Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa tujuan Negara adalah
memajukan kesejahteraan umum untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah
telah melakukan perubahan-perubahan kebijakan dibidang ekonomi antara lain
dilakukan perubahan-perubahan peraturan guna mensejahterakan kehidupan
masyarakat Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia
menyimpan kekayaan flora dan fauna yang melimpah, sebagian diantaranya
berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan pangan. Beberapa jenis tumbuhan
yang ada di indonesia seperti gembili atau pun ubi kelapa, ketela, singkong,
kentang, dab ubi-ubian yang lain misalnya, memiliki potensi untuk dikembangkan
lebih lanjut menjadi sumber bahan pangan. Disamping itu, berbagai kelompok
masyarakat (kelompok etnik) yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara juga
memiliki beraneka-ragam makanan traditional, terutama yang jajanan atau
camilan bahan dasarnya non-beras.
Makanan tradisional adalah makanan yang diwariskan secara turun
temurun dari nenek moyang. Pewarisan tersebut berjalan melalui pengajaran atau
kebiasaan memasak di dalam rumah tangga sebagai wahana pokok kehidupan
sehari-hari di segala zaman, serta melalui acara-acara yang berhubungan dengan
adat istiadat atau budaya setempat pada kurun waktu tertentu. Di Indonesia
2
ditemukan lebih dari 1500 makanan tradisional yang terdiri dari beberapa
kelompok yaitu makanan utama atau pokok, lauk pauk, jajanan, dan minuman.
Dengan demikian, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan keragaman alam
memiliki kekayaan jenis makanan yang sangat beragam. Keragaman makanan
jenis makanan timbul pula karena keragaman bahan, cara mengolah, dan cara
penyajian, serta karena keragaman kegunaan atau fungsi misalnya sebagai
hidangan pokok, hidangan ringan, hidangan pencuci mulut atau penyegar, untuk
kesehatan baik berupa minuman, ramuan, ataupun padatan, tujuan keselamatan
atau sesaji ataupun juga rasa-syukur, sebagai ungkapan kegembiraan atau
kebahagian, atau sebagai pencegahan atau penolak bala. 1
Beraneka ragam bentuk makanan jajanan yang dijual atau yang beredar
dipasaran menyebabkan masayarakat kini lebih hati-hati untuk menentukan jenis
makanan apa yang akan dikonsumsinya. Selain cita rasa, mereka juga mulai
mempertimbangkan efek dari makanan tersebut untuk kesehatan dalam jangka
panjang, serta dampak dari proses produksi makanan tersebut terhadap kelestarian
lingkungan.
Dengan berjalannya waktu, perubahan alam, dan zaman serta
berkembangnya interaksi antar manusia yang tidak lagi dibatasi oleh jarak,
berbagai jenis makanan khas suatu daerah dapat tersebar dengan mudah ke
berbagai daerah lain dan dapat pula mengalami perubahan atau modifikasi.
Dengan sentuhan teknologi dan pengelolaan yang lebih baik, makanan dalam
kemasan khususnya jajanan dapat dikembangkan lebih lanjut, selain untuk
1 http://www.google.com/arti makanan tradisional Indonesia. Diakses tanggal 2 Oktober 2010.
3
memperbaiki kandungan nutrisinya, juga untuk menjangkau pasar yang lebih luas
di luar konsumen yang terdahulu. Sehingga makanan jajanan juga dapat tersedia
di daerah-daerah yang lain dan bisa dikenal oleh masyarakat luas.
Perubahan atau modifikasi makanan dalam kemasan yang beraneka ragam
menyebabkan makanan atau jajanan dalam kemasan diminati oleh banyak
kalangan. Semakin menjamurnya permintaan terhadap makanan dalam kemasan
menyebabkan para produsen berlomba-lomba menyediakan kebutuhan konsumen
akan makanan tersebut. Hal itu tidak menutup kemungkinan terjadi persaingan
usaha yang tidak sehat yang kemudian akan berdampak pada melemahnya
perlindungan terhadap konsumen. Banyak sekali produk makanan dalam kemasan
yang dijual dipasaran yang masih begitu memperhatkan tantang perlindungan
konsumen seperti halnya adalah belum memiliki label kadaluarsa pada produk
makanan tersebut. Padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan anjuran yang
ada dalam Undang-undang.
Dewasa ini peraturan perundang-undangan khususnya hukum perlindungan
konsumen mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna
mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat konsumen saja, namun
pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan,
masing-masing ada hak dan kewajiban.2 Perlindungan konsumen merupakan
masalah kepentingan manusia, oleh karena itu menjadi harapan bagi semua
bangsa didunia untuk dapat mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan
konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain
2 Celina Tri Siwi Kristiyanti,Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika,2008,hal. 1.
4
mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha,
dan pemerintah.3
Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan: 4
a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian;
b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan
seluruh pelaku usaha;
c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang
menipu dan menyesatkan;
e. Memadukan penyelenggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lain.
Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian
hari kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada
konsumen karena berbagai macam variasi produk barang dan jasa yang disajikan.
Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh teknologi
informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas
dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang dan jasa yang dipasarkan
bisa dengan mudah di konsumsi. Realitas tersebut menjadi tantangan yang positif
dan sekaligus negatife. Dikatakan positif karena kondisi tersebut memberikan
manfaat bagi konsumen untuk memilih secara bebas barang atau jasa yang
diinginkannya. Konsumen memiliki kebebasan untuk menentukan jenis dan
kualitas barang jasa sesuai dengan kebutuhannya. Dikatakan negatif karena
kondisi tersebut menyebabkan posisi konsumen menjadi lemah daripada pelaku
usaha. Selan itu juga pertambahan penduduk yang setiap tahun meningkat
mengakibatkan kebutuhan masyarakat setiap tahun juga semakin meningkat.
3 Nasution Al, Konsumen dan Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1945, hal. 19.
4 Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, bandung: Mandar Maju, 2000, hal. 7.
5
Namun masyarakat sebagai konsumen seringkali banyak dirugikan oleh para
produsen. Padahal seharusnya masyarakat sebagai konsumen mendapatkan
kepuasaan dari produk yang dibeli oleh mereka. Karena banyaknya konsumen
yang dirugikan oleh produsen, maka dari itu dibuatlah Undang-Undang tentang
Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 yang selanjutnya disebut UUPK
untuk melindungi hak-hak para konsumen.
Perlindungan konsumen dalam UUPK adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
Dalam beberapa kasus banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang
merugikan para konsumen. Beberapa contohnya adalah makanan kadaluarsa yang
kini banyak beredar di pasaran. Puluhan produk makanan dalam kemasan yang
sudah kadaluarsa kembali disita tim gabungan. Tim gabungan tersebut terdiri dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Kepolisian, dan Dinas
Kesehatan (Dinkes). Produk-produk kadaluarsa pada dasarnya sangat berbahaya
karena berpotensi ditumbuhi jamur dan bakteri yang akhirnya bisa menyebabkan
keracunan.5
Tanggal kadaluarsa merupakan informasi dari produsen kepada konsumen,
yang menyatakan batas atau tenggang waktu penggunaan atau pemanfaatan yang
paling “baik” (kualitas) dan paling “aman” (kesehatan) dari suatu produk
makanan atau minuman. Artinya produk tersebut memiliki “mutu yang paling
prima” hanya sampai batas waktu tersebut. Jika kita mengkonsumsi atau
menggunakan produk yang sudah kadaluarsa (lewat tanggal kadaluarsa) berarti
4 http://www.scribd.com18545014/makalah-perlindungan-konsumen. Diakses tanggal 1
September 2009.
6
kita menggunakan produk yang mutunya sudah jelek dan kemungkinan dapat
membahayakan kesehatan, karena produk tersebut sudah tidak layak untuk
dikonsumsi. Makanan-makanan kadaluarsa tersebut sangat mungkin sekali
menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh sehingga jatuh sakit bahkan
juga kematian. Tanggal kadaluarsa bagi produk makanan bisa melindungi
kesehatan konsumen, dan jika tidak dipahami secara layak, akan sangat
merugikan bagi konsumen. Penyertaan tanggal kadaluarsa pada produk pangan
sebenarnya bersifat preventif, agar konsumen terhindar dari produk yang sudah
tidak layak konsumsi, sehigga konsumen tidak akan dirugikan.
Banyak sekali kasus tentang pelanggaran kadaluarsa yang terjadi. Setiap
tahun, menjelang datangnya hari-hari besar seperti lebaran, natal, tahun baru dan
hari-hari besar lainnya, dimana permintaan masyarakat akan produk makanan atau
minuman dalam kemasan meningkat. Selalu saja masih dijumpai produk makanan
atau minuman belum dicantumkan tanggal kadaluarsa atau yang sudah lewat
tanggal atau masa kadaluarsanya tetapi tetap saja diperjual belikan.
Sepertihalnya di kab. Magetan banyak Industri Rumah Tangga Pangan
untuk selanjutnya disebut IRTP atau perusahaan kecil dan menengah yang
bergerak dibidang makanan dalam kemasan atau camilan. Produsen makanan
jajanan dalam kemasan tersebut masih banyak yang belum mencantumkan tanggal
kadaluarsa dalam produknya. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa dapat
membahayakan bagi konsumen karena konsumen tidak akan tahu kapan makanan
yang dikonsumsinya tersebut dalam kondisi yang baik atau dalam kondisi akan
7
kadaluarsa. Kasus ini juga melanggar UUPK yang mewajibkan produsen untuk
mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produk makanannya.
Hal-hal yang merugikan konsumen tersebut bisa saja disebabkan karena
kurangnya pengawasan dari Pemerintah serta badan-badan hukum seperti
Kepolisian, Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Kesehatan (Dinkes).
Beredarnya makanan yang tidak ada tanggal kadaluwarsa, khususnya
makanan dalam kemasan memang tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah.
Berdasarkan Undang – Undang Perlindungan Konsumen, masyarakat wajib
mendapat perlindungan hak yang paling asasi yaitu, mendapatkan informasi dan
keamanan terhadap makanan yang dibeli di pasaran. Karena jika masyarakat
mengkonsumsi makanan kadaluwarsa, tentu akan sangat membahayakan
kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping
pangan pemukiman dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat, manusia
dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik. Di sektor kesehatan, kesadaran dan
kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat merupakan faktor utama untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal.
Oleh karena itu Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa “pembangunan
kesehatan dilaksanakan dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
8
optimal”, oleh karena itu semakin merebaknya makanan dalam kemasan yang
sudah kadaluarsa dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Terhadap permasalahan ini maka khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes)
setempat memiliki peran yang sangat besar dalam rangka meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat. Dalam bab IV UU No. 39 tahun 2009 tentang Kesehatan
ditegaskan bahwa sesungguhnya pemerintah berwenang untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan
upaya penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat.
Oleh sebab itu instansi terkait khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes)
memiliki peranan yang cukup penting untuk mnciptakan peningkatkan kualitas
barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan
atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen. Dimana
di dalam UUPK menjelaskan bahwa Dinas kesehatan memiliki wewenang dalam
hal pengawasan dan pembinaan.
Pasal 29 Ayat 1. “Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak
konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan
pelaku usaha”.
Pasal 29 Ayat 2. “ Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan
perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Menteri dan/atau menteri teknis terkait.”
Pasal 30 Ayat 3.Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis terkait.
Sehingga apabila terjadi penyimpangan maka Dinas Kesehatan berhak
mengambil tindakan sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Seperti
penjelasan pasal 30 ayat 5 Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada
9
ayat (3) ternyata menyimpang dari peraturan perundangundangan yang berlaku
dan membahayakan konsumen, Menteri dan atau menteri teknis mengambil
tindakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Selain itu
juga Peraturan Pemerintah NO. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen didalam Pasal 3 ayat 2 di
jelaskan yaitu “Menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.”
Dari beberapa kasus terhadap pelanggaran produsen yang merugikan
konsumen, saya akan meneliti tentang kasus produk makanan dalam kemasan
yang tidak ada tanggal kadaluarsanya. Dimana Dinas Kesehatan memiliki andil
besar karena masalah kadaluarsa adalah hal yang menyangkut keselamatan dan
kesehatan masyarakat.
Padahal sudah jelas produk makanan yang tidak ada tanggal kadaluarsanya
melanggar UUPK pasal 8 ayat 1 huruf g yang berisi :
“ (1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan
barang dan atau jasa yang :
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan
pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.”
Jika produsen melanggar UUPK pasal 8 ayat 1 huruf g tersebut, maka
mereka akan mendapatkan sanksi pidana yang terdapat pada UUPK pasal 62 ayat
1 yang berisi :
“(1) Pelaku usahayang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8, Pasal 9, Pasal10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, hurufe, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima)tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).”
10
Namun produk makanan tersebut dapat dijual bebas tanpa ada penanganan
dari pihak-pihak yang berwajib. Oleh karena itu perlu ada perhatian khusus oleh
pihak berwajib khususnya Dinas Kesehatan dalam menangani masalah tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis berkeinginan
untuk menyusun skripsi yan berjudul :
“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN MAKANAN DALAM
KEMASAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN TANGGAL
KADALUARSA DALAM RANGKA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
KEPADA KONSUMEN” (Studi di Dinas Kesehatan Kab. Magetan)
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan Dinas
Kesehatan terhadap ketentuan pencantuman tanggal kadaluarsa
pada produk makanan dalam kemasan?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung penegakan hukum
kepada produsen makanan dalam kemasan yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap konsumen?
3. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
11
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penegakan hukum yang
dilakukan Dinas Kesehatan terhadap ketentuan pencantuman tanggal
kadaluarsa pada produk makanan dalam kemasan dan menganalisis
tentang kewajiban mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produk
makanan dalam kemasan dan penegakan hukumnya dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap konsumen.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dan
pendukung penegakan hukum kepada produsen makanan dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada
produknya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
konsumen.
2. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak, diantaranya :
1. Secara Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
untuk pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya ilmu
hukum pidana, yakni tentang penegakan hukum kepada produsen makanan
dalam kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada
produknya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen
serta sekaligus hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan hukum bagi
kalangan akademis untuk menambah citra empiris yang sangat dibutuhkan
12
bagi pengembangan keilmuan khususnya di bidang hukum tentang
perlindungan konsumen.
2. Secara Praktis
a. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan pengetahuan bahwa produsen makanan dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya
itu melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun
1999. Agar meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih teliti
dalam memilih produk makanan.
b. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai bahan kajian tentang perlindungan
konsumen khususnya dalam hal produsen makanan dalam kemasan
yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya.
c. Bagi Produsen
Agar produsen makanan dalam kemasan mengerti bahwa setiap
produk makanan dalam kemasan yang akan diedarkan ke konsumen
harus ada tanggal kadaluarsanya karena jika tidak mencantumkan
tanggal kadaluarsa, maka produsen tersebut telah melanggar Undang-
Undang Perlindungan Konsumen.
d. Bagi penegak hukum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan
untuk lebih meningkatkan kinerja atau optimalisasi penegakan hukum
kepada produsen makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan
13
tanggal kadaluarsa pada produknya dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap konsumen.
4. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, untuk mencapai hasil yang optimal maka
diperlukan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis dilakukan dengan
mengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah,
peraturan, undang-undang yang berlaku pada suatu waktu dan tempat
tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan Negara tertentu yang
berdaulat. Dalam hal ini ketetntuan hokum normative mengenai
perlindungan konsumen baik yang bersumber pada Kitab Undang-Indang
Hukum Perdata (KUHPerdata) Indonesia, Undang-undang Organik
tentang perlindungan konsumen dan aturan lain yang menyangkut objek
penelitian.6 Sedangkan pendekatan sosiologis dilakukan melalui upaya
mengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi yang
riil dan fungsional dalam system kehidupan bermasyarakat yang
6 Mansyur M Ali, Penegakan Hkum Tentang Tanggung Gugat Produsen, Dalam Perwujudan
Perlindungan Konsumen, Jogja; Genta Press, 2007, hal. 8-9).
14
mempola.7. Selain itu juga melihat fakta yang ada di lapangan berupa
seberapa aktif peran Dinas Kesehatan dalam menangani kasus
perlindungan konsumen khususnya terhadap produsen makanan dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa, terkait dengan
tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menemukan fakta, kemudian
menemukan masalah, dilanjutkan dengan identifikasi masalah sehingga
pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Dinas Kesehatan
yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 4 Kab. Magetan Jawa Timur.
Kaitannya dengan penulisan ini adalah penegakan hukum kepada produsen
makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa
pada produknya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
konsumen yang merupakan pokok permasalahan skripsi ini.
Selain alasan di atas, masih ada alasan lain penulis memilih kota
Magetan sebagai tempat penelitian yaitu karena banyak perusahaan kecil
dan menengah yang bergerak dibidang makanan tradisional dalam
kemasan. Dari hasil pra survey ada lebih dari 500 produsen makanan yang
terdapat di Magetan, contoh seperti perusahaan jajanan atau oleh-oleh
seperti kripik kulit, krupuk puli, madu mongso dan lain-lain. Berdasarkan
hasil pra survey, produsen makanan tersebut masih banyak yang belum
7 Loc-cit.
15
mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam produknya. Maka dari itu penulis
memilih Kab. Magetan untuk dijadikan tempat penelitian.
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
narasumber atau responden yaitu Dinas Kesehatan (Dikes) Kab. Magetan,
produsen makanan dalam kemasan yang ada di Kab. Magetan, dan juga
konsumen, rinciannya adalah data tentang:
1. Kewajiban mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produk makanan
dalam kemasan dan penegakan hukumnya kepada produsen makanan
dalam kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam
pada produknya rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen.
2. Faktor penghambat dan pendukung penegakan hukum kepada produsen
makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa
pada produknya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
konsumen.
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak terkait dalam menghadapi
faktor penghambat penegakan hukum kepada produsen makanan dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya
dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen.
16
4. Pengetahuan produsen makanan dalam kemasan tentang kewajiban
mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produk makanan yang
diproduksi.
5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)
dengan pihak-pihak terkait dan dinas-dinas pemerintahan yang lain.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan serta dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah data mengenai produsen makanan tradisional dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil
penelitian di lapangan berupa:
a. Data tentang pelaksanaan penegakan hukum kepada produsen
makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan tanggal
kadaluarsa dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
konsumen.
b. Wawancara dengan petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) yang
menangani kasus perlindungan konsumen sesuai dengan ketentuan
UUPK pasal 8 ayat 1 huruf g serta produsen makanan dalam
17
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa terhadap
produk makanannya.
2. Data sekunder dari buku literature yang ada di perpustakaan
Universitas Muhammadiyah Malang atau perpustakaan-perpustakaan
lain yang berhubungan dengan penelitian melalui studi pustaka
dengan mengambil data yang diperoleh secara teknis, dan penelusuran
situs di internet serta studi pustaka terhadap literatur, kamus hukum
maupun tulisan-tulisan dalam bentuk lain yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan dalam pengambilan
data adalah:
1. Data primer diperoleh dengan cara:
a. Wawancara, merupakan salah satu bentuk atau cara pengumpulan data
komunikasi verbal atau tanya jawab secara lisan dengan responden.
Agar wawancara berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
Seorang peneliti yang akan melakukan wawancara hendaknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a) Persiapan Wawancara
b) Pelaksanaan Wawancara
- Pewawancara
- Isi/materi wawancara
18
c) Pencatatan hasil wawancara
Dengan kata lain, wawancara berarti melakukan tanya jawab
langsung terhadap responden. Pemilihan responden dilakukan
dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan
pertimbangan responden adalah pihak yang terkait langsung dengan
penelitian tersebut antara lain pemerintah (Dinas Kesehatan), swasta
(produsen makanan dalam kemasan), dan masyarakat (konsumen).
Responden yang dimaksud adalah responden yang terlibat langsung yang
dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait
tentang perlindungan konsumen. Pemilihan responden diperoleh
dengan melakukan kegiatan wawancara dengan responden, Responden
yang dimaksud adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Magetan yang
menangani permasalahan terkait produsen makanan dalam kemasan yang
tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa dan juga produsen makanan
dalam kemasan.
b. Observasi Lapangan, yaitu dengan melakukan pengamatan secara
langsung sesuai dengan judul dan tujuan penelitian. Dalam penelitian
ini observasi dilakukan dengan cara pengamatan terhadap proses
penentuan tanggal kadaluarsa di Dinas Kesehatan Kab. Magetan dan
pihak-pihak terkait dengan tujuan untuk mengetahui lebih dekat
bagaimana penegakan hukum kepada produsen makanan dalam
kemasan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya
dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen.
19
2. Data sekunder diperoleh dengan cara
a. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan dan mempelajari literatur-
literatur yang relevan dengan penelitian sebagai bahan perbandingan
dan kajian pustaka.
b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara menyalin dan
memfotokopi dokumen serta catatan penting yang ada di Dinas
Kesehatan (Dikes) dan pihak-pihak terkait Kab. Magetan. Selain itu
juga mengunduh dari internet.
6. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau unit atau
seluruh gejala/kegiatan yang akan diteliti.8 Dalam hal ini, yang menjadi
populasi sebagai objek dalam penelitian adalah petugas Dinas Kesehatan
bidang makanan dan minuman, produsen makanan dalam kemasan,
konsumen dan pihak-pihak terkait lainnya di Kab. Magetan.
Sampel adalah suatu proses dalam memilih suatu bagian yang
representative dari sebuah populasi.9 Teknik penentuan sampel yang
dilakukan oleh penulis adalah dengan cara purposive sampling atau
penarikan sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil subjek
didasarkan pada tujuan tertentu, yang dalam hal ini adalah 2 orang petugas
Dinas Kesehatan Kab. Magetan dibidang makanan dan minuman yang
8 Ronny Hanitojo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Semarang: Ghalia
Indonesia, hal. 44. 9 Ibid.
20
menangani produsen makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan
tanggal kadaluarsa, 5 produsen makanan dalam kemasan yang ada di Kab.
Magetan . Selain para responden di atas, saya juga mengambil sample dari
konsumen yang ada di Kab. Magetan.
7. Teknik Analisis Data
Metode Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
Dalam hal ini penulis akan menerapkan proses editing terhadap hasil
wawancara yang telah dilakukan. Editing artinya pemilihan, pemilahan
dan penggunaan data-data yang relevan dengan tujuan penelitian. Hasil
dari proses editing akan ditambahkan dengan studi pustaka yang
disesuaikan dengan pokok pembahasan penelitian.
2. Penyajian Data
Peneliti menyajikan data dalam bentuk deskriptif atau pemaparan,
dimaksudkan untuk memudahkan dalam melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
3. Kesimpulan
Dari data yang telah diperoleh di lapangan akan dibuat suatu kesimpulan
yang jelas sehingga dapat diterapkan secara langsung di masyarakat.
8. Definisi Operasional Variabel .
a. Penegakan Hukum adalah penerapan suatu aturan atau norma baik
tertulis maupun tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat
untuk dibawa kearah yang lebih baik.
21
b. Produsen yang dimaksud dalam skripsi ini adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha yang tidak mencantumkan tanggal
kadaluarsa pada produk makanan dan minuman yang diproduksi.
c. Makanan dalam kemasan yang dimaksud adalah produk yang
dihasilkan oleh produsen atau pemasar yang ditempatkan kedalam
wadah (container), tempat, isi atau yang sejenis yang terbuat dari timah,
kayu, kertas, gelas, besi, plastik, selulos transparant, kain, karton, atau
material lainnya untuk disampaikan/dipasarkan kepada konsumen. 10
d. Tanggal kadaluarsa adalah tanggal batas akhir pemakaian suatu produk
makanan.
e. Konsumen adalah setiap orang yang membeli produk makanan yang
tidak ada tanggal kadaluarsa.
f. Perlindungan konsumen adalah upaya untuk melindungi hak-hak
konsumen.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memperoleh gambaran mengenai isi skripsi ini,
maka penulis membagi secara sistematis dalam empat bab, dengan perincian:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
10
Soehardi Sigit, 1987 :43.
22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori pendukung dalam
mengerjakan penulisan dan proses pengolahan data, meliputi tinjauan umum
penegakan hukum, pengertian produsen, hak dan kewajiban produsen,
pengertian perlindungan konsumen, pengertian konsumen, hak-hak dan
kewajiban konsumen.
BAB III HASIL/PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini diuraikan tentang realita kasus yang terjadi, gambaran
umum tentang Dinas Kesehatan (Dikes), hasil penelitian tentang penegakan
hukum kepada produsen makanan tradisioanal dalam kemasan yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam rangka memberikan perlindungan
terhadap konsumen serta faktor penghambat dan pendukung penegakan
hukum kepada produsen makanan tradisional dalam kemasan yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam rangka memberikan perlindungan
terhadap konsumen.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran sehubungan
dengan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini yang
diambil dari pembahasan secara keseluruhan.