Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah prostitusi atau lokalisasi sudah ada sejak jaman dulu. Sebenarnya
banyak faktor yang sangat mempengaruhi dari masa ke masa akan melakukan
estafet pengaruh dalam gejala kehidupan sosial. Hal yang melatarbelakangi industri
lokalisasi berkembang, baik secara interen maupun eksteren. Industri jasa seks yang
dilokalisasikan dalam pandangan masyarakat mengasumsikan bahwa perempuan
yang bekerja di tempat tersebut distigmai sebagai WTS, pelacur, tanpa memberikan
ruang bagi mereka untuk memilih pekerjaan tersebut. Akan tetapi pandangan lain,
lokalisasi merupakan suatu bukti riil dengan rendahnya atau lemahnya nilai-nilai
moralitas sebagai masyarakat Indonesia.
Deklarasi penutupan lokalisasi Dolly di Gedung Islamic Center, Surabaya,
pada tanggal 18 Juni 2014 lalu. Tempat itu ditengarai sebagai lokalisasi terbesar di
wilayah Asia Tenggara. Penutupan ini menciptakan konflik antara masyarakat
Dolly dan Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan mereka yang tidak setuju dengan
penutupan tersebut melakukan unjuk rasa demi mencegah pelaksanaan keputusan
tersebut. Kehadiran Dolly selain buruk bagi wajah Surabaya juga berbahaya bagi
perkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut.1
Selama ini, perkembangan mereka telah terkontaminasi oleh hingar-bingar
kehidupan para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari. Banyak kekhawatiran
1 Jurnal: Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Retnaningsih, Hartini. Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly. Vol.
VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014. Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 14:32 WIB.
2
bahwa anak-anak dan warga masyarakat akan terganggu tumbuh kembang mereka
sehingga merasa bingung membedakan mana perbuatan yang baik dan yang buruk
karena setiap hari mereka disuguhi realitas yang menggerus moral dan nilai-nilai
agama. Dengan begitu, eks lokalisasi di Gang dolly sangat penting bagi
pertumbuhan masyarakat yang sehat secara moral.2
Ketergantungan ekonomi hidup masyarakat Dolly membuat prinsip-prinsip
moral dikesampingkan, sehingga ketika ada penutupan lokalisasi tersebut
masyarakat disitu tidak siap dan melakukan perlawan atas dasar pemenuhan hidup
tanpa memandang efek dari lingkungan lokalisasi yang membuat moralitas
masyarakat sekitar secara tidak sadar terabaikan. Oleh karena itu, kewajiban dan
hak sebagai masyarakat lokalisasi adalah bagaimana menanamkan suatu moral yang
baik di lingkungan negatif dan cara mempertahankan moral masyarakat lokalisasi
agar tidak terkontaminasi oleh kebiasaan sehari-hari di lingkungan lokalisasi. Oleh
sebab itu, dengan adanya peraturan Pemerintah Kota Surabaya penutupan lokalisasi
Dolly membuat dampak positif baik secara moral warga masyarakat lokalisasi
maupun warga Kota Surabaya.
Istilah PSK yang kontroversial, hal ini disebabkan oleh kata pekerja yang
diistilahkan PSK yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan serta orang atau badan
hukum yang memperkerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Lapangan
pekerjaan yang memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur oleh
perundang-undangan, termasuk sistem pengupahan dan keselamatan kerja.
Selanjutnya, jenis pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan moralitas bangsa atau
2 Jurnal “Dampak Sosial Penutupan Lokaisasi Dolly” oleh Hartini Retnaningsih. Vol.VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014.
Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 14:32 WIB.
3
agama yang diakui oleh pemerintah. Dalam pandangan agama Islam, menjadi
pekerja seks komersil (melacur) juga disebut zina, zina termasuk perbuatan dosa
besar. Zina dianggap keji menurut Islam, akal dan fitrah karena merupakan
melanggar syariat agama Islam terhadap hak Allah, hak istri, hak keluarganya atau
suaminya, merusak kesucian pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan
melanggar tatanan nilai norma, moral, sosial dan hukum. Perbuatan zina yang
terorganisir dan tersistem secara baik terwujud dalam keberadaan wisma-wisma di
area lokalisasi yang menjadikan PSK sebagai komoditas. Pelacuran memberikan
pengaruh negatif yang sangat memperihatinkan bagi harmonisasi dan moralitas
kehidupan masyarakat, diantaranya: (1) menimbulkan penyakit kelamin atau kulit;
(2) merusak sendi-sendi kehidupan keluarga; (3) memicu kriminalitas; (4) merusak
sendi-sendi moral, sosial, susial, hukum dan agama; (5) eksploitasi manusia oleh
manusia lain yang menempatkan PSK sebagai komoditas.3
Kehadiran lokalisasi di satu sisi memberikan sejumlah akses perekonomian
bagi warga masyarakat. Namun dalam aspek moral sosial, kehadiran lokalisasi di
tengah pemukiman masyarakat berdampak pada ketidaknyamanan dan
ketidaktenangan kehidupan masyarakat. Khususnya anak-anak yang menjadi
matang secara biologis diusia dini dikarenakan tontonan fulgar yang ditemui setiap
hari serta kerentanan keluarga karena godaan seksualitas yang terpampang. Dalam
aspek yang lain, keberadaan lokalisasi menyuburkan praktek human trafficking.
Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai negara yang bermasalah dalam
memberantas human trafficking. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
3 Jurnal. Pusaran Ekonomi di balik Bisnis Prostitusi di Lokalisasi Dolly-Jarak Surabaya. Mutimmatul Faidah.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. [email protected]. Diakses pada 17 Maret 2017 pukul 7:14 WIB.
4
mensinyalir 30% prostitusi perempuan di Indonesia adalah perempuan dibawah
umur 18 tahun. Sebanyak 40.000 s/d 90.000 per tahun, anak Indonesia menjadi
kekerasan seksual. Perempuan dan anak Indonesia diperdagangkan untuk
eksploitasi seksual. Lokalisasi menjadi hilir dari perdagangan anak dan perempuan
di Indonesia.4
Merujuk dari fakta diatas, mempertahankan keberadaan lokalisasi berarti
membiarkan anak-anak warga masyarakat di sekitar lokalisasi terancam secara
moral, mental dan kepribadian serta memberi jalan keberlangsungan perdagangan
manusia. Prostitusi lokalisasi menjadi masalah yang dapat menghambat lajunya
regenerasi karena mengancam kesehatan dan ketentraman jasmani, rohani maupun
sosial. Masalah moral memang banyak sekali, termasuk yang dapat dikategorikan
sebagai penyakit masyarakat atau biasa disebut sebagai patologi moral sosial,
diantaranya masalah lokalisasi prostitusi. Lokalisasi prostitusi merupakan masalah
moral yang sepuh yang dikenal masyarakat, dan erat sekali dengan masalah
ketergantungan hidup masyarakat di kawasan lokalisasi khususnya Dolly.
Lokalisasi prostitusi dipandang sebagai gejala pathologis karena melanggar norma
agama, moral, sosial dan hukum serta merupakan salah satu bentuk kelemahan
moral masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya tanpa mengindahkan usaha
pencegahannya dan perbaikannya.
Patologi sosial atau dampak dari keberadaan lokalisasi Dolly membuat
aturan-aturan nilai dan norma sosial terutama mengakibatkan gejala
ketidakseimbangan moral masyarakat disekitar lingkungan lokalisasi Dolly. Maka
4 Ibid. Diakses pada 17 Maret 2017 pukul 7:14 WIB.
5
yang terjadi adalah keperhatian moral masyarakat lokalisasi Dolly secara tidak
langsung akan menjadi kebiasaan mengesampingkan moral pada masyarakat
lokalisasi Dolly. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkajinya
dalam bentuk penelitian lebih dalam mengenai moralitas masyarakat eks lokalisasi
yang dilakukan di lingkungan mayarakat lokalisasi Gang Dolly Surabaya. Sehingga
peneliti ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan kajian skripsi dengan judul:
Moralitas Mayarakat Eks Lokalisasi Dolly (Studi di Gang Dolly Surabaya).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan
permasalahannya yaitu bagaimana moralitas masyarakat eks lokalisasi Dolly?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendiskripsikan tentang perubahan moralitas yang terjadi khususnya pada
masyarakat eks lokalisasi Dolly.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
6
a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pemahaman menegenai
moralitas, khususnya teori yang digagas oleh Emile Durkheim
mengenai moralitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mayarakat eks lokalisasi, memberikan kontribusi memperbaiki
moralitas dan dapat mengetahui perkembangan sejauh mana
moralitas yang sudah terbentuk selama ini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
akademisi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang dalam kegiatan penelitian
selanjutnya untuk melakukan penelitian sejenisnya.
E. Definisi Konsep
a. Moralitas
Manusia dianggap sebagai makhluk Allah yang paling sempurna karena
memiliki kapasitas berolah pikir yang lebih dibandingkan dengan makhluk lain.
Kelebihan tersebut Karena dalam diri manusia memiliki akal dan budi, yang
tidak ada pada makhluk lain. Kemampuan akal dan budi itulah yang menjadikan
manusia memiliki standar prilaku yang disebut moralitas. Istilah moralitas
berasal dari kata sifat bahasa Latin moralis, yang mempunyai arti sama dengan
kata “moral”, namun lebih bersifat abstrak. Bentuk jamak “mores” berarti
kebiasaan, kesusilaan, kelakuan. Kata sifat “moralis” berarti susila. Filsafat
moral merupakan filsafat praktis yang mempeajari perbuatan manusia sebagai
manusia dari segi baik buruknya ditinjau dari hubungannya dengan tujuan hidup
7
manusia yang terakhir.5 Misalnya berbicara mengenai “moralitas perbuatan”,
maka punya arti aspek moral dari suatu perbuatan atau baik dan buruknya
perbuatan.6
Maka moral adalah objek filsafat moral. Istilah lainnya dengan arti yang
sama adalah etika, “ethiek” dalam bahasa Belanda, “ethics” dalam bahasa
Inggris. Istilah etika itu berasal dari kata bahasa Yunani “ethos” yang berarti
kebiasaan, kelakuan. Kalau kita berbicara mengenai moral atau “ethos”
seseorang atau sekelompok orang, maka yang dimaksud adalah bukan hanya
apa yang biasa dilakukan orang atau kelompok orang itu, melainkan juga apa
yang menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa
yang tidak baik, mengenai yang patut dan tidak patut dilakukan.7
b. Lokalisasi
Menurut Siregar, lokalisasi adalah suatu kegiatan atau mengumpulkan
suatu aktivitas di suatu tempat yang di dalamnya sering terjadi pelanggaran
terhadap norma-norma sosial yang dianut masyarakat dan yang selama ini
diajarkan oleh keluarga. Soedjono D, menyebutkan pengertian lokalisasi adalah
sebentuk usaha mengumpulkan segala macam aktivitas/kegiatan pelacuran
dalam satu wadah, dan kemudian menjadi kebijakan melokalisasi pelacuran.8
c. Dolly
5 Setiardja, Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia. Jakarta:
Kanisius. Hal. 90 6 Sujarwa. 2011. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Yogyakata. Pustaka Pelajar. Hal. 217 7 Ibid. Hal. 91 8 Issabela, Nida. Hendriani, Wiwin. Desember 2010. Fakultas Psikologi UNAIR. Jurnal INSAN vol. 12 no. 03, /
Judul: “Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak, Bangunsari”. Hal. 177. Diakses
pada 10/04/17 pukul 17:01 WIB.
8
Dolly adalah suatu komplek lokalisasi terbesar di Asia Tenggara lebih
besar dari Pathpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura, yang
terletak di jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota
Surabaya. Sejarahnya Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman Belanda dan
dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama
Dolly Van Der Mart. Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di
Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada di
tengah Kota Surabaya, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat di
kawasan Putat, Kota Surabaya.9
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian Skripsi atau metode ilmiah merupakan kegiatan
penelitian guna memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu, serta informasi sesuai
yang telah terumuskan dalam rumusan masalah atau tujuan penelitian perlu desain
dan rencana menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam suatu bentuk
rumusan operasional metode dalam suatu penelitian, dimana metode penelitian
mengacu pada:
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan
9 Jurnal “Dampak Sosial Penutupan Lokaisasi Dolly” oleh Hartini Retnaningsih. Vol.VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014.
Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 15:13 WIB.
9
memanfaatkan berbagai metode alamiah.10
Penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah
dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.
Bertujuan untuk menggambar, meringkas berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat eks
lokalisasi Gang Dolly yang menjadi objek penelitian, dan upaya menarik
realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau
gambaran tentang fenomena, kondisi ataupun situasi tertentu.11
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam menggali data dan
informasi mengenai moralitas masyarakat eks lokalisasi Gang Dolly dengan
menggunakan jenis penelitian deskriptif. Deskripsi merupakan metode
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial
tertentu.12
Kebanyakan penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu. Melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu
gejala, variabel, atau keadaan.
Peneliti memandang penggunaan metode penelitian deskriptif sangat
sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Karena metode penelitian kualitatif
deskriptif bertujuan untuk menjelaskan moralitas masyarakat eks lokalisasi
Gang Dolly serta kejadian yang berada didalam masyarakat dengan bertumpu
10
Lexy J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 6 11 Bungin, B. 2010. Penelitian Kuaitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:
Kencana. Hal. 68 12
Sutopo, Habertus. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Hal. 110-112
10
kepada prosedur penulisan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau tulisan dari orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah
penelitian. Prosedur dan juga data yang dihasilkan dalam penelitian deskriptif
ini, peneliti merasa jenis penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada
pada masyarakat eks lokalisasi Gang Dolly dan hasil penelitian disajikan dalam
bentuk narasi dan juga disertai dengan dokumentasi terkait dengan judul
penelitian.
Sehingga jika dikaitkan dalam pembahasan pendekatan dan jenis
penelitian terhadap judul penelitian Moralitas Masyarakat Eks Lokalisasi Dolly
(Studi di Gang Dolly Surabaya) dapat dijabarkan bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang mana data yang dihasilkan berupa
kata-kata, narasi, atau gambar yang mana semua hasil data yang dikumpulkan
berkemungkinan untuk menjadi data kunci dari apa yang diteliti dan juga
menggunakan jenis penelitian deskriptif yang mana diharapkan dapat
memberikan gambaran yang mendetail baik mengenai latar belakang, ataupun
sifat, dan karakteristik dari fenomena perubahan sosial atau moralitas
masyarakat eks lokalisasi Dolly yang menjadi pokok pada penelitian ini.
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya,
Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.
d. Subjek Penelitian
11
Cara penelitian menentukan subjek dilakukan dengan cara purposive
sampling. Penentuan sumber informasi secara purposive sampling dilandasi
tujuan atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Purposive diartikan sebagai
maksud, tujuan atau kegunaan.13
Sehingga, peneliti mengambil sumber
informasi berdasarkan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan peneliti
sebelumnya. Maka dari itu, peneliti membuat pertimbangan, ketentuan dan
kriteria subjek penelitian sebagai berikut:
a. Warga masyarakata eks lokalisasi khususnya di daerah Jarak Gang Dolly
b. Tokoh masyarakat (RT, RW, dan lain-lain) yang sangat berpengaruh di
lingkungan eks lokalisasi Dolly
c. Tokoh pemuda di lingkungan eks lokalisasi Dolly
e. Sumber Data
Data merupakan hal yang esensi untuk menguatkan suatu permasalahan
dan juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Menurut sumber data
dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Data primer dan data
sekunder.14
1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung didapatkan
dari informan dan memberikan datanya kepada peneliti. Data primer yang
dimaksud adalah hasil wawancara dengan informan yakni masyarakat eks
lokalisasi di Gang Dolly.
13 Ibid. hal. 369 14 Agus salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Tiara Wacana. Hal. 11
12
2. Data sekunder, merupakan data yang didapatkan oleh peneliti dari informan
secara tidak langsung. Data seperti ini adalah data-data yang dapat diambil
dari opini, jurnal, artikel, tesis, gambar-gambar dan lain sebagainya yang
dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti di lokasi penelitian
dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi gambar-gambar.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, waktu peristiwa, tujuan dan perasaan.15
Oleh karena itu,
peneliti mengamati keadaan subjek penelitian di masyarakat eks lokalisasi Dolly
Surabaya dalam jangka waktu yang berjeda-jeda dengan tujuan mencari sumber
informasi setiap subjek di tempat tersebut. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan observasi non partisipan, yaitu suatu bentuk observasi dimana
peneliti tidak terlibat langsung dalam memahami moralitas masyarakat eks
lokalisasi Dolly.
2. Wawancara
Wawancara biasanya diartikan sebagai cara untuk mendapatkan sumber
data informasi dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap
muka.16
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah peniliti mewawancarai dengan menetapkan masalah sendiri
15 Ghony, D. & Almansur, F. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal. 165 16 Suryanto, B. & Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Hal. 69
13
dan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.17
Maka dari itu, pertanyaan-
pertanyaan disusun peneliti dengan rapi dan dapat dipahami dalam penelitian ini
yang telah menjadi responden oleh peneliti adalah masyarakat eks lokalisasi
khususnya di Gang Dolly yang menjadi subjek penelitian, agar dapat
memperoleh data yang akurat terkait moralitas masyarakat eks lokalisasi Dolly.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari
catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain.18
Dokumentasi merupakan teknik mendapatkan data dari sumber informasi yang
terkait dengan fokus penelitian. Peneliti juga dapat melakukan penelitian di
lokasi setempat untuk mengambil data sekunder berupa dokumen dan gambar-
gambar yang berkenaan dengan judul penelitian.
H. Teknik Analisa Data
Proses analisa data dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik analisa
data dengan model Milles dan Hubermas (1984) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus, sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisa data
yaitu19
:
1. Pengumpulan Data
17 Bungin, B. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:
Kencana. Hal. 190 18 Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Hal. 140 19 Yusuf, M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Pranamedia Group.
Hal. 408
14
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari
subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan data yang
terkait dengan judul penelitian.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data yang ada telah semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu peneliti telah melakukan analisa data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.20
Dengan demikian, data yang direduksi memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.
3. Penyajian Data
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian,
hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
20 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 338
15
naratif.21
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat memiliki makna tertentu. Prosesnya
dilakukan dengan cara menampilkan data yang sebenarnya terjadi dan apa yang
perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data yang
baik merupakan langkah penting untuk menuju tercapainya analisa kualitatif
yang valid dan teruji kebenarannya.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses yang mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Proses penarikan kesimpulan
dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang ada, sehingga
ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.22
Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal. Dalam penelitian kualitatif rumusan
masalah sifatnya sudah baku berdasarkan temuan peneliti di masyarakat eks
lokalisasi Gang Dolly.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan yang sudah didapat saat ini berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau teori.
I. Keabsahan Data
21 Ibid. hal. 341 22 Ibid. hal. 345
16
Dalam penelitian kualitatif masalah yang sudah ditetapkan saat ini
kemungkinan tidak dapat berubah karena peneliti telah turun ke lapangan
penelitian. Berkaitan dengan itu, secara berkelanjutan selalu dilakukan pemeriksaan
keabsahan data yang dikumpulkan sehingga tidak terjadi informasi yang salah atau
tidak sesuai dengan konteksnya. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan
pemeriksaan keabsahan data melalui uji kredibilitas. Agar penelitian ini membawa
hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya, maka peneliti menggunakan cara
sebagai berikut:23
1. Memperpanjang keikutsertaan peneliti di lapangan. Hal ini dilakukan karena
peneliti memang harus tahu dan menyadari kapan penelitian akan dihentikan.
Apabila data yang dikumpulkan belum menyakinkan dan dapat dipercaya, maka
peneliti menetap di lapangan penelitian dan terus melanjutkan pengumpulan
data sesuai dengan data yang dibutuhkan sembari mengkaji ulang, menelisik
dan menganalisis data yang sudah terkumpul.
2. Peneliti selalu meningkatkan ketekunan dan motivasi diri untuk mengetahui dan
memahami suatu fenomena secara holistik, sehingga terkumpul data dan
informasi yang sebenarnya dan dalam situasi konteks sosial yang sesungguhnya.
Disamping itu, peneliti juga akan menempatkan dirinya sebagai instrument
penelitian, serta meletakkan kedudukan yang setara anatara peneliti dengan
subjek yang diteliti.
3. Melakukan triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data
untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel.
23 Yusuf, M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Pranamedia Group.
Hal. 394
17
Beberapa cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan sumber data
informasi yang banyak dan menggunakan metode yang berbeda. Penggunaan
metode yang berbeda dapat diartikan bahwa pada tahap pertama, informasi
dikumpulkan dengan observasi tentang suatu aspek, maka berikutnya dengan
metode lain seperti wawancara dalam sumber data informasi yang sama.
Seandainya tidak dapat menyakinkan, maka peneliti mencari sumber data
informasi dengan cara dokumentasi tentang masalah atau aspek yang sama dan
dikumpulkan sumber data tersebut dengan metode-metode yang telah dilakukan
diatas yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Gambar 1: Triangulasi (Teknik Pengumpulan Data)
4. Apabila telah terjadi kekeliruan dalam pengumpulan data, maka peneliti akan
meninjau kembali teknik dan metode yang digunakan maupun sumber data
informasi yang keliru dan peneliti akan melakukan analisis kasus negatif secara
mendalam. Jika ada yang keliru maka peneliti akan mengumpulkan kembali
data dari sumber yang lain, namun tetap dalam koridor situasi sosial yang wajar
18
dari awal penelitian dengan perbanyak sumber informasi dari teknik dan metode
pengumpulan data sampai ditemukan tidak bersifat negatif.
5. Menggunakan bahan referensi yang tepat. Peneliti mengumpulkan referensi data
penelitian yang tepat dan ditulis oleh ahli dalam bidang yang sesuai dengan
fokus penelitian dan data yang ditemukan. Peneliti menggunakan sumber data
yang ada di lapangan atau dengan rekaman percakapan melalui video tape yang
dapat dibandingkan ketepatannya dengan pendapat atau asumsi dari para ahli
dalam referensi-referensi yang dikumpulkan.