Click here to load reader
Upload
bungamawardah
View
149
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari laba. Laba secara
umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu
(periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
(Harnanto, 2003: 444). Laba suatu perusahaan merupakan gambaran perusahaan
mengenai kinerja yang dicapai dari proses transaksi umum yang dilakukan perusahaan
selama periode tertentu, dan laba dapat dijadikan suatu indikator bagi para pemangku
kepentingan untuk menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu
perusahaan. Dalam mencapai laba perusahaan tidak akan lepas dari yang namanya biaya,
karena biaya merupakan suatu pengorbanan perusahaan dalam rangka memperoleh
pendapatan. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tentu mempunyai suatu
tujuan dan tujuan itu tidak lain adalah untuk mendapatkan laba. Biaya yang dikeluarkan
pun dapat dinilai dan diukur, penilaian biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dilihat
dari beberapa segi, salah satunya efesiensi biaya yang dikeluarkan, manfaat, serta dampak
dari biaya yang dikeluarkan.
Dalam memproduksi barang, perusahaan terkadang tidak memperhatikan dampak
negatif dari aktivitas produksi perusahaan tersebut. Contoh, perusahaan yang tidak
memperhatikan lingkungan sekitar dan hanya memikirkan laba semata adalah sebagai
berikut: pembuangan limbah hasil tambang ke laut yang menyebabkan pencemaran pada
laut, pembuatan kertas yang menggunakan bahan bakunya dari pohon-pohon, dimana
pohon-pohon tersebut didapat dari penebangan hutan yang tidak terkendali sehingga
hutan menjadi gundul, pembuangan limbah tekstil ke sungai yang tidak terkendali
sehingga sungai menjadi tercemar, pembuangan asap pabrik dari proses pembakaran
dapat menyebabkan polusi udara, dan sebagainya.
Dari masalah tersebut, haruslah dilaksanakan suatu tindakan agar kerusakan
lingkungan tersebut dapat segera ditanggulangi, salah satu tindakan yang dapat diambil
adalah dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal saat ini
dengan Corporate Social Responsibility (CSR), istilah ini mengacu pada tanggung jawab
sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan
terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis.
Meski tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba, sebuah perusahaan
tidak dapat lepas dari masyarakat, hal ini disebabkan pendiri dan pemilik sebuah
perusahaan adalah individu-individu anggota masyarakat serta tujuan menghasilkan
keuntungan tidak mungkin tercapai tanpa adanya masyarakat yang menjadi pasar dari
produksinya. Karena sebuah kegiatan bisnis tidak dapat lepas dari masyarakat, kegiatan
bisnis sudah pasti membawa dampak bagi masyarakat dan elemen-elemen yang ada
didalamnya serta lingkungan tempat hidup di masyarakat.
Pelaksanaan CSR menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada
semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder,
termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pengembangan program-program
sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan
masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya (Ernawan,
2007).
Penerapaan CSR sebenarnya bersifat voluntary (suka rela) namun sekarang di
Indonesia, debut CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam
UU PT No.40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan bahwa PT
yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam
wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1). UU PT tidak
menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa
CSR ”dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. PT yang tidak melakukan
CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan
lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga
kini – sepengetahuan penulis, belum dikeluarkan. Mengundang-undangkan CSR
merupakah hal yang tidak lazim karena pada awalnya CSR merupakan suatu tindakan
suka rela dan sifatnya hampir seperti “sumbangan”, akan tetapi, perkembangan global
saat ini menuntut CSR menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak, CSR
harus dikerjakan sebagai bentuk tangungjawab kepada stakeholders.
Dalam menerapkan CSR pastinya perusahaan membutuhkan dana serta biaya
untuk merealisasikannya, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk program CSR tergantung
dari besar kecilnya program yang akan dilaksanakan, semakin besar program yang akan
dilaksanakan tentunya akan semakin besar juga jumlah biaya yang akan dikeluarkan, dan
begitu pula sebaliknya, hal ini juga akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh
perusahaan karena hal ini akan mengurangi pendapatan dari suatu perusahaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun
2001 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh
perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk
semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Corporate social
responsibility dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu
dilaksanakan berkelanjutan. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan
mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang
mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi
dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas
konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang
lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan
pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo,
Media Akuntansi Edisi 47, 2005: 8). Karena CSR merupakan persoalan yang cukup
hangat di Indonesia maka penulis tertarik dalam meneliti pengaruh CSR di Indonesia.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menciptakan laba diperlukan dua
unsur, yaitu pendapatan dan laba, dan telah dibahas pula sebelumnya bahwa untuk
merealisasikan program CSR dibutuhkan dana atau biaya. Yang menjadi pertanyaan
adalah apakah biaya CSR itu dapat mempengaruhi laba perusahaan atau tidak, karena
seperti yang kita ketahui CSR sendiri di Amerika dan Eropa dapat mempengaruhi citra
suatu perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi produk yang mereka jual, lalu
bagaimana CSR di Indonesia?.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik:
“PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN”
1.2 Identifikasi Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
dapat diartikan sebagai suatu komitmen manajemen untuk selalu bertindak etis, legal dan
memiliki kontribusi untuk lebih meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan secara
kemitraan dan upaya meningkatkan kesejahteraan kualitas kehidupan para karyawan serta
keluarganya, termasuk memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat sekitar pada umumnya, dan pelanggan/konsumen pada khususnya.
Laba perusahaan merupakan hasil yang diperoleh perusahaan selama periode
tertentu yang berasal dari penjualan atas produk yang dijual ke pasar dan pendapatan
perusahaan selama periode tertentu dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya.
Salah satunya biaya yang dikeluarkan yaitu biaya CSR, karena dalam menerapkan CSR
perusahaan membutuhkan dana serta biaya untuk merealisasikannya, jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk program CSR tergantung dari besar kecilnya program yang akan
dilaksanakan, semakin besar program yang dilaksanakan tentunya akan semakin besar
juga jumlah biaya yang akan dikeluarkan, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini, akan
berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan karena akan mengurangi
pendapatan dari suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat
Laba Perusahaan.
2. Bagaimana hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan Tingkat laba
Perusahaan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan. Sedangkan tujuan
yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan.
1. Hubungan antara Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba
Perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan relevan
yang dapat digunakan oleh :
1. Penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang
masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
kesesuaian antara fakta dengan dasar teori yang ada.
2. Perusahaan, sebagai bahan masukan (feedback) dalam melakukan corporate
social responsibility yang diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.
3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi khususnya untuk penulisan karya ilmiah
dengan topik yang sama.
1.5 Kerangka Pemikiran
Laba suatu perusahaan merupakan gambaran perusahaan mengenai kinerja yang
dicapai dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu,
yang dapat dijadikan suatu indikator bagi para pemangku kepentingan untuk menilai
sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, laba tercipta dari
pendapatan dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya. Salah satu biaya yang dapat
timbul dari aktivitas perusahaan adalah biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),
biaya ini timbul dikarenakan kesadaran sektor bisnis atau perusahaan untuk peduli
terhadap lingkungan di sekitarnya. CSR merupakan tanggung jawab sektor bisnis dalam
kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi, dan terkena dampak dari
sebuah kegiatan bisnis. Sifat dari CSR sendiri sebenarnya voluntary namun penerapan
CSR akan memberikan dampak dampak positif berupa citra yang bagus terhadap
perusahaan oleh masyarakat. CSR juga terkadang dapat dijadikan media publikasi
meskipun tujuannya bukan kesana, akan tetapi hal itu merupakan suatu konsekuensi dari
penerapan CSR. Yang menjadi masalah adalah ketika dana yang dibutuhkan dalam
menjalankan CSR ini cukup besar, karena semakin biaya yang dikeluarkan besar tentunya
akan mempengaruhi laba yang akan diperoleh, hal ini tentu saja dapat merugikan
perusahaan. Oleh karena itu perlu pertimbangan lebih, dalam mengambil keputusan
mengenai program CSR yang akan dilaksanakan.
Berbagai definisi biaya, Corporate Social Responsibility, dan Laba perusahaan
dikemukakan oleh para ahli atau pihak – pihak lain yang terkait dengan perkembangan
akuntansi adalah sebagai berikut :
Menurut Supriyono (2000:16) biaya adalah :
“Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.”.
Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003: 14) adalah :
“ Sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang”.
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 40) adalah :
“ Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi”.
Pengertian CSR sendiri menurut The World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) (2003: 1) adalah :
“ Keterpanggilan dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan”.
Wermasubun (2008: 1) mengatakan bahwa :
” Istilah corporate responsibility mengacu pada tangung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Meski tujuan utamanya adalah menghasilkan keuntungan, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat”.
Indirani (2008: 1) mengatakan bahwa :
” CSR adalah pilihan yang dilandasi kesadaran dari perusahaan. Dalam berbisnis, ia tak hanya memiliki kewajiban kepada shareholders (pemegang saham). Ia juga harus memenuhi harapan para stakeholders (pemangku kepentingan) ”.
Internasional Finance Corporation (2008: 28) menyebutkan bahwa :
”Corporate social responsibility is the commitment of businesses to contribute to sustainable economic development by working with employees, their families, the local community and society at large to improve their lives in ways that are good for business and for delopment”.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2007: 46.2) menjelaskan mengenai
pengertian laba sebagai berikut :
” Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak”.
Dari pengetian dan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah
pengorbanan ekonomis setara kas atau ekuivalen yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat di
masa sekarang maupun masa yang akan datang dengan tujuan memperoleh laba.
Corporate Social Responsibility merupakan keterpanggilan dunia bisnis untuk turut
berkonstribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan berupa tangung jawab sosial
dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak
dari sebuah kegiatan bisnis. Sedangkan laba merupakan pendapatan dikurangi beban-
beban yang melekat didalamnya.
Sudah lama kita ketahui bahwa biaya merupakan pengurang dari suatu laba
perusahaan, sehingga perusahaan seringkali menekan biaya operasional perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi, namun dalam prakteknya tidak semua biaya merupakan
hal yang negatif, sebagai contoh biaya promosi, biaya ini dikeluarkan untuk tujuan
mempromosikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke konsumen atau
masyarakat, dari sana diharapkan produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan
perusahaan dapat diterima dan disambut baik oleh konsumen sehingga dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dan bagaimana dengan CSR, CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan
bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi yang
melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas hak masyarakat
umum, mengingat pengaruh bisnis ini begitu besar. Bisnis sendiri selalu berplatform pada
tujuan menumpuk keuntungan dan kekayaan. Tanggung jawab sosial yang dibebankan
pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan penumpukan profit. CSR yang
semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang lebih bersifat mandatory.
Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis
dalam ikut meningkatan kesejahteraan masyarakat.perusahaan.
Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan seharusnya dilakukan bukan
bertujuan untuk marketing melainkan harus dilakukan benar-benar hanya untuk tanggung
jawab sosial terhadap lingkungan di dalam maupun di luar perusahaan yang terkena
dampak dari kegiatan bisnis perusahaan, dan apabila perusahaan meningkat dari aktivitas
CSR tersebut, hal itu hanyalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan perusahaan.
Namun, dalam praktiknya hal itu dapat terjadi kebalikannya, maksudnya adalah, CSR
yang merupakan suatu tanggung jawab sosial dapat digunakan perusahaan sebagai alat
promosi suatu perusahaan.
Dana yang dikeluarkan untuk CSR bergantung kepada besar kecilnya program
yang akan dilaksanakan, semakin besar program tersebut semakin besar pula dana yang
akan dikeluarkan begitu pula sebaliknya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi
laporan keuangan perusahaan khususnya pada pos laporan laba rugi, akan tetapi apabila
ditinjau lebih dalam, mengacu pada penelitian terhadap negara berkembang, perusahaan
yang melakukan CSR tentu akan mendapat respect yang lebih, ketimbang perusahaan
yang tidak melakukan CSR, hal ini dapat timbul dikarenakan tingkat kedewasaan dari
konsumen atau masyarakat yang peduli akan lingkungan mereka.
Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk CSR tentu akan semakin besar pula
program CSR yang akan dilakukan, semakin besar program CSR, maka semakin luas
pula jangkauan masyarakat yang merasakan program CSR tersebut, sehingga luas
jangkauan masyarakat akan mempengaruhi citra perusahaan di mata konsumen dan
masyarakat. Peningkatan citra inilah yang diharapkan perusahaan dapat mendukung
kegiatan operasional mereka dan membantu mencapai tujuan si perusahaan yaitu,
memperoleh laba atau pendapatan.
Dalam membuat penelitian ini penulis mengacu pada penelitian sebelumnya
mengenai PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN. Yang membedakan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah:
1. Waktu penelitian, penelitian dilakukan pada tahun 2008.
2. Objek penelitian, perusahaan yang diteliti adalah:
1. PT. Astra International Tbk.,
2. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.,
3. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.,
4. PT. Telekomunikasi indonesia (Persero) Tbk.
Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan tentu akan sangat berguna, tidak
hanya bagi masyarakat yang terkena dampak dari aktivitas bisnis perusahaan, akan tetapi
perusahaan sendiri tentu akan mendapat keuntungan secara tidak langsung. Dan yang
perlu menjadi pertimbangan adalah, dalam menentukan program CSR yang akan
dilakukan beserta biaya yang termasuk di dalamnya, apakah program tersebut dapat
terlaksana dengan baik atau sebaliknya, malah dapat mengganggu dan berpengaruh
negatif terhadap kondisi laporan keuangan. Oleh sebab itu, kebijakan ini haruslah
dibicarakan pada level top management, karena cakupan dan materi CSR cukuplah luas.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut :
“Biaya Corporate Social Responsibility mempengaruhi Tingkat Laba Perusahaan”.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan
1.6 Metode Penelitian
Teknik penelitian yang dilakukan bersifat studi survei dengan menggunakan data
sekunder yaitu berupa laporan tahunan perusahaan yang mengikuti ISRA (Indonesia
Sustainability Report Award) yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan
metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif. Penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih (Sugiyono, 2003: 11). Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah dan
Pendapatan (Revenue)
Beban(Expense):
Biaya CSR
Laba Bersih(Net Income)
Kinerja
Laporan L/R(Income Statement)
diproses lebih lanjut dengan dasar teori – teori yang telah dipelajari, data yang akan
dipakai adalah laporan tahunan perusahaan, Sustainability Report atau Corporate Social
Responsibility Report.
Untuk keperluan pengujian, diperlukan serangkaian langkah yang akan dimulai
dari: Operasional variabel, rancangan pengujian hipotesa dan metode pengumpulan data.
1.6.1 Operasional Variabel
Sesuai dengan topik penelitian, yaitu “Pengaruh Biaya Corporate Social
Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan”, maka terdapat dua variable, yaitu:
梇䢈.舂᠊萏რ萑l옕ت%97% ؐ葞რ葠l梇䢈.耀᠊萏Ꮀ萑ت옕뀁 ؓ葞Ꮀ葠ت梇䢈.耄᠊萏 萑ت옕老ؖ葞 葠ت梇䢈༮킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预濾(.᠆萏H֠萑ت옕ꀁ葞H֠葠 ࠵ت 漀(.舂᠊萏萑l옕瀁؈葞葠l梇䢈.耀᠊萏ୀ�萑ت옕䀁؋葞ୀ�葠ت梇䢈.耄舂᠊萏ᥐ萑l옕倁ؙ葞ᥐ葠l梇䢈.᠆萏ː萑ت옕퀁葞ː葠 ࠵ت 漀(.耄᠊萏H֠萑ت옕ꀁ葞H֠葠ت梇䢈.
舂᠊萏萑l옕瀁؈葞葠l梇䢈.耀᠊萏ୀ�萑ت옕䀁؋葞ୀ�葠옕ت梇䢈.耄᠊萏ฐ萑ت ؎ခ 葞ฐ葠ت梇䢈.舂᠊萏რ萑l옕 ؐ葞რ葠l梇䢈.耀᠊萏Ꮀ萑ت옕뀁 ؓ葞Ꮀ葠ت梇䢈.耄᠊萏 萑ت옕老ؖ葞
葠ت梇䢈.舂᠊萏ᥐ萑l옕倁ؙ葞ᥐ葠l梇䢈.H 萏ɀ萑يجم옕䀁葞ɀ葠يجم⡯蜀h蠀HȀ ĀЀĀ⸀ �ༀ ᄅ预ꂄ ᗾ׆ĀH֠帆 怅预蟾ꂄ
h蠀HȀĀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀ ĀĀ⸀�ༀ 䂄ᄋ预ᗾ׆Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN ĀЀĀ⸀ ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾ
Āฐ帆ႄ�怎预蟾h蠀HȀЀ׆ ĀȀĂ⸀ �ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆怐䲄蟿h蠀HȀԀ ĀĀ⸀ �ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀĀ⸀�ༀ 肄ᄖ预ᗾ׆Ā 帆肄怖预蟾h蠀HȀ܀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ
ࠀĀᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀ׆ ĀĀ⸀ ༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾Ȁ ĀĀ⡯ ⸀ ကༀ� 䂄ᄂᗾ׆Āɀ帆䂄怂㗾⡯蜀h蠀HȀĀ ĀȀĂ⸀
�ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀ ĀĀ⸀ �ༀ 䂄ᄋ预ᗾ
Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN׆ ĀЀĀ⸀ Āฐ帆ႄ�怎预蟾׆ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾh蠀HȀЀ ĀȀĂ⸀ �ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆怐䲄蟿 h蠀HȀԀ ĀĀ⸀�ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀĀ⸀ �ༀ 肄ᄖ预ᗾ
܀Ā 帆肄怖预蟾h蠀HȀ׆ ĀȀĂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ׆Āᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀࠀ ĀĀ⸀ ကༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾⡯蜀h蠀HȀ ĀЀƀ⸀�ༀ ᄅ预ꂄ ᗾ׆ĀH֠帆 怅预蟾ꂄ h蠀HȀĀ ĀȀƂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ
帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀĀ׆ Āƀ⸀ �ༀ 䂄ᄋ预ᗾ׆Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN ĀЀƀ⸀ Āฐ帆ႄ�怎预蟾h蠀HȀЀ׆ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾ ĀȀƂ⸀�ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆怐䲄蟿 h蠀HȀԀ Āƀ⸀ �ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ
帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀƀ⸀ �ༀ 肄ᄖ预ᗾ׆Ā 帆肄怖预蟾h
蠀HȀ܀ ĀȀƂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ׆Āᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀࠀ ĀĀ⸀ༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾 Ȁ ĀĀ⡯ ⸀ ကༀ� 㒄ᄈHRᗼ׆Ā࠴帆㒄怈HR俼J倀J儀J帀JȀĀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h
Biaya Corporate Social Responsibility sebagai variabel
independen.
梇䢈.舂᠊萏რ萑l옕ت%97% ؐ葞რ葠l梇䢈.耀᠊萏Ꮀ萑ت옕뀁 ؓ葞Ꮀ葠ت梇䢈.耄᠊萏 萑ت옕老ؖ葞 葠ت梇䢈༮킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预濾(.᠆萏H֠萑ت옕ꀁ葞H֠葠ت࠵漀(.舂᠊萏萑l옕瀁؈葞葠l梇䢈.耀᠊萏ୀ�萑ت옕䀁؋葞ୀ�葠ت梇䢈.耄舂᠊萏ᥐ萑l옕倁ؙ葞ᥐ葠l梇䢈.᠆萏ː萑ت옕퀁葞ː葠ت࠵漀(.耄᠊萏H֠萑ت옕ꀁ葞H֠葠ت梇䢈.
舂᠊萏萑l옕瀁؈葞葠l梇䢈.耀᠊萏ୀ�萑ت옕䀁؋葞ୀ�葠梇䢈.舂᠊萏რ萑l옕ت옕ခ؎葞ฐ葠ت梇䢈.耄᠊萏ฐ萑ت ؐ葞რ葠l梇䢈.耀᠊萏Ꮀ萑ت옕뀁 ؓ葞Ꮀ葠ت梇䢈.耄᠊萏 萑ت옕老ؖ葞
葠ت梇䢈.舂᠊萏ᥐ萑l옕倁ؙ葞ᥐ葠l梇䢈.H 萏ɀ萑يجم옕䀁葞ɀ葠يجم⡯蜀h蠀HȀ ĀЀĀ⸀ �ༀ ꂄᄅ预ᗾ׆ĀH֠帆 怅预蟾ꂄ
h蠀HȀĀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀ ĀĀ⸀�ༀ 䂄ᄋ预ᗾ׆Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN ĀЀĀ⸀ ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾ
Āฐ帆ႄ�怎预蟾h蠀HȀЀ׆ ĀȀĂ⸀ �ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆 怐䲄蟿
h蠀HȀԀ ĀĀ⸀ �ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀĀ⸀�ༀ 肄ᄖ预ᗾ׆Ā 帆肄怖预蟾h蠀HȀ܀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ
ࠀĀᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀ׆ ĀĀ⸀ ༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾Ȁ ĀĀ⡯ ⸀ ကༀ� 䂄ᄂᗾ׆Āɀ帆䂄怂㗾⡯蜀h蠀HȀĀ ĀȀĂ⸀
�ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀ ĀĀ⸀ �ༀ 䂄ᄋ预ᗾ
Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN׆ ĀЀĀ⸀ Āฐ帆ႄ�怎预蟾׆ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾh蠀HȀЀ ĀȀĂ⸀ �ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆 怐䲄蟿 h蠀HȀԀ ĀĀ⸀�ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀĀ⸀ �ༀ 肄ᄖ预ᗾ
܀Ā 帆肄怖预蟾h蠀HȀ׆ ĀȀĂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ׆Āᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀࠀ ĀĀ⸀ ကༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾⡯蜀h蠀HȀ ĀЀƀ⸀�ༀ ꂄᄅ预ᗾ׆ĀH֠帆 怅预蟾ꂄ h蠀HȀĀ ĀȀƂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ
帆炄怈䲄蟿h蠀HȀȀĀ׆ Āƀ⸀ �ༀ 䂄ᄋ预ᗾ׆Āୀ�帆䂄怋预蟾h蠀HȀN ĀЀƀ⸀ Āฐ帆ႄ�怎预蟾h蠀HȀЀ׆ༀ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ႄ�ᄎ预ᗾ ĀȀƂ⸀�ༀ ᄐ䲄ᗿ׆Āრ帆 怐䲄蟿 h蠀HȀԀ Āƀ⸀ �ༀ 낄ᄓ预ᗾ׆ĀᎰ
帆낄怓预蟾h蠀HȀ ĀЀƀ⸀ �ༀ 肄ᄖ预ᗾ׆Ā 帆肄怖预蟾h
蠀HȀ܀ ĀȀƂ⸀ �ༀ 傄ᄙ䲄ᗿ׆Āᥐ帆傄怙䲄蟿h蠀HȀࠀ ĀĀ⸀ༀ� 킄ᄂ预ᗾ׆Āː帆킄怂预㗾 Ȁ ĀĀ⡯ ⸀ ကༀ� 㒄ᄈHRᗼ׆Ā࠴帆㒄怈HR俼J倀J儀J帀JȀĀ ĀȀĂ⸀ �ༀ 炄ᄈ䲄ᗿ׆Ā帆炄怈䲄蟿h
Tingkat Laba sebagai variabel dependen.
1.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan analisis regresi dan korelasi . Analisis tersebut akan menggunakan 3 (Tiga)
ukuran dasar, yaitu :
1. Analisis Regresi yang akan digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh
biaya CSR terhadap tingkat laba perusahaan.
2. Standar Error Estimate, yang akan digunakan untuk mengetahui simpangan baku
dari variabel dependen terhadap garis regresinya.
3. Analisis Korelasi yang digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya
hubungan antara kedua variabel diatas.
1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka dibutuhkan data dan
informasi yang akan mendukung penelitian ini. Dalam usaha memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data
sekunder melalui: www.idx.co.id
2. Penelitian Kepustakaan (Library Reasearch)
Pada tahap ini penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi dan
pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan penelitian, yaitu dengan cara
membaca berbagai literatur yang mempunyai keterkaitan dengan masalah
penelitian.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Pojok Bursa Universitas Widyatama dan
Perpustakaan Universitas Widyatama. Sedangkan, waktu penelitian yang digunakan
untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan selesai.