7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis erosif akut adalah salah satu bentuk komplikasi dari gastritis (inflamasi pada lambung) yang tidak diterapi secara adekuat, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pertahanan mukosa atau resistensi mukosa terhadap ulserasi, jika faktor agresif asam-pepsin lebih banyak daripada faktor protektif pertahanan mukosa lambung. Kata “erosifdiambil dari kata “erosi” yang berarti termakan atau terkikis, ulserasi angkal atau superfisial. Sedangkan kata “akut” mempunyai arti dilihat dari waktunya, mempunyai sifat gejala yang berat dan perjalanannya singkat (Dorland, 2002). Gastritis erosif akut bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang mengakibatkan peradangan pada lambung, sehingga menyebabkan suatu erosi pada mukosa atau submukosa lambung (Hirlan, 2006).

BAB I Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

Page 1: BAB I Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis erosif akut adalah salah satu bentuk komplikasi dari gastritis

(inflamasi pada lambung) yang tidak diterapi secara adekuat, dimana faktor-faktor

yang mempengaruhi adalah pertahanan mukosa atau resistensi mukosa terhadap

ulserasi, jika faktor agresif asam-pepsin lebih banyak daripada faktor protektif

pertahanan mukosa lambung. Kata “erosif” diambil dari kata “erosi” yang berarti

termakan atau terkikis, ulserasi angkal atau superfisial. Sedangkan kata “akut”

mempunyai arti dilihat dari waktunya, mempunyai sifat gejala yang berat dan

perjalanannya singkat (Dorland, 2002). Gastritis erosif akut bukan merupakan

penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang mengakibatkan

peradangan pada lambung, sehingga menyebabkan suatu erosi pada mukosa atau

submukosa lambung (Hirlan, 2006).

Faktor pemicu timbulnya gastritis erosif akut, misalnya faktor psikologi

seperti stres, faktor iritan seperti makanan (mengandung formalin, boraks dan

pewarna tekstil), minuman (mengandung soda dan alkohol), Non Steroid Anti

Inflammatory Drug (NSAID) misalnya derivat asam salisilat (Aspirin), derivat

asam propionat (Ibupofen, Naproksen) dan lainnya (Indometasin, Diklofenak,

Nabumeton, Fenilbutazon), yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa dan

terjadi difusi balik ion H+ (Neal, 2006).

Gastritis erosif akut tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang

berbeda, menurut survei yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2008

Page 2: BAB I Revisi

menghasilkan angka mendekati 50% dari 93 pasien yang diteliti. Masyarakat

kurang sadar bahwa gastritis bisa berakibat fatal bila tidak diterapi secara adekuat,

walaupun sudah timbul gejala yang tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi

hal itu tidak membuat mereka segera memeriksakan diri ke dokter. Sekitar 90%

penderita gastritis memeriksakan ke dokter bila gejala sudah berat. Pada hasil

pemeriksaan histopatologi atau endoskopi penderita tersebut, hampir 75%

didapatkan suatu erosi atau bahkan ulkus (Depkes, 2009).

Pada saat ini, jaman semakin maju ditambah krisis ekonomi yang terus

meningkat, dimana obat medis semakin mahal membuat masyarakat berrpikir

“back to nature” untuk mencari pengobatan tradisional sebagai alternatif. Menurut

Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2005, 67,7% penduduk Indonesia lebih

memilih menggunakan obat tradisional. Terdapat sekitar 1.260 jenis tumbuhan

sebagai obat tradisional, diantaranya adalah lidah buaya atau Aloe vera (Sjabana,

2006).

Lidah buaya atau Aloe vera merupakan tanaman yang berasal dari

kawasan Afrika yang telah lama memiliki khasiat pengobatan. Lidah buaya sudah

diakui sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan sudah diteliti secara empiris

dapat menyembuhkan penyakit pada sistem pencernaan, diantaranya penyakit

pada sistem pencernaan tersebut adalah gastritis (Furnawanthi, 2002).

Khasiat penyembuhan yang dimiliki lidah buaya ini karena komponen-

komponen yang terkandung di dalamnya, yakni ; glukomannan (sejenis

polisakarida), aloin, aloktin A, aloktin B, magnesium laktat, antrakinon dan

bradikinase yang diduga dapat bersifat sebagai demulcent, antasid dan astringent

serta sebagai antibiotik alami. Selain itu komponen yang terkandung dalam lidah

Page 3: BAB I Revisi

buaya dapat merangsang pertumbuhan jaringan sel baru, meningkatkan sintesa

fibroblast dan kolagen yang berguna untuk proses penyembuhan luka

(Furnawanthi, 2002).

Lidah buaya dapat diolah dengan banyak cara, mulai dari jus sampai

“nata” lidah buaya. Jus merupakan pengolahan lidah buaya lebih menguntungkan,

ini dikarenakan jus dengan memakai blender kandungan seratnya tidak berubah

begitu pula kandungan gizinya, yang berubah hanya ukuran seratnya menjadi

kecil, ketika keluar dari blender kandungan serat dan kandungan sama dengan saat

masuk blender. Berbeda lagi dengan “juicer”, bahan tidak hanya mengalami

proses penghalusan, tetapi juga mengalami penyarian, proses ini menyebabkan

kandungan gizinya pun juga akan berkurang dan serat juga akan ikut terbuang

(Luciana, 2010).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis mencoba untuk

meneliti jus lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan kecepatan penyembuhan

gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah jus lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan kecepatan

penyembuhan gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan bahwa jus daun lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan

penyembuhan gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar).

1.3.2 Tujuan Khusus

Page 4: BAB I Revisi

1. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif

akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi

perlakuan I (lidah buaya 2 ml/tikus, satu kali sehari, pada pukul 08.00,

selama 7 hari)

2. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif

akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi

perlakuan II (lidah buaya 2 ml/tikus, dua kali sehari, pada pukul 08.00

dan 12.00, selama 7 hari)

3. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif

akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi

perlakuan III (lidah buaya 2 ml/tikus, tiga kali sehari, pada pukul

08.00, 12.00 dan 16.00, selama 7 hari)

4. Menentukan frekuensi perlakuan yang paling efektif untuk kecepatan

penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif akut tikus putih (Rattus

norvegicus strain wistar)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Penelitian dan Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui khasiat jus lidah buaya

terhadap kasus gastritis erosif akut.

1.4.2 Manfaat Institusi

1. PPD-UMM : Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya

2. DEPARTEMEN KESEHATAN : Dapat dipertimbangkan untuk obat

tradisional yang dapat dipasarkan secara luas