preterm, yang mungkin
vagina yg dapat mencetuskan persalinan praterm/KPD
Meskipun kontraksi uterus terjadi kadang-kadang, dilatasi servix dapat terjadi bila kontraksi terjadi tiap 10 menit atau kurang selama periode satu jam.
Memanjakan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.Perkembangan hipermesis gravidum memerlukan perawatan di rumah sakit.
Kelaianan seperti fenilketonuria tindakaan yang khusus untuk mencegah efek negatif pada pertumbuhan janin.
Takikardia pada janin yang term dapat menandakan mekanisme kompensasi untuk menurunkan kadar oksigen dan/atau sepsis.
17Tugas Maternitas : Hidramnion
ataupun tidak diertai dengan dilatasi
serviks.
e) Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa
fetoprotein serum (AFP) pada gestasi
minggu ke-14 sampai ke-16 dan
amniosintesis bila kadar abnormal.
f) Beri suplemen oksigen sesuai
kebutuhan.
Terjadi pada 6%-7% dari semua kehamilan dan dapat mengakibatkan kelahiran janin preterm.
Dengan kerusakan tube neural (paling umum spina bifida dan anensefali), AFP ada pada serum maternal pada tingkat 8x lebih tinggi dari normal pada gestasi minggu ke-15. Kemudian menurun sampai term.
Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada kasus hidramnion dimana Ibu mengalami sesak nafas.
18Tugas Maternitas : Hidramnion