Upload
ngokien
View
221
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi, kondisi masyarakat akan berubah sesuai
dengan perkembangan pembangunan khususnya pembangunan kesehatan.
Dengan pembangunan dibidang kesehatan, masyarakat akan semakin
mengerti akan kesadaran pentingnya kesehatan diri sendiri.
Akurasi suatu instrument tidak sendirinya timbul dari suatu
rancangan yang baik, tetapi dipengaruhi oleh unjuk kerja (performance),
stabilitas keandalan dan biaya yang tersedia. Akurasi hanya akan timbul dari
kalibrasi yang benar, artinya hasil pengukurannya dapat ditelusur kembali ke
standard Nasional atau Internasional.
Thermometer adalah suatu alat instrument yang digunakan sebagai
alat pengukur suhu, sebelum dioperasikan untuk proses pengukuran atau
pengontrolan suhu baik di bidang peralatan kesehatan, industri, maupun
bidang penelitian, bahwa suatu thermometer harus dikalibrasi atau dilakukan
pengujian terlebih dahulu sampai terbukti memang cukup baik digunakan
dengan kata lain akan menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standart
Nasional atau Internasional.
Dari pernyataan diatas maka penulis ingin mencoba membuat suatu
alat yang berjudul ” Transparent Bath Circulators Yang Dilengkapi
Dengan Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroller AT89s51 ”. Maksud
1
11
dari pembuatan modul ini adalah menjamin hasil pengukuran suatu
thermometer agar sesuai dengan standart Nasional atau Internasional.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat diketahui permasalahan yang
ada, yaitu ketidak akurasian suatu alat instrument misalnya pada
thermometer. Oleh karena itu penulis mencoba membuat alat Transparent
Bath Circulators Yang Dilengkapi Dengan Penyimpanan Data Berbasis
Mikrokontroller AT89s51 yang berfungsi sebagai alat kalibrasi thermometer.
1.3 Batasan Masalah
Pada pembuatan tugas akhir ini , penulis hanya membatasi pada :
1.3.1 Suhu yang digunakan untuk proses pengkalibrasian adalah 30 0C
sampai dengan 50 0C.
1.3.2 untuk menampilkan data yang telah di simpan menggunakan LCD
Character 2 x 16.
1.3.3 Kalibrasi thermometer dilakukan dengan cara pencelupan yang hanya
menggunakan 3 titik untuk melakukan suatu pengkalibrasian.
1.4 Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan IC Mikrokontroller AT89s51 dapat
menyimpan data hasil kalibrasi serta ditampilkan ke LCD?
2
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Membuat alat Transparent Bath Circulators Yang Dilengkapi Dengan
Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroller AT89s51.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Membuat rangkaian selektor suhu LM 35.
1.5.2.2 Membuat rangkaian display LCD character 2 x 16.
1.5.2.3 Membuat program untuk penyimpanan data hasil kalibrasi.
1.5.2.4 Membuat rangkaian driver heater dan blower.
1.5.2.5 Mengukur suhu pada parameter 35 0C sampai 50 0C
1.6 Manfaat
1.6.1 Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
Teknik Elektromedik tentang keakurasian suatu alat instrument dengan
metode kalibrasi.
1.6.2 Manfaat Praktis
Dapat memudahkan operator dalam pengkalibrasian thermometer dan
memudahkan dalam pencatatan hasil kalibrasi dengan tampilan LCD.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Dasar
Untuk mendapatkan keakurasian suatu alat instrument seperti
thermometer perlu diperlukannya suatu alat pengkalibrasi. Setiap alat
kesehatan wajib dilakukan kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai
keluaran dan keselamatan pemakaian. Kebenaran keluaran dan keselamatan
pemakaian adalah dua hal yang utama dalam kegiatan kalibrasi dan
pengujian alat kesehatan.
kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standart ukurnya yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional untuk satuan ukuran Nasional atau Internasional.
Transparent Bath Circulators adalah suatu alat yang dapat membantu
proses kalibrasi suatu thermometer dengan menggunakan metode kalibrasi
bak cair pada rentang ukur suhu 30 0C sampai 50 0C yang mempunyai 3 titik
ukur untuk mendapatkan suhu yang stabil yakni suhu pada thermometer
sama dengan suhu setting. Serta menentukan deviasi kebenaran konvensional
nilai penunjukkan suatu instrument ukur atau deviasi dimensi nasional yang
seharusnya untuk suatu bahan ukur.
Rumus STD ( standart deviasi ) untuk kalibrasi thermometrer serta
menghitung rata-rata hasil hasil pengukuran suhu pada Thermometer :
4
4
Hitung nilai rata-rata hasil pengukuran berulang ( )
dimana :
= nilai rata-rata
n = jumlah data pengukuran
xi = jumlah nilai data pengukuran
Simpangan baku atau standar deviasi
dimana :
SD = simpangan baku/Standar Deviasi
= nilai rata-rata
n = jumlah data-data pengukuran
Laporan ketidak pastian Pengukuran diestimasikan pada tingkat
kepercayaan 95%. Transparent Bath Circulators memiliki tiga blok yakni
blok sensor yang berfungsi untuk mensensor suhu ruangan pada
Transparent Bath Circulators, blok penyimpanan data yang dilakukan oleh
IC Mikrokontroller AT89S51, blok outputan yang berupa tampilan yang
ditampilkan oleh LCD.
5
4
2.2 IC LM 35 dan Multiplekser 4052
IC LM 35 adalah IC sensor suhu yang sangat teliti terkemas dalam
bentuk Integrated Cicuit dimana output tegangan keluaran sangat linear
berpedoman pada perubahan suhu. IC LM 35 tidak memerlukan
pengkalibrasian atau penyetelan dari luar. Karena ketelitiannya sampai
lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperatur ruangan. Jangkah
sensor mulai –550C sampai dengan 1500C. LM 35 mempunyai impedansi
output sangat rendah, penggunaannya sangat mudah difungsikan sebagai
kontrol dan indikator tampilan catu daya disupplay dengan catu daya
tunggal atau dengan catu daya terbelah LM 35 dapat dilalui arus 60 A
dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah
kurang dari 00C di dalam suhu ruangan. LM seri 35 tersedia dalam
kemasan TD -46 seperti kemasan transistor LM seri 35 juga tersedia dalam
plastik TO-42.
Gambar 2.1. IC LM 35
6
U 7
L M 3 5 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
P 1 .5
P 1 . 4
U 5
4 0 5 2
X01 2
X11 4
X21 5
X31 1
Y 01
Y 15
Y 22
Y 34
E N6
A1 0
B9
X1 3
Y3
V D D1 6 V E E
7
U 7
L M 3 5 0 / TO
V IN3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A RU 7
L M 3 5 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
+ IN (A D C )
Gambar2.2 multiplekser 4052
IC 4051 merupakan IC yang difungsikan sebagai multiplexer
dengan input (masukan) 4 kanal dan output (keluaran) 1 kanal, yang
difungsikan untuk proses pemilihan suhu dari output lm 35 dengan cara
pengaktifannya memberi logika pada select AB. Logika 00 untuk
mengeluarkan data dari X0, logika 01 untuk mengeluarkan data dari X1,
dan logika 10 untuk mengeluarkan data X2.
2.3 Rangkaian ADC 0804
ADC adalah kepanjangan dari Analog to Digital Converter yang
artinya Pengubah dari analog ke digital. Fungsi dari ADC adalah untuk
mengubah data analog menjadi data digital yang nantinya akan masuk ke
suatu komponen digital yaitu mikrokontroller AT89S51. Inputan dari
ADC ini ada 2 yaitu input positif (+) dan input negatif (-). ADC 0804 ini
terdiri dari 8 bit microprocessor Analog to Digital Converter.
7
V (+) dan V (-) adalah inputan tegangan analog differensial
sehingga data tegangan yang akan diproses oleh ADC adalah selisih antara
Vi (+) dan Vi (-). Vref adalah tegangan referensi ADC yang digunakan
untuk mengatur tegangan input pada Vi+ dan Vi-. Besarnya tegangan
referensi ini adalah setengah dari tegangan input maksimal. Hal ini
beertujuan agar pada saat inputan maksimal data digital juga akan
maksimal. Frekuensi clock dari ADC dapat diatur dengan komponen R
dan C eksternal pada pin Rclk dan Cclk dengan ketentuan :
fclk = 1 / (1,1 RC)
Chip select fungsinya untuk mengaktifkan ADC yang diaktifkan
dengan logika low. Read adalah inputan yang digunakan untuk membaca
data digital hasil konversi yang aktif pada kondisi logika low. Write
berfungsi untuk melakukan starr konversi ADC diaktifkan pada kondisi
logika low. Instruksi berfungsi untuk mendeteksi apakah konversi telah
selesai atau tidak, jika sudah selesai maka pin instruksi akan mengeluarkan
logika low. Data outputan digital sebanyak 8 byte (DB0-DB7) biner 0000
0000 sampai dengan 1111 1111, sehingga kemungkinan angka desimal
yang akan muncul adalah 0 sampai 255 dapat diambil pada pin D0 sampai
D7. DB0-DB7 mempunyai sifat latching.
Vreferensi ADC =
Vresolusi ADC =
8
P 3X
U 4
A D C 0 8 0 4
+I N6-I N7
V R E F / 29
D B 711
D B 612
D B 513
D B 414
D B 315
D B 216
D B 117
D B 018
C L K R1 9
V C C / V R E F2 0
C L K IN4
IN TR5 C S
1
R D2W R3
R 4
1 0 K
C 8C A P N P
D 33 , 1 V o lt
R 52 2 0 o h m
R 6
10 K
V C C _ B A RV C C _ B A R
-
+
U 6 A
L M 3 2 4
3
21
411
V C C _ B A R
P 1 . 3
Gambar 2.3 ADC 0804
2.4 IC Mikrokontroller AT89S51
IC Mikrokontroler AT89S51 adalah komponen produksi Atmel
yang berorientasi pada kontrol dengan level logika CMOS. Komponen ini
termasuk keluarga MCS ’51. Rangkaian integrasi tersebut memiliki
perlengkapan single chip mikrokomputer. Perlengkapan yang dimaksud
adalah CPU (Central Processing Unit) yang terdiri dari komponen yang
saling berhubungan dengan komponen yang lain. Diantaranya Register,
ALU (Arithmatic Logic Unit), Unit Pengendali. Masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda-beda, antara lain :
9
V C C
1 K
1 0 u F
XTA L 1
12345678
P3
P O R TL E F T-L
1K
XTAL 1
30pF
P O R TL E F T-L
XTAL 2
S W 1
A T8 9 S 51
1 11 21 31 41 51 61 7
1 81 9
2122232425262728
29
30
3 1
3233343536373839
40
12345678
9
1 0
20
P 3 . 1 / TXDP 3 . 2 / I N T0P 3 . 3 / I N T1P 3 . 4 / T0P 3 . 5 / T1P 3 . 6 / W RP 3 . 7 / R D
XTA L 2XTA L 1
P 2 . 0 / A 8P 2 . 1 / A 9
P 2 . 2 / A 10P 2 . 3 / A 11P 2 . 4 / A 12P 2 . 5 / A 13P 2 . 6 / A 14P 2 . 7 / A 15
P S E N
A L E / P R O G
E A / V P P
P 0. 7 / A D 7P 0. 6 / A D 6P 0. 5 / A D 5P 0. 4 / A D 4P 0. 3 / A D 3P 0. 2 / A D 2P 0. 1 / A D 1P 0. 0 / A D 0
VC
CP 1 . 0 / T2P 1 . 1 / T2 E XP 1 . 2P 1 . 3P 1 . 4 / S SP 1 . 5 / M O S IP 1 . 6 / M I S OP 1 . 7 / S C K
R S T
P 3 . 0 / R XD
GN
D
V C C
1 2 M H z
V C C
XTA L 2
123456
D 1
3 0 p F
Gambar 2.4 Konfigurasi Pin AT89S51
Register
Sebagai memori sementara di dalam CPU. Beberapa register mempunyai
fungsi tertentu, seperti program counter dan code register, yang lain
bersifat lebih umum akumulator, B register. Tiap-tiap komputer memiliki
panjang kata yang merupakan karakteristik dari CPU. Seperti pada
keluarga MCS ’51 ini besarnya ditentukan oleh bus dan memori internal,
oleh karenanya mikrokontroller keluarga MCS ’51 ini memiliki
kemampuan menyimpan data 8 bit.
ALU (Arithmatic Logic Unit)
Dari namanya dapat diketahui bahwa ALU mampu menjalankan operasi
aritmatika dan logika dengan bilangan-bilangan biner. Dalam keluarga
MCS ’51 operasi ALU datanya terbatas pada jumlah bilangan biner 8 bit,
tidak sampai pada operasi floating point (angka mengambang).
10
Unit Pengendali
Unit pengendali digunakan untuk menyerempakkan kerja yang sangat
diperlukan oleh setiap prosessor. Sebuah instruksi di ambil dan di dekode,
setelah prosessor mengetahui apa yang dimaksud dengan instruksi, maka
unit pengendali akan memberikan signal pada aksi yang dimaksud.
Mikrokontroller AT89S51 memiliki beberapa fasilitas yang dapat dipakai
oleh pengguna. Fasilitas yang dimaksud antara lain :
Flash program memori ROM internal sebesar 4 Kbyte. Dengan flash
PEROM ini mikrokontroller mampu diprogram dan dihapus hingga 1000
kali.
Memori data RAM internal sebesar 128 Byte.
Kemampuan kerja clock internal dari 0 hingga 24 M Hz.
Terdapat 2 buah timer/counter yang dapat dipakai hingga 16 Bit.
Kemampuan mengalamati memori program dan data maksimum 64 Kbyte
eksternal.
Dua buah tingkat prioritas interupsi.
Lima buah interupsi, yaitu 2 buah interupsi eksternal dan 3 buah interupsi
internal.
Empat buah I/O masing-masing 8 Bit.
Port serial full duplex UART (Universal Asincronous Receive Transmit),
dengan kemampuan pendeteksian kesalahan.
Mode pengontrolan daya, yaitu :
Mode Idle (daya akan berkurang jika CPU dikehendaki stand by).
11
Mode Power Down (oscillator berhenti yang berarti daya akan berkurang
karena intruksi yang dieksekusi menghendaki power down).
Pengembalian ke mode normal setelah power down karena adanya
interupsi.
Dapat diprogram per bit sehingga pemrograman akan lebih leluasa dan
efektif.
Dalam IC program AT89S51 terdapat beberapa port dan program-program
lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Port 0.
Port 0 adalah 8 bit open drain bi-directional port 1/0. Pada saat sebagai
port out, tiap pin dapat dilewatkan ke 8 input TTL. Ketika logika 1
dituliskan pada port 0, maka pin-pin ini dapat digunakan sebagai input
yang berimpedansi tinggi. Port 0 dapat dikonfigurasikan untuk dimultiplex
sebagai jalur data/address bus selama membaca program external dan
memori data. Pada mode ini P0 mempunyai internal pull up. Port 0 juga
menerima kode bit selama pemrograman flash. Dan megeluarkan kode bit
selama verifikasi program.
Port 1.
Port 1 adalah 8-bit bi-directional Port 1/0 denga internal pull up. Port 1
mempunyai buffer output yang dapat dihubungkan dengan 4 TTL input.
Ketika logika 1 dituliskan ke port 1, pin ini dipull high dengan
menggunakan internal pull up dan dapat digunakan sebagai input. Ketika
sebagai input, pin port 1 yang secara eksternal dipull low akan
12
mengalirkan arus 1 L karena internal pull up. Port 1 juga menerima
address bawa selama pemrograman flash dan verifikasi.
Port 2.
Port 2 adalah 8 bit bi-directional port 1/0 dengan internal pull up. Port 2
output buffer dapat melewatkan 4 TTL input. Ketika logika 1 dituliskan ke
port 2, maka mereka dipull high dengan internal pull up dan dapat
digunakan sebagai input.
Port 3.
Port 3 adalah 8 bit bi-directional port 1/0 dengan internal pull up. Output
buffer dari port 3 dapat dilewati 4 input TTL. Ketika logika 1 dituliskan ke
port 3 maka mereka akan dipull high dengan internal pull up dan dapat
digunakan sebagai input. Port 3 juga mempunyai berbagai macam fungsi
atau fasilitas. Port 3 juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk
pemrograman flash dan verifikasi.
RST.
Input reset. Logika high pada pin ini akan mereset siklus mesin.
ALE/PROG.
Pulsa Output Address Latch Enable digunakan untuk lacthing bit bawah
dari address selama mengakses ke eksternal memori. Pin ini juga
merupakan input pulsa program selama pemrograman flash. Operasi
normal dari ALE dikeluarkan pada laju konstan 1/6 dari frekuensi
oscilator, dan dapat digunakan untuk pewaktu eksternal atau pemberian
pulsa. Jika dikehendaki, operasi ALE dapat di disable dengan memberikan
13
setting bit 0 dari SFR pada lokasi 8 EH. Dengan bit set, ALE dapat
diaktifkan selama instruksi M0VX atau MOVC. Dengan mensetting ALE
disabled, tidak akan mempengaruhi jika mikrokontroler pada mode
eksekusi eksternal.
Port Pin Alternate Functions.
P3.0 RXD (serial input port).
P3.1 TXD (serial output port).
P3.2 INT0 (eksternal interupt 0).
P3.3 INT1 (eksternal interup 1).
P3.4 T0 (timer 0 eksternal input).
P3.5 T1 (timer 1 eksternal input).
P3.6 WR (eksternal data memori write strobe).
P3.7 RD (eksternal data memori read strobe).
PSEN.
Program store enable merupakan sinyal yang digunakan untuk membaca
program pada memori eksternal. Ketika 89s51 mengeksekusi kode dari
program memori eksternal, PSEN diaktifkan 2 kali setiap siklus mesin,
kecuali bahwa 2 aktifasi PSEN terlewati selama pembacaan ke memori
data eksternal.
EA/VPP.
Eksternal Access enable. EA harus diposisikan ke GND untuk
mengaktifkan divais untuk mengumpankan kode dari program memori
yang dimulai pada lokasi 0000H sampai dengan FFFFH. EA harus
14
diposisikan ke VCC untuk eksekusi program internal. Pin ini juga
menerima tegangan pemrograman 12 Volt (VPP) selama pemrograman
flash.
XTAL 1.
Input oscilator inverting amplifier dan input untuk internal clock untuk
pengoperasian 2.
XTAL 2.
Output dari inverting oscilator amplifier
2.5 Liquid Crystal Display (LCD)
LCD adalah sebuah display dot matrix yang difungsikan untuk
menampilkan tulisan berupa angka atau huruf sesuai dengan yang diinginkan
(sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya). Pada tugas
akhir ini penulis menggunakan LCD dot matrix dengan kharakter 4 x 16,
sehingga kaki-kakinya berjumlah 16 pin.
Gambar 2.5 karakter LCD
LCD yang penulis gunakan adalah M1632, yang digunakan untuk
menampilkan hasil konsentrasi. LCD ini hanya memerlukan daya yang
15
sangat kecil, tegangan yang dibutuhkan juga sangat rendah yaitu +5 VDC.
Panel TN LCD untuk pengaturan kekontrasan cahaya pada display dan
CMOS LCD drive sudah terdapat di dalamnya. Semua fungsi display dapat
dikontrol dengan memberikan instruksi dan dapat dengan mudah dipisahkan
oleh MPU. Ini membuat LCD berguna untuk range yang luas dari terminal
display unit untuk mikrokomputer dan display unit measuring gages.
Tabel 2.2. Fungsi Pin Pada LCD
No. Symbol Level Keterangan1 Vss - Dihubungkan ke 0 V (Ground)
2 Vcc -Dihubungkan dengan tegangan supply +5V dengan toleransi ± 10%.
3 Vee - Digunakan untuk mengatur tingkat kontras LCD.
4 RS H/L Bernilai logika ‘0’ untuk input instruksi dan bernilai logika ‘1’ untuk input data.
5 R/W H/L Bernilai logika ‘0’ untuk proses ‘write’ dan bernilai logika ‘1’ untuk proses ‘read’.
6 E H Merupakan sinyal enable. Sinyal ini akan aktif pada failing edge dari logika ‘1’ ke logika ‘0’.
7 DB0 H/L Pin data D08 DB1 H/L Pin data D19 DB2 H/L Pin data D210 DB3 H/L Pin data D311 DB4 H/L Pin data D412 DB5 H/L Pin data D513 DB6 H/L Pin data D614 DB7 H/L Pin data D7
15 V+BL - Back Light pada LCD ini dihubungkan dengan tegangan sebesar 4 – 4,2 V dengan arus 50 – 200 mA
16 V-BL - Back Light pada LCD ini dihubungkan dengan ground
Cara kerja menjalankan LCD :
Langkah 1 : Inisialisasi LCD.
Langkah 2 : Arahkan pada alamat yang dikehendaki (lihat tabel alamat).
16
Langkah 3 : Tuliskan data ke LCD, maka karakter akan tampil pada alamat
tersebut.
Beberapa fungsi instruksi dari LCD, yaitu :
1. Display Clear.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2.6 Rangkaian MOC3020
IC MOC 3020 adalah sebuah komponen berupa infrared emitting dioda
dan sebuah lighting actived triac driver yang terdapat dalam satu chip IC
dengan 6
pin. Ic ini digunakan untuk mentrigger Triac, sehingga melindungi rangkaian
kontrol lain dari kejutan listrik.
Gambar 2.6 IC MOC3020
U 8M O C 3 0 20
1
2
64
Q 1P N P B C E
Q 3Q 4 0 0 8 L 4 / TO
R 3
R E S I S TO R
R 8
R E S I S TO R
P 1 . 2
V C C _ B A R R 1 2
R E S I S TO R
C 20, 2 7 m F / 2 50 V
HEATER
Gambar 2.7 Rangkaian Driver Heater
17
2
1
4
6
Triac adalah merupakan pirani gelombang penuh, yang mempunyai
tingkat yang terbatas seperti halnya pada SCR. Triac ini mampu bekerja pada
tegangan 400V dengan arus maksimal 8 A.
Gambar di atas menunjukkan tiga hubungan Triac yang disebut
terminal utama 1, terminal 2 dan gate. Polaritas gate diukur dari gate ke
terminal utama 1. Sebuah Triac dapat disulut oleh pulsa gate baik positif
maupun negatif terhadap terminal 1. Juga terminal 2 dapat positif atau
negatif terhadap terminal utama 1 ketika trigger terjadi. Tabel dibawah ini
merupakan ringkasan cara penyulutan pada Triac. Cara pertama
membandingkan pada penyulutan SCR. Tiga cara lain memerlukan arus gate.
Tabel 2.3 Cara Penyulutan Triac
Mode G ke M1 M1 ke M2 Sensitivitas gate
1
2
3
4
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedangkan bentuk gelombang dari triac sebagai berikut :
Gambar 2.8 Triac Digunakan Untuk merubah arus
18
Triac sangat cocok untuk switching daya AC yang rendah dan menengah.
Kebanyakan Triac didesain untuk frekuensi 50 sampai 450 Hz dan membuat
switch statis yang baik di atas range frekuensi ini
19
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Diagram Blok
Gambar 3.1 Diagram Blok
3.2 Cara Kerja Diagram Blok
Pertama kita melakukan penyettingan suhu yang telah ditentukan,
kemudian tekan tombol start maka heater dan blower akan bekerja. LM 35
berfungsi untuk mensensor suhu pada prub acuan dan pada prub geser yang
diletakkan ke dalam ruangan bak cair, output dari LM 35 masuk ke
ADC
BLOWER
Sensor Prub Acuan
HEATERSensor Prub
Geser
Multiplexer4052
ICMIKROAT89s51
LCD CHARACTER 2 x 16
DRIVER RELAY
DRIVER RELAY
KEYPAD 4 x 4
20
Sensor Suhu Ruangan
1820
rangkaian multiplexer 4052 yang mempunyai inputan 4 kanal dan outputan 1
kanal lalu di inputkan ke ADC secara bergantian untuk di conversikan dari
tegangan analog menjadi tegangan digital. Jika suhu sensor sama dengan
suhu setting maka tekan tombol simpan untuk diperoleh data kestabilan suhu
kemudian akan ditampilkan penyimpanan data tersebut pada LCD.
21
3.3 Diagram Alir
22
Start
Tampilkan ADC0
Matikan Heater
Hidupkan Heater
Baca ADC0
YES
Baca ADC1
Tampilkan ADC1
Tampilkan ADC0
Baca ADC1
Tampilkan ADC1
D
Setting Suhu
Baca Sensor
Suhu Sensor = Suhu Setting
NO
A
TekanEnter
yes
NO
Baca ADC0
Kontrol Suhu
Kontrol Suhu A
Input Data Hasil Baca Air Raksa (Keypad T1)
Save ADC0,ADC1,Input
keypadT1
Kontrol Suhu
B
Gambar 3.2 Diagram Alir
23
Input Data Hasil Baca Air Raksa (Keypad T2)
Save ADC0,ADC1,Input
keypadT2
TekanEnter
yes
NO
B
Baca ADC0
Tampilkan ADC0
Baca ADC1
Tampilkan ADC1
Input Data Hasil Baca Air Raksa (Keypad T3)
Save ADC0,ADC1,Input keypadT3 C
Kontrol Suhu
C
NO
TekanEnter
Pengukuran 5x
yesyes
D
NO
Buka Data Ke-i
End
3.4 Cara Kerja Diagram Alir
Proses dimulai dengan tombol start, kemudian LCD on setelah itu
melakukan penyettingan suhu yang diinginkan misal setting suhu 35 ºC maka
data setting akan dibandingkan dengan data ADC, bila suhu setting tidak
sama dengan suhu sensor maka heater akan on, tapi jika suhu setting sama
dengan suhu sensor maka heater akan off, setelah heater off baca ADC0 dan
ADC1 kemudian ditampilkan ke LCD setelah itu inputkan data T1 maka data
ADC0, ADC1 dan input keypad T1 akan disimpan di RAM, jika proses
penyimpanan selesai tekan tombol enter untuk melakukan pengukuran T2
dan T3 prosesnya sama dengan pengukuran T1, pengukuran ini dilakukan
sebanyak 5 kali pengukuran jika pengukuran selesai tekan tombol up untuk
buka data sebanyak 5 kali kemudian proses selesai.
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian dan pembuatan modul ini, penulis terlebih dahulu
mengadakan persiapan untuk kelancaran jalannya proses pembuatan dan
pengamatan yang meliputi di bawah ini :
1. Mempelajari teori – teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas melalui studi kepustakaan.
2. Mempelajari dan merancang teknis pembuatan modul tersebut.
3. Merencanakan anggaran biaya pembuatan modul.
4. Membuat blok diagram dengan perancangan secermat
mungkin.
5. Membuat diagram alir sebagai urutan cara kerja alat.
6. Menyiapkan bahan berupa komponen, box dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembuatan modul.
7. Membuat jadwal kegiatan untuk mengatur waktu pembuatan
modul.
4.2 Jenis Penelitian
Penelitian dan pembuatan modul ini menggunakan metode
eksperimental murni, yaitu membuat alat “ Transparent Beth Circulators
25
Yang Dilengkapi Dengan Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroler
AT89s51.”
4.3 Variabel Bebas
4.3.1 Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas adalah Mikrokontroller AT 89s51
karena Mikrokontroller AT 89s51 ini tidak tergantung dan tidak
dikontrol oleh rangkaian lain. Mikrokontroller AT 89s51 ini hanya
mendapat input Vcc +5 Volt dan ground.
4.3.2 Variabel Tergantung
Sensor suhu merupakan variabel tergantung karena nilainya
tergantung dari suhu pada prub acuan dan prub geser yang terletak
dalam bak cair pada Transparent Bath Circulators .
4.3.3 Variabel Terkendali
Sebagai variabel terkendali antara lain ADC 0804, heater,
blower dan LCD.
4.4 Definisi Operasional Variabel
Dalam kegiatan operasionalnya, variabel–variabel yang digunakan
dalam perencanaan pembuatan modul, baik variabel terkendali, tergantung
dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain :
Mikrokontroler AT 89s51 berfungsi sebagai pengontrol seluruh
sistem/blok.
26
25
Sensor LM 35 sebagai sensor pada Thermometer acuan dan
thermometer yang di geser.
Heater berfungsi untuk memanaskan air yang berada dalam bak cair
pada Transparent Bath Circulators.
Blower berfungsi untuk mensirkulasikan panas heater.
LCD berfungsi untuk menampilkan data yang telah di simpan.
4.5 Daftar Komponen
Adapun komponen-komponen penting yang akan digunakan dalam
pembuatan modul, antara lain :
IC Mikrokontroller AT 89C51
ADC 0804
LCD 2 X 16
LM 35
Multiplexer 4052
Resistor
Relay
Heater
Blower
4.6 Peralatan Yang Dipergunakan
Sebagai sarana pendukung dalam pembuatan tugas akhir ini dapat
kami sebutkan sebagai berikut :
Solder listrik
27
Soldering pump
Timah
Bread board
PCB
Tool set
Multimeter
4.7 Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan yang ditempuh dalam pembuatan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari informasi dan referensi tentang alat yang direncanakan.
2. Merancang wiring diagram dari blok diagram yang direncanakan.
3. Menyiapkan komponen dan peralatan yang dibutuhkan.
4. Melakukan percobaan–percobaan sementara pada project board.
5. Me-layout wiring diagram ke papan PCB.
6. Melakukan pengukuran dan pengujian.
4.8 Waktu Dan Tempat
Tempat pelaksanaan pembuatan modul direncanakan di lingkungan
kampus Jurusan Teknik Elektromedik POLTEKKES Surabaya serta
mengkondisikan kepentingan yang ada. Waktu pelaksanaan direncanakan
mulai bulan Oktober 2007 hingga batas waktu yang ditentukan.
28
4.9 Foto Alat
4.9.1 Rancangan Bok Liquith Bath
Letak sensor III Letak sensor II
Blower Thermometer II
Tinggi: 35 cm Sensor suhu
Thermometer I Lebar : 25 cm
Panjang : 35 cm Heater
Gambar 4.1 Rancangan Bok Liquith Bath
4.9.2 Rancangan Bok Kontrol
Output sensor
Indikator led LCD 4 x 16
Tinggi : 8 cm Tombol on / off
Keypad 4 x 4
Lebar : 20 cm Panjang : 10 cm
Gambar 4.2 Rancangan Bok Kontrol
29
4.9.3 Gambar Bok Kontrol
Gambar 4.3 Bok Kontrol
4.9.4 Gambar Liquith Bath
Gambar 4.4 Liquith Bath
30
4.9.5 Gambar Transparent Bath Circulators
Gambar 4.5 Transparent Bath Circulators
4.9 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal kalender Akademik
yang ada di Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan
KET SEP
2007
OKT
2007
NOV
2007
DES
2007
JAN
2008
FEB
2008
MAR
2008
APR
2008
MEI
2008
JUN
2008
JUL
2008
Penyusunan proposal
X X X
Pembuatan modul
X X X X X
Pembuatan KTI X X X
Ujian Seminar X X
Ujian sidang dan Perbaikan KTI
X
Laporan akhir KTI
X
31
BAB V
HASIL DAN ANALISA DATA
5.1 Data Alat
Nama : TRANSPARENT BATH CIRCULATORS DILENGKAPI
PENYIMPANAN DATA BERBASIS
MIKROKONTROLLER AT89s51
Voltase : 220 Vac
Supply : - Mikro : 5Vdc
- ADC : 5Vdc
- Water Pump : 220Vac
- Heater : 220Vac
5.2 Pengujian Dan Pengukuran Modul
Setelah membuat modul maka perlu diadakan pengujian dan
pengukuran. Untuk itu penulis mengadakan pendataan melalui proses
pengukuran dan pengujian. Tujuan pengukuran dan pengujian adalah untuk
mengetahui ketepatan dari pembuatan modul yang penulis lakukan atau untuk
memastikan masing-masing bagian ( komponen ) dari rangkaian modul yang
di maksud telah bekerja sesuai dengan fungsinya seperti yang telah
direncanakan.
32
32
Langkah-langkah pengukuran dan pengujian modul ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan terutama alat ukur.
2. Merapikan kabel-kabel atau membungkusnya jadi satu dengan
menggunakan selang agar rapid an agar tidak terjadi konsleting pada alat
kita pada saat di lakukan uji coba.
3. Menyiapkan tabel untuk mencatat hasil pengukuran
4. Melakukan pengecekan terhadap masing-masing jalur rangkaian pada PCB
tentang ketepatan komponen koneksi pin-pin pada IC.
5. Menguji alat dengan mengadakan pengukuran terhadap output masing-
masing bagian ( Test point ) sesuai pengukuran yang telah kita lakukan.
6. Mencatat hasil pengukuran dalam table yang telah disediakan.
5.3 Hasil Pengujian Dan Pengukuran Modul
Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Transparent Bath
Circulators di Lengkapi Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroller
AT89s51 penulis menggunakan keseluruhan dari data yang penulis peroleh
pada blok sensor suhu.
Tabel 5.3.1. Hasil Pengukuran Kinerja Sensor 1 ( Kontrol Suhu )
Parameter SetMedia( 0C )
Pembacaan Pada Alat ( Sensor 1 )Simpanga
n
% Error STD UA U95
X1 X2 X3 X4 X5
35 35,3 35,5 35,2 36,1 35,8 34,9 35,5 -0,5 -1,42 0,47 0,21 0,5440 40,4 40,3 39,8 40,5 40,7 40,1 40,28 -0,28 -0,7 0,34 0,15 0,4045 45,7 45,2 45,4 44,8 45,7 46 45,42 -0,42 -0,93 0,46 0,20 0,5250 51,8 50,1 50,2 50,4 50,5 49,9 50,22 -0,22 -0,44 0,23 0,10 0,27
33
Keterangan :
1. N : Jumlah Data
2. = Rata – rata
Rata-rata dalam perkataan sehari-hari, orang sudah menafsirkan dengan
rata-rata hitung. Dan arti sebenarnya adalah bilangan yang didapat dari
hasil pembagian jumlah nilai data oleh banyaknya data dalam kumpulan
tersebut
Rata – Rata ( ) =
3. Standart deviasi
Standart deviasi adalah suatu nilai yng menunjukan tingkat (derajat)
variasi kelompok data atau ukuran standart penyimpangn dari meannya.
Standart Deviasi (STD) =
4. Error (rata-rata simpangan)
Error (rata-rata simpangan) adalah selisih antara mean terhadap masing –
masing data
Error =
%Error = x 100%
5. UA (Ketidakpastian)
6. U95
34
U95 adalah hasil dari perkalian antara ketidakpastian dengan 2,57 (sudah
ketetapan)
U95 = UA x 2,57
Analisa Perhitungan Sensor 1 ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 35 0C:
1. Suhu setting = 35 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 35 – 35,5 = - 0,5
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor I
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,42 %
Kesalahan ( Error % ) -1,42 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
35
5. Standart Deviasi =
=
= 0,15
6. UA =
=
= 0,21
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,21, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,21.
7. U95 = UA x 2,57
= 0,21 x 2,57
= 0,54
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor 1 ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 40 0C:
36
1. Suhu setting = 40 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 40 – 40,28 = - 0,28
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor I
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,7 %
Kesalahan ( Error % ) -0,7 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,34
37
6. UA =
=
= 0,15
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,15, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,15.
8. U95 = UA x 2,57
= 0,15 x 2,57
= 0,40
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor 1 ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 45 0C:
1. Suhu setting = 45 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 45 – 45,42 = - 0,42
38
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor I
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,93 %
Kesalahan ( Error % ) -0,93 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,46
6. UA =
=
= 0,20
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,20, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,20.
9. U95 = UA x 2,57
39
= 0,20 x 2,57
= 0,52
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor 1 ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 50 0C:
1. Suhu setting = 50 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 50 – 50,22 = - 0,22
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor I
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,44 %
Kesalahan ( Error % ) -0,44 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
40
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,25
6. UA =
=
= 0,10
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,10, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,10.
7. U95 = UA x 2,57
= 0,25 x 2,57
= 0,27
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
41
Tabel 5.3.2. Hasil Pengukuran Kinerja Sensor II ( Baca Suhu Ruang )
Parameter SetMedia( 0C )
Pembacaan Pada Alat ( Sensor 2 )Simpanga
n
% Error STD UA U95
X1 X2 X3 X4 X5
35 35,3 34,9 35 35,,3 35,3 34,9 35,025 -0,02 -0,07 0,18 0,09 0,2440 40,4 40,3 40,7 40,5 39,7 40,1 40,26 -0,26 -0,65 0,38 0,17 0,4445 45,7 45,7 46,5 44,8 45,2 46 45,64 -0,64 -1,42 0,66 0,29 0,7650 51,8 50,1 50,2 49,8 50,5 49,9 50,1 -0,1 -0,2 0,27 0,12 0,31
Analisa Perhitungan Sensor II ( Baca Suhu Ruang ) Pada Suhu 35 0C:
1. Suhu setting = 35 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 35 – 35,025 = - 0,02
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor II
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,07 %
Kesalahan ( Error % ) -0,07% sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
42
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,18
6. UA =
=
= 0,09
7. U95 = UA x 2,57
= 0,09 x 2,57
= 0,24
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor II (Baca Suhu Ruang) Pada Suhu 40 0C:
1. Suhu setting = 40 C
43
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 40 – 40,26 = - 0,26
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor I
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,65 %
Kesalahan ( Error % ) -0,65 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,17
6. UA =
44
=
= 0,17
7.U95 = UA x 2,57
= 0,17 x 2,57
= 0,44
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor II (Baca Suhu Ruang) Pada Suhu 45 0C:
1. Suhu setting = 45 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 45 – 45,64 = - 0,42
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor II
4. Kesalahan (Error%) =
45
= = -1,42 %
Kesalahan ( Error % ) -1,42 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,29
6. UA =
=
= 0,27
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,27, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,27.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,27 x 2,57
= 0,76
46
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor II ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 50 0C:
1. Suhu setting = 50 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 50 – 50,1 = - 0,1
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor II
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,2 %
Kesalahan ( Error % ) -0,2 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
47
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,29
6. UA =
=
= 0,27
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,27, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,27.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,27 x 2,57
= 0,31
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
48
Tabel 5.3.3. Hasil Pengukuran Kinerja Sensor III ( Baca Suhu Ruang )
Parameter SetMedia( 0C )
Pembacaan Pada Alat ( Sensor 3 )Simpanga
n
% Error STD UA U95
X1 X2 X3 X4 X5
35 35,3 34,9 35 35 35,3 35 35,04 -0,04 -0,11 0,15 0,06 0,1740 40,4 40,3 40,7 40,5 41,3 40,1 40,58 -0,58 -1,45 0,46 0,20 0,5245 45,7 45,7 45,9 44,8 45,2 46 45,52 -0,52 -1,15 0,50 0,22 0,5850 51,8 50,1 50,2 49,8 51,5 50,8 50,48 -0,48 -0,96 0,67 0,30 0,77
Analisa Perhitungan Sensor III ( Baca Suhu Ruang ) Pada Suhu 35 0C:
1. Suhu setting = 35 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 35 – 35,04 = - 0,04
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor III
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,04 %
Kesalahan ( Error % ) -0,04% sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
49
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,15
6. UA =
=
= 0,06
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,06, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,06.
7. U95 = UA x 2,57
= 0,06 x 2,57
= 0,17
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
50
Analisa Perhitungan Sensor III (Baca Suhu Ruang) Pada Suhu 40 0C:
1. Suhu setting = 40 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 40 – 40,58 = - 0,58
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor III
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,45 %
Kesalahan ( Error % ) -1,45 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,50
51
6. UA =
=
= 0,20
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,20, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,20.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,17 x 2,57
= 0,52
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor III (Baca Suhu Ruang) Pada Suhu 45 0C:
1. Suhu setting = 45 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 45 – 45,52 = - 0,42
52
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor III
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,15 %
Kesalahan ( Error % ) -1,15 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,50
6. UA =
=
= 0,22
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,22, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,22.
7.U95 = UA x 2,57
53
= 0,22 x 2,57
= 0,58
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Sensor III ( Kontrol Suhu ) Pada Suhu 50 0C:
1. Suhu setting = 50 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 50 – 50,48 = - 0,48
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran pada
sensor III
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,96 %
Kesalahan ( Error % ) -0,96 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
54
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,67
6. UA =
=
= 0,30
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,30, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,30.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,27 x 2,57
= 0,77
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan
55
Tabel 5.3.4. Hasil Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan
Pemanasan 30 Menit Dan Pergeseran 1 Menit
Parameter SetMedia( 0C )
Pembacaan Pada Alat Simpanga
n
% Error STD UA U95
X1 X2 X3 X4 X5
35 35,3 35,6 35,6 35,5 36,2 35 35,58 -0,58 -1,65 0,42 0,19 0,4940 40,4 40,3 40,7 40,7 39,8 40,1 40,32 -0,32 -0,8 0,39 0,17 0,4445 45,7 45,7 45,7 44,9 45 46,2 45,5 -0,5 -1,11 0,54 0,24 0,6250 51,8 50,1 50,2 51,5 51,5 50,8 50,82 -0,82 -1,64 0,67 0,30 0,77
Analisa Perhitungan Menggunakan Pemanasan 30 Menit Dan
Pergeseran 1 Menit Pada Suhu 35 0C:
1. Suhu setting = 35 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 35 – 35,58 = - 0,58
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran
menggunakan pemanasan 30 menit dan
pergeseran 1 menit
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,65 %
56
Kesalahan ( Error % ) -1,65 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,42
6. UA =
=
= 0,19
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,19, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,19.
7. U95 = UA x 2,57
= 0,19 x 2,57
= 0,49
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
57
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Pemanasan 30 Menit Dan Pergeseran 1 Menit Pada
Suhu 40 0C :
1. Suhu setting = 40 C
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 40 – 40,32 = - 0,32
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran
menggunakan pemanasan 30 menit dan
pergeseran 1 menit
4. Kesalahan (Error%) =
= = -0,8 %
Kesalahan ( Error % ) -0,8 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
58
5. Standart Deviasi =
=
= 0,39
6. UA =
=
= 0,17
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,17, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,17.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,17 x 2,57
= 0,44
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Pemanasan 30 Menit Dan Pergeseran 1 Menit Pada
Suhu 45 0C:
1. Suhu setting = 45 C
59
2. Rerata =
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 45 – 45,5 = - 0,5
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran
menggunakan pemanasan 30 menit dan
pergeseran 1 menit
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,11 %
Kesalahan ( Error % ) -1,11 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
60
= 0,54
6. UA =
=
= 0,24
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,24, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,24.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,24 x 2,57
= 0,62
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
Analisa Perhitungan Pemanasan 30 Menit Dan Pergeseran 1 Menit Pada
Suhu 50 0C:
1. Suhu setting = 50 C
2. Rerata =
61
= C
3. Koreksi = Suhu setting – Rerata
= 50 – 50,82 = - 0,82
Koreksi ini didapat dari selisih antara suhu setting
dengan rata-rata dari hasil pengukuran
menggunakan pemanasan 30 menit dan
pergeseran 1 menit
4. Kesalahan (Error%) =
= = -1,64 %
Kesalahan ( Error % ) -1,64 % sedangkan tingkat
kepercayaan pada alat ini adalah 95 % dan tingkat
kesalahannya sebesar 10 %. Jadi alat ini layak
digunakan karena masih dibawah tingkat
kesalahan 10%.
5. Standart Deviasi =
=
= 0,67
62
6. UA =
=
= 0,30
Ketidakpastian pengukuran pada pengukuran ini ± 0,30, jadi pada saat
pengukuran tersebut pembacaannya akan naik atau turun sebesar 0,30.
7.U95 = UA x 2,57
= 0,27 x 2,57
= 0,77
U95 adalah hasil pengukuran dari perkalian antara ketidakpastian
dengan 2,57 ( sudah ketetapan ) dan merupakan ketidakpastian
pengukuran yang dicantumkan diestimasikan pada tingkat kepercayaan
95 % dengan faktor cakupan k = 2. jadi apabila pada perhitungan U95
tidak melebihi faktor cakupan k = 2 maka alat itu layak digunakan.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Rangkaian Keseluruhan
63
Tit le
S ize D o c u m en t N um b er R e v
D a te : S h e e t o f
< D oc > < R ev C od e >
< Tit le >
A 4
1 1Tue s da y , J u n e 2 4 , 2 0 0 8
W R
U 7
LM 35 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
J 5C O N 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
D 4
D IO D E
R 7R E S I S TO R V A R
K E Y P A D 4 X4
U 3
A T8 9 S 8 2 52
R S T9
XTA L 21 8 XTA L 11 9
P S E N2 9A L E / P R O G3 0
E A /V P P3 1
V C C4 0
P 1 . 0/ T21
P 1 . 1/ T2 -E X2
P 1 . 23
P 1 . 34
P 1 . 4/ S S5
P 1 . 5/ M O S I6
P 1 . 6/ M I S O7
P 1 . 7/ S C K8
P 2 . 0 /A 82 1
P 2 . 1 /A 92 2
P 2 . 2/ A 102 3
P 2 . 3/ A 112 4
P 2 . 4/ A 122 5
P 2 . 5/ A 132 6
P 2 . 6/ A 142 7
P 2 . 7/ A 152 8
P 3 .0 / R XD1 0
P 3 . 1 / TXD1 1
P 3 . 2 / I N T01 2
P 3 . 3 / I N T11 3
P 3 . 4 / T01 4
P 3 . 5 / T11 5
P 3 . 6/ W R1 6
P 3 .7 / R D1 7
P 0 . 0/ A D 03 9
P 0 . 1/ A D 13 8
P 0 . 2/ A D 23 7
P 0 . 3/ A D 33 6
P 0 . 4/ A D 43 5
P 0 . 5/ A D 53 4
P 0 . 6/ A D 63 3
P 0 . 7/ A D 73 2
V C C _ B A R
D 1D IO D E
V C C _ B A R
C 5
C A P N PC 6
C A P N P
Y 1C R Y S TA L
P 1 . 5
P 1 .4
S W 1P B
R 1
R E S IS TO R
Q 'H
C 7C A P
R 2R E S IS TO R
J 3
C O N 6
123456
V C C _ B A R
V C C _B A R
V C C _ B A R
V C C _ B A R
U 8M O C 30 2 0
1
2
64
Q 1P N P B C E
Q 2P N P B C E
Q 3Q 4 00 8 L 4 /TO
Q 4Q 4 00 8 L 4 /TO
R 3
R E S IS TO R
R 8
R E S I S TO R
R 9
R E S I S TO RR 1 0
R E S IS TO RU 9M O C 30 2 0
1
26
4
U 5
4 05 2
X01 2
X11 4
X21 5
X31 1
Y 01
Y 15
Y 22
Y 34
E N6
A1 0
B9
X1 3
Y3
V D D1 6 V E E
7
P 1 . 7
P 1 . 2
V C C _ B A R
V C C _ B A R
R 11
R E S I S TO R
R 12
R E S I S TO R
0 ,2 7 M /2 5 0 V
C 20 ,2 7 m F /2 5 0 V
HEATER
M G 1
W A TE R P U M P
12
U 4
A D C 0 8 04
+ IN6-I N7
V R E F /29
D B 71 1
D B 61 2
D B 51 3
D B 41 4
D B 31 5
D B 21 6
D B 11 7
D B 01 8
C L K R1 9
V C C / V R E F2 0
C L K I N4
IN TR5 C S
1
R D2W R3
U 7
L M 35 0 /TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A RU 7
L M 35 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
R 4
R E S I S TO R C 8C A P N P
D 3D IO D E Z E N E R
R 5R E S I S TO R
R 6R E S I S TO R V A R
V C C _ B A RV C C _ B A R
-
+
U 6 A
L M 32 4
3
21
411
V C C _ B A R
D 2
L E D
P 1. 3
Gambar 6.1 Rangkaian Keseluruhan
6.1.1 Cara kerja Rangkaian
Tegangan dari jala-jala listrik masuk ke supply untuk disearahkan
menjadi tegangan DC, Tekan tombol on / off untuk menjalankan program.
Setelah itu lakukan penyettingan suhu, misal suhu yang disetting 35. LM
35 sebagai sensor suhu I, suhu II, suhu III, suhu I digunakan sebagai
pengontrol suhu sedangkan suhu II dan III akan bekerja membaca suhu
ruangan pada transparent bath circulators yang kemudian datanya
dimasukkan kemultiplekser 4052 yang memiliki inputan 4 dan outputan
2.Multiplexer ini berfungsi sebagai saklar dan cara pengaktifannya dengan
memberi logika pada select AB. Logika 00 untuk mengeluarkan data dari
X0, logika 01 untuk mengeluarkan data dari X1, logika 10 untuk
mengeluarkan data X2. Kemudian Output dari multiplekser diinputkan ke
64
58
65
ADC secara bergantian, disini LM 324 difungsikan sebagai buffer supaya
tegangan Vref pada ADC tetap stabil. ADC berfungsi untuk mengubah
data analog menjadi tegangan digital yaitu 0 atau 1 untuk diinputkan ke IC
Mikro.
Untuk menghindari adanya intervensi dari tegangan AC yang dapat
mempengaruhi kerja dari mikrokontroler, maka digunakan rangkaian
optodiac. Rangkaian ini akan bekerja apabila mikrokontroler mengeluarkan
logika 0. Rangkaian ini digunakan untuk mengaktifkan beban besar seperti
Heater, dan Kompresor. Beban tersebut memiliki arus dan daya yang besar.
Apabila mikrokontroler mengeluarkan logika 0, maka transistor
akan saturasi dan menyulut optodiac. Optodiac akan saturasi dan mentriger
triac, sehingga triac akan bekerja membuat Heater bekerja.
6.2 Gambar Rangkaian LM 35 dan Multiplekser 4052
U 7
L M 3 5 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
P 1 . 5
P 1 . 4
U 5
4 0 5 2
X01 2
X11 4
X21 5
X31 1
Y 01
Y 15
Y 22
Y 34
E N6
A1 0
B9
X1 3
Y3
V D D1 6 V E E
7
U 7
L M 3 5 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A RU 7
L M 3 5 0 / TO
V I N3
V O U T2
A D J1
V C C _ B A R
+I N (A D C )
Gambar 6.2 Rangkaian LM35 dan Multiplekser
LM 35 sebagai sensor suhu I, suhu II, suhu III, suhu I digunakan
sebagai pengontrol suhu sedangkan suhu II dan III akan bekerja membaca
suhu ruangan pada transparent bath circulators yang kemudian datanya
65
dimasukkan kemultiplekser 4052 yang memiliki inputan 4 dan outputan
2.Multiplexer ini berfungsi sebagai saklar dan cara pengaktifannya dengan
memberi logika pada select AB. Logika 00 untuk mengeluarkan data dari X0,
logika 01 untuk mengeluarkan data dari X1, logika 10 untuk mengeluarkan
data X2.
6.2.1 Listing program untuk rangkaian multiplekser
ADC0: clr p1.4 clr p1.5ret;
ADC1: clr p1.4 setb p1.5;ret
ADC2: setb p1.4 clr p1.5ret;
select AB pada multiplekser pada P1.4 pada mikro, pada saat P1.4 dan
P1.5 diberi logika 00 maka data dari X0 yang diambil, jika logika 01 maka X1
yang aktif, jika logika 10 maka X2 yang aktif.
6.3 Rangkaian buffer dan ADC
66
P 3X
U 4
A D C 0 8 0 4
+I N6-I N7
V R E F / 29
D B 711
D B 612
D B 513
D B 414
D B 315
D B 216
D B 117
D B 018
C L K R1 9
V C C / V R E F2 0
C L K IN4
IN TR5 C S
1
R D2W R3
R 4
1 0 K
C 8C A P N P
D 33 , 1 V o lt
R 52 2 0 o h m
R 6
10 K
V C C _ B A RV C C _ B A R
-
+
U 6 A
L M 3 2 4
3
21
411
V C C _ B A R
P 1 . 3
Gambar 6.3 Rangkaian ADC
Output dari multiplekser diinputkan ke ADC secara bergantian,
disini LM 324 difungsikan sebagai buffer supaya tegangan Vref pada
ADC tetap stabil. ADC berfungsi untuk mengubah data analog menjadi
tegangan digital yaitu 0 atau 1 untuk diinputkan ke IC Mikro.
6.3.1 Listing program untuk rangkaian ADC
ADC: clr p1.4clr p1.5 clr P1.3nopnopnopsetb P1.3call delaymov A,P3mov dataADC,aret;
67
Program ini digunakan untuk memulai konversi ADC dengan
memberikan logika 0 pada P1.4 dan p1.5 untuk melakukan pemilihan
sensor pada multiplekser 4052 serta memberikan logika 0 pada /WR
( P1.3 ). Setelah ADC selesai konversi akan mengeluarkan logika 0, maka
program akan melanjutkan program dibawahnya dengan memindahkan data
di port 3 ke Accumulator. Setelah itu data di Accumulator akan dipindah
atau disimpan di dataADC
6.3.2 Listing Program Kontrol Suhu
ControlSuhu:mov a,Datasettingmov b,dataadcclr csubb a,bjnz onheaterret
OnHeater:clr p1.2clr p1.7 ;hidupkan heaterjc offheaterSETB controlbitret
OffHeater:setb p1.2setb p1.7 ;matikan heaterclr controlbitret
;Pertama data yang ada di Accumulator dikurangi data di Register
B, apabila hasil di Accumulator tidak 0, maka akan melompat ke
Onheater. Pada label Onheater digunakan untuk menyalakan heater dan
68
blower, apabila bit carry kurang dari 0, maka bit carry akan berlogika ‘1’
bila tidak bit carry akan berlogika ‘0’.
Label Offheater digunakan untuk mematikan heater apabila suhu
setting telah tercapai
ADC0: setb p1.4clr p1.5clr p1.3nopnopnopsetb P1.3call mdelaycall mdelaymov A,P3mov dataADC0,Acall mdelayret
;
ADC mengambil data dari multiplekser secara bergantian dengan
memberikan logika 00 pada p1.4 dan p1.5 untuk data X0 kemudian masuk
ke ADC dan p1.3 diberi logika 0 untuk mereset dan delay akan diberi
logika 1 untuk memulai konversi dan baca data kemudian copy data P3 ke
A dan dari A dikopy ke dataADC dan disimpan pada Rom. Dan begitu
seterusnya untuk data berikutnya.
6.3.2 Listing program simpan data
mov R1,#50hacall adcCALL controlsuhucall adc0call write_char0acall displaysuhu0
69
;call adc1call write_char1acall displaysuhu1
;call wr_inputDataT1call TulisSuhu1call gabungPulSatuanmov @R1,Ainc r1;acall ADC0mov a,dataadc0mov @R1,Ainc R1
;acall ADC1mov a,dataadc1mov @R1,Ainc R1call timer_60sret
Untuk menyimpan data ADC0 dan data ADC1 disimpan pada
alamat RAM 50h, data ADC0 di copy ke alamat akumulator. Dari
akumulator di copy pada alamat RAM 50h kemudian di increment sampai
pengukuran selesai. Data ADC1 juga di copy ke alamat akumulator
kemudian dari akumulator data di copy pada alamat RAM 50h setelah itu
data di increment sampai pengukuran selesai, setelah di increment panggil
waktu tunda 60 sekon untuk melakukan program selanjutnya.
6.3.3 Listing program waktu tunda
timer_60s: Mov TMOD,#00000001b
Mov R2,#0 Mov R6,#0 ;R6 = 0Load:
Mov TH0, #03ch ;TH0 = 3ch
70
Mov TL0, #0b0h ; TL0 = b0h membangkitkan 0.05detik Setb TR0 ; TR0 = 1, Start Running OFlow:
JNB TF0, OFlow ; jump to OFlow if TF0 =0 Clr TR0 ; TR0 = 0 Clr TF0 ; TF0 = 0 Inc R2 ; R2 = R2+1 CJNE R2,#200,Load Inc R6 CJNE R6,#6,load Ret
Untuk waktu tunda memanfaatkan timer pada mikrokontroller
dengan mengaktifkan timer 0 dan mode 0. Yang telah disetting selama 1
menit. Pada mode ini, dengan kristal 12MHz maka timer akan overflow
setiap 65.536 udetik. Pada timer ini, untuk membangkitkan interupsi setiap
50.000 udetik maka data yang harus diisikan pada register TL0 dan TH0
adalah sebagai berikut : 65536 – 50000 = 15536 d atau 3CB0h.
Maka interupsi TF0 akan segera dibangkitkan setiap 50000 x 1
udetik = 0,05 detik dan diincrement sebanyak 6 kali untuk mencapai waktu
1 menit.
6.3.3 Listing program Buka data
BukaData:mov r1,#50hmov counter1,#5mov CounterP,#1call write_char5
GetKU:acall keypad4x4mov a,keydata
UP:cjne a,#0ch,GetKUcall displayP;inc r1
71
mov a,@r1mov DataOpen,A;mov r0,#083h ;ASatuanAcall write_instcall DC2CSmov r0,#082h ;APuluhanAcall write_instcall DC2CP;inc R1mov a,@r1mov DataOpen,A;mov r0,#088h ;BSatuanAcall write_instcall DC2CSmov r0,#087h ;BPuluhanAcall write_instcall DC2CP;mov a,@r1inc R1mov DataOpen,A;mov r0,#08eh ;T1SatuanAcall write_instcall DC2CSmov r0,#08dh ;T1PuluhanAcall write_instcall DC2CP;
DC2CS:mov a,DataOpenmov DPTR,#Satuanmovc A,@A+DPTRadd a,#30hmov R0,AAcall write_dataret
;DC2CP:
mov a,DataOpenmov DPTR,#Puluhan
72
movc A,@A+DPTRadd a,#30hmov R0,AAcall write_dataret
;Alamat RAM 50h di copy diakumulator, agar data dari akumulator
tidak terganggu dengan data yang lain maka data akumulator di copy di data
open, untuk memunculkan karakter puluhan dan satuan data dari data open di
konversikan terlebih dahulu ke dalam data lookup tabel, sedangkan untuk
membuka data tekan tombol up sebanyak 5x. Sedangkan DC2CP adalah
desimal convort to celcius yang berfungsi untuk merubah data desimal ke
derajat selsius. Data open di copy ke akumulator kemudian satuan di isikan
ke alamat dptr setelah itu alamat dptr akan di copy ke akumulator dan
ditambahkan dengan 30h dan dicopy pada akumulator. Dari akumulator data
tersebut di copy ke R0 dan ditampilkan ke LCD.
6.4 Rangkaian Driver Heater
U 8M O C 3 0 2 0
1
2
64
Q 1P N P B C E
Q 3Q 4 0 0 8L 4 / TO
R 3
R E S I S TO R
R 8
R E S I S TO R
P 1 . 2
V C C _B A R R 1 2
R E S I S TO R
C 20 , 2 7 m F / 2 5 0 V
HEATER
Gambar 6.4 Rangkaian Driver Heater
73
Untuk menghindari adanya intervensi dari tegangan AC yang dapat
mempengaruhi kerja dari mikrokontroler, maka digunakan rangkaian
optodiac. Rangkaian ini akan bekerja apabila mikrokontroler mengeluarkan
logika 0. Rangkaian ini digunakan untuk mengaktifkan beban besar seperti
Heater, dan Kompresor. Beban tersebut memiliki arus dan daya yang besar.
Apabila mikrokontroler mengeluarkan logika 0, maka transistor
akan saturasi dan menyulut optodiac. Optodiac akan saturasi dan mentriger
triac, sehingga triac akan bekerja membuat Blower dan Heater bekerja.
6.4.1 Listing Program Menjalankan Heater
Onheater: clr p1.7 ;hidupkan heater
jc offheater
SETB controlbit
Ret
Untuk menghidupkan heater maka pada p1.7 diberi logika 0,
kemudian jc berfunsi untuk mendeteksi bit carry yakni apabila bit carry
berlogika 0 maka akan lompat ke offheter, sedangkan controlbit berfungsi
untuk mendeteksi kontrol suhu, jika heater on maka control bit berlogika
high dan sebaliknya jika heater off maka controlbit berlogika low.
74
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan pengukuran Transparent Bath Circulators
dilengkapi Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroller AT89s51 ini maka
penulis dapat menentukan suatu kesimpulan, bahwa :
1. Dengan menggunakan IC multiplekser 4052 ternyata bisa dijadikan
selektor sensor suhu dan diambil datanya oleh ADC secara bergantian.
2. Dengan menggunakan rangkaian driver heater dan blower, maka heater
dapat di kontrol dan suhunya bisa sirkulasi dengan baik.
3. Hasil pengukuran kinerja pada alat Transparent Bath Circulators
Dilengkapi Penyimpanan Data Berbasis Mikrokontroller AT89s51 ini
berdasarkan masing-masing suhu yang digunakan maka dapat diperoleh
rata – rata error 1,04 % untuk pengukuran pada suhu 35 0C, pengukuran
pada suhu 40 0C diperoleh rata – rata error 0,99 %, suhu 45 0C rata-rata
errornya sebesar 1,09 % serta pada suhu 50 0C diperoleh rata – rata error
sebesar 3,09 %. Dan setelah dilakukan pengukuran serta kalibrasi dari
BPFK maka alat ini layak untuk digunakan sebagai alat kalibrator
thermometer dengan kesalahan maksimal yang diijinkan ± 10 %.
4. IC Mikrokontroller AT89s51 juga dapat digunakan sebagai penyimpanan
data dari hasil kalibrasi.
75
76
7.2. Saran
Selain itu penulis juga akan memberi sedikit saran yang berhubungan
dengan alat yang penulis buat.
Alat ini bisa diteruskan atau diperbaiki yaitu dengan cara penggeseran
sensor serta thermometer dilakukan secara otomatis dan dilakukan
perhitungan standart deviasi secara otomatis menggunakan mikrokontroller
AT89s52.
76