29

Click here to load reader

BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

  • Upload
    dothuan

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

Studi Eksplorasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Kooperatif

Tipe STAD di SMP

Djadir

Abstrak: This research is aimed at observing the cooperative learning model STAD Type in mathematics learning, the specific objectives are (1) observing the application of cooperative learning model in mathematic learning, especially, the ways of teacher to motivate and facilitate students in learning, (2) describing the students’ response toward the cooperative learning model, and (3) describing the students’ mathematic learning result in learning cooperative. The subject of this research is a teacher and a class of students in SMPN 6 Makassar. The result of this research was (1) the ways of teachers to facilitate the students’ activities in cooperative learning namely (a) monitoring each group, (b) guiding, (c) answering the group question, (d) motivating students to help each other before asking the teachers and (e) treating the cooperative skills; (2) in doing the cooperative learning teacher has not been optimal, yet; (3) teacher spent much classically time to explain the material to students, (4) students’ activity in mathematic learning, (5) students have positive response toward the cooperative learning, (6) the result of the students’ mathematic learning in the cooperative learning showed that the learning has a tendency to be more improved in each week.

Kata kunci: keterlaksanaan, pembelajaran matematika, model kooperatif, tipe STAD

Masalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh berbagai pihak yang menyatakan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar siswa pada bidang studi tersebut. Karena itu, peningkatan mutu pendidikan matematika selalu menjadi topik menarik untuk dikaji. Sampai saat ini, telah

Djadir adalah dosen FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesulitan belajar matematikatersebut. Upaya itu dilakukan antara lain dengan memperhatikan penyebab kesulitan tersebut, baik yang bersumber dari “diri siswa sendiri” maupun yang bersumber dari “luar diri siswa”. Usaha-usaha yang telah dilakukan banyak memberi dampak positif dalam pengajaran matematika, walaupun hasilnya belum optimal sesuai yang diharapkan.

Salah satu faktor untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan (Soedjadi, 1999/2000). Untuk itu, siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki, sebagaimana dikemukakan Yankel, Cobb, & Wood (1991) bahwa pemberian kesempatan kepada siswa merupakan suatu sumber pembelajaran untuk siswa berinteraksi dalam kelompok belajar secara kooperatif. Sedangkan Vygotsky mengungkapkan bahwa interaksi sosial kelompok kecil heterogen dapat membantu siswa menjembatani ZPD-nya (xone of proximal development) ke pemahaman yang lebih tinggi (Taylor, 1993). Salah satu implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran dengan setting kelas secara kooperatif. Menurut Webb (1991), pembelajaran kooperatif kelompok kecil dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dengan demikian, siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan permasalahan-permasalahan matematika yang dihadapi.

Beberapa hasil penelitian menekankan pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika (seperti, Webb, 1991; Yackel, Coob & Wood, 1991; Leiken & Zaslavsky, 1997). Menurut Webb, aktivitas siswa yang berkaitan dengan tugas berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Demikian juga beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa pandai membantu siswa yang kemampuannya kurang (Lungdren, 1994). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif, antara lain penelitian Leiken & Zaslavsky (1997) menunjukkan bahwa 68,3% waktu yang tersedia untuk proses pembelajaran matematika secara kooperatif digunakan siswa secara aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran.

Hasil penelitian lain oleh Newman & Goldin (Leiken & Zaslavsky, 1997) menunjukkan bahwa siswa, khususnya yang berkemampuan

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

rendah enggan untuk meminta bantuan apabila mereka mendapatkan kesulitan belajar matematika. Keengganan tersebut menurut Leiken & Zaslavsky (1997), disebabkan oleh mereka malu atau takut diejek. Jika mereka meminta bantuan, maka permintaan bantuan tersebut ditujukan kepada guru. Kondisi seperti ini, lebih memprihatinkan jika guru menghadapi kelas besar. Guru tidak sanggup memberi bantuan kepada setiap siswa yang membutuhkan, sehingga dalam pembelajaran matematika guru cenderung lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan kepada siswa secara klasikal

Hasil diskusi dengan beberapa guru matematika SMP yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika, terdapat beberapa permasalahan dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran matematika antara lain: (1) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, mereka cenderung menerima apa yang diberikan guru; aktivitas siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihadapi belum tampak dalam proses pembelajaran dan (2) guru masih kesulitan menfasilitasi agar siswa lebih aktif untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dalam pembelajaran matematika; guru belum terbiasa menggunakan model-model pembelajaran yang berpusat kepada siswa.

Dari permasalahan tersebut di atas, peneliti mengkaji beberapa model pembelajaran yang dapat menfasilitasi aktivitas siswa dalam belajar matematika. Salah satu dari model tersebut adalah model pembelajaran kooperatif, dan dari beberapa tipe dalam model kooperatif, tipe yang paling sederhana adalah STAD. Dengan tipe ini, diharapkan guru dapat melaksanakannya dengan baik. Beberapa guru matematika, sudah mulai mencoba menerapkan model tersebut di kelasnya. Karena itu, peneliti ingin menelusuri bagaimana keterlaksanaannya di kelas sesuai dengan setting pembelajaran kooperatif yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif, (2) aktivitas guru dalam belajar matematika secara kooperatif, (3) aktivitas siswa dalam belajar matematika secara kooperatif, (4) tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif, dan (5) hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran kooperatif.

Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menelusuri keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif yang dapat menfasilitasi siswa dalam belajar matematika, terutama cara guru

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

memotivasi siswa dalam belajar matematika, dan menfasilitasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif, (2) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif yang diterapkan, dan (3) mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Tujuan pembelajaran matematika, seperti yang dinyatakan dalam kurikulum 2004, ditekankan pada siswa untuk: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivtas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, para guru seharusnya menyediakan banyak kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dalam situasi pemecahan masalah secara kooperatif. NCTM (2000) mengusulkan, bahwa metode mengajar tradisional dalam pengajaran matematika sekolah sedapat mungkin diganti dengan pembelajaran kooperatif dalam aktivitas kelas sehari-hari. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran matematika tertentu (sesuai dengan ciri khas materi) yang ditetapkan dalam kurikulum matematika SLTP di Indonesia.

Dalam penelitian ini, kajian utama difokuskan pada keterlaksanaan pembelajaran kooperatif, seperti aktivitas siswa di dalam kelompok, kemampuan siswa bekerjasama dengan siswa lainnya, dan beberapa keterampilan kooperatif siswa dalam kelompoknya, dan aktivitas guru dalam menfasilitasi pembelajaran matematika.

Menurut Slavin (2000), pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) mempunyai urutan kegiatan tetap sebagai berikut : (1) mengajar: merepresentasikan pelajaran, (2) belajar dalam kelompok: siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran, (3) tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual, (4) penghargaan kelompok: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

Keterampilan kooperatif merupakan keterampilan khusus yang diperlukan siswa dan dapat dikembangkan melalui pembelajaran kooperatif. Keterampilan ini berfungsi mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok dan meningkatkan peran dan kerjasama dalam kelompok. Keterampilan kooperatif menurut Lundgren (1994: 22) memiliki tiga tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir.

Dalam proses pembelajaran matematika, Goldin (1992) menyarankan agar menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif, mendorong siswa untuk kreatif memecahkan masalah dan mendorong siswa untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan pendapat dengan mengurangi tekanan terhadap respon siswa yang harus tepat., Jika hal ini diterapkan dalam pembelajaran matematika sebagai suatu proses konstruksi, dan abstraksi terhadap konsep-konsep matematika dengan memaksimalkan problem solving matematika, maka dapat dicapai melalui pembelajaran kooperatif. Sebagaimana yang dikemukakan Vygotsky bahwa kinerja pemecahan masalah akan dapat dicapai pada level yang lebih tinggi bila anak bekerja dalam kelompok kooperatif, khususnya secara heterogen (Jones & Thornton, 1993).

Aktivitas siswa di dalam kelas terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas siswa di dalam tugas (on-task) dan aktivitas di luar tugas (off-task). Leiken & Zaslavsky (1997) membagi dua jenis aktivitas siswa di dalam tugas pada kelompok kooperatif, yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Ada empat kategori untuk aktivitas aktif dalam tugas yang dapat diamati, yaitu: (1) menyelesaikan masalah secara mandiri, (2) membuat catatan tertulis, (3) memberi penjelasan, dan (4) mengajukan pertanyaan atau menawarkan (meminta) bantuan. Sedangkan aktivitas pasif, yaitu: (1) mendengar penjelasan, (2) membaca materi ajar, (3) kelihatan berfikir untuk menyelesaikan suatu masalah, atau memperhatikan apa yang dikerjakan temannya. Selanjutnya, aktivitas siswa yang dikelompokkan ke dalam aktivitas di luar tugas adalah (1) bercakap-cakap hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi ajar, (2) membaca sumber lain yang tidak berkaitan dengan tugas yang dihadapi, atau (3) bermain, tidur-tiduran atau melamun.

Dalam penelitian ini, ketiga aktivitas utama siswa yang diuraikan di atas, diobservasi dalam kelompok kooperatif heterogen, khususnya heterogen dari segi kemampuan siswa dalam matematika, yaitu siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Bagaimana aktivitas

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

siswa dalam satu kelompok dengan kemampuan berbeda tersebut, untuk membantu, meminta bantuan, dan/atau menerima bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi.

Dalam pembelajaran kooperatif, menurut Arends (2000) terdapat enam sintaks atau tahapan (fase) yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Aktivitas guru pada setiap fase tersebut, dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran KooperatifF a s e Tingkahlaku (Aktivitas) Guru

Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase – 2 Menyajikan informasi.

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase – 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase – 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase – 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

Fase – 6 Memberikan penghargaan.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Selanjutnya, Foster (1993) mengemukakan bahwa tanggung jawab guru (teacher responsibilities) selama kerja tim kooperatif adalah (1) memonitor perilaku siswa, (2) memberikan bantuan jika diperlukan, (3) menjawab pertanyaan hanya jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan tim, (4) menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan kooperatif atau memberikan pengajaran langsung kepada semua siswa, (5) memberikan ringkasan pelajaran, (6) mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-tindakan anggota tim sehari-hari, dan (7) membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran secara individu.

Berdasarkan uraian di atas, aktivitas guru di dalam pembelajaran kooperatif yang erat kaitannya dengan aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif, yaitu pada fase ke tiga dan ke empat. Sehingga, aktivitas guru di dalam penelitian ini akan difokuskan pada kedua fase tersebut. Dengan demikian, aktivitas guru yang dimaksudkan adalah kegiatan guru selama siswa bekerja di dalam kelompoknya, yaitu (1) memonitor perilaku siswa di dalam kelompok, (2) memberikan bantuan jika diperlukan, (3) menguatkan keterampilan-keterampilan kooperatif, dan (4) memberikan ringkasan pelajaran (mengadakan negosiasi).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan kajian utama untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD yang dapat menfasilitasi siswa dalam belajar matematika, dan dampaknya terhadap hasil belajar mereka. Selain itu juga dideskripsikan tanggapan dan hasil belajar siswa, serta aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, sebagai gambaran dari guru yang mulai mengggunakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa.

Penelitian ini mengeksplorasi keterlaksanaan suatu pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, diteliti secara rinci faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

pembelajaran sesuai dengan sintaks dari model tersebut. Faktor-faktor tersebut, terutama bagaimana guru menfasilitasi siswa sehingga model yang digunakan terlaksana dengan baik, sehingga difokuskan pada bagaimana aktivitas guru dan siswa, serta dampak yang lain. Penelitian ini dilakukan pada sekolah/kelas yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif. Penelitian ini dibatasi hanya pada satu pokok bahasan yang dipilih peneliti dan guru kelas yang bersangkutan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Penelitian ini dilaksanaan pada semester genap tahun pembelajaran 2003/2004 dengan sasaran utama adalah siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada satu pokok bahasan. Kegiatan eksplorasi lebih banyak difokuskan pada aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Kegiatan ini melibatkan tim peneliti, guru, dan siswa.

Prosedur yang dilakukan adalah mengkaji kegiatan selama pembelajaran berlangsung dengan cara mengobservasi aktivitas guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran matematika secara kooperatif, dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Di samping itu, pada akhir pembelajaran dikaji dampak lain dari pembelajaran, yaitu hasil belajar matematika dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif.

Rincian prosedur penelitian terdiri atas persiapan, pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan, sebelum melakukan kegiatan dalam penelitian ini, terlebih dahulu diadakan langkah-langkah persiapan antara lain: (1) mengadakan observasi sekolah berupa wawancara dengan kepala sekolah dan guru matematika SMP, dalam hal keadaan sekolah, siswa, dan penunjang dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika, (2) guru bersama peneliti mengadakan pertemuan untuk menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pembelajaran, (3) penjelasan kepada guru tentang sintaks pembelajaran kooperatif STAD, (3) menyusun instrumen pengumpulan data penelitian,dan (4) mengadakan pelatihan kepada observer tentang cara mengobservasi dan menggunakan instrumen.

Penelitian ini dilakukan dengan cara memantau pelaksanaan pembelajaran di kelas berdasarkan model pembelajaran kooperarif STAD yang telah dipersiapkan oleh guru. Selanjutnya melakukan evaluasi setiap dua kali pertemuan untuk setiap minggu, dan hasilnya dikomunikasikan kepada guru yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti.

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

Pada tahap pelaporan, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah menganalisis hasil penelitian setiap minggu dan menyusun laporan hasil penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Lembar Observasi Aktivitas Siswa (LOAS), Lembar Observasi Aktivitas Guru (LOAG), Tes Hasil Belajar Matematika. Instrumen-instrumen tersebut dikembangkan oleh peneliti berdasarkan indikator yang telah ditetapkan pada bagian sebelumnya.

Untuk menganalisis data dari hasil observasi, digunakan teknik yang dikemukakan Miles dan Huberman (1992) dengan tiga tahap kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL A. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dilakukan dibagi dalam tiga bagian, berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif STAD sebagai berikut.

Pendahuluan berlangsung selama 10 menit (Fase1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa) Pada fase ini, guru mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa melalui cara resitasi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran meliputi tujuan produk dan proses serta guru menginformasikan secara garis besar model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Kegiatan inti berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Pada kegiatan ini, guru menyajikan informasi yang berkaitan dengan materi yang akan dikerjakan siswa di dalam kelompok dengan jalan demonstrasi (fase 2). Pada tahap berikutnya, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar (fase 3) . Pada tahap ini, guru meminta kepada siswa mengatur tempat duduk sesuai dengan kelompoknya yang telah ditentukan sebelumnya dan membantu kepada setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien kemudian guru menyampaikan bahwa: “kamu akan bekerja secara kelompok memikirkan jawaban latihan dan pertanyaan dalam LKS, saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya, dan kamu harus meyakini bahwa semua anggota kelompok telah mengerti apa yang Anda kerjakan.” Tahap selanjutnya adalah membimbing kelompok bekerja dan belajar (fase 4). Pada tahap ini, Guru membagikan LKS kepada siswa dan

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

meminta siswa mencermati isinya. Guru meminta siswa bekerja berkelompok berpandu pada LKS. Guru berkeliling mengamati kegiatan yang dilakukan setiap kelompok. Setelah selesai, guru meminta satu kelompok (secara acak) menyajikan hasilnya sedangkan kelompok lain diminta menanggapi. Guru bertindak sebagai fasilitator.Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk menuliskan tentang apa yang telah dipahaminya dari pelajaran setiap pertemuan.

Kegiatan penutup berlangsung selama 20 menit di mana guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran, memberi penugasan kepada siswa di rumah (PR) dan guru mengingatkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada fase evaluasi (fase 5) yaitu guru memberi tes, untuk dikerjakan siswa secara individual dan juga fase memberikan penghargaan (fase 6) yaitu guru memberikan penghargaan dengan pujian kepada kelompok yang mempunyai aktivitas paling dinamis dan penghargaan kepada kelompok terhadap hasil akademik yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya.B. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Aktivitas guru yang dinilai difokuskan kepada kegiatan guru selama melaksanakan pembelajaran secara kooperatif dan menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

AKTIVITAS GURU YANG DIAMATIM-1 M-2 M-3

A. PENDAHULUAN1. Menginformasikan tujuan

pembelajaran.B B B

2. Memotivasi siswa. B B B3. Mengaitkan pelajaran dengan

pengetahuan awal siswa.K C C

4. Menjelaskan materi yang mendukung tugas yang akan diselesaikan dalam kelompok.

C C C

B. MENGELOLA KEGIATAN KELOMPOK (MEMFASILATASI AKTIVITASSISWA)

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

1. Memonitor (mengawasi) setiap kelompok secara bergantian.

K C B

2. Memberikan bantuan jika diperlukan. K K C3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan

hanya jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan kelompok.

K C C

4. Mendorong siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas, sebelum meminta bantuan kepada guru.

K C C

5. Menguatkan (melatih) keterampilan-keterampilan kooperatif.

C C C

6. Memberikan ringkasan pelajaran (mengadakan negosiasi).

K K K

C. PENUTUP1. Membimbing siswa membuat

rangkuman.K K K

2. Mengingatkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

B B B

Keterangan:B : BaikC : Cukup Baik

K : Kurang Baik TB : Tidak Baik

TD:Tidak DilaksanakanM - … : Minggu ke …

Dari tabel 2 tersebut terlihat bahwa (1) guru masih mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran matematika secara kooperatif dengan baik. Dari 12 indikator yang diamati, delapan di antaranya (66,7%) belum dapat dilaksanakan guru dengan baik, (2) aktivitas guru dalam menfasilitasi kegiatan kelompok, khususnya dalam membimbing siswa untuk membuat ringkasan pelajaran dan mengadakan negosiasi dinilai masih kurang baik. Karena terdapat kecenderungan bahwa ringkasan dan rangkuman yang diperoleh bukan dari hasil negosiasi dari jawaban berdasarkan diskusi kelompok, tetapi berdasarkan pendapat dari guru, (3) guru cenderung banyak memberi penjelasan/menerangkan tentang konsep disertai contoh, karena merasa bahwa siswa selalu mengalami kesulitan memahami materi pada saat belajar dalam kelompoknya. Hal ini, umumnya dilakukan guru pada fase 2 (menyajikan informasi), bahkan pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya.

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

C. Aktivitas Siswa dalam Kelompok Kooperatif Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan dalam setiap

interval waktu tiga menit termasuk mencatat aktivitas siswa yang dominan dilakukan dalam tiga menit tersebut. Pengamatan difokuskan pada satu kelompok yang dipilih secara acak dari 10 kelompok yang ada. Aktivitas siswa selama bekerja di dalam kelompok kooperatif (45 menit atau 15 interval waktu) untuk setiap pertemuan pada setiap minggu didominasi oleh aktivitas aktif yang berkaitan dengan tugas.

Aktivitas Siswa Minggu IUntuk siswa yang berkemampuan tinggi (T), aktivitas aktif di

dalam tugas mencapai 90% dan 10% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S1), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 80% dan 20% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S2), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 73%, dan 27% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan rendah (R), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 77% dan 23% adalah aktivitas di luar tugas. Aktivitas Siswa Minggu II

Untuk siswa yang berkemampuan tinggi (T), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 97% dan 3% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S1), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 97% dan 3% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S2), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 87% 13% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan rendah (R), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai rata-rata 93% dan 7% adalah aktivitas di luar tugas. Aktivitas Siswa Minggu III

Untuk siswa yang berkemampuan tinggi (T), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 100%. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S1), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 97% dan 3% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan sedang (S2), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai 80% dan 20% adalah aktivitas di luar tugas. Untuk siswa yang berkemampuan rendah (R), aktivitas aktif di dalam tugas mencapai rata-rata 83% dan 17% adalah aktivitas di luar tugas.

Hasil lain menunjukkan bahwa aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif belum berjalan secara dinamis, dalam arti bahwa aktivitas

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

siswa yang berkemampuan lebih tinggi untuk membantu siswa lainnya belum terjadi dengan baik. Demikian juga, aktivitas siswa yang berkemampuan lebih rendah untuk meminta bantuan kepada siswa yang kemampuannya lebih tinggi belum terjadi secara optimal, mereka masih lebih sering mengerjakan tugas sendiri atau meminta bantuan kepada guru dari pada teman kelompoknya.D. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif

Dari hasil analisis terhadap respon siswa diperoleh bahwa 85% (35 dari 40 orang) siswa menganggap cara belajar dan cara guru mengajar dalam pembelajaran kooperatif merupakan hal yang baru bagi mereka.

Selanjutnya 68% siswa menyatakan senang terhadap cara belajar dan cara mengajar guru. Ungkapan baru dan senang yang diberikan oleh sebagian besar siswa menunjukan adanya respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini didukung oleh respon siswa yang menyatakan berminat mempelajari pokok bahasan lain melalui pembelajaran kooperatif.

Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui beberapa alasan yang mendasari mereka menyatakan senang dan berminat mempelajari materi matematika yang lain menggunakan pembelajaran kooperatif. Di antaranya, belajar melalui kelompok dengan menggunakan masalah kontekstual menjadikan konsep yang dipelajari lebih mudah dipahami dan diingat. Sebagian siswa lain memberikan alasan bahwa cara guru membimbing dengan berada di samping siswa yang membutuhkan bimbingan, membuat siswa merasa puas dan senang serta merasa diperhatikan. E. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif

Hasil deskripsi tentang penguasaan siswa, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif efektif dalam pencapaian tingkat penguasaan belajar siswa. Hal ini dapat di lihat dari tingkat penguasaan (rata-rata penguasaan) yang diperoleh siswa setiap minggunya semakin meningkat. Deskripsi hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa (N= 40)

Interval Skor

Kate-gori

Minggu I Minggu II Minggu III

Frek. % Frek. % Frek. %

13

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

85 – 100

Sangat Tinggi

6 15,0% 12 30,0% 14 35,0%

69 – 84

Tinggi 6 15,0% 23 57,5% 17 42,5%

53 – 68

Sedang 10 25,0% 1 2,5% 4 10,0%

37 – 52

Kurang 15 37,5% 4 10,0% 3 7,5%

0 – 36

Sangat Kurang

3 7,5% 0 0,0% 2 5.0%

Nilai Rata-rata 59,42 78,00 78,75Standar Deviasi 19,00 15,56 22,21Nilai Maksimum 98,00 100,00 100,00Nilai Minimum 22,00 40,00 20,00

PEMBAHASANLangkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh

guru dibagi dalam tiga bagian, sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif STAD yang terdiri atas enam fase. Namun demikian, guru belum dapat melaksanakannya secara optimal, karena masih selalu dipegaruhi oleh kebiasaan yang selama ini digunakan, yaitu pengajaran yang berpusat pada guru. Dalam membimbing siswa membuat ringkasan dan mengadakan negosiasi, masih kurang baik. Karena terdapat kecenderungan bahwa ringkasan dan rangkuman yang diperoleh bukan dari hasil negosiasi dari jawaban berdasarkan diskusi kelompok, tetapi berdasarkan pendapat dari guru. Guru cenderung banyak memberi penjelasan tentang konsep disertai contoh, karena merasa bahwa siswa selalu mengalami kesulitan memahami materi pada saat belajar dalam kelompoknya.

Aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif belum berjalan secara dinamis, terutama aktivitas siswa yang berkemampuan lebih tinggi untuk membantu siswa lainnya belum terjadi dengan baik. Demikian juga, aktivitas siswa yang berkemampuan lebih rendah untuk meminta bantuan kepada siswa yang kemampuannya lebih tinggi belum terjadi secara optimal, mereka masih lebih sering mengerjakan tugas sendiri

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

atau meminta bantuan kepada guru dari pada teman kelompoknya. Siswa yang kurang merasa malu untuk meminta bantuan kepada temannya. Hal ini perlu segera diatasi dengan memberi penjelasan tentang keuntungan-keuntungan belajar secara kooperatif, baik kepada yang lebih pintar maupun kepada yang kemampuannya kurang.

Pada umumnya, siswa menyatakan senang terhadap cara belajar dan cara mengajar guru. Ungkapan baru dan senang yang diberikan oleh sebagian besar siswa menunjukan adanya respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif. Dengan adanya minat siswa yang besar dalam kegiatan pembelajaran akan berpengaruh kepada peningkatan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa. Mereka merasa bahwa belajar melalui kelompok dengan menggunakan masalah kontekstual menjadikan konsep yang dipelajari lebih mudah dipahami dan diingat. Sebagaimana pandangan Piaget bahwa pada usia 7-11 tahun cara berpikir logik anak didasarkan pada manipulasi benda-benda kongkret yang dihadapi. Demikian pula menurut Bruner (Hudojo, 1990:49), melalui simulasi dan peragaan konsep mengharuskan siswa mengonstruk sendiri konsep yang dipelajari dengan menggunakan benda-benda kongkrit. Benda-benda kongkret inilah yang menjadikan siswa cenderung ingat terhadap konsep yang dipelajari dan kemudian mengaplikasikannya ke dalam situasi yang tepat. Ada pula sebagian siswa yang memberikan alasan bahwa cara guru membimbing dengan berada di samping siswa yang membutuhkan bimbingan, membuat siswa merasa puas dan senang serta merasa diperhatikan. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan Goleman dan kawan-kawan, bahwa emosi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Karena keterlibatan emosi menjadikan saraf otak dapat bekerja dengan baik sehingga konsep yang dipelajari mudah masuk dalam ingatan.

Persentase hasil belajar matematika siswa berdasarkan kategori kemampuan untuk setiap minggunya semakin meningkat. Menurut kriteria yang telah ditetapkan rata-rata penguasaan yang dicapai siswa pada akhir minggu III dalam katagori tinggi (78,75%). Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa pembelajaran kooperatif dapat menfasilitasi penguasaan siswa dalam belajar matematika. Selain itu, juga terlihat bahwa dari 40 orang siswa terdapat 31 orang (77.50%) yang telah mencapai ketuntasan belajar.

15

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka

disimpulkan: (1) cara-cara yang dilakukan guru untuk memfasilitasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif, antara lain memonitor setiap kelompok secara bergantian, memberikan bantuan jika diperlukan, menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan kelompok, mendorong siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas sebelum meminta bantuan kepada guru, dan menguatkan (melatih) keterampilan-keterampilan kooperatif, (2) pelaksanakan pembelajaran kooperatif oleh guru belum optimal dalam arti masih ada fase-fase pembelajaran yang sulit dilaksanakan, (3) Guru masih banyak menggunakan waktu untuk menjelaskan materi kepada siswa, (4) aktivitas siswa dalam pembelajaran pada umumnya terlaksana dengan baik (pada akhir minggu ketiga aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas mencapai 90%), (5) peran siswa yang berkemampuan tinggi untuk membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah masih jarang terjadi (7,5%), (6) siswa yang berkemampuan rendah masih segan meminta bantuan kepada siswa yang berkemampuan lebih tinggi (6,7%), (7) siswa mempunyai tanggapan positif terhadap model pembelajaran matematika secara kooperatif, sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa, dan (8) hasil belajar siswa dalam matematika dengan pembelajaran kooperatif mempunyai kecenderungan semakin meningkat dari minggu ke minggu dan frekuensi siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik dan sangat baik semakin meningkat.

SaranBerdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini,

disarankan beberapa hal, yaitu: (1) pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengajarkan matematika di SMP, namun sebelumnya guru perlu diberikan pelatihan untuk mengubah kebiasaan mengajarnya yang berpusat kepada guru, menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator, (2) untuk melaksanakan pembelajaran matematika secara kooperatif, guru hendaknya membuat persiapan yang matang, misalnya dengan menggunakan pendekatan masalah kontekstual agar tujuan

16

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai. Selain itu guru dituntut melatihkan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok.

DAFTAR RUJUKAN

Arends, Richard I. 2000. Learning to Teach. Fifth Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Atweh, Bill., Bleicher, Robert E., Cooper, Tom J. 1998. The Construction of the Social Context of Mathematics Classrooms: A Socialingustic Analysis. Journal for Research in Mathematics Education. Volume 29, Number 1, January 1998, p.63-82. USA: NCTM, Inc.

Cobb, Paul., Wood, Terry., Yackel, Erna. 1992. Classroom as Learning Environments for Teaching and Research. Journal for Research in Mathematics Education. Monograph, Number 4, 1992, p.125-146. USA: NCTM, Inc.

Davidson, Neil., Lambdinkroll, Diana. 1991. An Overview of Research on Cooperative Learning Related to Mathematics. Journal for Research in Mathematics Edu-cation. Volume 22, Number 5, November 1991, p. 362-365. USA: NCTM, Inc.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika SLTP. Jakarta: Puskur, Depdiknas.

Foster, Alan G. 1993. Cooperative Learning in the Mathematics Classroom. Glencoe/ McGraw Hill.

Goldin, Gerald A. 1992. Epistemology, Constructivism, and Discovery Learning Mathematics. Journal for Research in Mathematics Education. Monograph, Number 4, 1992, p.31-47. USA: NCTM, Inc.

Holmes, Emma.E. 1995. New Direction in Elementary School Mathematics, Interactive Teaching and Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Pretence Hall, Inc.

Johnson, D.W., & Johnson, R.T. 1994. Learning Together and Alone, Cooperative Teaching and Learning. Four Edition. Boston: Allyn and Bacon.

17

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - pangkepbermutu  · Web viewMasalah pendidikan matematika banyak dikeluhkan oleh ... penyebab kesulitan ... siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

Jones, Graham A., Thornton, Carol A. 1993. Vygotsky Revisited: Nurturing Young Children’s Understanding of Number. Focus on Learning Problem in Mathematics Spring and Summer Edition. Volume 15, Number 2&3, 1993, p. 18-28. Center for Teaching/Learning of Mathematics.

Leiken, Roza., Zaslavsky. 1997. Facilitating Student Interaction in Mathematics in a Cooperative Learning Setting. Journal for Research in Mathematics Education. Volume 28, Number 3, May 1997, p. 331-354. USA: NCTM, Inc.

Nur, Mohamad. 2001. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kontekstual untuk MIPA bagi Siswa SLTP Kelas 1 Caturwulan 1 dan 2. Laporan Penelitian. Dirjen Dikdasmen Depdiknas, Pusat Sains dan Matematika Sekolah, PPs UNESA, Surabaya.

Soedjadi, R. 1999/2000, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Webb, Noreen W. 1991. Task-Related Verbal Interaction and Mathematical Learning in Small Groups. Journal for Research in Mathematics Education. Volume 22, Number 5, November 1991, p. 366-389. USA: NCTM, Inc.

Yackel, Erna., Cobb, Paul., Wood, Terry. 1991. Small Group Interactions as a Source of Learning Opportunities in Second-Grade Mathematics. Journal for Research in Mathematics Education. Volume 22, Number 5, November 1991, p. 390-408. USA: NCTM, Inc.

18