108
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya sehingga terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penderita hipertensi pada saat ini diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa dihampir semua negara Laporan Keperawatan Keluarga| 1

BAB I Kelga Mitaa

  • Upload
    budd

  • View
    234

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mita dulu

Citation preview

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya sehingga terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.

Penderita hipertensi pada saat ini diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa dihampir semua negara mengalami hipertensi. Berdasarkan data Lancet jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang tahun 2025.

Sekarang di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga merekacenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. (McMarthy, 2010).

Sementara di Wilayah Kalimantan Timur Khususnya Samarinda di daerah Cendana pada tahun 2011 kasus hipertensi sebanyak 1.656 penderita dan tahun 2012 naik menjadi 1.946 penderita hipertensi ( Puskesmas Wonorejo).

Dampak dan bahaya Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Hipertensi juga dijuluki sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi penderitanya. Kematian terjadi akibat dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali oleh hipertensi. Sementara 5-10% disebabkan penyakit lain, seperti gangguan ginjal, gangguan pembuluh darah, dan penyakit pembuluh darah bawaan. Bila dilihat dari golongan usia, prevalensi hipertensi ternyata makin banyak seiring dengan bertambahnya usia (Armilawaty, 2007).

Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, atau TPR. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat membantu individu mengurangi tekanan darahnya

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yaitu sebagai care giver dimana perawat memberikan asuhan keperawatan langsung pada keluarga yang meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan, sebagai pendidik dengan memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan keluarga melalui pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan keluarga, sebagai konselor yaitu mendengar keluhan keluarga secara objektif, memberikan umpan balik dan informasi serta membantu keluarga melalui proses pemecahan masalah sehingga keluarga menjadi lebih produktif, sebagai koordinator dengan cara memanfaatkan sumber-sumber dan potensi yang ada baik materi maupun kemampuan keluarga secara terkoordinasi, sebagai pembaharu dengan cara perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku serta meningkatkan keterampilan keluarga agar menjadi sehat, sebagai kolaborator yaitu perawat dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga, sebagai role model dengan menampilkan perilaku yang dapat dijadikan panutan oleh keluarga dan sebagai referral resource dengan membuat rujukan ke pelayanan kesehatan lain sesuai dengan yang diperlukan keluarga, sebagai pembela ditunjukkan oleh perawat yang tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan mampu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi pelayanan kesehatan secara tepat, sebagai fasilitator perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan.B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMahasiswa/i memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan materi asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi diharapkan mahasiswa dapat :

a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep keluarga.

b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep masalah kesehatan hipertensi.

c. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.

d. Mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.

e. Mahasiswa/i mampu merencanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.

f. Mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.

g. Mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan hipertensi 3. Ruang Lengkap

Penulisan makalah ini merupakan pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S khususnya pada Ny. Y dengan hipertensi di RT.23 Kelurahan Teluk Lerong Ulu Jl. Cendana Samarinda Kalimantan Timur yang telah dilaksanakan sejak tanggal 10 - 18 Juli 2013.4. Sistematika Penulisan

Laporan makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 5 bab yang terdiri dari atas : BAB I: Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan yang mencakup tujuan utama dan tujuan khusus, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan teoritis berisi tentang Konsep Dasar Keluarga dan Konsep masalah kesehatan antara lain: definisi, etiologi, patofisiologi atau proses terjadinya penyakit sampai timbulnya gejala serta komplikasi dan penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis, asuhan keperawatan keluarga yang terdiri atas konsep keluarga, definisi, jenis/ tipe keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga, konsep proses keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian keperawatan, prioritas diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB III: Menjelaskan Masalah metode penulisan.

BAB IV: Pembahasan berisi tentang Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian,perumusan masalah kesehatan dan keperawatan, perencanaan pelaksanaan serta evaluasi.

BAB V: Penutup berisi kesimpulan dan saran, yang terakhir daftar pustaka dan lampiran.

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1989).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998).

Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Sayekti 1994).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998).2. Struktur KeluargaStruktur keluarga bermacam-macam, diantaranya :a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah.b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istrid. Patrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.3. Tipe / bentuk keluarga :a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.b. Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dsb.c. Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.d. Keluarga duda / janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan, tetapi membentuk satu keluarga.4. Peranan & Struktur keluarga

a. Pola komunikasi

Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung masing keluarga. Saling mengingatkan dan memotivasi dalam berbagai hal .b. Struktur peran keluarga

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

c. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.

d. Nilai atau norma keluarga

Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.(Suprajitno, 2004: 7).5. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1998) :a. Fungsi Afektif

Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah). Dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan

Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

6. Tugas keluarga di bidang Kesehatan

Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan hipertensi.b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PengertianHipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan di ukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Join National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure yang ke tujuh telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah sistolik dan diastolic yang optimal dan hipertensif. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolic, sementara tekanan yang dianggap yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolic. Istilah prahipertensi adalah tekanan darah antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolic. Untuk individu terutama yang memiliki factor resiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk infark miokard atau stoke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai prahipertensif dianggap terlalu tinggi.2. EtiologiKarena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, peningkatan salah satu dari ketiga variable yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang kronis seringkali menyertai kondisi hipertiroidisme. Akan tetapi, peningkatan denyut jantung biasanya dikompensasi dengan penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak mengakibatkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma direflesikan dengan peningkatan volume diastolik akhir sehingga volume sekuncup dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolic akhir dihubungkan dengan peningkatan preload jantung. preload biasanya berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetic pada manusia dan hewan memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan peningkatan tekanan darah. Dari prespektif evolusi, manusia beradaptasi dengan ingesti dan ekskresi kurang dari 1 gram garam per hari yang setidaknya kurang dari sepuluh kali dari rata rata konsumsi garam di Negara Negara industry.

Selain peningkatam asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan aldosterone atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu pengendalian garam dan air. Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf simpatis atau hormone pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini di sebut peningkatan pada afterload jantung,dan biasanya berkaitan dsengan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mengalami hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen ventrikel semakin meningkat seshingga ventrikel harus memompa darah lebih keras lagiuntuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang di sebutkan di atas dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak individu, peningkatan ramgsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas yang berlebihan dari tubuhterhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan menyebabkan hipertensi. Hal ini dapat terjadi akibat respon stress yang berkepanjangan , yang di ketahui melibatkan pengaktifan system simpatik, atau mungkin akibat kelebihan kenetik reseptor Norepinefrin di jantung atau otot polos vascular. Pengaruh genetic lain mungkin di pengaruhi oleh ras. Ssebagai contoh, terdapat bukti bahwa individu Afro-Amerika, yang umumnya di laporkan menderita hipertensilebih seringdan lebih parah, menunjukan gangguan pemompaan natrium kalsium sehingga kalsium berakumulasi di sel-sel otot polos akibatnya meningkatkan kontraksi dan tahanan otot.3. Patofisiologi hipertensiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).

4. Tanda dan gejala hipertensiPada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002).

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusatd. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).5. Faktor resiko hipertensi

a. UsiaInsiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000).b. Jenis kelaminPada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000).

c. ObesitasAdalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Notoatmodjo: 2003).d. Riwayat keluargaMenunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah (Padmawinata, 2001).e. Merokok Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya (Wijayakusuma, 2003).f. Olah raga Lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tjokronegoro, 2001).6. Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolic

a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.7. Jenis hipertensiHipertensi sering di klasifikasikan menjadi hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat di identifikasi. Kebanyakan besar kasus hipertensi tidak di ketahui penyebabnya dan di sebut hipertensi primer atau esensial apabila penyebab hipertensi dapat di ketahui dengan jelas, di sebut hipertensi sekunder.a. Hipertensi sekunderSalah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat arterosklerosis .stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin , dan pembentukan angiotensin II. Angiontensi II secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan TPR, dan secara tidak langsung dengan meningkatkan sintesis andosteron dan reapsorpsi natrium. Apabila dapat di lakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkana di angkat, tekanan darah akan kembali ke normal.Penyebab lain dari hipertensi sekunder antara lain adalah feokromositoma, yaitu tomor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekucup, dan penyakit Cusing,yang menyebabka peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer ( penigkatan aldosterone tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.b. Komplikasi1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yag mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.2) Infar miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hi[ertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksi jantung , dan peningkatan risiki pembentukan bekuan.3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di sleuruh susunan saraf pusat. Neoron-neoron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.c. Penatalaksanaan Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, atau TPR. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat membantu individu mengurangi tekanan darahnya.a. Pada sebagian orang, penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.

b. Olahraga, terutama bila disertai penurunan berat, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

c. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.

d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

e. Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal menigkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretic (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

f. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri dengan menginterfensi influx kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.

g. Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang normalnya memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk kehamilan.

h. Antagonis (penyekat) respetor beta (-blocker), terutama penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

i. Antagonis reseptor alfa (-blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

j. Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.

k. Pada beberapa individu dapat mungkin mendapat jaringan diet pembatasan-natrium.

l. Hipertensi gestasional dan preeklamasi-eklamasi membaik setelah bayi lahir.

BAB III

METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ilmiah ini adalah metode deskriptif yang bertujuan memperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang terjadi saat ini dengan menggunakan teknik pengumpulan sbb :

1. WawancaraTekhnik ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hal- hal yang perlu diketahui baik dari aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi serta kebiasaan dilingkungan tersebut.

2. ObservasiPengamatan dilakukan dengan mengamati hal-hal yang mendukung terjadinya masalah dalam perawatan anggota keluarga, misalnya lingkungan, serta prilaku atau kebiasaan

3. Pengkajian FisikTekhnik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang nantinya akan sangat mendukung dalam merumuskan masalah pada keluarga Tn. S, pengkajian dilakukan terhadapa semua anggota keluarga.

4. Studi KepustakaanMerupakan suatu teknik dengan mencari dan menentukan sumber-sumber literatur atau buku-buku ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi kasus sebagai dasar teori.BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada hari rabu tanggal 10 Juli 2013 sampai dengan hari Kamis tanggal 18 Juli 2013 di rumah keluarga Tn. S1. DAFTAR KELUARGAa. Identitas Kepala Keluarga

1) Nama KK: Tn. S2) Alamat

: Jl. Cendana RT 23 Kel: Teluk Lerong Ulu

3) Pekerjaan: Swasta4) Pendidikan: SDb. Komposisi Keluarga

NoNamaJKHub Dg KKUmurPendidikan TerakhirPekerjaanStatus Imunisasi

1

2

3

4

Tn. SNy. YNy. KSdr. T

L

P

PL

KK

Istri

Anak

Anak

50 th

48 th

24 th

16 th

SDSDS1SD

SwastaIRTSwastaPelajar

-

-

c. Genogram

Keterangan :

= Laki - laki= Garis Keturunan

= Perempuan= Meninggal

= Tinggal serumah= Klien

= Garis Perkawinand. Tipe Keluarga Nuclear Family (keluarga inti) karena dalam satu rumah terdiri dari bapak ibu dan anak.

e. Budaya / Suku Bangsa

1) Suku Bangsa

Tn. S berasal dari suku Kutai, dan Ny. Y juga berasal dari suku Kutai dengan kultur budaya Kutai dan bukan merupakan penduduk asli di wilayah Kelurahan Teluk Lerong Ulu melainkan asli berasal dari Kutai Timur Sangata.2) Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Kutai dan bahasa Indonesia.3) PantanganTidak ada pantangan dalam makanan atau hal-hal yang lain asalkan tidak bertentangan dengan budaya dan agama.

4) Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan

Keluarga Tn. S adalah asli suku kutai, dan tidak ada adat istiadat yang berpengaruh negatif terhadap masalah kesehatan didalam keluarganya.

f. Agama

1) Kegiatan Keagamaan Rutin di Rumah

Semua anggota keluarga beragama Islam, taat menjalankan sholat. Sholat dilakukan dengan berjamaah dan selalu membaca Al Quran setelah sholat. Tiap malam selalu sholat sunah.2) Kegiatan Keagamaan Rutin di Masyarakat

Keluarga Tn.S ikut dalam kegiatan tahlilan dan sholawatan serta habsiyan bersama masyarakat sekitar.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1) Pekerjaan Anggota KeluargaKeluarga Tn. S termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke atas. Tn. Smemiliki pekerjaan swasta, sedangkan Ny. Y, pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, rata rata penghasilan Tn. S dalam hitungan kasarnya Tn. S perbulanya > Rp.2.000.000. Sehingga sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan makan hidup sehari - harinya.2) Tabungan / Asuransi

Keluarga Tn. S memiliki tabungan di Bank ataupun asuransi.

h. Aktifitas rekreasi keluarga

1) Rekreasi yang digunakan di dalam rumahKeluarga mengatakan biasa mengisi waktu luang dirumah dengan menonton TV dan mengobrol bersama keluarga besar dan bercengkrama dengan cucu.2) Rekreasi yang dilakukan di Luar RumahKeluarga Tn. S mengatakan sering sekali bepergian mengunjungi anaknya yang tinggal di Sangata.

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGAa. Tahapan Perkembangan Keluarga saat ini

Keluarga Tn. S sekarang pada tahap keluarga dengan anak Remaja, keluarga Tn. S sudah membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah sudah dilakukan.

b. Tugas Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini keluarga merasa sudah terpenuhi, hanya saja keluarga merasa perlu mempertahankan apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga melangkah ke proses berikutnya.

c. Tahapan Keluarga IntiDalam keluarga Tn. S, Ny. Y menderita hipertensi 130/90 mmHg tapi tidak merasakan pusing ataupun keluhan lainnya. Ny. Y jarang melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan dan belum pernah opname di Rumah Sakit. d. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Riwayat Penyakit Dahulu

Didalam keluarga Tn. S tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, asma, dll .2) Riwayat Penyakit Sekarang

Dalam 1 bulan terakhir ini didalam keluarga hanya menderita penyakit ringan saja seperti batuk dan pilek setelah diperiksakan kepelayanan kesehatan dapat sembuh. Sedangkan pada saat pengkajian pada keluarga Tn. S, anggota keluarga Tn. S sehat - sehat saja.

3) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Dari keluarga Tn. S dan Ny. Y tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Dm, Asma, dll

3. PENGKAJIAN LINGKUNGANa. Karakteristik Rumah1) Status Rumah

Status rumah merupakan rumah dengan status milik sendiri.Perincian Denah Rumah :Jenis bangunan permanen, berukuran 14 X 8 m2, yang terdiri dari : 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 toilet.

a) Lantai : Lantai terbuat Tegel.

b) Ruang tamu : Ruang tamu terletak di depan rumah keadaan bersih, peletakan perabotan rumah tangga teratur. Ruang tamu memiliki jendela, namun tidak pernah untuk dibuka.

c) Kamar Mandi : Kamar mandi ada 1 kamar mandi umum dan 1 toilet.

d) Kamar Tidur : Masing- masing kamar tidur ada jendela, dan untuk pencahayaanya tampak cukupe) MCK : Keluarga Tn W biasanya jika mandi dan BAB didalam WC yang ada di dalam rumah. f) Denah Rumah :

U

Keterangan :

= tempat tidur

= Kursi tamu

= pintu

= jendela terbuka

= jendela tertutup

= televisi2) Keadaan RumahKeadaan rumah tampak bersih , dan lantainya terbuat tegel. Ventilasi rumah baik dengan 1 jendela tiap ruangan, kecuali ruang tamu mempunyai 4 jendela, kondisi rumah bersih dan tertata rapi. Kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah keluarga mengatakan melakukannya sendiri. Menyapu rumah dilakukan setiap pagi dan sore oleh Ny. Y.

3) Sistem Pembuangan SampahKeluarga biasanya mengumpulkan sampah di halaman depan rumah dengan keadaan tempat sampah yang tertutup lalu di angkut oleh petugas sampah.4) Sistem Drainage AirKeluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga dan selokan tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah, selokannya terbuka dan lancar.5) Penggunaan Jamban

Keluarga memiliki 1 kamar mandi untuk MCK sehingga untuk BAB nya keluarga Tn. S biasanya di WC.

6) Kondisi Air

Sumber air yang digunakan keluarga sehari-hari adalah PDAM/Ledeng.

7) Pengetahuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan yang Berkaitan Dengan Lingkungan.

Keluarga mengatakan mengetahui masalah lingkungan yang terpenting didalam keluarga

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rw1) Adat dan Istiadat Komunitas SekitarSelama ini tetangga tetangganya mempunyai kebiasaan mengikuti arisan RT, PKK dan Tahlilan serta shalwatan ibu - ibu, Keluarga Tn. S khususnya Ny. Y sering bekomunikasi dengan tetangga sekitar rumahnya.

2) Pola pergaulan keluargaHubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis, tampak keluarga menyapa tetangga yang kebetulan lewat. 3) Persepsi Keluarga terhadap komunitasKeluarga merasa nyaman hidup ditengah tengah masyarakat karena keluarga merasa mereka saling bantu membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal.4) Pengetahuan Keluarga mengenai Masalah kesehatan Yang berkaitan Dengan KomunitasKeluarga mengatakan masalah kesehatan yang muncul dalam kehidupan ditengah masyarakat secara khusus saat ini adalah tekanan darah tinggi karena mayoritas penduduk RT 23 adalah lansia dan ibu rumah tangga.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

1) Alat Transportasi di Daerah

Alat transportasi yang ada di daerah adalah angkutan kota namun untuk masuk sampai rumahnya biasa menggunakan motor dan mobil.

2) Alat Transportasi yang Biasa digunakan Oleh Keluarga

Selama ini keluarga mengatakan biasa menggunakan sepeda motor dan mobil sebagai sarana transportasi keluarga khususnya Tn. S menggunakan mobil digunakan untuk Berpergian.d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

1) Peran Serta Keluarga Dalam Perkumpulan di Masyarakat

Keluarga Tn. S hanya sebagai warga biasa di lingkungannya dan tidak mempunyai peran khusus seperti menjadi pengurus RT, namun ikut serta dalam kegiatan warga di wilayah kampungnya yaitu seperti tahlilan yang diadakan setiap Minggu sehabis dhuhur. Persepsi keluarga mengenai perkumpulan di masyarakat memang banyak manfaatnya selain berkumpul bersama bisa menjalin tali silaturohmi yang lebih sebagai Sistim pendukung keluarga.Apabila ada keluarga Tn. S yang sakit maka akan berobat dengan menggunakan mobil, apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota yang lain memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar untuk berobat ke pelayanan kesehatan. Sedangkan masyarakat menjenguk apabila ada anggota keluarga Tn. S yang sakit.

1. STRUKTUR KELUARGAa. Pola Komunikasi Keluarga

Dalam berkomunikasi sehari-hari Tn. S dan anggota keluarga menggunakan bahasa Kutai dengan komunikasi secara verbal. Dan kalau ada masalah dimusyawarahkan. Setiap anggota keluarga menerima dan menghargai hasil keputusan terakhir. Akan tetapi pengambil keputusan adalah Tn. S selaku kepala rumah tangga.b. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika ada masalah yang dirasakan.

c. Struktur Peran

Dalam keluarga, Tn. S berperan sebagai Kepala Keluarga, sedangkan Ny. Y berperan sebagai ibu rumah tangga.d. Nilai dan Norma Budaya

Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain, mengormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Menurut Ny. S semua anggota keluarga berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, nilai yang ada dikeluarga merupakan gambaran diri dari agama yang dianut, tidak terlihat adanya konflik dalam nilai.

5. FUNGSI KELUARGAa. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. S tampak sangat harmonis. Ny. Y menerapkan disiplin yang tinggi terhadap anaknya yang sudah menikah. Sehingga menjadikan anaknya berhasil dalam pendidikannya dan bahagia dalam rumah tangganya bersama suami dan anaknya.

b. Fungsi Sosial

Hubungan antara anggota keluarga tampak baik dimana cucu tinggal bersama Tn. S sekeluarga. Tn. S menerapkan disiplin yang tinggi pada anaknya baik disiplin waktu maupun disiplin dalam janji. Keluarga Tn. S mengikuti adat dan norma yang ada di masyarakat. c. Fungsi Perawatan kesehatan

Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan Penanganannya1) Mengenal MasalahSaat dikaji Ny. Y mengatakan bahwa sebelumnya mengetahui bahwa ia terkena Darah tinggi, dan keluaga Ny. Y mengetahui tentang penyakit Darah Tinggi dan bagaimana cara perawatan terhadap orang yang terkena Darah Tinggi atau Hipertensi.

2) Mengambil KeputusanKeluarga Ny. Y mengatakan pernah mengontrolkan Ny. Y Kerumah sakit terdekat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakitKeluarga Ny. Y mengatakan tahu bagaimana cara perawatan terhadap orang yang terkena Darah Tinggi Atau Hipertensi4) Memelihara/Memodifikasi Lingkungan

Ny. Y mengatakan ada jendela dimasing masing kamar tidurnya. Keluarga Ny. Y mengatakan cahaya matahari bisa sampai masuk sampai kamar. Pada saat pengkajian Jendela ruang tamu dan lantai agak kotor, ventilasi dikamar dan ruang tamu kurang, ruangan hanya menggunakan penerangan listrik. 5) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu dokter atau pelayanan kesehatan lain seperti Puskesmas.

d. Fungsi Reproduksi

Jumlah anak keluarga Tn. S ada 3, saat ini anak tertua sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya. Dulu pada saat masa muda, setelah melahirkan anak pertamanya Ny. Y menggunakan KB suntik. Setelah 5 tahun brhenti menggunakan KB.e. Fungsi Ekonomi

Keluarga Ny. Y mengatakan penghasilan suami dan Ny.Y dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya dan sudah termasuk biaya kesehatan yang ringan sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit dan biaya kesehatan kurang maka Ny. Y merasa cukup dalam membiayai anggota keluarga yang sakit.

f. Fungsi pendidikan

Ny. Y mengatakan tingkat pendidikannya hanya sampai SD dan suami Tn. S pendidikan SD juga.

1. STRESS DAN KOPING INDIVIDUa. Stressor Jangka Pendek

Stresor pendek : Yang menjadi pemikiran keluarga saat ini adalah merasa ditinggal oleh anaknya .b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor

Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa berat maka mereka akan memecahkannya secara bersama-sama dengan jalan musyawarah keluarga sampai ketemu jalan pemecahannya dengan tidak saling memaksakan dan menyakiti yang lain.

c. Strategi Koping Yang digunakan

Jika ada masalah keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi dengan orang yang lebih tahu

d. Strategi adaptasi disfungsional

Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan mereka cenderung mengesampingkan sebelum masalah tersebut bertambah besar.

7. HARAPAN KELUARGAa. Persepsi terhadap masalah

Keluarga berpendapat bahwa masalah-masalah yang ada harus diatasi dengan ketekunan dan kesabaran

b. Harapan dan masalah

Keluarga berharap keadaan Ny. Y dapat pulih kembali.

8. DATA TAMBAHANa. PolamakankeluargaMakanan pokok keluarga adalah nasi dengan frekwensi makan 3x sehari. Penyajian menu keluarga adalah nasi, ikan, sayur, dan buah.b. PolaistirahatdantidurKebiasaan tidur malam sebanyak delapan jam, mulai dari jam sepuluh sampai jam lima sedangkan tidur siang satu jam , dari jam dua sampaijamtiga.c. Polarekreasidanhiburan.Waktu senggang diperlukan keluarga untuk bersantai dirumah sambil menonton TV dan mendengarkan musik. Keluarga jarang berekreasi bahkan sekali dalam setahun.9. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan FisikTn. SNy. YNn. KAn. T

Tekanan Darah

Nadi

Suhu

RRRambut

Mata

Hidung

Telinga

Mulut

Gigi

Leher

Dada :

1 Paru

Jantung

Abdomen

Ektermitas atas

Ektremitas bawah

IntegumenGenetalia120/ 80 MmHg

84 x /menit

36,5 C

22 x /menitBerwarna hitam, bersih tidak mudah dicabut.

sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemeis

Polip tidak ada, mukosa hidung tidak ada, sekret tidak ada

Pendengaran normal, sekret tidak ada

Mukosa bibir lembab, sianosis tidak ada

Pemakai gigi palsu tidak ada , bersih

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP

Inspeksi : Simetris

Palpasi : taktil fremitus tidak ada,

Perkusi : sonor Auskultasi : suara napas tambahan tidak ada (wheezing, ronkhi)

Inspeksi : Tidak terlihat iktus cordis

Palpasi : ictus cordis di midclavikula intercota V

Perkusi : redupAuskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas

Inspeksi : supel tidak ada bekas luka

Auskultasi : bising usus 18 x / menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : timpani

Tidak ada keluhan

Berwarna sawo matang, turgor kulit normal