Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman wijen yang mempunyai bahasa latin Sesamum indicum L merupakan
tanaman perdu atau semacam semak – semak. Tanaman wijen mempunyai beberapa
keunggulan seperti tahan kering, mutu biji tetap baik walaupun ditanam pada lahan kurus dan
dapat dibudidayakan secara ekstensif, mempunyai nilai ekonomi yang relative tinggi dan
dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Tanaman ini juga merupakan penghasil
minyak nabati yang banyak digunakan untuk aneka industri, seperti industri makanan,
kosmetik, farmasi danlain-lain.
Kebutuhan wijen masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri,terbukti
masih adanya impor biji dan minyak wijen setiap tahun. Untuk tahun 2005 impor biji wijen
sebesar 2.804 ton dengan nilai US $ 1,19 juta dan minyak wijen sebesar 545ton dengan nilai
US $ 555 ribu. Tahun 2007 impor biji wijen sebesar 2.862 ton dengan nilai US $1,28 juta dan
minyak wijen 550 ton dengan nilai US $ 598 ribu. Demikian pula permintaan dunia akan biji
wijen meningkat dari tahun ketahun. Daerah sentra produksi tradisional adalah Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Disamping itu juga dibudidayakan di Lampung, NTB, Sulawesi Selatan,
NTT. Peluang pengembangan wijen masih cukup tinggi karena potensi lahan yang sesuai
cukup luas, terutama di Kawasan Indonesia Timur, yang sebagian besar wilayahnya berupa
lahan kering beriklim kering.
Berdasarkan peluang yang telah dijabarkan di atas, diharapkan pengembangan tentang
teknik budidaya wijen di Indonesia dapat mengalami peningkatan. Kita sebagai mahasiswa
pertanian juga harus mempunyai kontribusi untuk melakukan penyuluhan tentang keunggulan
atau manfaat yang bisa diambil dari tanaman wijen tersebut. Diharapkan dengan begitu,
banyak dari petani Indonesia yang mempunyai kesadaran untuk menanam tanaman wijen
agar kebutuhan dalam negeri akan tanaman tersebut dapat dipenuhi.
1.2 Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang teknik
budidaya tanaman wijen serta memberikan rekap hasil praktikum mata kuliah Teknologi
Hasil Pertanian selama kita menanam tanaman wijen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi tanaman wijen menurut van heenen (1981), wijen termasuk dalam
kingdom Plantae dengan divisi Spermatophyta. Tanaman wijen termasuk Angiospermae
dalam sub divisinya. Untuk class, tanaman ini termasuk Dicotyledoneae dengan ordo
Solanales. Termasuk pula dalam famili Pedaliaceae dengan genus Sesanum. Tanaman ini
termasuk dalam spesies Sesanum indicum L
Tanaman wijen merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak, dengan ketinggian
mencapai 1,5-2,0 m. Tanaman berbentuk semak yang berumur empat bulan sampai satu
tahun. Tanaman ini mampu tumbuh sepanjang tahun. Secara terperinci, bagian-bagian atau
morfologi tanaman wijen dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Batang
Batang tanaman wijen hampir seperti kayu, namun kelihatannya tidak banyak terbagi
dalam cabang-cabang. Batang berbentuk bulat atausegi empat, tergantung pada jenisnya.
2. Daun
Daun tanaman wijen tersusun berselang-seling, hampir berhadapan. Daun bagian
bawah, tengah, dan atas memiliki bentuk bervariasi: lonjong, menjari, ataupun tidak menjari.
Demikian juga, tipe daun bervariasi: bergerigi dan tidak bergerigi. Daun berwarna hijau muda
sampai hijau tua dan tangkai daun berwarna keunguan. Ukuran panjang daun berkisar antara
30 cm- 17, cm dan lebar 1 cm- 7 cm.
3. Bunga
Bunga tanaman wijen muncul dari ketiak daun, sebanyak 1-3 kuntum per ketiak daun.
Bunga bertangkai pendek, berukuran kecil, dan memiliki lima buah kotak. Bunga tersusun
atas lima daun bunga yang berbentuk seperti corong, berukuran panjang antara 2,5 cm- 3.0
cm dan diameter 0,5 cm-1,0 cm, serta berbau harum yang khas. Benang sari menempel di
dalam mahkota bunga. Warna bunga bervariasi: putih, merah jambu, atau ungu dengan
bintik-bintik kuning atau lembayung di bagian dalam.
4. Buah
Buah atau polong tanaman wijen berbentuk lonjong, dengan ukuran panjang 2,3 cm-
3,0 cm dan diameter 0,5 cm- 1,0 cm. Buah tersusun berkelompok dalam tangkai yang
berukuran panjang 2 cm dan tebal 5 mm. Dalam setiap polong terdapat 4-8 kotak sebagai
tempat biji. Jika biji telah matang, polong akan terbuka mulai dari bagian atas.
5. Biji
Biji wijen berbentuk gepeng atau sepertir, berada dalam polong denganjumlah sangat
banyak, dan terletak berhadap-hadapan dengan posisi horizontal. Warna biji berbeda-beda,
tergantung jenisnya: putih kuning-kuningan, putih berbintik-bintik hitam, keabu-abuan,
cokelat, atau hitam.
(Juanda dan Bambang. 2005)
2.2 Syarat Tumbuh
Persyaratan tumbuh tanaman wijen adalah sebagai berikut :
Tumbuh didaerah tropika dan sub tropika antara 35 0 L.U dan 40 0 L.S.
Ketinggian antara 1-1.250 meter diatas permukaan laut. Suhu optimal untuk produksi
tinggi 25–27 0 C.
Curah hujan 400-600 mm. Curah hujan kurang 300 mm atau lebih dari 1.000 mm
akan sangat mengganggu pertumbuhan. Idealnya wijen ditanam pada wilayah kering
dengan bulan basah maksimal 3 bulan.
Jenis tanah berpasir sampai lempung dengan pH tanah optimum pada kisaran 5,5 –
8,0.
( Anonymous. 2012 )
2.3 Teknik Budidaya
Varietas.
Penggunaan varietas perlu disesuaikan dengan kondisi iklim, tanah dan
tujuanpenanaman. Pada pertanaman monokultur dianjurkan menggunakan var. Bercabangdan
pertanaman polikultur, tumpangsari menggunakan varietas. yang tidakbercabang. Pada tahun
1997 telah dilepas 2 (dua) varietas unggul wijen oleh BalaiPenelitian Tembakau dan
Tanaman Serat (Balittas, yaitu var Sumberejo 1 (Sbr1)produktivitas 1-1,6 ton/hektar dan
habitus bercabang banyak dan Sumberejo 2(Sbr2) dengan produktivitas 0,8-1,4 ton/hektar
dan habitus tidak bercabang.
Kebutuhan Benih.
Kebutuhan benih untuk penanaman monokultur 2,5–4 kg/ha dan untuk tumpangsari
1–2 kg/ha. Untuk mencegah kekurangan benih pada saat penanaman (karena bijinyakecil-
kecil), maka benih dicampur terlebih dahulu dengan abu dapur/pasir denganperbandingan
1:1.
Penanaman
Setelah tanah diolah dapat dilakukan penanaman dengan ditugal (apabila tanahsudah
basah) atau dicoak (tanah yang masih kering). Jarak tanam dengan polatanam monokultur 25
cm x 40 cm atau 25 cm x 60 cm. Sedangkan dengan polatanam tumpangsari dapat
disesuaikan dengan jenis tanaman pokoknya. Waktu tanam pada wilayah yang musim
hujannya pendek pada awal musim penghujan dan untuk wilayah berpengairan atau musim
hujannya panjang pada akhir musim penghujan yaitu 1–2 bulan sebelum bulan kering. Umur
tanaman wijen berkisar 75-150 hari.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman wijen yang dilakukan adalah penjarangan,
penyiangan,pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit.
a) Penjarangan dilakukan setelah umur 15-20 hari, tiap lubang tanam disisakan 2
tanaman.
b) Penyiangan/pengendalian gulma dilakukan sejak awal pertumbuhan sampaiumur 45
hari sebanyak 2-3 kali.
c) Pupuk dasar (PdanK) apabila diperlukan dapat diberikan seluruhnya pada saattanam
dan pupuk N diberikan hanya 1/3 dari dosis yang direkomendasikan,sisanya 2/3 dosis
diberikan pada saat tanaman berumur 30-35 hari. Dosis pupukN sebanyak 45
kg/hektar (setara 100 kg Urea), sedang pupuk P dan Kdisesuaikan dengan kesuburan
tanah. Cara pemberian pupuk dapat dilakukandengan cara di tugal 5 cm dari lubang
tanam sedalam 2,5–5 cm.
d) Pengendalian hama dan penyakit
Hama tanaman wijen antara lain: hama keriting daun (Polyphagotarsonemus sp,Aphis
sp.), penggerek daun (Antigastra sp).
Penyakit tanaman wijen antara lain filodi, bercak daun, keriting daun.Pengendalian
dapat dilakukan secara budidaya, mekanis dan kimiawi.Pengendalian secara kimia
dirasa kurang efisien, sehingga umumnya ditempuhdengan penggunaan varietas yang
toleran, pengaturan jarak tanam, pola tanamdan waktu tanam.
Panen dan Pasca panen
Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna hijau
kekuningan.Penguningan dimulai dari polong-polong yang berkedudukan dibawah. Bila
terlambat, polong akan pecah, biji jatuh dan tidak lagi dapat diambil. Panendilakukan dengan
cara batangnya dipotong 10-15 cm dibawah polong buah. Batangyang telah dipotong
dibendel dan diikat dengan garis tengah 15-20 cm, kemudiandijemur dibawah sinar matahari
dengan keadaan berdiri selama 3-5 hari sampai kadarairnya mencapai + 6%. Tempat
penjemuran sebaiknya diberi alas/ tikar untukmenampung biji yang rontok. Jika polong sudah
pecah maka bendelan wijen dibaliksambil dipukul-pukul batangnya agar biji wijen keluar
dari polongnya. Pengeringanyang kurang kering menyebabkan biji wijen mudah rusak dalam
penyimpanan, tetapikalau terlalu kering akan menurunkan kadar minyaknya. Penyimpanan
biji keringsebaiknya dengan pembungkus yang kedap udara.
(Anonymous, 2012 )
2.4 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas
Ada beberapa perlakuan yang diterapkan dalam penanaman komoditas yang
berjumlah 13 tersebut. Akan tetapi, dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman kali ini,
komoditas kami tidak mendapat perlakuan apa pun. Oleh sebab itu, untuk sub bab ini kami
tidak bisa menjelaskan hubungan perlakuan yang digunakan dengan komoditas yang kami
tanam yaitu wijen.
Untuk komoditas lain semisal semangka, ada perbedaan perlakuan dalam hal
penggunaan mulsa. Mulsa yang digunakan berupa jerami kering dan mulsa plastik hitam
perak. Dari segi hasil, penggunaan mulsa yang berbeda juga akan berpengaruh terhadap hasil
panen tanaman semangka tersebut. Hal itu dikarenakan masing – masing mulsa mmpunyai
kelemahan dan kelebihan masing – masing.
Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik dari aspek fisik maupun kimia tanah.
Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan
kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Penggunaan mulsa akan mempengaruhi suhu
tanah. Penggunaan mulsa akan mencegah radiasi langsung matahari (Doring et al., 2006;
Bareisis dan Viselga, 2002). Suhu tanah maksimum di bawah mulsa jerami padakedalaman 5
cm 10ºC lebih rendah dari pada tanpa mulsa, sedangkan suhu minimum 1.9°C lebih tinggi
(Midmore, 1983; Mahmood et al., 2002; Rosniawati dan Hamdani, 2004; Hamdani dan
Simarmata, 2005).
Efek aplikasi mulsa ditentukan oleh jenis bahan mulsa. Bahan yang dapat digunakan
sebagai mulsa di antaranya sisa-sisa tanaman (serasah dan jerami) atau bahan plastik. Doring
et al. (2006) menyatakan bahwa mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih
tinggidibandingkan dengan mulsa plastik. Menurut Mahmood et al. (2002) mulsa jerami atau
mulsa yang berasal dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah
sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan
tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik. Jadi jenis
mulsa yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban,
kandungan air tanah, penekanan gulma dan organisme pengganggu.
(Hamdani. 2009)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum untuk mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman ini dilaksanakan pada
Selasa, 25 September 2012 sampai selesai. Tempat pelaksanaannya yaitu di Keun Percobaan
Ngijo, Karangploso Malang.
3.2 Alat dan Bahan + Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini terdiri dari tali ravia yang fungsinya
yaitu untuk membuat batas pada bedengan yang dibuat di lahan. Alat yang lainnya berupa
tongkat kayu setinggi 20 cm yang berguna untuk tempat melilitnya tali ravia saat membuat
bedengan. Untuk memotong tali ravia, kita menggunakan gunting. Dalam mengolah tanah,
alat yang kita gunakan yaitu cangkul. Cangkul disini erguna untuk menggemurkan tanah serta
mempermudah dalam memuat bedengan tersebut. Setelah selesai mengolah lahan, kita
membutuhkan tugal yang fungsinya untuk mempermudah dalam pembuatan lubang tanam
dan pupuk. Dalam proses perawatan dan pengamatan, kita membutuhkan gemor untuk
menyiram dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan kita. Selain itu, kita juga
menggunakan penggaris atau meteran untuk mengukur tinggi tanaman yang kita amati.
Sedangkan bahan yang kita gunakan dalam praktikum ini adalah, benih wijen sebagai
bahan tanam, pupuk urea dan KCl sebagai ahan untuk memupuk dan juga air untuk mengairi
tanaman.
3.3 Cara Kerja
Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mempersiapkan lahan.
Persiapan lahan ini dimulai dengan mengolah tanah yang ada di lapang. Pengolahan tanah
tidak dilakukan oleh praktikan, melainkan sudah diolah sebelumnya oleh asisten dan petani
setempat. Setelah mengolah lahan, para praktikan ditugaskan membuat bedengan dengan
ukuran 1 cm x 4,5 cm. Pembuatan bedengan ini dengan menggunakan tali ravia agar
memudahkan dalam membuat jarak tanam dan lubang tanam. Setelah bedengan selesai
dibuat, lepas tali rafia dan tongkat kayu pada bedengan tersebut. Pada minggu berikutnya,
buat lubang tanam dengan menggunakan tugal. Setelah itu, masing – masing lubang tanam
diberi 5 benih wijen. Jarak tanam pada tanaman wijen ini yaitu, 50 cm x 25 cm. Untuk
pemupukan, dilakukan dua minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea
dan KCl. Pada waktu yang sama, dilakukan pula penyulaman pada tanaman yang mati.
Penyulaman tersebut dimaksudkan agar semua lubang dapat memiliki tanaman yang hidup.
Setelah dua minggu setelah dilakukan penyulaman, dilakukan pula penjarangan. Dalam tahap
ini, diperlakukan satu lubang dua tanaman, jadi untuk tanaman yang mempunyai lebih dari
dua harus mencabut tanaman yang selebihnya. Untuk lubang yang hanya mempunyai satu
tanaman, bisa menagmbil tanaman dari lubang yang lebih tadi. Pada minggu kelima, mulai
dilakukan penghitungan tinggi tanaman dan jumlah cabang pada setiap sampel. Pada
perlakuan ini, digunakan lima lubang atau sepuluh sampel. Pengukuran dilakukan setiap
minggu sampai minggu ke kedelapan. Pada setiap minggu dilakukan pula pemeliharaan
berupa penyiraman dan pemangkasan gulma. Pemeliharaan ini dilakukan sampai kita pada
akhirnya bisa panen. Tahap yang terakhir yaitu pemanenan. Namun, dikarenakan lahan yang
digunakan sudah digusur sebelum waktu panen, maka kita tidak sampai pada tahap panen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Daftar Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Jumlah Cabang Tanaman Sampel Q
Letak Tanaman
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Jumlah Cabang
Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 4
Lubang 8
(lajur kiri)
Tanaman A
Tanaman B
9,5
9
13
11
21
17
40
30
6
6
8
6
10
8
34
16
3
-
Lubang 2
(lajur
kanan)
Tanaman A
Tanaman B
7
4
11
10
20
22
35
40
6
6
6
6
8
8
24
20
2
2
Lubang 4
(lajur
kanan)
Tanaman A
Tanaman B
7
6
9
-
15
-
32
-
7
5
6
-
8
-
16
-
-
-
Lubang 5
(lajur
kanan)
Tanaman A
Tanaman B
5
5
14
12
25
23
50
48
4
5
8
8
18
10
22
24
3
4
Lubang 8
(lajur
kanan)
Tanaman A
Tanaman B
7
6
14
10
18
16
37
31
8
6
8
6
10
8
24
10
4
-
Rata - rata 6,55 11,5 19,6 38,1 5,9 6,8 9,7 21,1 2,8
Foto Pengamatan Kelas Q
Nama Tanaman Foto Pengamatan
Lubang 8
(lajur kiri)
Gambar 1. Tanaman sampel pada luang 8
Lubang 2
(lajur kanan)
Gambar 2. Tanaman sampel pada lubang 2
Lubang 4
(lajur kanan)
Gambar 3. Tanaman sampel pada lubang 4
Lubang 5
(lajur kanan)
Gambar 4. Tanaman sampel pada lubang 5
Lubang 8
(lajur kanan)
Gambar 5. Sampel tanaman pada lubang 8
4.1.2 Grafik Pengamatan kelas Q
A. Grafik tinggi tanaman
B. Grafik Jumlah Daun
C. Grafik Jumlah Cabang
4.1.3 Hasil Perbandingan Dengan Kelas P
0
10
20
30
40
50
60
minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu 8
tanaman 1
tanaman 2
tanaman 3
tanaman 4
tanaman 5
tanaman 6
tanaman 7
tanaman 8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
tanaman 1
tanaman 2
tanaman 3
tanaman 4
tanaman 5
tanaman 6
tanaman 7
tanaman 8
tanaman 9
012345
Jum
lah
Cab
ang
wije
n
kel
as Q
Grafik jumlah cabang pada minggu ke-4
1
2
3
4
5
6
Letak Tanaman
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Jumlah Cabang
Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 4
Lajur
Kanan
(Lubang 5)
Tanaman A
Tanaman B
6
4
7
5
14
9.5
29.5
16
9
6
15
7
20
8
56
16
6
-
Lajur
Kanan
(Lubang 6)
Tanaman A
Tanaman B
4
4
6
6.5
12.5
10
27
21
6
6
10
9
15
13
38
24
4
3
Lajur
Kanan
(lubang 8)
Tanaman A
Tanaman B
2
2
5.5
5.5
15
14
32.5
30.5
7
8
15
14
22
21
60
44
8
5
Lajur kiri
(Lubang 4)
Tanaman A
Tanaman B
3
3.5
7
8
16
18
33
39.5
8
8
12
14
15
24
41
62
4
8
Lajur Kiri
(lubang 8)
Tanaman A
Tanaman B
4
3
5.5
5
14
14
25.5
24
7
7
10
14
14
19
33
36
4
4
Rata - rata 3,55 6,1 13,7 27,85 7,2 12 17,1 41 5,1
Tabel 2. Daftar Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Jumlah Cabang Tanaman Sampel Q
Foto pengamatan
Nama Tanaman Foto Pengamatan
Lajur Kanan
(Lubang 5)
Tanaman A
Tanaman B
Lajur Kanan
(Lubang 6)
Tanaman A
Tanaman B
Lajur Kanan
(lubang 8)
Tanaman A
Tanaman B
Lajur kiri
(Lubang 4)
Tanaman A
Tanaman B
Lajur Kiri
(lubang 8)
Tanaman A
Tanaman B
A. Grafik Tinggi Tanaman Contoh
Tin
ggi d
alam
cm
Tinggi Tanaman Contoh Wijen dalam (cm)
Minggu IV
Minggu III
Minggu II
Minggu I
B. Grafik Jumlah Daun Pada Tanaman
C. Grafik Jumlah Cabang Pada Minggu ke-4
4.1.4 Perbandingan Dengan Kelas H
Tabel 3. Perbandingan Dengan Kelas H
Tanggal 5 Nopember 2012
Kriteria
tanaman
Sample 1 Sample 2 Sample 3
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 3 tan 4 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 12 17 8 8 9 11 11 9 10
Jmlcabang - - - - - - - - -
Jmldaun 7 9 6 6 8 6 5 8 9
Axi
s Ti
tle
Grafik Jumlah Daun pada Tanaman contoh (buah)
Minggu IV
Minggu III
Minggu II
Minggu I
Jum
lah
ca
ban
g(b
uah
)
Grafik Jumlah cabang di Minggu ke-4
Tanaman A (Kanan,Lubang 5)
Tanaman B (kanan,lubang 5
Tanaman A (Kanan,Lubang 6)
Tanaman B (kanan,lubang 6)
Tanaman A (Kanan,Lubang 8)
Kriteria
tanaman
Sample 4 Sample 5 Sample 6
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 8 7,4 8,4 8,7 9 10 15
Jmlcabang - - - - 2 2 2
Jmldaun 7 8 9 9 10 10 13
Jumlah Tanaman = 16
Rata – rata tinggi = 10,09
Rata – rata jumlah daun = 8,125
Tanggal 12 Nopember 2012
Kriteria
tanaman
Sample 1 Sample 2 Sample 3
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 3 tan 4 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 26 31 23 19 23 21 21 18 25
Jmlcabang 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Jmldaun 27 36 17 15 22 16 13 18 29
Kriteriatan
aman
Sample 4 Sample 5 Sample 6
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 27 35 39 40 44 40 50
Jmlcabang 2 2 2 2 4 4 5
Jmldaun 31 35 33 38 35 29 43
Jumlah Tanaman = 16
Rata – rata tinggi = 30,125
Rata – rata jumlah cabang = 2, 4375
Rata – rata jumlah daun = 27,3125
Tanggal 19 Nopember 2012
Kriteria
tanaman
Sample 1 Sample 2 Sample 3
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 3 tan 4 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 43 45 31 16 32 31 31 39 32
Jmlcabang 4 4 2 4 3 4 4 4 5
Jmldaun 28 36 18 21 28 23 26 22 37
Kriteriatan
aman
Sample 4 Sample 5 Sample 6
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 34 44 40 47 57 51 64
Jmlcabang 4 6 6 6 8 10 14
Jmldaun 36 42 41 46 51 47 64
Jumlah Tanaman = 16
Rata – rata tinggi = 39,8125
Rata – rata jumlah cabang = 5,5
Rata – rata jumlah daun = 35,375
Tanggal 26 Nopember 2012
Kriteriatan
aman
Sample 1 Sample 2 Sample 3
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 3 tan 4 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 52 58 46 47 49 48 32 51 59
Jmlcabang 8 8 4 4 7 7 6 9 6
Jmldaun 29 38 16 36 50 48 32 78 60
Kriteriatan
aman
Sample 4 Sample 5 Sample 6
tan 1 tan 2 tan 3 tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
Tinggi (cm) 37 51 45 57 70 56 86
Jmlcabang 8 4 6 4 5 14 21
Jmldaun 39 57 41 53 72 50 91
Jumlah Tanaman = 16
Rata – rata tinggi = 52,75
Rata – rata jumlah cabang = 7,5625
Rata – rata jumlah daun = 49,375
4.1.5 Grafik Perbandingan 3 Kelas
Grafik 1. Rata - Rata Tinggi Tanaman
Grafik 2. Rata – Rata Jumlah Daun
0
10
20
30
40
50
60
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 4
kelas H
kelas P
kelas Q
0
10
20
30
40
50
60
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 4
kelas H
kelas P
kelas Q
Grafik 3. Rata – Rata Jumlah Cabang
4.2 Pembahasan
Pada bab pembahasan, hal pertama yang akan dibahas adalah tinggi tanaman.
Berdasarkan hasil lapang, perkembangan tinggi tanaman pada setiap tanaman sampel yang
berjumlah sepuluh tanaman mengalami penambahan tinggi atau bertambah tinggi pada setiap
minggunya. Pengamatan ini dilakukan selama empat minggu. Tanaman pertama pada minggu
pertama pengamatan mempunyai tinggi 9,5 cm. Pada minggu kedua pengamatan tingginya
bertambah menjadi 13 cm. Pada minggu ketiga pengamatan bertambah lagi menjadi 21 cm,
dan pada minggu terakhir pengamatan 40 cm. Pada tanaman sampel kedua, pengamatan pada
minggu pertama menunjukkan tinggi 9 cm. Pada pengamatan minggu kedua menunjukkan
penambahan tinggi menjadi 11 cm. Pada minggu ketiga tinggi tanaman bertambah menjadi
17 cm, dan pada minggu keempat pengamatan tinggi menunjukkan angka 30 cm. antara
tanaman sampel satu dan tanaman sampel dua terdapat pada lubang yang sama. Pada sampel
tanaman ketiga di minggu pertama pengamatan menunjukkan hasil yaitu 7 cm. Pada
pangamatan kedua menunjukkan angka 11 cm, sedangkan pada pengamatan ketiga
menunjukkan penambahan 9 cm menjadi 20 cm, dan pada pengamatan minggu keempat
menunjukkan angka 35 cm. Untuk sampel tanaman keempat menunjukkan tinggi tanaman
sebesar 4 cm pada minggu pertama pengamatan. Pada minggu kedua pengamatan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan3 pengamatan 4
kelas H
kelas P
kelas Q
menunjukkan angka 10 cm atau bertambah tinggi 6 cm dari sebelumnya. Pada pengamatan
minggu ketiga menunjukkan angka 22 cm. Dan pada minggu terakhir pengamatan
menunjukkan angka 40 cm. Seperti halnya tanaman satu dan dua, tanaman tiga dan empat
juga terdapat pada satu lubang. Pada tanaman sampel lima yang terdapat pada lubang ketiga
pada awalnya mempunyai tinggi 5 cm, pada minggu kedua pengamatan menunjukkan angka
14 cm, pada minggu ketiga pengamatan menunjukkan tinggi 25 cm, sedangkan pada minggu
terakhir pengamatan menunjukkan tinggi 50 cm. Pada tanaman keenam awalnya
menunjukkan tinggi 5 cm, pada pengamatan kedua menunjukkan angka 12 cm, pada
pengamatan ketiga tingginya beubah menjadi 23 cm, dan pada pengamatan terakhir menjadi
48 cm. Pada tanaman sampel ketujuh minggu pertama menunjukkan angka 5 cm, pada
minggu kedua 12 cm, pada minggu ketiga menunjukkan tinggi 23 cm, sedangkan pada
minggu terakhir menunjukkan 48 cm. Pada tanaman sampel kedelapan menunjukkan tinggi
tanaman yaitu 7 cm, pada minggu kedua sampelmenunjukkan angka 14 cm, pada minggu
ketiga bertambah 18 cm, dan pada minggu terakhir pengamatan menunjukkan angka 37 cm.
Pada tanaman sampel terakhir pada minggu pertama pengamatan tinggi tanaman
menunjukkan angka 6 cm. Sedangkan pada pengamatan minggu kedua menunjukkan angka
10 cm. Pada minggu ketiga pengamatan tingginya 16 cm. dan pada minggu terakhir
pengamatan tinggi tanaman sampel menunjukkan angka 31 cm.
Untuk jumlah daun pada tanaman sampel pertama pengamatan minggu kesatu
mempunyai jumlah daun sebanyak 6 buah. Selanjutnya pada pengamatan minggu kedua daun
bertambah menjadi 8 buah. Kemudian pada pengamatan minggu ketiga bertambah menjadi
10 buah dan pada pengamatan minggu keempat jumlah daun bertambah menjadi 34 buah.
Pada sampel tanaman kedua pada pengamatan minggu pertama dan minggu kedua jumlah
daun tetap sama yakni sebanyak 6 buah daun. Lalu pada pengamatan minggu ketiga
bertambah menjadi 8 buah selanjutnya pada pengamatan minggu keempat jumlah daun
menjadi 16 buah. Pada sampel tanaman ketiga pada pengamatan minggu pertama dan kedua
tanaman memiliki jumlah daun sebanyak 6 buah pada pengamatan minggu kedua tidak terjadi
penambahan daun, lalu pada pengamatan minggu ketiga jumlah daun bertambah menjadi 8
buah dan pada pengamatan minggu keempat jumlah daun menjadi 24 buah. Pada sampel
tanaman keempat pada pengamatan pertama dan kedua didapatkan jumlah daun sebanyak 6
buah lalu pada pengamatan ketiga jumlah daun bertambah menjadi 8 buah dan pada
pengamatan minggu keempat bertambah menjadi 20 buah. Pada tanaman sampel kelima
jumlah daun yang didapat pada minggu pertama sebanyak 5 buah lalu pada pengamatan
minggu kedua bertambah menjadi 6 buah. Kemudian pada pengamatan minggu ketiga
bertambah menjadi 8 buah dan pada minggu keempat bertambah menjadi 16 buah. Pada
sampel tanaman keenam pengamatan minggu pertama didapatkan jumlah daun sebanyak 4
buah. Lalu pada pengamatan minggu kedua daun bertambah menjadi 8 buah kemudian pada
pengamatan minggu ketiga bertambah menjadi 18 buah dan pada pengamatan keempat
menjadi 22 buah. Pada sampel tanaman ketujuh pengamatan minggu pertama jumlah daun
yang diperoleh sebanyak 5 buah lalu pada pengamatan minggu kedua jumlah daun bertambah
menjadi 8 buah selanjutnya pada pengamatan minggu ketiga jumlah daun bertambah menjadi
10 buah dan pada pengamatan minggu keempat jumlah daun menjadi 24 buah. Pada sampel
tanaman kedelapan pengamatan pertama didapatkan jumlah daun sebanyak 5 buah kemudian
pada pengamatan mingguke dua daun bertambah menjadi 8 buah kemudian pada pengamatan
minggu ketiga jumlah daun bertambah menjadi 10 buah dan pada pengamatan minggu
keempat menjadi 24 buah. Pada sampel tanaman kesembilan pengamatan minggu pertama
didapatkan jumlah daun adalah 6. Buah kemudian pada pengamatan minggu kedua tidak
mengalami pertambahan selanjutnya pada pengamatan minggu ketiga didapatkan daun
bertambah menjadi 8 buah dan pada pengamatan terakhir minggu keempat daun bertambah
menjadi 10 buah. Menurut perbandingan dengan literatur, faktor cahaya matahari yang
penting untuk pertumbuhan tanaman adalah intensitas dan lama penyinaran. Semakin besar
intensitas cahaya matahari yang dapat diterima oleh tanaman, semakin cepat proses
pembungangan dan pembentukan biji buah. Untuk dapat berasimilasi dengan baik tanaman
memerlukan intensitas cahaya matahari yang besar (Sri Setyadi Harjadi, 1979). Penyinaran
matahari dipengaruhi cuaca jika musim hujan penyinaran cahaya matahari akan berkurang
sehingga menyebabkan perkembangan tanaman menjadi terhambat. Pada kasus di lapang,
menurut kami tidak sesuai dengan literatur, karena pada kenyataannya tanaman wijen ini
ditanam pada musin penghujan yang mempunyai curah hujan tinggi dan lama penyinaran
rendah, sehingga tanaman ini kurang bisa tumbuh optimal.
Perbandingan Tinggi Tanaman Kelas Q Dengan Kelas P dan Kelas H
Tanaman pertama pada minggu pertama pengamatan mempunyai tinggi 9,5 cm, pada
kelas P 6 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 12 cm. Pada minggu kedua pengamatan
tingginya bertambah menjadi 13 cm pada kelas P 7 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 8
cm. Pada minggu ketiga pengamatan bertambah lagi menjadi 21 cm, pada kelas P 14 cm
untuk kelompok H tinggi tanaman 43 cm dan pada minggu terakhir pengamatan 40 cm ,kelas
P 29,5 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 52 cm. Pada tanaman sampel kedua,
pengamatan pada minggu pertama menunjukkan tinggi 9 cm sedangkan pada kelompok kelas
P 4 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 17 cm. Pada pengamatan minggu kedua
menunjukkan penambahan tinggi menjadi 11cm sedangkan pada kelompok kelas P 5 cm
untuk kelompok H tinggi tanaman 31 cm. Pada minggu ketiga tinggi tanaman bertambah
menjadi 17 cm sedangkan pada kelompok kelas P 9.5 cm, untuk kelompok H tinggi tanaman
45 cm. dan pada minggu keempat pengamatan tinggi menunjukkan angka 30 cm sedangkan
pada kelompok kelas P 16 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 58 cm.
Pada sampel tanaman ketiga di minggu pertama pengamatan menunjukkan hasil yaitu
7 cm sedangkan pada kelompok kelas P 4 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 9 cm. Pada
pangamatan kedua menunjukkan angka 11 cm sedangkan pada kelompok kelas P 6 cm, untuk
kelompok H tinggi tanaman 18 cm. sedangkan pada pengamatan ketiga menunjukkan
penambahan menjadi 20cm sedangkan pada kelompok kelas P 12,5 cm, untuk kelompok H
tinggi tanaman 39 cm. dan pada pengamatan minggu keempat menunjukkan angka 35 cm
sedangkan pada kelompok kelas P 27 cm. untuk kelompok H tinggi tanaman 51 cm. Untuk
sampel tanaman keempat menunjukkan tinggi tanaman sebesar 4cm sama pada kelompok
kelas P 4 cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 8 cm, pada minggu pertama pengamatan.
Pada minggu kedua pengamatan menunjukkan angka 10 cm sedangkan pada kelompok kelas
P 6.5 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 27 cm. Pada pengamatan minggu ketiga
menunjukkan angka 22 cm sedangkan pada kelompok kelas P 10 cm untuk kelompok H
tinggi tanaman 34 cm. Dan pada minggu terakhir pengamatan menunjukkan angka 40 cm
sedangkan pada kelompok kelas P 21 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 37 cm. Pada
tanaman sampel lima yang terdapat pada lubang ketiga pada awalnya mempunyai tinggi 5 cm
sedangkan pada kelompok kelas P 2 cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 8,7 cm. pada
minggu kedua pengamatan menunjukkan angka 14 cm sedangkan pada kelompok kelas P 5.5
cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 40 cm. pada minggu ketiga pengamatan menunjukkan
tinggi 22 cm sedangkan pada kelompok kelas P 15 cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 47
cm. sedangkan pada minggu terakhir pengamatan menunjukkan tinggi 40 cm sedangkan
pada kelompok kelas P 32.5 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 57 cm. Pada tanaman
keenam awalnya menunjukkan tinggi 5 cm sedangkan pada kelompok kelas P 2 cm, untuk
kelompok H tinggi tanaman 10 cm pada pengamatan kedua menunjukkan angka 12 cm
sedangkan pada kelompok kelas P 5.5 cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 40 cm pada
pengamatan ketiga tingginya berubah menjadi 23 cm sedangkan pada kelompok kelas P 14
cm, untuk kelompok H tinggi tanaman 51 cm. dan pada pengamatan terakhir menjadi 48 cm
sedangkan pada kelompok kelas P 30.5 cm. untuk kelompok H tinggi tanaman 56 cm. Pada
tanaman sampel ketujuh minggu pertama menunjukkan angka 5 cm sedangkan pada
kelompok kelas P 7 cm, pada minggu kedua 12 cm sedangkan pada kelompok kelas P 7 cm,
pada minggu ketiga menunjukkan tinggi 23 cm sedangkan pada kelompok kelas P 16 cm,
sedangkan pada minggu terakhir 48 cm sedangkan pada kelompok kelas P menunjukkan 33
cm.
Pada tanaman sampel kedelapan menunjukkan tinggi tanaman yaitu 7 cm sedangkan pada
kelompok kelas P 3.5 cm, pada minggu kedua sampel menunjukkan angka 14 cm sedangkan
pada kelompok kelas P 8 cm, pada minggu ketiga bertambah sama pada kelompok kelas P 18
cm, dan pada minggu terakhir pengamatan menunjukkan angka 37 cm sedangkan pada
kelompok kelas P 39.5 cm. Pada sampel tanaman kesembilan tinggi pada minggu pertama
pengamatan didapatkan tinggi tanaman 4 cm, pada minggu kedua tinggi tanaman
menunjukan pertambahan menjadi 5.5 cm, pada minggu ketiga sampel menunjukan
pertambahan menjadi 14 cm dan pada pengamatan minggu keempat tinggi tanaman menjadi
25.5 cm. Pada tanaman sampel kesepuluh minggu pertama menunjukkan angka 3 cm, pada
minggu kedua 5 cm, pada minggu ketiga menunjukkan tinggi 14 cm, sedangkan pada minggu
terakhir menunjukkan 24 cm. Dari data yang diperoleh tinggi tanaman sampel kelompok
kelas P dan kelas H dibandingkan dengan kelompok Kelas Q terdapat perbedaan tinggi
tanaman yang sangat terlihat dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman sampel satu tinggi
tanaman kelas Q 9,5 cm, pada kelas P 6 cm untuk kelompok H tinggi tanaman 12 cm.
Tanaman dari kelompok H pertumbuhan tanaman lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
kelas Q dan P. Pertumbuhan tanaman wijen dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya air
dan unsur hara dan tidak ketinggalan cahaya matahari diketahui bahwa wijen adalah tanaman
yang memepunyai respon tinggi terhadap periodepenyinaran (Beech, 1981). Dalam
pertumbuhannya tanaman wijen memerlukan sinar matahari antara 9-10 jam.
Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Kelas Q Dengan Kelas P dan Kelas H
Pada tanaman sampel pertama pengamatan minggu kesatu mempunyai jumlah daun
sebanyak 6 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 9 buah dan pada kelas H sebanyak 7
buah. Selanjutnya pada pengamatan minggu kedua daun bertambah menjadi 8 buah pada
kelas P jumlah daun sebanyak 15 buah dan pada kelas H sebanyak 27 buah. Kemudian pada
pengamatan minggu ketiga bertambah menjadi 10 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak
20 buah dan pada kelas H sebanyak 28 buah dan pada pengamatan minggu keempat jumlah
daun bertambah menjadi 34 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 56 buah dan pada kelas
H sebanyak 29 buah Pada sampel tanaman kedua pada pengamatan minggu pertama
sebanyak 6 buah daun pada kelas P jumlah daun sebanyak 6 buah dan pada kelas H sebanyak
6 buah dan minggu kedua jumlah daun yakni sebanyak 6 buah daun pada kelas P jumlah daun
sebanyak 7 buah dan pada kelas H sebanyak 15 buah. Lalu pada pengamatan minggu ketiga
bertambah menjadi 8 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 8 buah dan pada kelas H
sebanyak 21 buah . selanjutnya pada pengamatan minggu keempat jumlah daun menjadi 16
buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 16 buah dan pada kelas H sebanyak 36 buah . Pada
sampel tanaman ketiga pada pengamatan minggu pertama tanaman memiliki jumlah daun
sebanyak 6 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 6 buah dan pada kelas H sebanyak 8
buah . dan tanaman kedua memiliki jumlah daun sebanyak 6 buah pada kelas P jumlah daun
sebanyak 10 buah dan pada kelas H sebanyak 18 buah. lalu pada pengamatan minggu ketiga
jumlah daun bertambah menjadi 8 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 15 buah dan pada
kelas H sebanyak 22 buah . dan pada pengamatan minggu keempat jumlah daun menjadi 24
buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 38 buah dan pada kelas H sebanyak 78 buah . Pada
sampel tanaman keempat pada pengamatan pertama jumlah daun yang didapat 6 buah pada
kelas P jumlah daun sebanyak 6 buah dan pada kelas H sebanyak 7 buah. dan pengamatan
kedua didapatkan jumlah daun sebanyak 6 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 9 buah
dan pada kelas H sebanyak 31 buah . lalu pada pengamatan ketiga jumlah daun bertambah
menjadi 8 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 13 buah dan pada kelas H sebanyak 36
buah dan pada pengamatan minggu keempat bertambah menjadi 20 buah. pada kelas P
jumlah daun sebanyak 24 buah dan pada kelas H sebanyak 39 buah. Pada tanaman sampel
kelima jumlah daun yang didapat pada minggu pertama sebanyak 5 buah pada kelas P jumlah
daun sebanyak 7 buah dan pada kelas H sebanyak 9 buah. lalu pada pengamatan minggu
kedua bertambah menjadi 6 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 15 buah dan pada kelas
H sebanyak 38 buah. Kemudian pada pengamatan minggu ketiga bertambah menjadi 8 buah
pada kelas P jumlah daun sebanyak 22 buah dan pada kelas H sebanyak 46 buah dan pada
minggu keempat bertambah menjadi 16 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 60 buah
dan pada kelas H sebanyak 53 buah. Pada sampel tanaman keenam pengamatan minggu
pertama didapatkan jumlah daun sebanyak 4 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 8
buah dan pada kelas H sebanyak 10 buah .Lalu pada pengamatan minggu kedua daun
bertambah menjadi 8 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 14 buah dan pada kelas H
sebanyak 29 buah . kemudian pada pengamatan minggu ketiga bertambah menjadi 18 buah
pada kelas P jumlah daun sebanyak 21 buah dan pada kelas H sebanyak 47 buah . dan pada
pengamatan keempat menjadi 22 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 44 buah dan pada
kelas H sebanyak 50 buah. Pada sampel tanaman ketujuh pengamatan minggu pertama
jumlah daun yang diperoleh sebanyak 5 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 7 buah dan
pada kelas H sebanyak buah . lalu pada pengamatan minggu kedua jumlah daun bertambah
menjadi 8 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 15 buah. selanjutnya pada pengamatan
minggu ketiga jumlah daun bertambah menjadi 10 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak
22 buah .dan pada pengamatan minggu keempat jumlah daun menjadi 24 buah. pada kelas P
jumlah daun sebanyak 60 buah. Pada sampel tanaman kedelapan pengamatan pertama
didapatkan jumlah daun sebanyak 5 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 8 buah.
kemudian pada pengamatan minggu kedua daun bertambah menjadi 8 buah pada kelas P
jumlah daun sebanyak 14 buah. kemudian pada pengamatan minggu ketiga jumlah daun
bertambah menjadi 10 buah pada kelas P jumlah daun sebanyak 24 buah. pada pengamatan
minggu keempat menjadi 24 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 62 buah. Pada sampel
tanaman kesembilan pengamatan minggu pertama didapatkan jumlah daun adalah 6 buah
pada kelas P jumlah daun sebanyak 7 buah. kemudian pada pengamatan minggu kedua tidak
mengalami pertambahan pada kelas P jumlah daun sebanyak 10 buah. selanjutnya pada
pengamatan minggu ketiga didapatkan daun bertambah menjadi 8 buah pada kelas P jumlah
daun sebanyak 14 buah. pada pengamatan terakhir minggu keempat daun bertambah menjadi
10 buah. pada kelas P jumlah daun sebanyak 33 buah. Dari data diatas dapat diketahui
pertumbuhan daun pada tanaman kelompok kelas H lebih banyak dibandingkan dengan
dengan kelompok dari kelas P dan Q. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman
mempengaruhi jumlah daun. disebabkan karena perbedaan waktu tanam yang mana waktu
tanam kelompok kelas H lebih dulu sehingga pertumbuhan lebih cepat. kemudian dari
perlakuan terhadap tanaman yang dilakukan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. .
Untuk dapat berasimilasi dengan baik tanaman memerlukan intensitas cahaya matahari yang
besar(Sri Setyadi Harjadi, 1979). Penyinaran matahari dipengaruhi cuaca jika musim hujan
penyinaran cahaya matahari akan berkurang sehingga menyebabkan perkembangan tanaman
terhambat. Pembentukan daun dipengaruhi oleh intensitas sehingga jika intensitas dari cahaya
matahari kurang maka jumlah daun yang dihasilkan juga rendah.
Perbandingan jumlah Cabang Kelas Q Dengan Kelas P dan Kelas H
pada minggu keempat Pada sampel tanaman kesatu kelas Q jumlah cabang 3, pada sampel
tanaman kedua jumlah cabang tidak ada. Pada sampel tanaman ketiga dan ke empat jumlah
cabang 2. Pada sampel tanaman kelima dan keenam tidak terdapat cabang. Pada sampel
tanaman ketujuh jumlah cabang 3, pada sampel tanaman kedelapan jumlah cabang 4, pada
sampel tanaman kesembilan jumlah cabang ada 3 dan pada sampel tanaman kesepuluh tidak
terdapat cabang. sedangkan pada tanaman kesatu kelas P jumlah cabang 6, pada tanaman
kedua jumlah cabang tidak ada, pada tanaman ketiga jumlah cabang 4, pada tanaman
keempat jumlah cabang 3, pada tanaman kelima terdapat jumlah cabang 8, pada tanaman
keenam terdapat jumlah cabang 5. Pada tanaman ketujuh jumlah cabang 4, pada tanaman
kedelapan jumlah cabang 8, pada tanaman kesembilan dan kesepuluh jumlah cabang 4. Pada
tanaman kelompok H jumlah cabang tanaman kesatu terdapat 8 cabang. jumlah cabang pada
tanaman kedua adalah 4.pada tanaman tiga jumlah cabang adalah 9, pada tanaman keempat
jumlah cabang ada 8, pada tanaman kelima jumlah cabang 4, dan pada tanaman keenam
jumlah cabang 14. persaingan dalam penggunaan cahaya, dimana pada ruang tumbuh yang
sempit/ jarak tanam rapat, penggunaan cahaya secara maksimum tercapai pada awal
pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individu
menurun dan terjadi persaingan terhadap faktor-faktor tumbuh lainya seperti air, unsur hara
dan lainnya (Rahmianna dan Adisarwanto, 1991; Budi, 1994) dalam pertumbuhan tanaman
wijen pada kelompok kelas Q pertumbuhan cabang yang kurang ini disebabkan karena
pemberian unsur hara seperti pupuk tidak dilakukan tepat pada waktu masa pertumbuhanya
sehingga berpengaruh terhadapa jumlah cabang.
Untuk cara tanam secara ditugal, hal tersebut sudah sesuai menurut literatur.
Dikatakan oleh Harjadi (1989), cara tanam disebar cenderung menghasilkan ruang tumbuh
tanaman yang tidak teratur dan hal ini memungkinkan terjadinya persaingan yang tinggi antar
individu tanaman. Salah satu contoh adalah persaingan dalam penggunaan cahaya, dimana
pada ruang tumbuh yang sempit/ jarak tanam rapat, penggunaan cahaya secara maksimum
tercapai pada awal pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing
tanaman secara individu menurun dan terjadi persaingan terhadap faktor-faktor tumbuh
lainya seperti air, unsur hara dan lainnya (Rahmianna dan Adisarwanto, 1991; Budi, 1994)
dan diketahui bahwa wijen adalah tanaman yang memepunyai respon tinggi terhadap periode
penyinaran (Beech, 1981).
Dinyatakan pula oleh Moenandir (1988) bahwa pengaturan sistem jarak tanam yang
tepat (cara tanam tugal) dapat mengatasi terjadinya persaingan tanaman. Cara tanam disebar
dalam bedengan dan alur sulit menentukan jumlah populasi dan ruang tumbuh serta besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan individu tanaman. Bagi tanaman yang memiliki ruang
tumbuh yang optimal akan mempunyai peluang tumbuh yang optimum, sebaliknya jika ruang
tumbuh yang sempit akan terjadi persaingan yang sangat kuat antar tanaman (Moenandir,
1988). Hal ini diduga bahwa varietas ini jika ditanam dengan cara yang baik yaitu dengan
cara ditugal akan mampu tumbuh dengan optimal dibanding dengan cara lainnya. Disamping
itu varietas ini memiliki karakteristik unggul yaitu memiliki bentuk polong/jumlah kotak 8
dan tanaman bercabang (Budi, 2003). Sebagaimana dijelaskan oleh Harjadi (1989) bahwa
keunggulan sifat varietas kadang-kadang dinyatakan pada salah satu komponen hasil akhir.
Demikian halnya dengan varietas unggul secara total keistimewaannya pada daya
produksinya disuatu daerah tertentu. Sekalipun varietas itu unggul jika sistem pertanamannya
tidak di atur atau asal menanam akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Disisi lain
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu dengan teknik budidaya yang baik dapat
memperkecil biaya produksi dan meningkatkan produktivitas (Suprijono, 2000). Tanaman
akan tumbuh dan berproduksi tinggi jika menggunakan varietas yang sesuai dan sistem
pertanaman yang diatur sedemikan rupa serta didukung oleh kondisi lingkungan yang cocok.
Diketahui pula bahwa varietas lokal merupakan varietas yang telah diseleksi oleh petani
sendiri sesuai dengan keinginannya, sehingga mempunyai karakteristik tertentu di setiap
daerah (Sudjana, 1988).
BAB V
KESIMPULAN
1. Tanaman wijen yang mempunyai bahasa latin Sesamum indicum L merupakan
tanaman perdu atau semacam semak – semak. Tanaman wijen mempunyai beberapa
keunggulan seperti tahankering, mutu biji tetap baik walaupun ditanam pada lahan
kurus dan dapat dibudidayakansecara ekstensif, mempunyai nilai ekonomi yang
relative tinggi dan dapatditumpangsarikan dengan tanaman lain
2. Pertumbuhan tanaman yang paling baik terjadi pada kelompok dari kelas H yang hasil
akhir pertumbuhanya (pada minggu keempat) dengan tinggi tanama, cabang dan
jumlah daun yang relatif tinggi Ini menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman
mempengaruhi jumlah daun. ini disebabkan karena perbedaan waktu tanam yang
tanam kelompok kelas H lebih dulu sehingga pertumbuhan lebih cepat. kemudian dari
perlakuan terhadap tanaman yang dilakukan yang dilakukan oleh masing-masing
kelompok.
3. Faktor cahaya matahari yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah intensitas
dan lama penyinaran. Semakin besar intensitas cahaya matahari yang dapat diterima
oleh tanaman, semakin cepat proses pembungangan dan pembentukan biji buah
berlangsung. Untuk dapat berasimilasi dengan baik tanaman memerlukan intensitas
cahaya matahari yang besar(Sri Setyadi Harjadi, 1979). Penyinaran matahari
dipengaruhi cuaca jika musim hujan penyinaran cahaya matahari akan berkurang
sehingga menyebabkan perkembangan tanaman terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Tanaman Wijen dan Manfaatnya.Error! Hyperlink reference not
valid.diakses pada tanggal 28 November 2012
Anonymous. 2012. Komoditas Tanaman Wijen.pdf
Hamdani, Jajang Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium. J.
Agron. Indonesia 37 (1) : 14 – 20 (2009)
Juanda, dede dan Bambang Cahyono. 2005. WIJEN Teknik Budidaya dan Analisi Usaha
Tani. Kanisius : Yogyakarta