18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gangguan volume cairan dan komposisi elektrolit sering terjadi dan merupakan problema klinik penting yang dapat mengancam kehidupan. Obat-obat yang dapat menghambat fungsi transpor tubulus ginjal telah digunakan secara meluas pada pengobatan gangguan tersebut. Obat diuretika adalah obat yang bekerja langsung terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan juga berpengaruh pada homeostasis tubuh. Homeostasis tubuh adalah suatu keadaan dimana cairan intrasel dan ekstrasel tubuh seimbang. Keseimbangan cairan ini mempengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh. Maka dari itu, obat diuretika memiliki manfaat yang utama bagi tubuh manusia dan hewan. 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan obat diuretika? 1.2.2 Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obat diuretika? 1.2.3 Bagaimana penggolongan obat-obat diuretika berdasarkan kerjanya? 1

BAB I Diuretik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai obat-obat diuretik.obat diuretik sering disalahgunakan sebagai obat diet untuk penderita obesitas. bagaimana sebenarnya penggunaan obat diuretika yang benar ada dalam makalah ini. referensi dari buku Obat-obat penting oleh Tan hoan Tjay

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangGangguan volume cairan dan komposisi elektrolit sering terjadi dan merupakan problema klinik penting yang dapat mengancam kehidupan. Obat-obat yang dapat menghambat fungsi transpor tubulus ginjal telah digunakan secara meluas pada pengobatan gangguan tersebut. Obat diuretika adalah obat yang bekerja langsung terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan juga berpengaruh pada homeostasis tubuh. Homeostasis tubuh adalah suatu keadaan dimana cairan intrasel dan ekstrasel tubuh seimbang. Keseimbangan cairan ini mempengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh. Maka dari itu, obat diuretika memiliki manfaat yang utama bagi tubuh manusia dan hewan.

1.2 Rumusan masalah1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan obat diuretika?1.2.2 Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obat diuretika?1.2.3 Bagaimana penggolongan obat-obat diuretika berdasarkan kerjanya?1.2.4 Bagaimana interaksi obat diuretika dengan obat-obat lain?1.2.5 Apa saja macam-macam obat diuretika?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi diuretikaDiuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (dieresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk ini darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi saluran ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang satu juta filter kecil ini (glomeruli) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh (kurang lebih 5 liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut.Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel dan di plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh seksresi ADH di neurohipofisis.Proses dieresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus; kedua bagian ini dihubungi oleh sebuah lengkungan (Henles loop).Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam, antara lain ion Na+. zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti sampah hasil perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagiian besar tidak diserap kembali.Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus colligens), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrate akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun di sini sebagai urin.

2.2 Mekanisme kerja diuretikaKebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di:2.2.1 Tubuli proksimalUltrafiltrat menggandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.2.2.2 Lengkungan HenleDibagian menaik dari Henles loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrate menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetamida dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.2.2.3 Tubuli distalDibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi pula tanpa air hingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazda dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi K+.

2.3 Penggolongan obat-obat diuretikPada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:2.3.1 Diuretika lengkungan: furosemida, bumetamida, dan etakrinat.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Bbanyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efeknya(dieresis) senantiasa bertambah.2.3.2 Derivat thiazidaHidroklorothiazida, klortalidon, mefrusida, indapamida dan klopamida. Efeknya lebih lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (decompensatio cordis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis-efek datar, artinya bila dosis normal dinaikkan lagi efeknya (diuresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.2.3.3 Diuretika penghemat kaliumAntagonis aldosteron,(spironolakton, kanrenoat), amilorida dan triamteren. Efek obat-obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi denagn diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Alldosteron menstimulasi reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+; proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini.Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya mengenai Na+ dan K+. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari hemat kalium ini menghambat ekskresi K+ dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.2.3.4 Diuretika osmotisManitol dan sorbitol. Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Terutama manitol, yang hanya jarang digunakan sebagai infuse intravena untuk mengeluarkan cairan dan menurunkan tekanan intraokuler (pada glaucoma), juga untuk menurunkan volume CCS (cairan cerebrospinal) dan tekanan intracranial (dalam tengkorak).2.3.5 Penghambat karbonik anhidraseKarbonik anhidrase berada di nefron, termasuk di luminal dan membran basolateral, sitoplasma sel epitel, dan sel darah merah yang berada di sirkulasi ginjal.Kelompok SO2NH2 (sulfonamid) merupakan hal yang esensial untuk aktivitas. Substitusi alkil pada keadaan tersebut menghambat efek aktivitas karbonik anhidrase secara lengkap.Asetazolamida. Zat ini merintangi enzim karbon anhidrasedi tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang-seling (intermittens).FarmakokinetikSemua penghambat karbonik anhidrase diabsorpsi secara baik setelah pemberian oral. Peningkatan pH urin dari dieresis bikarbonat tampak dalam waktu 30 menit, maksimal 2 jam, dan bertahan selama 12 jam setelah pemberian dosis tunggal. Ekskresi obat melalui sekresi tubulus pada segmen S2 tubulus proximal, sehingga untuk alasan tersebut dosis obat harus diturunkan pada insufisiensi ginjal. FarmakodinamikPenghambatan aktivitas karbonik anhidrase akan menekan reabsorpsi bikarbonat di tubulus proksimal. Pada dosis maksimal yang diberikan, 85% kapasitas reabsorptif bikarbonat tubulus proksimal superficial dihambat oleh asetazolamid, dengan IC50 (konsentrasi untuk hambatan 50%) 4mol/L. namun demikian, beberapa bikarbonat masih dapat diabsorpsi di nefron lain melalui mekanisme karbonik anhidrase independen. Semua efek maksimal asetazolamid yang diberikan menghambat kira-kira 45% dari keseluruhan reabsorpsi bikarbonat ginjal. Namun demikian, penghambatan karbonik anhidrase menyebabkan hilangnya bikarbonat secara bermakna, yang menimbulkan asidosis metabolik hiperkloremia. Karena toksisitas asidosis ini, dan fakta bahwa penurunan HCO3- meningkatkan reabsorpsi NaCl pada bagian segmen tubulus yang tersisa di nefron, kefektifan diuretik asetazolamid, melibatkan transport bikarbonat yang tergantung karbonik anhidrase pada tempat lain selain ginjal. Badan silia mata mensekresi bikarbonat masuk ke dalam cairan akua melalui suatu proses yang mirip dengan reabsorpsi bikarbonat dari cairan tubulus proksimal. Selain itu, pembentukan cairan serebrospinal oleh pleksus koroid juga melibatkan sekresi bikarbonat ke dalam cairan serebrospinal tersebut. Namun demikian, proses ini caranya berlawanan dengan cara di tubulus proksimal, keduanya akan dihambat oleh penghambat karbonik anhidrase yang akan mengubah pH dan kuantitas cairan yang dihasilkan.

Indikasi klinik dan dosisa. Glaukoma: penghambatan karbonik anhidrase menurunkan kecepatan pembentukan cairan akua, sehingga menimbulkan penurunan tekanan intraokular. Efek ini sangat bermanfaat pada beberapa bentuk glaucoma baik akut maupun kronik, sehingga penggunaan penghambat karbonik anhidrase merupakan indikasi terhadap kelainan tersebut. Bentuk topikal penghambat karbonik anhidrase sedang dikembangkan, dan sampai saat ini belum tersedia. b. Alkalinisasi urin: asam urat dan sistin relatif tidak larut dalam urin asam, dan peningkatan ekskresi ginjal dapat dicapai oleh peningkatan pH urin dengan pemberian penghambat karbonik anhidrase. Hal ini mirip dengan ekskresi asam lemah (missal, aspirin) dari ginjal yang ditingkatkan oleh asetazolamid. Pada keadaan tidak adanya pemberian bikarbonat secara kontinu, efek asetazolamid tersebut waktunya relatif pendek dan hanya bermanfaat pada respons awal. Pengobatan yang lama membutuhkan pemberian bersama dengan bikarbonat.c. Alkalosis metabolic, dsb.

2.4 PenggunaanDiuretika digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.2.4.1 Hipertensi Guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun. Khusunya derivate thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek antihipertensifnya, maka hanya digunakan apabila ada kontra indikasi untuk thiazida, seperti paad insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh periifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretis. Thiazida memperkuat efek obat-obat hipertensi beta-blockers dan ACE-inhibitors, sehingga sering dikombinasi dengannya. Penghentian pemberian thiazida pada lansia tidak boleh secara mendadak, karena risikotimbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.

2.4.2 Gagal jantung (decompensatio cordis), yang bercirikan peredaran taksempurna lagi dan terdapat cairan berlebihan di jaringan. Akibatnya air tertimbun dan terjadi udema, misalnya dalam paru-paru (udema paru). Begitu pula pada sindrom nefrotis, yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat karena permeabilitas membrane glomeruli meningkat. Atau pada busung perut (acites) dengan air menumpuk di rongga perut akibat cirrhosis hati (hati mengeras). Untuk indikasi ini terutama digunakan diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara intravena (asthma cardiale, udema paru). Thiazida dapat memperbaiki efeknya pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Selain itu, thiazida juga digunakan pada situasi dimana dieresis pesat dapat mengakibatkan kesulitan, seperti pada hipertrofi prostat. *resistensi diuretika adalah suatu keadaan saat penanganan dengan furosemida dengan asupan garam terbatas tidak menghasilkan efek. Komplikasi dari gagal jantung ini secara potensial dapat berlangsung fatal dan dapat diatasi dengan menambahkan suatu thiazida pada furosemida.

2.5 Efek samping Efek- efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah:2.5.1 hipokaliemia, yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika dengan titik kerja di bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K+ dan H+ karena ditukarkan dengan ion Na+. akibatnya adalah kadar kalium plasma dapat turun di bawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung, tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. 2.5.2 hiperurikemia akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini disebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai trnspornya di tubuli. 2.5.3 hiperglikemia2.5.4 hiperlipidemia2.5.5 hiponatriemia, dll

2.6 InteraksiKombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat menimbulkan interaksi yang tidak dikehendaki, seperti: Penghambat ACE dapat menimbulkan hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuretikum dihentikan selama 3 hari. Obat-obat rema (NSAIDs) dapat agak memperlemah efek diuretis dan antihipertensif akibat sifat retensi natrium dan airnya. Kortikosteroida dapat memperkuat kehilangan kalium. Aminoglikosida: ototoksitas diperkuat berhubung diuretika sendiri dapat menyebabkan ketulian (reversible). Antidiabetika oral dikurangi efeknya apabila terjadi hiperglikemia. Litiumklorida dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi.2.7 Macam-macam obat diuretikaBeberapa macam obat diuretika yang umum digunakan antara lain:2.7.1 Furosemida: frusemide, lasix, impugan.Turunan sulfonamida ini berdaya diuretik kuat dan bertitik kerja di lengkungan Henle bagian menaik. 2.7.2 Asam etakrinat: EdecrinDerivat fenoksiasetat ini juga bertitik kerja pada lengkung Henle. Efeknya pesat dan kuat, bertahan 6-8 jam. Ekskresinya berlangsung melalui empedu dan kemih.2.7.3 Amilorida: Lorinid, MidamorDerivate pirazin ini bertitik kerja di bagian ujung tubuli distal dengan menghambat penukaran ion Na+ dengan ion K+ dan H+. hasilnya ialah bertambahnya ekskresi Na+ (bersama Cl- + karbonat), sedangkan pengeluaran kalium berkurang. Efek maksimalnya tercapai setelah kurang lebih 6 jam dan bertahan 24 jam.2.7.4 Triamteren: dytacDerivate pteridin ini berkhasiat diuretic lemah, mulai kerjanya lebih cepat, setelah 2-4 jam, tetapi hanya bertahan kurang lebih 8 jam. Mekanisme kerjanya mirip amilorida.2.7.5 Asetazolamida: DiamoxObat ini, yang diturunkan dari sulfanilamida, dianggap sebagai pelopor thiazida dan merupakan diuretikum pertama yang digunakan dalam terapi.2.7.6 Mannitol: ManitolAlkohol-gula ini (C6H14O6) terdapat di tumbuh-tumbuhan dan getahnya, juga di tumbuhan laut. Diperoleh dengan cara reduksi elektrolitis dari glukosa. Efek diuretiknya pesat tetapi singkat dan berdasarkan sifatnya dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi di tubuli, hingga penyerapan kembali dirintangi secara otomatis. Terutama digunakan sebagai infuse untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma dan sewaktu bedah mata, juga untuk meringankan tekanan intracranial pada bedah otak.

BAB IIIKESIMPULAN

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain.Diuretika digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.Efek- efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah: hipokaliemia, hiperurikemia di tubuli, hiperglikemia, hiperlipidemia, hiponatriemia, dll

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G (Penerjemah: Agoes, Azwar). 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik Ed. 6. Jakarta: EGC.

Tjai, tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat Penting: Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo.1