17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatanproblem solving yangmemerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhanklien/keluarganya. Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saatini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, danstandar aspek legal praktek keperawatan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan proses keperawatan ? 2. Apa yang dimaksud dengan proses keperawatan ? 1.3 Tujuan untuk memahami perkembangan proses keperawatan. 1.4 Manfaat Penulisan 1

BAB I- BAB III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iyy

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatanproblem solving yangmemerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhanklien/keluarganya. Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saatini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, danstandar aspek legal praktek keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan proses keperawatan ?

2. Apa yang dimaksud dengan proses keperawatan ?

1.3 Tujuan

untuk memahami perkembangan proses keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikman pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

1.4.2 Bagi Pembaca

Diharpakan dapat mendambah wawasan dan pengetahuan mengenai standar praktik keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan lima tahap yang konsisten sesuai dengan perkembangan profesi perawatan. Tahap tersebut pertama kali dijabarkan oleh Hall (1995). Pada tahun 1967, Yura dan Walsh menjabarkan menjadi empat tahap, yaitu pengkajian, perncanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada tahun yang sama, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikandalam empat tahap yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kemudian pada edisi kedua (1973), proses keperawatan yang semakin meningkat dipublikasikan. Pada pertengahan tahun 1970-an, Bloch (1974), Roy (1975), Mundinger dan Jauron (1975), serta Aspinal (1976) menambahkan tahap diagnosis pada proses keperawatan sehongga menjadi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Saat ini, hampir buku keperawatan selalu mencantumkan lima tahap proses keperawatan tersebut dan digunakan sebagai kerangka kerja, dasar, dan pengantar dari kajian ilmu keperawatan.

Dengan berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum dalam praktik keperawatan. Pada tahun1973, American Nursing Association (ANA) menggunakan proses keperawatan sebagai pedoman dalam pengembangan standar praktik keperawatan dan digunakan sebagai suatu kerangka konsep kurikulum pendidikan keperawatan.Di Indonesia, definisi dan tahap-tahap proses keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan definisi dan standar legal praktik keperawatan dan juga sebagai kriteria dalam program sertifikasi. Kurikulum pendidikan keperawatan pada setiap jenjang pendidikan (D3, S1, S2, maupun S3) saat ini telah menggunakanproses keperawatan sebagai kerangka kerjanya.

Tahun

Tokoh

Yang dicetuskan

1955

Lidya Hall

1. Pengkajian

2. Perencanaan

3. Evaluasi

1963

Wiedenbach

1. observasi

2. bantuan pertolongan

3. validasi

1967

Yura & Walsh

1. pengkajian

2. perencanaan

3. pelaksanaan

4. evaluasi

1973

ANA

Proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan standart praktik keperawatan

1974-1976

Bloch, Roy, Muninger & Jauron dan Aspinall

1. pengkajian

2. diagnosa

3. perencanaan

4. pelaksanaan, dan

5. evaluasi

1982

NANDA

Mengklasifikasikan diagnosis keperawatan menjadi 2 :

1. diagnosa keperawatan

2. diagnosa medis

2.2 Proses keperawatan menurut para ahli

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon untuk individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami. Baik aktual maupun potensial proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.

Seiring dengan perkembangan keperawatan, keilmuan dalam praktek keperawatanpun turut berkembang berbagai penelitian berdasarkan fenomena yang ada di dunia pelayanan keperawatan dilakukan. Asuhan keperawatan merupakan tulang punggung pelayanan yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan ditentukan oleh perawat yang kompeten di bidangnya.

1. Model Teori Lidya E. Hall

Lidya E. hall dilahirkan pada 21 september 1906 di kota Newyork. Lidya E. Hall memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan yaitu:

1. Lingkaran Kepedulian (care),

Pada lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan kebutuhan pasien. Ketika kepedulian (care)berfungsi, perawat menerapkan pengetahuan yang alami dan ilmu pengetahuanbiologi yang menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman pada diri pasien, sehingga pasien itu menganggap perawat mampu menghibur dan mampu memberi kenyamanan.

2. Lingkaran Inti (core)

Pada lingkaran inti ini perawat yang profesional dalam hubungannya dengan pasien bisa membantupasien untuk menyatakan perasaan / penyakit yang dideritanya. Intinya perawat harus memperdulikan pasien untuk kesembuhan pasien.Perawat yang professional dengan menggunakan tehnik berhubungan / berhadapan langsung dengan pasien guna untukmelihat status kesehatan sekarang dan yang akan datang.

3. Lingkaran Keperawatan (cure).

Kepedulian perawat terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, dan carapengobatan suatu penyakit, sehingga tidak hanya perduli, berhadapan langsung dengan pasien tapi juga cara merawatnya. Perawat yang professional adalah perawat yang bisa membantu si pasien agar cepat sembuh sehingga dapat meringankan beban keluarga.

Teori Hall dan 4 konsep utama

Proses keperawatan yang dikenalkan meliputi hubungan antara manusia,kesehatan,bersosialisasi dengan lingkungan dan keperawatan. Uraiannya dapat dijelaskan seperti dibawah ini

1. Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami suatu penyakit membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih . individu ini membutuhkan motifasi dari semua keluarganya agar cepat sembuh.

2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri

3. Konsep lingkungan masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu akan menciptakan kesehatan yang merata dan menyeluruh.

4. Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian , inti , dan keperawatan). Tujuan utama adalah untuk mencapai suat hubungan antara individu dengan individu dengan individu lain/antara perawat dengan pasien.

2. Model Teori Menurut Wiedenbach

Wiedenbach pada tahun 1963 menjelaskan proses keperawatan sebagai alat untuk memecahkan masalah klien, keluarga. Perawatan dilakukan melaui tiga tahap diantaranya tahap observasi, tahap bantuan pertolongan dan tahap validasi

Konsep yang luas menurut Ernestine pada tahun 1967 yang nyata ditemukan dalam keperawatan yaitu :

1. The Agent Midwife

Empat elemen dalam Clinical Nursing yaitu filosofi, tujuan, praktik dan seni. Dikemukakan juga 3 poin dasar dalam filosofi keperawatan / kebidanan, yaitu:

a. Menghargai atas kehidupan yang diberikan

b. Menghargai kehormatan, otonomi dan individualisme pada setiap orang

c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain

Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.

2. The recipient

Penerima asupan adalah wanita dalam masa reproduksi, keluarganya dan masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga bidan perlu melakukan tindakan atau intervensi bila terdapat kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi secara memuaskan.

3. The Goal / purpose

Kebutuhan masing masing individu perlu diketahui sebelum menetapkan tujuan. Bila sudah diketahui kebutuhannya maka dapat diperkirakan goal / tujuan yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional, atau fisiologikal yang berbeda dari kebutuhan normal.

4. The Means

Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Ernestine menentukan beberapa tahap yaitu :

1. Identification = identifikasi kebutuhan klien

2. Ministration = memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan

3. Validation = memberikan dukungan sesuai kebutuhan

4. Coordination = mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan

5. The Framework

Meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.

Konsep keperawatan Ernestine sebagai latihan untuk mengidentifikasi kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien, utuk membantu penelitian pemberian sopan santun dan keselarasan, perkembangan dari maksud ini yaitu keselarasan dengan pasien, menentukan penyebab dari ketidaknyamanannya, dan menemukan kemampuan pasien untuk memecahkan ketidaknyamanannya atau jika pasien tersebut memerlukan bantuan dari perawat atau tenaga kesehatan professional yang lain. Perawat utamanya harus bisa mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pertolongan. Dalam memberikan perawatan seorang perawat menggunakan pandapat baik melalui perundingan, latihan, dan pemberian pendidikan tentang gejala-gejala. Persepsi pasien dari situasi ini adalah pertimbangan penting bagi perawat ketika memberikan perawatan yang kompeten.

3. Menurut Yura H dan Walsh

Yura H dan Walsh pada tahun 1983 menjelaskan dalam melakukan proses keperawatan harus melalui empat tahap yaitu tahap pengkajian, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pendapat ini sama disampaikan pada tahun 1967 dari para ahli di fakultas keperaawatan universitas Katolik di Amerika.

4. Menurut Bloch, Roy, Muninger

Menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).

Pengertian proses keperawatan menurut Roy dalam melakukan perawatan sebaiknya menggunakan enam tahapan diantaranya mengkaji faktor yang mempengaruhinya, mengidentifikasikan masalah, merumuskan tujuan, melakukan intervensi keperawatan, melakukan seleksi dan melakukan evaluasi. Dalam melakukan proses keperawatan Roy menajukan adanya penentuan diagnosa keperawatan.

5. Menurut ANA

Proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan standart praktik keperawatan. Pada tahun 1973, American Nurses Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap, meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995).

6. Menurut NANDA

Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan.

2.3 Dimensi

Definisi proses keperawatan secara umum dapat dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu tujuan, Organisasi, dan Properti/karateristik.

1. Tujuan

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Yura dan Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaanya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan keadaanya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer et al., 1996).

2. Organisasi

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, proses keperawatan dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kelima tahap tersebut berperan sebagai organisasi yang mengelola proses keperawatan secara sistematik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

3. Properti/Karakteristik

Proses keperawatan mempunyai enam karakteristik, yaitu tujuan, Sistematis, Dinamik, Interaktif, Fleksibel, dan Teoritis, yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Tujuan. Proses keperawatanmempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada klien.

2. Sistematis. Proses Keperawatan menggunakan suatu pendekatan yang terorganisasi untuk mencapai tujuan. Hal ini untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan instansi pelayanan kesehatan/keperawatan.

3. Dinamik. Proses keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan klien dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan tersebut ditujukan pada suatu perubahan respons klien yang diindentifikasi melalui hubungan antara perawat dengan klien.

4. Interaktif. Dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klian, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

5. Fleksibel. Proses keperawatan dapat dilihat dalam dua konteks, yaitu (1) dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apap pun dengan spesialisasi yang berhubungan dengan klien, kleuarga, atau masyarakat (kelompok); dan (2) tahapannya dapat digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan kedua belah pihak (perawat dan klien).

6. Teoritis. Setiap langkah proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model keperawatannya yang berlandaskan pada filosofi keperawatan bahwa asuhan keperawatan kepada klien harus menekankan pada tiga aspek, yaitu 1)Humanistik: Asuhan keperawatan memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia dan bahkan sebagai perawat, 2) Holistik: Asuhan keperawatan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh (bio-psiko-sosiospiritual), dan 3) Care: Asuhan keperawatan harus berlandaskan pada standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan.

2.4 Keuntungan Menggunakan Proses Keperawatan

A. Bagi Pelayanan Kesehatan :

1. Pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan

2. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

B. Bagi Pelaksana Keperawatan

1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan meningkat.

2. Pengembangan ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana keperawatan.

3. Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.

Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan knsumen terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi keperawatan.

4. Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.

5. Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.

Profesi keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab, penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.

6. Peningkatan rasa solidaritas.

Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.

7. Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.

Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan kepuasan bagi tenaga perawatan.

8. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan

9. Untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.

C. Bagi Pasien :

1. Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

2. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)

3. Kelanjutan asuhan

4. Terhindar dari mal-praktik

2.5 Azas-azas Proses Keperawatan

Dalam pelaksanaan proses keperawatan dianut azas-azas seagai berikut:

1. Keterbukaan, kebersamaan, dan kemitraan.

2. Manfaat, semua kebutuhan/tindakan yang diambil harus bermanfaat bagi kepentingan pasien, tenaga keperawatan, dan institusi.

3. Interdependensi, terhadap saling ketergantungan antara tenaga keperawatan dalam merawat pasien. Oleh karena itu, di butuhkan kerja sama yang baik di antara keduanya.

4. Saling menguntungkan, masing-masing pihak yang terlibat dalam hal ini perawat, klien dan institusi memperoleh kepuasan.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarahperkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsungdi tatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapijuga di dunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikankeperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yangberkelanjutan.

1.2 Saran

Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.

1