12
BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Hidayat, 2005). Secara epidemiologis, penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia masih tinggi khususnya kasus infeksi seperti diare (Hendra, 2007). Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap 1 Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

  • Upload
    buitu

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya

yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit

infeksi (Hidayat, 2005). Secara epidemiologis, penyebaran penyakit berbasis

lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia masih tinggi khususnya

kasus infeksi seperti diare (Hendra, 2007).

Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)

dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan

air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit

yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu

penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di

bawah lima tahun (balita).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009,

diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara

global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka

kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia

dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap

1

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

2

episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak

untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada

anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan

angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun

sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang.

Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan

angka kematian 2.5%.

Pada kasus penyakit diare di Kabupaten Banyumas dari tahun ketahun

tetap tinggi dibanding dengan kasus lainnya. Cakupan penemuan kasus diare

tahun 2010 sebesar 2.27% cenderung mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2009 sebesar 1,63%. Angka kesakitan diare di Kabupaten Banyumas

tahun 2010 sebesar 22.75/1000 penduduk mengalami peningkatan dibanding

tahun 2009 sebesar 16.25/1000 penduduk.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare

adalah disebabkan oleh kuman melalui perantara makanan atau minuman

yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-

faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan. Penyebab diare secara

langsung yang terkait dengan masalah infeksi, gangguan melabsorbsi,

makanan basi, makanan tidak bersih atau beracun, alergik, imunodefisiensi,

serta penyebab tidak langsung di antaranya dipengaruhi oleh hygiene sanitasi,

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

3

keadaan gizi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi, sosial budaya dan faktor

lain seperti iklim (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2005).

Anak usia sekolah amat rentan terserang diare dan infeksi cacing. Hasil

survei cacing oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL) Departemen Kesehatan tahun 2009 menyebutkan 31,8 persen siswa

sekolah dasar mengalami cacingan. Sementara itu penyakit diare menempati

urutan teratas dalam daftar 10 penyakit penyebab rawat inap di rumah sakit

Indonesia (Anna, 2011).

Mencuci tangan menggunakan sabun dengan teknik yang benar

mempunyai manfaat besar dalam upaya pencegahan penyakit diare.

Upaya memelihara kesehatan dan mencegah risiko terjadinya penyakit serta

melindungi dirinya dari ancaman penyakit melalui tindakan mencuci

tangan menggunakan sabun, maka akan banyak mengurangi jumlah

mikroorganisme dari tangan.

Cuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu

kegiatan membersihkan kotoran yang melekat pada kulit dengan memakai

sabun dan air yang mengalir (Depkes, 2007). Brooker (2008) juga

mengungkapkan bahwa cuci tangan adalah satu-satunya prosedur terpenting

dalam pengendalian infeksi nosokomial.

Hasil studi Curtis & Caircross tahun 2003 dalam metastudinya

mengungkapkan bahwa praktik mencuci tangan menggunakan sabun dapat

mengurangi insiden diare sebanyak 42%-47% kasus diare (Anonim, 2007).

Berdasarkan Survei Health Service Program tahun 2006 mengungkapkan

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

4

tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan

menggunakan sabun, bahwa hanya 3% yang menggunakan sabun untuk

mencuci tangan. Perilaku masyarakat pada 5 waktu kritis mencuci tangan

tercatat 12 % setelah buang air besar, 9 % setelah membantu buang air besar

pada bayi, 14 % sebelum makan, 7 % sebelum memberi makan bayi dan 6 %

sebelum menyiapkan makanan (Kandun, 2007).

Dari angka kejadian tersebut maka perlu adanya evaluasi program

untuk menilai efektivitas program yang sudah dilaksanakan yaitu promosi

kesehatan mencuci tangan menggunakan sabun melalui metode ceramah,

demonstrasi melalui latihan terhadap pengetahuan serta pemahaman dan

sikap siswa sekolah dasar dalam upaya pencegahan penyakit diare. Evaluasi

program dilaksanakan setelah program diimplementasikan bertujuan untuk

mengetahui pencapaian dan mengidentifikasi keterbatasan dari suatu

program. Melalui evaluasi program data-data dapat dikumpulkan, ditafsirkan

dan dianalisis secara sistematis dengan tujuan untuk menetapkan nilai dari

satu program. Selanjutnya dengan nilai yang ada dapat digunakan untuk

pengembangan program selanjutnya (Dignan & Carr, 1992).

Adiwiryono (2010), menyatakan bahwa PHBS pada tatanan pendidikan

adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif

dalam mewujudkan sekolah sehat. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah

adalah siswa, warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah. Anak yang

memasuki pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) atau yang selanjutnya

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

5

ditingkat SD sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga

guru kelas merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk

dalam pembentukan PHBS di sekolah. Sekolah selain sebagai tempat belajar

bagi anak juga merupakan sarana bersosialisasi dengan teman sebaya dan

lingkungan. Selain dengan guru di sekolah, seorang anak juga berinteraksi

dengan temannya khususnya ketika istirahat di sekolah. Seorang anak secara

psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk

juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di

rumah dan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut juga dapat

berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.

Kualitas sumber daya manusia yang mampu berdaya saing akan tercipta

jika pengawasan kesehatan dimulai dari anak usia sekolah baik dari tingkat

pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah

atas. Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai bagaimana ia harus

bertingkah laku yang baik dan tidak baik, lingkungan dapat berarti orang tua,

guru, dan teman-temannya (Gunarsa, 2006).

Dwigita (2012) menyatakan bahwa orang tua dan guru adalah sosok

pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan

mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di

kemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui

dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia

sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan kesehatan

anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

6

permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan

perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat

tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan di SD Negeri 01

Dukuh Waluh diperoleh angka kejadian diare pada siswa sebanyak 55% dari

jumlah keseluruhan siswa selama bulan Februari-April 2015. Selain ini

peneliti juga melakukan wawancar dan observasi untuk mendukung

penelitian ini, dari hasil wawancara terhadap 10 anak yang ditanya dan diberi

lembar pertanyaan seputar penyakit diare dan cara mencuci tangan yang baik

dan benar diperoleh 8 anak pernah mengalami diare dalam waktu 1 bulan

terakhir, 9 anak mengatakan bahwa belum memahami cara mencuci tangan

yang baik dan benar dikarenakan orang tua di rumah belum pernah

mengajarkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar terkadang

orang tua hanya mengingatkan untuk selalu mencuci tangan menggunakan

sabun.

Hasil dari wawancara dengan 4 guru di SD Negeri 01 Dukuh Waluh

mengatakan bahwa permasalahan tentang penyakit diare pada anak memang

merupakan masalah yang cukup sering terjadi, guru juga menyatakan bahwa

mereka belum mengetahui betul bagaimana cuci tangan yang baik dan benar

mereka hanya mengetahui sebatas cuci tangan harus menggunakan sabun dan

air bersih. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan orang tua

siswa diperoleh bahwa mereka dirumah tidak pernah mengajarkan bagaimana

cara cuci tangan yang baik dan benar dan jarang melarang anak mereka untuk

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

7

membeli makanan sembarangan. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Promosi Kesehatan Personal

Hygine Cuci Tangan, Pola Asuh Orang Tua Dan Peran Guru Terhadap

Penurunan Kejadian Diare Pada Anak Kelas 5 di SD Negeri 01 Dukuh

Waluh”.

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang ada rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah pengaruh promosi kesehatan personal hygine

cuci tangan, pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan kejadian

diare pada anak kelas 5 di SD Negeri 01 Dukuh Waluh.

C . Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan

personal hygine (cuci tangan), pola asuh orang tua dan peran guru

terhadap penurunan kejadian diare pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh

Waluh.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden di SDN 01 Dukuh Waluh.

b. Untuk mengetahui kejadian diare sebelum dan sesudah diberikan

Promosi Kesehatan pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh Waluh.

c. Untuk mendeskripsikan peran orang tua dirumah dalam membentuk

praktik personal hygine cuci tangan terhadap penurunan kejadian

diare pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh Waluh.

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

8

d. Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk praktik personal

hygine terhadap penurunan kejadian diare pada anak di SDN 01

Dukuh Waluh.

e. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan personal hygine (cuci

tangan), pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan

kejadian diare pada anak kelas 5 di SD N 01 Dukuh Waluh.

D . Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara

mengaplikasikan teori-teori keperawatan yang didapat selama

perkuliahaan, khususnya tentang materi personal hygine cuci tangan

terhadap penurunan kejadian diare pada anak.

2. Bagi Responden

Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi responden sebagai

informasi tentang pentingnya personal hygine cuci tangan untuk

menghindari kejadian diare pada anak.

3. Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan informasi mengenai perkembangan anak usia sekolah, agar

guru dapat memantau kebersihan anak didiknya khususnya yang

berhubungan dengan kebersihan personal hygine.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi

mahasiswa yang membutuhkan serta sebagai perbendaharaan kepustakaan

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

9

yang berkaitan dengan pengaruh promosi kesehatan personal hygine (cuci

tangan), pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan kejadian

diare pada anak.

E . Penelitian Terkait

1. Apriany (2012)

Penelitiannya dengan judul “Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan

Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan”. Pendidikan

kesehatan pada anak usia 4-5 tahun. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui perbedaan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan. Rancangan penelitian ini adalah quasi

eksperimen, dengan One Group Pre test Post test Design. Penelitian ini

menggunakan lembar check list cuci tangan sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan. Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2011 di TK AT-

Taqwa Cibeber Cimahi. Sampel 32 responden diambil menggunakan

teknik purposive sampling. Rerata cuci tangan responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 2,78 dan setelahnya 9,44. Hasil uji

t didapatkan ada perbedaan signifikan perilaku cuci tangan sesudah

diberikan pendidikan cuci tangan (p value 0,001). Insitusi pendidikan agar

membudayakan cuci tangan.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul

penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti.

Persamaan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan desain

eksperimental dan sama-sama meneliti tentang cuci tangan.

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

10

2. Susilaningsih (2013)

Penelitiannya dengan dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

tentang mencuci tangan terhadap perilaku mencuci tangan siswa SDN 01

Gonilan. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan pre test-

post test control group design. Sampel penelitian sebanyak 32 responden

menggunakan metode random sampling. Teknik pengumpulan data

dengan kuesioner dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan

uji paried t-test uji independent t-test. Hasil analisis uji paried t-test

kelompok eksperimen diperoleh hasil nilai ρ = 0,000 dan perilaku ρ =

0,000, maka disimpulkan adanya pengaruh pendididkan kesehatan

terhadap perilaku mencuci tangan pada siswa SDN 01 Gonilan. Sedangkan

hasil perbandingan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

diperoleh nilai ρ = 0,001 untuk pengetahuan dan nilai ρ = 0,039 untuk

perilaku. Maka disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan dan perilaku

mencuci tangan siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,

lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan

dalam penelitian ini sama-sama menggunakan desain eksperimental dan

sama-sama meneliti tentang cuci tanagan.

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

11

3. Evayanti, Purna dan Aryana (2014)

Penelitiannya dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Diare Pada Balita Yang Berobat ke Badan Rumah Sakit

Umum Tabanan”. Jenis penelitian ini adalah deskripsi yang menggunakan

pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di BRSU Tabanan

Kabupaten Tabanan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu

yang memiliki balita berumur 1-5 tahun yang menderita diare berobat ke

BRSU Tabanan sebanyak 260 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 70

orang dengan menggunakan simple random sampling. Uji yang

diguanakan dalam penelitian ini yaitu uji chi square.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,

lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan

dalam penelitian sama-sama meneliti tentang kejadian diare.

4. Berek dan Suaib (2009)

Judul penelitiannya “Hubungan Pola Asuh Ibu dan Kejadian Diare

dengan Pertumbuhan Bayi yang Mengalami Hambatan Pertumbuhan

Dalam Rahim Sampai Umur Empat Bulan. Penelitian observasional

dengan disain kohort dan dilaksanakan di Kota Makassar yakni RSIA Siti

Fatimah, RSB Pertiwi. Jumlah subjek adalah 44 bayi yang lahir dari ibu

yang selanjutnya disebut responden (ada 3 responden mempunyai bayi

kembar 2 yang semuanya dimasukkan sebagai subjek). Subjek penelitian

adalah bayi lahir pada akhir bulan September sampai dengan bulan

Oktober 2007 dan bertempat tinggal di Kota Makassar. Kriteria inklusi

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4827/1/GETRA ANGGIA SAVIGONA BAB I.pdfCuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu kegiatan membersihkan

12

adalah berat lahir 1700-2499 g, lahir cukup bulan (≥37–42 minggu), tidak

ada catat bawaan, mesocefali dan orang tua bersedia menjadi responden

dan anaknya menjadi subjek. Pengukuran berat badan dan panjang badan

subjek 5 kali yaitu saat lahir dan setiap bulan sesuai hari lahir. Skor pola

asuh ibu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dilakukan 1 kali setiap

bulan, kejadian diare setiap mingguan dan sanitasi lingkungan pada awal

dan akhir penelitian. Uji shapiro-wilk untuk normalitas data, karena

jumlah subjek kurang dari 50 subjek. Analisis data menggunakan korelasi

Pearson, korelasi Rank- Spearman dan analisis regresi linier berganda

variabel dummy.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,

lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan

dalam penelitian sama-sama meneliti tentang kejadian diare dan pola asuh.

Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016