Upload
cokspulungan
View
8
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
toni
Citation preview
BAB III
II. DASAR TEORI DAN KERANGKA PIKIR2.1. Dasar Teori2.1.1. Iklim dan Curah HujanDaerah Kalimantan Selatan termasuk dalam daerah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan curah hujan rata-rata 2849 mm/tahun.Tabel 2.1 - Curah HujanBulanCurah Hujan (mm)
Tahun
20132012201120102009
Januari235187245253352
Februari228181204155267
Maret253370188452263
April271295260323234
Mei195119270185121
Juni7213115733454
Juli2021246921983
Agustus1171167524293
September674610024374
Oktober13612396215132
Nopember244252291386207
Desember482311275364
sumber : Waste Water Management PT.ADARO INDONESIASuhu rata-rata setiap tahun sekitar 27C. Kelembaban udara rata-rata 82%, dimana variasi kelembaban dari bulan ke bulan relatif kecil. Lama penyinaran matahari 56%, dengan lama penyinaran tertinggi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan November. Pada bulan November sampai Maret bertiup angin Musim Barat Laut ke arah Selatan yang membawa hujan, sedangkan bulan Juli sampai September angin bertiup dari Timur atau Tenggara yang merupakan angin kering.
2.1.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian2.1.2.1. Morfologi
Daerah penambangan PT. Adaro memiliki topografi perbukitan yang cukup landai sampai dataran yang memanjang dari Utara sampai Selatan. Perbukitan Tutupan mempunyai relief moderat dengan maksimum elevasi sekitar 200 meter di atas permukaan air laut dan di aliri sungai-sungai kecil. Bagian Barat dari perbukitan ini, topografinya curam sampai dataran datar yang luas. Pada daerah yang lebih rendah dipenuhi oleh sawah masyarakat, perkebunan karet dan padang rumput. Bagian Timur Tutupan antara deposit dengan coastal plain, terletak di pegunungan Meratus dengan elevasi antara 1.380-1.892 meter.2.1.2.2. Stratigrafi
Wilayah Ijin Usaha Pertambangan PT Adaro Indonesia secara regional termasuk dalam cekungan kutai. Cekungan Kutai ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat Pegunungan Meratus dan Cekungan Pasir yang terdapat di sebelah Timur Pegunungan Meratus. Secara khusus wilayah kerja penambangan PT Adaro Indonesia terletak pada Cekungan Barito yang terletak di tepi bagian timur Sub-cekungan Barito di dekat Pegunungan Meratus. Sub cekungan Barito merupakan bagian selatan cekungan Kutai yang berupa suatu cekungan luas dan meliputi Kalimantan bagian Selatan dan Timur selama zaman Tersier. Cekungan Barito terdiri dari empat formasi yang berumur eosin sampai plesitosen. Berdasarkan waktu terbentuknya, urutan stratigrafi formasi cekungan Barito adalah Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi Dohor.Formasi yang mengandung endapan batubara pada PT Adaro Indonesia adalah formasi Tanjung dan Warukin, dimana Stratigrafi cekungan Barito tersusun atas perselingan batu pasir, batubara dan batu lempung (gambar 2.1).
Gambar 2.1Stratigrafi Cekungan Barito2.1.2.3. Struktur Geologi
Bukit Tutupan dengan panjang sekitar 20 km tersebar dari timur laut ke barat daya. Bukit ini dibentuk oleh adanya pergerakan dua struktur sesar yang berdekatan satu dengan lainnya. Salah satu struktur sesar itu adalah struktur sesar Dahai tersebar sepanjang bagian barat kaki bukit Tutupan, yang awalnya ada di Desa Buliak di selatan dan terus berlanjut sampai timur laut diluar areal kontrak PT. Adaro Indonesia. Sesar ini diintepretasikan seperti terletak pada batas antara formasi Dahor di sebelah barat dan formasi Warukin di timur. Formasi Warukin terdorong diatas Formasi Dahor, adapun sesar lain adalah Tanah abang-Tutupan Timur mendorong sesar yang keluar sepanjang timur kaki bukit. Sesar tersebut meluas sepanjang selatan Dahai sampai ke lapangan minyak timur laut Tepian timur. Kejadian sesar ini telah dibuktikan lewat data seismik dan pengeboran pada sumur minyak. Tanah Abang-Tutupan Timur merupakan salah satu struktur antiklin yang saat ini masih ada dan terletak di bagian barat kaki bukit Tutupan.2.1.3. Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng (slope stability) adalah suatu studi yang mempelajari tentang gaya-gaya yang bekerja pada lereng yang dapat menyebabkan sebuah lereng mantap (stabil) atau tidak mantap (labil).
Kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut. Secara umum kestabilan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
.... (2.1)Dimana :
FK = Faktor Keamanan
Menurut Bowles (1984), apabila dalam suatu lereng diperoleh :
Fk > 1,25 : berarti lereng dalam keadaan stabil.
Fk < 1,07 : berarti lereng dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi
longsor.2.1.4. Faktor Keamanan Lereng
Banyak rumus yang diperkenalkan para ahli dalam perhitungan faktor keamanan lereng. Salah satu rumus dasar perhitungan Faktor Keamanan (Safety Factor, F) lereng (material tanah) yang diperkenalkan oleh Fellenius dan kemudian dikembangkan adalah : (Lambe & Whitman, 1969; Parcher & Means, 1974) :
. (2.2)
... (2.3)
... (2.4)
.. (2.5)
dimana :
faktor keamanan lereng (tak bersatuan)
panjang segmen bidang gelincir (meter)
gaya ketahanan geser / tahanan geser sepanjang L (ton/m2)
gaya dorong geser (ton/m2)
kohesi massa lereng (ton/m2)
sudut geser dalam massa lereng (derajat)
bobot massa di atas segmen L (ton)
beban luar (ton)
panjang garis ekuipotensial ke titik berat L (meter)
tekanan pori
sudut yang dibentuk oleh bidang gelincir dengan bidang horisontal (derajat)
Gambar 2.2Sketsa lereng dan gaya yang bekerja
Gambar 2.3Sketsa gaya yang bekerja pada satu sayatan2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : geometri lereng, sifat fisik dan mekanik tanah/batuan, struktur geologi, kondisi air tanah, kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan, serta gaya-gaya dari luar yang bekerja pada lereng.2.1.5.1. Geometri Lereng
Geometri lereng terdiri dari kemiringan, tinggi, dan panjang. Sudut kemiringan lereng yang besar berarti kondisi lereng curam. Semakin besar sudut kemiringan lereng, maka semakin kecil kemantapan lerengnya. Demikian pula dengan ketinggian lereng, semakin tinggi lereng, maka kemantapan lereng semakin kecil. Dengan demikian untuk menghasilkan lereng yang mantap diusahakan agar kemiringan dan/atau tinggi lereng diperkecil.2.1.5.2. Struktur GeologiStruktur geologi batuan yang memengaruhi kemantapan lereng dapat berupa bidang perlapisan (bedding plane), sesar (fault), perlipatan (fold) dan kekar (joints). Struktur ini sangat memengaruhi kekuatan batuan karena bidang perlapisan dapat menjadi bidang luncur suatu longsoran. Struktur geologi batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah yang sangat potensial sebagai tempat merembesnya air yang akan mempercepat proses pelapukan dan pengisian celah rekahan sehingga memicu untuk terjadinya suatu longsoran. Orientasi bidang perlapisan dan kekar juga sangat menentukan tipe dari longsoran yang mungkin terjadi. Penentuan arah jurus dan kemiringan bidang lemah merupakan bagian yang penting dalam melengkapi data untuk analisis. Jika bidang lemah tersebut searah dengan kemiringan lereng akan sangat berpengaruh karena pada bidang tersebut mempunyai kekuatan geser yang paling kecil sehingga memungkinkan terjadinya longsoran. Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya tension crack yang terisi air. SHAPE \* MERGEFORMAT
Gambar 2.4
Regangan tarik pada longsoran bidangKeterangan :
tinggi lereng
berat blok
tekanan air dari bidang longsor
tekanan air dari tension crack
sudut lereng
sudut bidang longsor
kedalaman tension crack
panjang kolom air pada tension crackdimana :
faktor kemantapan lereng
kohesi pada bidang luncur
panjang bidang luncur (m)
sudut geser dalam batuan (derajat)
... (2.6)
...... (2.7)
.. (2.8)
jika tension crack diatas lereng (2.9)
jika tension crack dimuka lereng . (2.10)
.. (2.11)Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :
... (2.12)dimana :
percepatan getaran pada arah mendatar akibat gerakan gempa atau kendaraan2.1.5.3. Sifat Fisik Tanah/Batuan
Sifat fisik tanah/batuan dapat diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, penentuan sifat fisik tanah merupakan pengujian tanpa merusak (non destruktif test). Sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng adalah :
Berat isi tanah
Berat isi tanah () adalah perbandingan antara berat dengan volume material. Berat isi ini berperan dalam menentukan besarnya beban yang menimbulkan tekanan pada permukaan bidang longsor. Kenaikan harga berat isi juga akan menambah beban yang diberikan pada lereng.
Porositas
Porositas adalah hasil bagi antara rongga-rongga yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya pada material dengan volume totalnya. Porositas merupakan besaran yang menunjukkan kemampuan material untuk menyerap atau merembeskan air. Semakin tinggi angka porositasnya, batuan/tanah memiliki kemampuan lebih besar untuk menyerap air sehingga berat isi batuan/tanah akan lebih besar pula. Kenaikan harga porositas akan menimbulkan tekanan pori.
Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu material untuk dilalui fluida seperti air. Semakin tinggi nilai permeabilitas berarti semakin mudah air merembes melalui pori batuan/tanah tersebut. Permeabilitas mempunyai hubungan yang erat dengan porositas yaitu batuan atau tanah dengan porositas tinggi, pori-pori akan sulit terisi air apabila nilai permeabilitasnya rendah.
Kadar air
Semakin besar kandungan air pada batuan/tanah pembentuk lereng, kemungkinan longsoran lereng akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena gaya penggerak semakin besar dan kuat geser batuan/tanah makin berkurang. Ini berarti lereng semakin tidak mantap.2.1.5.4. Sifat Mekanik Tanah/Batuan
Sifat mekanik yang dapat dijadikan masukan untuk menganalisis kemantapan lereng, adalah :2.1.5.4.1. Kohesi
Kohesi adalah kekuatan tarik menarik antara butir sejenis pada tanah, yang dinyatakan dalam satuan berat persatuan luas.
Makin besar nilai kohesi, maka kekuatan geser tanah akan semakin besar juga, sehingga dapat dibuat lereng dengan kemiringan yang besar pada faktor keamanan yang sama. Harga kohesi didapat dari hasil analisis di laboratorium, yaitu dengan pengujian geser langsung dan pengujian triaksial. SHAPE \* MERGEFORMAT
Gambar 2.5Hubungan kuat geser pada tegangan normal
.... (2.13)dimana :
kekuatan geser tanah/batuan
kohesi tanah/batuan
sudut geser dalam
tegangan normal pada bidang kritis
Pada tanah yang tidak berkohesi, kekuatan gesernya hanya terletak pada gesekan antara butir tanah saja sedangkan tanah berkohesi dalam kondisi jenuh, maka dan karena tegangan air pori sangat berpengaruh pada kekuatan geser tanah.Hubungan kekuatan geser tanah/batuan dan tegangan normal sesuai dengan persamaan yaitu :
..... (2.14)dimana :
tegangan normal efektif,
kohesi tanah/batuan efektif dalam
tegangan air pori
sudut geser dalam efektif SHAPE \* MERGEFORMAT
(Sumber : Dr. L. D. Wesley, Mekanika Tanah, 1977)Gambar 2.6Perbedaaan antara sudut geser dalam dengan sudut geser dalam efektifParameter c dan pada persamaan (2.5) mempunyai nilai yang berbeda dengan dan pada persamaan (2.6). Pada prinsipnya dan seperti pada gambar 2.5.2.1.5.4.2. Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Sudut geser dalam suatu batuan/tanah adalah sudut dimana batuan atau tanah dapat meluncur dengan bebas karena gaya beratnya sendiri. Untuk batuan yang sangat lapuk atau (tanah) nilai sudut geser dalam diidentikkan dengan nilai angle of refuse, yaitu sudut yang dibentuk oleh suatu material lepas.
Sudut geser dalam berbanding lurus dengan kuat geser batuan/tanah. Semakin besar sudut geser dalam berarti massa batuan atau tanah tersebut semakin mantap. Untuk mengetahui sudut geser dalam dari suatu tanah atau batuan dapat diuji di laboratorium, yaitu dengan pengujian geser langsung (direct shear test) dan pengujian triaksial (triaksial test).2.1.5.5. Pengaruh Air TanahPengaruh air tanah terhadap kekuatan tanah dapat mengurangi kemantapan lereng. Air tanah akan menjadikan ikatan antar molekul tanah menjadi semakin kecil sehingga akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan memperbesar antar molekul tanah menjadi semakin kecil sehingga akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan memperbesar berat lereng. Suatu lereng yang mengandung air tanah memiliki kemantapan lereng yang kecil dibandingkan lereng yang tidak mengandung air tanah, pada geometri lereng yang sama. Air tanah juga berfungsi sebagai pelarut dan media transportasi material pengisi celah rekahan tanah. Akibatnya, proses pelapukan akan semakin cepat dan menaikkan beban bagian yang akan longsor sehingga kekuatan geser tanah menjadi berkurang. Hal ini disebabkan adanya tegangan air pori yang dipikul oleh tegangan total pada bidang geser sehingga tegangan efektik akan menjadi berkurang.Hubungan antara tegangan air pori terhadap kekuatan geser dapat dilihat pada rumus 2.15 sebagai berikut :
.. (2.15)
Dimana :
Kuat geser material (kg/cm2)
Kohesi (kg/cm)
Tegangan normal (kg/cm)
Sudut geser dalam (derajat)
Tegangan air pori (kg/cm)2.1.5.6. Pengaruh Gaya-Gaya Dari LuarGaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke bawah dan gaya-gaya yang menahan pergerakan material pada lereng. Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebab-penyebab terjadinya longsoran menjadi dua kelompok yaitu :a. Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh, antara lain yaitu : perubahan geometri lereng,
penggalian pada kaki lereng,
pembebanan pada puncak atau permukaan lereng bagian atas,
gaya vibrasi yang ditimbulkan oleh gempa bumi atau ledakan, dan
penurunan muka air tanah secara mendadak.
b. Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya kekuatan geser material, antara lain yaitu : pelapukan,
keruntuhan progressive,
hilangnya sementasi material, dan berubahnya struktur material.2.2. Kerangka Pikir
Gambar 2.7Kerangka PikirPenjelasan gambar kerangka pikir :
a. Studi Pustaka, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan dan menyusun referensi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.b. Orientasi Lapangan, yaitu kegiatan survei pendahuluan yang dilakukan di lokasi penelitian.c. Pengumpulan Data, yaitu kegiatan mengumpulkan data penelitian yang berupa data primer dan data sekunder yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung di lokasi penelitian.d. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian.e. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang berupa peta, curah hujan, kondisi geografis, dan sebagainya yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penyusunan laporan penelitian.f. Pemboran Inti, yaitu pemboran yang dilakukan untuk memperoleh conto tanah/batuan dalam bentuk inti (core), dari kedalaman 0 sampai kedalaman tertentu.g. Data core, yaitu data batuan/tanah yang didapat dari pengeboran inti berupa struktur batuan, kedalaman pengeboran, kadar air, lokasi pengeboran.
h. Uji triaksial (triaksial test), yaitu pengujian kuat tekan yang dilakukan di laboratorium terhadap sampel tanah/batuan (core) yang bertujuan untuk mengetahui kohesi, sudut geser dalam serta densitas tanah/batuan.i. Uji geser langsung (direct shear test), yaitu pengujian laboratorium terhadap sampel tanah/batuan (core) untuk mengetahui kohesi, sudut geser dalam serta densitas tanah/batuan.j. Kohesi, yaitu kekuatan tarik menarik antara butir sejenis pada tanah, yang dinyatakan dalam satuan berat persatuan luas.k. Sudut geser dalam suatu batuan/tanah, yaitu sudut dimana tanah/batuan dapat meluncur dengan bebas karena gaya beratnya sendiri.l. Densitas / berat isi tanah (density), yaitu perbandingan antara berat dengan volume material.m. Faktor keamanan, yaitu perbandingan antara gaya penahan terhadap gaya penggerak. Dalam perhitungan faktor keamanan lereng (slope stability), penulis akan melakukan perhitungan secara manual dengan metode Fellenius serta akan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan software Geostudio 2007.n. Hasil analisis, yaitu hasil yang diperoleh dari perhitungan faktor keamanan lereng berdasarkan data-data yang didapat dari lokasi penelitian dengan menggunakan metode-metode perhitungan yang telah disiapkan.o. Hipotesis terbukti, yaitu ketika hipotesis yang telah dibuat dapat dibuktikan dengan hasil analisis.2.3. HipotesisSemakin besar kohesi, sudut geser dalam semakin kecil, maka faktor keamanan lereng semakin besar atau lereng semakin stabil.
(w
U
V
Zw
Z
w
((
((
H
V
U
W
((
((
(w
H
Zw
Z
Regangan tarik
Muka lereng
Bidang Luncur
Regangan tarik
Muka lereng
c (Kpa)
(Kpa)
S (Kpa)
Kuat Geser
EMBED Equation.3
Tegangan Normal
c
atau `
S
EMBED Equation.3
EMBED Equation.3
EMBED Equation.3
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Perhitungan Fk lereng
Fellenius
Geostudio
Hasil Analisis
Pengujian Laboratorium
Uji geser langsung (direct shear test)
Uji triaksial (triaksial test)
Kohesi efektif
Sudut geser dalam efektif
Penelitian Selesai
Density
Pengeboran inti
Core
Data Sekunder
Data Primer
Hipotesis Terbukti
Orientasi Lapangan
PAGE 29
_1478764429.unknown
_1478764710.unknown
_1478764944.unknown
_1478767995.unknown
_1478771879.unknown
_1478772174.unknown
_1478768086.unknown
_1478768702.unknown
_1478767494.unknown
_1478767572.unknown
_1478764979.unknown
_1478764741.unknown
_1478764813.unknown
_1478764724.unknown
_1478764516.unknown
_1478764563.unknown
_1478764576.unknown
_1478764545.unknown
_1478764475.unknown
_1478764494.unknown
_1478764445.unknown
_1478761571.unknown
_1478761672.unknown
_1478762270.unknown
_1478762292.unknown
_1478762408.unknown
_1478762457.unknown
_1478762477.unknown
_1478762306.unknown
_1478762281.unknown
_1478761717.unknown
_1478761787.unknown
_1478761693.unknown
_1478761628.unknown
_1478761650.unknown
_1478761599.unknown
_1478759291.unknown
_1478760595.unknown
_1478760959.unknown
_1478761491.unknown
_1478761540.unknown
_1478761468.unknown
_1478761257.unknown
_1478760659.unknown
_1478760920.unknown
_1478760635.unknown
_1478759599.unknown
_1478759930.unknown
_1478759757.unknown
_1478759468.unknown
_1476571769.unknown
_1478703152.unknown
_1478758142.unknown
_1478759004.unknown
_1478759212.unknown
_1478703223.unknown
_1478703264.unknown
_1478702871.unknown
_1478703035.unknown
_1476576220.unknown
_1476576224.unknown
_1476576225.unknown
_1476576218.unknown
_1476571449.unknown
_1476571724.unknown
_1476517993.unknown