26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar , gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Sebagai individu yang memiliki kekurangan maka mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang kurang positif juga justru menambah beban permasalahan bagi para penyandang cacat. Sebenarnya dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada mereka harus disikapi secara positif agar mereka dapat dikembangkan seoptimal mungkin potensinya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, serta pembangunan bangsa. Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat memotivasi dan mengembangkan potensi mereka dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang ada dalam program-program sekolah pengembangan potensi peserta didik merupakan hal yang penting dari pelaksanaan proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak Tunarungu. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Di Sekolah ini 1

BAB I PENDAHULUAN - Lembaga Penelitian dan …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... ·  · 2017-12-01mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. ... sub program

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara

lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,

gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain

bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Sebagai individu yang memiliki kekurangan maka mereka pada umumnya

sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri

dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang kurang positif juga justru

menambah beban permasalahan bagi para penyandang cacat. Sebenarnya dengan

keterbatasan-keterbatasan yang ada pada mereka harus disikapi secara positif agar

mereka dapat dikembangkan seoptimal mungkin potensinya dan diharapkan dapat

memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, serta

pembangunan bangsa.

Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak

berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat

memotivasi dan mengembangkan potensi mereka dalam segala aspek kehidupan

sehari-hari. Sebagaimana yang ada dalam program-program sekolah

pengembangan potensi peserta didik merupakan hal yang penting dari

pelaksanaan proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan

bermasyarakat. Sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani

mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal

mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.

Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus

untuk anak-anak Tunarungu. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan

dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Di Sekolah ini

1

terdapat siswa Sekolah Dasar 51 orang, Sekolah Menengah Pertama 15 orang

dan Sekolah Menengah Atas 17 orang.

Berbagai upaya telah banyak dan tak pernah berhenti dilakukan mulai dari

tingkat pusat hinggga di tingkat sekolah untuk mengembangkan pendidikan bagi

ABK di SLB B yang semakin bermutu, namun realita yang ada masih

menunjukkan belum tercapainya apa yang dicita-citakan. Mutu ABK selama

masih dalam proses hingga setelah lulus dari SLB masih diragukan untuk mampu

hidup bermasyarakat secara wajar. Hal ini merupakan tantangan dan kewajiban

bagi Universitas Pendidikan Ganesha, melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat

(LPM) merencanakan dan melaksanakan pendidikan ketrampilan bagi anak-anak

SLB.

Dipandang perlu untuk memberdayakan anak-anak SLB Bagian B untuk

meningkatkan ketrampilan di bidang busana (kerajinan tangan). Mengingat

mereka sudah memiliki ketrampilan dasar menjahit, membuat ketrampilan dan

tersedianya alat-alat menjahit di sekolah. Menurut pendapat Sutrisno (1997) hal

yang dapat kita lakukan dalam pembinaan anak-anak cacat adalah melakukan

pendampingan pada mereka dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, sehingga pada waktunya nanti mereka bisa memasuki atau justru dapat

menciptakan lapangan kerja.

Di masa pembangunan sekarang nilai ekonomi semakin berperan, maka

kerajinan dipandang sebagai aset yang menguntungkan untuk dikembangkan.

Dengan kata lain, kerajinan dipandang memiliki potensi ekonomi dalam

perdagangan dan dunia pariwisata. Oleh karena itu, kegiatan kerajinan ini

digalakkan dan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara, sekaligus dapat

memperluas lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan serta

kesejahteraan siswa SLB Bagian B ketika sudah lulus.

Adapun program pelatihan yang akan diberikan adalah membuat kreasi

benda fungsional dengan menggunakan tali tambang. Dipilihnya tali tambang

sebagai bahan utama pembuatan produk kerajinan karena mudah didapat dan

harganya tidak terlalu mahal, sedangkan kreasi fungsional yang akan dibuat

adalah berupa benda-benda berupa hiasan yang memiliki fungsi bagi kehidupan

2

sehari-hari. Kreasi benda fungsional yang akan dibuat adalah gantungan pot, ikat

pinggang, dll.

Universitas Pendidikan Ganesha, membawahi Fakultas Teknik dan

Kejuruan (FTK) yang memiliki jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Pada

sub program tata Busana 65% kurikulumnya mengajarkan praktikum aneka jenis

ketrampilan. Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian Masyarakat ini

sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada Sekolah Luar Biasa

Bagian B Singaraja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian analisis situasi, dapat dikemukanan bahwa anak-anak

Sekolah Luar Biasa memiliki kekurangan, maka mereka pada umumnya sering

dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari

lingkungannya. Mereka perlu bekal ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya

setelah lulus dari sekolah. Kurangnya ketrampilan dalam membuat kreasi produk

fungsional dengan menggunakan tali tambang yang berorientasi pasar (siap jual),

sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang

tersebut. Selain itu anak-anak Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja sangat

membutuhkan ketrampilan tersebut, karena diharapkan setelah tamat nanti siap

terjun ke masyarakat sudah mempunyai bekal ketrampilam yang memadai,

sehingga mereka merupakan aset bangsa yang diperhitungkan, bukan sebaliknya

dianggap beban bangsa.

Oleh sebab itu untuk dapat memiliki sejumlah ketrampilam maka

diperlukan sejumlah pelatihan ketrampilan yaitu: (a) mengidentifikasi bahan

berupa tali tambang yang dibuat menjadi kreasi benda fungsioal yang siap jual,

menghitung kebutuhan bahan utuk terwujudnya hasil, (b) mempersiapkan bahan

untuk membuat bahan, (c) mengolah bahan menjadi kreasi benda fungsioal,

mengemas hasil untuk siap dijual.

Permasalahan ini harus segera ditangani secara komprehensif melalui

strategi dan program yang terpadu agar dapat memberdayakan sumber daya

manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan/fasilitas) yang ada Sekolah Luar

Biasa Negeri Bagian B Singaraja.

3

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional

dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame yang siap jual

yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar

Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan

tingkat SMP dan SMA?

b. Bagaimana tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B

Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan kreasi

benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di depan, maka tujuan

yang inggin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah :

a. Untuk memberikan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali

tambang dengan teknik makrame yang siap jual yang mampu

menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri

Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan

SMA.

b. Untuk mengetahui tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri

Bagian B Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan

kreasi benda dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame.

1.4 Manfaat Penelitian

Jika tujuan di atas dapat tercapai diharapkan dapat bermanfaat pada :

a. Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha yaitu merupakan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu Tri Darma Perguruan

Tinggi

b. Bagi Dosen, melalui kegiatan ini dapat mengembangkan wawasan

kemasyarakatan kalangan dosen dan mahasiswa, sehingga nantinya terjalin

komunikasi yang efektif dan produktif antara perguruan tinggi dengan

masyarakat, bagi peningkatan peran serta kalangan kampus dalam

pemberdayaan masyarakat luas.

4

c. Hasil kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

pengetahuan, ketrampilan dan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah

Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam

pendidikan tingkat SMP dan SMA.

5

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahaan Masalah

Gambar 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kondisi riil yang dijumpai pada Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B

Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak tuli bisu. Mereka pada

umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung

menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal keterampilan untuk

kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah. Selama ini para guru

keterampilan yang ada di SLB banyak memiliki waktu luang di luar jam

mengajar, mereka juga belum terampil membuat suatu keterampilan yang bisa

dilatihkan kepada para siswa. Sementara di sisi lain, siswa khususnya SMP dan

SMA sangat membutuhkan berbagai keterampilan khususnya bidang busana

(kerajinan tangan) mengingat sebagian besar siswanya adalah perempuan.

Sejalan dengan hal tersebut, penelitian tentang peltihan membuat kreasi

benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame dapat meningkatkan

6

jiwa wirausaha siswa. Berangkat dari kondisi riil dan hasil penelitian yang sudah

dilakukan, maka dipandang perlu untuk melakukan pelatihan membuat kreasi

benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame di Sekolah Luar

Biasa Negeri Bagian B Singgaraja. Oleh karena itu, sudah seharusnya perguruan

tinggi melalui penerapan Dharma ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat

memberikan kontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut. Realisasi

pemecahan masalah terhadap kerangka pemecahan masalah dilakukan melalui

pemberian pelatihan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame.

Dengan harapan guru dapat trampil dan siswa memiliki jiwa wirausaha, sehingga

dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan

kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai

kemampuan untuk menolong dirinya sendiri

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam

tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi.

Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi

kegiatan dipilih di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali. Jenis

kegiatan berupa pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang

dengan teknik makrame. Tahap pelaksanaan berupa penyajian materi secara teori

selama 1 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan 1 kali pelatihan membuat kreasi

benda fungsional dari tali tambang beserta teknik pembuatan dengan teknik

Makrame dan 1 kali pelaksanaan pendampingan ke sekolah, serta tahap terakhir

adalah evaluasi akhir dan pelaporan.

2.2 Metode Pemecahan Masalah

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) menggunakan metode

dalam bentuk pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang

dengan teknik makrame melalui ceramah, diskusi, praktek pembuatan benda

fungsional dan tanya jawab. Kegiatan ini direncanakan selama 8 bulan. Adapun

tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya :

1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum

tentang langkah-langkah pembuatan benda fungsional dengan teknik

makrame dan manfaat yang mampu menumbukan jiwa wirausaha pada

siswa.

7

2. Diskusi digunakan untuk memberikan kesempatan kepada guru dan siswa

untuk saling bertukar pendapat, guna menambah pengetahuannya tentang

keterampilan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame.

3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum

terakomodasi oleh kedua metode di atas.

4. Tugas latihan pembuatan benda fungsional dari tali tambang dengan teknik

makrame digunakan untuk menciptakan kreatifitas guru beserta siswa

dalam menggolah bahan dan mengemas hasil untuk siap dijual.

5. Evaluasi hasil akhir.

Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga (Tata Busana) yang mengampu mata kuliah Busana dan bekerja sama

dengan SLB Negeri Bagian B yang melibatkat 30 guru dan siswa sebagai subyek

sasaran. Pengabdian ini dilakukan dalam upaya mengadakan hubungan yang erat

melalui pererapan disiplin ilmu khususnya dibidang Tata Busana. Guru dan siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang membuat kreasi benda

fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame yang lebih berkualitas dan

dapat digunakan dikalangan sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja.

2.3 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang strategis untuk masalah ini adalah siswa SLB

Negeri Bagian B Singaraja sebanyak 30 siswa. Dipilihnya siswa SLB Bagian B

bertujuannya untuk meninkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberikan

bekal hidup kelak bila siswa tersebut sudah lulus, sehinggaa pada waktunya nanti

mereka bisa memasuki atau justru dapat menciptakan lapangan kerja. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan pelatihan tersebut sangat

posistif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti

pelatihan dan mereka mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang

sejenis.

2.4 Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan

Tingkat keberhasilan pelatihan ini dilakukan melalui pengamatan langsung

melalui penilaian kinerja dan hasil produk pada peserta dalam proses persiapan,

8

pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembuatan kreasi produk fungsional dari bahan

kain flantali tambang dilakukan oleh instruktur dengan mengacu pada indikator

yang tercantun dalam rubrik yang telah disiapkan. Adapun model rubrik yang

digunakan adalah rubrik untuk menilai ketrampilan proses sebagai berikut:

Tabel 2.3.1 Check list proses pembuatan benda fungsional

No Ketrampilan yang diamatiSkala Nilai

5 4 3 2 11 Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran,

penyiapan alat)2 Penggunaan Peralatan yang benar3 Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi

produk fungsional4 Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan

menurut kreteria yang diharapkan5 Menata peralatan setelah selesai kegiatan6 Kreatifitas produk 7 Kerapian produk8 Kombinasi warna

5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=sangat kurang

Selanjutnya hasil akhir penilaian kinerja dirata-ratakan dan dikonversi

menggunakan pedoman konversi sebagai berikut:

Tabel 2.3.2 Pedoman Hasil Evaluasi

No Rentangan Nilai Katagori1 85 – 100 5 Sangat baik2 70 – 84 4 Baik3 55 – 69 3 Cukup4 35 – 54 2 Kurang5 0 – 34 1 Sangat Kurang

9

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Tali Tambang

Seni pembuatan tali adalah salah satu kemahiran rahasia milik serikat

pekerja di Abad Pertengahan. Begitu rahasinya sehingga sampai saat inipun hanya

ada sedikit bukti tertulis tentang seni tersebut.

Tali tambang adalah tali yang dipilin dan digunakan untuk berbagai

aplikasi. Teknik pembuatan tali tambang di masa prasejarah tidak pernah tercatat,

tetapi banyak bukti yang ditemukan menunjukkan kalau pembuatan tali telah

dilakukan sejak 17.000 SM (Sebelum Masehi). Tali kuno ini dibuat dengan teknik

plintir atau dikepang. Petunujuk awal dari pembuatan tali tambang berdasarkan

fungsinya sendiri datang dari jaman Mesir Kuno, bersamaan dengan bukti hasil

karya mereka.

Tali tambang pada jaman dahulu dibuat dari bahan alami yaitu serabut

kelapa. Dengan perkembangan jaman yang sangat pesat, dan kegunaan tali

tambang sangat bervariasi, maka dibuatlah kain tambang dari bahan sintetis. Saat

ini bahan untuk membuat tali tambang menjadi 2 yaitu bahan alami (natural fiber)

dan bahan buiatan (synthetic fiber). Yang termasuk bahan alami untuk tali adalah

serat yang diambil dari tumbuhan, kebanyakan tumbuhan abacca dan sisal. Tali

tambang dari bahan alami contohnya tali jute, tali sisal, dan tali manila. Tali

tambang dari serat synthetic biasanya terbuat dari bahan baku plastik seperti

polypropylene, polyethylene, nylon, dan polyester.

3.2 Kegunaan Tali Tambang

Tali tambang yang terbuat dari bahan alami seperti manila dan sisal

mempunyai keuntungan yaitu harga jualnya murah dan seratnya kasar.

Keuntungan yang kedua alah tali tambang dari bahan alami ini banyak digunakan

untuk membuat tangga di kapal.

Selain memiliki keuntungan, tali alami inipun memiliki kelemahan yaitu

tidak tahan lembab, sehingga lambat laun diciptakanlah tali tambang dari bahan

10

synthetic. Tali tambang dari bahan sintetik memiliki keuntungan yaitu tahan air,

oli, dan bahan kimia, kekuatan yang lebih tinggi, dan tahan gentakan sehingga

banyak dipakai di kapal untuk aplikasi yang butuh kekuatan yang lebih tinggi.

Berkembangnya tali tambang di pasaran, semakin mudah orang untuk

mendapatkan dan mengkreasikan tali tambang ini menjadi produk yang memiliki

nilai fungsi yang berbeda. Salah satunya adalah mengolah tali tambang ini

menjadi benda seni yang memiliki nilai jual lebih.

3.3 Alat dan Bahan

A. Alat-alat

1) Gunting

Gunanya untuk menggunting tali tambang dan menggunting benang

2) Meteran

Untuk mengukur panjang resluitingtali tambang yang akan dipakai

3) Penggaris

membantu membuat pola

4) Cutter

untuk memotong tali tambang

5) Jarum pentul

Memegang ujung tali pada bantalan pasir

6) Bantalan pasir

Untuk menyangga benang yang akan dijalin

B. Bahan-bahan

1) Tali Tambang

sebagai bahan utama dalam membuat kreasi fungsional

2) Pot Bunga

Sebagai wadah untuk tanaman hias yang diletakkan digantungan pot

3) Manik-manik

untuk menghias gantungan kunci, gelang, bando, dan jepit rambut

11

3.4 Teknik Macrame

Seni Kerjainan Makrame adalah seni kerajinan yang memanfaatkan tali dan

benang untuk menciptakan aneka ragam aksesoris dan produk. Seni ini juga

maerupakan salah satu contoh seni rupa terapan.

Secara umum bisa disimpulkan seni kerajinan Makrame adalah suatu

bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul yang pembuiatannya dengan cara

digarap menggunakan rangkaian benang awal dan akhir sebuah hasil tenunan,

dengan menciptakan banyak simpul pada rantai benang itu sehinga terbentuk

berbagai jumbai dan rumbai.

Namun hal yang harus diperhatikan, hasil akhir dari rangkaian itu dapat

berbeda-beda. Hasil dari teknik seni ini bermacam-macam, diantaranya gelang

tangan, tali ikat pinggang, gantungan pot, gantungan kunci, bando, dan jepit

rambut . Teknik dasar simpul macramé adalah sebagai berikut.

1. Simpul Kepala 2. Simpul Rantai

3. Simpul Mati 4. Simpul Tunggal

5. Simpul Ganda 1 6. Simpul Ganda 2

12

3.5 Kreasi Benda Fungsional

Produk fungsional menurut pandangan seni rupa ialah merupakan karya

seni yang mempunyai fungsi tertentu dalam keseharian. Benda tersebut hasilnya

bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari (Sulastiano, Harry, 2008)

Benda fungsional merupakan benda yang dilihat dari aspek fungsi atau

manfaat. Sedangkan benda fungsional lebih mengedepankan kegunaannya, seperti

meja dan kursi. Namun terkadang batasan antara keduanya menjadi kabur. Banyak

benda yang selain fungsional, juga estetis. Hal ini bertujuan selain menambah

daya tariknya, juga untuk meningkatkan nilai komersilnya. Sedangkan benda

Fungsional,menitik beratkan pada fungsi benda tersebut, misalkan Baju, Sepatu,

Tas,Mobil,Motor,dll,dll.

Karya kerajinan adalah sebagai suatu produk yang diciptakan untuk

memenuhi kebutuhan praktis. Penciptaan tersebut memiliki beberapa tujuan yang

penting antara lain, kegiatan membuat kerajinan sebagai mata pencaharian yang

dapat memenuhi kebutuhan ekonomi. Kerajinan sebagai wahana penciptaan

barang-barang fungsional yang memiliki nilai estetik. Nilai estetik pada karya

kerajinan dapat diwujudkan dalam aspek bentuk, warna, dan ragam hiasnya,

sedangkan nilai praktisnya dapat diwujudkan dalam bentuk yang ergonomik dan

sesuai dengan anatomi tubuh manusia.

Sebagai benda fungsional praktis harns dapat menjawab akan keamanan,

kepuasan, dan kenyamanan digunakan. Pertimbangan ergonom i karya fungsional

adalah kriteria utamanya, bukan estetiknya, estetik adalah sebagai eleman

pelengkap yang memberikan nilai keindahan dan kesenangan.

Nilai estetik dalam karya kerajinan dapat menambah daya tarik atau

pemikat para konsumen dan memberikan kepuasan rasa indah tersendiri.

Terciptanya sebuah karya kerajinan didasarkan atas pemikiran akan perpaduan

13

bahan, ide, teknik perwujudan, sehingga lahirlah kerajinan bentuk dua dan tiga

demensi. Bentuk kerajinan itu dilahirkan dengan perpaduan komposisi, proporsi,

harmoni, keseimbangan, nuansa, simbolik, dan

Pemilihan bahan sangat penting karena bahan memilik1ikekuatan, bentuk

yang bervariasi, tekstur, serat, pori-pori, yang semua ini dapat dimanfaatkan untuk

menunjang kualitas bentuk dan estetik karya kerajinan. Teknik penciptaan yang

baik dapat menentukan kesempumaan bentuk karya. Sedangkan aspek fungsi

dapat menambah kenyamanan dan keamanan penggunaan produk kerajinan

(ergonomi). Nilai estetik karya kerajinan dapat menambah kepuasan rasa indah

bagi pemilik atau pemakai. Kerajinan mempunyai fungsi ganda selain fungsi

praktis sekaliguis juga memiliki fungsi keindahan.

Kreasi benda fungsional dalam pelatihan ini adalah berupa benda-benda

yang diperlukan sehari-hari yang selain untuk menambah keindahan juga

memiliki fungsi yang lain, adapun benda-benda tersebut adalah, gantungan pot,

ikat pinggang, gelang dan lain-lain.

3.6 Kewirausahaan untuk Siswa SLB Bagian B

Wirausaha merupakan terjemahan dan merupakan istilah Perancis

yaitu’Entrepreneur” yang mengandung arti seseorang yang memimpin suatu

perusahaan, disamping itu seseorang yang berani mengambil inisiatif guna

memajukan usahanya dengan menciptakan lapangan kerja baru (Wahjoetomo,

dalam Musdaliffah, 2007).

Wirausaha bukanlah sekedar pengusaha, melainkan pengusaha yang

sukses karena memiliki ciri-ciri serta kemampuan tertentu untuk menciptakan

sesuatu yang baru. Berbagai definisi yang menjelaskan tentang peranaan seorang

wirausaha telah ditegaskan oleh ilmuwan maupun pengamat ekonomi, bahwa

seorang wirausaha adalah:

a. Orang yang memutuskan untuk mengambil resiko memperkenalkan jasa-jasa

baru serta menciptakan teknologi baru untuk memajukan perekonomian dan

berbagai tujuan-tujuannya, (Schumpeter dalam Musdaliffah, 2007).

b. Orang yang mengorganisir, mengelola, serta menanggung resiko atas

keputusan bisnisnya.

14

c. Orang yang imajinatif yang ditandaii oleh kemampuannya dalam menetapkan

sasaran, serta dapat mencapai sasaran itu, juga kesadaran tinggi untuk

menemukan peluang-peluang.

Karakteristik yang harus dimiliki oleh seseorang wirausaha diantaranya:

a. Memiliki tanggung jawab pribadi

b. Dinamis dan mampu memimpin

c. Mempunyai sikap Optimis atas suatu peluang

d. mampu mengantisipasi resiko

e. Ulet, gigih, mempunyai tekad yang kuat

f. Energik dan cerdas

g. mampu melihat peluang

h. Kreatif dan Inovatif

i. Mampu mempengaruhi orang lain

j. Tidak tergantung pada orang lain

k. Bersikap positif terhadap perubahan

l. Terbuka atas saran dan kritik yang membangun

m. Selalu mengarahkan orientasinya ke masa depan

Kemadirian dengan jalur kewirausahaan bagi masyarakat kecil pada saat

ini merupakan landasan yang sangat mendasar, yang mau tidak mau harus

dikembangkan. Kewirausahaan untuk masyarakat kecil penerapannya dilakukan

secara sistematis dan diarahkan secara riil sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Bentuk pendekatan pengembangan kelompok usaha produktif warga sekolah luar

biasa bagian B juga mempunyai prospek yang baik, karena pola pendekatan ini

sesuai dengan lingkungan mereka dan akan membawa tranfer nilai karena adanya

kesamaan keadaan diantara mereka. Di samping itu bentuk pendekatan partisipasif

dan emansipatori juga mampu menyamakan langkah masyarakat kecil dalam

meningkatkan kemampuan ekonominya.

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dari Tali

Tambang dengan Teknik Makrame untuk Menumbuhkan Jiwa

Wirausaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja

Kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang

dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di sekolah luar biasa

negeri bagian b singaraja dilaksanakan selama 2 hari yaitu, pada hari kamis 28

April 2016 dan hari jumat 29 April 2016. Kegiatan dimulai pukul 08.00 wita

sampai dengan pukul 12.30 wita. Kegiatan diawali dengan mengumpulkan peserta

di aula SLB Negeri bagian B Singaraja sekaligus sebagai tempat pelatihan. Target

peserta 30 orang dan yang hadir sebanyak 30 orang siswa (100%) yang terdiri dari

siswa yang berjenis kelamin Laki-laki dan perempuan. Selanjutnya peserta dibagi

menjadi 5 kelompok dimasing-masing kelompok mengerjakan pembuatan tali

tambang dengan teknik makrame berupa kreasi benda fungsional, diantaranya:

gantungan pot, gelang, jepit rambut, gantungan kunci, dan bando.

a. Pelatihan membuat Kreasi Benda fungsionl dari Tali Tambang dengan

Teknik Makrame.

Acara selanjutnya instruktur (Dr. Ni Ketut Widiartini, S.Pd.,M.Pd) dibantu

oleh anggota menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan benda

bungsional dari tali tambang dengan metode ceramah. Peserta terlihat antusias

menggikuti kegiatan ini, dan merekaa sangat tertarik untuk mencoba. Selanjutnya

instruktur membagi lima kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok yang

akan membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrme dengan

berbagai bentuk, diantaranya bentuk gantungan pot, gelang, jepit rambut,

gantungan kunci, dan bando.

Kegiatan perkelompok dalam pembuatan benda fungsional dari tali tambang

dengan menggunakan teknik makrame disesuaikan dengan bentuk benda

fungsional yang akan dikerjakan dan masing-masing kelompok berjumlah enam

orang. Adapun kegitan yang dilakukan pada proses pembuatan benda fungsional

16

dari tali tambang dengan teknik makrame pada dasarnya sama, yaitu peserta diberi

kesempaatan untuk memilih bentuk benda, disain, dan warna tali yang akan dibuat

dengan teknik makrame. Setiap kelompok peserta yang sudah memilih disain dan

dan menetapkan pemilihan warna diberi kesempatan untuk bertanya.

Langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh siswa-siswa

sebelum membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame

adalah : 1) pemilihan bahan 2) penggunaan peralatan yang benar, 3) ketepatan

langkah kerja , 4) kerapian produk, dan 5) kombinasi warna.

Hasil kegitan pelatihan membuat kreasi benda fungsionl dari tali tambang

dengan teknik makrame secara umum dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat

dilihat dari presentase kehadiran peserta mencapai 100%. Poses dan hasil

pelatihan selama pendampingan ke sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Rekapitulasi Data Hasil Kegiatan Pelatihan Memuat KreasiBenda Fungsional dengan Teknik Makrame

NoPeserta

1 2 3 4 5 6 7 8 Total

1 4 4 4 5 4 5 5 4 352 4 5 5 5 4 5 5 5 383 4 5 5 4 5 5 5 5 384 5 4 4 5 5 5 5 4 375 4 5 5 4 4 5 5 5 376 4 4 5 5 5 4 4 5 367 5 5 4 5 5 4 5 5 388 3 4 5 5 4 5 5 4 359 4 5 4 3 5 4 4 5 3410 4 5 4 4 5 5 5 5 3711 4 4 4 4 4 4 4 4 3212 4 5 5 5 5 5 5 5 3913 5 4 4 5 4 5 5 4 3614 5 4 5 4 5 5 5 4 3715 5 5 4 5 4 4 4 5 3616 5 5 5 4 5 5 5 5 3917 4 4 5 5 4 4 4 4 3418 5 5 4 4 5 5 5 5 3819 4 4 5 5 5 4 4 4 3520 5 3 4 5 5 5 5 5 3721 4 4 5 5 5 4 4 4 3522 5 5 5 4 4 5 5 5 3823 5 4 5 5 5 4 4 4 36

17

NoPeserta

1 2 3 4 5 6 7 8 Total

24 4 5 4 4 4 5 5 5 3625 5 4 5 4 5 5 5 4 3726 5 4 5 5 5 5 5 4 3827 4 5 4 4 5 5 5 5 3728 5 4 5 5 5 5 5 4 3829 5 4 5 5 4 4 4 5 3630 5 5 5 4 5 5 5 5 39Total 134 133 138 136 139 140 141 137 1098

89,33

88,67 92,00 90,67

92,67 93,33

94,00 91,33 91,50

Skor maksimal = 150

Keterangan :

1. Persiapan pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat,2. Pengunaan peralatan yang benar 3. Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional4. Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang

diharapkan5. Menata peralalatan setelah selesai kegiatan6. Kreatifitas produk7. Kerapian produk8. Kombinasi warna

Berdasarkan pada data Tabel 3.1 dapat dikatakan bahwa pelatihan

membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk

pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat memperoleh presentase 89,33%

dalam kategori sangat baik, pengunaan peralatan yang benar memperoleh

presentase 88,67% dalam kategori sangat baik, ketepatan langkah-langkah

membuat kreasi produk fungsional memperoleh presentase 92,00% dalam

kategori sangat baik, Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria

yang diharapkan memperoleh presentase 90,67% dalam kategori sangat baik,

menata peralalatan setelah selesai kegiatan memperoleh presentase 92,67% dalam

kategori sangat baik, Kreatifitas produk memperoleh presentase 93,33% dalam

kategori sangat baik, kerapian produk memperoleh presentase 91,33% dalam

kategori sangat baik, dan pemilihan kombinasi warna memperoleh presentase

91,50% dalam kategori sangat baik.

18

b. Tanggapan Guru-guru terhadap Pelatihan membuat Kreasi Benda

fungsionl dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame

Berdasarkan hasil kegiatan P2M bahwa kegiatan pengabdian ini mendapat

respon yang positif dari para guru dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B.

Dimana para peserta sangat antuias mengikuti kegiatan dan hasilnya juga sangat

baik.

4.2 Pembahasan

Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang menitik beratkan

pada keterampilan sebagai bekal untuk berwirausaha. Untuk mencapai

keberhasilan tersebut peserta didik dituntut meningkatkan sumber dayanya agar

lebih kreatif dalam menciptakan suatu produk. Salah satu hal yang dipandang

perlu untuk mendapatkan penangganan sedini mungkin adalah keterampilan

pembuatan benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame untuk

menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SLB Negeri Bagian B.

Berdasarkan hasil kegiatan P2M yang dipaparkan pada hasil, dapat

dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali

tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha berjalan

dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari peserta, guru-guru, dan

kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta sangat antusias

mengikuti kegiatan dan hasilnya pun sangat baik. Hasil pengamatan para

instruktur menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang

sangat baik mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian

besar mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan.

Pada tahap persiapan peserta pelatihan P2M mampu mempersiapkan

dengan cekatan dan rapi segala keperluan yang dibutuhkan untuk kegiatan baik

berupa bahan maupun alat. Pada tahap pelaksanaan (proses kerja) peserta mampu

bekerja dengan terampil dan kreatif sehingga mampu menghasilkan produk-

produk benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame dalam bentuk

gantungan pot, gantungan kunci, jepit, bando, dan gelang. Hasil produk dalam

19

pelatihan ini memenuhi kriteria yang diharapka, diakhir kegiatan para peserta juga

bertanggungjawab untuk membereskan semua perlengkapan baik alat maupun

bahan yang sudah selesai digunakan.

Kegiatan P2M yang dilaksanakan di SLB Negeri bagian B dalam pelatihan

membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame para peserta

juga sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan dari awal

sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta

dengan instruktur, serta semua peserta menyatakan senang dengan pelaksanaan

kegiatan pelatihan yang diberikan. Hal ini menunjukkan respon peserta terhadap

kegiatan pelatihan sangat positif. Dari metode ceramah dan demontrasi yang

diterapkan pada kegiatan pelatihan tersebut, nampaknya peserta memahami materi

pelatihan ini dengan baik dan dapat menggikuti kegiatan dengan senang hati. Hal

ini terlihat dari kemampuan peserta membuat produk yang dapat menghasilkan

produk sesuai kriteria yang diharapkan. Para peserta sangat tertarik untuk terus

mencoba dengan model-model yang berbeda dan siswa mampu mengembangkan

dengan kreatifitas masing-masing. Hal ini dapat menjadi peluang usaha bagi

siswa-siswi dan siswa-siswi SLB Negeri Bagian B memiliki bekal keterampilan.

Dengan demikian ke depannya peserta pelatihan mampu menjadi insan yang

mandiri dan membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

Adapun contoh pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali

tambang dengaan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa

SLB Negeri Bagian B yang akan di buat adalah bando, jepit rambut, gelang, dan

gantungan pot. Untuk teknik pembuatan (terlampir).

Salah satu contoh adalah membuat bando

1. Bahan

a. Benang Nilon

b. Tali Kur

c. Manik-manik

d. Bando

2. Alat

a. Lilin

20

b. Gunting

c. Lem Tembak

3. Langkah Kerja

Langkah awal persiapkan tali kur 4 buah. 2 buah tali kur

atau benang nilon dengan ukuran panjang ± 1,5 meter dan

2 buah tali kur dengan ukuran sesuai dengan panjang bando

yang dipergunakan.

Rapikan dan tata tali kur atau benang nilon dengan ukuran

panjang 1,5 meter diletakan pada sisi kiri dan sisi kanan, sedangkan

ukuran tali kur dengan panjang sesuai dengan ukuran bando

diletakan pada bagian tengah.

Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada

pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan

melewati bagian atas tali kur atau benang nilon pada

bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar.

Sebaliknya tali kur pada bagian kanan di bawa

kesebelah kiri melewati bagian bawah tali kur atau

benang nilon dengan membentuk setengah lingkar.

Tarik tali kur atau benang nilon dengan kuat.

Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada

pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan

melewati bagian bawah tali kur atau benang nilon

pada bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar.

Sebaliknya tali kur bagian kanan di bawa kesebelah kiri

melewati bagian atas tali kur atau benang nilon

dengan membentuk setengah lingkar. Tarik tali kur

atau benang nilon dengan kuat.

21

Selanjutnya ulat tali kur atau benang nilon dengan panjang

yang diinginkan dengan mengulang pada langkah ke dua

dan ketiga dengan silih berganti. Tarik dengan kuat

dan rapi agar dapat terlihat bentuk seperti gambar

disamping.

Untuk variasi pada bagian bando bisa menggunakan manik-manik dengan

berbagai bahan baik yang berbahan kayu, plastik maupun batu-batuan. Untuk

variasi ini bebas berdasarkan selera masing-masing maupun kreatifitas.

Setelah memberikan manik-manik ulat kembali dengan bentuk awal dengan

bentuk ulatan pada langkah dua, tiga, dan emapat. Jika sudah sesuai dengan

panjang yang diinginkan, gunting tali kur atau benang nilon. Sisa

pengguntingan, bakar tali kur atau benang nilon dengan api dan rekatkan

langsung pada bagian sisi-sisinya.

Jika sudah rapi siapkan bando dan lem tembak, lalu rekatkan pada bagian atas

bando

4. Hasil produk benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame berupa bentuk bando menggunakan variasi manik-manik

22

Kegiatan P2M dapat dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi

benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan

jiwa wirausaha berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari

peserta, guru-guru, dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta

sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya sangat baik. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang sangat baik

mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian besar

mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan. Hasil produk dari

pelaihan P2m adalah sebagai berikut :

23

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali

tambang dengan teknik makrame yang mampu menumbuhkan jiwa

wirausaha dalam kategori sangat baik. Proses pembuatan benda fungsional

dapat diterapkan menjadi lima benda fungsional dalam bentuk gantungan pot,

bando, gantungan kunci, gelang, dan jepit rambut.

2. Tanggapan anak-anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Bagian B

Singaraja terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan membuat produk kreasi

benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame ini sangat baik.

Hal ini dapat dilihat dari indikator kehadiran anak-anak mencapai 100%, dan

24

selama kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berjalan dengan lancar,

selain itu peserta sangat antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari

awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi

antara peserta dengan instruktur. Dari metode ceramah dan demonstrasi yang

dilakukan secara langsung, nampaknya peserta memahami materi pelatihan

dengan baik, hal ini terbukti para peserta mampu membuat produk kreasi

benda dan dijadikan sebagai peluang usaha sehingga nantinya siswa-siswi

mampu menjadi insan yang lebih mandiri.

5.2 Saran

1. Disarankan untuk menggunakan manik-manik dalam proses pembuatan benda

fungsional agar dipilih lubang manik-manik dengan ukuran yang besar, agar

pada saat memasukan tali tambang tidak mengalami kesulitan.

2. Sebelum mengalami proses bembuat benda fungsional, hendaknya dilakukan

proses pemilihan teknik macrame terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya

kesalahan.

DAFTAR PUTAKA

Angendari, Diah, 2012. Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dariKain Flanel untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha di SekolahLuar Biasa B Singaraja. Laporan Pengabdian Pada MasyarakatUndiksha.

Imawati, Emi Risna. 2006. Aksesori & Perengkaan Anak Dari kain Felt. PTGramnedia Pustaka Utama: Jakarta.

Lunaya art. 15 April 2010.Petunjuk dasar Berkresai dengan Tali Tambang.http://LunayaArtflanel.htm. Diakses 10 Oktober 2015.

Mira. 9 September 2009. Tali Tambang dan Kreasinya.http://Kainflanel/sejarahflanel.htm. Diakses 10 Oktober 2015.

Musdalifah. 2009. Pemberdayaan anak Jalanan Melalui program Life SkillBidang Busana. Artikel pada Prosiding Seminar NasionalAkselerasi Peningkatan Kualitas Sumber Daya manusia melaluiPendidikan Kesejahteraan Keluarga. UPI Bandung, 30 Oktober2007.

25

Sulastiano, Harry. Seni dan Budaya. 2008. Grafindo Media Pratama. Jakarta.

http://www.qolbunhadi.com/inilah-pengertian-seni-kerajinan-makrame-dan-caramembuatnya.

http://id.wikihow.com/Membuat-Makrame

26