55
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi sering muncul tanpa gejala dan sering disebut sebagai The Silent Killer (1). Berdasarkan rekapan data dari triwulan 1 hingga triwulan IV tahun 2017 angka kasus hipertensi pada masyarakat di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan adalah 236 kasus dengan usia dewasa (usia produktif) yaitu 20-40 tahun (122 orang atau 51,7%) tidak berbeda jauh daripada penderita usia >40 tahun (114 orang atau 48,3%). Hasil survei awal yang dilakukan peneliti di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah kerja 15 desa, ditemukan data masyarakat yang berkunjung bulan Januari 2018 sebanyak 454 orang dengan kasus hipertensi 55 orang (12,1%) dan pada bulan Februari 2018 jumlah kunjungan 579 dengan kasus hipertensi 76 orang (13,1%). Pada umumnya penderita hipertensi berumur antara 20-40 tahun. Penyebab hipertensi yang paling banyak disebabkan pola makan, dan kebiasaan minum alkohol (tuak) dan kebiasaan yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau masyarakat (2). Berdasarkan hasil survei awal melalui wawancara dengan 10 orang penderita hipertensi mengatakan bahwa 5 orang penderita hipertensi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

utama kematian secara global. Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah

yang mengakibatkan suplai oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi sering

muncul tanpa gejala dan sering disebut sebagai The Silent Killer (1).

Berdasarkan rekapan data dari triwulan 1 hingga triwulan IV tahun 2017

angka kasus hipertensi pada masyarakat di UPTD Puskesmas Perawatan Plus

Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan adalah 236 kasus dengan usia dewasa (usia

produktif) yaitu 20-40 tahun (122 orang atau 51,7%) tidak berbeda jauh daripada

penderita usia >40 tahun (114 orang atau 48,3%). Hasil survei awal yang

dilakukan peneliti di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kecamatan

Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah kerja 15 desa, ditemukan

data masyarakat yang berkunjung bulan Januari 2018 sebanyak 454 orang dengan

kasus hipertensi 55 orang (12,1%) dan pada bulan Februari 2018 jumlah

kunjungan 579 dengan kasus hipertensi 76 orang (13,1%). Pada umumnya

penderita hipertensi berumur antara 20-40 tahun. Penyebab hipertensi yang paling

banyak disebabkan pola makan, dan kebiasaan minum alkohol (tuak) dan

kebiasaan yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau masyarakat (2).

Berdasarkan hasil survei awal melalui wawancara dengan 10 orang

penderita hipertensi mengatakan bahwa 5 orang penderita hipertensi disebabkan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

2

kebiasaan minum alkohol dan merokok, 2 orang disebabkan obesitas

(memiliki berat badan lebih) dan 1 orang karena keturunan (genetik) dan 2 orang

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi. Kebiasaan masyarakat mengonsumsi

kopi pada pagi dan sore hari atau penderita hipertensi mengonsumsi kopi minimal

2 gelas per hari. Penderita juga mengatakan minum kopi bila ada upacara adat

seperti pesta perkawinan, memperingati hari besar keagamaan, mengikuti kegiatan

kematian yang sampai pagi hari tidak tidur dan acara-acara keluarga. Penderita

hipertensi juga mengatakan bahwa mereka memiliki kebiasan mengonsumsi

alkohol sejenis tuak, bir, wisky dan lainnya. Penderita biasanya mengonsumsi

minuman ini pada hari libur kerja (sabtu dan minggu) atau tidak bekerja di sawah

dan di kantor. Masyarakat tidak berperilaku hidup sehat seperti merokok, tidak

pernah berolahraga, minum tuak hampir tiap sore di kedai-kedai yang ada di

daerah tersebut, dan sering mengonsumsi makanan berlemak yang tinggi

kolesterol seperti daging babi dan daging anjing yang harganya murah dijangkau.

Masyarakat penderita hipertensi cenderung lebih tinggi pada usia dewasa

muda dibandingkan dengan usia lansia, dapat menjadi masalah kesehatan yang

serius karena dapat mengganggu aktivitas dan dapat mengakibatkan komplikasi

yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakannya pencegahan

dini.Gejala penyakit lanjutan yang dapat terjadi seperti stroke, kerusakan mata,

sakit pembesaran otot jantung, otak (pening), dan ginjal. Selain itu, masyarakat

yang menderita hipertensi cenderung lebih memilih cara pengobatan dengan

membeli obat sakit kepala di warung karena jarak dari rumah ke puskesmas cukup

jauh.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

3

Upaya tenaga kesehatan untuk mengurangi penyakit hipertensi dengan

memberikan promosi kesehatan, tetapi tidak langsung turun ke masyarakat atau

dilakukan hanya di puskesmas saja khususnya masyarakat yang mendapatkan

perawatan penyakit hipertensi. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat

tentang penyakit hipertensi, petugas kesehatan melakukan penyuluhan ke

masyarakat tetapi pelaksanaannya belum tentu di1akukan 1 kali dalam triwulan

disebabkan luasnya daerah yang dikunjungi dan kurangnya dana operasional.

Program promosi kesehatan lebih digalakkan mengenai Kesehatan Ibu dan Anak

seperti kegiatan pelayanan balita dan pemeriksaan kesehatan ibu hamil.

Prevalensi kejadian hipertensi di Kabupaten Nias Selatan cukup tinggi

yaitu sebesar 31.6% (3). Penderita hipertensi di Indonesia tahun 2013 menduduki

peringkat kedua tertinggi sebagai penyebab dari kematian lansia di atas usia 65

tahun dengan presentase sebesar 11,2%. Sedangkan pada lansia laki-laki, penyakit

hipertensi menduduki 2 peringkat ke-4 dengan presentase sebesar 7,7% (4).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18

tahun sebesar 25,8%. Provinsi Aceh (30,9%), Provinsi Riau (30,8%), Jawa Barat

(29,4%) dan Provinsi Sumatra Utara (29,0%) menduduki urutan 5 teratas

prevalensi hipertensi (5).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2008, sebesar

40% penduduk usia dewasa menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi dikawasan

Benua Eropa sebesar 41%, dan Australia sebesar 31,8%. Prevalensi hipertensi

pada kawasan Asia Tenggara adalah sebesar 37%, Thailand sebesar 34,2%,

Brunei Darusalam 34,4%, Singapura 34,6% dan Malaysia 38% (6).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

4

4

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer

atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan

hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit

endokrin, penyakit jantung, gangguan ginjal. Diagnosis hipertensi ditegakkan

apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang

berbeda (7).

Penyakit hipertensi merupakan masalah yang sedang dialami oleh seluruh

dunia. Menurut JNC-VII, hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia.

Menurut laporan World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan

penyebab nomor 1 kematian di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita

hipertensi (7).

Meski ancamannya menakutkan, masih banyak anggota masyarakat yang

mengabaikan hipertensi. Pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu

sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh penyakit hipertensi tidak

menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya pada tahap ini, orang masih merasa

nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu untuk memeriksa

dirinya. Penanganan menjadi lebih sulit dan mahal karena penderita darah tinggi

baru mengeluh dan memeriksa dirinya ketika sudah komplikasi dengan sakit

ginjal, jantung, pembuluh darah diotak, buta dan menyebabkan kematian (8).

Gaya hidup kurang sehat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan

kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

5

5

kurangnya bergerak atau kurangnya aktifitas fisik, hal ini karena kalori yang

masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin

banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh

menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang

padaakhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya diabetes mellitus,

tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke terjadi pada usia dewasa (9).

Dewasa muda merupakan tahapan dalam perkembangan kehidupan

manusia yang harus dijalani.Masa muda seseorang diawali dengan masa transisi

dari masa remaja menuju dewasa muda yang melibatkan eksperimentasi dan

eksplorasi yang disebut emerging adulthood. Menurut Papalia bahwa

perkembangan dewasa dibagi menjadi 3 yaitu Dewasa Muda (young

adulthood)dengan usia berkisar antara 20 sampai40 tahun, dewasa menengah

(middle adulthood) dengan usia berkisar antara 40 sampai 65 tahun, dan dewasa

akhir(late adulthood) dengan usia mulai 65 tahun ke atas (10). Melalui gaya

hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya

hidup seperti komsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik,

kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang serba praktis

merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti

diabetes mellitus, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung dan stroke.

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat

badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar

terkena hipertensi (11).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

6

6

Penyebab terjadinya hipertensi belum diketahui secara pasti. Faktor

predisposisi yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah adalah merokok,

kelebihan berat badan, konsumsi garam dan lemak, alkohol, tingkat stres,

rendahnya aktivitas fisik. Faktor predisposisi yang sulit terkontrol adalah

keturunan, ras, usia, dan jenis kelamin. Predisposisi genetik, misalnya, kalau

kedua orang tua hipertensi, kemungkinan hipertensi terjadi adalah 45%. Insiden

hipertensi meningkat sesuai dengan usia, pria mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk menderita hipertensi dari pada wanita (12).

Banyak faktor fisiko sebagai penyebab penyakit hipertensi. Adapun faktor

risiko terjadinya kejadian hipertensi dapat dibedakan atas faktor risiko yang tidak

dapat diubah (seperti keturunan atau genetik, jenis kelamin, dan umur) dan faktor

risiko yang dapat diubah (seperti kegemukan atau obesitas, kurang olahraga atau

aktivitas fisik, merokok,stres, konsumsi alkohol dan konsumsi garam). Dampak

dari hipertensi terhadap lansia bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan

kelainan yang fatal. Kelainan itu misalnya, kelainan pembuluh darah, jantung

(kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler

di otak atau lebih biasa disebut dengan stroke dan berakhir dengan kematian (12).

Hipertensi dapat dikendalikan dengan pengobatan farmakologi dan non-

farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan pengobatan menggunakan obat

anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah (13).

Pengobatan anti hipertensi antara lain dengan Angiotensin Converting

Enzim (ACE) inhibitor, diuretik, antagonis kalsium, dan vasodilator. Pengobatan

jangka panjang membutuhkan biaya yang cukup dan menimbulkan efek samping

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

7

7

bagi tubuh, disamping itu masyarakat sering tidak mematuhi untuk minum obat

anti-hipertensi secara teratur, sehingga masyarakat memilih menggunakan

pengobatan non-farmakologi. Pengobatan non farmakologi merupakan

pengobatan tanpa obat-obatan, dengan merubah gaya hidup menjadi lebih sehat

dan menghindari faktor yang dapat berisiko (14) .

Upaya pencegahan hipertensi kepada masyarakat dapat dilakukan melalui

penyuluhan kesehatan. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang hipertensi

akan memengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau

melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga perilaku tentang

hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar dapat

menanggulangi penyakit hipertensi itu sendiri. Dalam hal ini promosi kesehatan

sangatlah penting bagi masyarakat agar lebih memahami tentang penyakit tersebut

dan dapat merubah pola hidup yang sehat seperti pola makan dan kebiasaan

berolahraga demi tercapainya hidup sehat dan tidak mengalami gangguan

aktivitas sehari-hari (bekerja). Gaya hidup tersebut berpengaruh pada bentuk

perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kesehatan fisik dan psikis,

lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi (15).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik meneliti tentang Faktor Risiko

yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di UPTD

Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kabupaten Nias SelatanTahun 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian,

maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian adalah:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

8

8

1. Apakah keturunan memengaruhi terjadinya hipertensi di usia dewasa muda.

2. Apakah kebiasaan olahraga memengaruhi terjadinya hipertensi di usia dewasa

muda.

3. Apakah mengonsumsi alkohol memengaruhi terjadinya hipertensi di usia

dewasa muda.

4. Apakah pengetahuan memengaruhi terjadinya hipertensi di usia dewasa muda.

5. Apakah sikap memengaruhi terjadinya hipertensi di usia dewasa muda.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor genetik memengaruhi terjadinya hipertensi di usia

dewasa muda.

2. Menganalisis faktor kebiasaan olahraga memengaruhi terjadinya

hipertensi di usia dewasa muda.

3. Menganalisis faktor mengonsumsi alkohol memengaruhi terjadinya

hipertensi di usia dewasa muda.

4. Menganalisis faktor pengetahuan memengaruhi terjadinya hipertensi di

usia dewasa muda.

5. Menganalisis faktor sikap memengaruhi terjadinya hipertensi di usia

dewasa muda.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan

praktis.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

9

9

1) Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan sebagai masukan bagi

UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam dalam peningkatan derajat

kesehatan masyarakat khususnya penderita hipertensi pada usia dewasa muda.

2) Secara Praktis

Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi beberapa pihak

antara lain:

a. Bagi UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai

dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

umumnya dan diharapkan dapat memberikan masukan untuk mengurangi

kejadian hipertensi.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama ini dan diharapkan dapat menambah

pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai faktor risiko kejadian

hipertensi, sehingga hasil penelitian ini dapat menerangkan dan

mempunyai pengetahuan teoritis dalam kasus nyata di lapangan.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan masukan bagi pemerintah daerah dalam kepedulian di bidang

kesehatan khususnya penyakit tidak menular.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Fitriani (2012) berjudul Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada

Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inapsidomulyo Kota Pekanbaru

menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara riwayat keturunan

(OR=7,68, 95%C/=3,5-16,82), obesitas (OR=12,32, 95%C7=5,27-28,75) dan

aktivitas fisik (OR=7,86, 95%C7=3,33-18,58) dengan kejadian hipertensi.

Perilaku merokok dan asupan natrium tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Faktor risiko yang paling dominan adalah riwayat keturunan, obesitas dan

aktivitas fisik. Petugas puskesmas agar dapat meningkatkan penyuluhan kepada

masyarakat khususnya pada remaja tentang risiko hipertensi, terutama risiko

riwayat keturunan, perilaku merokok, obesitas, aktivitas fisik dan asupan natrium

sebagai penyebab hipertensi serta melakukan pencegahan penyakit hipertensi

sedini mungkin bagi remaja (16).

Penelitian Arifin (2013) berjudul Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada

Orang Dewasa di Banyuwangi: Studi Kasus Kontrol di Puskesmas Sempu

Banyuwangi. dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan kejadian hipertensi

dengan beberapa faktor risiko diantaranya: aktivitas fisik ringan (OR=24,89;

95%CI: 4,15-149,31), stres sedang (OR=19,72; 95%CI: 4,43-87,62) dan stres

berat (OR=32,55; 95%CI: 3,92-270,07). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi

(≥SMA-PT) dijumpai protektif terhadap kejadian hipertensi (OR=0,16; 95%CI:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

11

0,04-0,57). Kebiasaan merokok tidak dijumpai sebagai faktor risiko terjadinya

hipertensi (OR=0,58; 95%CI: 0,18-1,86) (17).

Penelitian Kurnianingtyas (2016) berjudul Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi pada Siswa SMAdi Kota Semarang bahwa faktor risiko kejadian

hipertensi adalah asupan natrium berlebih (OR=6,6; 95%CI=1,33-32,84;

p=0,011), aktivitas fisik ringan (OR=10,074; 95% CI=1,19-85,57; p=0,028) dan

obesitas (OR=28,632; 95% CI=3,52-233,07; p=0,000). Asupan karbohidrat

berlebih (OR=1,000; 95%CI=0,13-7,53; p=1,000) dan asupan lemak berlebih

(OR=1,133; 95%CI=0,43-3,01; p=0,803) bukan merupakan faktor risiko kejadian

hipertensi. Hasil analisis regresi logistik, obesitas (OR= 24,449; 95% CI=2,88-

207,83; p=0,003) dan asupan natrium berlebih (OR=14,752; 95%CI=1,58-137,53;

p=0,018) berhubungan dengan hipertensi. Disarankan untuk Unit Kesehatan

Siswa agar mempromosikan konsumsi makanan rendah garam dan melalukan

monitoring tekanan darah secara teratur (18).

Penelitian Sapitri (2016) berjudul Analisis Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi pada Masyarakat di Pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru bahwa variabel yang berpegaruh terhadap kejadian hipertensi yaitu

obesitas, aktifitas fisik dan stres. Variabel pola asupan garam, dan

kebiasaan_merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Perlunya

masyarakat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin agar tekanan darah

bisa dikontrol setiap waktu (19).

Penelitian Aisyah (2011) berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Memengaruhi Kejadian Hipertensi Primer di Desa Trunuh Klaten Selatan bahwa

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

12

faktor utama yang memengaruhi kejadian hipertensi adalah usia ≥45 tahun

sebanyak 66 orang (22,2%) sedangkan faktor yang paling rendah adalah obesitas

yaitu 26 orang (8,1%). Untuk meningkatkan kebersihan penanggulangan

hipertensi primer, bagi masyarakat waspada dengan bertambahnya usia lebih hati-

hati yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dengan hipertensi karena faktor ini

tidak dapat dimodifikasi sehingga diperlukan pola hidup yang sehat karena faktor

paling utama adalah usia (20).

Penelitian Wahyuningsih (2013) berjudul Faktor yang Memengaruhi

Hipertensi pada Usia Lanjut. Pengumpulan data menggunakan wawancara tentang

usia, jenis kelamin, genetik, kebiasaan merokok, kebiasaaan olahraga, kebiasaan

minum kopi, dan konsumsi garam. Hipertensi pada lanjut usia berhubungan

dengan usia, kebiasaan olahraga, obesitas dan tipe kepribadian, sedangkan faktor

yang memengaruhi hipertensi adalah usia, obesitas, kebiasaan olahraga, stress,

tipe kepribadian serta stress merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi

hipertensi pada usia lanjut (21).

Penelitian Widiansah (2016) berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia Dewasa Muda di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

sebagian responden pada kedua kelompok mempunyai kebiasaan merokok, pada

kelompok kasus sebanyak 18 orang (64,3%) maupun pada kelompok kontrol

sebanyak 36 orang (64,3%). Begitu juga responden yang mengkonsumsi alkohol,

pada kelompok kasus sebanyak 11 orang (39,3%) dan pada kelompok kontrol

sebanyak 18 orang (32,1%). Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik (p=0,215),

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

13

kebiasaan merokok (p=1,0), dan konsumsi alkohol (p=0,516) dengan kejadian

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo (22).

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Hipertensi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg (23). Hipertensi salah satunya disebabkan oleh

faktor gaya hidup modern, orang zaman sekarang sibuk mengutamakan pekerjaan

untuk mencapai kesuksesan. Kesibukan dan kerja keras serta tujuan-tujuan yang

berat mengakibatkan timbulnya rasa stres dan timbulnya tekanan yang tinggi.

Perasaan tertekan membuat tekanan darah menjadi naik. Selain itu, orang yang

sibuk juga tidak sempat untuk berolahraga. Akibatnya lemak dalam tubuh

semakin banyak dan tertimbun yang dapat menghambat aliran darah. Pembuluh

darah yang terhimpit oleh tumpukan lemak menjadikan tekanan darah menjadi

tinggi. Inilah salah satu penyebab terjadinya hipertensi (24).

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas

batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya

penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Hipertensi berarti

tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi (25).

Menurut Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2011) tentang

Pengendalian Hipertensi menjelaskan bahwa hipertensi merupakan gangguan

pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan

tantangan kesehatan utama masyarakat yang sedang mengalami perubahan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

14

sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama

risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan kematian

20-50% dari seluruh kematian (26).

2.2.2. Batasan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer atau biasa dikenal dengan tensimeter, yang terdiri dari sebuah

pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet dengan satuan

ukuran milimeter air raksa (mmHg). Klasifikasi tekanan darah pada Dewasa

menurut JNC VII sebagai berikut (23).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre Hipertensi 120-139 atau 80-90

Stadium 1 140-159 atau 90-99

Stadium 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber: JNC VII (23)

Pada saat ini, nilai atau batasan hipertensi sudah berubah. Seseorang

dikatakan memiliki tekanan darah normal bila tekanan darahnya kurang dari

120/80 mmHg. Orang yang sudah menjelang hipertensi atau pre-hipertensi adalah

mereka yang memiliki tekanan darah 120–139/80–99 mmHg. Orang yang

mengalami hipertensi juga dapat dibedakan berdasarkan derajat ketinggiannya.

Hipertensi derajat 1 adalah mereka yang memiliki tekanan darah 140–159/90–99

mmHg. Hipertensi derajat 2 adalah orang-orang yang memiliki tekanan darah

lebih dari 160/90 mmHg (27).

Ada faktor yang memengaruhi tekanan darah pada suatu waktu, antara lain

aktivitas kerja, waktu istirahat (tidur), stress, posisi tubuh, kondisi pernapasan,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

15

olahraga dan makanan. Keadaan tekanan darah paling rendah ketika tidur dan

tertinggi ketika beraktivitas berat atau adanya stress. Perubahan tekanan darah

yang dipengaruhi oleh banyak faktor mengharuskan pengukuran yang berulang-

ulang agar mendapatkan nilai yang tepat. Pengukuran sekali tidak dapat dijadikan

landasan untuk menentukan kondisi seseorang. Hal yang perlu diperhatikan,

sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, jangan beraktivitas yang diluar

kebiasaan, seperti kerja lembur. Sehingga pengukuran terbaik, jika tubuh dalam

kondisi cukup istirahat, aktivitas seperti biasa, dan pola makan seperti kebiasaan

sehari-hari. Hal ini juga menunjukkan kualitas kesehatan dari pola hidup yang

telah kita jalani (27).

2.2.3. Gejala Hipertensi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang

khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan

hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung

(mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-

kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan. Kadang-kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan

otak (25).

Adapun gejala-gejala hipertensi yang mungkin dialami penderita

diantaranya: (a) sering pusing kepala; (b) gampang marah; (c) sulit tidur dan

sering gelisah; (d) sesak napas; (e) leher belakang sering kaku; (f) gangguan

penglihatan, dan (g) sulit berkonsentrasi (27).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

16

2.2.4. Pengelompokan Hipertensi

Menurut Widjaya bahwa hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis

yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial;

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya

dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab seperti

bertambahnya usia, stres psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan

hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk

dalam kategori ini.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder artinya hipertensi yang telah diketahui penyebabnya

dengan jelas. Pada umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang

berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi,

pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah disebabkan oleh penyakit ginjal,

penyakit endokrin, dan penyakit jantung (27).

Menurut Susilo dan Wulandari bahwa hipertensi dapat dikelompokkan

menjadi 2 jenis yaitu:

a. Hipertensi utama (primary hypertension); adalah suatu kondisi yang jauh

lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari hipertensi utama

adalah berbagai faktor yang memiliki efek-efek kombinasinya sehingga

menyebabkan hipertensi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

17

b. Hipertensi sekunder (secondary hypertension); yang meliputi 5% dari

hipertensi disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau

sistem tubuh (25).

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO dapat dibagi sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO Tahun 2011

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat I 140 - 159 90 - 99

Hipertensi derajat II 160 – 169 100-109

Hipertensi derajat III ≥180 ≥110

Sumber: WHO (26).

2.2.5. Etiologi

Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress,

kegemukan, merokok, dan hipernatrium. Pada umumnya hipertensi tidak

mempunyai penyebab yang spesifik, namun ada beberapa faktor yang

memengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah, yaitu:

a. Genetik, respon neurologis terhadap stres atau kelainan ekskresi atau

transport Na.

b. Obesitas, level insulin yang meningkat mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

c. Stres karena lingkungan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

18

d. Hilangnya elastisitas jaringan, arterisklerosis dan pelebaran pembuluh darah

(26).

2.2.6. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output

(Curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate

(denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf

otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baru reseptor arteri, pengaturan

volume cairan tubuh, sistem renin angio tensin dan auto regulasi vaskuler (28).

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam

aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan

arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui

mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi para simpatis) dan

vasodilatasi dengan penurunan tonus otot simpatis. Oleh karena itu, refleks

kontrol sirkulasi meningkatkan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan

menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan

pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan

untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat

secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada (28).

Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh

mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme

fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik venake jantung dan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

19

mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,

peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.

kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam

mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik (28).

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak sebagai

substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensinI, yang kemudian diubah

oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian

menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi

vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan makanisme

kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam

hipertensi terutama pada aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas

sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau

penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan

darah (28).

Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan

periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darahtinggi, kadar renin

harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin

menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian orang dengan hipertensi

esensial mempunyai kadar renin normal (28).

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial

akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.

Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

20

arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan

mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard,

stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal. Auteregulasi vaskular merupakan

mekanisme lain lain yang terlibat dalam hipertensi (28).

Auteregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi

jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses

autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan

aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari

peningkatan aliran. Auteregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting

dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan over load garam dan air (28).

Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang secara

progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki sebagai gejala-

gejala morning headaches, penglihatan kabur, dan sesak napas dan dispnea, dan/

atau gejala uremia. Tekanan darah diastolik >115mmHg, dengan rentang tekanan

diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal

ginjal, gagal jantung kiri dan stroke (28).

2.2.7. Manifestasi Klinis

Hipertensi pada setiap orang menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda,

namun terkadang ada yang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang

ditimbulkan oleh penderita hipertensi adalah:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pasa tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

21

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.

e. Telinga berdenging

f. Wajah kemerahan

g. Kelelahan (29).

Jika klien menderita hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, maka

bisa timbul gejala sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Muntah

e. Sesak napas

f. Gelisah

g. Pendangan menjadi kabur karena kerusakan pada otak, mata, jantung dan

ginjal.

h. Terjadi penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan

otak (29).

2.2.8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hemoglobin dan Hematokrit untuk menunjukkan anemia dan polycythemia.

b. Urinalysis, untuk mengetahui adanya proteinuria atau tanda lain dari gagal

ginjal.

a. Serum sodium, potassium, dan kreatinin.

b. Gula darah puasa, karena DM adalah faktor risiko jantung yang dipengaruhi

oleh obat antihipertensi.

c. ECG untuk mengkaji fungsi ventrikel kiri dan hipertropi.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

22

d. X-Ray (29).

2.2.9. Penatalaksanaan

1) Farmakologis

Satu dari berbagai pertimbangan dalam pemberian terapi obat penderita

hipertensi seharusnya dimulai sedikit-sedikit dengan dosis yang rendah. Obat

antihipertensi diantaranya:

a) Diuretik meliputi

Thiazide: Chlorotiazid, Chlortalidone, Hydrodiuril, Indapamide,

Metolazone.

Loop diuretic : Bumetanide, Ethacrynic acid, Furosemide (lasix).

Potassium-Sparing Diuretics: Amiloride, Spironolactone, Triamterene.

b) B-Bloker meliputi Acebutolol, Atenolol, Betanolol, Metoprolol, Nadolol,

Penbutolol, Pindolol, Propanolol, Timolol.

c) ACEIs meliputi: Captopril, Enalapril, Lisinopril, Fosinopril, Quinapril,

Rampiril.

d) Calcium Channel Blockers meliputi: Diltiazem, Nicardipine, Nifedipine,

sustained release (Procardia, XL), Verapa mil, sustained release (Calan

SR, Isoptin SR).

2) Non Farmakologis

Modifikasi gaya hidup menjadi dasar untuk mengontrol hipertensi,

diantaranya sebagai berikut :

a) Menurunkan berat badan jika diperlukan.

b) Hindari alkohol.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

23

c) Olahraga

d) Menganjurkan untuk menambahkan potassium, kalsium, dan magnesium

kedalam dietnya.

e) Mengurangi masukan garam 2,4-6 gram garam.

f) Mengurangi mengonsumsi makanan berlemak, serta meningkatkan

makan buah, sayuran dan produk susu tanpa lemak (29).

2.2.10. Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

Hipertensi ini dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan

aktivitas fisik yang cukup. Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala,

sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama

dapat menimbulkan komplikasi. Hipertensi terus menerus adalah salah satu faktor

penyebab stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama

gagal ginjal kronis. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini, yaitu dengan

pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu cek

kesehatan atau saat ke dokter. Biasanya dokter akan memeriksa dua kali atau lebih

sebelum menentukan apakah seseorang menderita hipertensi (27).

Hipertensi tidak akan muncul begitu saja. Naiknya tekanan darah,

biasanya merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan sudah

berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Semua kebiasaan-kebiasaan yang

buruk dalam kehidupan dan pola makan yang tidak sehat akan menambah daftar

buruk yang memicu terjadinya hipertensi. Sebagai langkah antisipasi yang paling

jitu adalah menjalankan pola makan sehat dan pola hidup sehat. Ada beberapa

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

24

patokan pola makan sehat dan pola hidup sehat yang dapat dijadikan panduan bagi

penderita hipertensi yaitu:

a. Pola makan sehat yaitu

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga pola makan sehat antara

lain : 1) Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari; 2) Konsumsi

makanan yang mengandung kalium, magnesium, dan kalsium, karena mampu

mengurangi hipertensi; 3) Kurangi minuman beralkohol secara berlebihan; 4)

Makan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi seperti sayuran hijau,

pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk; 5) Kendalikan kadar kolesterol,

kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh; 6) Kendalikan diabetes.

Bila menderita diabetes, konsumsi makanan yang sehat, jangan menggunakan

obat-obatan pengendali diabetes yang memicu komplikasi penyakit lainnya; 7)

Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan darah; 8) Tidur yang

cukup setiap hari antara 6-8 jam; 9) Kurangi makanan yang mengandung

kolesterol tinggi dan perbanyak aktivitas fisik untuk mengurangi berat badan;

10) Konsumsi minyak ikan karena mengandung asam lemak (omega-3) yang

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan; 11) Puasa secara rutin juga

sangat membantu mengendalikan tekanan darah.

b. Pola hidup sehat

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga pola hidup sehat antara

lain : 1) Melakukan olahraga secara teratur; seperti berjalan kaki, bersepeda,

lari santai, dan berenang dan dilakukan 30-45 menit/hari 3 x seminggu; 2)

jalankan terapi antistres, terutama saat menghadapi segala macam persoalan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

25

dan tuntutan hidup dengan mengendalikan dan menghadapi stres dengan cara

bijak; 3) berhenti merokok karena rokok mengandung nikotin yang tidak baik

bagi tekanan darah dan bagi kesehatan secara umum; 4) mendekatkan diri

pada Tuhan sehingga tiap ada persoalan besar tidak langsung emosi tinggi dan

stress yang memicu naiknya tekanan darah; 5)mengendalikan pola kesehatan

secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar kolesterol, diabetes, berat

badan dan pemicu-pemicu penyakit lainnya (25).

2.2.11. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi

Menurut faktor-faktor pemicu kemunculan hipertensi dapat dibedakan

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah faktor-faktor tak dapat

dikontrol (genetik atau keturunan, jenis kelamin dan umur). Kelompok kedua

adalah faktor-faktor yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang beraktivitas

fisik, merokok, pola komsumsi garam). Selain itu berdasarkan faktor fisik dan

faktor lingkungan masing-masing yaitu:

a. Faktor Fisik

1) Obesitas (kegemukan); obesitas merupakan ciri dari populasi penderita

hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi

yang obesitas lebih tinggi daripada penderita hipertensi yang tidak

obesitas.

2) Keturunan (Herediter); peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi

terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak

pada orang kembar. Seorang penderita yang mempunyai sifat geneik

hipertensi primer (esensial), apabila dibiarkan secara alamiah bersama

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

26

lingkungannya, akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam

waku sekitar 30-50 tahun akan timbul gejala-gejala.

3) Jenis Kelamin: pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita

hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat

pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh

perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi, dan

rendahnya status pekerjaannya. Sedangkan ada pria lebih berhubungan

dengan pekerjaan yang memengaruhi faktor psikis kuat.

b. Faktor Lingkungan

1) Pola konsumsi; pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan

ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebuhan garam

sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang

normal. Natrium cukup berpengaruh, sehingga perlu dibatasi secara

terkontrol.

2) Gaya hidup yang kurang sehat; kebiasaan merokok, konsumsi minuman

beralkohol, dan sedikitnya aktivitas tubuh akibat pola hidup modern

memengaruhi kemunculan hipertensi. Masyarakat di perkotaan cenderung

lebih banyak menderita hipertensi karena adanya gaya hidup yang

berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obseitas, kurangnya

olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar

lemaknya.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

27

Penyakit ini tidak mengenal usia kelompok masyarakat. Kelas ekonomi

terendah sampai tertinggi, berisiko hipertensi. Faktor keturunan ternyata berperan

pada kemunculan hipertensi. Gen atau materi pembawa sifat keturunan yang

diwariskan membawa nilai risiko yang berbeda-beda. Jika seseorang memiliki

potensi hipertensi dari keturunan, selanjutnya faktor lingkungan akan memicu

kemunculannya. Faktor lingkungan dalam hal ini pola hidup, seperti pola

konsumsi, antara lain asupan garam dan lemak. Selain itu stress akibat faktor

lingkungan sosial yang memengaruhi psikis seseorang turut member peran

kemunculan hipertensi. Hipertensi akibat adanya faktor keturunan (esensial),

umumnya muncul setelah dewasa dan menjelang usia tua (27).

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi jika

memiliki nilai systole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg. Penderita hipertensi

dicirikan dengan hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan

diastolik masih dalam kisaran normal. Insiden hipertensi meningkat seiring

bertambahnya usia (30).

Mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran darah secara

rutin. Tekanan darah harus selalu diperiksa dalam setiap kunjungan. Tekanan

darah harus diperiksa baik saat pasien dalam posisi terlentang, atau duduk.

Kantung udara yang terdapat dalam manset alat pengukur tekanan darah harus

setidaknya menutup dua per tiga lingkar lengan pasien yang bersangkutan. Palpasi

pada tekanan manset pengukur di mana denyut arteri radial menghilang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

28

merupakan salah satu cara untuk memeriksa kembali ketepatan dari auskultasi

tekanan darah sistolik (31).

Menurut Elsanti faktor risiko yang memengaruhi kejadian hipertensi

yaitu:(32).

1. Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor risiko

yang dapat dikontrol maupun tidak dapat dikontrol.

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi

orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang

yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara

khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,

karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada

kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut (33).

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari

keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari

berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin

kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi di kalangan usia lanjut

cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60

tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

29

berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Bertambahnya umur,

dapat meningkatkan risiko hipertensi (34).

2) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi sama antara pria dan wanita. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen

yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55

tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan hipertensi dapat terjadi pada usia muda

karena penyebab hipertensi tidak berbeda jauh antara usia muda dengan usia tua

lebih dominan disebabkan gaya hidup dan pola makan (35).

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium. Seseorang mempunyai orang tua dengan hipertensi berisiko dua

kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi

esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (35).

Penelitian Hafiz (2016) menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada kelompok lanjut usia di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Petang I Kabupaten Badung adalah genetik, olah raga, dan tingkat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

30

stress. Faktor jenis kelamin, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol tidak

terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi (36).

b. Risiko yang Dapat dikontrol

1) Obesitas

Faktor yang diketahui dapat dikontrol dengan baik adalah obesitas, dimana

berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung.

Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah. Obesitas

dapat memperburuk kondisi penderita hipertensi. Kelompok risiko dapat memicu

timbulnya berbagai macam penyakit seperti atritis, jantung, dan hipertensi.

Seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat

badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh

(IMT) (37).

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih (37).

Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan

pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau

Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI

memberikan gambaran tentang risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat

badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar

mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

31

berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung

dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan berat badannya normal (38).

WHO (2011) telah mendefenisikan sejumlah klasifikasi/kategori IMT

yang dapat mencerminkan risiko penyakit tertentu.

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut WHO Tahun 2011

Kategori IMT Risiko Penyakit

Kurus (underweight) <18,5 Rendah

BB normal 18,5-24,9 Rata-rata

BB berlebih (overweight) 25-29,9 Meningkat

Obesitas kelas 1 30-34,9 Sedang

Obesitas kelas 2 35-39,9 Berbahaya

Obesitas kelas 3 (obesitas morbid) ≥40 Sangat berbahaya

Sumber: WHO (26)

Penelitian Hafiz (2016) menjelaskan bahwa lansia yang memiliki riwayat

hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi,

yakni lansia yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga mempunyai risiko

untuk menderita hipertensi 1,417 kali lebih besar dibandingkan dengan lansia

yang idak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas

Petang I Kabupaten Badung (36).

2) Kurang olahraga

Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana

untuk memelihara kehidupan, meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tingkat

kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan (39). Olahraga yang teratur dapat

menurunkan risiko aterosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi.

Selain itu, dengan melakukan olahraga yang teratur khususnya aerobik seperti

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

32

jalan cepat, jogging, bersepeda, renang dan senam dapat menurunkan tekanan

darah sebanyak 5-10 mmHg (40).

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer

yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung

sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih

berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko

tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk (38).

Seseorang yan kurang aktifitas fisik dapat mengakibatkan berbagai macam

keluhan. Salah satunya pada sistem kardiovaskular yaitu ditandai dengan

menurunnya denyut nadi maksimal serta menurunnya jumlah darah yang dipompa

dalam tiap denyutan. Kurang aktifitas fisik juga dapat meningkatkan tekanan

darah, dengan latihan olahraga yang rutin diharapkan akan menurunkan tekanan

darah dengan sendirinya (37). Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO (2011)

menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan fisik apapun yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan atau membutuhkan pengeluaran energi di atas

level istirahat (25).

Masyarakat cenderung menjadi obese dan overweight karena sikap

sedentari serta rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan. Hal ini salah satunya

disebabkan oleh karena terdapat faktor penghalang untuk memulai aktivitas fisik

tersebut. Faktor penghalang untuk memulai aktivitas fisik tersebut dibagi menjadi

faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya; terlalu lelah, terlalu

malas, malu, merasa sudah cukup aktif, tidak tahu cara melakukannya, sedang

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

33

cidera, terdapat masalah kesehatan yang menghalangi, kondisi fisik tidak baik,

tidak ada motivasi, merasa tidak nyaman, dan merasa olahraga membosankan.

Faktor eksternal meliputi; tidak memiliki cukup waktu, tidak ada teman olahraga,

menyebabkan rasa sakit, kurangnya fasilitas, mengganggu aktivitas sosial/

keluarga, biaya, mengganggu pekerjaan, ketidaksetujuan oranglain, kurangnya

transportasi, kurangnya budaya berolahraga, sedang puasa, dan cuaca kurang

mendukung (41).

Penelitian Ismanto (2013) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa tidak

ada hubungan antara frekuensi olahraga dengan tekanan darah pada penderita

hipertensi (p= 0,250) dan tidak ada hubungan antara durasi olahraga dengan

tekanan darah pada penderita hipertensi (p= 0,177) di ruang rawat inap Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Perlunya ditingkatkan olahraga bagi

penderita hipertensi dengan teratur dan dengan komponen seperti frekuensi

olahraga 3-5 kali/seminggu dan durasi 30-60 menit (42).

Menurut Muhammadun (2010) meningkatnya tekanan darah tidak hanya

dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi

meningkatnya tekanan darah antara lain jenis kelamin, umur, riwayat keluarga,

kebiasaan merokok, dan gaya hidup. Kebiasaan buruk seseorang merupakan

ancaman terbesar terhadap kesehatan bagi seseorang seperti gaya hidup yang

modern, kerja keras dalam situasi tertekan, dan stres yang berkepanjangan, kurang

berolahraga, dan mengatasi stress dengan merokok atau minum minuman yang

beralkohol, atau kopi (43).

3) Kebiasaan Merokok

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

34

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,

tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok

ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena

adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung. Aktifitas yang secara langsung dapat diamati pada remaja laki-laki

adalah perilaku merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat

merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun

orang lain disekitarnya (44).

Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih

belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi

terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara nyata. Merokok

menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan

dengan peningkatan insiden hipertensi maligna (37).

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah

tinggi. Pada studi autopsi dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan

adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita

tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh

darah arteri (45). Menurut Widiansah (2016) bahwa cara pengukuran variabel

kebiasaan merokok dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari: jenis rokok,

konsumsi rokok, lama merokok, dan perokok pasif (22).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

35

Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbukan

akibat rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut dan hampir setiap saat dapat ditemui

banyak orang yang sedang merokok bahkan perilaku merokok sudah sangat wajar

dipandang oleh masyarakat terutama usia dewasa, khususnya remaja laki-laki.

Ada 3 fase klinik penting dalam kecanduan tembakau yaitu: mencoba, kadang-

kadang menggunakan, menggunakan setiap hari. Seperti penggunaan zat-zat

(substances) lainnya, terdapat beberapa faktor sehingga orang dewasa menjadi

perokok, misalnya faktor psikologi, faktor biologi, faktor lingkungan (46).

4) Mengonsumsi garam berlebih

Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih kontroversial, tetapi

jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan garam yang banyak

menyebabkan peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi

hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4-6 gram

natrium klorida) (32).

Ketika ada terlalu banyak natrium dalam cairan tubuh, ginjal mengambil

peran alaminya mengeluarkan zat yang tidak terpakai atau yang tidak diinginkan

seperti natrium. Namun, jika jumlah natrium yang dieksresikan oleh ginjal di luar

kapasitas normal ginjal, masalahnya sekarang akan muncul. Dekat ginjal adalah

sistem pembuluh darah, dan cairan yang membawa natrium berlebihan akan

masuk ke aliran darah dan melalui pembuluh darah tersebut. Aliran darah akan

menyempit dan menutup dengan sendirinya apabila ginjal lambat dalam

mengambil natrium yang dibawanya. Sistem vaskular akan menutup untuk

meningkatkan tekanan darah di dekat ginjal, peningkatan tekanan darah akan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

36

menciptakan dorongan atau kekuatan yang akan mendorong ginjal untuk

membuang kelebihan sodium (47).

5) Minum alkohol

Minuman keras atau disebut juga minuman beralkohol adalah minuman

yang mengandung zat etanol. Etanol sendiri adalah zat atau bahan yang bila

dikonsumsi akan menurunkan tingkat kesadaran bagi konsumennya (mabuk).

Minuman keras juga memiliki zat adiktif, yaitu zat yang apabila dikonsumsi

(walaupun hanya sekali) akan membuat orang tersebut merasa ingin terus

mengonsumsinya (kecanduan) dan akhirnya malah merasa bergantung pada

minuman keras. Minuman keras juga mempengaruhi sistem kerja otak karena

miras menghambat kekurangan oksigen oleh sebab itu pengguna miras merasakan

pusing (15).

Mengonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk penyimpangan

sosial. Penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan orang dewasa tidak akan

begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau pendorong. Faktor

penarik berada di luar diri seseorang sedangkan faktor pendorong berasal dari

dalam diri/ keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan

penyimpangan tersebut. Faktor tersebut seperti meniru orang lain, media, pelarian

diri dan untuk terapi, kebosanan, informasi yang salah (48).

Kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada minuman keras

karena faktor-faktor sebagai berikut 1. Ingin membuktikan keberaniannya dalam

melakukan tindakan berbahaya, 2. Ingin menunjukan tindakan menentang

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

37

terhadap orang tua yang otoriter, 3. Ingin melepaskan diri dari kesepian dan

memperoleh pengalaman emosional, 4. Ingin mencari dan menemukan arti hidup,

5. Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan, 6. Ingin menghilangkan kegalauan/

kegelisahan, 7. Solidaritas di antara kawan, dan 8. Ingin tahu (49).

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung

dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol

berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi. Penderita hipertensi yang

mengonsumsi alkohol harus membatasi konsumsinya agar tidak lebih dari 20-30 g

etanol per hari bagi laki-laki, dan tidak lebih dari 10-20 g per hari bagi

perempuan. Penelitian Russ (2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara

konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,006). Disarankan bagi tenaga

kesehatan puskesmas Ongkaw untuk meningkatkan penyuluhan kepada

masyarakat mengenai faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi serta

bagi masyarakat yang ada agar melakukan pencegahan penyakit hipertensi dengan

membatasi konsumsi minuman yang mengandung alkohol (50) .

6) Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari usaha

seseorang mencari tahu terlebih dahulu terhadap rangsangan berupa objek dari

luar melalui proses sensori dari interaksi antara dirinya dengan lingkungan

sehingga memperoleh pengetahuan baru tentang suatu objek (33).

Menurut Viera, et al (2008), peningkatan pengetahuan tentang hipertensi

secara pararel dapat digunakan untuk pengetahuan dalam upaya pencegahan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

38

kekambuhan hipertensi seperti dalam menjaga pola makan serta pola aktivitas

yang baik, sedangkan kurangnya pengetahuan tentang hipertensi kebanyakan

menunnjukan kontrol atau pengendalian tekanan darah yang rendah (51).

7) Sikap

Kesehatan seseorang ditentukan oleh niat atau sikap orang tersebut

terhadap pelayanan kesehatan (behaviour intention) dukungan sosial dari

masyarakat sekitar, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan dan fasilitas

kesehatan. Lebih lanjut Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan atau tingkat

kesehatan seseorang ditentukan oleh sikap seseorang terhadap obyek kesehatan.

Semakin baik sikap seseorang terhadap kesehatan maka tingkat kesehatan

seseorang tersebut juga akan semakin baik (33).

Penelitian Dirham (2012) menjelaskan penelitian bahwa ada hubungan

yang bermakna antara sikap masyarakat dengan derajat sistole tekanan darah

pasien hipertensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu (52).

2.2.12. Bahaya Hipertensi

Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat

menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang

mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal. Penyakit yang

sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan

lain sebagainya (25).

Hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada

ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat

mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

39

dan intelektual. Bahaya hipertensi yang paling parah adalah efek jangka

panjangnya yang berupa kematian mendadak. Selain itu, adalah:

a. Hipertensi merusak ginjal

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari

sepuluh orang dewasa. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat merusak

ginjal.

b. Hipertensi merusak kinerja otak

Penderita tekanan darah tinggi pada usia tengah baya umumnya akan

mengalami kehilangan kemampuan kognitif-memori, kehilangan pemecahan

masalah, kurang konsentrasi, dan kehilangan daya sehat pertimbangan selama

25 tahun kemudian.

c. Hipertensi merusak kinerja jantung

Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang

bekerja ekstra keras. Pada akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan

pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak, dan mata.

d. Hipertensi menyebabkan kerusakan mata

Hipertensi juga berpotensi menyebabkan kerusakan pada mata. Adanya

gangguan dalam tekanan darah akan menyebabkan perubahan-perubahan

dalam retina pada belakang mata.

e. Hipertensi menyebabkan resistensi pembuluh darah

Penderita hipertensi akut biasanya mengalami suatu kekakuan yang meningkat

atau resistensi pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling di seluruh jaringan-

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

40

jaringan tubuhnya. Peningkatan resistensi ini menyebabkan otot jantung

bekerja lebih keras sehingga dapat menimbulkan pembesaran otot jantung.

e. Hipertensi menyebabkan stroke

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke yang dapat

menjurus pada kerusakan otak atau saraf. Stroke dapat menyebabkan

kelemahan, kesemutan atau rasa geli, kelumpuhan dari tangan-tangan, kaki-

kaki dan kesulitan bicara, serta penglihatan menjadi kabur (25).

Proses perjalanan hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada jantung,

otak, ginjal, dan mata melalui dua mekanisme yang berhubungan yaitu efek dari

peningkatan tekanan arteri (pada struktur dan fungsi jantung dan arteri) dan efek

dalam percepatan perkembangan aterosklerosis. Dalam kurun 20 tahun terakhir,

angka kematian karena serangan jantung dan stroke yang disebabkan oleh

Hipertensi mengalami penurunan. Akan tetapi, dua efek Hipertensi lainnya yaitu

gagal jantung dan penyakit ginjal kronis justru meningkat (35).

2.3. Landasan Teori

Menurut Blum (1986) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap derajat

kesehatan seseorang/masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu ;

a. Environment (lingkungan). Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik

natural atau buatan manusia), dan sosiokultur (umur, ekonomi, pendidikan,

pekerjaan, budaya dll).

b. Perilaku (Life Styles), gaya hidup individu/masyarakat sangat memengaruhi

derajat kesehatan. Dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

41

tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya hidup

pada masyarakat tersebut yang akan memengaruhi derajat kesehatan.

Misalnya; pada masyarakat tradisonal dimana sarana transportasi masih sangat

minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga

individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya (berolah

raga). Pada masyarakat modern dimana sarana transportasi sudah semakin

maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktifitas dengan menggunakan

transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang

menggerakkan anggota tubunya (berolah raga). Kondisi ini dapat berisiko

mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang berolah raga

ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengonsumsi makanan cepat saji

yang kurang mengandung serat. Fakta di atas akan mengakibatkan transisi

epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.

c. Heredity, faktor genetik ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini

karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik. Faktor hereditas

sulit untuk diintervensi karena hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika

dapat diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal.

d. Health Care Sevices, pelayanan kesehatan juga memengaruhi derajat

kesehatan. Pelayanan kesehatan di sini adalah pelayanan kesehatan yang

paripurna dan integratif antara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Semakin mudah akses individu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

maka derajat kesehatan masyarakat akan semakin baik (33).

Promosi kesehatan yang dikaitkan dengan perilaku sekaligus untuk

memperkuat teori kejadian suatu penyakit (manajemen penyakit), maka Laurence

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

42

W. Green (1980) mencetuskan teori perilaku menyatakan perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu: faktor pencetus timbulnya

perilaku seperti: umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, paritas, dan lain sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu: faktor yang mendukung timbulnya

perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di

masyarakat.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu : faktor-faktor yang memperkuat

atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain

misalnya : peraturan dan kebijakan pemerintah, petugas kesehatan, maupun

dari pihak keluarga (53). Kerangka landasan teori diilustrasikan sebagai

berikut:

Landasan teori menurut HL. Blum (1986) dan Green (1980), dari faktor-

faktor yang dapat memengaruhi derajat kesehatan manusia, tidak semuanya akan

diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi di

lapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan

kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah faktor

risiko keturunan, kebiasaan olahraga, kebiasaan minum alkohol, pengetahuan dan

sikap (33).

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

43

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor risiko (genetik,

kebiasaan olahraga, mengonsumsi alkohol, pengetahuan dan sikap) terhadap

kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di UPTD Puskesmas Perawatan Plus

Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

1. Keturunan (Genetik)

2. Kebiasaan Olahraga

3. Mengonsumsi Alkohol

4. Pengetahuan

5. Sikap

Kejadian

Hipertensi pada

Usia Dewasa Muda

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah mixed method dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan ke dua metode ini dipandang

lebih memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah penelitian dari

pada penggunaan salah satu di antaranya. Mixed method dalam penelitian ini

adalah Sequential Explanatory Mixed Method yang bertujuan agar data kualitatif

membantu memberikan gagasan yang lebih mendalam dan lebih banyak untuk

hasil kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian adalah fenomenologi (52).

Peneliti ingin memahami kejadian hipertensi pada usia dewasa muda dan

kaitannya terhadap faktor-faktor yang memengaruhi serta situasi-situasi terkait

lainnya.

Pendekatan kuantitatif menggunakan desain Case Control dengan memilih

kasus yang menderita hipertensi pada kelompok dewasa muda dan kontrol yang

tidak menderita hipertensi pada kelompok dewasa muda. Penelitian dimulai

dengan mengidentifikasi pasien dengan hipertensi (retrospektif) melalui survei

dan pemeriksaan secara langsung kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor risiko (keturunan, kebiasaan olahraga,mengkonsumsi alkohol,

pengetahuan dan sikap) yang memengaruhi kejadian hipertensi pada usia dewasa

muda di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

45

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk

Dalam Kabupaten Nias Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Februari-Oktober 2018 dari melakukan

penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian,

analisis data dan penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

a. Populasi Kasus

Populasi kasus adalah seluruh pasien yang menderita penyakit hipertensi

pada usia dewasa muda 20-40 tahun pada saat pemeriksaan di UPTD Puskesmas

Perawatan Plus Teluk Dalam berjumlah 76 orang yang terdata di rekam medik.

b. Populasi Kontrol

Populasi kontrol adalah pasien yang berkunjung atau berobat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak menderita hipertensi di UPTD

Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam berjumlah 503 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut terdiri dari sampel penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

46

1. Sampel untuk pendekatan kuantitatif terdiri dari:

a. Sampel kasus adalah pasien penderita hipertensi pada kelompok usia dewasa

muda di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam berjumlah 76 orang

(total sampling).

b. Sampel kontrol adalah pasien bukan penderita hipertensi pada kelompok usia

dewasa muda yang datang berkunjung di UPTD Puskesmas Perawatan Plus

Teluk Dalam berjumlah 76 orang.

Pengambilan sampel kasus dengan menunggu pasien yang berkunjung atau

berobat ke puskesmas untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian

pasien yang mengalami hipertensi dijadikan sampel kasus.

2. Informan untuk pendekatan kualitatif

Informan kunci dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa menderita

hipertensi di UPTD Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam sebanyak 4

orang. Kemudian informan tambahan terdiri dari 1 orang saudara dekat

informan, dan 1 orang Hamba Tuhan (Pdt).

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis

yaitu data primer, data sekunder, dan data tertier.

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu

organisasi secara langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

47

studi ini diperoleh melalui interview (wawancara), kuesioner, pemeriksaan

laboratorium.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang mendukung data primer serta

peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini.

3) Data Tertier

Data tertier merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi yang

sangat valid seperti jurnal, text book, hasil penelitian yang sudah

dipublikasikan.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1. Kuantitatif, meliputi:

a. Data primer diperoleh dari kuesioner yang diisi responden berupa data

tentang kerakteristik keturunan, kebiasaan olahraga, kebiasaan minum

alkohol, pengetahuan, dan sikap.

b. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen/laporan UPTD

Puskesmas Perawatan Plus Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dan

bahan pustaka terkait.

c. Data tertier diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu jurnal yang

terpublikasikan, sumber dari internet seperti, Keputusan Menteri

Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah serta Undang-undang.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

48

2. Kualitatif, meliputi:

a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada informan, observasi

dan dokumentasi hasil penelitian.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner sebagai instrument pengumpulan

data dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Validitas merupakan sejauh

mana alat ukur (pengukuran, tes, instrumen) mengukur apa yang memang

sesungguhnya hendak diukur. Kuesioner yang valid adalah apabila nilai rhitung

lebih besar dari nilai rtabel dengan menggunakan korelasi product moment (54).

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana pengukuran

individu-induvidu pada situasi-situasi yang berbeda memberikan hasil yang sama.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistens alat ukur, apakah alat

pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran

tersebut diulang dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Apabila nilai

Cronbach’s Alpha yang diperoleh lebih besar dari r Cronbach’s Alpha tabel, maka

dinyatakan reliabel. Nilai rCronbach’s Alpha tabel untuk reliabilitas adalah 0,700 (55). Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan di UPTD Puskesmas Hilisataro Kecamatan

Toma Kabupaten Nias Selatan terhadap 30 orang penderita hipertensi.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kebiasaan Olahraga

No Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

Keterangan

Kebiasaan Olahraga 0,801 Reliabel

1 0,412 Valid

2 0,729 Valid

3 0,396 Valid

4 0,504 Valid

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

49

5 0,708 Valid

6 0,443 Valid

7 0,486 Valid

8 0,508 Valid

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel kebiasaan olahraga sebanyak 8

pertanyaan yang diajukan mempunyai nilai rhitung (corrected item-total

correlation) lebih besar dari rtabel, (0,361) sehingga item pertanyaan tersebut

diasumsikan valid. Nilai rCronbach’s Alpha tabel variabel kebiasaan olahraga 0,801 lebih

besar dari 0,700, maka variabel kebiasaan olahraga dinyatakan reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

No Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

Keterangan

Pengetahuan 0,958 Reliabel

1 0,767 Valid

2 0,828 Valid

3 0,696 Valid

4 0,660 Valid

5 0,642 Valid

6 0,732 Valid

7 0,714 Valid

8 0,786 Valid

9 0,869 Valid

10 0,791 Valid

11 0,658 Valid

12 0,879 Valid

13 0,825 Valid

14 0,879 Valid

15 0,714 Valid

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

50

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel pengetahuan sebanyak 15

pertanyaan yang diajukan mempunyai nilai rhitung (corrected item-total

correlation) lebih besar dari rtabel, (0,361) sehingga item pertanyaan tersebut

diasumsikan valid. Nilai rCronbach’s Alpha tabel variabel pengetahuan 0,801 lebih besar

dari 0,700, maka variabel pengetahuan dinyatakan reliabel.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

No Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

Keterangan

Sikap 0,846 Reliabel

1 0,590 Valid

2 0,662 Valid

3 0,534 Valid

4 0,673 Valid

5 0,664 Valid

6 0,706 Valid

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel sikap sebanyak 6 pertanyaan

yang diajukan mempunyai nilai rhitung (corrected item-total correlation) lebih

besar dari rtabel, (0,361) sehingga item pertanyaan tersebut diasumsikan valid.

Nilai rCronbach’s Alpha tabel variabel sikap 0,846 lebih besar dari 0,700, maka variabel

sikap dinyatakan reliabel.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari vairabel independen (bebas) terdiri dari

faktor risiko genetik, kebiasaan olahraga, mengkonsumsi alkohol, pengetahuan

dan sikap. Sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu kejadian hipertensi.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

51

3.5.2. Definisi Operasional

1) Genetik adalah penyebab penyakit yang diderita berdasarkan bawaan dari

orang tua atau saudara dekat.

2) Kebiasaan olahraga adalah aktivitas yang sering dilakukan responden secara

rutin minimal 30 menit dengan frekuensi ≥ 3 kali seminggu seperti bersepeda,

jalan kaki, lari, berenang, senam, sepak bola (futsal) dan olahraga lainnya.

3) Mengonsumsi alkohol adalah perilaku responden dalam mengonsumsi

minuman yang mengandung kadar alkohol berdasarkan jenis alkohol, lama

mengonsumsi dan jumlah konsumsi alkohol.

4) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dipahami responden berkaitan dengan

hipertensi meliputi: pengertian, penyebab, pencegahan dan pengobatan.

5) Sikap adalah penilaian responden terhadap hipertensi meliputi faktor yang

dapat menyebabkan penyakit hipertensi.

6) Kejadian hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada usia dewasa muda

di atas normal saat dilakukan pengukuran menggunakan tensimeter yaitu

≥140/90 mmHg.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

52

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel penelitian seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Jumlah

Pertanyaan/ Alternatif jawaban

Bobot Nilai

Skor Value Jenis Skala

Ukur Variabel Independen

Genetik Kuesioner

1

a. ya

b. tidak

1

2

a. Ada

b. Tidak ada

Ordinal

Kebiasaan

olahraga

Kuesioner

8

a. ya

b. tidak

2

1

13-16

8-12 a. Sering

b. Jarang

Nominal

Mengon

sumsi

alkohol

Kuesioner

1 a. ya

b. tidak

1

2

a. Ada

b. Tidak

ada

Ordinal

Pengeta

huan

Kuesioner

15

a. Benar

b. Salah

2

1

23-30

15-22 a. Baik

b. Kurang baik

Nominal

Sikap Kuesioner

6

a. ya

b. tidak

2

1

10-12

6-9 a. Positif

b. Negatif

Ordinal

Variabel

Dependen

Kejadian

Hipertensi

Hasil

pemeriksaan

tekanan

darah

2

1

a. Hipertensi

b. Tidak

hipertensi

Ordinal

3.7 Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan cara komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner. angket maupun obervasi.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

53

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam aplikasi

SPSS.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian (56).

3.8 Metode Analisis Data

Analisis pengolahan data pada penelitian ini dibagi menjadi:

1. Analisis data kuantitatif

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu genetik, kebiasaan

olahraga, mengonsumsi alkohol, pengetahuan dan sikap serta kejadian

hipertensi, dengan ukuran persentase dan proporsi.

b. Analisis bivariat

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

54

Analisis bivairat adalah untuk menjelaskan atau menganalisis hubungan

variabel independen yaitu genetik, kebiasaan olahraga mengonsumsi

alkohol, pengetahuan dan sikap serta variabel dependen yaitu kejadian

hipertensi menggunakan uji chi square. Jika nilai p<α, maka keputusannya

adalah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dan jika nilai p>α, maka keputusannya adalah tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan

variabel independen dengan variabel dependen dan menentukan faktor

mana yang paling dominan berhubungan dengan variabel dependen.

Variabel independen yang dimasukkan ke dalam model multivariat (binary

logistic) bila nilai p>0,25 berdasarkan hasil uji bivariat. Variabel

independen dan variabel dependen dalam penelitian ini bersifat kategorik

yaitu dua kelompok. Persamaan regresi logistik berganda yang diacu yaitu:

f (z) = )( 55443322111

1XXXXX

e

Keterangan:

f (z) = Probabilitas penyakit hipertensi

α = Konstanta

β1-βi = Koefisien regresi

X1 = Genetik

X2 = Kebiasaan olahraga

X3 = Mengkonsumsi alkohol

X4 = Pengetahuan

X5 = Sikap

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1063/2/BAB I - BAB III.pdfPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

55

2. Analisis data kualitatif

Menurut Miles dan Hubernas dalam Sugiyono bahwa data kualitatif

diperoleh dari data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian ini

berlangsung. Setelah menganalisis data, kemudian dilanjutkan dengan keabsahan

data yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah membandingkan informasi

dari informan yang satu dengan informan lainnya sehingga informasi yang

diperoleh kebenarannya. Selanjutnya, melakukan keabsahan data (55).