14
 BAB I LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari media massa. Media massa merupakan suatu bentuk komukasi antara komunikan dan komunikator. Media massa bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam penyampaian informasi tersebut media massa selalu menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik. Oleh karena itu, Bahasa Indonesiia jurnalistik yang digunakan haruslah mengikuti kaidah Bahasa Ind onesia yang baik dan benar tan pa men ghi langka n uns ure jur nal ist ik itu sen dir i. Kesala han pengg unaan bahasa Indon esia dalam media massa dapat menyebab kan kesal ahan  penggunaan bahasa Indonesia masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa selalu menyumbangkan hal-hal baru yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Tidak semua lapisan masya rakat dapat memilih hal-h al baru yang sesu ai deng an kaidah  bahasa Indonesia. Hanya kalangan tertentu yang dapat melakukannya seperti kalangan yang  berlatar belakang bahasa. Untuk menghind ari peng gunaa n Bahas a Indo nesia yang tidak sesuai dengan kaida h Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis memilih 2 buku yang membahas secara detail tentang bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar. Buku yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut : Buku Pertama Judu l Buku : Ini la h Bah as a Ind ones ia Jurn al is ti k Penulis : Tri Adi Sarwoko Tahun Terbit : 2007 Penerbit : C.V ANDI OFFSET Te mpat Ter bi t : Yo gyakarta Tebal Buku : 222 halaman Buku Kedua Judul bu ku : Kali mat Ju rn al isti k: Panduan Mencermat i Pen uli san Be ri ta Penulis : A.M. Dewabrata Tahun Terbit : 2004 Tahun terbit : Jakarta Penerbit : Buku Kompas Tebal buku : 204 halaman Kedua isi buku tersebut merupakan sumber bacaan yang mudah untuk dicerna oleh semua kalangan. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang telah dimengerti oleh masyarakat umum, susunan kata dan kalimat yang ringan, pembahasan isi yang lengkap dan uraian penjelasan dan contoh-contohnya mudah dipahami. Page 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 1/14

BAB I

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari media massa. Media massamerupakan suatu bentuk komukasi antara komunikan dan komunikator. Media massa bertujuan

memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam penyampaian informasi tersebut media massa

selalu menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik.

Oleh karena itu, Bahasa Indonesiia jurnalistik yang digunakan haruslah mengikuti kaidah

Bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa menghilangkan unsure jurnalistik itu sendiri.

Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa dapat menyebabkan kesalahan

 penggunaan bahasa Indonesia masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa selalu

menyumbangkan hal-hal baru yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Tidak semua lapisan masyarakat dapat memilih hal-hal baru yang sesuai dengan kaidah

 bahasa Indonesia. Hanya kalangan tertentu yang dapat melakukannya seperti kalangan yang

 berlatar belakang bahasa.

Untuk menghindari penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah

Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis memilih 2 buku yang membahas secara detail

tentang bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar.

Buku yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :

Buku Pertama

Judul Buku : Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik 

Penulis : Tri Adi Sarwoko

Tahun Terbit : 2007

Penerbit : C.V ANDI OFFSET

Tempat Terbit : Yogyakarta

Tebal Buku : 222 halaman

Buku Kedua

Judul buku : Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan BeritaPenulis : A.M. Dewabrata

Tahun Terbit : 2004

Tahun terbit : Jakarta

Penerbit : Buku Kompas

Tebal buku : 204 halaman

Kedua isi buku tersebut merupakan sumber bacaan yang mudah untuk dicerna oleh semua

kalangan. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang telah dimengerti oleh masyarakat umum,

susunan kata dan kalimat yang ringan, pembahasan isi yang lengkap dan uraian penjelasan dan

contoh-contohnya mudah dipahami.

Page 1

Page 2: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 2/14

Kedua buku ini saling melengkapi, buku yang pertama membahas berbagai hal

sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik, dimulai dari hal yang mendasar hingga

 perkembangan bahasa jurnalistik masa kini. Buku yang kedua, memusatkan pembahasa tentang

 panduan-panduan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalimat jurnalistik.

Jadi dengan membaca kedua buku tersebut, kita dapat mengetahui secara mendalam

seperti apa bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya.

Page 2

Page 3: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 3/14

BAB II

KECONDONGAN PEMBAHASAN BUKU (TEORI)

Dari teori dan pendapat yang dikemukakan oleh penulis buku “Inilah Bahasa Indonesia

Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” lebih condong membahas bahasa Indonesia jurnalistik 

 pada media massa (Media Cetak). Perbedaan kajian/kecondongan pembahasan kedua buku akan

dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:

a. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”

Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang berbagai hal 

 yang sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik . Dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga

 perkembangan bahasa Indonesia masa kini. Beberapa teori yang mendukung hal tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Menurut Anton M.Moeliono (1994), diantara laras bahasa jurnalistik dan ragam bahasa

 baku saling membutuhkan.

2. Bahasa yang digunakan media massa berstandar kepada bahasa baku, tetapi pemakaian

 bahasa baku di media massa memang berbeda. Bahasa jurnalistik harus santai, meskipun

harus tetap memperhatikan norma-norma kebahasaan. Bagaimanapun, bahasa harus memiliki

aturan-aturan yang tak dapat dilanggar.

3. Kata pakar bahasa Gorys Keraf, kepada harian “Berita Buana” (17 April 1991), ragam

 bahasa jurnalistik ada kemerdekaan pengungkapan seperti halnya bahasa sastra.

4. Hasan Janus (Kompas, 8 Oktober 1999) mengatakan “Suatu tulisan akan dipandang

 benar-benar sebagai karya satra ketika dipandang dari sudut sastra. Tetapi ketika dipandang

dari sudut jurnalistik, tulisan itu benar-benar menjadi karya jurnalistik.”

5. Menurut guru besar Linguistik Harimurti Kridalaksana, yang terjadi kini justru bahasamedia massa dipakai sebagai model penggunaan bahasa.

6. Suroso (2001) dengan agak sengit menyebutkan penyimpangan media massa yang lain

adalah penghilangan imbuhan dalam judul berita. Namun penghilangan imbuhan dalam judul

merupakan satu penyimpangan yang boleh dilakukan, (kesepakatan tidak tertulis antara

insane pers)

7. Anhar Gonggong, pakar sejarah juga pengamat komunikasi mengatakan “Media massa

 pada dasarnya juga alat mendidik. Dengan bahasa yang baik dan tepat, apa yang dimaksud

akan dengan mudah dan cepat dipahami.”

Page 3

Page 4: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 4/14

8. Setiap pengelola media harus menyadari bahwa medianya dibaca banyak orang sehingga

ada kemungkinan bahasa medianya dijadikan model ketika orang belajar menulis (Sarwoko,

2000).

9. Bahasa pers pun harus patuh terhadap penggunaan bahasa yang benar. Malah pada karya

latihan wartawan akhir tahun 1978 (Siregar, 1998:91) disepakati “wartawan hendaknya secara

konsisten melaksanakan pedoman Ejaan yang Disempurnakan.” Yang dimaksud dengan ejaan

 bukan cuma tanda baca, melainkan juga ejaan kata.

10.Alwi et al . (1993:349) mengatakan bahwa kalimat adalah kesatuan terkecil, dalam wujud

lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

11.“Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya. Itu terjadi

karena kalimat itu terdiri dari dua bagian yang tidak cocok hubungannya.” (Badudu,

1998:113).

12. “Itulah idiom, maknanya tak dapat ditangkap melalui kata-kata yang membentuknya”

(Keraf, 1991:109)

Selain teori-teori diatas, fakta atau bukti lain yang menguatkan kecondongan pembahasan

 bahasa jurnalistik pada media massa adalah pengutipan/pengambilan contoh-contoh berasal dari

 beberapa media massa yang beredar. Misalnya Republika, Kompas, Kontan, Rakyat Merdeka,

Media Indonesia, Tempo, Peluang, Suara Pembaruan, Panji Masyarakat, Forum Keadilan, Gatra,

Matra dan DR.

b. Buku “Kalimat Jurnalistik”

Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang  pedoman-

 pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat jurnalistik . Uraian pada buku ini

disampaikan dengan penjelasan serta contoh-contoh yang mudah dipahami. Beberapa teori yang

mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dr. Jalaluddin Rakhmat, pakar ilmu komunikasi massa dari Universitas

Padjajaran, Bandung, memberi makna komunikasi massa sebagai “jenis komunikasi yang

ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media

cetak maupun elektronis sehingga peasan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar,

majalah, radio, televise, dan film.

2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kalimat sebagia kata

 benda adalah “kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.

Page 4

Page 5: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 5/14

3. Bahasa ragam jurnalistik yang baik bias ditengarai dengan kalimat-kalimat yang

mengalir lancer dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata populer (populasi) yang

merakyat akrab di telingan masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku

formal sulit dicerna.

4. Susunan kalimat jurnalistik yang baik, akan menggunakan kata-kata yang paling

 pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung

dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.

5. Dengan menggunakan kalimat yang tersusun sesuai ragam jurnalistik, penulis

(tepatnya wartawan) bisa menuntun pembaca (pendengar) memahami berita setepat dan

seakurat mungkin, sebagaimana pesan yang dikehendaki si penulis/wartawan. Untuk 

menyajikan berita kepada masyarakat, bisa saja menggunakan ragam bahasa biasa (pasar).

Tetapi, dengan cara itu kerawanan distorsi tidak dimasukkan dalam hitungan (uncareable)

atau dengan kata lain kemungkinan adanya distorsi tak digubris.

6. Kalimat jurnalistik bukan sekedar mematuhi hokum-hukum gramatikal bahasa,

 pembentukan kata turunan, maupun idiomatiknya, tetapi membutuhkan kiat tersendiri agar 

 pesan yang disampaikan oleh komunikator (sumber berita, dan wartawan serta para

 pengasuh media massa) dapat tersalur dengan utuh ke benak komunikan.

7. Kalimat yang baik, menurut guru besar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys

Keraf, ”harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok”.

“Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepadakesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan sama sekali.”

8. “Kesatuan gagasan janganlah pula d iartikan bahwa hanya terdapat suatu ide

tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan pokok atau

lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat dan objek.

Page 5

Page 6: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 6/14

BAB III

RESENSI BUKU

I. JUDUL BUKU “INILAH BAHASA INDONESIA JURNALISTIK”

Bahasa Indonesia jurnalistik sering disinisi sebagai perusak. Bahasa Indonesia

meski bahasa jurnalistik tetap patuh pada kaidah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia

 jurnalistik memang memiliki kekhasan karena digunakan sebagai media penyampai

informasi. Kebutuhan memberi informasi yang padat, singkat, jelas dan menariklah yang

membuat bahasa jurnalistik menjadi sedikit berbeda dengan BahasaIndonesia baku.

Bahasa jurnalistik bahkan banyak menyumbang kata dalam kosa Bahasa Indonesia.

Kata Anda, heboh, santai, sadis dan nyaris adalah sedikit contoh dari begitu banyak kata

yang dilempar oleh kaum jurnalis ke dalam Bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, bahasa

 jurnalistik pun banyak menyumbang ragam kalimat dalam Bahasa Indonesia.

Buku ini membahas berbagai hal sehubungan dengan Bahasa Indonesia jurnalistik,

dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga perkembangan bahasa jurnalisitik masa kini.

Buku ini terdiri dari empat bab. Ringkasan isi bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I : Bahasa Indonesia Jurnalistik  

Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media massa

untuk menyampaikan informasi. Dari sisi penggunaan bahasa, bahasa jurnalistik disebut

ragam bahasa tengah-tengah atau medial (bahasa yang terletak diantara ragam baku dan

santai, antara lisan dan tulis). Bahasa jurnalistik masa kini lebih kaya warna karena bukan

Cuma bertugas menyampaikan informasi tetapi juga menyuguhi bahasa yang enak dan

indah bagi pembaca.

Media massa dapat mempengaruhi perkembangan bahasa masyarakat. Penggunaan

 bahasa yang salah pada media massa akan dengan mudah diikuti oleh masyarakat.

Bab II : Ejaan dan Tata Tulis Media Massa

Ejaan adalah sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambing bunyi tertentu dan

tanda-tanda tertentu agar dapat saling memahami. Ejaan mengupayakan komunikasi tertulis

sama baiknya dengan komunikasi lisan.

Page 6

Page 7: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 7/14

Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian ejaan. Yang pertama kali

adalah ejaan van ophusyen dan yang sekarang kita gunakan adalah ejaan yang

disempurnakan (EYD). Perubahan tersebut adalah upaya agar selalu mengikuti

 perkembangan zaman, supaya konsep-konsep baru yang berkembang tertampung semua

dalam ejaan yang baru.

Pada media massa, terjadi beberapa perubahan pada EYD karena media massa

memanfaatkan suatu bagian ejaan sebagai  style. Meskipun ejaan dalam pers dapat disebut

ejaan media massa, tetap saja pers tidak dapat semena-mena dalam mengeja. Ejaan yang

mengalami perubahan tersebut adalah abjad, pemenggalan kata, huruf besar, huruf miring,

huruf tebal dan tanda baca. Pada bab II ini, kita akan mengetahui ejaan yang benar dalam

 bahasa Indonesia jurnalistik.

Pada media massa ada pola gaya atau pemakaian bahasa yang mandiri. Pola

tersebut dapat dilihat pada penulisan baris nama, angka, gelar akademis, judul dan nama.

Bab III : Kata yang Memperjelas Informasi

Kata yang mengandung makna akan informasi yang ingin disampaikan pada

 pembaca. Oleh karena itu kecermatan sangat diperlukan dalam menggunakan kata.

Pemakaian kata yang serampangan dapat menyebabkan tujuan penyempaian informasitidak terlaksana sehingga maksud penulis tidak sama dengan yang ditangkap pembaca.

Selain itu diperlukan kecermatan pembentukan kata yang akan menyebabkan

 perbedaan makna yang jauh berbeda dengan kata asalnya. Hal lain yang harus diperhatikan

adalah perilaku kata, ejaan kata, pembentukan kata, pilihan kata, kata tugas, istilah,

singkatan, akronim dan kependekan.

Bab IV : Kalimat yang Informatif  

Setelah membahas kata, berikutnya adalah kalimat. Informasi disampaikan dengan

kalimat. Pembentukan kalimat yang mengikuti kaidah pengalimatan akan memperjelas

informasi yang ingin disampaikan. Suatu kalimat harus memiliki subjek dan predikat.

Subjek adalah pokok atau inti kalimat. Keduanya tidak dapat dipisahkan.

Kalimat dapat dikembangkan dengan memberi keterangan terhadap predikat atau

subjek. Penambahan keterangan dilakukan untuk lebih memperjelas maksud kalimat.

Kalimat juga harus merupakan kalimat baku yang berterima, dimengerti dan dipahami

semua orang. Kalimat yang tak berterima sering dijumpai di media massa karena media

Page 7

Page 8: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 8/14

massa sering melakukan beberapa kesalahan seperti pelesapan imbuhan, penggunaan

konjungsi ganda dan kontaminasi.

Agar kalimat tidak terkesan monoton, kita dapat membuat variasi kalimat. Beberapa

variasi kalimat yang acap kali digunakan di media massa adalah kalimat inversi, kalimat

topic-komen, kalimat partisipal dan kalimat yang menjelaskan informasi dengan

 penekanan. Pembaca juga dapat dipikat dengan menggunakan beberapa kekayaan yang

terdapat dalam bahasa Indonesia seperti idiom dan peribahasa.

Dalam kalimat juga harus diperhatikan ekonomi bahasa yang dapat dilakukan

dengan menghilangkan kata yang tidak perlu dari suatu kalimat (ekonomi bahasa). Untuk 

melakukan ekonomi bahasa, yang perlu dihindari adalah penggunaan kata mubasir, bentuk 

ulang penjamakan, kata/frase yang sama arti dan kata penat.

II. JUDUL BUKU “KALIMAT JURNALISTIK: PANDUAN MENCERMATI

PENULISAN BERITA”

Bahasa ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai oleh para pengasuh

media massa untuk menyajikan berita bagi audiensnya. Bahasa ragam jurnalistik, yang juga

disebut sebagai bahasa koran atau bahasa media massa, ditengarai memiliki kalimat danalinea yang pendek-pendek, bahasanya pun enak di baca. Lebih dari itu etika dasar 

 jurnalistik menuntut agar bahasa di media massa menyiratkan kejujuran, hangat, akurat,

sopan, tidak dibenarkan menggunakan kata-kata yang kasar, atau pun yang menyakiti hati

orang. Kutipan tidak boleh diubah-ubah sembarangan apalagi tanpa alasan yang mendasar.

Melalui buku "Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita ini" yang

ditulis oleh A.M. Dewabrata, diuraikan pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan dalam

menyusun kalimat jurnalistik.

1. Gunakan kalimat yang jelas dan jernih.

Dalam kalimat jurnalistik kalimat gunakan kalimat yang jelas dan jernih,

tidak ruwet, tidak keruh, kata dan kalimatnya populer. Kalimat yang digunakan

haruslah kalimat yang mengalir dan tidak tersendat.

2. Gunakan gaya bahasa sesuai beritanya.

Page 8

Page 9: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 9/14

Untuk "soft news", contohnya feature, sisipkan gaya bahasa yang menarik,

sehingga pembaca tidak akan membuang berita Anda. Berita "hard news", gaya

 bahasa digunakan adalah gaya bahasa yang memberi kesan dan suasana tertentu.

3. Gunakan kalimat yang dapat dinalar atau dilogika.

Dalam menulis sebuah berita, seorang wartawan haruslah selalu

menganggap pembacanya tidak tahu apa-apa, tidak punya referensi sedikitpun

untuk mencerna berita yang disuguhkan. Karena itu, seorang wartawan akan

menuangkan informasi selengkapnya dan sebaik mungkin dalam beritanya. Hal itu

untuk menghindari mengelabui dan menyesatkan pembaca.

4. Perhatikan keakuratan berita.

Sebuah berita haruslah akurat, karena jika tidak, berita tersebut tidak pantas

untuk dipercaya. Akurasi meliputi ketepatan mengutip sumber berita maupun data

dan fakta. Akurasi adalah suatu refleksi rasa tanggungjawab penulis (wartawan)dan

media massa yang bersangkutan. Ketidakakuratan dalam berita bisa menimbulkan

kerancuan dan bisa juga merugikan orang lain. Menyebut sumber berita serta pada

kesempatan informasi ataupun pernyataan yang diberikan disebut atribusi atau

"credit line". Hal itu perlu karena pembaca memperoleh gambaran dari mana

informsi didapat dan apa bisa dipercaya atau tidak.

5. Pilihlah kata yang tepat.

a. Perhatikan penggunaan kata “tidak”.

Perhatikan penggunaan kata tidak, karena kata ini berfungsi menegasikan

(menghambarkan atau mementahkan) makna yang terkandung di

 belakangnya. Dalam kalimat jurnalistik kata tidak, sebaiknya diletakkan

 paling dekat dengan kata yang dinegasikan. Meski demikian, perlu

kecermatan untuk menempatkan kata tidak dalam sebuah kalimat jurnalistik 

sehingga kita dapat menampilkan bahasa ragam jurnalistik yang benar, yang

mengutamakan kerjernihan pesan.

 b. Kata berkecenderungan.

Pemilihan kata untuk dipakai dalam penyusunan kalimat berita harus

mempertimbangkan kecenderungan konotasinya. Kata melalaikan,

mengabaikan, dan melecehkan, sama-sama punya makna tidak mau

Page 9

Page 10: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 10/14

menuruti atau tidak memerhatikan. Tapi, masing-masing kata itu

mengandung konotasi yang berbeda dan pesan yang dibawa juga berbeda

muatannya, sehingga kalimat yang terbentuk dengan kata itu juga akan beda

tampilan dan nuansanya.

c. Kata pungutan (adopsi)

Mengadopsi kata asing maupun daerah, atau mencipta sebuah kata baru,

hendaknya memerhatikan alam pikiran orang Indonesia. Karena itu untuk 

memadankan perlu dipikirkan bagaimana dan apa yang terbagus agar pesan

yang disampaikan lewat berita dapat dipahami.

6. Perhatikan juga penghematan kata.

Kata yang bertele-tele dan penuh dengan kata yang berbasa-basi, tidak cocok untuk 

 penulisan berita dan isi media pada umumnya. Karena itu amat penting untuk 

menulis berita yang pendek, padat, bernas, jelas, dan bersih. Kata-kata yang

mubazir harus dibuang, kalimat panjang dan benar-benar boros harus dipendekkan.

Tapi hal itu bukan harga mati mengingat keluwesan sebuah media massa. Kadang

sebuah kalimat pendek dipanjangkan apabila hal itu akan memperjelas maksud

sebuah kalimat. Patokan yang sebenarnya hanyalah soal kejernihan isi berita, agar 

 pesan sampai kepada pembaca dengan sempurna.

Hal yang disebutkan di atas perlu diperhatikan oleh orang yang akan terjun di dalam

dunia jurnalistik. Karena lewat media massa, secara langsung atau tidak langsung,

wartawan adalah pendidik bagi masyarakatnya. Jika pendidiknya pandai dan menggunakan

metode yang cerdas, maka ada harapan masyarakat yang mendapat pengetahuan dari media

massa menjadi pandai pula.

Page 10

Page 11: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 11/14

BAB IV

PENDAPAT DAN SARAN

1. Pemilihan kata/diksi yang digunakan pada kedua buku adalah kata-kata yang biasa

didengar oleh masyarakat. Tidak banyak penggunaan istilah asing yang belum jarang

didengar oleh masyarakat umum. Buku ini tidak hanya akan dimengerti oleh kalangan yang

mempunyai latar belakang dari bahasa saja, tetapi juga masyakat dari kalangan yang

mempunyai latar belakang selain bahasa, misalnya masyarakat umum atau mahasiswa dari

 berbagai bidang keilmuan yang berbeda. Penggunaan istilah yang belum umum didengar oleh

masyarakat umum pada buku “Kalimat Jurnalistik” lebih banyak dari pada buku “Inilah

Bahasa Indonesia Jurnalistik”, sehingga buku ini lebih mudah dipahami oleh masyarakat

umum.

2. Penyusunan kalimat pada buku “Kalimat Jurnalistik” lebih bervariasi dari pada buku

“Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”. Kalimat-kalimat yang digunakan buku “Kalimat

Jurnalistik” cenderung lebih panjang dari buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”.

3. Teori pendukung pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” lebih lengkap dan

cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis. Pada buku “Kalimat Jurnalistik”, teori

 pendukung juga sudah cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis, tetapi tidak 

sebanyak dan selengkap buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”.

4. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” membahas

 bahasa jurnalistik tetapi dari bagian yang berbeda. Buku “Inilah Bahasa Indonesia

Jurnalistik”, membahas bahasa Indonesia jurnalistik secara umum. Banyak hal yang

dituangkan penulis, mulai dari hal yang mendasar misalnya ejaan, tata tulis media massa

sampai penyusunan kalimat yang informatif.

Buku “Kalimat Jurnalistik” membahas bahasa Indonesia jurnalistik hanya pada bagian

 penyusunan kalimat jurnalistik pada media massa agar makna dan pesan pada penyampaian

 berita dipahami pembaca dengan tepat dan akurat.

5. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” menyediakan lampiran yang berisi kata-kata

 baku yang sering salah tulis pada media massa serta singkatan, akronim dan kependekan yang

sering digunakan di media massa. Oleh sebab itu, pembaca bisa menambah pengetahuan

tentang kata-kata baku dan sekaligus melakukan perubahan jika masih menulis kata-kata baku

yang belum benar.

Page 11

Page 12: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 12/14

6. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” memberikan

kontribusi yang besar terhadap semua kalangan, baik kalangan yang latar belakang

 pendidikan berhubungan dengan bahasa dan jurnalistik misalnya dari bahasa maupun tidak.

Kontribusi untuk kalangan bahasa dapat dirasakan secara langsung karena kedua buku

membahas tentang penulisan yang baik dan benar dalam suatu ragam bahasa yaitu bahasa

 jurnalistik. Begitu juga untuk kalangan yang berhubungan dengan bidang jurnalistik.

Kontribusinya juga besar, karena dengan membaca kedua buku ini mereka dapat menulis

suatu tulisan (misalnya berita) yang balik dan benar dengan mengikuti kaidah tata bahasa

Indonesia di suatu media massa.

7. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” ditulis/disusun dengan baik. Susunannya

sudah bagus dan sesuai sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain,

susunannya sistematis. Buku “Kalimat Jurnalistik” juga telah disusun dengan bagus.

Penyusunan antar bagian sesuai dengan kehirarkisan dalam membuat suatu kalimat yang baik 

dan benar serta menarik dalam sebuah media massa.

8. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” memiliki judul yang menarik. Dengan

membaca “Inilah bahasa Indonesia jurnalistik”, pembaca akan merasa penasaran atau tertarik 

dengan pembahasan dalam buku itu. Dalam pikiran pembaca, akan timbul suatu pertanyaan

 bagaimana bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya. Lain halnya dengan buku “Kalimat

Jurnalistik”. Judul buku yaitu “Kalimat Jurnalistik” tidak membuat suatu rasa penasaran pembaca. Jadi judul buku “Kalimat Jurnalistik” tidak semenarik buku “Inilah Bahasa

Indonesia Jurnalistik”.

9. Penulis buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik”

mempunyai pandangan yang hampir sama tentang bahasa jurnalistik media cetak/massa.

Menurut mereka, bahasa jurnalistik merupakan suatu ragam bahasa Indonesia yang

mempunyai karakteristik tertentuk seperti halnya ragam bahasa Indonesia pada bidang sastra

maupun hukum.

Pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”, dikatakan bahwa bahasa jurnalistik harus

menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Setiap kata dan kalimat harus tepat

ejaan dan tata tulisnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena

media massa adalah salah satu sumber bahasa yang paling dekat dengan masyarakat. Jika

masyarakat sering menjumpai ejaan dan tata penulisan yang salah, maka bahasa Indonesia

mereka akan cenderung salah. Jadi media massa harus mengikuti kaidah tata penulisan dalam

 bahasa Indonesia.

Page 12

Page 13: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 13/14

Pada buku “Kalimat Jurnalistik”, dikatakan bahwa penyusunan bahasa atau tepatnya kalimat

dalam media massa (salah stu bidang jurnalistik) harus cermat sehingga pesan yang

disampaikan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini disebabkan karena media

massa merupakan komunikasi satu arah dengan audiens/pembaca.

10. Pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”, isi buku (pembahasan oleh penulis)

sesuai dengan tujuan penulis dalam menulis buku. Dalam buku ini dijelaskan secara utuh

tentang bahasa Indonesia jurnalistik dari ejaan sampai kalimat. Setelah membaca tulisan ini

 pembaca akan dapat memahami secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik. Isi buku

“Kalimat Jurnalistik” juga sudah sesuai dengan tujuan penulis. Buku ini menjelaskan secara

lengkap tentang kalimat jurnalistik. Hanya saja buku ini tidak membahas kata perkata untuk 

kalimat jurnalistik misalnya tata cara penulisan yang baik dan benar.

11. Sumber acuan yang digunakan penulis pada kedua buku untuk menguatkan pendapat atau

 poin-poinnya berasal dari pendapat pakar atau ahli dan contoh-contoh kata dan kalimat dari

 berbagai media massa yang beredar. Pada kedua buku, sumber/acuan yang sudah cukup untuk 

menguatkan pandangan penulis akan bahasa jurnalistik 

12.Buku “kalimat jurnalistik” membimbing cara penulisan berita yang baik dengan

memenuhi alur logika yang benar dan akurat. Dalam buku tersebut pembaca dibimbing

dengan banyak contoh perbaikan penulisan berita dari kutipan-kutipan berita yang diambil

dari koran kompas, koran yang saat ini berkualitas baik di Indonesia. Sehingga buku ini cocok 

untuk pemula yang sedang menghadapi tantangan dilapangan.

13.Secara umum, buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan “Kalimat Jurnalistik”

merupakan buku yang mengulas secara lengkap akan bahasa Indonesia jurnalistik pada media

massa. Jika pembaca ingin mengetahui atau membahas bahasa jurnalistik, kedua buku ini

merupakan referensi yang bagus untuk digunakan. Pembaca juga tidak akan bosan ketika

membaca, karena penggunaan bahasa yang bervariasi.

Page 13

Page 14: BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 14/14

Page 14