Upload
leny-karlina-hakim
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhh
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis erosif akut adalah salah satu bentuk komplikasi dari gastritis
(inflamasi pada lambung) yang tidak diterapi secara adekuat, dimana faktor-faktor
yang mempengaruhi adalah pertahanan mukosa atau resistensi mukosa terhadap
ulserasi, jika faktor agresif asam-pepsin lebih banyak daripada faktor protektif
pertahanan mukosa lambung. Kata “erosif” diambil dari kata “erosi” yang berarti
termakan atau terkikis, ulserasi angkal atau superfisial. Sedangkan kata “akut”
mempunyai arti dilihat dari waktunya, mempunyai sifat gejala yang berat dan
perjalanannya singkat (Dorland, 2002). Gastritis erosif akut bukan merupakan
penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang mengakibatkan
peradangan pada lambung, sehingga menyebabkan suatu erosi pada mukosa atau
submukosa lambung (Hirlan, 2006).
Faktor pemicu timbulnya gastritis erosif akut, misalnya faktor psikologi
seperti stres, faktor iritan seperti makanan (mengandung formalin, boraks dan
pewarna tekstil), minuman (mengandung soda dan alkohol), Non Steroid Anti
Inflammatory Drug (NSAID) misalnya derivat asam salisilat (Aspirin), derivat
asam propionat (Ibupofen, Naproksen) dan lainnya (Indometasin, Diklofenak,
Nabumeton, Fenilbutazon), yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa dan
terjadi difusi balik ion H+ (Neal, 2006).
Gastritis erosif akut tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang
berbeda, menurut survei yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2008
menghasilkan angka mendekati 50% dari 93 pasien yang diteliti. Masyarakat
kurang sadar bahwa gastritis bisa berakibat fatal bila tidak diterapi secara adekuat,
walaupun sudah timbul gejala yang tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi
hal itu tidak membuat mereka segera memeriksakan diri ke dokter. Sekitar 90%
penderita gastritis memeriksakan ke dokter bila gejala sudah berat. Pada hasil
pemeriksaan histopatologi atau endoskopi penderita tersebut, hampir 75%
didapatkan suatu erosi atau bahkan ulkus (Depkes, 2009).
Pada saat ini, jaman semakin maju ditambah krisis ekonomi yang terus
meningkat, dimana obat medis semakin mahal membuat masyarakat berrpikir
“back to nature” untuk mencari pengobatan tradisional sebagai alternatif. Menurut
Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2005, 67,7% penduduk Indonesia lebih
memilih menggunakan obat tradisional. Terdapat sekitar 1.260 jenis tumbuhan
sebagai obat tradisional, diantaranya adalah lidah buaya atau Aloe vera (Sjabana,
2006).
Lidah buaya atau Aloe vera merupakan tanaman yang berasal dari
kawasan Afrika yang telah lama memiliki khasiat pengobatan. Lidah buaya sudah
diakui sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan sudah diteliti secara empiris
dapat menyembuhkan penyakit pada sistem pencernaan, diantaranya penyakit
pada sistem pencernaan tersebut adalah gastritis (Furnawanthi, 2002).
Khasiat penyembuhan yang dimiliki lidah buaya ini karena komponen-
komponen yang terkandung di dalamnya, yakni ; glukomannan (sejenis
polisakarida), aloin, aloktin A, aloktin B, magnesium laktat, antrakinon dan
bradikinase yang diduga dapat bersifat sebagai demulcent, antasid dan astringent
serta sebagai antibiotik alami. Selain itu komponen yang terkandung dalam lidah
buaya dapat merangsang pertumbuhan jaringan sel baru, meningkatkan sintesa
fibroblast dan kolagen yang berguna untuk proses penyembuhan luka
(Furnawanthi, 2002).
Lidah buaya dapat diolah dengan banyak cara, mulai dari jus sampai
“nata” lidah buaya. Jus merupakan pengolahan lidah buaya lebih menguntungkan,
ini dikarenakan jus dengan memakai blender kandungan seratnya tidak berubah
begitu pula kandungan gizinya, yang berubah hanya ukuran seratnya menjadi
kecil, ketika keluar dari blender kandungan serat dan kandungan sama dengan saat
masuk blender. Berbeda lagi dengan “juicer”, bahan tidak hanya mengalami
proses penghalusan, tetapi juga mengalami penyarian, proses ini menyebabkan
kandungan gizinya pun juga akan berkurang dan serat juga akan ikut terbuang
(Luciana, 2010).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis mencoba untuk
meneliti jus lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan kecepatan penyembuhan
gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah jus lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan kecepatan
penyembuhan gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan bahwa jus daun lidah buaya (Aloe vera) meningkatkan
penyembuhan gastritis erosif akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif
akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi
perlakuan I (lidah buaya 2 ml/tikus, satu kali sehari, pada pukul 08.00,
selama 7 hari)
2. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif
akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi
perlakuan II (lidah buaya 2 ml/tikus, dua kali sehari, pada pukul 08.00
dan 12.00, selama 7 hari)
3. Mengamati kecepatan penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif
akut tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang diberi
perlakuan III (lidah buaya 2 ml/tikus, tiga kali sehari, pada pukul
08.00, 12.00 dan 16.00, selama 7 hari)
4. Menentukan frekuensi perlakuan yang paling efektif untuk kecepatan
penyembuhan (re-epitelialisasi) gastritis erosif akut tikus putih (Rattus
norvegicus strain wistar)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Penelitian dan Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui khasiat jus lidah buaya
terhadap kasus gastritis erosif akut.
1.4.2 Manfaat Institusi
1. PPD-UMM : Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya
2. DEPARTEMEN KESEHATAN : Dapat dipertimbangkan untuk obat
tradisional yang dapat dipasarkan secara luas