Upload
eva-puspita-sari
View
132
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 1/14
BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari media massa. Media massamerupakan suatu bentuk komukasi antara komunikan dan komunikator. Media massa bertujuan
memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam penyampaian informasi tersebut media massa
selalu menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik.
Oleh karena itu, Bahasa Indonesiia jurnalistik yang digunakan haruslah mengikuti kaidah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa menghilangkan unsure jurnalistik itu sendiri.
Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa dapat menyebabkan kesalahan
penggunaan bahasa Indonesia masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa selalu
menyumbangkan hal-hal baru yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Tidak semua lapisan masyarakat dapat memilih hal-hal baru yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Hanya kalangan tertentu yang dapat melakukannya seperti kalangan yang
berlatar belakang bahasa.
Untuk menghindari penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis memilih 2 buku yang membahas secara detail
tentang bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar.
Buku yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
Buku Pertama
Judul Buku : Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik
Penulis : Tri Adi Sarwoko
Tahun Terbit : 2007
Penerbit : C.V ANDI OFFSET
Tempat Terbit : Yogyakarta
Tebal Buku : 222 halaman
Buku Kedua
Judul buku : Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan BeritaPenulis : A.M. Dewabrata
Tahun Terbit : 2004
Tahun terbit : Jakarta
Penerbit : Buku Kompas
Tebal buku : 204 halaman
Kedua isi buku tersebut merupakan sumber bacaan yang mudah untuk dicerna oleh semua
kalangan. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang telah dimengerti oleh masyarakat umum,
susunan kata dan kalimat yang ringan, pembahasan isi yang lengkap dan uraian penjelasan dan
contoh-contohnya mudah dipahami.
Page 1
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 2/14
Kedua buku ini saling melengkapi, buku yang pertama membahas berbagai hal
sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik, dimulai dari hal yang mendasar hingga
perkembangan bahasa jurnalistik masa kini. Buku yang kedua, memusatkan pembahasa tentang
panduan-panduan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalimat jurnalistik.
Jadi dengan membaca kedua buku tersebut, kita dapat mengetahui secara mendalam
seperti apa bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya.
Page 2
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 3/14
BAB II
KECONDONGAN PEMBAHASAN BUKU (TEORI)
Dari teori dan pendapat yang dikemukakan oleh penulis buku “Inilah Bahasa Indonesia
Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” lebih condong membahas bahasa Indonesia jurnalistik
pada media massa (Media Cetak). Perbedaan kajian/kecondongan pembahasan kedua buku akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
a. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”
Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang berbagai hal
yang sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik . Dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga
perkembangan bahasa Indonesia masa kini. Beberapa teori yang mendukung hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Anton M.Moeliono (1994), diantara laras bahasa jurnalistik dan ragam bahasa
baku saling membutuhkan.
2. Bahasa yang digunakan media massa berstandar kepada bahasa baku, tetapi pemakaian
bahasa baku di media massa memang berbeda. Bahasa jurnalistik harus santai, meskipun
harus tetap memperhatikan norma-norma kebahasaan. Bagaimanapun, bahasa harus memiliki
aturan-aturan yang tak dapat dilanggar.
3. Kata pakar bahasa Gorys Keraf, kepada harian “Berita Buana” (17 April 1991), ragam
bahasa jurnalistik ada kemerdekaan pengungkapan seperti halnya bahasa sastra.
4. Hasan Janus (Kompas, 8 Oktober 1999) mengatakan “Suatu tulisan akan dipandang
benar-benar sebagai karya satra ketika dipandang dari sudut sastra. Tetapi ketika dipandang
dari sudut jurnalistik, tulisan itu benar-benar menjadi karya jurnalistik.”
5. Menurut guru besar Linguistik Harimurti Kridalaksana, yang terjadi kini justru bahasamedia massa dipakai sebagai model penggunaan bahasa.
6. Suroso (2001) dengan agak sengit menyebutkan penyimpangan media massa yang lain
adalah penghilangan imbuhan dalam judul berita. Namun penghilangan imbuhan dalam judul
merupakan satu penyimpangan yang boleh dilakukan, (kesepakatan tidak tertulis antara
insane pers)
7. Anhar Gonggong, pakar sejarah juga pengamat komunikasi mengatakan “Media massa
pada dasarnya juga alat mendidik. Dengan bahasa yang baik dan tepat, apa yang dimaksud
akan dengan mudah dan cepat dipahami.”
Page 3
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 4/14
8. Setiap pengelola media harus menyadari bahwa medianya dibaca banyak orang sehingga
ada kemungkinan bahasa medianya dijadikan model ketika orang belajar menulis (Sarwoko,
2000).
9. Bahasa pers pun harus patuh terhadap penggunaan bahasa yang benar. Malah pada karya
latihan wartawan akhir tahun 1978 (Siregar, 1998:91) disepakati “wartawan hendaknya secara
konsisten melaksanakan pedoman Ejaan yang Disempurnakan.” Yang dimaksud dengan ejaan
bukan cuma tanda baca, melainkan juga ejaan kata.
10.Alwi et al . (1993:349) mengatakan bahwa kalimat adalah kesatuan terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
11.“Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya. Itu terjadi
karena kalimat itu terdiri dari dua bagian yang tidak cocok hubungannya.” (Badudu,
1998:113).
12. “Itulah idiom, maknanya tak dapat ditangkap melalui kata-kata yang membentuknya”
(Keraf, 1991:109)
Selain teori-teori diatas, fakta atau bukti lain yang menguatkan kecondongan pembahasan
bahasa jurnalistik pada media massa adalah pengutipan/pengambilan contoh-contoh berasal dari
beberapa media massa yang beredar. Misalnya Republika, Kompas, Kontan, Rakyat Merdeka,
Media Indonesia, Tempo, Peluang, Suara Pembaruan, Panji Masyarakat, Forum Keadilan, Gatra,
Matra dan DR.
b. Buku “Kalimat Jurnalistik”
Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang pedoman-
pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat jurnalistik . Uraian pada buku ini
disampaikan dengan penjelasan serta contoh-contoh yang mudah dipahami. Beberapa teori yang
mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dr. Jalaluddin Rakhmat, pakar ilmu komunikasi massa dari Universitas
Padjajaran, Bandung, memberi makna komunikasi massa sebagai “jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media
cetak maupun elektronis sehingga peasan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar,
majalah, radio, televise, dan film.
2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kalimat sebagia kata
benda adalah “kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Page 4
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 5/14
3. Bahasa ragam jurnalistik yang baik bias ditengarai dengan kalimat-kalimat yang
mengalir lancer dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata populer (populasi) yang
merakyat akrab di telingan masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku
formal sulit dicerna.
4. Susunan kalimat jurnalistik yang baik, akan menggunakan kata-kata yang paling
pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung
dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
5. Dengan menggunakan kalimat yang tersusun sesuai ragam jurnalistik, penulis
(tepatnya wartawan) bisa menuntun pembaca (pendengar) memahami berita setepat dan
seakurat mungkin, sebagaimana pesan yang dikehendaki si penulis/wartawan. Untuk
menyajikan berita kepada masyarakat, bisa saja menggunakan ragam bahasa biasa (pasar).
Tetapi, dengan cara itu kerawanan distorsi tidak dimasukkan dalam hitungan (uncareable)
atau dengan kata lain kemungkinan adanya distorsi tak digubris.
6. Kalimat jurnalistik bukan sekedar mematuhi hokum-hukum gramatikal bahasa,
pembentukan kata turunan, maupun idiomatiknya, tetapi membutuhkan kiat tersendiri agar
pesan yang disampaikan oleh komunikator (sumber berita, dan wartawan serta para
pengasuh media massa) dapat tersalur dengan utuh ke benak komunikan.
7. Kalimat yang baik, menurut guru besar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys
Keraf, ”harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok”.
“Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepadakesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan sama sekali.”
8. “Kesatuan gagasan janganlah pula d iartikan bahwa hanya terdapat suatu ide
tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan pokok atau
lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat dan objek.
Page 5
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 6/14
BAB III
RESENSI BUKU
I. JUDUL BUKU “INILAH BAHASA INDONESIA JURNALISTIK”
Bahasa Indonesia jurnalistik sering disinisi sebagai perusak. Bahasa Indonesia
meski bahasa jurnalistik tetap patuh pada kaidah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
jurnalistik memang memiliki kekhasan karena digunakan sebagai media penyampai
informasi. Kebutuhan memberi informasi yang padat, singkat, jelas dan menariklah yang
membuat bahasa jurnalistik menjadi sedikit berbeda dengan BahasaIndonesia baku.
Bahasa jurnalistik bahkan banyak menyumbang kata dalam kosa Bahasa Indonesia.
Kata Anda, heboh, santai, sadis dan nyaris adalah sedikit contoh dari begitu banyak kata
yang dilempar oleh kaum jurnalis ke dalam Bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, bahasa
jurnalistik pun banyak menyumbang ragam kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Buku ini membahas berbagai hal sehubungan dengan Bahasa Indonesia jurnalistik,
dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga perkembangan bahasa jurnalisitik masa kini.
Buku ini terdiri dari empat bab. Ringkasan isi bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I : Bahasa Indonesia Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media massa
untuk menyampaikan informasi. Dari sisi penggunaan bahasa, bahasa jurnalistik disebut
ragam bahasa tengah-tengah atau medial (bahasa yang terletak diantara ragam baku dan
santai, antara lisan dan tulis). Bahasa jurnalistik masa kini lebih kaya warna karena bukan
Cuma bertugas menyampaikan informasi tetapi juga menyuguhi bahasa yang enak dan
indah bagi pembaca.
Media massa dapat mempengaruhi perkembangan bahasa masyarakat. Penggunaan
bahasa yang salah pada media massa akan dengan mudah diikuti oleh masyarakat.
Bab II : Ejaan dan Tata Tulis Media Massa
Ejaan adalah sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambing bunyi tertentu dan
tanda-tanda tertentu agar dapat saling memahami. Ejaan mengupayakan komunikasi tertulis
sama baiknya dengan komunikasi lisan.
Page 6
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 7/14
Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian ejaan. Yang pertama kali
adalah ejaan van ophusyen dan yang sekarang kita gunakan adalah ejaan yang
disempurnakan (EYD). Perubahan tersebut adalah upaya agar selalu mengikuti
perkembangan zaman, supaya konsep-konsep baru yang berkembang tertampung semua
dalam ejaan yang baru.
Pada media massa, terjadi beberapa perubahan pada EYD karena media massa
memanfaatkan suatu bagian ejaan sebagai style. Meskipun ejaan dalam pers dapat disebut
ejaan media massa, tetap saja pers tidak dapat semena-mena dalam mengeja. Ejaan yang
mengalami perubahan tersebut adalah abjad, pemenggalan kata, huruf besar, huruf miring,
huruf tebal dan tanda baca. Pada bab II ini, kita akan mengetahui ejaan yang benar dalam
bahasa Indonesia jurnalistik.
Pada media massa ada pola gaya atau pemakaian bahasa yang mandiri. Pola
tersebut dapat dilihat pada penulisan baris nama, angka, gelar akademis, judul dan nama.
Bab III : Kata yang Memperjelas Informasi
Kata yang mengandung makna akan informasi yang ingin disampaikan pada
pembaca. Oleh karena itu kecermatan sangat diperlukan dalam menggunakan kata.
Pemakaian kata yang serampangan dapat menyebabkan tujuan penyempaian informasitidak terlaksana sehingga maksud penulis tidak sama dengan yang ditangkap pembaca.
Selain itu diperlukan kecermatan pembentukan kata yang akan menyebabkan
perbedaan makna yang jauh berbeda dengan kata asalnya. Hal lain yang harus diperhatikan
adalah perilaku kata, ejaan kata, pembentukan kata, pilihan kata, kata tugas, istilah,
singkatan, akronim dan kependekan.
Bab IV : Kalimat yang Informatif
Setelah membahas kata, berikutnya adalah kalimat. Informasi disampaikan dengan
kalimat. Pembentukan kalimat yang mengikuti kaidah pengalimatan akan memperjelas
informasi yang ingin disampaikan. Suatu kalimat harus memiliki subjek dan predikat.
Subjek adalah pokok atau inti kalimat. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
Kalimat dapat dikembangkan dengan memberi keterangan terhadap predikat atau
subjek. Penambahan keterangan dilakukan untuk lebih memperjelas maksud kalimat.
Kalimat juga harus merupakan kalimat baku yang berterima, dimengerti dan dipahami
semua orang. Kalimat yang tak berterima sering dijumpai di media massa karena media
Page 7
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 8/14
massa sering melakukan beberapa kesalahan seperti pelesapan imbuhan, penggunaan
konjungsi ganda dan kontaminasi.
Agar kalimat tidak terkesan monoton, kita dapat membuat variasi kalimat. Beberapa
variasi kalimat yang acap kali digunakan di media massa adalah kalimat inversi, kalimat
topic-komen, kalimat partisipal dan kalimat yang menjelaskan informasi dengan
penekanan. Pembaca juga dapat dipikat dengan menggunakan beberapa kekayaan yang
terdapat dalam bahasa Indonesia seperti idiom dan peribahasa.
Dalam kalimat juga harus diperhatikan ekonomi bahasa yang dapat dilakukan
dengan menghilangkan kata yang tidak perlu dari suatu kalimat (ekonomi bahasa). Untuk
melakukan ekonomi bahasa, yang perlu dihindari adalah penggunaan kata mubasir, bentuk
ulang penjamakan, kata/frase yang sama arti dan kata penat.
II. JUDUL BUKU “KALIMAT JURNALISTIK: PANDUAN MENCERMATI
PENULISAN BERITA”
Bahasa ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai oleh para pengasuh
media massa untuk menyajikan berita bagi audiensnya. Bahasa ragam jurnalistik, yang juga
disebut sebagai bahasa koran atau bahasa media massa, ditengarai memiliki kalimat danalinea yang pendek-pendek, bahasanya pun enak di baca. Lebih dari itu etika dasar
jurnalistik menuntut agar bahasa di media massa menyiratkan kejujuran, hangat, akurat,
sopan, tidak dibenarkan menggunakan kata-kata yang kasar, atau pun yang menyakiti hati
orang. Kutipan tidak boleh diubah-ubah sembarangan apalagi tanpa alasan yang mendasar.
Melalui buku "Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita ini" yang
ditulis oleh A.M. Dewabrata, diuraikan pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan dalam
menyusun kalimat jurnalistik.
1. Gunakan kalimat yang jelas dan jernih.
Dalam kalimat jurnalistik kalimat gunakan kalimat yang jelas dan jernih,
tidak ruwet, tidak keruh, kata dan kalimatnya populer. Kalimat yang digunakan
haruslah kalimat yang mengalir dan tidak tersendat.
2. Gunakan gaya bahasa sesuai beritanya.
Page 8
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 9/14
Untuk "soft news", contohnya feature, sisipkan gaya bahasa yang menarik,
sehingga pembaca tidak akan membuang berita Anda. Berita "hard news", gaya
bahasa digunakan adalah gaya bahasa yang memberi kesan dan suasana tertentu.
3. Gunakan kalimat yang dapat dinalar atau dilogika.
Dalam menulis sebuah berita, seorang wartawan haruslah selalu
menganggap pembacanya tidak tahu apa-apa, tidak punya referensi sedikitpun
untuk mencerna berita yang disuguhkan. Karena itu, seorang wartawan akan
menuangkan informasi selengkapnya dan sebaik mungkin dalam beritanya. Hal itu
untuk menghindari mengelabui dan menyesatkan pembaca.
4. Perhatikan keakuratan berita.
Sebuah berita haruslah akurat, karena jika tidak, berita tersebut tidak pantas
untuk dipercaya. Akurasi meliputi ketepatan mengutip sumber berita maupun data
dan fakta. Akurasi adalah suatu refleksi rasa tanggungjawab penulis (wartawan)dan
media massa yang bersangkutan. Ketidakakuratan dalam berita bisa menimbulkan
kerancuan dan bisa juga merugikan orang lain. Menyebut sumber berita serta pada
kesempatan informasi ataupun pernyataan yang diberikan disebut atribusi atau
"credit line". Hal itu perlu karena pembaca memperoleh gambaran dari mana
informsi didapat dan apa bisa dipercaya atau tidak.
5. Pilihlah kata yang tepat.
a. Perhatikan penggunaan kata “tidak”.
Perhatikan penggunaan kata tidak, karena kata ini berfungsi menegasikan
(menghambarkan atau mementahkan) makna yang terkandung di
belakangnya. Dalam kalimat jurnalistik kata tidak, sebaiknya diletakkan
paling dekat dengan kata yang dinegasikan. Meski demikian, perlu
kecermatan untuk menempatkan kata tidak dalam sebuah kalimat jurnalistik
sehingga kita dapat menampilkan bahasa ragam jurnalistik yang benar, yang
mengutamakan kerjernihan pesan.
b. Kata berkecenderungan.
Pemilihan kata untuk dipakai dalam penyusunan kalimat berita harus
mempertimbangkan kecenderungan konotasinya. Kata melalaikan,
mengabaikan, dan melecehkan, sama-sama punya makna tidak mau
Page 9
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 10/14
menuruti atau tidak memerhatikan. Tapi, masing-masing kata itu
mengandung konotasi yang berbeda dan pesan yang dibawa juga berbeda
muatannya, sehingga kalimat yang terbentuk dengan kata itu juga akan beda
tampilan dan nuansanya.
c. Kata pungutan (adopsi)
Mengadopsi kata asing maupun daerah, atau mencipta sebuah kata baru,
hendaknya memerhatikan alam pikiran orang Indonesia. Karena itu untuk
memadankan perlu dipikirkan bagaimana dan apa yang terbagus agar pesan
yang disampaikan lewat berita dapat dipahami.
6. Perhatikan juga penghematan kata.
Kata yang bertele-tele dan penuh dengan kata yang berbasa-basi, tidak cocok untuk
penulisan berita dan isi media pada umumnya. Karena itu amat penting untuk
menulis berita yang pendek, padat, bernas, jelas, dan bersih. Kata-kata yang
mubazir harus dibuang, kalimat panjang dan benar-benar boros harus dipendekkan.
Tapi hal itu bukan harga mati mengingat keluwesan sebuah media massa. Kadang
sebuah kalimat pendek dipanjangkan apabila hal itu akan memperjelas maksud
sebuah kalimat. Patokan yang sebenarnya hanyalah soal kejernihan isi berita, agar
pesan sampai kepada pembaca dengan sempurna.
Hal yang disebutkan di atas perlu diperhatikan oleh orang yang akan terjun di dalam
dunia jurnalistik. Karena lewat media massa, secara langsung atau tidak langsung,
wartawan adalah pendidik bagi masyarakatnya. Jika pendidiknya pandai dan menggunakan
metode yang cerdas, maka ada harapan masyarakat yang mendapat pengetahuan dari media
massa menjadi pandai pula.
Page 10
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 11/14
BAB IV
PENDAPAT DAN SARAN
1. Pemilihan kata/diksi yang digunakan pada kedua buku adalah kata-kata yang biasa
didengar oleh masyarakat. Tidak banyak penggunaan istilah asing yang belum jarang
didengar oleh masyarakat umum. Buku ini tidak hanya akan dimengerti oleh kalangan yang
mempunyai latar belakang dari bahasa saja, tetapi juga masyakat dari kalangan yang
mempunyai latar belakang selain bahasa, misalnya masyarakat umum atau mahasiswa dari
berbagai bidang keilmuan yang berbeda. Penggunaan istilah yang belum umum didengar oleh
masyarakat umum pada buku “Kalimat Jurnalistik” lebih banyak dari pada buku “Inilah
Bahasa Indonesia Jurnalistik”, sehingga buku ini lebih mudah dipahami oleh masyarakat
umum.
2. Penyusunan kalimat pada buku “Kalimat Jurnalistik” lebih bervariasi dari pada buku
“Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”. Kalimat-kalimat yang digunakan buku “Kalimat
Jurnalistik” cenderung lebih panjang dari buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”.
3. Teori pendukung pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” lebih lengkap dan
cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis. Pada buku “Kalimat Jurnalistik”, teori
pendukung juga sudah cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis, tetapi tidak
sebanyak dan selengkap buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”.
4. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” membahas
bahasa jurnalistik tetapi dari bagian yang berbeda. Buku “Inilah Bahasa Indonesia
Jurnalistik”, membahas bahasa Indonesia jurnalistik secara umum. Banyak hal yang
dituangkan penulis, mulai dari hal yang mendasar misalnya ejaan, tata tulis media massa
sampai penyusunan kalimat yang informatif.
Buku “Kalimat Jurnalistik” membahas bahasa Indonesia jurnalistik hanya pada bagian
penyusunan kalimat jurnalistik pada media massa agar makna dan pesan pada penyampaian
berita dipahami pembaca dengan tepat dan akurat.
5. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” menyediakan lampiran yang berisi kata-kata
baku yang sering salah tulis pada media massa serta singkatan, akronim dan kependekan yang
sering digunakan di media massa. Oleh sebab itu, pembaca bisa menambah pengetahuan
tentang kata-kata baku dan sekaligus melakukan perubahan jika masih menulis kata-kata baku
yang belum benar.
Page 11
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 12/14
6. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik” memberikan
kontribusi yang besar terhadap semua kalangan, baik kalangan yang latar belakang
pendidikan berhubungan dengan bahasa dan jurnalistik misalnya dari bahasa maupun tidak.
Kontribusi untuk kalangan bahasa dapat dirasakan secara langsung karena kedua buku
membahas tentang penulisan yang baik dan benar dalam suatu ragam bahasa yaitu bahasa
jurnalistik. Begitu juga untuk kalangan yang berhubungan dengan bidang jurnalistik.
Kontribusinya juga besar, karena dengan membaca kedua buku ini mereka dapat menulis
suatu tulisan (misalnya berita) yang balik dan benar dengan mengikuti kaidah tata bahasa
Indonesia di suatu media massa.
7. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” ditulis/disusun dengan baik. Susunannya
sudah bagus dan sesuai sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain,
susunannya sistematis. Buku “Kalimat Jurnalistik” juga telah disusun dengan bagus.
Penyusunan antar bagian sesuai dengan kehirarkisan dalam membuat suatu kalimat yang baik
dan benar serta menarik dalam sebuah media massa.
8. Buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” memiliki judul yang menarik. Dengan
membaca “Inilah bahasa Indonesia jurnalistik”, pembaca akan merasa penasaran atau tertarik
dengan pembahasan dalam buku itu. Dalam pikiran pembaca, akan timbul suatu pertanyaan
bagaimana bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya. Lain halnya dengan buku “Kalimat
Jurnalistik”. Judul buku yaitu “Kalimat Jurnalistik” tidak membuat suatu rasa penasaran pembaca. Jadi judul buku “Kalimat Jurnalistik” tidak semenarik buku “Inilah Bahasa
Indonesia Jurnalistik”.
9. Penulis buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan buku “Kalimat Jurnalistik”
mempunyai pandangan yang hampir sama tentang bahasa jurnalistik media cetak/massa.
Menurut mereka, bahasa jurnalistik merupakan suatu ragam bahasa Indonesia yang
mempunyai karakteristik tertentuk seperti halnya ragam bahasa Indonesia pada bidang sastra
maupun hukum.
Pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”, dikatakan bahwa bahasa jurnalistik harus
menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Setiap kata dan kalimat harus tepat
ejaan dan tata tulisnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena
media massa adalah salah satu sumber bahasa yang paling dekat dengan masyarakat. Jika
masyarakat sering menjumpai ejaan dan tata penulisan yang salah, maka bahasa Indonesia
mereka akan cenderung salah. Jadi media massa harus mengikuti kaidah tata penulisan dalam
bahasa Indonesia.
Page 12
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 13/14
Pada buku “Kalimat Jurnalistik”, dikatakan bahwa penyusunan bahasa atau tepatnya kalimat
dalam media massa (salah stu bidang jurnalistik) harus cermat sehingga pesan yang
disampaikan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini disebabkan karena media
massa merupakan komunikasi satu arah dengan audiens/pembaca.
10. Pada buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”, isi buku (pembahasan oleh penulis)
sesuai dengan tujuan penulis dalam menulis buku. Dalam buku ini dijelaskan secara utuh
tentang bahasa Indonesia jurnalistik dari ejaan sampai kalimat. Setelah membaca tulisan ini
pembaca akan dapat memahami secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik. Isi buku
“Kalimat Jurnalistik” juga sudah sesuai dengan tujuan penulis. Buku ini menjelaskan secara
lengkap tentang kalimat jurnalistik. Hanya saja buku ini tidak membahas kata perkata untuk
kalimat jurnalistik misalnya tata cara penulisan yang baik dan benar.
11. Sumber acuan yang digunakan penulis pada kedua buku untuk menguatkan pendapat atau
poin-poinnya berasal dari pendapat pakar atau ahli dan contoh-contoh kata dan kalimat dari
berbagai media massa yang beredar. Pada kedua buku, sumber/acuan yang sudah cukup untuk
menguatkan pandangan penulis akan bahasa jurnalistik
12.Buku “kalimat jurnalistik” membimbing cara penulisan berita yang baik dengan
memenuhi alur logika yang benar dan akurat. Dalam buku tersebut pembaca dibimbing
dengan banyak contoh perbaikan penulisan berita dari kutipan-kutipan berita yang diambil
dari koran kompas, koran yang saat ini berkualitas baik di Indonesia. Sehingga buku ini cocok
untuk pemula yang sedang menghadapi tantangan dilapangan.
13.Secara umum, buku “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik” dan “Kalimat Jurnalistik”
merupakan buku yang mengulas secara lengkap akan bahasa Indonesia jurnalistik pada media
massa. Jika pembaca ingin mengetahui atau membahas bahasa jurnalistik, kedua buku ini
merupakan referensi yang bagus untuk digunakan. Pembaca juga tidak akan bosan ketika
membaca, karena penggunaan bahasa yang bervariasi.
Page 13
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07d764eb84 14/14
Page 14