Upload
vothuan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
City brandingdalam kurun waktu satu dasawarsa ini mejaditopik bahasan
utama di kalangan ahli tata kota, pemerintah daerah, biro advertising, dan akademisi.
Dimana karena adanya tuntutan global bagi kota-kota di dunia untuk berebut investor,
turis dan penduduk yang berkualitas sebagai mekanisme untuk peningkatan
pertumbuhan dareah sekaligus kualitas hidup daerah tersebut. Kajian mengenai city
branding ini mengadopsi konsep branding dari dunia marketing dan advertising
sebagai platform pelaksanaan city branding oleh para praktisi di lapangan. Kajian
akademis mengenai city branding masih sangat terbatas, terutama di Indonesia.
Tetapi semakin banyak pemerintah daerah yang melakukan city branding sebagai
upaya berkompetisi untuk mempertahankan penduduk berkualitas, menarik investor
dan wisatawan sebagai penggerak ekonomi daerah yang berimplikasi pada
peningkatan kualitas hidup masyarakat wilayah itu.
Dengan berkembangnya konsep reinventing government, dimana spirit
kewirausahaan diadopsi dalam proses pelayanan publik, proses city branding menjadi
populer. Dimana citra suatu daerah menjadi penting dalam ajang kompetisi daerah
dalam rangka menarik investasi, wisatawan dan penduduk trampil, atau dengan kata
2
lain menjadikan suatu wilayah sebuah destinasi bukan sekedar lokasi. Proses city
branding mulai mengadopsi filosofi marketing dan advertising dimana segmentasi
dan positioning yang tepat memegang peranan dalam upaya mencapai kepuasan
pelanggan, dalam hal ini masyarakat. City Branding adalah upaya untuk mencitrakan
suatu wilayah berikut nuansanya. Misalnya: Bali dengan branding Pulau Dewata
terbentuk karena banyaknya pura serta budaya Hindu masyarakat yang sangat kuat.
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Djohermansjah Djohan dalam Rapat Kerja
Nasional Asosiasi Pemerintahan Kota se Indonesia tahun 2013 menyatakan bahwa
city branding adalah salah strategi suatu wilayah seperti Negara, Provinsi, Kabupaten,
dan Kota untuk melakukan positioning yang kuat dan dapat dikenal secara luas
mendunia. Dalam dunia bisnis, brand sangat menentukan keberhasilan suatu
perusahaan. Makanya banyak perusahaan mengalokasikan anggaran yang sangat
besar untuk dapat mempromosikan brand nya ke masyarakat luas. Dengan kata lain
agar brand nya dapat menjadi Brand Equity. Di sektor publik, diakui atau tidak,
dengan penerapan otonomi daerah dan semakin nyata serta meluasnya trend
globalisasi saat ini, daerah pun harus saling berebut satu sama lain sehingga pola
dunia bisnis dan marketing ini diadopsi sebagai upaya untuk meraih:
1. Perhatian (attention)
2. Pengaruh (influence)
3. Pasar (market)
4. Tujuan Bisnis & Investasi (business & investment destination)
3
5. Turis (tourist)
6. Tempat tinggal penduduk (residents)
7. Orang-orang berbakat (talents), dan
8. Pelaksanaan kegiatan (events)
Berikut adalah beberapa contoh kota di dunia serta di Indonesia yang telah
memiliki City branding yang dikenal secara luas.
Tabel 1.1
4
City Branding
No Kota Brand Makna
1 Roma City ofSeven Hills
Mengambil dari lokasi geografis kota Roma yangdikelilingi oleh 7 bukit
2 Paris City ofRomance
Pemandangan dan landmark kota ini terkesanromantic dan menjadi berbagai sumber inspirasicerita romantis berbagai film, music, teater
3 New York City ThatNever Sleep
Kehidupan kota NYC berjalan selama 24 jam nonstop dengan ragam tawaran bisnis, atraksi wisatadan hiburan.
4 Solo The Spiritof Java
Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kentalsuasana tradisional dan mistisnya sebagai dayatarik kota tersebut
5 Jakarta EnjoyJakarta
Jakarta yang menawarkan beragam fasilitas,Jakarta yang segalanya ada membuat Jakartamemiliki daya tarik yang luar biasa dan kotametropolitan sehingga macet menjadi dampaknya.Jadi macet nya Jakarta tetap enjoy karena semuaada
6 JawaTengah
JatengGayeng
Mengangkat spirit yang ingin dibangun Pemdanya. Gayeng dan gumeregah dalam potensi danpembangunan
7 Yogyakarta JogjaIstimewa
Yogyakarta terkenal sebagai ‘melting pot’beragam budaya yang berasal dari dalam negerimaupun luar negeri tanpa menghilangkan karakterbudaya Jogja itu sendiri. Budaya Yogyakartabersifat terbuka, dinamis dan dikenal sebagai pusat
5
pendidikan dan kuliner di Indonesia yang menjadidaya tarik tersendiri. Kota dengan budayametropolis tetapi tetap ekonomis
Kota-kota tersebut dianggap memiliki city brand yang kuat karena kota-kota tersebut
memiliki kualifikasi yang harus dimiliki oleh suatu brand yang kuat, yaitu
mempunyai sejarah, kualitas tempat, gaya hidup, budaya, dan keragaman yang
menarik dan bisa dipasarkan.
Beranjak ke Purwakarta, daerah ini memilih “istimewa” sebagai slogan dan
brand wilayahnya. Penggunaan kata “ istimewa” dilakukan sejak periode kedua
jabatan Dedi Mulyadi. Dalam perjalanannya, kata “istimewa” ini oleh Pemerintah
Kabupaten Purwakarta, setelah dilakukan evaluasi ternyata tidak mampu
mengangkat daerahnya karena beberapa faktor, yaitu: 1) Sudah identik dengan Kota
Yogyakarta: Jogja Istimewa; 2) Tidak memiliki akar historis di masyarakat
Purwakarta; 3) Belum ada sesuatu yang bisa cukup didentifikasikan dengan
“istimewa” di Purwakarta.
Purwakarta selama ini dikenal hanya sebagai kota transit atau kota singgah
arus strategis di Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Cirebon
Pembangunan jalan tol lanjutan antara jalan tol Jakarta-Cikampek yang
menghubungkan jalan tol Palimanan-Kanci sebagai bagian JTTJ (Jalan Tol Trans
Jawa) dengan titik awal Cikopo, Purwakarta pada tahun 2011, menjadi proyek yang
telah diantisipasi dampaknya oleh pemerintah daerah. Dampak posistif dari
6
keberadaan jalan tol baru itu adalah munculnya titik-titik tumbuh baru di Purwakarta
sebagai salah satu kawasan investasi baru di Provinsi Jawa Barat. Cikopo yang
semula merupakan daerah pinggiran, sepi dan jauh dari pusat geliat perekonomian
Kabupaten Purwakarta, mulai menggeliat dan berpotensi menjadi titik tumbuh baru
untuk Kabupaten Purwakarta. Sehingga bila tidak dikelola sedari awal akan
menimbulkan masalah sosial baru, yaitu ketimpangan pertumbuhan wilayah dan
persaingan antar wilayah secara tidak sehat karena perebutan lahan secara tidak
alami.
Dinamika perkembangan wilayahnya ini dicermati dan direspon dengan cepat
oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Salah satu lini utama kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan melakukan promosi daerah,
mengenalkan Purwakarta sebagai salah satu destinasi untuk berwisata dan
berinvestasi. Dengan membaca situasi yang berbeda, dinamika yang berubah,
tantangan yang bertambah untuk memasukan daerahnya sebagai salah satu destinasi
di Provinsi Jawa Barat, Dedi Mulyadi berinisiatif mengambil kebijakan untuk
melakukan evaluasi terhadap kebijakan city branding yang telah dilakukannya sejak
masa jabatannya yang kedua, sebagai adopsi perkembangan urbanisasi yang juga
merupakan bagian dari arahan Pemerintah Pusat agar setiap daerah mengembangkan
identitas berdasar kekhasannya masing-masing. Anjuran agar setiap daerah
melakukan city branding sebagai bagian strategi daerah sudah dilakukan oleh
Kementerian Dalam Negeri sejak tahun 2013.
7
Dedi Mulyadi adalah Bupati Purwakarta pertama yang dipilih langsung oleh
rakyat untuk periode 2008-2013. Dan kini sudah menduduki periode kedua, dimana
periode selanjutya, 2013-2018, Dedi Mulyadi terpilih kembali berpasangan Dadan
Koswara. Keberhasilan Dedi Mulyadi menduduki jabatan selama dua periode di
Kabupaten Purwakarta karena kemampuannya menjalankan urusan pemeirntahannya
secara dinamis dengan kebijakan publik yang bersifat adaptif terhadap kondisi
masyarakatnya. Di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi, Pemerintah Kabupaten
Purwakarta menjadi bersifat dinamis seperti yang digambarkan oleh Boon Siong Neo
dan Geraldine Chen dalam Dynamic Governane (2009), yaitu:
Gambar 1.1
Dynamic Governance
8
1. BERPIKIR KE DEPAN: kemampuan konseptualiasi kebijakan dan perencanaan,
2. BERPIKIR LINTAS SEKTORAL: kemampuan berpikir lintas sektor dan
terintegral. Sehingga mampu mengeluarkan kebijakan yang kustomisasi sesuai
dengan kebutuhan saat itu,
3. BERPIKIR KEMBALI: kemampuan untuk melakukan cek dan ricek,
pengawasan dan monitoring sebagai bagian dari pengelolaan permasalahan,
kendala dan tantagan yang dihadapinya dalam proses pengambilan keputusan.
Permerintah Kabupaten Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi
memiliki kemampuan berpikir visioner dan jangka panjang dibutuhkan untuk
menghadapi masa depan daerahnya dengan membuat konsep yang jelas serta terukur
lintas sektoral dengan memilih 4 aspek utama sebagai lini, yaitu: aspek ekonomi,
aspek sosial budaya, aspek infrastruktur dan tata ruang, serta aspek pemerintahan.
BERPIKIRKEMBALI
8
1. BERPIKIR KE DEPAN: kemampuan konseptualiasi kebijakan dan perencanaan,
2. BERPIKIR LINTAS SEKTORAL: kemampuan berpikir lintas sektor dan
terintegral. Sehingga mampu mengeluarkan kebijakan yang kustomisasi sesuai
dengan kebutuhan saat itu,
3. BERPIKIR KEMBALI: kemampuan untuk melakukan cek dan ricek,
pengawasan dan monitoring sebagai bagian dari pengelolaan permasalahan,
kendala dan tantagan yang dihadapinya dalam proses pengambilan keputusan.
Permerintah Kabupaten Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi
memiliki kemampuan berpikir visioner dan jangka panjang dibutuhkan untuk
menghadapi masa depan daerahnya dengan membuat konsep yang jelas serta terukur
lintas sektoral dengan memilih 4 aspek utama sebagai lini, yaitu: aspek ekonomi,
aspek sosial budaya, aspek infrastruktur dan tata ruang, serta aspek pemerintahan.
BERPIKIRKE DEPAN
LINTASSEKTORAL
BERPIKIRKEMBALI
8
1. BERPIKIR KE DEPAN: kemampuan konseptualiasi kebijakan dan perencanaan,
2. BERPIKIR LINTAS SEKTORAL: kemampuan berpikir lintas sektor dan
terintegral. Sehingga mampu mengeluarkan kebijakan yang kustomisasi sesuai
dengan kebutuhan saat itu,
3. BERPIKIR KEMBALI: kemampuan untuk melakukan cek dan ricek,
pengawasan dan monitoring sebagai bagian dari pengelolaan permasalahan,
kendala dan tantagan yang dihadapinya dalam proses pengambilan keputusan.
Permerintah Kabupaten Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi
memiliki kemampuan berpikir visioner dan jangka panjang dibutuhkan untuk
menghadapi masa depan daerahnya dengan membuat konsep yang jelas serta terukur
lintas sektoral dengan memilih 4 aspek utama sebagai lini, yaitu: aspek ekonomi,
aspek sosial budaya, aspek infrastruktur dan tata ruang, serta aspek pemerintahan.
9
Keempat aspek tersebut mengubah tata kelola daerahnya dan budaya organiasai yang
dipimpinnya. Melakukan koordinasi dan komunikasi internal, berbasis 4 aspek utama
itu menjadi tantangan dalam pembuatan kebijakan publik saat itu. Dan dengan
memahami faktor internal dan faktor eksternal serta pola trend yang terjadi,
Pemerintah Kabupaten Purwakarta mampu membuat kebijakan yang inovatif dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya untuk mencapai tujuan penyelesaian urusan
pemerintah. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah meningkat tajam karena
melihat perubahan tata kelola pemerintahan yang kini dianggap humanis, mengerti
masyarakat, dinamis dan bagian dari mereka atau urang sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dengan mencermati dinamika Purwakarta dan membaca trend masyarakat
secara luas dalam konteks city branding “PURWAKARTA ISTIMEWA”, hal-hal
yang perlu dikaji di ranah kebijakan publik adalah:
1. Berhasil atau tidak konseptualisasi Istimewa untuk Kabupaten
Purwakarta?
2. Strategis atau tidak pilihan kata Istimewa sebagai city branding
Kabupaten Purwakarta?
3. Apakah proses city branding bisa menjawab isu strategis daerah setempat?
10
C. Tujuan Peneltian
1. Meneliti berhasil atau tidaknya kebijakan evaluasi city branding
Purwakarta Istimewa terkait konseptualisasi dari kata istimewanya sendiri
dalam menjawab isu-isu strategis daerah tersebut.
2. Mengetahui strategis atau tidaknya kebijakan evaluasi city branding yang
dilakukan Kabupaten Purwakarta dalam menjawab isu-isu strategis
daerahsetempat.