29
BAB I PENDAHULUAN Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air, menjuluki suatu kehamilan dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing, sehingga seolah- olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang. Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut hidramnion saja. Kasus polihidramnion berkisar 0.5 - 1 % dari kehamilan. Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa 1 Tugas Maternitas : Hidramnion

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos

tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air, menjuluki suatu kehamilan

dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air

ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel

(endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan peresapan

cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban

dihasilkan air kencing janin.

Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali

dalam bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang.

Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air

ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang

bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air

ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion

atau kadang disebut hidramnion saja. Kasus polihidramnion berkisar 0.5 - 1 % dari

kehamilan.

Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban

bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume

air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan 5

liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi sebelum umur kehamilan

mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar,

salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak

diketeahui sebabnya.

Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko

kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan

pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan

terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi

dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya

kesejahteraan janin

1Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Polihydramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu kedaan

dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan

cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.

Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI)>20 atau lebih. Merupakan

komplikasi pada kehamilan yang menyebabkan ibu dan janin dalam kondisi beresiko. Ini

dapat menyebabkan ketuban pecah dini, sehingga ,muncul resiko terjadinya infeksi

tambahan dan prolaps korda, dan persalinan prematur akibat peningkatan tekanan pada

interauterin.

Hidramnion dapat berkembang secara :

1. Mendadak/akut

a. Mendadak jika terjadi kenaikkan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau

berlangsung dalam waktu 14 hari

b. Terdapat keluhan di antaranya:

- Tidak nyaman

- dispneu ( sesak nafas )

- Takikardi dapat terjadi

c. Hidramnion mendadak/akut memerlukan terapi dengan segera untuk mengurangi

keluhan penderita

d. Komplikasi maternal hidramnion di antaranya :

- Morbiditas-mortalitas makin tinggi oleh karena kelainan congenital janin

- Terjadi persalinan prematuritas beserta akibatnya

- lebih sering terjadi solusio plasenta

- lebih sering terjadi ketuban pecah spontan

- Gangguan sirkulasi retroplasenta menyebabkan :

Hipoksia janin-fetal distress

Asidema – gangguan metabolism

2. Hidramnion menahun

a) Kejadiannya berlangsung lebih lama dari 14 hari

b) Keluhannya tidak terlalu berat dan mendadak

2.2 Etiologi

2Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 3: BAB I

Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori

hidramnion terjadi karena :

a. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel

amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam

ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.

b. Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti

dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi

oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu.

Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,

anencephalus atau tumor-tumor placenta.

Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena

transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak

anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna

hingga anak ini kencing berlebihan.

Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli

mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih

kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena

luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan

placenta besar.

Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,

Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:

a. Produksi air jernih berlebih

b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu

hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital

c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.

Alhasil volume ketuban meningkat drastis

d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.

e. Ada proses infeksi.

f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat

sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan

g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol

h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

3Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 4: BAB I

2.3 Patofisiologi

Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat

mirip dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan

molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit

janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan

amnion (Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini

hampir pasti secara bermakana mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada

kasusu hidramnion epitel emnion sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion

belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan

kimiawi pada cairan amnion.

Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa

mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini

dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin yidak

dapat menelan, seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya

mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970)

mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasusu hidramnion berat, janin

menelan cairan amnion dalam jumlah yang cukup banyak.

Pada kasus anensefalus dan spina bifida, factor etiologinya mungkin adalah

meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion.

Penjelasan lain yang mungkin pada anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan,

adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak

terlindungi atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin

vasopresin. Hal yang sebaliknya telah dijelaskan, bahwa kelainan janin yang

menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion.

Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga masih

belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu

menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk

(1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes

gestasional mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan

peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan

control nondiabetik. Yang menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita

nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai pada wanita diabetik.

4Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 5: BAB I

5Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 6: BAB I

2.4 Diagnosis

1. Anamnesis

a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa

b. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak

c. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-

keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma,

seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis

d. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah

e. Edema pada tungkai, vulva, dinding perut

f. Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak.

2. Inspeksi

a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit

jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar

b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah

membawa kandungannya

3. Palpasi

a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan

tungkai

b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya

c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali

e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi

kesalahan-kesalahan letak janin

4. Auskultasi

Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali

5. Rontgen foto abdomen

a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang

banyak janin tidak jelas

b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan

etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)

6. Pemeriksaan dalam

Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his

6Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 7: BAB I

2.5 Penatalaksanaan

Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase:

1. Waktu hamil

a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan

terapi simptomatis.

b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi

uterus.

c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan masukan

serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep karena terdapat

kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan tekanan uterus.

d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat efektif

dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.

e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau

menghentikan persalinan premature.

f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit

untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai

adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan

perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari

dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan

dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.

Komplikasi pungsi dapat berupa :

1) Timbul his

2) Trauma pada janin

3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan

4) Infeksi serta syok

bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai

placenta, maka pungsi harus dihentikan.

2. Waktu partus

a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.

b) Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau

menghentikan persalianan premature.

c) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi

transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai

7Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 8: BAB I

jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan

keluar pelan-pelan

d) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk

menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju

kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar

pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,

syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum

karena atonia uteri.

3. Post partum

a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya

lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat

uterotonika .

b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum

c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk

menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.

d) Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap factor yang dapat membuatnya

tidak mampu menelan in utero.

Terapi Medis :

Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap;

darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal, ultrasonografi.

Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :

1. Hidramnion menahun.

Terapi yang diberikan adalah obat oral :

a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari

Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan jumlah air

ketuban

Kerugiannya :

- Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju

SSP

- Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi perubahan

hemodinamik setelah lahir.

8Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 9: BAB I

b. Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk

menetapkan AFI atau poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat

dihindari terjadinya oligohidramnion.

2. Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.

Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :

a) Amniosestesis

Dinding abdomen didesinfeksi

Tutup dengan duk steril sekitarnya

Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke kavum

uteri dengan tuntunan USG

Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan.

Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan usia kehamilan

kurang dari 35 minggu

Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :

-Sebagai induksi persalinan premature

-Terjadi solusio plasenta

-Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan intrauteri

-Infeksi khoriomanionitis

Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi profilaksis

mortalitas maternal.

b) Memecahkan ketuban

Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu, tetapi

memiliki kelainan congenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi. Amniotomi

dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan mengharapkan

“euthanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan

kongenitalnya bersifat fatal.

Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan congenital yang berat, tanpa

memandang usia kehamilannya. Sudah tentu pertimbangan ini diambil setelah

mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk “informed consent” sehingga jika

terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.

3. Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi

merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran :

9Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 10: BAB I

a.Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.

b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan janin

akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.

Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :

a. Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.

b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras akan

meningkatkan tindakan seksio sesarea pada hidramnion

BAB III

10Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 11: BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN HIDRAMNION

3.1 Pengkajian

a. Lakukan pengkajian fisik

I. Aktifitas

kelelahan,

aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya

II. Sirkulasi

TD dan nadi mungkin menurun yang berhuungan dengan kompresi vena kava

DJJ sulit terdengar

Waspada terhadap adanya deselerasi variebelyang dapat berindikasi prolaps tali

pusat

Sionasis

III. Integritas ego

Kehamilan biasanya direncanakan

IV. Eliminasi

Konstipasi,

Oliguria berat

V. Makanan dan carian

Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada

edema karena uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma

dan pembuluh darah pelvis

VI. Neurosensori

Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia

gravis, paralisis)

VII. Pernapasan

Sesak nafas yang parah

VIII. Seksualitas

Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya

Vulva dan perineum membengkak

Kaji diameter pelvis

IX. Pemeriksaaan diagnostik

USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.

11Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 12: BAB I

Amniosintesis : cairan amnion dikeluarkan ±500cc tiap tindakan

Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional.

Ibu yang mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami

hidramnion.

Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit

meningkat

Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria

Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan

pembekuan bila ada perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko

terjadinya perdarahan sangat tinggi.

b. Riwayat kesehatan

Riwayat adanya komplikasi klinis (diabetes, penyakit ginjal, masalah jantung,

asma, TBC, Nefritis)

Riwayat masalah menstruasi seperti kram, atau uterus peka rangsang.

Riwayat partus dengan bayi makrosomia, malformasi janin, dan gestasi

multiple.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a) Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion

(Marilynn E. Doenges, 2001)

b) Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui (Marilynn E. Doenges, 2001)

c) Intoleransi aktivitas b/d dispneu

(Adelle Pillateri, 2002)

d) Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan

hidrmnion ( Marilynn E. Doenges, 2001)

e) Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion

12Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 13: BAB I

3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Intervensi (NIC) Rasional

1 Kerusakan pertukaran

gas b/d tekanan pada

diafragma, sekunder

akibat hidramnion

a) Kaji kelainan pernapasan yg dapat

mempengaruhi fungsi paru, seperti

asma atau tuberkulosis, frekuensi

pernapasan, atau upaya ibu dan

munculnya bunyi nafas.

b) Perhatikan kondisi yg menimbulkan

perubahan vaskular/penurunan

sirkulasi plasenta (mis : diabetes,

masaalah jantung) atau yg mengubah

kapasitas pembawa oksigen (mis :

anemia, hemoragi)

c) Pantau TD dan nadi

d) Tingkatkan istirahat di tempat

tidur/kursi pada posisi tegak atau

semifowler bila upaya pernafasan

menurun

e) Anjurkan pasien u/ melakukan posisi

miring kiri.

f) Tinjau ulang sumber vitamin C, zat

Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau selama kehamilan, yang meenurunkan atau mempengaruhi kapasitas pertukaran oksigen, menganggu pertukaran gas normal.

Luasnya masalah vaskular maternal dan penurunan kapasiatas pembawa oksigen berpengaruh langsung pada sirkulasi dan pertukaran gas uteroplasenta.

Peningkatan TD dpt menandakan HAK; penurunan TD dan peningkatan nad dpt menyertai hemoragi.

Menurunkan upaya pernapasan dan meningkatkan konsumsi oksigen sesuai penurunan diafragma, meningkatakan diameter dada vertikal.

Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta, juga merupakan posisi efektif untuk mencegah

13Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 14: BAB I

2. Anxietas b/d hasil

kehamilan yang tidak

diketahui

besi,dan protein. Identifikasi zat-zat

yg membantu absorbsi zat besi (asam

sedang, vit. c) dan yg menurunkan

absorbsi (alkalin sedang, susu).

g) Beri obat-obat sesuai indikasi :

Teofilin

Besi dekstran (inferon)

h) Beri oksigen suplemental

a) Perhatikan tingkat ansietas dan

derajat pengaruh terhadap

kemampuan untuk membuat

keputusan

b) Berikan kehangatan secara emosional

dan situasi medukung dan terima

klien/pasangan seperti adanya

mereka.

syndrom hipotensi terlentang.

Ketidakadekuatan nutrsi mengakibatkan anemia defisiensi zat besi dan dapat menimbulkan masalah transpor oksigen.

Mendilatasi bronkial, ttp dpt dihubungkan dgn efek samping takikardi pada klien atau janin

Pemberian parenteral mungkin perlu pada adanya anemia defisiensi zat besi berat untuk meningkatkan oksigen ibu.

Dapat diindikasikan pada adanya anemia berat.

Stres yg tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas kehamilan dengan penerimaan normal dari kehamilan atau janin.

Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.

14Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 15: BAB I

3. Intoleransi aktifitas

berhubungan dengan

kelemahan umum

c) Berikan akses 24 jam pada tim

perawat kesehatan.

d) Kaji tingkat stres klien/pasangan

berkenaan dengan komplikasi medis.

e) Kaji respon fisilogis terhadap ansietas

(TD, nadi)

a) Anjurkan klien mengikuti aktifitas

dengan istirahat yg cukup.

b) Anjurkan istirahat yg adekuat dan

penggunaan posisi miring kiri.

c) Anjurkan menghindari perjalanan dan

perubahan ketinggian pada trimester

ke-3

d) Tekankan pentingnya aktifitas

hiburan yg tenang.

e) Anjurkan tirah baring yg

dimodifikasi/komplit sesuai indikasi

Ansietas dapat dikurangi apabila informasi atau bantuan telah ada.

Hubungan keluarga yg buruk dan tidak tersedianya sistem pendukung dapat meningkatkan tingkat stres.

Anxietas/stres dapat disertai dgn pelepasan katekolamin, menciptaka respon fisik yg mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian meningkatkan anxietas.

Menghemat energi dan menghindari penegrahan tenaga terus menerus untuk meminimalkan kelelelahan/kepekaan uterus.

Meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan/ aktifitas uterus

Gerakan perjalanan, posisi duduk yg lama, dan penrunana ksigen tampak menurunkan kepekaan uterus.

Mencegah kebosanan dan

15Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 16: BAB I

4 Kurang pengetahuan

b/d tidak mengenal

resiko individu pada

penatalaksanaan

hidramnion

a) Beri informasi mengenai hidramnion

dengan penjelasan yg singkat dan

sederhana sesuai tingkat pendidikan

klien dan keluarga dari perubahan

patofisiologis dan implikasi.

b) Beri informasi yg tepat berkenaan dgn

skrining dan metode test seta

prosedur.

c) Identifikasi tanda-tanda bahaya yg

memerlukan pemberitahuan segera

terhadap pemberi keperawatan (KPD,

persalinan preterm, perdarahan

vagina)

d) Tekankan pentingnya melaporkan

peningkatan atau perubahan rabas

vagina.

e) Anjurkan klien untuk mengkaji

meningkatkan kerja sama dgn pembatasan aktifitas.

Tingkat aktifitas mungkin perlu modifikasi tergantung pada gejala aktifitas uterus, perubahan servix atau perdarahan.

Tingkat pengetahuan berdampak langsung pada hasil kehamilan beresiko tinggi khususnya hidrmanion.

Pemahaman ttg tes dapat menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama klien.

Pengenalan situas beresiko mendorong evaluasi/interensi segera, yg dapat meningkatkan atau membatasi hasil.

Dapat menunjukkan perubahan servix, menandakan kebutuhan untuk pemeriksaaan terhadap infeksi

16Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 17: BAB I

4. Resiko tinggi cedera

terhadap janin b/d

hidramnion

tonus/kontraksi uterus satu jam sekali

atau dua kali sehari.

a) Kaji terhadap mual/muntah

berlebihan.

b) Bantu dalam skiring dan

mengidenfikasi kelainan

genetik/kromosom.

c) Kaju denyut jantung

janin(DJJ),perhatikan frekuensi dan

regularitas.Biarkan klien memantau

gerakan janin setiao hari sesuai

indikasi.Perhatikan adanya kondisi

ibu yang berdampak pada DJJ.

d) Kaji atau periksa adanya kontraksi

uterus preterm, yang mungkin

vagina yg dapat mencetuskan persalinan praterm/KPD

Meskipun kontraksi uterus terjadi kadang-kadang, dilatasi servix dapat terjadi bila kontraksi terjadi tiap 10 menit atau kurang selama periode satu jam.

Memanjakan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.Perkembangan hipermesis gravidum memerlukan perawatan di rumah sakit.

Kelaianan seperti fenilketonuria tindakaan yang khusus untuk mencegah efek negatif pada pertumbuhan janin.

Takikardia pada janin yang term dapat menandakan mekanisme kompensasi untuk menurunkan kadar oksigen dan/atau sepsis.

17Tugas Maternitas : Hidramnion

Page 18: BAB I

ataupun tidak diertai dengan dilatasi

serviks.

e) Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa

fetoprotein serum (AFP) pada gestasi

minggu ke-14 sampai ke-16 dan

amniosintesis bila kadar abnormal.

f) Beri suplemen oksigen sesuai

kebutuhan.

Terjadi pada 6%-7% dari semua kehamilan dan dapat mengakibatkan kelahiran janin preterm.

Dengan kerusakan tube neural (paling umum spina bifida dan anensefali), AFP ada pada serum maternal pada tingkat 8x lebih tinggi dari normal pada gestasi minggu ke-15. Kemudian menurun sampai term.

Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada kasus hidramnion dimana Ibu mengalami sesak nafas.

18Tugas Maternitas : Hidramnion