Upload
nikitha-ashardika-putri
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
etika profesisektor unggulan daerah
Citation preview
ANALISIS POTENSI SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
DI KABUPATEN MALANG
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor industri manufaktur yang perlu
diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah kemampuan untuk menganalisis potensi
sektor industri apa yang potensial di wilayahnya. Jika masing-masing Pemerintah Daerah
mampu melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang
memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.
Dengan demikian akan dapat meningkatkan Output Regional dan efisiensi lokasi di
daerah yang bersangkutan. Sektor industri belum menunjukkan peran yang berarti dalam
PDRB, padahal Kabupaten Malang dengan luas wilayah yang mendukung masih mempunyai
potensi dalam meningkatkan PDRB khususnya dari kontribusi sector industri. Kontribusi
masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1Perkembangan kontribusi PDRB Sektoral Kabupaten Malang
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000-2004 No Sektor Th.2000 Th.2001 Th.2002 Th.2003 Th.2004
1. Pertanian 30,56 30,09 29,74 31,89 31,962. Pertambangan 0,67 0,69 0,71 0,84 0,863. Industri 14,59 14,59 14,60 15,30 15,814. Listrik 2,32 2,32 2,36 1,54 1,565. Bangunan 1,61 1,63 1,61 1,77 1,836. Perdagangan 22,95 22,55 22,95 24,05 24,017. Pengangkutan 8,05 8,19 8,05 6,52 6,208. Keuangan 5,44 5,34 5,44 3,88 4,569. Jasa 14,53 14,59 14,53 13,43 12,96
Sumber: BPS Kab. Malang
Kontribusi sektor industri yang tidak begitu besar dibanding sektor pertanian
menunjukkan bahwa Kabupaten Malang dalam hal kegiatan pembangunannya belum dapat
dikatakan maju, karena ciri daripada daerah yang berkembang adalah semakin meningkatnya
laju pertumbuhan sektor industri. Untuk itulah perlu dilakukan kajian mengenai kinerja sektor
industri khususnya dikaitkan dengan dimensi daerah dan keunggulan komparatif sektor
industri.
Kemungkinan ada beberapa kesalahan dalam perencanaan dan strategi pengembangan
sektor industri tersebut khususnya industri manufaktur. Untuk itu setidaknya informasi
mengenai efisiensi lokasi bagi pengembangan industri sangat diperlukan. Disamping itu dalam
hal pengembangan sektor industri, jenis industri apa yang akan dikembangkan dalam suatu
wilayah perlu mempertimbangkan beberapa hal diantaranya potensi atau keunggulan yang
dimiliki oleh suatu wilayah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakan karakteristik industri manufaktur di Kabupaten Malang dilihat dari jenisnya,
jumlah tenaga kerjanya (apakah padat karya / padat modal) serta dilihat dari nilai tambah
yang dihasilkan.
2. Apakah pertumbuhan sektor industri manufaktur di Kabupaten Malang dilihat dari segi
dimensi daerah melalui aspek lokasi sudah mengikuti prinsip keunggulan komparatif atau
belum.
3. Berdasar prinsip keunggulan komparatif, industri manufaktur apa saja yang potensial
untuk dikembangkan di Kabupaten Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Deskripsi karakteristik industri manufaktur di Kabupaten Malang dilihat dari jenisnya,
jumlah tenaga kerjanya (apakah padat karya / padat modal) serta dilihat dari nilai tambah
yang dihasilkan.
2. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan sektor industri manufaktur di Kabupaten dilihat
dari segi dimensi daerah melalui aspek lokasi sudah mengikuti prinsip keunggulan
komparatif atau belum.
3. Untuk memetakan jenis-jenis industri manufaktur apa saja yang potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Malang berdasar prinsip keunggulan komparatif.
1.4 Manfaat Penelitian
Dapat memberikan masukan yang sangat berarti bagi Pemerintah Kabupaten khususnya
dalam hal pengembangan sektor industri manufaktur. Dalam pengembangan industri
manufaktur harus memperhatikan beberapa potensi yang dimiliki atau yang merupakan
keunggulan komparatif suatu daerah agar mendatangkan efisiensi dan produk dapat bersaing
dengan daerah lainnya.
Disamping itu, dapat memberikan masukan pada Pemerintah Kabupaten Malang khususnya
dalam perencanaan pembangunan sektor industri yang berwawasan kedaerahan (yang
memperhatikan potensi masing-masing daerah). Dengan demikian akan dapat menunjang
pelaksanaan Otonomi Daerah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keunggulan Komparatif Sektor Industri
Istilah Keunggulan Komparatif (comparative advantage) yang dilandasi pada teori
opportunity cost adalah sebagai penyempurnaan terhadap pendekatan ekspor satu arah
menurut pandangan mercantilist dan pendekatan keuntungan absolute (absolute advantage)
menurut Adam Smith serta pendekatan keunggulan komparatif (comparative advantage) yang
didasari oleh labor theory of value yang dikemukakan oleh David Ricardo.
Dalam teori tersebut Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua Negara yang saling
berdagang dan masing-masing Negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang
bagi Negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua Negara tersebut akan
beruntung. Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional
tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional.
Sepertihalnya dengan teori ekonomi lainnya, beberapa asumsi dasar melatar belakangi
pendekatan keuntungan komparatif tersebut. Asumsi pertama adalah bahwa perdagangan
bebas yang umumnya lebih berlaku bagi suatu sistim antar daerah mengingat lebih terbukanya
sistim tersebut untuk menerima penetrasi dibandingkan dengan sistim antar Negara. Asumsi
kedua, tidak diperhitungkannya biaya transport secara eksplisit. Asumsi/kondisi ini jauh lebih
sulit untuk dipakai dalam sistim perdagangan internasional. Teori keunggulan komparatif
berdasar opportunity cost adalah terkonsentrasinya industri yang padat akan suatu factor
produksi di daerah dimana factor produksi tersebut berlimpah. Jadi industri padat karya akan
banyak berlokasi di daerah yang labor abundant dan sebaliknya industri yang padat modal akan
terkonsentrasi di daerah capital abundant.
Untuk menentukan keunggulan komparatif tidak cukup hanya menggunakan perbandingan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang sama untuk dua
kegiatan yang berbeda pada dua wilayah karena tenaga kerja bukanlah satu-satunya factor
produksi, masih banyak factor produksi yang lainnya. Untuk itu indicator lain dapat digunakan
seperti nilai tambah, yang berarti di dalamnya sudah mencakup seluruh biaya produksi dan
harga jual. Jadi jika dinotasikan maka dapat dilihat seperti berikut:
NTij
-------- x 100%
NTip
Keterangan:
NTij = Nilai Tambah subsektor industri i pada kabupaten j
NTip = Nilai Tambah subsektor industri i pada ibu kota Propinsi dari kabupaten j
Analisis keunggulan komparatif ini memiliki keunggulan karena tidak terlalu dipengaruhi
oleh fluktuasi harga karena menggunakan metode perbandingan dan masing-masing wilayah
terkena fluktuasi harga yang sama, sehingga angka perbandingan tidak berbeda jauh dalam
berbagai tingkat harga. Analisis keunggulan komparatif dapat digunakan untuk melihat apakah
suatu komoditi dari industri tertentu memiliki prospek untuk dikembangkan walaupun saat ini
belum mampu memasuki pasar global.
Dengan pendekatan keunggulan komparatif setidaknya dapat mengetahui bahwa dalam
rangka perbandingan dengan rata-rata untuk wilayah yang lebih luas wilayah kita berada di
atas atau dibawahnya. Pendekatan keunggulan komparatif dapat dijadikan sebagai pertanda
awal bahwa suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu industri tertentu itu punya prospek
untuk memiliki keunggulan kompetitif atau layak untuk dikembangkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan local maupun kebutuhan wilayah lain.
2.2 Location Quotient
Location Quotient (Kuosien Lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang
besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan
sektor/industri tersebut pada suatu daerah yang lebih luas. Selain itu analisis LQ dapat
digunakan untuk mengetahui potensi suatu sektor yang ada diwilayah yang bersangkutan untuk
diekspor ke wilayah lainnya atau tidak (dalam arti dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau juga
dapat memenuhi kebutuhan daerah lain). Formulasi analisis LQ adalah sebagai berikut:
Sir / Sr
LQ = -------------
Sin / Sn
Keterangan:
Sir = Nilai tambah sub sektor industri i pada daerah r
Sr = Produk Domestik Regional Bruto sektor industri pada kabupaten r
Sin = Nilai tambah sub sektor industri i secara nasional
Sn = Produk Domestik Regional Bruto sektor industri secara nasional.
Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi
sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang
tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk
totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Untuk melihat apakah suatu
komoditi memiliki prospek untuk diekspor atau tidak, dengan catatan bahwa produk tersebut
tidak diberikan subsidi atau bantuan khusus oleh daerah yang bersangkutan melebihi yang
diberikan daerah-daerah lainnya.
Ditinjau dari rumus analisis LQ di atas maka jika digunakan dalam bentuk one shot analysis
maka manfaatnya tidak begitu besar, yaitu hanya melihat apakah LQ berada diatas di bawah 1.
Tetapi analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend.
2.3 Analisis Shift-Share
Menurut Robinson T (2004:79) analisis shift-share dapat digunakan untuk
membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kabupaten
dengan daerah propinsi atau daerah propinsi dengan wilayah nasional. Metode Shift-share ini
lebih tajam dibandingkan metode LQ. Pada metode LQ tidak memberikan penjelasan factor-
faktor penyebab perubahan, sedangkan metode shift-share memberikan perincian factor-faktor
penyebab perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari waktu ke
waktu. Misalnya dengan industrial mix analysis dapat dijelaskan factor penyebab pertumbuhan
berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional (komposisi
industri yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebut). Jadi apakah
industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk dalam kelompok industri yang secara
nasional memang berkembang pesat dan merupakan industri yang cocok berlokasi di wilayah
itu atau tidak.
Komponen shift adalah penyimpangan dari national share dalam pertumbuhan lapangan
kerja regional. Penyimpangan ini positip di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan
negative di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat/merosot dibandingkan dengan
pertumbuhan lapangan kerja secara nasional. Bagi setiap daerah shif netto dapat dibagi menjadi
dua yaitu proportional shift component (P) dan differential shift component(D).
Proportional shift component kadang-kadang dikenal sebagai komponen structural atau
industrial mix. Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor
yang secara nasional tumbuh cepat dan negative di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam
sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
Differential shift component dinamakan juga dengan komponen lokasional atau regional
adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan
oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang
bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh factor-faktor lokasional intern.
Jadi suatu daearah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya yang
melimpah/efisien akan mempunyai differential shift component yang positip, sedangkan daerah
yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negative.
Komponen shift ini memisahkan dua unsure pertumbuhan regional pengaruh unsur-unsur
luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari pengaruh
factor-faktor yang bekerja khusus di daerah yang bersangkutan.
2.4 Faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif
Menurut Robinson Tarigan (2004:88) ada 10 faktor yang bisa membuat suatu wilayah
memiliki keunggulan komparatif, yaitu:
1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki keunggulan untuk
menghasilkan suatu produk tertentu. Pemberian alam antara lain deposit bahan tambang
(minyak, gas, emas, bijih besi, timah dan lainnya), kondisi tanah yang khas (misalnya tanah
Deli untuk produksi tembakau Deli), pemandangan alam yang indah (misalnya danau Toba
dan alam pegunungan Karo), serta potensi alam (misalnya air terjun untuk pembangkit
listrik, dan sumber air panas untuk pembangkit listrik).
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) untuk jenis
produk tertentu, contoh: masyarakat Jepang, Amerika dan Jerman.
3. Masyarakatnya menguasai ketrampilan khusus, misalnya ukiran Jepang, ukiran Bali dan
kain songket batu bara.
4. Wilayah itu dekat dengan pasar, misalnya lokasi pabrik batu bata di sekitar Lubuk Pakam
dan Tanjung Morawa karena dekat dengan pasar yaitu Medan.
5. Wilayah dengan aksessibilitas yang tinggi, misalnya Singapura dengan lalu lintas yang ramai
(baik darat, laut maupun udara) membuat angkutan barang/penumpang bisa lebih cepat,
tepat waktu dan lebih murah karena banyak pilihan.
6. Daerah konsentrai/sentra dari suatu kegiatan sejenis, misalnya produkisi sepatu di
Cibaduyut (Jabar) dan sayur-mayur di Tanah Karo. Daerah sentra bisa menjamin kepastian
adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang diinginkan dan ini bisa menurunkan biaya
pemasaran/biaya transportasi.
7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan keuntungan aglomerasi,
yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasaran.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
ketrampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung. Pengertian upah buruh yang
rendah adalah relative, artinya harus dikaitkan dengan produktivitas.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: jujur, terbuka, mau bekerja keras
dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib dan teratur. Kondisi masyarakat
seperti ini akan menjamin kelangsungan investasi, biaya investasi dan biaya operasi yang
lebih rendah dan efisien.
10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu atau beberapa factor
yang menciptakan keunggulan seperti disebutkan di atas. Ada juga cara yang dilakukan
pemerintah yaitu dengan memberikan subsidi untuk mendorong sektor tertentu, akan
tetapi, hal ini haruslah bersifat sementara sehingga akhirnya bisa bersaing tanpa subsidi.
Selama pemerintah masih memberikan subsidi, keunggulan tersebut adalah keunggulan
semu. Sisitem subsidi ini sering membuat pihak luar negeri, pembeli barang menuduh tidak
fair dan mencurigai adanya praktik dumping.
BAB IIIMETODELOGI DAN PEMBAHASAN
3.1 Metodologi Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series selama
sepuluh tahun terakhir (1995 – 2005). Data tersebut berupa data PDRB Kabupaten Malang,
jenis-jenis industri manufaktur, jumlah permodalan, jumlah tenaga kerja dan nilai tambah yang
dihasilkan. Data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Malang dan sebagian
dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Malang.
Untuk menentukan jenis industri manufaktur yang memiliki potensi atau keunggulan
komparatif maka alat analisis yang digunakan adalah : 1) analisis kontribusi, 2) analisis
Location Quotient, 3) analisis Tipologi Klassen, 4) analisis Shift-Share.
3.2 Hasil Penelitian
3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang
Pertumbuhan ekonomi Kabipaten Malang selama sepuluh tahun terakhir selalu berada di
bawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur dan Nasional.
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional Selama Sepuluh Tahun Terakhir (1994 – 2004)
RegionalPra Krisis
(1994-1997)Krisis
(1998)Paska Krisis(1999-2003)
Otonomi(2001-2004)
Nasional 7,07 -13,13 4,17 5,5Jawa Timur 7,17 -16,12 3,83 5,4Kabupaten Malang 5,50 -6,64 3,99 5,1
Namun pada saat krisis ekonomi terjadi Kabupaten Malang mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara tiga daerah tersebut. Rendahnya dampak krisis
ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang, karena sektor yang menjadi basis
pertumbuhan ekonomi atau aktivitas ekonomi Kabupaten Malang adalah sector pertanian dan
perdagangan. Kedua sector tersebut merupakan sector yang memiliki ketahanan terhadap
pengaruh krisis moneter yang terjadi pada perekonomian makro, karena sektor ini merupakan
sektor yang berbasis pada sumber daya lokal.
Berikut ini adalah gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten
Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, yang
terbagai pada empat kondisi yaitu: kondisi sebelum krisis, kondisi pada saat krisis, kondisi
paska krisis, dan kondisi mulainya pelaksanaan otonomi daerah.
Gambar 1
94 95 96 97 98 99 '00 '01 '02 '03 '04
-20
-15
-10
-5
0
5
10
5.036.56 6.88
4.56
-6.64
2.61 1.47
4.413.64
3.82 4.47.23 8.18 8.26
5.02
-16.12
1.213.26 3.33 3.41 4.11 5.18
7.54 8.22 7.82
4.7
-13.13
0.85
4.84
3.32 3.66 4
PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MALANG Provinsi Jawa Timur, dan Nasional Tahun 1994-2003
Kab. Malang Jawa Timur Nasional
% A
ng
ka P
ertu
mb
uh
an
Berdasarkan pada gambar diatas terlihat bahwa sebelum krisis Pertumbuhan ekonomi
kabupaten Malang cenderung konstan, namun setelah memasuki krisis ekonomi
pertumbuhanya mengalami penurunan, bahkan sampai – 6,64%, tapi penurunan tersebut
penurun terendah disbanding Propinsi dan nasional. Setelah krisis pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Malang menunjukkan trend yang posistif sampai pada saat sekarang.
Tabel 2Kontribusi Industri Manufaktur di Masing-masing
Kaupaten/Kota Yang Berdekatan Dengan Kabupaten MalangNo Jenis Industri Kontribusi (%)1 Blitar 3,032 Kediri 11,253 Malang 14,614 Lumajang 14,845 Pasuruan 34,946 Kota Malang 35,657 Kota Batu 10,74
Rata-rata 17,87Jawa Timur 24,62
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim 2005 (diolah)
Data di atas menunjukkan bahwa, sektor industri manufaktur di Kabupaten Malang masih
dibawah rata-rata bila dibandingkan dengan daerah-daerah terdekatnya dan Propinsi Jawa
Timur. Daerah terdekat yang kontribusi sektor industrinya paling besar adalah daerah Kota
Malang dan Kabupaten Pasuruan. Kedua daerah tersebut memberikan kontribusi terhadap
PDRBnya masing-masing sebesar 35,65% dan 34,94%.
Table 3Bobot Keseluruhan Komponen Jenis Industri Makanan, Minuman, Dan Tembakau Di Masing-Masing Kabupaten/Kota Di Jawa Timur
NoKabupaten/
KotaPertum buhan
Kontribusi
Nilai LQ
Nilai Shift-Share Total BobotDS PS RS
1 Blitar 2.00 1.00 0.00 2.00 0.00 2.00 7.00
2 Kediri 2.00 1.00 0.00 0.00 0.00 2.00 5.00
3 Malang 3.00 1.00 0.00 2.00 0.00 2.00 8.00
4 Lumajang 2.00 1.00 2.00 2.00 0.00 2.00 9.00
5 Pasuruan 2.00 2.00 2.00 2.00 0.00 2.00 10.00
6 Kota Malang 2.00 3.00 2.00 2.00 0.00 2.00 11.00
7 Kota Batu 3.00 1.00 0.00 2.00 0.00 2.00 8.00
Data di atas menunjukkan bahwa jenis industri makanan, minuman, dan tembakau yang
ada di Kabupaten Malang mendapatkan bobot 8 (delapan) atau menduduki peringkat keempat
jika dibandingkan dengan 6 wilayah disekitarnya. Untuk jenis industri ini peringkat 1 (satu)
ditempati oleh Kota Malang dengan totol bobot sebesar 11 (sebelas). Sedangkan bobot yang
paling rendah diantara 7 (tujuh) kabupaten/kota yang ada di sekitar Kabupaten malang adalah
Kabupaten Kediri dengan totol bobot sebesar 5 (lima).
3.2.2 Analisa Industri Manufaktur Unggulan
Pembahasan terakhir dari penelitian ini adalah membahas tentang industri manufaktur
unggulan di masing-masing SWP yang ada di Kabupaten Malang. Sebagai dasar untuk
menentukan sektor-sektor unggulan yang ada di masing-masing SWP, menggunakan kombinasi
pertumbuhan dan kontribusi tiap-tiap sub sektor di masing-masing SWP.
a) Pertumbuhan Sektor Industri Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Dalam menentukan sektor industri unggulan di masing-masing SWP, terlebih dahulu
menklasifikasikan pertumbuhan tiap-tiap sektor industri di masing-masing SWP menjadi dua
yaitu industri yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi dan industri yang tingkat
pertumbuhannya rendah. Untuk menentukan tinggi atau tidaknya pertumbuhan tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan pertumbuhan jenis industri tertentu dengan dengan
tingkat pertumbuhan jenis industri yang sama di Kabupaten Malang.
Tabel 4Klasifikasi Sektor Industri Berdasarkan
Tingkat Pertumbuhan Lima Tahun Terkahir Kabupaten Malang
No Jenis Industri
Kalsifikasi Sektor Industri Berdasarkan Rata-rata Pertumbuhan Lima Tahun Terakhir
SWP I SWP IISWP IIISWP
IVSWP VSWP VI
SWP VII
SWP VIII
1 Industri Pengolahan PT PT PT PT PT PT PT PR
2 Makanan,Minuman,& Tembakau PT PT PT PT PT PT PT PR
3 Tekstil,Kulit,& Alas Kaki PT PT PT PT PT PT PT PR
4 Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain PR PR PT PR PR PR PR PT
5 Kertas & Barang Cetakan PR PR PT PR PR PR PR PT
6 Pupuk Kimia & Barang dari Karet PT PT PT PT PT PT PT PR
7 Semen & Barang Galian Non Logam PR PR PT PR PR PR PR PT
8 Logam Dasar Besi & Baja PR PR PR PR PR PR PR PR
9 Alat Angkutan, Mesin & Peralatan PR PR PT PR PR PR PR PT
10 Barang-Barang Lainnya PR PT PT PR PR PR PR PR
Keterangan: PT = Pertumbuhan Tinggi
PR = Pertumbuhan Rendah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, SWP yang mempunyai jumlah sektor industri
dengan klasifikasi pertumbuhan tinggi terbanyak adalah Satuan Wilayah Pengembangan Lawang
(SWP III), yaitu mempunyai 9 jenis industri.
Satuan Wilayah Pengembangan Ngantang dan Sekitarnya (SWP I)
Setelah melakukan perbandingan tingkat pertumbuhan dan kontribusi tiap sektor industri di
Satuan Wilayah Pengembangan Ngantang dan sekitarnya (SWP I) dengan tiap sektor industri yang
ada di kabupaten Malang, maka diperoleh empak klasifikasi sektor industri SWP I sebagai berikut:
Gambar 2Klasifikasi Sektor Industri Satuan Wilayah Pengembangan
Ngantang dan Sekitarnya (SWP I)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Industri Berkembang Cepat
1. Makanan, Minuman, & Tembakau 2. Tekstil, Kulit, & Alas Kaki 3. Pupuk Kimia & Barang dari Karet
Sektor Industri Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sektor Industri Relatif Tertinggal
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain 2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan5. Barang-Barang Lainnya
Sektor Industri Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
2. Satuan Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang (SWP II)
Jenis industri berdasar empat klasifikasi sub sektor SWP II sebagai berikut:
Gambar 3Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan
Lingkar Kota Malang (SWP II)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
1.Makanan, Minuman, & Tembakau2.Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3.Pupuk Kimia & Barang dari Karet4.Barang-Barang Lainnya
gi <
g
Sektor Relatif Tertinggal Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain 2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
3. Satuan Wilayah Pengembangan Lawang (SWP III)
Empat klasifikasi sektor industri SWP III adalah sebagai berikut:
Gambar 5Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan Lawang (SWP
III)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
1. Makanan, Minuman, & Tembakau2. Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain4. Kertas & Barang Cetakan5. Pupuk Kimia & Barang dari Karet6. Semen & Barang Galian Non Logam7. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 8. Barang-Barang Lainnya
gi <
g Sektor Relatif Tertinggal Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
4. Satuan Wilayah Pengembangan Tumpang dan Sekitarnya (SWP IV)
Empat klasifikasi sektor industri SWP IV adalah sebagai berikut:
Gambar 6Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan
Tumpang dan Sekitarnya (SWP IV)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat
1.Makanan, Minuman, & Tembakau2.Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3.Pupuk Kimia & Barang dari Karet
Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sektor Relatif Tertinggal
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 5. Barang-Barang Lainnya
Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
5. Satuan Wilayah Pengembangan Kepanjen dan Sekitarnya (SWP V)
Empat klasifikasi sektor industri SWP V adalah sebagai berikut:
Gambar 7Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan
Kepenjen dan Sekitarnya (SWP V)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat
1. Makanan, Minuman, & Tembakau2. Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3. Pupuk Kimia & Barang dari Karet
Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sektor Relatif Tertinggal
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 5. Barang-Barang Lainnya
Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
6. Satuan Wilayah Pengembangan Donomulyo (SWP VI)
Empat klasifikasi sektor industri SWP VI sebagai berikut:
Gambar 8Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan
Donomulyo (SWP VI)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat
1.Makanan, Minuman, & Tembakau2.Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3.Pupuk Kimia & Barang dari Karet
Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sub Sektor Relatif Tertinggal
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 5. Barang-Barang Lainnya
Sub Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
7. Satuan Wilayah Pengembangan Gondanglegi dan Sekitarnya (SWP VII)
Empat klasifikasi sektor industri SWP VII sebagai berikut:
Gambar 9Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan
Gondanglegi dan Sekitarnya (SWP VII)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat
1. Makanan, Minuman, & Tembakau2. Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3. Pupuk Kimia & Barang dari Karet
Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sektor Relatif Tertinggal
1.Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain
Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
1. Kertas & Barang Cetakan2. Semen & Barang Galian Non Logam3. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 4. Barang-Barang Lainnya
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
8. Satuan Wilayah Pengembangan Turen dan Sekitarnya (SWP VIII)
Empat klasifikasi sektor industri SWP VIII sebagai berikut:
Gambar 10Klasifikasi Sektor Industri Ekonomi Satuan Wilayah Pengembangan Dampit dan
Sekitarnya (SWP VIII)
ci < c ci > c
gi >
g
Sektor Berkembang Cepat
1. Barang dari Kayu & Hasil Hutan Lain2. Kertas & Barang Cetakan3. Semen & Barang Galian Non Logam4. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan
Sektor Cepat Tumbuh & Cepat Maju
gi <
g
Sektor Relatif Tertinggal
1. Makanan, Minuman, & Tembakau2. Tekstil, Kulit, & Alas Kaki3. Pupuk Kimia & Barang dari Karet4. Barang-Barang Lainnya
Sektor Cepat Maju Tapi Tertekan
Keterangan : gi = Pertumbuhan Sektor di SWP ig = Pertumbuhan Sektor di Kabupatenci = Kontribusi Sektor di SWP ic = Kontribusi Sektor di Kabupaten
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data sektor industri manufaktur di kabupaten Malang, diperoleh
beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dilihat dari sisi lokasi atau geografis menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur di
Kabupaten Malang masih dibawah rata-rata bila dibandingkan dengan daerah-daerah
terdekatnya dan Propinsi Jawa Timur.
Apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di wilayah Jawa Timur, kabupaten
Malang tergolong Kabupaten yang tingkat investasi sektor industrinya tinggi. Investasi
untuk sektor industri di Kabupaten Malang Raya rata-rata sebesar di atas 500 Milyar per
tahun.
Dari analisis keungggulan komparatif jenis industri, diperoleh temuan-temuan sebagai
berikut:
o Kabupaten Malang kurang mempunyai keunggulan komparatif untuk jenis industri
makanan, minuman, dan tempakau, karena masih lebih rendah dibandingkan dengan
daerah sekitarnya seperti Kota Malang, Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan.
o Kabupaten Malang mempunyai keunggulan komparatif untuk jenis industri tekstil,
barang dari kulit, dan alas kaki, industri semen dan barang galian bukan logam, industri
alat angkutan, mesin, dan peralatan.
o Kabupaten Malang tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk jenis industri pupuk
kimia & barang dari karet.
o Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) yang paling banyak mempunyai jenis industri
yang tergolong “cepat tumbuh cepat maju” adalah SWP Lawang.. Sedangkan yang kedua
adalah SWP Lingkar Kota Malang, SWP ini mempunyai jenis industri yang tergolong
“cepat tumbuh cepat maju” sebanyak yaitu industri: 1) Makanan, Minuman, &
Tembakau; 2) Tekstil, Kulit, & Alas Kaki; 3) Pupuk Kimia & Barang dari Karet; dan 4)
Barang-Barang Lainnya. Sementara untuk enam SWP yang lain masi belum mempunyai
jenis industri yang tergolong “cepat tumbuh cepat maju”
4.2 Saran
Bedasarkan hasil temuan-temuan dari penelitian ini, maka dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Malang ada beberapa hal yang perlu dilakukan
yaitu:
1. Jenis-jenis industri yang banyak menyerap tenaga kerja, masih perlu meningkatkan nilai
tambahnya melalui pembinaan dan pengembangan tenaga kerja dan investasi. Ini
dimaksudkan selain memanfaatkan potensi yang tersedia juga mendorong produktivitas
tenaga kerja.
2. Jenis industri yang memiliki elastisitas tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja masih perlu
ditingkatkan dengan memacu laju pertumbuhan dan memperbesar kontribusinya terhadap
PDRB. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi pengangguran yang masih cukup tinggi di
Kabupaten Malang.
3. Jenis industri yang potensial di wilayah desa maupun kecamatan yang masih relatif rendah
tingkat investasinya perlu dilakukan peningkatan investasi. Dalam rangka peningkatan
investasi di Kabupaten Malang, maka berbagai hal yang menyebabkan mahalnya investasi
perlu dikaji dan disempurnakan lebih lanjut, baik infrastruktur dan sarananya. Ini
dimaksudkan agar tidak menjadi beban bagi investor yang ingin mengembangkan
investasinya. Sehingga akan lebih meningkatkan minat investasi di Kabupaten Malang.
Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya ekonomi untuk sektor industri di Kabupaten
Malang, agar memberikan nilai tambah yang optimal, banyak menyerap tenaga kerja, dan
berbasis ekspor, maka perlu kebijakan yang bisa mengarahkan terhadap pemberian prioritas
jenis industri di tiap-tiap wilayah pedesaan atau kecamatan.