8
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler), tugas dasarnya adalah “menyaring atau membersihkan” darah dan membuang produk akhir metabolisme tubuh. (Smeltzer, 2002) Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat- zat toksis atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak, mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang, memproduksi hormon yang mengontrol tekanan darah, dan memproduksi hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah. Ginjal sehat mampu menjalankan fungsinya dengan baik, akan tetapi jika ginjal rusak, maka akan menurunkan fungsi dan kemampuan ginjal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh akan menurun. Bila hal ini tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan kerusaka ginjal permanen yang disebut gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik / penyakir ginjal tahap akhir (ESRD / End State Renal Diease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat menyebebkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer, 2002 : 1448). Gagal ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting mengingat selain insiden dan prevalensinya yang semakin meningkat, juga pengobatan pengganti ginjal yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal yang harus di tanggung oleh penderita dan keluarganya (Bahri, 2005). Bila ginjal tidak berfungsi, maka sisa metabolisme yang tidak dikeluarkan tubuh akan menjadi racun bagi tubuh

BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat

banyak (sangat vaskuler), tugas dasarnya adalah “menyaring atau

membersihkan” darah dan membuang produk akhir metabolisme tubuh.

(Smeltzer, 2002)

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-

zat toksis atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan

amoniak, mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang,

memproduksi hormon yang mengontrol tekanan darah, dan memproduksi

hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah. Ginjal

sehat mampu menjalankan fungsinya dengan baik, akan tetapi jika ginjal rusak,

maka akan menurunkan fungsi dan kemampuan ginjal untuk membuang zat-zat

sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh akan menurun. Bila hal ini

tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan kerusaka ginjal permanen yang

disebut gagal ginjal kronik.

Gagal ginjal kronik / penyakir ginjal tahap akhir (ESRD / End State

Renal Diease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan

metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat

menyebebkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

(Smeltzer, 2002 : 1448).

Gagal ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting

mengingat selain insiden dan prevalensinya yang semakin meningkat, juga

pengobatan pengganti ginjal yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal

merupakan pengobatan yang sangat mahal yang harus di tanggung oleh

penderita dan keluarganya (Bahri, 2005). Bila ginjal tidak berfungsi, maka sisa

metabolisme yang tidak dikeluarkan tubuh akan menjadi racun bagi tubuh

Page 2: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

2

sendiri. Racun ini akan menimbulkan keluhan mual, muntah, sakit kepala hebat

sampai penurunan kesadaran. Cairan yang tidak bisa keluar dari tubuh akan

menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di seluruh rongga tubuh sehingga

terjadi sembab dan sesak napas. Penyebab itulah yang menimbulkan masalah

bagi penderitanya. Karena ia membutuhkan ginjal buatan untuk menyaring

bahan-bahan berbahaya sisa metabolisme ke luar tubuh. Bila tidak dengan

segera diatasi si penderita yang mengalami gagal ginjal pada akhirnya akan

menemui kematian (Bahri, 2005).

Terapi pengganti pada pasien GGK dapat mempertahankan hidup sampai

beberapa tahun. Salah satu terapi pengganti adalah Hemodialisis (HD) yang

bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang

kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita gagal

ginjal kronik. Pasien Hemodialisis (HD) rutin diartikan sebagai pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisis dengan frekuensi 2 atau 3

kali seminggu, sekurang-kurangnya sudah berlangsung selama 3 bulan secara

terus menerus.

Data WHO tahun 2009 memperkirakan setiap 1 juta Jiwa terdapat 23-30

orang yang mengalami gagal ginjal kronik pertahun. Kasus gagal ginjal di

dunia meningkat pertahun menjadi 50%. Di Negara yang sangat maju tingkat

gizinya seperti Amerika Serikat, Setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa

menderita penyakit Gagal Ginjal Kronik, (Santoso, 2007). Giatno (2007,

dalam Depkes RI 2007), pada peringatan Hari Ginjal Sedunia ke-2 mengatakan

hingga saat ini di Tanah Air terdapat sekitar 70 ribu orang penderita Gagal

Ginjal Kronik yang memerlukan penanganan terapi cuci darah. Sayangnya

hanya 7.000 penderita Gagal Ginjal Kronik atau 10% yang dapat melakukan

cuci darah yang dibiayai program Gakin, Askes dan jamsostek. Sisanya sekitar

63 ribu harus pasrah menunggu nasib.

Menurut penelitian yang diadakan Sapri (2008) pada di RSUD. Dr. H.

Abdul Moeloek bandar Lampung dengan total responden sebanyak 52 pasien

dari populasi sebanyak 61 pasien, pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani

Hemodialisis rutin sering mengalami kelebihan volume cairan dalam tubuh,

yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan.

Page 3: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

3

Meskipun pasien Gagal Ginjal Kronis pada awal menjalani Hemodialisis sudah

diberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi asupan cairan selama

sehari, akan tetapi pada terapi Hemodialisis berikutnya masih sering terjadi

pasien datang dengan keluhan sesak napas akibat kelebihan volume cairan

tubuh yaitu kenaikan melebihi dari 3 % dari berat badan kering pasien. (Fisher,

2006)

Kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam mengurangi asupan cairan

dirasakan masih kurang oleh kebanyakan perawat ruangan hemodialisis.

Perawat ruang hemodialisis RSPAD Gatot Soebroto menyatakan bahwa sekitar

60% pasien yang menjalani hemodialisis tidak patuh untuk membatasi asupan

cairan. Hal ini juga di dukung oleh pengalaman peneliti sewaktu praktek klinik

di Rumah Sakit Pondok Indah dan juga berdasarkan pengalaman orang tua

teman yang juga merupakan pasien GGK dan menjalani hemodialisa. Peneliti

mengobservasi pasien GGK yang menjalani hemodialisis masih sering terjadi

sesak napas akibat kelebihan volume cairan. Berdasarkan fenomena tersebut,

maka peneliti tertarik meneliti Hubungan Lama dan Frekuensi Hemodialisis

dengan Kepatuhan Pasien dalam Membatasi Asupan Cairan pada Pasien Gagal

Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta Tahun 2011.

B. Perumusan masalah

1. Identifikasi Masalah

Penderita GGK mempunyai takaran kebutuhan akan cairan yang

berbeda dengan manusia yang tidak memiliki kelainan ginjal. Penderita

GGK harus membatasi asupan cairan yang jika tidak ditaati

dikhawatirkan akan menyebabkan kelebihan volume cairan sehingga

berpotensi terjadinya peningkatan tekanan darah, nadi, frekuensi

pernapasan, tekanan vena sentral, dan berat badan.

Perbedaan tingkat kepatuhan dalam membatasi asupan cairan dapat

terjadi pada pasien GGK yang baru menjalani terapi hemodialisis atau

mungkin bahkan terjadi pada pasien GGK yang telah lama menjalani

hemodialisis.

Page 4: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

4

Kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam mengurangi asupan

cairan dirasakan masih kurang oleh kebanyakan perawat ruangan

hemodialisis. Perawat ruang hemodialisis RSPAD Gatot Soebroto

menyatakan bahwa sekitar 60% pasien yang menjalani hemodialisis tidak

patuh untuk membatasi asupan cairan. Hal ini juga di dukung oleh

pengalaman peneliti sewaktu praktek klinik si Rumah Sakit Pondok

Indah dan juga berdasarkan pengalaman orang tua teman yang juga

merupakan pasien GGK dan menjalani hemodialisa. Peneliti

mengobservasi pasien GGK yang menjalani hemodialisis masih sering

terjadi sesak napas akibat kelebihan volume cairan.

Hal inilah yang membuat peneliti ingin melihat lebih jauh mengenai

Hubungan Lama dan Frekuensi Hemodialisis dengan Kepatuhan Pasien

dalam Membatasi Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di

ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta.

2. Pertanyaan Masalah

a. Bagaimana gambaran karakteristik responden berupa Usia pada pasien

gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta?

b. Bagaimana gambaran karakteristik responden berupa Jenis Kelamin

pada pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit

Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta?

c. Bagaimana gambaran karakteristik responden berupa Pendidikan

Terakhir pada pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta?

d. Bagaimana gambaran karakteristik responden berupa Pekerjaan pada

pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta?

e. Bagaimana gambaran karakteristik responden berupa Penghasilan pada

pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta?

Page 5: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

5

f. Adakah hubungan antara Usia dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta?

g. Adakah hubungan antara Jenis Kelamin dengan kepatuhan pasien

dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di

ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta?

h. Adakah hubungan antara Pendidikan dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta?

i. Adakah hubungan antara Pekerjaan dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta?

j. Adakah hubungan antara Penghasilan dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta?

k. Adakah hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan kepatuhan

pasien dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto Jakarta?

l. Adakah hubungan Frekuensi Menjalani Hemodialisis dengan

kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal

ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto Jakarta?

m. Adakah hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan frekuensi

menjalani hemodialisis dan kepatuhan pasien dalam mengurangi

asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik pada pasien gagal ginjal

Page 6: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

6

kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto Jakarta?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan lama dan

Frekuensi Hemodialisis dengan Kepatuhan Pasien dalam Membatasi

Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang Hemodialisis

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik berupa Usia pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta

b. Mengetahui gambaran karakteristik berupa Jenis Kelamin pada pasien

gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto Jakarta

c. Mengetahui gambaran karakteristik berupa Pendidikan Terakhir pada

pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

d. Mengetahui gambaran karakteristik berupa Pekerjaan pada pasien gagal

ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto Jakarta

e. Mengetahui gambaran karakteristik berupa Penghasilan pada pasien

gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto Jakarta

f. Mengetahui hubungan antara Usia dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta

g. Mengetahui hubungan antara Jenis Kelamin dengan kepatuhan pasien

dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di

ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta

Page 7: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

7

h. Mengetahui hubungan antara Pendidikan dengan kepatuhan pasien

dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di

ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta

i. Mengetahui hubungan antara Pekerjaan dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang

Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Jakarta

j. Mengetahui hubungan antara Penghasilan dengan kepatuhan pasien

dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di

ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta

k. Mengetahui hubungan antara Lama Menjalani Hemodialisis dengan

kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal

ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto Jakarta

l. Mengetahui hubungan antara Frekuensi Menjalani Hemodialisis dengan

kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan pada pasien gagal

ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto Jakarta

m. Mengetahui hubungan antara Lama Menjalani Hemodialisis dan

frekuensi menjalani hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik

dengan kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan pada

pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

Page 8: BAB I Lama Frekuensi Hemodialisa

8

D. Manfaat penelitian

1. Bagi responden :

Responden dapat mengetahui dampak yang terjadi apabila tidak

menaati pengontrolan pembatasan asupan cairan ke dalam tubuh sesuai

dengan anjuran.

2. Bagi Rumah Sakit :

Sebagai data atau bahan bagi Rumah Sakit untuk lebih mengedukasi

pasien gagal ginjal kronis agar lebih mematuhi dan membatasi asupan cairan

ke dalam tubuh.

3. Bagi peneliti :

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperkaya wawasan

dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai hubungan lama dan

frekuensi menjalani hemodialisis dengan kepatuhan pasien dalam

mengurangi asuan cairan.

4. Bagi pendidikan:

Sebagai acuan dan landasan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan lama dan frekuensi menjalani hemodialisis dengan kepatuhan

membatasi asupan cairan pada pasien GGK.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini hanya membahas pada ”Hubungan Lama

dan Frekuensi menjalani Hemodialisis dengan Kepatuhan Mengurangi Asupan

Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik” di lakukan di ruang Hemodialisis

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta pada bulan Juni

tahun 2011.