Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Pendidikan nasional juga
berfungsi untuk menjamin dan melestarikan keberhasilan pembangunan.
Pendidikan merupakan proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan adanya hal
tersebut akan menimbulkan perubahan dalam diri individu yang
memungkinkannya untuk berdistribusi dalam pembangunan bangsa. Dalam
rangka adanya tuntutan masyarakat di era global yang telah membawa perubahan
pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi, maka pendidikan lebih
menekankan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Pembentukan sumber daya yang berkualitas tidaklah mudah, oleh karena itu
banyak hal yang harus dilakukan dalam rangka untuk mewujudkannya.
Khususnya bagi dunia pendidikan hal tersebut sangat lah sulit, diperlukan sebuah
pendidikan yang berkualitas yang didukung dengan berbagai sistem dan alat yang
memadai untuk menunjang agar terciptanya pendidikan yang berkualitas.
Banyaknya tuntutan dari masyarakat pada era global menyebabkan dunia
pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, pendidikan adalah masalah yang
sangat penting terlebih lagi dalam lajunya pembangunan nasional yang dituntut
adanya generasi yang lebih maju di samping mempersiapkan peserta didik untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu
meningkatkan keimanan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia
Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena
itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan
bahwa pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Sistem pendidikan di indonesia harus
selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi
baik ditingkat lokal, nasional maupun global.
Tidak seimbangnya jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja,
menyababkan banyaknya pengangguran terdidik di Indonesia. Hal tersebut
membuat pemerintah mengeluarkan beberapa solusi untuk mengatasi masalah
pengangguran tersebut, salah satunya adalah dengan menetapkan kebijakan
memperbanyak jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan
memperbanyak jumlah SMK diharapan nantinya para lulusan SMK yang sudah
dibekali dengan kemampuan sesuai dengan bidangnya masing-masing dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Namun, program pemerintah tersebut
belum berjalan optimal. Hal ini terbukti dari banyaknya lulusan SMK yang masih
menganggur, bahkan berdasarkan data BPS pada bulan Agustus 2015, tingkat
pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Jumlah tersebut terdiri dari pengangguran lulusan SMK sebesar
12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54
persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah
Dasar ke bawah 2,74 persen.
Untuk mengurangi angka pengangguran, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan karakter kewirausahaan sedini mungkin. Namun sebagian besar
lulusan sekolah menengah kejuruan masih berorientasi pada bagaimana mencari
kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang legih tinggi. Sangat sedikit
lulusan yang punya tekad dan keinginan kuat untuk berbisnis, menciptakan
lapangan kerja. Upaya mendorong wirausaha mandiri sendiri tak lepas dari
program pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik lokal maupun
nasional.
Dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah mengenai memperbanyak
jumlah SMK harus diimbangi dengan pelatihan-pelatihan serta menanamkan
minat berwirausaha kepada siswa sejak dini. Dengan ditanamkannya minat
berwirausaha sejak dini, nantinya siswa SMK tidak hanya akan berorientasi untuk
mencari pekerjaan saja, melainkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3
menjadi seorang wirausaha. Wirausaha merupakan cara efektif untuk mengatasi
ketimpangan antara angkatan kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Idealnya, suatu negara bisa dikatakan sebagai negara manju harus memiliki
wirausaha mandiri minimal adalah 2% dari total populasi penduduk.
Untuk membentuk wirausahawan tentunya harus dimulai dari pembentukan
minat berwirausaha, karena tanpa adanya minat berwirausaha seseorang tidak
akan tertarik untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Minat berwirausaha
adalah sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang
umumnya bersifat jangka panjang. Namun, sejauh ini niat siswa SMK untuk
menjadi wirausaha masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya
lulusan SMK yang memilih menjadi seorang wirausaha, mayoritas memilih untuk
mencari dan melamar pekerjaan (job seeker). Sedikitnya lulusan SMK yang
memilih untuk menjadi seorang wirausaha dapat dilihat dari data beberapa
sekolah yang menunjukan hasil sebagai berikut : SMK N 2 Sukawati pada tahun
ajaran 2014/2015 sebesar 38,5% dari lulusannya yang melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi, 61,5% langsung bekerja, dan 0% yang berwirausaha. Pada
SMK N 1 Sukawati pada tahun ajaran 2014/2015 memperoleh hasil sebesar 49%
dari lulusan langsung bekerja,51% melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan
0% yang berwirausaha. Pada SMK N 1 Gianyar pada tahun ajaran 2014/2015
memperoleh hasil sebesar 47,8% melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, 52,2%
langsung bekerja dan 0% yang berwirausaha. Pada SMK N 1 Mas-Ubud pada
tahun ajaran 2014/2015 memperoleh hasil sebesar 70% melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi, 30% langsung menuju ke dunia kerja dan 0% yang
berwirausaha.
Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, rendahnya minat berwirausaha
siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang misalnya seperti materi pelajaran di
kelas, metode pengajaran guru, media ajar yang digunakan oleh guru, alat bantu
dalam pembelajaran serta evaluasi yang digunakan oleh guru. Salah satu faktor
yang sangat penting adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru, karena
dengan adanya media pembelajaran yang bagus maka siswa akan lebih mudah
untuk memahami pelajaran di sekolah. Salah satu media pembelajaran yang bisa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4
dikembangkan adalah modul, khususnya modul Prakarya dan Kewirausahaan.
Modul merupakan media pembelajaran cetak yang dikemas secara utuh dan
sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana
dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Dengan adanya modul yang bagus dan menarik akan bisa menciptakan
pembelajaran yang efektif dikelas serta bisa mempermudah guru untuk
menyampaiakan materi kepada siswa khususnya pada pelajaran prakarya dan
kewirausahaan yang nantinya disamping bisa untuk meningkatkan nilai siswa juga
akan bisa meningkatkan minat berwirausaha siswa.
Pada kurikulum 2013 mata pelajaran kewirausahaan di SMK sudah dipadukan
menjadi prakarya dan kewirausahaan, di mana dalam berwirausaha peserta didik
harus bisa menciptakan produk hasil karyanya untuk bisa dijadikan peluang usaha.
Indonesia yang dikenal akan kebudayaannya yang beraneka ragam dan dengan
kerajinan-kerajinan daerah yang terkenal dan diminati banyak masyarakat.
Daerah-daerah di Indonesia banyak sabagai tempat wisata yang dikunjungi
wisatawan dari antar kota dan luar negeri, maka dalam usaha yang berhubungan
dengan kebudayaan daerah adalah peluang yang sangat besar untuk menarik para
wisatawan untuk datang kenegara kita.
Gianyar merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Bali yang
menjadi daerah tujuan wisata internasional dan domestik, yang memiliki berbagai
obyek wisata dan kaya akan khasanah seni, budaya dan kerajinan dimana hal
tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pemandangan alam pegunungan yang
luas, keindahan pantai, serta kreatifitas seni dan kerajinan tangan yang merupakan
aspek lain dari keunikan budaya Kabupaten Gianyar juga menjadi daya tarik
wisatawan. Posisi Gianyar sangat strategis sekali baik dilihat secara geografis
maupun dari sudut pandang lalu lintas perjalanan wisata di Bali. Desa-desa
kabupaten yang terkenal karena prestasi artistiknya di bidang kerajinan patung,
perak, lukisan, kesenian dan sejenisnya terletak di tepi jalan utama Denpasar-
Gianyar-Klungkung-Karangasem. Kabupaten Gianyar menjadi salah satu tempat
yang paling sering di kunjungi oleh para wisatawan karena masih menjaga
kebudayaan-kebudayaan yang ada. Banyak potensi-potensi kebudayaan yang bisa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5
dijadikan peluang usaha di kabupaten gianyar, selain yang kerajinan patung,
perak, lukisan, kesenian-kesenian yang biasanya di jual kepada para wisatawan
domestik dan mancanegara. Peluang usaha lain yang memanfaatkan potensi-
potensi kebudayaan setempat misalnya seperti usaha dibidang alat-alat upacara
keagamaan dan lain sebagainya. Salah satu contoh peluang usaha tersebut seperti
usaha pembuatan hiasan penjor, dekorasi pernikahan, sarana dan prasarana
upacara, pembuatan tempat untuk menaruh bunga yang biasa dibawa saat
bersembahyang dan masih banyak lagi yang bisa dijadikan sebagai peluang usaha.
Selain bisa dijadikan sebagai peluang usaha, hal tersebut nantinya juga akan
berdampak kepada pelestarian kebudayaa-kebudayaan setempat.
Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi dan kehidupan masyarakat
yang serba modern menyebabkan kebudayaan-kebudayaan tersebut mulai di
lupakan oleh para generasi muda. Itu semua menyebabkan keberadaan budaya
tradisional di negara kita mulai memprihatinkan. Dahulu, budaya tradisional di
negara kita tak terhitung jumlahnya karena begitu banyak ragamnya, mulai dari
tarian tradisional, bahasa tradisional, alat musik tradisional, dan masih banyak
lagi. Jarang sekali sekarang kita temui ada anak muda yang mau untuk
memperhatikan kebudayaan tradisional negaranya, itu semua karena anggapan
mereka tentang kebudayaan tradisional salah. Mereka menganggap kebudayaan
itu merupaka suatu hal yang kuno, sehingga mereka malu untuk mengakui jika
kebudayaan tadisional adalah kebuadayaan mereka.
Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai
budaya tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan kita akan jauh lebih
terkikis. Oleh karenanya, sebelum itu semua terjadi, kita sebagai para generasi
muda harus berani memperjuangkan kembali kebudayaan tradisional yang sudah
nenek moyang kita wariskan kepada kita. Sebagai para generasi muda penerus
bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk
kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam
mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk
menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak
mudah dan membutuhkan pengorbanan yang besar. Oleh karenanya tak cukup
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6
apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk melestarikan budayanya
tapi dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan
mengisi satu sama lain. Dengan kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga
diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.
Dengan adanya beberapa masalah tersebut membuat tantangan yang dihadapi
dunia pendidikan semakin berat serta menuntut agar pendidikan untuk
berorientasi pada kecakapan hidup (Life skill) sehingga nantinya setelah tamat
peserta didik sudah memiliki keterampilan serta bekal. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan menciptakan modul pembelajaran yang diintergrasikan
dengan kearifan lokal di masing-masing daerah. Berbasis lokal adalah segala
sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi,
budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain
mengatakan bahwa keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi,
budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya
yang menjadi keunggulan suatu daerah.
Modul adalah suatu media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Dimopoulos, Ninik Sudarwati, Chetty, Jongdee TO-IM, Alias, Matanluk. O, Sri
Susilogati Sumarti, di dalam penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa modul
bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari beberapa penelitain
yang telah dilakukan tersebut belum ada yang mengembangkan modul yang
berbasis potensi kearifan lokal atau mengembangkan modul yang memasukan
unsur-unsur kebudayaan didalamnya. Sedangkan penelitian lain baru memadukan
kearifan lokal dalam kegiatan pembelajaran saja, tanpa menuangkannya dalam
media pembelajaran, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suastra W, Sukra
Warpala, Putu Sudura dan wagiran. Dalam penelitiannya mereka mencoba
memadukan kearifan lokal di dalam proses pembelajaran, dan hal ini juga bisa
dibilang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari beberapa penelitian-
penelitian yang dilakukan selama ini baru mengembangkan modul dengan
mengganti metode dan model pembelajarannya saja, atau hanya memasukan
kearifan lokal langsung pada saat proses pembelajaran di kelas. Disamping itu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7
rata-rata modul yang dikembangkan lebih banyak untuk mengukur hasil belajar
dan hampir belum ada untuk mengukur minat berwirausaha siswa. Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan mencoba untuk mengembangkan modul dengan
memasukan unsur-unsur potensi kearifan lokal didalamnya untuk meningkatkan
minat berwirausaha siswa.
Bahan ajar berupa modul dirancang untuk membantu guru dalam memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yang memuat kecakapan hidup
yang perlu mereka kuasai agar mampu bersaing dalam dunia kerja dan globalisasi.
Oleh sebab itu, dalam menyusun atau memilih bahan ajar mata pelajaran prakarya
dan kewirausahaan SMK harus mempertimbangkan konten yang mampu
mendukung proses pembelajaran prakarya dan kewirausahaan.
Landasan operasional dalam pengembangan modul berbasis potensi lokal
yaitu Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pasal 50 ayat (5) yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota mengelola
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang
berbasis keunggulan lokal. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentng
standar nsional pendidikan Bab III pasal 14 ayat (1,2) bahwa kurikulum SMK
dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal, yang merupakan
bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan
kelompok mata pelajaran estetika atau kelompok mata pelajaran pendidikan
jasmani, olah raga dan kesehatan. Maka, sekolah harus mampu menangkap
keunggulan atau kompetensi internal maupun eksternal yang bernuansa
kedaerahan sebagai potensi sumber belajar untuk memperkaya kontent bidang
studi yang memiliki keterkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya
Manusia (SDM) dan karakteristik kedaerahan. Dengan demikian, bidang studi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8
Prakarya dan Kewirausahaan benar-benar memiliki kontent spesifik kedaerahan
yang dapat dijadikan sebagai suatu bidang studi unggulan sekolah yang memiliki
relevansi dengan konteks dan sumber daya kedaerahan.
Pada kenyataannya buku-buku atau bahan ajar mata pelajaran prakarya dan
kewirausahaan yang beredar di lapangan lebih banyak membahas tentang hal-hal
teoritis dan tidak dilengkapi dengan hal-hal bersifat praktis yang disesuaikan
dengan konteks kebutuhan dan kompetensi peserta didik SMK. Sebagai contoh,
Buku Sekolah Elektronik (BSE) SMK yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
pada tahun 2008. Materi perintah kerja tertulis yang disajikan dalam buku tersebut
belum mengarah pada orientasi budaya kerja yang sesuai dengan konteks
kompetensi program kejuruan.
Kurikulum 2013 sudah dibekali buku pegangan guru dan buku pegangan
peserta didik, namun bahan ajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan
masih perlu dikembangkan agar lebih spesifik, dan dapat meningkatkan minat
berwirausaha pada peserta didik serta sekaligus juga mampu untuk melestarikan
budaya-budaya setempat. Selain itu bahan ajar mata pelajaran prakarya dan
kewirausahaan juga tidak hanya membahas mengenai bagaimana cara membuat
produk saja, tetapi bagaimana membuat produk yang memiliki nilai jual tinggi,
dan bagaimana cara memasarkannya, serta bagaimana menumbuhkan jiwa
wirausaha pada peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMK Negeri 1 Mas dan SMK N 1
Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali, ditemukan kendala dalam pelaksanaan
pembelajran prakarya dan kewirausahaan, yaitu: (1) kurangnya bahan ajar atau
materi ajar khususnya pada pembelajaran tentang materi kerajinan bahan lunak
dan kewirausahaan yang dapat digunakan oleh guru dalam mata pelajaran
prakarya dan kewirausahaan pada kurikulum 2013; (2) belum ada bahan ajar yang
spesifik mengenai kerajinan bahan lunak dan kewirausahaan untuk pelajaran
prakarya dan kewirausahaan pada kurikulum 2013; (3) pola mengajar guru yang
masih terpusat kepada guru serta kurang menanamkan mindset untuk
berwirausaha kepada peserta didik; (4) metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran belum bervariatif; (5) media pembelajaran untuk mata pelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9
prakarya dan kewirausahaan yang belum mendukung proses keaktifan peserta
didik pada kegiatan pembelajaran.
Dalam modul pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh
Kepmendikbud mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yang terbagi dalam
empat strand, yaitu: kerajinan tangan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Pada
masing-masing strand itu sebaiknya memiliki bahan ajarnya masing-masing. Pada
materi kerajinan bahan lunak dan wirausaha yang merupakan membuat,
menciptakan bahan dasar menjadi benda produk jadi agar dapat dimanfaatkan.
Dengan kata lain mengubah benda mentah menjadi produk matang dengan
mencampur dan/atau memodifikasi bahan tersebut, yang kemudian produk
tersebut yang akan menjadi peluang usaha untuk melakukan kegiatan
berwirausaha. Selain memproses bahan mentah menjadi produk siap jual
seharusnya produk-produk yang dibuat juga memperhatikan faktor budaya atau
kearifan lokal didaerah setempat, sehingga secara tidak langsung siswa akan bisa
melestarikan budaya-budaya yang ada melalui apa yang telah mereka kerjakan.
Untuk membelajarkan hal tersebut jelas memerlukan bahan ajar yang spesifik.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan terkait semakin memudarnya
kebudayaan-kebudayaan di setiap daerah dan banyaknya pengangguran terdidik
serta hasil observasi di lapangan terkait dengan pembelajaran di SMK peneliti
menyimpulkan bahwa sangat memungkinkan dan perlu untuk memasukkan unsur-
unsur potensi kearifan lokal setempat ke dalam pembelajaran khususnya pada
pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
membuat sebuah media ajar berupa modul yang didalamnya terintegrasi dengan
kebudayaan-kebudayaan setempat. Hal tersebut dirasa perlu dan penting karena
akan berdampak pada pelestarian kebudayaan-kebudayaan yang ada. Keunggulan
dari modul yang dikembangkan ini disamping mengangkat kebudayaan-
kebudayaan lokal di Kabupaten Gianyar lewat contoh-contoh beberapa produk
yang berpotensi dijadikan sebagai peluang usaha, didalam modul ini juga
langsung disajikan bagaimana cara membuat produk-produk tersebut. Dengan
dimasukannya unsur-unsur potensi kearifan lokal setempat kedalam media
pembelajaran diharapkan nantinya akan lebih merangsang siswa untuk lebih aktif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10
serta lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan berwirausaha, karena siswa
nantinya secara tidak langsung juga akan ikut melestarikan kebudayaan-
kebudayaannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ingin berusaha memberikan
kontribusi dalam mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, untuk
meningkatkan minat berwirausaha peserta didik SMK. Diharapkan nantinya
lulusan SMK lebih berminat untuk berwirausaha agar dapat menambah jumlah
wirausaha di Indonesia dan mengurangi pengangguran. Disamping itu juga
diharapkan agar siswa mampu melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya
masing-masing serta mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Potensi Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Minat Berwirausaha Siswa SMK N di Kabupaten Gianyar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis kebutuhan pengembangan modul prakarya dan
kewirausahaan bebasis potensi kearifan lokal pada kelas XI SMK N di
Kabupaten Gianyar, Bali ?
2. Bagaimana pengembangan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
potensi kearifan lokal yang layak/valid pada kelas XI SMK N di Kabupaten
Gianyar, Bali untuk meningkatkan minat berwirausaha siswa?
3. Bagaimana efektivitas modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi
kearifan lokal pada kelas XI SMK N di Kabupaten Gianyar, Bali dalam
meningkatkan minat berwirausaha siswa?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11
C. Tujuan Pengembangan
Tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui analisis kebutuhan dalam pengembangan modul prakarya
dan kewirausahaan bebasis potensi kearifan lokal pada kelas XI SMK N di
Kabupaten Gianyar, Bali.
2. Menguji kelayakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi
kearifan lokal pada kelas XI SMK N di Kabupaten Gianyar, Bali.
3. Menguji efektivitas modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi
kearifan lokal pada kelas XI SMK N di Kabupaten Gianyar, Bali dalam
meningkatkan minat berwirausaha siswa.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Pengembangan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi kearifan lokal
yang dikembangkan dalam penelitian ini memuat tentang modul secara umum
yang terdiri dari beberapa bagian yaitu halaman sampul, kata pengantar, daftar isi,
peta isi modul, petunjuk penggunaan modul, kompetensi inti, kompetesi dasar dan
indikator pembelajaran, alur kegiatan, lembar kerja siswa, evaluasi, latihan soal,
dan kunci jawaban. Semua yang terdapat dalam modul nantinya diharapkan bisa
meningkatkan minat berwirausaha siswa.
E. Pentingnya Pengembangan
Pengembangan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi kearifan
lokal penting dilakukan lebih lanjut guna untuk menunjang proses belajar-
mengajar di kelas sehingga nantinya akan meningkatkan minat berwirausaha
siswa sesuai dengan apa yang diharapan oleh guru. Modul berbasis potensi
kearifan lokal ini juga penting untuk menjaga kelestarian budaya daerah karena
materi yang nantinya akan disajikan diitegrasikan dengan budaya-budaya serta
potensi lokal dari daerah tersebut. Materi-materi yang nantinya akan disajikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12
lebih terfokos kepada potensi-potensi kebudayaan setempat. Pada pelajaran
prakarya dan kewirausahaan dimana siswa dituntut untuk menghasilkan produk
kreatif serta memiliki nilai jual, sehingga nantinya penulis bisa memasukan
contoh-contoh produk lokal setempat ke dalam modul. Dalam kewirausahaannya
juga akan disesuaikan dengan daerah setempat, karena di kabupaten gianyar yang
akan menjadi tempat penelitian adalah merupakan salah satu destinasi pariwisata
di Bali.
F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
Penggunaan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi kearifan
lokal sesuai dengan prosedur, teknik dan kebudayaan yang ada maupun yang
sedang berkembang di daerah itu diharapkan bisa untuk menumbuhkan minat
berwirausaha siswa.
2. Keterbatasan pengembangan
Penelitian pengembangan ini memiliki keterbatasan yaitu hanya pada
pengembangan produk modul prakarya dan kewirausahaan berbasis potensi
kearifan lokal pada materi kerajinan bahan lunak. Keterbatasan yang dimiliki
dalam modul ini juga dalam pengembangannya hanya berpatokan pada
potensi kearifan lokal di daerah Kabupaten Gianyar Bali.
G. Definisi Istilah
1. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan
belajar yang spesifik.
2. Potensi Kearifan lokal adalah suatu konsep kearifan lokal yang selalu terkait
dengan kehidupan manusia dan lingkungannya. Kearifan lokal muncul
sebagai penjaga atau filter iklim global yang melanda kehidupan manusia.
Potensi kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap daerah berbeda-beda sesuai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13
dengan tradisi dan budaya yang dianut, misalnya budaya daerah jawa akan
berbeda dengan budaya masyarakat daerah bali. Dengan potensi kearifan
lokal yang dimiliki oleh setiap daerah sebenarnya bisa menjadi peluang dalam
melakukan kegiatan berwirausaha. Misalnya dengan memasukan usur budaya
dalam setiap produk yang akan jual.
3. Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yaitu mengembangkan pengetahuan
dan melatih keterampilan kecakapan hidup berbasis seni dan teknologi
berbasis ekonomis”. Pembelajaran prakarya dan kewirausahaan berawal
dengan melatih kemampuan kreatifitas dalam menuangkan ide dan gagasan
agar menjadi pribadi yang produktif dan mandiri. Prakarya dan
kewirausahaan secara teknologis dapat meningkatkan keterampilan yang
bermuara pada apresiasi teknologi terbarukan, hasil agronomis dan aplikatif
dalam menggunakan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampak
ekosistem, manajemen, ekonomis dan kearifan budaya lokal. Dalam
penelitian ini strand yang akan dikembangkan oleh peneliti di dalam modul
adalah strand kerajinan tangan, hal ini di pilih mengingat potensi-potensi
kearifan lokal yang terdapat di daerah tempat peneliti lebih banyak dalam hal
kerajinan tangan, disamping itu strand kerajinan tangan dipilih karena
menyesuaikan dengan pihak sekolah.
4. Minat berwirausaha adalah kombinasi dari perhatian, keinginan, perasaan senang,
ketertarikan, harapan dan kemauan atau kecenderungan-kecenderungan untuk
berbuat atau beraktivitas yang mengarahkan kepada suatu pilihan bidang kerja
wirausaha.